murjiah

21
Daftar Isi 1. Pendahuluan .................................... 1 2. Historis awal kemunculan Murji'ah .............. 3 3. Aliran-aliran dalam Murji'ah ................... 6 4. Ajaran pokok Murji'ah .......................... 10 5. Penutup ........................................ 10 6. Daftar pustaka.................................. 12

Upload: rifky-rosian-an-nur

Post on 13-Jun-2015

1.565 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: MURJIAH

Daftar Isi

1. Pendahuluan ............................................................................................... 1

2. Historis awal kemunculan Murji'ah ............................................................ 3

3. Aliran-aliran dalam Murji'ah ...................................................................... 6

4. Ajaran pokok Murji'ah ............................................................................... 10

5. Penutup ....................................................................................................... 10

6. Daftar pustaka.............................................................................................. 12

Page 2: MURJIAH

MURJI'AH

A. Pendahuluan

Perbedaan pendapat antar satu orang dengan orang lain bukan merupakan hal

yang asing bagi umat manusia. Karena, perbedaan merupakan bakat alami yang

telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Sehingga, dengan adanya bakat alami

tersebut sangat wajar jika muncul ketidakserasian antara satu orang dengan orang

lain. Bahkan, meskipun hidup dalam kondisi sosial yang sama, watak serta pola

pikir setiap manusia belum tentu serasi. Kenyataan seperti inilah yang kemudian

menjadi sebuah alasan bagi terpecahnya umat beragama kedalam beberapa

kelompok.

Agama islam, sebagai salah satu agama tebesar di dunia juga tidak lepas dari

kenyataan seperti ini. Hal ini telah diprediksikan oleh nabi Muhammad sendiri

dalam beberapa sabdanya sebelum beliau wafat, diantaranya adalah :

على : : » اليهود تفرقت وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال ، هريرة أبي عن

فرقة وسبعين ثالث على أمتي وتفترق ، ذلك مثل والنصارى ، فرقة وسبعين 1» إحدى

Artinya : " Dari Abu Huroiroh, bekata : Rosulullah SAW. Bersabda : umat yahudi

terpecah dalam tujuh puluh satu golongan, begitu pula umat nashroni,

sedangkan umatku akan terpecah kedalam tujuh puluh tiga golongan"

Bibit-bibit perpecahan dalam islam sebenarnya mulai muncul sejak peristiwa

politik yang dikenal dengan istilah peristiwa Saqifah Bani Sa'idah. Yakni,

peristiwa dikalangan muslimin tentang siapakah yang berhak menggantikan Nabi

sebagai kepala pemerintahan. Perbedaan politik yang terjadi pada waktu itu dapat

diatasi atas kebijakan Umar Ibn Khottob dengan membai'at Abu Bakar As-

Shiddiq sebagai kholifah pertama.

Konflik dalam umat islam muncul lagi ketika kursi kekholifahan dijabat oleh

Utsman Ibn 'Affan. Hal ini timbul sebagai reaksi dari sebagian masyarakat yang

tidak puas terhadap Utsman, karena beliau dituduh telah melakukan praktik

"nepotisme". Manuver politik yang dijalankan oleh Utsman ini membawa dampak

1 Lihat Al-mustadrok 'ala ash-shokhikhaini li al-khakim, hadis ke 405

1

Page 3: MURJIAH

negative terhadap beliau sendiri. Para shohabat yang semula mendukung beliau

mulai meninggalkannya, dan yang paling parah adalah munculnya pemberontak

dari mesir yeng berkumpul di Madinah yang berujung pada terbunuhnya Kholifah

Utsman oleh pemuka-pemuka pemberontak tersebut.

Konflik tersebut terus berlanjut ketika tampuk kekholifahan dipegang oleh

kholifah Ali Ibn Abi Tholib. Bahkan, pada waktu itu muncul dua kelompok

oposisi, yakni kelompok Tholhah dan Zubair yang didukung oleh 'Aisyah, namun

kolompok ini berhasil dipatahkan oleh Ali. Kelompok kedua dipimpin oleh

Mu'awiyah yang menuntut balas atas terbunuhnya Kholifah Utsman, yang

berujung dengan peristiwa takhkim (arbitrase) yang dinilai sangat merugikan

pihak Ali. Dengan adanya peristiwa takhkim tersebut kaum muslimin terpecah

menjadi beberapa kelompok yakni :

1. Syi'ah, yaitu sekelompok orang yang masih tetap setia kepada 'Ali

2. Khowarij, sekolompok orang yang semula mendukung 'ali yang kemudian

membelot karena tidak setuju terhadap adanya takhkim

3. Jumhur kaum muslimin, yang ridlo atas kepemimpinan Mu'awiyah2

Dari permasalahan politik seperti diatas, perdebatan mulai merambah kearah

permasalahan teologi, yakni tentang siapa yang telah keluar dari jalur islam dan

siapa yang tetap berada pada jalur islam. Perbedaan pendapat ini mengantarkan

pada munculnya beberapa kelompok teologi dalam umat islam, yang salah

satunya dikenal dengan sebutan kelompok Murji'ah.

Dalam tulisan ini, hanya akan dibahas kelompok murji'ah yang meliputi :

faktor yang menjadi latar belakang kemunculan kelompok Murji'ah, pokok-pokok

ajaran Murji'ah serta terpecahnya aliran-aliran dalam Murji'ah.

B. Historis awal kemunculan murji'ah

2 Tarikh At-Tasyri' Al-Islam, Muhammad Al-Khudlori Bek, Darul Fikr, 1995, hlm. 57

2

Page 4: MURJIAH

Seperti yang telah dijelaskan dalam pendahuluan, bahwa terpecahnya umat

islam bermula dari permasalahan politik yang kemudian berkembang pada

permasalahan yang bersifat pokok dalam agama. Perebutan kekuasan yang terjadi

pada masa kekuasan Ali kw. menjadikan umat islam terpecah ke dalam tiga

kelompok besar. Di tengah-tengah pertikaian tiga kelompok besar inilah, muncul

sekumpulan orang yang menyatakan diri tidak ikut campur dalam urusan politik

yang dikemudian hari berkembang menjadi golongan murjiah.

Abu zahro' dalam salah satu bukunya yang berjudul tarikh al-madzaahib al-

islamiyah menyebutkan bahwa, benih awal kemunculan kelompok Murji'ah

sebenarnya mulai muncul sejak akhir kekholifahan Ustman ibn Affan ra. Isu-isu

provokatif yang beredar di sekitar masyarakat mulai dari pengelolaan sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh Ustman sampai isu praktik nepotisme

dimanfaatkan oleh sekelompok orang yang tidak senang dengan islam. Mereka

memprovokasi masyarakat seperti daerah kufah, bashrah dan mesir untuk mencari

dukungan guna melengserkan Ustman. Sebagian masyarakat pun terprovokasi

oleh isu tersebut, sehingga situasi keamanan menjadi semakin gawat.

Stabiltas keamanan yang kian tak terkendali ini dimanfaatkan oleh para

pembesar pemberontakan untuk bertemu langsung dengan sang kholifah. Pada tahun 35

H segerombolan orang yang berasal dari mesir, kufah dan bashrah berangkat menuju

mekah dangan alasan menunaikan haji, sedangkan tujuan sebenarnya adalah mengepung

pusat pemerintahan dan memaksa kholifah untuk melepaskan jabatannya. Akan tetapi

tuntutan tersebut tidak dipunuhi oleh kholifah, sehingga pada hari keempat sejak

pengepungan terjadilah sebuah peristiwa yang menyebabkan kholifah Ustman terbunuh

di tangan pasukan yang datang dari mesir (al-ghofiqi).3

Di tengah situasi yang kacau akibat kematian sang kholifah ini, terdapat

sekelompok shahabat seperti Abdullah ibn Umar, Abi Bakroh, dan Imron ibn

Husein yang memilih diam dari pada ikut terlibat dalam fitnah yang sangat

meresahkan umat. Mereka bersandar pada hadis nabi, yaitu :

3 Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta : 1994

3

Page 5: MURJIAH

فيها المضطجع يكون فتنة ستكون إنها وسلم عليه الله صلى الله رسول قال

والماشي الماشي من خيرا والقائم القائم من خيرا والجالس الجالس من خيرا

بإبله فليلحق إبل له كانت من قال تأمرني ما الله رسول يا قال الساعي من خيرا

لم فمن قال بأرضه فليلحق أرض له كانت ومن بغنمه فليلحق غنم له كانت ومن

ما لينج ثم حرة على بحده فليضرب سيفه إلى فليعمد قال ذلك من شيء له يكن

النجاة استطاع

Artinya : "Rasulullah SAW. Bersabda : Akan ada fitnah (kekacauan), orang yang

berbaring ketika terjadi fitnah lebih baik dari pada orang yang duduk,

orang yang duduk lebih baik dari orang yang berdiri, orang yang

berdiri lebih baik dari orang yang berjalan, orang yang berjalan lebih

baik dari pada orang yang ikut berusaha. Ia bekata pada rosulullah : ya

Rasulullah apa yang engkau perintahkan pada ku - pada saat itu – Nabi

bersabda : orang yang memiliki onta hendaknya kembali pada ontanya,

orang yang mempunyai kambing hendaknya kembali pada

kambingnya, orang yang memiliki tanah hendaknya kembali pada

tanahnya. Ia berkata : orang yang tidak memiliki semuanya? Nabi

menjawab : ambillah pedangnya, kemudian pecahkan dengan batu

mata pedangnya kemudian carilah jalan lepas kalau mungkin"4

Sebagian sahabat seperti yang telah disebut diatas tidak ikut andil dalam

pertikaian tersebut dan sikap diam itu terus berlangsung sampai terjadinya

pertikaian antara Ali dan Mu'awiyah. Mereka tidak mau berpendapat siapa yang

benar dan siapa yang salah. Mereka menangguhkan dan menyerahkan hukum

yang terkait dengan pertikaian itu pada Allah semata. Sikap inilah yang

menyebabkan mereka disebut dengan kaum Murji'ah.

Semakin memanasnya temperatur suhu politik yang terjadi pada waktu itu,

khususnya ketika Mu'awiyah berhasil merebut kursi kekholifahan, menjadi

penyulut utama bagi munculnya perbedaan pandangan dalam hal teologi. Tiap-

tiap kelompok menganggap bahwa kelompoknyalah yang paling benar dan tetap

4 Sunan Abi Daud, bab an-nahyu 'an as-sa'yi fi al-fitan, hadis ke 3714

4

Page 6: MURJIAH

berada pada jalur islam. Mereka menganggap kelompok lain telah melakukan

dosa besar, dan yang paling parah adalah mereka menganggap bahwa kelompok

lain di luar kelompok mereka sebagai orang kafir.

Kelompok khowarij beranggapan bahwa tokoh kunci terjadinya peristiwa

arbitrase serta para pendukungnya telah melakukan dosa besar dan dianggap kafir.

Oleh karena itu tokoh-tokoh tersebut halal untuk dibunuh. Di lain pihak,

kelompok Syi'ah yang sangat mendukung 'Ali dan ahlu al-baitnya, meskipun

sama-sama menolak Mu'awiyah, mereka juga melakukan pembelaan atas tuduhan

kafir yang diberikan oleh khowarij kepada 'Ali.

Permasalahan politik yang dibawa-bawa kepada permasalahan teologi

tersebut, tak pelak menyeret kelompok netral yang tidak memihak kelompok

manapun ikut serta dalam membahas masalah teologi. Mereka berpendapat bahwa

permasalahan kafir atau tidaknya seseorang diserahkan kepada Allah SWT.

Mereka juga berpendapat bahwa dosa besar tidak menyebabkan seseorang

dihukumi kafir. Menurut mereka dosa tidak membahayakan manusia asal iman

masih melekat sebagaiamana taat tidak memberi arti apa-apa kalau masih dalam

keadaan kafir.

Menurut Abu Zahro', pendapat mereka merupakan pendapat jumhur ulama',

bahkan menurut Abdul Halim Mahmud, sikap tersebut merupakan sikap yang

diambil oleh orang-orang yang bijaksana. Namun dalam sejarah perjalanannya,

generasi aliran murji'ah setelah para shohabat dan para pengikutnya mengalami

perubahan teologi yang sangat jauh berbeda dengan paham para pendahulunya.

Mereka tidak hanya berpendapat bahwa urusan dosa besar diserahkan pada Allah

SWT, namun mereka juga menyatakan bahwa "ma'shiat tidak akan

membahayakan asalkan masih ada iman di dalam hati".

Pendapat inilah yang kemudian difahami dengan keliru oleh sebagian orang,

dengan asumsi bahwa orang yang melakukan dosa besar tidak akan diadzab

asalkan masih ada iman di dalam hati. Bahkan sisi fatalitas kelompok ini adalah

pendapat mereka yang menyatakan bahwa iman adalah I'tiqad di hati saja.

5

Page 7: MURJIAH

Meskipun seseorang menyatakan kafir dengan lisannya atau tampak menyembah

berhala maka ia tetap dianggap sebagai orang mu'min asalkan iman masih

tertancap dalam hatinya.5 Paham seperti inilah yang dianggap menyimpang terlalu

jauh dari islam, sehingga wajar sekali kalau generasi murji'ah setelah para

shahabat serta para ulama yang mengikutinya dianggap sebagai kelompok sesat.

Namun dalam perjalanan sejarahnya, kelompok ini pun tak dapat lepas dari

perdebatan dalam tubuh kelompok, sehingga kelompok ini pun pada akhirnya

terpecah kedalam beberapa aliran.

C. Aliran-aliran dalam murji'ah

Sejak kaum murjiah mulai menanggapi persoalan-persoalan teologis yang

mencakup iman, kufur, dosa, serta hukuman atas dosa, perbedaan pendapat

dikalangan para pendukungnya pun mulai tampak. Sehingga dengan adanya

perbedaan pandangan tersebut kaum murji'ah menjadi terpecah kedalam beberapa

kelompok. Secara garis besar kelompok murji'ah dibagi menjadi dua golongan

yaitu :

1. Murji'ah Moderat

Murji'ah moderat yang juga disebut dengan murji'ah sunnah adalah

kelompok murji'ah yang berpendapat bahwa iman itu tidak hanya terdiri dari

tasdiq bi al-qalb akan tetapi juga harus dibarengi dengan iqrar bi al-lisan.

Kedua unsur ini merupakan satu kesatuan utuh yang tidak boleh

dipisahkan.Yang termasuk dalam golongan murji'ah moderat ini antara lain

Al-Hasan ibn Muhammad Ibn 'Ali Ibn Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf

dan beberapa ahli hadits.6

Dalam masalah iman ini Abu Hanifah mendefinisikannya sebagai

pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, tentang rasul-rasul-Nya dan

tentang segala apa yang datang dari Tuhan dalam keseluruhan dan tidak dalam

perincian, iman tidak mempunyai sifat bertambah atau berkurang dan tidak

5 Lihat al-milal wa an-nikhal karya asy-syahrustani6 Lihat al-milal wa an-nikhal karya asy-syahrustani

6

Page 8: MURJIAH

ada perbedaan antara manusia dalam hal iman. Hal ini memberikan

kesimpulan bahwa Abu Hanifah berpendapat bahwa iman semua orang isalam

itu sama tidak ada beda antara muslim yang taat dan muslim yang berdosa

besar. Atau dengan kata lain menurut beliau dosa besar maupun kecil tidak

berpengaruh pada iman seseorang.

Golongan moderat berpendapat bahwa orang islam yang berdosa besar

bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan dihukum dalam

neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya dan ada kemungkinan

bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga tidak akan masuk neraka

sama sekali. Nasibnya di akhirat terletak pada kehendak Allah, kalau Allah

mengampuninya maka ia terbebas dari neraka dan masuk surga, namun jika ia

tidak mendapat ampunan ia masuk neraka dan kemudian baru dimasukkan

surga. Pendapat ini sesuai dengan pendapat jumhur ulama. Barang kali

golongan inilah yang merupakan generasi pertama murji'ah yang terdiri dari

para shohabat dan orang yang hidup setelahnya yang masih memegang prinsip

para pendahulunya.

2. murji'ah ekstreme

Murji'ah Ekstrim mengatakan, bahwa iman hanya pengakuan atau

pembenaran dalam hati (tasdiq bi al-qalb). Artinya, mengakui dengan hati

bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad Rasul-Nya.

Menurut mereka, iqrar dan amal bukanlah bagian dari iman, karena yang

penting menurut mereka adalah tasdiq dalam hati. Alasannya bahwa iman

dalam bahasa adalah tasdiq sedangkan perbuatan dalam bahasa tidak

dinamakan tasdiq. Iman letaknya dalam hati dan apa yang ada dalam hati

seseorang tidak diketahui manusia lain. Sedangkan perbuatan seseorang tidak

selamanya menggambarkan apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu

ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan seseorang tidak mesti mengandung

arti bahwa ia tidak mempunyai iman.

7

Page 9: MURJIAH

Dengan konsep inilah mereka berpendapat bahwa orang Islam yang

percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan maka

tidaklah kafir, karena iman dan kufur tempatnya hanyalah dalam hati. Oleh

karena itu segala ucapan maupun perbuatan yang menyimpang dari kaidah

agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan

keimanannya masih sempurna dalam pandangan Tuhan, meskipun ia

menyembah berhala, menjalankan ajaran Yahudi / Kristen dengan

menyembah salib.

Murji'ah ekstreme ini terbagi menjadai beberapa kelompok antara lain:

1. Yunusiyyah

Mereka adalah para pengikut yunus bin Aun An-Numairy. Golongan

ini menyangka bahwasanya iman adalah ma’rifat pada Allah, tunduk

dihadapannya, tidak menyombongkan diri padanya serta cinta pada Allah

dengan hati yang tulus. Barang siapa memenuhi kriteria diatas maka ia

dianggap beriman. Menurut mereka kesalahan iblis yang menyebabkan ia

kafir adalah karena ia menyombongkan diri dihadapan Allah, tidak mau

sujud pada Adam.as menuruti perintah Allah.

2. Ubaidiyyah.

Kelompok ini adalah pengikut Ubaid Al-mukta’ib, dinukilkan darinya

bahwa segala dosa selain syrik pasti diampuni, seorang hamba yang mati

dalam keadaan bertauhid maka tidak membahayakan baginya dosa yang ia

perbuat selagi tidak menyekutukan Allah.

3. Ghassaniyyah.

Mereka dikomandoi oleh Ghassan Al-kuffy, golongan ini

berpandangan bahwa iman adalah ma’rifat pada Allah, rasulnya dan iqrar

terhadap apa yang diturunkan Allah pada para rasul tersebut secara

gelobal. Iman tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Mereka juga

mengatakan bahwa orang yang mengatakan saya tahu Allah telah

mewajibkan haji kebaitullah namun tidak tahu baitullah itu terletak

8

Page 10: MURJIAH

dimana, mereka dianggap mu’min. Maksud mereka dengan contoh diatas

adalah keyakinan yang berada dibalik iman bukan termasuk kriteria iman.

4. Tsaubaniyyah

Kelompok ini dipimpin oleh Abu Tsauban Al-Murji’i. Mereka

menyangka bahwa iman hanyalah ma’rifat dan iqror pada Allah, rasulnya

dan segala sesuatu yang menurut akal tidak boleh dilakukan, sedangkan

mengetahui serta iqror(menetapkan) sesuatu yang secara akal boleh

dilakukan bukanlah iman menurut mereka. Diantara pengikutnya yaitu

Abu Marwan ghailan bin marwan Al-Dimasyqi, Abu Syimrin, Musa bin

Imran dan Fadhl Ar-Raqosy.

5. Tumaniyyah

Kelompok ini dipimpin Abu Mu’adz Al-Tumany. Mereka berpendapat

bahwa iman adalah kebalikan kafir. Ia adalah kriteria-kriteria yang apabila

tidak dimiliki oleh seseorang maka secara otomatis akan dihukumi kafir,

baik tidak memiliki semua kriteria itu maupun salah satunya. Kriteria yang

mereka maksud adalah ma’rifat, tashdiq, mahabbah, ikhlash dan iqror

terhadap apa yang dibawa oleh rasul s.a.w. Orang yang meninggalkan

sholat karena menganggap meninggalkannya boleh maka dihukumi kafir,

namun apabila meninggalkannya dengat niat mengqodo’ maka tetap

beriman.

6. Sholihiyyah

Mereka adalah para pengikut Shalih bin Umar As-Sholihy,

Muhammad bin Syabib, Abu Syimrin dan Ghailan. Mereka semua

menggabungkan antara qodariyah dan irja’iyah.As-Sholihiyyah

berpendapat iman adalah ma’rifat pada Allah secara muthlaq(ma’rifat al-

uula) yaitu tahu bahwasanya alam ini ada penciptanya sedangkan kafir

adalah kebalikannya. Adapun Ghailan bin Marwan memandang bahwa

iman adalah ma’rifat at-tsaani(ma’rifat selanjutnya) pada Allah, rasa cinta,

tunduk dihadapannya dan iqror dengan apa yang dibawa oleh rasulnya.

9

Page 11: MURJIAH

Yang dimaksud ma’rifat at-tsani yaitu ma’rifat setelah mengetahui

alam ini ada penciptanya, ringkasnya adalah ma’rifat bahwa dzat yang

menciptakan alam ini adalah Allah. Sedangkan ma’rifat pertama yang

sebatas meyakini bahwa alam ini ada penciptanya adalah fitrah manusia

maka dari itu belum bisa dianggap iman kalau hanya memenuhi kriteria

ini karena menurut mereka setiap insan pasti yakin akan adanya sang

pencipta.

D. Ajaran pokok murji'ah

Di atas telah disebutkan bahwa, secara garis besar murjia'h terbagi menjadi

dua yakni murji'ah moderat atau murji'ah sunnah dan murji'ah ekstreme. Murji'ah

moderat merupakan kelanjutan dari murji'ah yang muncul sebagai reaksi atas

sikap umat islam pada waktu itu yang saling mengkafirkan antara satu golongan

dengan golongan lain. Golongan pertama ini masih mengikuti manhaj

ahlussunnah wal jama'ah.

Adapun murji'ah ekstreme merupakan golongan Murji'ah yang muncul di

kemudian hari yang meninggalkan manhaj para pendahulunya. Golongan inilah

yang dianggap sebagai aliran sesat dan sangat berbahaya.

Secara garis besar, inti pokok ajaran murji'ah antara lain :

1. Pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini tak

dituntut membuktikan keimanan dalam perbuatan sehari-hari. Ini merupakan

sesuatu yang janggal dan sulit diterima kalangan Murji'ah sendiri, karena

iman dan amal perbuatan dalam Islam merupakan satu kesatuan.

2. Selama meyakini 2 kalimah syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar

tak dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan,

artinya hanya Allah yang berhak menjatuhkannya di akhirat.

E. Penutup

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa sebenarnya gerakan murjiah pada

awalnya adalah gerakan politik murni yang dipelopori oleh sekelompok shohabat

yang tidak memihak kelompok politik manapun yang muncul pada waktu itu.

10

Page 12: MURJIAH

Namun pada akhirnya mereka tidak dapat melepaskan diri dari permasalahan

teologis. Hal inilah yang menyebabkan terpecahnya murji'ah ke dalam berbagai

kelompok, seperti yang telah dipaparkan diatas.

Murji'ah yang masih memegangi prinsip para pendahulunya disebut dengan

murji'ah sunnah. Sedangkan murji'ah yang sudah melenceng dari manhaj para

pendahulunya disebut sebagai murji'ah ekstreme. Murji'ah inilah yang dianggap

sebagai golongan sesat oleh jumhur ulama.

11

Page 13: MURJIAH

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun, Teologi islam : Aliran-aliran sejarah perbandingan, Jakarta :

UI-press, 1986

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1994

Muhammad Al-Khudlori Bek, Tarikh At-Tasyri' Al-Islam, Darul Fikr, 1995

Imam Syahrustany. Al-Milal Wa An-Nihal,

Nikmat Sabqli Qalun, Al-Murji'ah : Cerminan sikap pendahulu yang

terselewengkan,

Wikipedia bahasa indonesia

12