monografi
TRANSCRIPT
NAMA :DEBIE YOLANDA NIM :08111006059JURUSAN :FARMASI
Monografi bahan :
1. Antalgin
C6H5
O NCH3
N
H2O
H2
C N O3SNa CH3
CH3
Nama Kimia : Natrium 2,3 –dimetil – 1 fenil - 5 –pirazolon - 4 – metilaminometanasulfonat
Sinonim : -Metampiron -Dipiron
Rumus Molekul :C13H16N3NaO4S.H2O
Berat Molekul : 351,37
Pemerian : Serbuk hablur , putih, atau putih kekuningan
Susut pengeringan :Tidak lebih dari 5,5 %pada suhi 1050C hingga bobot tetap
Kelarutan :larut dalam air dan Hcl0,02 N
Kadar bahan aktif : Antalgin mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C13H16N3NaO4S, dihitung terhafap zat yang telah dikeringkan
SIFAT FISIKA
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning
Kelarutan : Kelarutanya 1:1.5 dakm air, 1:30 dalam alchohol, sedikit larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter.
Stabilitas : Tidak stabil terhadap udara lembab,dan harus terlindungi dari cahaya matahari
Analgetik-antipiretik Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, juga berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri dianggap sebagai tanda adanya gangguan di jaringan seperti peradangan dan infeksi. Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri. Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik (Tjay, 2007).
2.3.3 Farmakodinamika Antalgin Sebagai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yangberkaitan dengan inflamasi. Efek analgetiknya jauh lebih lemah dari efek analgetik opiat, obat ini tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) dan efek samping sentral yang merugikan (Setiabudy, 2007).
2.3.4 Farmakologi Antalgin Antalgin termasuk derivat metan sulfonat dari amidopyrin yang mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral di otak dalam menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986).
2.3.5 Efek Samping Antalgin Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama, penggunaan obat-obat yang mengandung metampiron kadang-kadang dapat menimbulkan kasus agranulositosis fatal. Untuk mendeteksi hal tersebut, selama penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur. Jika gejala tersebut timbul, penggunaan obat ini harus segera dihentikan (Lukmanto, 1986).
2.4 Metode Penetapan Kadar Antalgin2.4.1 Iodimetri Penetapan kadar antalgin dilakukan secara iodimetri. Metode ini cukup akurat karena titik akhirnya cukup jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan titer yang encer. Iodimetri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksi lebih tinggi dari sistem larutan iodin. Iodin merupakan oksidator yang lemahdengan nilai potensial oksidasi sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi oksidasi, iodin akan direduksi menjadi iodida (Rohman, 2007).
2.4.2 Prinsip Iodimetri Titrasi Iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5-8). Pada antalgin (metampiron), gugus –SO3Na dioksidasi oleh I2 menjadi –SO4Na (Satiadarma, 2004).
2.4.3 Indikator Biasanya indikator yang digunakan adalah kanji/ amilum. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodin – amilum mempunyai kelarutan yang kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi (Khopkar, 2007).Larutan kanji dengan iod memberi suatu kompleks yang tak dapat larut dalam air, sehingga kanji tak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi. Karena itu, dalam titrasi iod, larutan kanji hendaknya tak ditambahkan sampai tepat sebelum titik akhir ketika warna mulai memudar (Basset, 1994).
2.4.4 Larutan Pentiter Pada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan titer. Iodin adalah oksidator lemah sedangkan iodida merupakan reduktor lemah. Iodin hanya larut sedikit dalam air, namun larut dalam larutan yang mengandug ion iodida.Larutan iodin standar dapat dibuat dengan melarutkan iodin dengan larutan KI pekat. Karena iodin mudah menguap, maka larutan ini harus dibakukan dengan Natrium tiosulfat segera akan digunakan (Day, 2002).Kelemahan pelarut beriodida adalah ion ini dapat teroksidasi oleh O2 dari udara yang dipercepat reaksinya dalam suasana asam atau oleh adanya cahaya, tetapi bersifat lambat dalam suasana netral. Selain itu, senyawa iodida (biasanya KI) yang digunakan dipersyaratkan agar bebas iodat (karena iodat bereaksi dengan I- dalam suasana asam dengan membentuk I2). Persyaratan harus dipenuhi bila larutan I2 dalam KI akan digunakan sebagai larutan baku (Mulyono, 2006).
METODOLOGI
Alat dan bahan yang digunakan Alat-alat
Alat-alat yang digunakan yaitu: o Beaker glass o Gelas ukur o Erlenmeyer o Buret o Statif dan klem o Lumpang dan mortir o Timbangan
Bahan-bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu: o Metanol o Asam asetat 2N o Akuades o Larutan iodium 0,1 N o Indikator Kanji
Standar sekunder :
1.larutan iodium 12 0,1 N
Pembuatan larutan I2 0,1 N
Larutkan 12,691 g dalam larutan 20 g KI dalam 20 ml aquadest sampai larut dan tambahkan air suling sampai liter.kocok homogen
2. Larutan Natrium Tiosulfat Pebuatan larutan Na2 S2O3 0,1 N Larutkan 24,807 Na2 S2O3 0,1 N dalam 200 mg na 2co3 dalam 1 liter air suling yang telah direbus terlebih dahulu . diamkan 24 jam dan saring
Standart primer
3. Kalium iodidat Pembuatan larutan KIO3 Dilarutkan 3,568 g KIO3 dalam labu ukur 1 liter dalam quadest sampai tanda batas , kocok homogen Indiktor larutan amilum Pembuatan :Dibuat larutan amilum 0,5 % dalam aquadest dan dipanaskan sampai kental . larutan dibuat baru .
Pembakuan larutan pereaksi
Pembakuan larutan Na2 S2O3 0,1 NDipipet 10 ml larutan KI O3 0,1 N ditambah HCln4 N dan 0,8 g KI dikocok , titrassi dengan larutan Na2 S2O3 0,1 N sampai larutan berwarna kuning muda , ditambah 2 ml larutan amilum 0,5 % dilanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang
Pembakuan laruta I2 0,1 NDipipet 10 ml larutan I2 0,1 N dittirasi Na2 S2O3 0,1 N samai larutan berwarna kuning muda , ditambahkan 2ml larutan indikator amilum 0,5 % dilanjutkan titrasi samai warna biru hilang
Penetapan kadar antalgin
Dar sampel total yang telah digerus homogen dan telah ditimbang , ditimbang sampel 200 mg . dilakukan dalam suasana asam , dilarutkan 200 mg sampel dalam 5 ml air suling
dan ditambahkan 5ml HCl 0,02 N dan 2 ml larutan amilum . titrasi dengan larutan I2 0,1 N sambil dikocok dan sampai terbentuk warna biru mantap