modul-pkp1-perencanaan tebal perkerasan aashto

Upload: ikhbal-muttakin

Post on 03-Jun-2018

309 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    1/100

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    2/100

    a. mahasiswa dapat mengidentifikasi (identify) struktur

    perkerasan lentur;

    b. mahasiswa dapat menjelaskan (explain) parameter-

    parameter untuk perencanaan tebal lapis perkerasan lentur

    dan pelapisan ulang;

    c. mahasiswa dapat merencanakan (design) tebal lapis

    perkerasan lentur dan pelapisan ulang..

    LEARNING OUTCOME

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    3/100

    STRUKTUR PERKERASAN LENTUR

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    4/100

    STRUKTUR PERKERASAN LENTUR

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    5/100

    STRUKTUR PERKERASAN LENTUR

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    6/100

    1. Metoda empiris

    Metoda yang pada dasarnya dikembangkan

    berdasarkan pengalaman dan penelitian darijalan-jalan yang dibuat khusus untuk

    penelitian atau dari jalan yang sudah ada,

    contoh AASHTO 1993, NAASRA, Road Note29/ 31

    METODA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    7/100

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    8/100

    3. Metoda mekanis empiris

    Merupakan metoda yang

    menggabungkan kedua metodasebelumnya, metoda empiris dan

    metoda mekanis, contoh AASHTO 2002.

    METODA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    9/100

    AASHTO dan The Asphalt Institute

    (Amerika),

    Road Note (Inggris),

    NAASRA (Australia) dan

    Bina Marga (Indonesia).

    METODA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    10/100

    Metode empiris AASHTO (AASHTO, 1993),

    berdasarkan AASHO Test pada akhir tahun

    1950, adalah metode perencanaan perkerasanyang paling banyak digunakan saat ini.

    Persamaan desain AASTHO adalah hubungan

    regresi antara jumlah siklus beban, kapasitasstruktural perkerasan, dan kinerja, diukur dari

    sisi tingkat serviceability/ pelayanan.

    METODA AASHTO 1993

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    11/100

    Konsep serviceability diperkenalkan

    dalam metode AASHTO sebagai ukuran

    tidak langsung dari kualitas pelayananperkerasan.

    Indeks serviceability didasarkan pada

    kerusakan (distreeses) permukaan yang

    umumnya ditemukan pada perkerasan

    METODA AASHTO 1993

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    12/100

    AASHTO DESIGN GUIDE EVOLUTION

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    13/100

    AASHO Road Test

    AASHTO Design Guide

    1 set material

    1,1 juta beban repetisiStruktur seksi terbatas

    1 iklim / 2 tahun

    50+ juta beban repetisi

    Semua iklim selama 20

    40 tahun

    Bermacam-macan struktur/disain rehab

    Baru dan bermacam-macam material

    AASHTO DESIGN GUIDE EVOLUTION

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    14/100

    AASHO ROAD TEST

    Construction: August 1956 - September 1958

    Test Traffic: October 1958 - November 1960

    Special Studies: Spring and early summer 1961

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    15/100

    TEST LOOPS

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    16/100

    FLEXIBLE MATERIALS

    HMA Dense-graded 85-100 pen asphalt

    Base Course Crushed limestone 10% passing No. 200 Average CBR = 107.7

    Subbase Course

    Sand/gravel mixture 6.5% passing No. 200 CBR = 2851

    Subgrade

    A-6 soil (silt/clay)

    82% passing No.

    200

    Average CBR = 2.9

    Optimum wc = 13%

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    17/100

    FLEXIBLE SECTIONS

    HMA

    1 to 6 inches thick

    Base Course

    0 to 9 inches thick

    Subbase Course

    0 to 16 inches thick

    Thickest section

    6 inches HMA

    9 inches base

    16 inches subbase Used for heavy loads

    2.6 to 3.6 PSI at test end

    Thinnest section 1 inch HMA

    Used for light loads

    8 to 25 ESALs to failure

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    18/100

    FLEXIBLE PERFORMANCE

    Majority failed

    Even thickest sections sustained appreciable

    damage

    Most failed during spring thaw

    Frost action was a major contributor

    Thicker base & subbase helped to mitigate frost

    action

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    19/100

    METODA AASHTO 2002

    1. Metode AASHTO 2002 termasuk metode

    empirik mekanistik merupakan perpaduan

    dari metode empirik dan mekanistik.2. Dengan metode ini faktor faktor empiris

    masih diperhitungkan tetapi juga

    disesuaikan dengan persamaan dasarmetode mekanistik.

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    20/100

    Selesai

    Menghitung

    D1,D2,D3

    W18Desain W18Trafic

    Persamaan AASHTO

    W18 Desain

    Mulai

    Parameter Desain

    INPUT DATA :

    Data Lalu lintas,

    Golongan Kendaraan

    DD, DL, n, g,, ZR, Pt

    Po, PSI , So, Keff, Cd,

    Mr, ai, m

    Asumsi SN (faktor

    tebal perkerasan)

    Faktor ESAL

    W18 Trafic

    Lalu lintas

    Rencana (18)

    HASIL PERANCANGAN

    Gambar Tebal Perkerasan

    Lentur

    Tidak

    Ya

    PROSEDUR PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    21/100

    a. Gambar 1 memperlihatkan nomogram untuk menentukanStruktural number rencana yang diperlukan.

    b. Nomogram tersebut dapat dipergunakan apabila dipenuhikondisi-kondisi berikut ini:

    1. Perkiraan lalu-lintas masa datang (W18) adalah padaakhir umur rencana,

    2. Reliability (R).

    3. Overall standard deviation (S0),

    4. Modulus resilien efektif (effective resilient modulus)material tanah dasar (MR),

    5. Design serviceability loss (PSI= IP0IPt).

    PROSEDUR PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    22/100

    c. Perhitungan perencanaan tebal perkerasan dalam

    pedoman ini didasarkan pada kekuatan relatif masing-

    masing lapisan perkerasan, dengan rumus sebagai

    berikut :ITP = a1D1+ a2D2+ a3D3

    Dimana:

    a1, a2, a3=Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan

    D1, D2,D3=Tebal masing-masing lapis perkerasan (cm)

    PROSEDUR PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    23/100

    d. Jika kualitas drainase dipertimbangkan, maka

    persamaan di atas dimodifikasi menjadi :

    ITP = a1

    D1

    + a2

    D2

    m2

    + a3

    D3

    m3

    Dimana :

    a1, a2, a3=Koefisien kekuatan relatif bahan

    perkerasan (berdasarkan besaran mekanistik)D1, D2, D3=Tebal masing-masing lapis perkerasan

    m2, m3=Koefisien drainase

    PROSEDUR PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    24/100

    e. Angka 1, 2, dan 3, masing-masing untuk

    lapis permukaan, lapis pondasi, dan

    lapis pondasi bawah.f. Selain menggunakan Gambar 1, ITP

    juga dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus berikut ini.

    PROSEDUR PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    25/100

    FORMULA

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    26/100

    NOMOGRAM

    1

    23

    4

    5

    Gambar 1: Nomogram

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    27/100

    Data untuk perencanaan tebal perkerasan lenturantara lain adalah sebagai berikut:

    1. CBR tanah dasar

    a. Data CBR tanah dasar didapatkan dari hasil ujiDCP (Dynamic Cone Penetrometer).

    b. Data CBR dianalisa dengan metode grafis

    untuk mendapatkan nilai CBR rencana.c. Nilai CBR rencana adalah nilai persentase

    kumulatif 90%.

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    28/100

    d. Nilai CBR diurutkan dari nilai terendah ke

    nilai tertinggi dan dihitung nilai CBR yang

    sama atau lebih besar.e. Setelah itu, dihitung nilai persentase CBR

    kumulatif yang sama atau lebih besar.

    f. Nilai CBR yang telah dianalisa tersebutdapat dilihat pada Tabel 1.

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    29/100

    Tabel 1. Nilai CBR kumulatif ruas Km. 35Pulang Pisau

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    30/100

    g. Tabel 1 dibuat grafik antara nilai % CBR

    kumulatif dengan nilai CBR yang sudah

    diurutkan dan dicari nilai CBR kumulatif 90%-

    nya.

    h. Nilai CBR tersebut digunakan sebagai nilai

    CBR rencana untuk perencanaan perkerasan

    lentur.

    i. Grafik hubungan antara nilai CBR dan % CBR

    kumulatif dapat dilihat pada Gambar 2.

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    31/100

    Gambar 2. Grafik hubungan antara CBR tanah dasar dan% CBR kumulatif

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    32/100

    j. Berdasarkan Gambar 2 didapat nilai CBR pada

    percentile 90% sekitar 3,25%.

    k. Dengan demikian nilai CBR rencana ditetapkan

    sebesar 3,25%.

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    33/100

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    34/100

    Tabel 2. Kelompok jenis kendaraan dalam perhitungan lalulintas

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    35/100

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    36/100

    b. Besarnya Gross Vehicle Weight (GVW) menggunakanspesifikasi kendaraan yang beredar dipasaran.

    c. Data lalu lintas dicatat pada tahun 2007 dalam 2 arah

    (Km. 35Pulang Pisau dan Pulang PisauKm.35).d. Faktor pertumbuhan lalulintas ditetapkan sebesar

    6,5% untuk semua jenis kendaraan dan tidak berubahselama umur perkerasan.

    e. Jalan direncanakan untuk dibuka pada tahun 2011maka proyeksi data lalu lintas diproyeksikan denganperhitungan sebagai berikut.

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    37/100

    0=(1+)

    2011=2007(1+)

    2011=826(1+6,5%)4=1.063

    dengan:LHR0= lalulintas harian ratarata pada awal umur rencana

    LHR = lalulintas harian ratarata saat pengambilan data

    i = faktor pertumbuhan lalulintas selama masa pelaksanaan (%)

    n = jumlah tahun, sejak pengambilan data sampai dengan awalpelakasanaan

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    38/100

    f. Data lalulintas yang diperlukan perencanaan tebal

    lapis perkerasan ditunjukan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Data lalulintas Km.35Pulang Pisau tahun 2007.

    DATA PERENCANAAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    39/100

    1. Besarnya pertumbuhan lalulintas

    telah ditetapkan sebesar 6,5 %

    untuk semua jenis kendaraanselama umur rencana.

    2. Pertumbuhan lalulintas dihitungdengan persamaan:

    FAKTOR PERTUMBUHAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    40/100

    dengan:

    g = persentase pertumbuhan lalulintas (%)

    n = umur rencana (tahun)

    FAKTOR PERTUMBUHAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    41/100

    1. Tingkat pelayanan dibagi menjadi dua yaitu tingkat

    pelayanan awal (pi) dan tingkat pelayanan akhir

    (pt).

    2. Tingkat pelayanan awal berdasar AASHTO

    diharuskan sama atau lebih dari 4,0.

    3. Nilai tingkat pelayanan awal (pi) yang

    direkomendasikan oleh AASHTO Road Testadalah 4,2.

    TINGKAT PELAYANAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    42/100

    4. Angka PSI diperoleh dari pengukurankekasaran (roughness), dan pengukurankerusakan (distress) seperti retak retak,

    amblas, alur, dan tipe kerusakan lain selamamasa pelayanan.

    5. Angka PSI pada akhir umur rencana adalah

    angka yang masih dapat diterima sebelumdilakukannya pelapisan ulang (overlay).

    TINGKAT PELAYANAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    43/100

    6. Angka antara 2,5 atau 3,0 adalah yang

    disarankan untuk digunakan pada jalan kelas

    tinggi, sedangkan angka 2,0 untuk jalan

    kelas rendah.

    7. Tetapi apabila pertimbangan ekonomi

    menjadi faktor yang berpengaruh, maka nilaipt

    = 1,5 dapat digunakan.

    TINGKAT PELAYANAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    44/100

    8. Salah satu kriteria untuk menentukan

    tingkat pelayanan terendah pada akhir

    umur rencana (pt) dapat didasarkan darivolume lalulintas.

    9. Nilai pt berdasar volume lalu lintas

    ditunjukan Tabel 1.

    TINGKAT PELAYANAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    45/100

    Tabel 1. Indeks pelayanan akhir berdasar volume lalu lintas

    TINGKAT PELAYANAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    46/100

    10. Nilai indeks pelayanan akhir (pt) ditetapkan berdasar

    volume lalulintas ADT = 2012 sebesar 2,0 (Tabel 16).

    11. Selanjutnya PSI dapat dihitung dengan perhitungan

    sebagai berikut: =

    =4,22,0=2,2

    dengan:

    pi= Indeks pelayanan pada awal umur rencana

    pt= Indeks pelayanan pada akhir umur rencana

    TINGKAT PELAYANAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    47/100

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    48/100

    1. AASHTO menghitung angka ekivalen (Ex)

    sebagai perbandingan umur perkerasan

    akibat beban lalu lintas standar (18 kips)

    terhadap umur perkerasan akibat beban lalu

    lintas non standar (x kips), dan besarnya

    tergantung dari jenis sumbu, indekspelayanan akhir (pt), serta besarnya angka

    structural number.

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    49/100

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    50/100

    4. Untuk menentukan Faktor ESA, nilai G dihitung

    dengan nilai ptyang telah ditentukan sebelumnya

    yaitu sebesar 2.

    5. Nilai G dapat dilihat pada perhitungan berikut:

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    51/100

    dengan:

    G = faktor perbandingan kehilangan tingkat pelayanan

    pt= indeks pelayanan (serviceability index) akhir(pt)

    6. Fungsi desain dan variasi beban sumbu kendaraanyang menyatakan jumlah perkiraan banyaknya sumbukendaraan yang akan diperlukan sehingga permukaanperkerasan mencapai tingkat pelayanan = 1,5dinyatakan sebagai .

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    52/100

    7. Nilai SN yang telah disesuaikan dengan hasil

    perhitungan adalah 3,65181.

    8. Nilai SN digunakan untuk menghitung x

    dan18.

    Contoh perhitungan x dengan SN 3,65181

    untuk kendaraan golongan 2 & 3 yangmemiliki berat sumbu depan 2,2046 kips:

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    53/100

    dengan:

    = faktor desain dan variasi beban sumbu

    SN = structural number

    Lx= beban sumbu yang akan dievaluasi (kips)

    L18= beban sumbu standar (18 kips)L 2= notasi konfigurasi sumbu

    1 = sumbu tunggal, 2 = sumbu ganda dan 3 = sumbu tripel

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    54/100

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    55/100

    Sebagai contoh perhitungan Wx/W18untuk kendaraan

    golongan 2 & 3 adalah sebagai berikut:

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    56/100

    dengan:

    W = ekivalen beban sumbu standar (W= 18.000 lbs (80kN))

    G = faktor perbandingan kehilangan tingkat pelayananLx= beban sumbu yang akan dievaluasi (kips)

    L18= beban sumbu standar (18 kips)

    L 2

    = notasi konfigurasi sumbu1 = sumbu tunggal, 2 = sumbu ganda dan 3 = sumbu

    tripel

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    57/100

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    58/100

    TUGAS 1:Hitung LEF sumbu depan untuk

    golongan jenis kendaraan lainnya

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    59/100

    10. Hasil perhitungan faktor ESAL (LEF)

    untuk sumbu depan dapat dilihat pada

    Tabel 2.11. Dan untuk sumbu belakang dapat

    dilihat pada Tabel 3.

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    60/100

    Tabel 2 Hasil perhitungan faktor ESAL (LEF) sumbu depan

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    61/100

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    62/100

    Tabel 3. Hasil perhitungan faktor ESAL (LEF) sumbu belakang

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    63/100

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    64/100

    Tabel 4. Hasil perhitungan total faktor ESAL (LEF)

    FAKTOR ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    65/100

    1. LHR pada awal jalan dibuka yaitu LHR tahun 2011.

    2. Lalulintas rencana dikali dengan faktor ESAL total

    untuk mendapatkan lalulintas rencana dalam ESAL.

    Contoh perhitungan:

    =365

    =1.06313,5365=5233903=

    =52339030,000507=2655,881

    LALU LINTAS RENCANA ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    66/100

    3. Hasil dari perhitungan total lalulintas rencana

    ESAL dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Hasil perhitungan lalulintas rencana ESAL

    LALU LINTAS RENCANA ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    67/100

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    68/100

    Tabel 6. Distribusi kendaraan berdasarkan jumlah lajur

    LALU LINTAS RENCANA ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    69/100

    8. Faktor distribusi arah ditetapkan sebesar 0,5 danfaktor distribusi lajur sebesar 1 untuk mendapatkanlalulintas rencana kumulatif (w18).

    9. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

    dengan:

    DD= faktor distribusi berdasarkan arahDL = faktor distribusi berdasarkan jumlah lajur

    = nilai kumulatif prediksi ESAL

    LALU LINTAS RENCANA ESAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    70/100

    1. Reliabilitas adalah nilai probabilitas dari kemungkinantingkat pelayanan yang dipandang dari sudut pemakai

    jalan.

    2. Dapat juga diartikan sebagai cara menggabungkanbeberapa tingkat kepastian pada proses perencanaanuntuk memastikan bahwa berbagai alternatif rencanaakan bertahan pada periode analisa.

    3. Tingkat reliabilitas yang disarankan untuk berbagaiklasifikasi jalan sesuai dengan fungsinya ditunjukanpada Tabel 7.

    RELIABILITAS

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    71/100

    Tabel 7. Tingkat reliabilitas berdasarkan fungsi jalan

    RELIABILITAS

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    72/100

    4. Tingkat reliabilitas berdasar pada nilai rencana

    ESAL dapat dilihat pada Tabel 8.

    Tabel 8. Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai rencana ESAL

    RELIABILITAS

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    73/100

    5. Korelasi antara nilai deviasi standar normal (ZR)

    dan reliabilitas (R) ditunjukan pada Tabel 9.Tabel 9. Deviasi standar normal (ZR) yang mewakili tingkat reliabilitas (R)

    RELIABILITAS

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    74/100

    6. Berdasarkan Tabel 7 untuk jalan kolektor pada

    daerah rural, maka nilai reliabilitas berkisar antara

    7595 %.

    7. Dengan pendekatan nilai rencana ESAL antara898.726,2 sesuai Tabel 8 nilai reliabilitas dapat

    ditetapkan sebesar 85 %.

    8. Untuk nilai reliabilitas 85% sesuai pada Tabel 9maka nilai ZR

    sebesar -1,037.

    RELIABILITAS

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    75/100

    1. Karakteristik mutu tanah dasar pada perencanaan

    perkerasan lentur ditentukan oleh nilai resilient

    modulus (MR).

    2. Resilient Modulus adalah nilai hubungan dinamisantara tegangan dan regangan yang mempunyai

    karakteristik nonlinear.

    3. Dari hasil perhitungan kumulatif 90 % sebelumnya,didapat nilai CBR rencana sebesar 3,25%.

    MODULUS RESILIENT TANAH DASAR

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    76/100

    4. Heukelom and Klomp (1962) korelasi antara nilaiCBR Corps of Engineer dan nilai resilient modulus

    (MR) dihitung seperti berikut:

    ()=1500

    ()=15003,25 = 4875

    dengan:

    MR= resilient modulus

    CBR = california bearing ratio

    MODULUS RESILIENT TANAH DASAR

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    77/100

    1. SN yang sebelumnya digunakan untuk

    menentukan faktor ESAL (LEF) dimasukan

    pada persamaan dasar AASHTO untuk

    menentukan SN rencana.

    2. Apabila tidak memenuhi, maka nilai SN

    ditentukan ulang dari SN yang digunakanuntuk menentukan faktor ESAL (LEF).

    STRUCTURAL NUMBER RENCANA

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    78/100

    3. Pembuktian nilai SN memenuhi persamaan dasarAASHTO dengan memasukan nilai dan asumsi

    yang telah ditentukan sebelumnya adalah sebagai

    berikut:

    STRUCTURAL NUMBER RENCANA

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    79/100

    dengan:w18= perkiraan nilai kumulatif ekivalen beban kendaraan dari aplikasi

    ESAL (Equivalent Single Axle Load)

    Z R= deviasi normal yang mewakili nilai relialibilitas (R)

    S0= gabungan kesalahan baku dari perkiraan beban lalulintas dankinerja suatu perkerasan jalan

    SN = Structural number, Nilai korelasi total suatu tebal perkerasanyang dibutuhkan

    PSI = selisih antara indeks pelayanan awal dan akhir

    MR= resilient modulus (psi)Nilai SN 3,65181 memenuhi persamaan dasar AASHTO , makanilai tersebut dapat digunakan sebagai nilai SN rencana.

    STRUCTURAL NUMBER RENCANA

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    80/100

    1. Menurut AASHTO 1993 nilai tebal minimum setiaplapis perkerasan ditunjukan Tabel 10.

    Tabel 10. Tebal minimum lapis perkerasan

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    S S

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    81/100

    2. Material yang digunakan oleh setiap lapisan antara lain adalahsebagai berikut:

    a. Lapis permukaan menggunakan aspal beton (AC) 2000MPa dengan tebal minimum 3 sesuai Tabel 10 (Volumelalulintas ESAL 898726,2) dan koefisien kekuatan relatif 0,4

    menurut Siegfried & Rosyidi (2007).b. Fondasi atas menggunakan bahan butiran (granular)

    dengan CBR 70% (modulus sekitar 27500 psi) dengan tebalminimum 6 sesuai Tabel 10 (Volume lalulintas ESAL898726,2) dan ditetapkan memiliki nilai koefisien drainasi

    (m2) 1,0 serta koefisien kekuatan relatif (a2) sebesar 0,13seperti ditunjukan pada plot nomogram pada Gambar 2.

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    82/100

    Gambar 2. Hasil plot nomogram kekuatan relatif bahanbutiran untuk fondasi atas (a2)

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    83/100

    c. Fondasi bawah menggunakan bahan

    butiran (granular) dengan CBR 70%

    (modulus sekitar 18500 psi) dan

    ditetapkan memiliki nilai koefisien drainasi

    (m3) 1,0 serta koefisien kekuatan relatif

    (a3

    ) sebesar 0,13 seperti ditunjukan pada

    plot nomogram pada Gambar 3.

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    84/100

    Gambar 3. Hasil plot nomogram kekuatan relatif denganbahan butiran untuk fondasi bawah (a3)

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    85/100

    3. Tebal lapis perkerasan ditetapkan sebesar4,330709(11 cm), fondasi atas 7,874016(20 cm)

    dan fondasi bawah dihitung seperti berikut:

    =1+2+3

    =11+222+3333,65181=(0,44,330709)+(0,137,8740161)+(0,13 31)

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    86/100

    dengan:SN = Structural number, Nilai korelasi total suatu tebal

    perkerasan yang dibutuhkan

    ai = koefisien kekuatan relatif lapis ke-i

    Di = tebal lapis ke-i (inch)

    mi = koefisien drainasi lapis ke-i

    Besarnya nilai D3minimum adalah 6,891573 atau 17,5046 cm,

    maka digunakan D3

    sebesar 18 cm atau 7,086614kemudian SN perkerasan dihitung kembali seperti berikut:

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    87/100

    =11+222+333

    SN=(0,44,330709)+(0,137,8740161)+(0,137,0866141)

    =1,732283+1,023622+0,92126=3,677165

    Tebal masing masing lapis perkerasan dapat

    diterima karena SN perkerasan lebih besar dari SN

    rencana.

    Tebal masingmasing lapisan perkerasan yaitu:

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    88/100

    a. Lapis permukaan menggunakan bahan aspalbeton (AC) 2000 MPa dengan tebal 11 cm

    (4,330709)dan koefisien kekuatan relatif 0,4.

    b. Fondasi atas menggunakan bahan butiran(granular) dengan CBR 70 % (modulus sekitar

    27500 psi) dengan tebal 20 cm (7,874016) dan

    memiliki nilai koefisien drainase (m2) 1,0 sertakoefisien kekuatan relatif (a2) sebesar 0,13.

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    89/100

    c. Fondasi bawah menggunakan bahan butiran(granular) dengan CBR 70% (modulus sekitar18500 psi) dengan tebal 18 cm (7,086614) dan

    memiliki nilai koefisien drainase (m2) 1,0 sertakoefisien kekuatan relatif (a2) sebesar 0,13.

    Gambar susunan tebal masing masing lapisanperkerasan dengan menggunakan metode AASHTOdapat dilihat pada Gambar 4.

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    90/100

    Gambar 4 Susunan tebal lapis perkerasan denganmetode AASHTO

    TEBAL LAPIS PERKERASAN

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    91/100

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    92/100

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    93/100

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    94/100

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    95/100

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    96/100

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    97/100

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    98/100

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    99/100

    FAKTOR EKIVALEN BEBAN

    SOAL

  • 8/12/2019 Modul-pkp1-Perencanaan Tebal Perkerasan Aashto

    100/100

    SOAL