mikrostruktur keramik
DESCRIPTION
sTRANSCRIPT
-
Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO2-MgO
Hadi Priyo Utomo (906322403617).
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penggerusan
terhadap konstanta dielektrik, kekerasan dan mikrostruktur keramik oksida SiO2-MgO. Bahan Silika dikenal dengan kekerasannya, selain itu silika juga dapat mengurangi keplastisan dan mengurangi susut kering. Sedangkan Magnesium Oksida merupakan bahan keramik elektronik yang dibuat sebagai insulator listrik, sehingga baik untuk pembuatan bahan dielektrik. Pemberian variasi lama penggerusan dimaksudkan untuk mengoptimalkan proses penggerusan dan memaksimalkan kepadatan keramik. Sehingga paduan antara keramik oksida SiO2 dan MgO dengan menvariasi lama penggerusan diharapkan dapat menghasilkan keramik yang memiliki keunggulan sifat mekanik dan elektrik. Penelitian ini memadukan keramik oksida SiO2-MgO dengan variasi lama penggerusan 1 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. Sintering dilakukan pada suhu 1100C dengan lama penahanan selama 10 jam. Kemudian sampel diukur kapasitansinya menggunakan kapasitansimeter dan dihitung nilai konstanta dielektrik dan diuji kekerasan menggunakan metode Micro Vickers Hardness. Sampel yang telah diuji kekerasan kemudian diambil tiga nilai kekerasan, yaitu kekerasan rendah, sedang/tengah, dan tinggi untuk diuji mikrostruktur dengan SEM.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Lama penggerusan berpenga-ruh terhadap nilai konstanta dielektrik keramik oksida SiO2-MgO secara polynomial kuadratik, semakin lama proses penggerusan maka nilai konstanta dielektrik semakin besar, (2) Lama penggerusan berpengaruh terhadap nilai kekerasan keramik oksida SiO2-MgO secara polynomial kuadratik, semakin lama proses penggerusan maka kekerasan semakin besar, (3). Nilai kekerasan semakin meningkat apabila jumlah luasan total pori-pori dan luas fraksi pori-pori yang terbentuk pada mikrostruktur berkurang.
Kata kunci: Lama penggerusan SiO2-MgO, konstanta dielektrik, kekerasan,
mikrostruktur
PENDAHULUAN
Material keramik adalah bahan non logam yang biasanya berupa senyawa
ikatan oksigen, karbon, nitrogen, boron, dan silikon. Keramik merupakan material
yang kuat, dan keras serta tahan korosi. Sifat-sifatnya ini bersama dengan
-
kerapatan yang rendah dan juga titik lelehnya yang tinggi, membuat keramik
merupakan material struktural yang menarik.
Silika atau dikenal dengan silikon dioksida merupakan material mentah
yang ditemukan di alam berupa amorf dan kristal. Silika memiliki partikel-
partikel yang kasar dan memberikan kontribusi yang besar pada sifat mekanik
kekerasan bahan karena bahan tidak mudah lembek dan tahan terhadap penetrasi
pada permukaannya. Sedangkan magnesium oksida (MgO) atau magnesia
merupakan keramik elektronik yang materialnya memiliki sifat dielektrik dan
mampu menyimpan muatan listrik karena dalam pembentukan ikatan MgO terjadi
perpindahan elektron sehingga magnesia merupakan salah satu jenis bahan
keramik yang digunakan untuk isolator listrik, pembungkus makanan, kosmetik,
bidang farmasi, dan campuran dalam pembuatan gelas.
Komposit atau Paduan antara keramik oksida, dalam hal ini memadukan
antara silika (SiO2) dan magnesium oksida (MgO) diharapkan bisa menghasilkan
keramik yang memiliki beberapa keunggulan dan ketahanan. Hal ini bisa dilihat
dari sifat dari kedua keramik oksida tersebut. Silika dapat meningkatkan
kekerasan bahan karena memiliki partikel-partikel yang kasar, sementara MgO
materialnya memiliki sifat dielektrik yang mampu menyimpan muatan listrik.
Dengan memadukan MgO dengan SiO2 diharapkan dapat diaplikasikan sebagai
bahan kapasitor keramik dimana memiliki sifat keras dan mampu menyimpan
muatan listrik.
KAJIAN PUSTAKA
Silika dengan kemurnian yang tinggi merupakan bahan yang sangat baik
untuk pembentukan keramik dengan pemuaian yang sangat rendah. Silika
merupakan insulator yang sangat baik sampai mencapai suhu 1000oC dan tahan
terhadap korosi logan dan gelas. Silikon dioksida terbentuk melalui ikatan kovalen
yang kuat, serta memiliki struktur lokal yang jelas: empat atom oksigen terikat
pada posisi sudut tetrahedral di sekitar atom pusat yaitu atom silikon. Struktur
silikat primer adalah tetrahedron SiO4, jadi setiap satu atom silikon dikelilingi
empat atom oksigen. Gaya-gaya yang mengikat atom tetrahedral berasal dari
ikatan ionik dan kovalen sehingga ikatan tetrahedral sangat kuat (Worral, 1986).
-
Pada temperatur kamar, satuan tetrahedral dari silika tersusun dalam suatu
susunan heksagonal, tetapi pada temperatur 8750C kestabilan susunan tetrahedral
silika berubah. Berikut struktur kristal silika SiO2.
Magnesium oksida merupakan oksida basa sederhana, karena mengandung
ion oksida juga. Namun demikian, sifat basanya tidak sekuat natrium oksida
karena ion oksidanya tidak terlalu bebas. Meskipun dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain (seperti pelepasan energi ketika ion positif menarik air pada bentuk
larutannya), pengaruh dari hal ini adalah reaksi yang melibatkan magnesium
oksida akan selalu kurang eksotermik daripada natrium oksida. Magnesium oksida
(MgO) atau magnesia memiliki karakter yang sangat unik, antara lain merupakan
salah satu jenis bahan keramik yang mempunyai titik lebur yang tinggi, yaitu
sekitar 30730K sehingga bersifat tahan api, permukaan yang kuat, tahan air, kedap
suara, anti rayap , penahan panas dan dingin dan tahan terhadap serangan jamur
dan lumut dan pembusukan juga digunakan pada temperatur refractory yang
tinggi, isolator listrik, pembungkus makanan, kosmetik, dan hal-hal yang
berkenaan dengan bidang farmasi.
Grinding atau penggerusan adalah proses reduksi ukuran (size reduction
atau comminution) dari bijih yang berukuran halus menjadi ukuran sangat halus
dalam proses pengolahan mineral yang dilakukan setelah melakukan crushing
dengan ukuran kurang dari 25 mm. semakin lama proses penggerusan akan
berpengaruh terhadap campuran bahan. Selain bahan akan tercampur semakin
homogen, hal ini akan berpengaruh terhadap sifat-sifat yang lain seperti halnya
sifat kekerasan, sifat dielektriksitas bahan hingga bentuk dan struktur penampang
permukaan jika dilihat menggunakan mikroskop electron (SEM).
Bahan dielektrik adalah bahan yang tidak memiliki muatan bebas yang
berpengaruh penting terhadap sifat kelistrikan bahan tersebut. Bahan dieletrik
sangat penting dalam kelistrikan karena beberapa sifat bahan dieketrik yaitu
dapat menyimpan muatan listrik, melewatkan arus bolak-balik dan menahan arus
searah. Konstanta dielektrik adalah perbandingan nilai kapasitansi kapasitor di
bahan dielektrik dengan nilai kapasitansi di ruang hampa. untuk menghitung nilai
konstanta dielektrik dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut.
-
AdC
r0
dengan:
C = kapasitansi kapasitor (F) o = permitivitas ruang hampa (F/m) A = luas plat (m2) d = jarak antar plat (m) Kekerasan suatu bahan dapat didefinisikan sebagai tahanan yang dilaku-
kan oleh bahan terhadap desakan kedalam yang tetap, disebabkan oleh alat pen-
desak dengan bentuk tertentu dibawah gaya tertentu, suatu desakan kecil (atau
tidak dalam) menunjukkan kekerasan yang besar. Uji kekerasan Vicker
menggunakan pengindent diamond piramid atau intan yang ujung berbentuk
piramida. Nilai kekerasan hasil pengujian metode Vickers disebut juga dengan
kekerasan HV atau VHN (Vickers Hardness Number),secara teoritis diartikan
sebagai besarnya beban dibagi luas penampang lekukan yang terjadi. Besarnya
HV dapat ditentukan dengan persamaan berikut.
2854,1 dPHV
dengan:
HV = Kekerasan Vicker Hardness (kgf/mm2) P = Beban yang diberikan (kgf) d = Panjang diagonal jejak indentor rata-rata (mm)
Sintering adalah proses pemanasan kurang lebih berkisar 80 % di bawah
suhu leleh dan dalam bentuk padat (solid state) untuk membentuk fase tertentu
dan mengompakkan komposisi fase yang diinginkan. Sementara Mikrostruktur
adalah bentuk penampang permukaan yang terdapat pada keramik oksida SiO2-
MgO meliputi luasan pori-pori dan luasan total fraksi yang nampak pada keramik
oksida SiO2-MgO.
-
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat eksperimen sejati (true experimental research) yaitu
pembuatan sampel dengan variasi lama penggerusan silika (SiO2) dan magnesium
oksida (MgO) yang dihitung nilai konstanta dielektrik, diuji kekerasan, dan dilihat
mikrostrukturnya. Rancangan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Sampel dengan variasi lama penggerusan SiO2-MgO yang berbeda disintering
dengan suhu 1100C dengan lama penahanan 10 jam. Sampel ini kemudian
dhitung nilai konstanta dielektriknya dengan alat kapasitansimeter.
2. Sampel dengan variasi lama penggerusan SiO2-MgO yang berbeda diuji
kekerasan dengan metode Vickers Hardness menggunakan alat Micro Vickers
Hardness Tester.
3. Sampel dengan nilai kekerasan terendah, sedang, dan tertinggi dilihat
mikrostrukturnya dengan alat SEM (Scanning Electron Microscope).
Dalam penelitian ini sampel yang dihasilkan berbentuk silinder atau lebih
dikenal dengan tablet dimana bahan keramik komposit terdiri dari campuran SiO2
dengan MgO. Untuk menghitung massa masing-masing penyusunnya, maka
terlebih dahulu dilakukan penimbangan dengan komposisi SiO2-MgO (60%:40%).
Kemudian selanjutnya dilakukan proses penggerusan yang secara detail seperti
halnya pada tabel berikut.
Tabel 1 Jumlah dan Massa Bahan Sampel Keramik SiO2-MgO
No Sampel Lama peng-
gerusan
Massa 1 Spesimen Jumlah
Spesimen
Massa total Komposit
Massa Total
Sampel (gr)
SiO2 (gr)
MgO (gr)
SiO2 (gr)
MgO (gr)
1 Sampel 1 1 jam 0,6 0,4 4 2,4 1,6 4 2 Sampel 2 2 jam 0,6 0,4 4 2,4 1,6 4 3 Sampel 3 4 jam 0,6 0,4 4 2,4 1,6 4 4 Sampel 4 6 jam 0,6 0,4 4 2,4 1,6 4 5 Sampel 5 8 jam 0,6 0,4 4 2,4 1,6 4 20 12 8 20
-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari lima sampel yang diuji akan didapatkan data nilai kapasitansi hasil
pengukuran dengan kapasitansimeter yang selanjutnya dilakukan perhitungan
konstanta dielektrik. Data nilai konstanta dielektrik ditunjukkan pada tabel
berikut. Tabel 2 Konstanta Dielektrik dengan Variasi Lama Penggerusan SiO2-MgO
SiO2(60%) -MgO (40%) Kapasitansi
C (Farad) x Ketebalan d (meter)
Luas A (m2)
Permitivitas = C
( F/m)
Konstanta Dielektrik K = / o
(Hz) Lama penggerusan
1 Jam 4,8.10-12 3.10-3 1,2.10-2 1,27.10-10 14.40
2 Jam 5,83.10-12 3.10-3 1,2.10-2 1,55.10-10 17.50
4 Jam 7,41.10-12 3.10-3 1,2.10-2 1,97.10-10 22.24
6 Jam 8,54.10-12 3.10-3 1,2.10-2 2,20.10-10 25.64
8 Jam 9,63.10-12 3.10-3 1,2.10-2 2,50.10-10 28.91
` Berdasarkan data dalam Tabel 4.1 di atas selanjutnya dibuat Grafik
hubungan antara konstanta dielektrik dengan lama penggerusan keramik SiO2-
MgO (60%-40%) berikut.
Gambar 1 Grafik Hubungan antara Lama Penggerusan SiO2-MgO (60%-40%) dengan Konstanta Dielektrik
Pada Gambar 1 menunjukkan Grafik hubungan antara lama penggerusan
keramik SiO2-MgO (60%-40%) dengan konstanta dielektrik. Dimana hubungan
-
tersebut adalah semakin lama penggerusan keramik SiO2-MgO (60%-40%),
diperoleh konstanta dielektrik yang semakin meningkat.
Selanjutnya dari lima sampel yang diuji akan didapatkan data diameter
penjejakan oleh indentor kemudian dihitung nilai kekerasan. Data nilai kekerasan
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 3 Kekerasan dengan Variasi Lama Penggerusan Keramik SiO2-MgO (60%-40%)
SiO2:MgO (60%-40%) Kekerasan (Kgf/mm
2)
Lama penggerusan Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-Rata 1 Jam 12,2 13,8 11,3 12,43
2 Jam 12,6 11,6 14,9 13,03
4 Jam 11,5 18,9 17,2 15,86
6 Jam 18,5 24,1 12,9 18,50
8 Jam 17,5 17,3 30,6 21,80
Berdasarkan data dalam Tabel 3 di atas selanjutnya akan dibuat grafik
untuk mengetahui lebih jelas hubungan pengaruh lama penggerusan keramik
SiO2-MgO (60%-40%) terhadap nilai kekerasan, penentuan hubungan pengaruh
lama penggerusan keramik SiO2-MgO terhadap nilai kekerasan didasarkan pada
nilai R2 dari persamaan garis. Sehingga didapatkan Grafik dan ditentukan bahwa
hubungan lama penggerusan dengan nilai kekerasan tersebut ditunjukkan pada
Gambar 2 berikut
Gambar 2 Grafik Hubungan antara Lama Penggerusan SiO2-MgO terhadap Kekerasan
-
Pada Gambar 4.2 di atas menunjukkan grafik hubungan antara lama
penggerusan keramik SiO2-MgO (60%-40%) dengan nilai kekerasan. Dimana
hubungan tersebut adalah semakin lama penggerusan keramik oksida SiO2-MgO
diperoleh nilai kekerasan semakin meningkat secara polinomial atau kuadratik.
Berdasarkan besarnya nilai R = 0.993 yang paling tinggi pada persama-an
garis eksponensial. Untuk hubungan lama penggerusan dengan nilai kekeras-an
tersebut dapat ditunjukkan pada persamaan garis y = 0.372x2 + 0.188x + 11.66
yang merupakan persamaan eksponensial dengan nilai R2 = 0,993. Dari persamaan
tersebut dapat diketahui hubungan antara variasi lama penggerusan dengan nilai
kekerasan adalah berhubungan secara kuadratik atau polinomial.
Dalam penelitian ini, sampel yang telah dikarakterisasi dengan SEM
(Scanning Electron Microscope) adalah sampel 1 (lama penggerusan 1jam),
sampel 3 (lama penggeruan 4 jam), dan sampel 5 (lama penggeruan 8 jam).
Ketiga sampel tersebut dipilih karena memiliki nilai kekerasan yang dapat
mewakili sampel yang lain yaitu untuk sampel dengan kekerasan terendah
(sampel 1), kekerasan sedang (sampel 3), dan nilai kekerasan tertinggi (sampel 5)
seperti yang telah disajikan dalam Tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4 Kekerasan terendah, sedang dan tertinggi keramik SiO2-MgO
No. Lama penggerusan Tingkat Kekerasan Nilai Kekerasan 1 1 jam Paling rendah 12,43 kgf/mm2 2 4 jam Sedang 15,86 kgf/mm2 3 8 jam Paling tinggi 21,80 kgf/mm2
Selain dihitung jumlah dan nilai luasan pori-pori atau rongga antar partikel
sampel untuk kekerasan terendah (lama penggerusan 1 jam), sedang (lama
penggerusan 4 jam) hingga kekerasan tertinggi (lama penggerusan 8 jam), juga
dihitung nilai Fraksi atau nilai prosentase luasan pori terhadap luas area pada
penampang mikrostruktur untuk kekerasan terendah, sedang hingga tertinggi yang
dapat ditentukan nilai fraksinya berdasarkan rumus berikut.
Fraksi = Luas Total Pori X 100 % Luas Total Area
-
Gambar 4 Potret SEM sampel dengan nilai kekerasan terendah 12,43 Kgf/mm2 (perbesaran
15000 kali)
Dari hasil pengukuran pori-pori yang terbentuk pada hasil mikrostruktur
dengan nilai kekerasan terendah seperti terlihat pada Gambar 4 terdapat 14 luasan
pori yang berukuran besar terlihat secara dominan dan nilai fraksi sebesar 59,28%
seperti yang tertera dalam Tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5 Luas Pori dan Nilai Fraksi keramik SiO2-MgO dengan kekerasan terendah
No. Area Pori Luas Pori 1 A 3,00 m2 2 B 50,00 m2 3 C 78,63 m2 4 D 1,27 m2 5 E 14,70 m2 6 F 12,38 m2 7 G 2,37 m2 8 H 1,12 m2 9 I 0,76 m2
10 J 1,25 m2 11 K 3,72 m2 12 L 25,19 m2 13 M 9,84 m2 14 N 3,18 m2
Luas Total Pori 207,5 m2 Luas Area (20 m x14 m) 350 m2 Fraksi 59,28 %
Pada hasil mikrostruktur tersebut juga terdapat residu ataupun paduan
yang kurang homogen yang dalam Gambar 5 terlihat berwarna putih. Residu
adalah sisa bahan lain yang tercampur dalam paduan pada saat penggerusan.
A=3,0 m2
-
Gambar 5 Potret SEM sampel dengan nilai kekerasan sedang 15,86 Kgf/mm2 (perbesaran
15000 kali)
Dari hasil pengukuran pori-pori yang terbentuk pada hasil mikrostruktur
dengan nilai kekerasan sedang seperti terlihat pada Gambar 5 terdapat 21 luasan
pori yang berukuran cukup besar terlihat secara dominan dan nilai fraksi sebesar
21,26% seperti yang tertera dalam Tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 6 Luas Pori dan Nilai Fraksi keramik SiO2-MgO dengan kekerasan terendah
No. Area Pori Luas Pori 1 A 4,75 m2 2 B 0,78 m2 3 C 7,81 m2 4 D 6,47 m2 5 E 9,37 m2 6 F 0,50 m2 7 G 0,81 m2 8 H 2,43 m2 9 I 1,09 m2
10 J 2,39 m2 11 K 8,90 m2 12 L 1,75 m2 13 M 0,43 m2 14 N 1,87 m2 15 O 1,30 m2 16 P 1,25 m2 17 Q 7,03 m2 18 R 0,56 m2 19 S 9,18 m2 20 T 3,93 m2 21 U 0,84 m2
Luas Total Pori 74,42 m2 Luas Area (20 m x14 m) 350 m2 Fraksi 21,26 %
-
Pada hasil mikrostruktur tersebut juga terdapat residu ataupun paduan
yang kurang homogen yang dalam Gambar 5 terlihat berwarna putih. Residu
adalah sisa bahan lain yang tercampur dalam paduan pada saat penggerusan.
Dari hasil pengukuran pori-pori yang terbentuk pada hasil mikrostruktur
dengan nilai kekerasan terendah seperti terlihat pada Gambar 6 terdapat 23 luasan
pori yang berukuran kecil terlihat secara dominan dan merata dan nilai fraksi
sebesar 13,34 % seperti yang tertera dalam Tabel 7 sebagai berikut.
Tabel 7 Luas Pori dan Nilai Fraksi keramik SiO2-MgO dengan kekerasan terendah
No. Area Pori Luas Pori 1 A 0,75 m2 2 B 1,64 m2 3 C 8,23 m2 4 D 0,23 m2 5 E 0,50 m2 6 F 0,18 m2 7 G 1,18 m2 8 H 4,59 m2 9 I 0,09 m2
10 J 0,32 m2 11 K 11,0 m2 12 L 0,43 m2 13 M 1,12 m2 14 N 0,37 m2 15 O 0,75 m2 16 P 0,68 m2 17 Q 0,46 m2
Gambar 6 Potret SEM sampel dengan nilai kekerasan tertinggi 21,80 Kgf/mm2 (perbesaran 15000 kali)
-
18 R 0,46 m2 19 S 2,60 m2 20 T 3,50 m2 21 U 2,90 m2 22 V 0,25 m2 23 W 3,75 m2
Luas Total Pori 46,68 m2 Luas Area (20 m x14 m) 350 m2 Fraksi 13,34 %
Pada hasil mikrostruktur tersebut juga terdapat residu ataupun paduan
yang belum homogen yang dalam Gambar 6 terlihat berwarna putih. Residu
adalah sisa bahan lain yang tercampur dalam paduan pada saat penggerusan.
Berdasarkan dari hasil analisa ketiga sampel menunjukkan bahwa banyak
tidaknya pori-pori besar yang dominan muncul disebabkan kandungan silika yang
terkandung pada sampel. Hal ini disebabkan karena silika memiliki pengaruh
besar terhadap mikrostruktur, sehingga keramik yang terbentuk menjadi sangat
keras. Hal ini disebabkan karena silika akan membentuk ikatan yang kuat di
antara butir dan mengisi rongga kosong di antara butir.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Semakin lama proses penggerusan keramik oksida SiO2MgO (dalam rentang
1-8 Jam) maka nilai konstanta dielektrik semakin meningkat mengikuti
persamaan garis y = 3,715 x +10,59.
2. Semakin lama proses penggerusan keramik oksida SiO2MgO (dalam rentang
1-8 Jam) maka nilai kekerasan keramik akan semakin meningkat mengikuti
persamaan garis y = 0.372x2 + 0.188x + 11.66
3. Semakin lama proses penggerusan keramik oksida SiO2MgO maka jumlah
luasan poripori yang muncul dan nilai fraksi pori pada mikrostruktur
semakin berkurang sehingga nilai kekerasan cenderung naik.
-
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Ambar. 1997. Pengetahuan Keramik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Barsoum, M.W.1997. Fundamentals of Ceramics.New York: McGraw Hill.
Coble. 1997. Fundamental of Ceramics. Bristol: Insitute of Physics Publishing.
Dieter E George, Djaprie Sriati, 1990. Metalurgi Mekanik (Terjemahan). Erlangga, Jakarta.
Norton,F.H.1956. Ceramics for the artist potter. United States of America: Addison Wesley Publishing Company,inc.
Pranoto, Hadi. 1992. Teori Dasar Pengujian Logam.Malang:Universitas Brawijaya.
Putra, Aji Mardika. 2010.Pengaruh Komposisi Terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO2-MgO. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Murdanto, Putut. 2002. Bahan pengujian kekuatan.Malang:Jurusan Teknik Sipil FT UM.
Sunarto. 2005. Teori Bahan dan Pengaturan Teknik. Jakarta: PT Rineka Cipta Jakarta.
Van Vlack Lawrence H, Djaprie Sriati, 1989. Ilmu dan Teknologi Bahan (Terjemahan).Jakarta:Erlangga.
Van Vlack Lawrence H, Djaprie Sriati, 2004. Elemen-elemen ilmu dan Rekayasa Material - Edisi 6 (Terjemahan).Jakarta:Erlangga.
Wardhani, Rahma Ika. 2010.Pengaruh Lama Sintering Terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO2-MgO. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Widodo, Anton. 2006. Analisa kekerasan & ketangguhan baja pada variasi temperature tempering untuk suhu menengah baja ST60. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Worrall.1986.Clay and Ceramics Raw Material Second Edition . New York: Elsevier Science Publishing