mengikuti penguasa dalam urusan puasa dan berbuka
TRANSCRIPT
-
8/3/2019 Mengikuti Penguasa Dalam Urusan Puasa Dan Berbuka
1/4
Mengikuti Penguasa dalam Urusan Puasa dan Berbuka
Secara mudah sbb:
1. Wajib menetapkan awal bulan dengan Ru'yat bukan dengan hisab
2. Apakah ru'yat negara lain sudah mencukupi untuk negara kita, atau kah negara kitaharus melihat hilal sendiri (masalah ikhtilaful mathali'), maka ini adalah BAGIAN
TUGAS DAN IJTIHADNYA PENGUASA, rakyat boleh menasehati penguasa sesuai
dengan adab-adabnya.
3. Terkait dengan poin 2, tugas rakyat DALAM MASALAH INI adalah mengikuti
hasil Ijtihad pemerintah, baik ijtihadnya benar maupun salah.
Pembahasan yang lebih rinci sbb:
Permasalahan ini akan kita bagi menjadi 2 bahasan
Pertama: Kewajiban Penguasa
yaitu menentukan awal Ramadhan dan Syawwal dengan tiga perkara :1. Ruyah hilal (melihat bulan sabit).
2. Persaksian atau kabar tentang ruyah hilal.
3. Menyempurnakan bilangan hari bulan Syaban.
Tiga hal ini diambil dari hadits-hadits dibawah ini :
1. Hadits dari Abi Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata :
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : Berpuasalah kalian karena
melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya (hilal bulan Syawal). Jika kalian
terhalang awan, maka sempurnakanlah Syaban tiga puluh hari. (HSR. Bukhari
4/106, dan Muslim 1081)
2. Hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma :
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : Janganlah kalian mendahului
bulan Ramadhan dengan puasa satu atau dua hari kecuali seseorang diantara kalian
yang biasa berpuasa padanya. Dan janganlah kalian berpuasa sampai melihatnya (hilal
Syawal). Jika ia (hilal) terhalang awan, maka sempurnakanlah bilangan tiga puluh
hari kemudian berbukalah (Iedul Fithri) dan satu bulan itu 29 hari. (HR. Abu Dawud
2327, An-NasaI 1/302, At-Tirmidzi 1/133, Al-Hakim 1/425, dan di Shahih kan
sanadnya oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)
3. Hadits dari Adi bin Hatim radhiallahu anhu :Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : Apabila datang bulan
Ramadhan, amka berpuasalah 30 hari kecuali sebelum itu kalian melihat hilal. (HR.
At-Thahawi dalam Musykilul Atsar 105, Ahmad 4/377, Ath-Thabrani dalam Ak-
Kabir 17/171 dan lain-lain)
4. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
Puasalah karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya. Jika awan
menghalangi kalian sempurnakanlah tiga puluh hari. Jika dua orang saksi
mempersaksikan (ruyah hilal) maka berpuasalah dan berbukalah kalian karenanya.
(HR. An-NasaI 4/132, Ahmad 4/321, Ad-Daruquthni, 2/167, dari Abdurrahman bin
Zaid bin Al-Khattab dari sahabat-sahabat Rasulullah, sanadnya Hasan. Demikian
-
8/3/2019 Mengikuti Penguasa Dalam Urusan Puasa Dan Berbuka
2/4
keterangan Syaikh Salim Al-Hilali serta Syaikh Ali Hasan. Lihat Shifatus Shaum
Nabi, hal. 29)
Hadits-hadits semisal itu diantaranya dari Aisyah, Ibnu Umar, Thalhah bin Ali, Jabir
bin Abdillah, Hudzaifah dan lain-lain Radliallahu anhum. Syaikh Al-Albani
membawakan riwayat-riwayat mereka serta takhrij-nya dalam Irwaul Ghalil hadits ke109.
Isi dan makna hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa awal bulan puasa dan Iedul
Fithri ditetapkan dengan tiga perkara diatas. Tentang persaksian atau kabar dari
seseorang berdalil dengan hadits yang keempat dengan syarat pembawa berita adalah
orang Islam yang adil, sebagaimana tertera dalam riwayat Ahmad dan Daraquthni.
Sama saja saksinya dua atau satu sebagaimana telah dinyatakan oleh Ibnu Umar
radhiallahu anhuma ketika beliau berkata :
Manusia sedang melihat-lihat (munculnya) hilal. Aku beritahukan kepada Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa aku melihatnya. Maka beliau berpuasa dan
memerintahkan manusia untuk berpuasa. (HR. Abu Dawud 2342, Ad-Darimi 2/4,Ibnu Hibban 871, Al-Hakim 1/423 dan Al-Baihaqi, sanadnya Shahih sebagaimana
diterangkan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam At-Talkhisul Kabir 2/187)
Berdasarkan hadis Ibnu Umar ini, maka Laporan dari kegiatan melihat hilal,
disampaikan kepada penguasa, Selanjutnya penguasa akan berijtihad apakah
menerima persaksian seseorang atau justru menolaknya,hingga dapat ditetapkan awal
puasa/lebaran.
Kedua: Kewajiban Rakyat
Dalam masalah ini adalah taat kepada penguasa, yakni mengikuti keputusan penguasa
dalam penentuan hilal tersebut.
Apabila seorang rakyat melihat hilal, maka sesuai dengan hadis Ibnu Umar di atas
wajib melaporkannya kepada penguasa (bila memungkinkan dari faktor jarak dll).
Seseorang tidak boleh menyelisihi masyarakat kaum muslimin bersama penguasanya
dalam puasa dan Iedul Fitri, karena sudah ada hadis nabi:
Puasa kalian adalah hari kalian berpuasa dan berbuka kalian (Iedul Fithri) adalah hari
kalian berbuka (tidak berpuasa) dan Adha kalian adalah hari kalian berkurban. (HR.
Tirmidzi 2/37 dan beliau berkata hadits gharib hasan. Syaikh Al-Albani berkata :
Sanadnya jayyid dan rawi-rawinya semuanya tsiqah. Lihat Silsilah Al-Hadits As-
Shahihah 1/440)
Berikut ini saya kutipkan Tulisan di Majalah Salafy edisi XXIII hal.20-21Sekarang timbul permasalahan yaitu seseorang yang melihat ruyah sendirian secara
jelas, apakah dia harus beriedul fithri dan berpuasa sendiri atau bersama manusia ?
Dalam permasalahan ini ada tiga pendapat, sebagaimana yang dirinci oleh Ibnu
Taimiyah dalam Majmu Fatawa 25/114 :
Pendapat Pertama :
Wajib atasnya berpuasa dan beriedul fithri secara sembunyi-sembunyi. Inilah
madzhab Syafii.
Pendapat Kedua :
Dia harus berpuasa tetapi tidak beriedul fithri kecuali ketika bersama manusia.Pendapat ini masyhur dari madzhab Maliki dan Hanafi.
-
8/3/2019 Mengikuti Penguasa Dalam Urusan Puasa Dan Berbuka
3/4
Pendapat Ketiga :
Dia berpuasa dan beriedul fithri bersama manusia. Inilah pendapat yang paling jelas
karena sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (artinya) : Puasa kalian
adalah hari kalian berpuasa dan berbuka kalian (Iedul Fithri) adalah hari kalian
berbuka (tidak berpuasa) dan Adha kalian adalah hari kalian berkurban. (HR.Tirmidzi 2/37 dan beliau berkata hadits gharib hasan. Syaikh Al-Albani berkata :
Sanadnya jayyid dan rawi-rawinya semuanya tsiqah. Lihat Silsilah Al-Hadits As-
Shahihah 1/440)
Demikian keterangan Syaikhul Islam.
Bertolak dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu Anhu diatas, para ulama pun
berkomentar. Di antaranya Imam At-Tirmidzi berkata setelah membawakan hadits
ini : Sebagian ahlu ilmi (ulama) mentafsirkan hadits ini bahwa puasa dan Iedul Fithri
bersama mayoritas manusia.
Imam As-Shanani berkata : Dalam hadits itu terdapat dalil bahwa hari Iedditetapkan bersama manusia. Orang yang mengetahui hari Ied dengan ruyah
sendirian wajib baginya untuk mencocoki lainnya dan mengharuskan dia untuk
mengikuti mereka didalam shalat Iedul Fithri dan Iedul Adha. (Subulus Salam 2/72)
Ibnul Qayyim berkata : Dikatakan bahwa di dalam hadits itu terdapat bantahan
terhadap orang yang mengatakan bahwa barangsiapa mengetahui terbitnya bulan
dengan perkiraan hisab, boleh baginya untuk berpuasa dan berbuka, berbeda dengan
orang yang tidak tahu. Juga dikatakan (makna yang terkandung dalam hadits itu)
bahwa saksi satu orang apabila melihat hilal sedangkan hakim tidak menerima
persaksiannya, maka dia tidak boleh berpuasa sebagaimana manusia tidak berpuasa.
(Tahdzibus Sunan 3/214)
Abul Hasan As-Sindi setelah menyebutkan hadits Abu Hurairah pada riwayat
Tirmidzi, berkata dakam Shahih Ibnu Majah : Yang jelas maknanya adalah bahwa
perkara-perkara ini bukan untuk perorangan, tidak boleh bersendirian dalam hal itu.
Perkaranya tetap diserahkan kepada imam dan jamaah. Atas dasar ini, jika seseorang
melihat hilal sedangkan imam menolak persaksiannya, maka seharusnya tidak diakui
dan wajib atasnya untuk mengikuti jamaah pada yang demikian itu.
Syaikh Al-Albani menegaskan : Makna inilah yang terambil dari hadits tersebut.
Diperkuat makna ini dengan hujjah Aisyah terhadap Masruq melarang puasa padahari Arafah karena khawatir pada saat itu hari nahr (10 Dzulhijah). Aisyah
menerangkan kepadanya bahwa pendapatnya tidak dianggap dan wajib atasnya untuk
mengikuti jamaah. Aisyah berkata : Nahr adalah hari manusia menyembelih kurban
dan Iedul Fithri adalah hari manusia berbuka. (Silsilah Al-Hadits As-Shahihah
1/443-444)
Akan tetapi jika seseorang tinggal disuatu tempat yang tidak ada orang kecuali dia,
apabila ia melihat hilal, maka wajib berpuasa karena dia sendirian di sana.
Sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu fatawa
25/117.
-
8/3/2019 Mengikuti Penguasa Dalam Urusan Puasa Dan Berbuka
4/4
Terkadang seorang Imam meremehkan ketika disampaikan penetapan hilal dengan
menolak persaksian orang yang adil, bisa jadi karena tidak mau membahas tentang
keadilannya atau karena politik dan sebaginya dari alasan-alasan yang tidak syari,
maka bagaimana hukumnya ?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam hal ini mengatakan : Apa yang sudah menjadiketetapan sebuah hukum tidak berbeda keadaannya pada orang yang diikuti dalam
ruyah hilal. Sama saja dia seorang mujtahid yang benar atau salah, atau melampaui
batas. Tentang masalah apabila hilal tidak tampak dan tidak diumumkan padahal
manusia sangat bersemangat mencarinya telah tersebut dalam As-Shahihah bahwa
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda tentang para imam : Mereka (para
imam) shalat bersama kalian, jika mereka benar maka pahala bagi kalian dan mereka,
dan jika salah maka pahala bagi kalian dan dosa atas mereka. Maka kesalahan dan
pelampauan batas adalah atas mereka bukan atas kaum muslimin yang tidak salah dan
tidak melampaui batas. (Majmu Fatawa, 25/206)