mengenal tv lcd dan plasma - universitas hasanuddin · web viewpaparan komputer peribadi yang...
TRANSCRIPT
Sejarah Monitor
Paparan komputer peribadi yang terawal merupakan Monitor monokrom yang
digunakan untuk pemproses kata dan sistem komputer berdasarkan teks pada dekade
1970-an. Pada tahun 1981, IBM memperkenalkan sistem paparan Penyesuai Grafik
Warna (CGA). Sistem paparan ini berupaya memberikan empat warna, dan mempunyai
peleraian maksimum 320 piksels datar dan 200 piksel tegak. Walaupun CGA mencukupi
untuk kegunaan permainan komputer yang mudah seperti permainan solitaire dan
permainan dam, ia tidak mencukupi untuk pemprosesan kata, penerbitan atas meja
ataupun penggunaan grafik yang canggih.
Pada tahun 1984, IBM memperkenalkan sistem paparan Penyesuai Grafik
Tertingkat (EGA) yang dapat memberikan sehingga 16 warna yang berlainan dan
peleraian sehingga 640 x 350. Ini memperbaiki kelihatannya berbanding paparan yang
lebih awal, dan memungkinan pembacaan teks dengan mudah. Bagaimanapun, EGA
tidak memberikan peleraian imej yang mencukupi untuk kegunaan-kegunaan tahap tinggi
seperti reka bentuk grafik dan penerbitan atas meja. Mod ini kini sudah usang, walaupun
ia kekadang masih boleh didapati di pemprosesan lama dan komputer peribadi di rumah
kediaman.
Pada tahun 1987, IBM memperkenalkan sistem paparan Tatasusunan Grafik
Video (VGA). Kini, ini telah merupakan piawai minimum yang dapat diterima untuk
komputer peribadi. Peleraian maksimum tergantung kepada bilangan warna yang
dipaparkan. Pengguna boleh memilih antara enam belas warna pada 640 x 480, ataupun
256 warna pada 320 x 200.
Pada tahun 1990, IBM memperkenalkan sistem paparan Tatasusunan Grafik
Terluas (XGA) sebagai waris untuk paparan 8514/A. Versi yang berikut, iaitu XGS-2,
memberikan peleraian 800 x 600 piksel dalam warna yang benar (16 juta warna) dan
peleraian 1024 x 768 dalam 65,536 warna. Kedua-dua tahap peleraian imej ini mungkin
merupakan jenis yang terpopular di kalangan individu dan perniagaan kecil pada hari ini.
Persatuan Piawai-Piawai Elektronik Video (VESA) telah mengasaskan antara
muka pengaturcaraan piawai untuk paparan Tatasusunan Grafik Video Super (SVGA)
yang digelarkan Sambungan BIOS VESA ("VESA BIOS Extension"). Lazimnya,
paparan SVGA dapat mendukung palet sehingga 16 juta warna, tergantung kepada
jumlah ingatan video yang tersedia dalam sesuatu komputer yang akan menghadkan
bilangan warna yang dapat dipaparkan. Spesifikasi peleraian imej berbeza-beza. Pada
umumnya, lebih besar skrin Monitor SVGA, lebih banyak piksel dapat dipaparkan secara
datar dan tegak.
Tahap perkembangan monitor computer yang digunakan saat ini sebenarnya
terbagi dua fase. Fase pertama pada tahun 1855 ditandai dengan penemuan tabung sinar
katoda oleh ilmuwan dari Jerman, Heinrich Geißler. Ia merupakan bapak dari monitor
tabung. Lalu, 33 tahun kemudian, ahli kimia asal Austria, Friedrich Reinitzer, meletakkan
dasar pengembangan teknologi LCD dengan menemukan kristal cairan. Teknologi tabung
sejak awalnya memang dikembangkan untuk merealisasikan monitor. Namun, Kristal
cairan masih menjadi fenomena kimiawi selama 80 tahun berikutnya. Saat itu, tampilan
atau frame rate pun belum terpikirkan.
Selama ini, banyak yang menganggap bahwa Karl Ferdinand Braun sebagai
penemu tabung sinar katoda. Sebenarnya, ia merupakan pembuat aplikasi pertama untuk
tabung, yaitu osiloskop pada tahun 1897. Perangkat inilah yang menjadi basis
pengembangan perangkat lain, seperti televisi atau layar radar. Pada tahun yang sama,
Joseph John Thomson menemukan elektron, yang mempercepat pengembangan teknik
tabung.
Monitor CRT pertama (Cathode Ray Tube) dikembangkan untuk menerima siaran
televisi. Milestone-nya adalah tabung televise pertama dari Wladimir Kosma
Zworykin(1929), full electronic frame rate dari Manfred von Ardenne (1930), dan
pengembangan tabung sinar katoda pertama yang dapat direproduksi oleh Allen B. Du
Mont (1931).
Pada generasi awal komputer, belum menggunakan monitor khusus seperti
sekarang ini. Komputer waktu itu terhubung dengan TV keluarga sebagai layar penampil
dari pengolahan data yang dilakukannya. Yang cukup menjadi masalah adalah bahwa
resolusi monitor TV saat itu hanya mampu menampilkan 40 karakter secara horisontal
pada layar.
Monitor khusus untuk komputer dikeluarkan oleh IBM PC, yang pada awalnya
memiliki resolusi 80 X 25 dengan kemampuan warna “green monochrome”. Monitor ini
sudah mampu menampilkan hasil yang lebih terang, jelas dan lebih stabil.
Pada generasi berikutnya muncul mono graphics (MGA/MDA) yang memiliki
720x350. Selanjutnya di awal tahun 1980-an muncul jenis monitor CGA dengan range
resolusi dari 160x200 sampai 640x200 dan kemampuan warna antara 2 sampai 16 warna.
Monitor EGA muncul dengan resolusi yang lebih bagus yaitu 640x350. Monitor jenis ini
cukup stabil sampai berikutnya munculnya generasi komputer Windows.
Semua jenis monitor ini menggunakan digital video - TTL signals dengan discrete
number yang spesifik untuk mengatur warna dan intensitas cahaya. Antara video adapter
dan monitor memiliki 2, 4, 16, atau 64 warna tergantung standard grafik yang dimiliki.
Selanjutnya dengan diperkenalkannya standard monitor VGA, tampilan grafis
dari sebuah Personal Computer menjadi nyata. VGA dan generasi-generasi yang berhasil
sesudahnya seperti PGA, XGA, atau SVGA merupakan standard analog video dengan
sinyal R (Red), G (Green) dan B (Blue) dengan continuous voltage dan continuous range
pada pewarnaan. Secara prinsip analog monitor memungkinkan penggunaan full color
dengan intensitas yang tinggi.
Generasi monitor terbaru adalah teknologi LCD yang tidak lagi menggunakan
tabung elektron CRT tetapi menggunakan sejenis kristal liquid yang dapat berpendar.
Teknologi ini menghasilkan monitor yang dikenal dengan nama Flat Panel Display
dengan layar berbentuk pipih, dan kemampuan resolusi yang tinggi.
Dengan perkembangannya yang sangat pesat, saat ini terdapat empt jenis
teknologi monitor. Keempat golongan teknologi tersebut adalah CRT (Cathode Ray
Tube), Liquid Crystal Display (LCD), Plasma gas dan OLED (organic Lighting Emitter
Diode).
A. CRT
Pada tahun 1897 Karl Ferdinand Braun, seorang ilmuwan Jerman yang membuat
televisi (TV) tabung (cathode ray tube/CRT).
Sebuah monitor CRT mengandung jutaan kecil merah, hijau, dan biru fosfor titik-
titik yang bercahaya ketika diserang oleh suatu berkas elektron yang bergerak di layar
untuk membuat gambar yang jelas. Gambar di bawah menunjukkan bagaimana ini
bekerja di dalam sebuah CRT.
Dalam tabung sinar katoda, yang "katoda" adalah filamen dipanaskan. Filamen
yang dipanaskan dalam menciptakan ruang hampa di dalam sebuah gelas "tabung."
The "sinar" adalah sebuah aliran elektron yang dihasilkan oleh senapan elektron yang
secara alamiah tuangkan dari katoda yang dipanaskan ke dalam vakum. Elektron negatif.
Anoda adalah positif, sehingga menarik elektron mengalir dari katoda. Layar ini dilapisi
dengan fosfor, bahan organik yang terpancar ketika dikejutkan oleh berkas elektron.
Ada tiga cara untuk menyaring berkas elektron untuk mendapatkan gambar yang
benar pada layar monitor: bayangan masker, aperture grill dan slot masker. Teknologi ini
juga berpengaruh ketajaman layar monitor. Mari kita lihat lebih dekat sekarang ini....
Prinsip kerja monitor konvensional, monitor CRT (Cathode Ray Tube), sama
dengan prinsip kerja televisi yang berbasis CRT. Elektron ditembakkan dari belakang
tabung gambar menuju bagian dalam tabung yang dilapis elemen yang terbuat dari bagian
yang memiliki kemampuan untuk memendarkan cahaya. Sinar elektron tersebut melewati
serangkaian magnet kuat yang membelok-belokkan sinar menuju bagian-bagian tertentu
dari tabung bagian dalam.
Begitu sinar tersebut sampai ke bagian kaca tabung TV atau monitor, dia akan
menyinari lapisan berpendar, menyebabkan tempat-tempat tertentu untuk berpendar
secara temporer.
Setiap tempat tertentu mewakili pixel tertentu. Dengan mengontrol tegangan dari
sinar tersebut, terciptalah teknologi yang mampu mengatur pixel-pixel tersebut untuk
berpendar dengan intensitas cahaya tertentu. Dari pixel-pixel tersebut, dapat dibentuklah
gambar.
Teorinya, untuk membentuk sebuah gambar, sinar tadi menyapu sebuah garis
horizontal dari kiri ke kanan, menyebabkan pixel-pixel tadi berpendar dengan intensitas
cahaya sesuai dengan tegangan yang telah diatur. Proses tersebut terjadi pada semua garis
horizontal yang ada pada pixel layar, dan ketika telah sampai ujung, sinar tersebut akan
mati sementara untuk mengulang proses yang sama untuk menghasilkan gambar yang
berbeda. Makanya Belia dapat nonton objek yang seolah-olah bergerak di layar televisi
atawa monitor.
Pada masa awal-awal kelahira nteknologi televisi, para ilmuwan yang merancang
televisi dan tabung gambar menemui hambatan teknis. Seperti yang Belia tahu, TV
zaman baheula belumlah sekeren dan secanggih sekarang, eh maksudnya belum mampu
menampilkan detail gambar seperti sekarang.
Dulu, lapisan yang berpendar dalam tabung gambar kualitasnya nggak sebaik
sekarang. Jadi kualitas pixel yang dihasilkan juga tidak seoptimal sekarang. Kini, seiring
dengan perkembangan teknologi komputer yang membutuhkan kualitas TV dan monitor
tabung yang lebih baik, untungnya kualitas lapisan berpendar dalam tabung monitor telah
lebih baik.
Hasilnya diperoleh tabung gambar yang mampu menghasilkan gambar dengan
resolusi yang lebih tinggi. Wajar aja, soalnya komputer banyak berurusan dengan text,
dan itu membutuhkan detil gambar yang tinggi.
Sayangnya, teknologi monitor dengan tabung CRT ini ditengarai memiliki banyak
pengaruh buruk bagi kesehatan penggunanya. Sejumlah riset mengindikasikan bahwa
ekspos berlebihan monitor pada mata dapat menyebabkan penurunan kualitas
penglihatan. Hal ini disebabkan oleh radiasi sinar elektron pada tabung gambar monitor
atau televisi tabung.
a. Kelebihan Monitor CRT
Harganya lebih murah dibandingkan monitor LCD
Kualitas gambar yang lebih tajam dan cerah dibandingkan monitor LCD
Mampu menghasilkan resolusi gambar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan monitor LCD
Memiliki sudut viewable lebih baik dibandingkan monitor LCD
b. Kekurangan Monitor CRT
Menimbulkan efek radiasi yang bisa mengganggu kesehatan.
Dimensinya menyita ruangan yang cukup besar. Apalagi bila ukurannya
makin besar
Menimbulkan efek kedip (flicker) yang mengganggu mata
Butuh konsumsi listrik yang lebih tinggi dibandingkan LCD
Sinyal gambar analog
Area layarnya tidak optimum karena harus dialokaskan untuk bezel/frame
Bentuknya kurang sedap dilihat dibandingkan dengan monitor LCD.
B. LCD
Teknologi LCD sebetulnya bukan barang baru.
LCD pertama kali diujicoba di laboratorium perusahaan
elektronik RCA di Amerika Serikat, oleh George
Heilmeier pada tahun 1968. Dia mengujicoba LCD
berbasis dynamic scattering mode (DSM). Setahun
kemudian, perusahaan milik Heilmeier yakni Optel
lantas memproduksi LCD.
LCD biasa digunakan untuk men-display audio visual. LCD ini melakukan
kontrol elektrik pada cahaya dengan mempolarisasi kristal cair yang ada pada sel-sel
media yang mengaplikasikan LCD itu. Polarisasi tersebut dilakukan setelah ada kontak
elektrik pada cairan-cairan yang ada pada sel-sel di TV.
LCD sekarang ini diaplikasikan tidak hanya di TV tetapi juga di beberapa peranti
misalnya, ponsel dan kamera digital. Pengaplikasian LCD itu dengan melakukan mode
reflektif dan transmissive. Metode reflektif itu biasanya yang biasa ada pada arloji dan
kalkulator, display LCD pada barang-barang ini tidak membutuhkan daya konsumsi
energi tinggi sehingga tidak memboroskan baterai. Sementara yang menggunakan
transmissive butuh daya banyak, contoh dari pengaplikasian ini adalah pada telepon
seluler (ponsel).
Dalam layar LCD, warna terbagi dalam tiga warna utama yakni dalam filter
merah, hijau dan biru. Pendeskripsian warna berikutnya tergantung pada pembacaan alat
pen-display LCD itu dengan brightnesses yang dipunyainya. Komponen warna,
berikutnya akan diatur dalam cara yang berbeda tergantung jumlah pixelnya. Karenanya
terkadang kita dihadapkan pada resolusi pixel misalnya 640 x 480 dan sebagainya.
Semakin besar resolusi pixelnya, semakin kaya warna.
Pada dasarnya prinsip kerja LCD adalah dengan memancarkan sinar yang terang
ke panel 3 LCD. Panel LCD inilah yang kemudian menampilkan gambar/image bergerak
dan memproyeksikan gambar melalui lensa pembesar ke kaca yang dapat merefleksikan
gambar tersebut di layar televisi.
Sistem tiga LCD juga memiliki kemampuan mengolah gambar yang lebih baik,
sehingga menghasilkan gambar yang lebih baik pula. Sinyal-sinyal gambar/image yang
ditangkap LCD, dengan kaca diacroic pilahkan citra atau gambar warna merah, biru hijau
(RGB). Warna yang terpisah ini kemudian disatukan kembali oleh prisma dan kemudian
dipantulkan ke kaca untuk selanjutnya bisa dinikmati di layar televisi.
Untuk resolusi warna media yang lebih besar, seperti untuk monitor komputer dan
televisi, sistem yang digunakan adalah active-matrix LCD. Pada bidang ini, panel LCD
disamping mempolarisasikan kristal cair juga matrix dari thin film transistor (TFT).
Sistem ini akan menghasilkan gambar lebih tajam dan terang. Panel LCD pada TV ini
biasanya memiliki transistor defective yang bisa memberikan efek gelap dan terang pada
pixel.
Nematic liquid crystal
Jenis kristal cair yang digunakan dalam pengembangan teknologi LCD adalah tipe
nematic (molekulnya memiliki pola tertentu dengan arah tertentu). Tipe yang paling
sederhana adalah twisted nematic (TN) yang memiliki struktur molekul yang terpilin
secara alamiah (dikembangkan pada tahun 1967). Struktur TN terpilin secara alamiah 90.
Struktur TN ini dapat dilepas pilinannya (untwist) dengan menggunakan arus listrik.
Pada gambar 2, kristal cair TN (D) diletakkan di antara dua elektroda (C dan E)
yang dibungkus lagi (seperti sandwich) dengan dua panel gelas (B dan F) yang sisi
luarnya dilumuri lapisan tipis polarizing film. Lapisan A merupakan cermin yang dapat
memantulkan cahaya yang berhasil menembus lapisan-lapisan sandwich LCD. Kedua
elektroda dihubungkan dengan baterai sebagai sumber arus. Panel B memiliki polarisasi
yang berbeda 90 dari panel F.
Begini cara kerja sandwich ajaib ini. Cahaya masuk melewati panel F sehingga
terpolarisasi. Saat tidak ada arus listrik, cahaya lewat begitu saja menembus semua
lapisan, mengikuti arah pilinan molekul- molekul TN (90), sampai memantul di cermin A
dan keluar kembali. Akan tetapi, ketika elektroda C dan E (elektroda kecil berbentuk segi
empat yang dipasang di lapisan gelas) mendapatkan arus, kristal cair D yang sangat
sensitif terhadap arus listrik tidak lagi terpilin sehingga cahaya terus menuju panel B
dengan polarisasi sesuai panel F. Panel B yang memiliki polarisasi yang berbeda 90 dari
panel F menghalangi cahaya untuk menembus terus. Dikarenakan cahaya tidak dapat
lewat, pada layar terlihat bayangan gelap berbentuk segi empat kecil yang ukurannya
sama dengan elektroda E (berarti pada bagian tersebut cahaya tidak dipantulkan oleh
cermin A).
Sifat unik yang dapat langsung bereaksi dengan adanya arus listrik ini
dimanfaatkan sebagai alat ON/OFF LCD. Namun, sistem ini masih membutuhkan
sumber cahaya dari luar. Komputer dan laptop biasanya dilengkapi dengan lampu
fluorescent yang diletakkan di atas, samping, dan belakang sandwich LCD supaya dapat
menyebarkan cahaya (backlight) sehingga merata dan menghasilkan tampilan yang
seragam di seluruh bagian layar.
Mudah bukan? Akan tetapi, tunggu dulu, perancangan dan pembuatan LCD tidak
semudah konsepnya. Masalah pertama disebabkan oleh tidak ada satu pun senyawa TN
yang sudah ditemukan yang dapat memberikan karakteristik paling ideal. Wah, ini berarti
kristal cair yang digunakan harus merupakan campuran berbagai senyawa TN. Untuk
mencampur senyawa-senyawa ini, diperlukan percobaan untuk menentukan formulasi
terbaik, dan hal ini bukan hal mudah. Kadang-kadang dibutuhkan sampai 20 macam
senyawa TN untuk mendapatkan karakteristik yang diinginkan. Bayangkan, mencampur
dua macam senyawa saja sudah sangat sulit karena karakteristik masing-masing
(misalnya rentang suhu) saling memengaruhi. Belum lagi penentuan titik leleh campuran
yang terbentuk. Selain itu, kristal cair TN yang terpilin sebesar 90 membutuhkan beda
potensial sebesar 100 persen untuk mencapai posisi untwist (posisi ON). Wow!!! Besar
sekali! Dan, sangat tidak efisien! Lalu, bagaimana jalan keluarnya?
Super-twisted nematic dan thin-film transistor
Pada tahun 1980, Colin Waters (Inggris) memberikan solusi bagi masalah ini. Ia
bersama Peter Raynes menemukan bahwa semakin besar derajat pilinan, beda potensial
yang dibutuhkan semakin kecil. Pilinan yang menunjukkan beda potensial paling kecil
adalah 270. Penemuan ini menjadi dasar dikembangkannya super-twisted nematic (STN)
yang sampai sekarang digunakan pada telepon seluler sampai layar laptop.
Pada waktu yang hampir bersamaan pula, Peter Le Comber dan Walter Spear
(juga dari Inggris) menemukan solusi lain dengan cara menggunakan bahan
semikonduktor silikon amorf untuk membuat thin-film transistor (TFT) pada tiap pixel
TN. Metode ini menghasilkan tampilan dengan kualitas tinggi, tetapi memerlukan biaya
produksi yang sangat mahal dan melibatkan proses pembuatan yang rumit. Tentu saja
rumit! Karena, untuk menghasilkan gambar dengan kualitas 256 subpixel, diperlukan
sejumlah 256 pixel warna merah x 256 pixel biru x 256 pixel hijau. Tunggu sebentar! 256
x 256 x 256 = 16.8 juta. 16.8 juta transistor super mini harus dibuat dan dilekatkan ke
lapisan TN? Rumit dan melelahkan! Tentu saja biayanya menjadi sangat mahal!
Akan tetapi, seiring dengan semakin majunya teknologi, biaya pembuatan TFT
sedikit demi sedikit bisa ditekan karena ada penyederhanaan proses pembuatannya.
Namun, STN pun tidak mau kalah saingan! Kualitas tampilan STN semakin lama pun
semakin baik sehingga keduanya terus bersaing ketat dan mendominasi pasar.
Perkembangan teknologi LCD semakin pesat dalam dekade terakhir. Kepopuleran
LCD terutama karena kualitas gambar yang baik, konsumsi energi yang kecil, serta
kekuatan materi kristal cair yang tidak pernah mengalami degradasi. Penelitian lanjut
terus dikembangkan untuk mencapai target yang sangat bervariasi, mulai dari usaha
memproduksi LCD untuk ukuran layar yang semakin besar sampai kemungkinan
alternatif komponen dengan bahan plastik yang lebih ringan. Sasaran utama yang paling
dikejar sebagian besar produsen adalah LCD yang tidak lagi menggunakan backlight.
a. Kelebihan Monitor LCD
Konsumsi listrik rendah
Tidak menghasilkan radiasi elektromagnet yang mengganggu kesehatan
Tidak menimbulkan efek kedipan (flicker free)
Area layarnya optimum karena tidak termakan untuk bezel/frame
Dimensinya tidak akan menyita ruangan terlalu besar dan ringan untuk
dijinjing
Bentuknya stylish dan enak dilihat
Sinyal gambar digital
b. Kekurangan Monitor LCD
Harganya lebih mahal dibandingkan dengan monitor CRT
Kualitas gambar yang dihasilkan belum sebaik monitor CRT
Resolusi gambar yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan monitor CRT
Sudut viewable-nya terbatas. Begitu kita mengeset sudut pandang, gambar
terlihat akan berubah di mata kita.
C. OLED
Informasi warna TV OLED diproduksi menggunakan campuran carbon-based
organik, yang memancarkan [cahaya/ ringan] merah, biru dan hijau sebagai jawaban atas
arus elektrik. OLED Beda paling dari LCD di (dalam) yang tidak ada backlight dan tidak
(ada) “ menjadi bengkok” kristal. Tidak ada sumber [cahaya/ ringan] tambahan yang
diperlukan untuk memberi tenaga campuran warna yang organik, oleh karena itu mereka
menggunakan dengan sangat lebih sedikit [kuasa/ tenaga] dan dapat dihasilkan dengan
suatu profil [yang] tipis/encer. panel TV OLED datang dengan baik dua maupun tiga
lapisan yang campuran yang organik ditempatkan; terletak satu lapisan [yang] tipis/encer
hebat “ gelas/kaca”. Panel didukung oleh suatu [sulit/keras] plexiglass yang material juga
melindungi material bagian dalam yang sensitip. Ingat CRT ( tabung sinar katode)
TEVE? Pajangan OLED menggunakan suatu lapisan katode untuk memperkenalkan
elktron kepada lapisan dasar [dari;ttg] molekul organik. Apakah di/tersebar ke seberang
suatu flat-panel menyaring atau yang ditempatkan jantungnya suatu proyektor, semua
LCD pajangan datang dari latar belakang teknologi yang sama. Suatu acuan/matriks thin-
film transistor ( TFTS) voltase persediaan ke sel liquid-crystal-filled menyisipkan dua
lembar;seprai gelas/kaca. Ketika dipukul dengan suatu [beban/ tugas] elektrik, kristal
menguraikan [bagi/kepada] suatu derajat tingkat tepat untuk menyaring cahaya putih
yang dihasilkan oleh suatu lampu di belakang layar ( untuk/karena flat-panel TEVE) atau
sese]orang memproyeksikan melalui suatu LCD chip kecil ( untuk/karena TEVE
proyeksi). LCD TEVE reproduksi warna melalui suatu proses pengurangan: Mereka
membuat perencanaan panjang gelombang warna tertentu dari spektrum cahaya putih
sampai mereka (ada)lah meninggalkan dengan warna sekedar kebenaran. Dan, adalah
kuat cahaya diijinkan untuk menerobos acuan/matriks hablur cair ini yang
memungkinkan LCD televisi untuk memajang gambaran chock-full colors-or gradasinya.
Sumber :
http://www.pccomputernotes.com/monitors/monitors2.htm
http://www.oledbuyingguide.com/oled-tv-articles/oled-tv-vs-lcd-tv.html
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081205235131AAqIAsZ
http://elan-listonugroho.blogspot.com/2007/09/proyektor-digital.html
http://computer.howstuffworks.com/monitor7.htm
http://firmankaka.blogspot.com/2007/09/sejarah-monitor.html
http://archive.kaskus.us/thread/2439955
http://andhikaprayogo.web.ugm.ac.id/?page=berita&pagekode=1&bid=4
http://digilib.icttemanggung.org/download.php?
sess=0&parent=169&expand =0&order=name&curview=0&binary=1&id=384
http://en.wikipedia.org/wiki/Organic_LED