memperkuat kelas menengah - ligwina hananto

2
16 Februari 2014 MACRO 40 under 40 series foto oleh MELISA WIJAYA FORTUNE INDONESIA 13 Radio lifestyle yang di- pilih saat itu adalah Hard Rock FM, karena 13 klien pertamanya adalah pen- dengar radio tersebut. Saat itu ia mempresentasikan pentingnya financial liter- acy bagi pendengar radio di depan sang produser, Sekar Pandan Wangi. Gayung bersambut, Wina diizinkan mengudara membawakan program yang edgy tentang financial. Hasilnya? Res- pon positif berdatangan dari para pendengar. Jenis promosi seperti ini ampuh, Wina tidak perlu mengelu- arkan cost untuk promosi. Wina membuat materi si- arannya, pihak stasiun ra- dio menyediakan air time- nya. “Siaran di radio itu jadi batu loncatan, jumlah klien dari 13 orang menjadi 30 orang.” Meski hasilnya positif dan pendengar Hard Rock banyak yang tertarik untuk bertemu, tapi Wina tidak langsung menjual jasa. Ia mengedepankan edukasi ti- dak ‘nodong’ jualan produk jasanya. “Kalau kita sincere, orang akan dengan senang hati membuka diri dan CARA WINA , begitu ia biasa disapa, memperkenalkan jasa perencana keuangan lewat radio lifestyle terbilang anti-main- stream. Bukan tanpa alasan Wina berpromosi lewat radio, 13 orang klien pertama, yang notabene keluarganya, adalah kelas menengah yang gemar mendengarkan radio lifestyle. Ia berkesimpulan, kalau ingin didengar target pasarnya, ia harus berpromosi di radio lifestyle, bukan radio bisnis. mendengarkan,” kata ibu tiga anak ini. Tapi perjuangannya berbisnis tidak sampai di situ. Perempuan energik ini tidak lantas memetik hasilnya. Ia mengungkap- kan konsumen Indonesia belum siap menganggarkan uangnya untuk membayar jasa konsultan. Meski telah berpromosi di radio hingga mampu menyewa tempat kerja, ia pun masih belum bisa menargetkan jumlah klien yang harus dicapai. Ia bahkan menjual ilmunya secara gratis di website, lewat materi siaran radio dan kicauannya di twitter. Hal tersebut dilakoninya dengan senang hati karena bisnis adalah bukan tentang jualan produk melainkan memiliki added value bagi orang lain. Tidak lain itu semua karena kebutuhan jasa in- dependent financial plan- ner tinggi di tengah kondisi financial literacy masyara- kat yang rendah. Di Indo- nesia jumlah professional di bidang ini tidak lebih dari 100 orang saja, pa- dahal Indonesia memiliki Memperkuat Kelas Menengah MASALAH KEUANGAN KELUARGA JUSTRU MEWUJUDKAN MIMPI PEREMPUAN BERNAMA LENGKAP LIGWINA SHELITA POERWO-HANANTO MENJADI PEBISNIS YANG MENGATUR UANG ORANG LAIN. MELALUI BISNISNYA, QUANTUM MAGNA FINANCIAL (QM FINANCIAL), IA MEMBUMIKAN PERENCANAAN KEUANGAN UNTUK MASA DEPAN KELAS MENENGAH DI INDONESIA DENGAN MISI FOR THE STRONG MIDDLE CLASS. Oleh Dian Sari Pertiwi

Upload: dian-sari-pertiwi

Post on 21-Jul-2015

110 views

Category:

Economy & Finance


11 download

TRANSCRIPT

16 Februari 2014

Macro40 u n der 40 ser ies

foto oleh MELISA WIJAYA fortune indonesia13

Radio lifestyle yang di­pilih saat itu adalah Hard Rock FM, karena 13 klien pertamanya adalah pen­dengar radio tersebut. Saat itu ia mempresentasikan pentingnya financial liter-acy bagi pendengar radio di depan sang produser, Sekar Pandan Wangi. Gayung bersambut, Wina diizinkan mengudara membawakan program yang edgy tentang financial. Hasilnya? Res­pon positif berdatangan dari para pendengar. Jenis promosi seperti ini ampuh, Wina tidak perlu mengelu­arkan cost untuk promosi. Wina membuat materi si­arannya, pihak stasiun ra­dio menyediakan air time­nya. “Siaran di radio itu jadi batu loncatan, jumlah klien dari 13 orang menjadi 30 orang.”

Meski hasilnya positif dan pendengar Hard Rock banyak yang tertarik untuk bertemu, tapi Wina tidak langsung menjual jasa. Ia mengedepankan edukasi ti­dak ‘nodong’ jualan produk jasanya. “Kalau kita sincere, orang akan dengan senang hati membuka diri dan

CArA WInA , begitu ia biasa disapa, memperkenalkan jasa perencana keuangan lewat radio lifestyle terbilang anti-main-stream. Bukan tanpa alasan Wina berpromosi lewat radio, 13 orang klien pertama, yang notabene keluarganya, adalah kelas menengah yang gemar mendengarkan radio lifestyle. Ia berkesimpulan, kalau ingin didengar target pasarnya, ia harus berpromosi di radio lifestyle, bukan radio bisnis.

mendengarkan,” kata ibu tiga anak ini.

Tapi perjuangannya berbisnis tidak sampai di situ. Perempuan energik ini tidak lantas memetik hasilnya. Ia mengungkap­kan konsumen Indonesia belum siap menganggarkan uangnya untuk membayar jasa konsultan. Meski telah berpromosi di radio hingga mampu menyewa tempat kerja, ia pun masih belum bisa menargetkan jumlah klien yang harus dicapai. Ia bahkan menjual ilmunya secara gratis di website, lewat materi siaran radio dan kicauannya di twitter. Hal tersebut dilakoninya dengan senang hati karena bisnis adalah bukan tentang jualan produk melainkan memiliki added value bagi orang lain.

Tidak lain itu semua karena kebutuhan jasa in-dependent financial plan-ner tinggi di tengah kondisi financial literacy masyara­kat yang rendah. Di Indo­nesia jumlah professional di bidang ini tidak lebih dari 100 orang saja, pa­dahal Indonesia memiliki

Memperkuat Kelas MenengahMasalah keuangan keluarga justru Mewujudkan MiMpi pereMpuan bernaMa lengkap ligwina shelita poerwo-hananto Menjadi pebisnis yang Mengatur uang orang lain. Melalui bisnisnya, QuantuM Magna Financial (QM Financial), ia MeMbuMikan perencanaan keuangan untuk Masa depan kelas Menengah di indonesia dengan Misi For the strong Middle class. oleh Dian Sari Pertiwi

Macro

16 Februari 2014

untuk membayar gaji karyawan. Wina kemudian menggadaikan mobilnya dan meminjam uang dari sang suami, Dondi Hananto. “Kami membuat perjanjian tertulis secara professional, meski harta suami­istri milik ber­sama, tapi konteksnya untuk perusa­haan penting dibuat perjanjian seper­ti itu atas nama Ligwina dan Dondi,” ungkapnya sambil terkekeh.

Dalam waktu setahun Wina ber­hasil bangkit membenahi keuangan perusahaannya. “Saat itu sebenarnya tidak ada masalah dari sisi revenue, tapi karena klien membayar di akhir kontrak sehingga perusahaan tidak memiliki cash untuk membayar gaji karyawan. Sejak saat itu, klien harus membayar 75% biaya konsultasi di awal kontrak,” kata Nuri, accounting partner QM Financial.

Sedangkan menurut Wina, saat itu ia masih memiliki mindset ‘ibu rumah tangga’ bukan mindset ‘CEO’. Saat ia mengubah bahwa tanggung jawab­nya sebagai CEO adalah membawa perusaha an lebih professional, maka pandang an, cara kerja dan treatment terhadap karyawan pun berubah men­jadi lebih baik. Kini, di QM Financial sudah memiliki 16 orang planner dan terus dilakukan breeding untuk melahir kan independent financial plan-ner yang lebih banyak lagi. Meski QM Financial sangat iconic dengan sosok Wina, ia tetap membawa para plan-ner yang menjadi partner­nya namun memiliki branding­nya masing­masing. Selain itu, ia membawa semangat fun.

Jasa perencana keuangan menjadi popular dengan sosok Ligwina Hanan­to yang sering tampil di sejumlah me­

jumlah penduduk yang besar 220 juta orang dengan komposisi 5% adalah kelas menengah yang berjumlah 11 juta penduduk. Jika di dalam 11 juta keluarga kelas menengah terdiri atas 4 orang, artinya masih ada 2,750 ,000 orang yang perlu edukasi dan tersen­tuh financial planner.

Contohnya, Riana Bismarak pe­milik toko baju online BelowCepek.com salah satu klien QM Financial yang sempat memiliki empat unit link. “Waktu itu saya belum begitu mengerti tujuan memiliki unit link, yang pen­ting tenang karena merasa telah meng­asuransikan diri sambil berinvestasi,” kata Riana sambil tertawa. Setelah berkonsultasi, ia baru menyadari kekeliruannya dan menutup keempat akun unit link­nya. Riana yang saat itu memiliki income di atas Rp10 juta tidak membayangkan dirinya mampu berinvestasi. Kini ia mampu berin­vestasi properti, saham dan emas un­tuk simpanan masa tuanya.

Riana hanya satu dari seribu orang klien individu yang telah ditangani QM Financial. Wina membawa QM Financial menjadi perusahaan konsul­tan financial planner yang dipercaya lewat tagline “Tujuan Lo Apa”. Kini, dalam sebulan sedikitnya ada 40 orang klien yang berkonsultasi di QM Finan­cial dengan rentang biaya konsultasi Rp500 ribu – Rp1 juta per jam dan bi­aya jasa pembuatan rencana keuangan mulai dari Rp7,5 juta per tahun.

Seperti halnya terjadi pada pe­rusahaan yang baru merintis, QM Financial pun sempat mengalami masa sulit. Pada tahun 2010, QM Financial sempat tidak memiliki cash

dia massa. Perempuan kelahiran 3 Mei 1976 itu membuat konsep pengaturan keuangan lebih mudah dipraktik­kan. Cara yang dilakukan Wina lewat QM Financial terbukti ampuh untuk mengedukasi masyarakat agar memi­liki keuangan yang sehat. Beberapa hal yang Wina lakukan bersama timnya bukan terfokus pada mendapatkan klien lebih banyak, tapi justru mem­berikan pengetahuan mengenai finan-cial literacy melalui pelatihan­pelati­han, workshop, dan tulisan. Finance should be practical, begitu tagline yang selalu ia bawa saat mengisi seminar atau siaran radio.

Dewasa ini bisnis financial planner sedang booming, di tengah persaingan dengan perusahaan sejenis lainnya, Wina punya jurus jitu untuk menjaga klien tetap loyal dengan jasa perusa­haannya. Menjaga kepercayaan antara klien dan planner, menjadi sahabat klien, dan melakukan program yang berkelanjutan untuk menjaga hubun­gan dengan klien, meski kontrak tidak lagi diperpanjang.

Ia masih memiliki misi yang lebih besar lagi: mendekati korporasi untuk memberikan financial literacy bagi para karyawannya. Menurut Wina memberikan financial literacy bagi karyawan di perusahaan memiliki pengaruh yang sangat besar. “Tapi umumnya perusahaan belum me­nyadari manfaat jangka panjangnya, padahal dengan memberikan training financial literacy para karyawan akan lebih mampu mengelola keuangannya tanpa terus menuntut kenaikan upah kan,” tegas perempuan yang tengah gandrung olah raga lari ini.

“Tapi umumnya perusahaan belum menyadari manfaat jangka panjangnya, padahal dengan memberikan training financial literacy para karyawan akan lebih mampu mengelola keuangannya tanpa terus menuntut kenaikan upah kan.”

fortune indonesia14