makna kafir dalam tafsir al-mishbah karya m. …eprints.ums.ac.id/62516/12/naskah publikasi-337...

21
MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Agama Islam Oleh: MUHAMMAD NABIEL AKBAR G 100140007 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: ngongoc

Post on 03-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH

KARYA M. QURAISH SHIHAB

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Agama Islam

Oleh:

MUHAMMAD NABIEL AKBAR

G 100140007

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >
Page 3: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >
Page 4: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >
Page 5: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

1

MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH

KARYA M. QURAISH SHIHAB

ABSTRAK

Allah s.w.t telah membicarakan term kafir sebanyak 525 ayat di dalam al-Qur’an.

Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang makna kafir salah

satunya bisa melalui pendekatan tafsir al-Qur’an. Dalam menjelaskan makna

kafir, mufassir memiliki berbagaimacam pendapat, yang dapat dijumpai pada

kitab tafsir mereka. Di Indonesia terdapat salah satu mufassir yang terkenal dan

serius dalam mendalami al-Qur’an yaitu M. Quraish Shihab. Salah satu kitab

tafsirnya adalah tafsir al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an,

lengkap 30 juz dan terbesar yang pernah ditulisnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui makna kafir menurut M. Quraish Shihab dalam kitab tafsir al-Mishbah. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang menggunakan sumber primer dari kitab tafsir al-Mishbah dan sumber sekunder dari buku-buku atau jurnal yang membahas tentang M. Quraish shihab dan kafir. Pendekatan penelitian ini adalah interpretatif, yaitu sejauh peneliti menangkap makna yang terkandung di dalam penafsiran M. Quraish Shihab. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna kafir menurut M. Quraish Shihab di dalam tafsirnya yaitu: pertama, enggan mengakui keesaan dan wujud Allah s.w.t serta kebenaran yang disampaikan oleh Rasul-Nya dan mendustakan hari Kemudian. Kedua, enggan bersyukur atas nikmat dan anugerah yang telah Allah s.w.t limpahkan. Ketiga, menghalangi atau menutupi dirinya dan orang lain dari jalan Allah s.w.t. Keempat, beriman tetapi tidak mengerjakan tuntunan agama Islam. Kelima, menjadikan agama sebagai permainan. Dalam menafsirkan Quraish menggunakan metode tahli>li> (analitis) dan dengan corak al-Adabi> al-Ijtima>’i>.

Kata kunci: makna kafir, tafsir al-mishbah, M. Quraish Shihab.

ABSTRACT

It’s mentioned in al-Qur’an term kafir ini 525 verses. One way to understand the

term comprehensively is through the interpretation of al-Qur’an. There are varios

views of mufassir toward interpretation of kafir. M. Quraish Shihab is one of

indonesian mufassir, who interpreted al-Qur’an deeply, especially in al-Mishbah;

messages, impression and harmony of al-Qur’an. This research aims to know the meaning of kafir, according to Quraish in al-Mishbah. It is library in nature, that use al-Mishbah as primary resources. As for secondary ones are books, journals and articles related to the object. And use interpretive approach. This research reveals that kafir according to Quraish has variety of meaning. First, people who don’t believe in Allah the almighty, his messengers, angels and the hereafter. Second, people reluctant to thank for what given by God. Third, those who urge himself and others not to accept Islam. Fourth, believeres

Page 6: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

2

but not apply Islamic tenets. Fifth, the ones who treat Islam as game. Al-Mishbah

belongs to analytical method with a social literature in nature.

Keyword: kafir, al-Mishbah, M. Quraish Shihab.

1. PENDAHULUAN

Al-Qur’an memuat pedoman bagi Muslim untuk menjalani kehidupan di

dunia ini, pada umumnya penulis Muslim membagi ajaran atau aspek Islam

kepada tiga kelompok, yaitu akidah, syari’ah, dan akhlak.1 Dalam agama Islam,

akidah merupakan dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi

bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi yang dibuat. Kalau

fondasinya lemah, bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa

fondasi.2 Banyak sekali tema yang tercangkup di dalam akidah, diantaranya

pembahasan tentang kafir.

Allah Swt telah membicarakan term kafir sebanyak 525 ayat di dalam al-

Qur’an.3 Untuk mendapatkan pemahaman komprehensif tentang makna kafir

diperlukan sebuah pendekatan yang relevan sebagai upaya untuk memahami

makna atau pesan teks. Salah satu pendekatan tersebut yaitu melalui tafsir al-

Qur’an.4

Hamka di dalam kitab tafsir al-azhar menjelaskan orang kafir itu orang

yang tidak mau percaya, mulutnya menentang dan perbuatannya melawan.5

Muhammad Ali Ash-Shabuny di dalam Qabas min Nur al-Qur’an Dirasah

Tahliliyyah Muwassa’ah bi Ahdaaf wa maqaashid as-Suway al-Karimah

menjelaskan bahwa orang kafir adalah orang yang sebenarnya melihat kebenaran,

tapi tidak mau mengikutinya, mereka mendengarnya tapi tidak mau peduli

1 Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam al-Qur’an: Suatu Kajian Teologis dengan

Pendekatan Tafsir Tematik (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991), hlm. 6. 2 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan

Islam (LPPI), 2000), hlm. 10. 3 Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras lil al-Fadhi al-Qur’an al-

Karim (Kairo: Darut Hadits, 1981), hlm. 605-613. 4 Yusuf al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi dengan al-Qur’an terj. Kathur Suhardi

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2016), hlm. 217. 5 Prof. Dr. Hamka, Tafsr al-Azhar: Jilid 1 (Jakarta: Gema Insani, 2015), hlm. 107.

Page 7: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

3

kepadanya.6 Sayyid Quthb di dalam tafsir fi> zhila>lil al-Qur’a>n menjelaskan kafir

adalah orang yang hatinya gelap gulita, beku, terlukis dari celah-celah gerakan

yang tetap dan pasti, gerak penutup terhadap hati dan pendengaran dan penutupan

terhadap pandangan dan pengelihatan.7

Memperhatikan berbagai pendapat-pendapat mufassir di atas, ternyata

term kafir memiliki bermacam pendapat. Di era globalisasi seperti sekrang ini,

bagaimana memahami dan menghargai hubungan sesama muslim sangan

memprihatinkan. Akibatnya umat Islam menjadi terpecah belah, bahkan menjadi

jauh dari sumber umat Islam sendiri, yaitu al-Qur’an dan Sunnah.8

Memperhatikan hal ini di Indonesia terdapat salah satu mufassir yang terkenal

yaitu M. Quraish Shihab. Beliau seorang tokoh yang serius mendalami al-Qur’an

dan bentuk keseriusan tersebut dibuktikan dengan menulis kitab tafsir al-Qur’an

lengkap 30 juz dengan nama tafsir al-Mishbah; pesan, kesan dan keserasian al-

Qur’an. Memperhatikan hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Makna Kafir dalam Tafsir al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab”.

Memperhatikan latar belakang diatas maka masalah yang menjadi fokus

bahasan dalam penelitian ini adalah: pertama, bagaimana makna kafir menurut M.

Quraish Shihab dalam kitab tafsir al-Mishbah. Kedua, bagaimana metode dan

corak penafsiran M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah. Memperhatikan

rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan peneliti ini adalah

Mengetahui makna kafir menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah dan

mengetahui metode dan corak penafsiran M. Quraish Shihab dalam tafsir al-

Mishbah.

Adapun maanfaat penelitian ini secara teoritik yaitu penelitian ini dapat

menambah khazanah keilmuan dalam ilmu tafsir terutama untuk civitas

akademika Fakultas Agama Islam Progam Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

6 Muhammad Ali Ash-Shabunny, Cahaya al-Qur’an: Tafsir Tematik Surat al-Baqarah –

al-An’am terj. Kathur Suhardi (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000), hlm. 5. 7 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil-Qur’an terj. As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil,

Muchotob Hamzah (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm. 68. 8Abdul Jalil Isa, Masalah-masalah Keagamaan yang tidak boleh diperselisihkan antara

sesama Ummat Islam (Bandung: al-Ma’arif, 1982), hlm. 9.

Page 8: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

4

Mengenai Tinjauan Pustaka terdapat beberapa penelitian yang pernah

dilakukan: pertama, Disertasi karya Harifuddin Cawidu dengan judul “konsep

kufr dalam al-Qur’an: suatu kajian teologis dengan pendekatan tafsir tematik”.

Kedua, skripsi karya Mochammad Aminuddin dengan judul “kufur nikmat dalam

al-Qur’an”. Ketiga, skripsi karya Muhammad Mutaqin dengan judul “hadis-hadis

tentang mengkafirkan sesama muslim”. Keempat, jurnal karya Umar Faruq Thohir

dengan judul “pesan damai al-Ghazali: sebuah konsep kafir dan mukmin dalam

prespektif tasawuf akhlaqi”.

Metode tafsir al-Qur’an merupakan suatu cara yang teratur dan terpikir

baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan

Allah di dalam ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

s.a.w. Metode tafsir al-Qur’an tersebut berisi seperangkat kaidah dan aturan yang

harus diindahkan ketika menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.9

Jika ditelusuri perkembangan tafsir al-Qur’an sejak dulu sampai sekarang,

akan ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsiran al-Qur’an itu dilakukan

melalui empat cara (metode) yaitu: ijma>li> (global), tahli>li> (analitis), muqa>rin

(perbandingan), dan maudhu>’i > (tematik).10

Corak Penafsiran dalam literatur sejarah tafsir biasanya diistilahkan dalam

bahasa Arab yaitu “al-laun” yang arti dasarnya warna.11 Corak penafsiran yang

dimaksud ialah nuansa khusus atau sifat khusus yang memberikan warna

tersendiri pada tafsir.12 Macam-macamnya adalah: bi al-ma’tsu >r, bi al-Ra’yi, al-

shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al-adabi> al-ijtima>’i >.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu

penelitian yang menggunakan bahan-bahan tertulis seperti manuskrip, buku,

majalah, surat kabar, dan dokumen lain. Pendekatan penelitian ini adalah

9 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2012), hlm. 1-2. 10 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,

2012) ,cet. IV, hlm. 3. 11 Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir (Bandung: Tafakur, 2014), hlm. 199. 12 Abdul Syukur, Mengenal Corak Tafsir al-Qur’an, Jurnal Ushuludin dan Ilmu-ilmu

Keislaman, Vol. 1, No. 1, Agustus 2015, hlm. 84.

Page 9: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

5

interpretatif, yakni sejauh peneliti menangkap makna yang terkandung di dalam

penafsiran M. Quraish Shihab.

Sumber primer yang digunakan adalah tafsir al-Mishbah karya M. Quraish

Shihab dari volume 1 sampai 15, yaitu ayat-ayat al-Qur’an yang di dalamnya

terdapat kata kafir. Sumber sekunder yang digunakan adalah semua peneitian

tentang tafsir al-Mishbah, terlebih khusus jika ada yang meneliti term kafir.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-

analisis yakni mendiskripsikan data yang telah dikumpulkan kemudian di analisis

dan disimpulkan untuk mendapatkan jawaban atas problem yang dikemukakan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

3.1 Makna Kafir

Secara bahasa kafir terambil dari akar kata ( كف ر -فريك -كفر ) menurut

Hasan Muhammad Musa, di dalam Qamus Qur’ani mempunyai banyak

pengertian yang saling berdekatan, seperti: menyembunykan, menutupi,

menghalangi, dinding, selubung, mengingkari dan menentang.13 Secara

istilah para ulama berbeda pengertian tentang kafir. Ibn Taimiyah

menjelaskan, kafir adalah tidak beriman kepada Allah s.w.t dan para

Rasul-Nya, baik disertai pendustaan atau tidak, atau karena berpaling dari

mengikuti Rasulullah s.a.w karena dengki (hasad) atau sombong, atau

karena mengikuti hawa nafsu yang memalingkan pemiliknya dari

mengikuti risalah.14

Menurut Ibn Hazm, kafir dalam perkara agama adalah mengingkari

salah satu di antara perkara yang diwajibkan oleh Allah s.w.t untuk

diimani setelah ditegakkan hujjah kepadanya, yaitu dengan sampainya

kebenaran kepada yang bersangkutan, baik pengingkarannya dengan hati

saja, dengan lisan saja, atau dengan kedua-duanya. Kekufuran bisa terjadi

13 Azyuzumardi Azra, Kajian Tematik al-Qur’an Tentang Ketuhanan, (Bandung:

Angkasa, 2008), hlm. 348. 14 Taqy ad-Din ahmad Ibn ‘Abd Halim Ibn Taimiyah, majmu’ fatawa, (Madinah:

Mujamma’ al-Malik Fadh li Tiba’ah al-Mushaf asy-Syarif, 2003 M/1426 H), juz XXI, hlm. 335.

Page 10: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

6

karena ia melakukan sebuah tindakan yang menurut syari’at dapat

mengeluarkan pelakunya dari keimanan.15

Perlu dipahami bahwasannya iman dan kufur merupakan perkara yang

sangat mendasar dalam Islam. Dua perkara inilah yang akan mendudukkan

seseorang dihadapan Allah s.w.t, apakah menjadi mukmin atau kafir,

menjadi penduduk surga atau neraka. Jadi tidak mungkin dua perkara itu

berkumpul dalam diri seseorang.16

Iman adalah membenarkan dengan hati, mengakui dengan lisan, dan

beramal dengan anggota badan. Kandungan iman adalah gabungan antara

ucapan, yang mencangkup ucapan hati yang disebut niat dan ucapan lisan

yang disebut pernyataan, dengan perbuatan. Sedang puncak keimanan

ialah percaya adanya Allah s.w.t. Maka orang munafik tidak disebut

beriman karena ucapan lisan dan perbuatan anggota badannya tidak

diiringi dengan keyakinan hati.17

Kufur adalah lawan dari iman yang mengindikasikan penentangan

terhadap nikmat Allah s.w.t, sedangkan kafir adalah lawan dari muslim.

Maka kufur yang menyeluruh dari segala jenisnya, macam-macamnya,

serta pelakunya, yaitu menentang apa-apa yang dibawa oleh Nabi s.a.w,

atau menentang sebagiannya.18

Semua bentuk ketaatan adalah cabang iman dan semua bentuk

kemaksiatan adalah cabang kekafiran, sebab pokok iman adalah sikap

membenarkan (tasdiq) dengan penuh ketundukan yang melahirkan

kepatuhan untuk bersikap taat, sedang pokok kekafiran adalah sikap

15 Abu Muhammad ‘Ali Ibn Ahmad Ibn Sa’id Ibn Hazm, al-Ihkam fi Usul al-Ahkam

(Baerut: Mansyurat Dar al-Afaq al-Jadidah, t.t), juz I, hlm. 49-50. 16 Rudi Hartono, Takfir dalam Pandangan Ibn Taimiyah : Kajian atas Kitab Majmu>’

Fata>wa> (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015), hlm. 21. 17 Ibid, hlm. 22-23. 18 Sa’id Ibn ‘Ali Ibn Wahf al-Qahtani, Kapan Manusia menjadi Kafir?, terj. Khairul

Anwar, (Solo: Pustaka al-‘Alaq, 2007), hlm. 56.

Page 11: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

7

mengingkari dan durhaka yang melahirkan kesombongan dan

kecenderungan melanggar.19

Terkait dengan konteks keislaman juga mengenal istilah murtad. Yang

dimaksud dengan murtad adalah kafir setelah Islam, baik dengan

perkataan, perbuatan, maupun dengan keragu-raguan.20 Inilah yang

dimaksud dengan kekafiran besar yang mengeluarkan pelakunya dari

keimanan secara total, yaitu al-kufr al-i’tiqa>di> yang menafikan perkataan

dan amalan hati atau salah satunya.21

3.2 Ayat-ayat yang Ber-term Kafir dalam al-Qur’an.

Term kafir di dalam al-Qur’an terulang sebanyak 525 kali,22 meskipun

tidak seluruhnya merujuk kepada arti secara istilah, tetapi semuanya dapat

merujuk kepada arti secara bahasa. Melihat dari segi bentuknya, term kafir

dalam al-Qur’an muncul dalam enam kata jadian (ishtiqaq), yaitu fi’il

madhi (kata kerja yang menunjukkan waktu lampau), fi’il mudha>ri’ (kata

kerja yang menunjukkan kini dan atau akan datang), fi’il amr (kata kerja

yang mengandung perintah), masdar (infinitif), ism fa>’il (kata benda yang

mengandung arti pelaku, dan bentuk al-mubalagha>t (bentuk kata benda

jadian yang menunjuk penekanan, penegasan atau pergandaan sifat dari

objek yang disifati).23

19 Hafiz Hakami, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, (Jakarta: GIP, 2005), hlm. 196. 20 Sa’id Ibn ‘Ali Ibn Wahf al-Qahtani, Kapan Manusia menjadi Kafir?, terj. Khairul

Anwar, (Solo: Pustaka al-‘Alaq, 2007), hlm. 55. 21 Hafiz Hakami, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, (Jakarta: GIP, 2005), hlm. 196. 22 Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras lil al-Fadhi al-Qur’an al-

Karim (Kairo: Darut Hadits, 1981), hlm. 605-613. 23 Harifuddin Cawidu, konsep kufr dalam al-Qur’an; suatu kajian terhadap teologis

dengan pendekatan tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 31.

Page 12: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

8

3.3 Penafsiran M. Quraish Shihab tentang Kafir

3.3.1 Pengingkaran terhadap keesaan dan wujud Allah s.w.t, Para Rasul-

Nya dan mendustakan hari Kemudian.

Enggan mengakui keesaan dan wujud Allah s.w.t, serta kebenaran

yang disampaikan oleh Rasul-Nya dan mendustakan hari kemudian.24

Kalam Allah dalam QS. Al-Maidah [5]: 72.

ين قالوا إنذ اهللذ هو المس يح ابن مريم وقال المسيح لقد كفر الذ اهللذ رب وربذكم إنذه من يشك باهلل فقد ائيل اعبدوا يا بن إس

نصار المني من أ واه انلذار وما للظذ

م اهلل عليه النذة ومأ ٧٢حرذ

“Demi, Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,

“Sesungguhnya Allah ialah al-masih putra Maryam.” Padahal al-masih

berkata, “Hai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhan-ku dan Tuhan kamu.”

Sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah,

maka pasti Allah telah mengharamkan atasnya surga, dan tempatnya

adalah neraka. Dan tidaklah bagi orang-orang zalim satu

penolongpun”.(QS. Al-Maidah [5]: 72)25

Quraish menjelaskan kata kafir pada ayat di atas terambil dari akar

kata yang bermakna menutup. wujud Allah dan keesaan-Nya adalah satu

hakikat yang sangat jelas. Bukti-buktinya sudah terhampar dalam alam

24 24 Lihat Tafsir al-Misbah QS. al-baqarah [2]: 6, 19, 24, 26, 28, 34, 39, 41, 61, 88, 89,

90, 91, 93, 98, 99, 102, 105, 121, 161, 250, 254, 258; ali imran [3]: 10, 12, 19, 21, 32, 52, 70, 80,

90, 91, 98, 101, 112, 116, 151, 176, 178; an-nisa’ [4]: 37, 42, 46, 56, 60, 131, 136, 137, 140, 150,

151, 155, 156, 167, 168; al-maidah [5]: 10, 17, 36, 44, 57, 64, 67, 68, 72, 73, 78, 86, 102, 103,

110; al-an’am [6]: 1, 7, 25, 30, 130; al-a’raf [7]: 37, 66, 76, 90, 93, 101; al-anfal [8]: 12, 15, 30,

38, 52; at-taubah [9]: 17, 26, 30, 40, 54, 66, 68, 73, 74, 97, 107, 125; yunus [10]: 2; huud [11]: 17,

27, 42, 60, 68; yusuf [12]: 37; ar-ra’d [13]: 5, 7, 27, 30, 31, 32, 33, 43; ibrahim [14]: 9, 13; an-nahl

[16]: 39, 83, 107; al-isra’ [17]: 8, 89, 98, 99; al-kahf [18]: 56, 80, 102, 105, 106; maryam [19]: 37,

77; al-anbiya’ [21]: 30, 36, 39; al-hajj [22]: 19, 25, 55, 57, 72; al-mu’minun [23]: 24, 33; an-nur

[24]: 39; al-furqan [25]: 4, 32, 55; al-qashash [28]: 48; al-‘ankabut [29]: 23, 25, 47, 52; ar-rum

[30]: 16, 58; Luqman [31]: 23, 32; as-sajdah [32]: 10; al-ahzab [33]: 48, 64; saba’ [34]: 17, 31, 33,

34, 43; fathir [35]: 7, 26, 36; yasin [36]: 64, 70; ash-shaffat [37]: 170; shad [38]: 2, 4, 74; az-zumar

[39]: 3, 7, 32, 59, 63, 71; al-ghafir [40]: 4, 6, 10, 12, 14, 22; fushshilat [41]: 7, 9, 14, 26, 41, 52;

az-zukhruf [43]: 15, 24, 30, 33; al-jatsiyah [45]: 11, 31; al-ahqaf [46]: 10, 11; muhammad [47]: 1,

8; al-fath [48]: 22, 26; al-qamar [54]: 14, 43; al-hadid [57]: 19; al-mumtahanah [60]: 1; ash-shaff

[61]: 14; at-taghabun [64]: 4, 5, 6, 10; at-tahrim [66]: 7, 10; al-mulk [67]: 6; al-qalam [68]: 51; al-

haqqah [69]: 50; al-ma’arij [70]: 36; nuh [71]: 27; al-muddatsir [74]: 31; ‘abasa [80]: 42; al-

insyiqaq [84]: 22; al-buruj [85]: 19; al-ghasyiyah [88]: 23; al-balad [90]: 19; al-bayyinah [98]: 1,

6; al-kafirun [109]: 1. 25 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2001), Vol. 3, Cet. I, hlm. 150.

Page 13: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

9

raya dan diri manusia, tetapi sebagian manusia enggan melihat dan

berpikir tentang bukti-bukti itu. Keengganan tersebut sama halnya dengan

menutup bukti-bukti itu, maka dari sini seseorang yang tidak mempercayai

bukti wujud dan keesaan Allah s.w.t dinamai kafir.26

Quraish juga menjelaskan sungguh orang-orang kafir yang enggan

menerima risalah yang disampaikan para Nabi dan Rasul. Padahal bukti

sudah Allah s.w.t berikan kepada mereka.27 Tetapi mereka menutup mata,

telingga, hati dan anggota tubuh lainnya untuk melihat dan berpikir

terhadap bukti yang telah Allah s.w.t berikan.

3.3.2 Enggan bersyukur ats nikmat dan anugerah yang telah Allah s.w.t

limpahkan.

Allah s.w.t memberikan nikmat dan anugerahnya kepada siapa saja,

akan tetapi ada manusia yang enggan bersyukur atas nikmat dan anugerah

yang telah Allah s.w.t limpahkan.28 Kalam Allah dalam QS. Al-Anbiya’

[21]: 94.

الات وهو مؤمن فل كفران لسعيه إونذا ل فمن يعمل من الصذ٩٤كتبون

“Maka barang siapa mengerjakan amal saleh, sedang ia adalah

mukmin, maka tidak ada pembatalan terhadap amalannya sesungguhnya

Kami terhadapnya adalah Penulis-penulis.”29

Quraish menjelaskan kata (كفران) kufra>n yang terdapat pada QS. Al-

Anbiya’ [21]: 94 terambil dari kata (كفر) kafara yang dari segi bahasa

26 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2001), Vol. 3, Cet. I, hlm. 151. 27 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. 6, Cet. I, hlm. 547. 28 Lihat Tafsir al-Mishbah QS. al-baqarah [2]: 90, 152, 264, 286; ali imran [3]: 90, 131;

an-nisa’ [4]: 37; al-maidah [5]: 115; al-an’am [6]: 1, 89; huud [11]: 9; yusuf [12]: 87; ibrahim [14]:

7, 28, 34; an-nahl [16]: 55, 72, 112; al-isra’ [17]: 67, 69, 89; al-hajj [22]: 38, 66; al-furqan [25]:

50; An-naml [27]: 40; al-qashash [28]: 82; al-‘ankabut [29]: 66, 67; ar-rum [30]: 34, 51; Luqman

[31]: 12, 32; as-sajdah [32]: 10; saba’ [34]: 17, 162; fathir [35]: 39; yasin [36]: 47; az-zumar [39]:

7; asy-syura [42]: 48; qaf [50]: 24 al-hadid [57]: 19; at-taghabun [64]: 2; al-insaan [76]: 3. 29 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 9, Cet. I, hlm. 503.

Page 14: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

10

berarti menutup. Ia bisa juga diartikan tidak mengakui kebaikan yakni

tidak bersyukur. Memang al-Qur’an menggunakan kata ini antara lain

sebagai antonim dari kata (شكر) syukur, karena ia biasa diperhadapkan

dengan kata syukur.30

Menurut Quraish bahwa syukur antara lain berarti membuka dan

menampakkan dan lawannya adalah kufur yakni menutup dan

menyembunyikan.31 Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat antara

lain menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang

dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan

baik. Ini berarti setiap nikmat yang dianugerahkan Allah s.w.t menuntut

perenungan, untuk apa dianugerahkannya, lalu menggunakan nikmat

tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahkannya.32

Ketika seseorang yang enggan bersyukur akan melahirkan sifat dan

perilaku yang tidak baik, seperti: durhaka,33 wajar manusia durhaka

dinamai banyak menutupi atau tidak mengakui nikmat Allah s.w.t, karena

mereka angkuh dan kepala batu sehingga mengingkari nikmat yang telah

Allah s.w.t berikan. Kikir,34 karena orang yang kikir sering kali menolak

memberikan bantuan kepada orang lain dengan berbagaimacam alasan

sambil menutup-nutupi rezeki yang telah Allah s.w.t berikan dan

Mempraktekkan riba35

3.3.3 Menghalangi atau menutupi dirinya dan orang lain dari jalan Allah

s.w.t.

Bentuk kekafiran dalam hal ini, ketika seseorang menolak dirinya

sendiri dari kebenaran yang disampaikan oleh para Rasul-Nya kemudian

ditambah lagi dengan menghalangi orang lain untuk menempuh jalan yang

30 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 9, Cet. I, hlm. 507. 31 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 7, Cet. I, hlm. 22. 32 Ibid, hlm. 23. 33 Lihat Tafsir al-Mishbah QS. Al-hajj [22]: 66. 34 Lihat Tafsir al-Mishbah QS. Yasin [36]: 47. 35 Lihat Tafsir al-Mishbah QS. Al-Baqarah [2]: 276.

Page 15: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

11

benar yang telah disampaikan Rasul-Nya.36 Kalam Allah dalam QS. An-

Nahl [16]: 88

ين كفروا وصدوا عن سبيل اهلل زدناهم عذابا فوق العذاب الذ٨٨بما كنوا يفسدون

“orang-orang kafir dan menghalangi dari jalan Allah. Kami

tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan (karena)

mereka selalu berbuat kerusakan”37

Quraish menjelaskan bahwa orang kafir dalam ayat tersebut yaitu

orang-orang yang melakukan penganiayaan atas diri mereka dan yakni

sambil menghalangi orang lain dari menempuh jalan Allah yaitu jalan

kebaikan dan kebenaran yang penuh kedamaian.38

Orang-orang kafir dalam menghalangi orang lain dari jalan Allah s.w.t

menggunakan berbagai macam cara, yaitu: Munafik, yaitu sikap bermuka

dua yang diperlihatkan oleh orang-orang kafir. Secara lahir, mereka

mengaku beriman tetapi secara batin mereka tidak beriman.39 Menjadikan

syetan dan thaghut40 sebagai Tuhan, penolong dan teman karib atau

percaya kepada yang batil.41 Menafkahkan harta di jalan syetan dan

36 Lihat Tafsir al-Mishbah al-baqarah [2]: 108, 109, 217; ali imran [3]: 52, 72, 100, 149;

an-nisa’ [4]: 46, 84, 89, 150; al-maidah [5]: 3; Al-anfal [8]: 18, 65, 73; at-taubah [9]: 26, 32, 37,

107; ar-ra’d [13]: 33; ibrahim [14]: 13; an-nahl [16]: 88; maryam [19]: 73; al-mu’minun [23]: 24;

al-‘ankabut [29]: 12; al-ahzab [33]: 1, 25; al-ghafir [40]: 25, 42; fushshilat [41]: 29; muhammad

[47]: 1, 4, 32, 34; al-fath [48]: 25; ath-thur [52]: 42; al-hasyr [59]: 16; al-mumtahanah [60]: 2; as-

shaff [61]: 8; al-insaan [76]: 24. 37 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 7, Cet. I, hlm. 317. 38 Ibid. 39 Lihat Tafsir al-Mishbah QS. Ali imran [3]: 72, 156, 167; an-nisa’ [4]: 139, 155; al-

maidah [5]: 41, 61; at-taubah [9]: 37, 40, 49, 74; al-hasyr [59]: 11; al-munafiqun [63]: 3. thagut terambil dari akar kata yang berarti “melampaui batas” kata ini (طاغوت) 40

menunjuk kepada segala macam kebatilan atau keburukan. Setan, dajjal, penyihir, berhala, ide-ide

yang sesat, manusia durhaka, tirani, siapapun yang mengajak kepada kesesatan, dan yang

menetapkan hukum bertentangan dengan ketentuan Allah, semuanya digelar dengan Thagut. Lihat

M. Quraish Shihab, Tafasir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta:Lentera

Hati, 2000), vol. 1, cet. I, hlm. 516. 41 Lihat Tafsir al-Mishbah QS. al-Baqarah [2]: 257; ali Imran [3]: 13, 28, 149; an-nisa’

[4]: 51, 76, 89, 139, 140, 141, 144; al-Maidah [5]: 80; at-Taubah [9]: 23; al-Isra’ [17]: 27; al-

Qashash [28]: 86; Muhammad [47]: 3; al-hasyr [59]: 16; al-mumtahanah [60]: 13.

Page 16: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

12

thaghut, digunakan untuk memadamkan cahaya ilahi.42 Menghalalkan

yang telah diharamkan Allah s.w.t serta menganut kepercayaan yang

bertentangan dengan petunjuk Allah s.w.t.43

3.3.4 Beriman tetapi tidak mengerjakan tuntunan agama Islam.

Seorang mengaku Muslim tetapi tidak melaksakan apa yang telah

Allah s.w.t dan Rasul-Nya perintahkan serta menjahui apa yang telah

dilarang maka orang tersebut dapat dihukumi kafir.44 Misalnya dalam

menunaikan ibadah haji, kalam Allah dalam QS. ali Imran [3]: 97

لع قام إبراهيم ومن دخله كن آمنا وهلل فيه آيات بيـنات مذج اليت من استطاع إله سبيل ومن كفر فإنذ اهلل غن انلذاس ح

٩٧عن العالمني “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam

Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amalan dia;

mengerjakan haji menuju Bait Allah adalah kewajiban manusia terhadap

Allah, yaitu (bagi) yang sanggup mengadakan perjalanan ke sana;

barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah

Maha Kaya dari semesta alam”.45

Quraish menjelaskan bahwa ayat di atas Quraish mentafsirkan ( لع وهلل

sungguh teliti redaksi ayat ini. Mengerjakan haji adalah kewajiban (انلذاس

manusia. Demikian semua manusia dipanggil kesana. Tetapi Allah Maha

Bijaksana. Segera setelah menjelaskan kewajiban itu atas semua manusia,

Yang Maha Bijaksana itu mengecualikan sebagian mereka dengan firman-

Nya “bagi yang sanggup mengadakan perjalanan ke sana”. Ini berarti yang

tidak sanggup, Allah memaafkan mereka.46

42 Lihat Tafsir al-Mishbah QS. al-Anfal [8]: 36; at-Taubah [9]: 55. 43 Lihat Tafsir al-Mishbah QS. al-Maidah [5]: 103; al-An’am [6]: 122; at-Taubah [9]: 37. 44 Lihat Tafsir al-Mishbah QS. al-Baqarah[2]: 85, 104; ali Imran[3]: 86, 97, 106; al-

Maidah[5]: 12; at-Taubah[9]: 37; an-Nahl[16]: 106; an-Nur[24]: 55. 45 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2000), Vol. 2, Cet. I, hlm. 150. 46 Ibid, hlm. 152.

Page 17: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

13

Bagaimana dengan yang telah memenuhi syarat wajib melaksanakan

haji, yakni sehat jasmani dan rohani, memiliki kemampuan materi berupa

biaya perjalanan dan selama perjalanan serta biaya hidup untuk keluarga

yang ditinggal, jalan menuju ke sana dan kembali pun aman, tidak ada

perang tidak ada wabah penyakit? Menurut Quraish pastilah mereka

berdosa. Mereka berdosa karena menolak panggilan Allah s.w.t, itulah

yang ditunjuk oleh firman-Nya ( ومن كفر).47

3.3.5 Menjadikan agama sebagai permainan.

Orang kafir yaitu orang-orang yang menjadikan agama yang

seharusnya dianut dan diagungkan sebagai permainan, mereka melakukan

aneka kegiatan yang sia-sia dan tanpa tujuan.48 Kalam Allah dalam QS.

Al-A’raf [7]: 50-51.

فيضوا علينا من الماء ن أ

صحاب النذة أ

صحاب انلذار أ

ونادى أ

و مهما لع الكفرين أ إنذ اهللذ حرذ ا رزقكم اهلل قالوا ين ٥٠ممذ الذ

ياة ادلنيا فالوم ننساهم كما تهم ال دينهم لهوا ولعبا وغرذ ذوا اتذ ٥١نا يحدون نسوا لقاء يومهم هـذا وما كنوا بآيات

“Dan penghuni-penghuni neraka itu menyeru penghuni-penghuni

surga; ‘curahkanlah kepada kami sedikit air dari apa yang telah

direzekikan Allah kepada kamu’. Mereka menjawab; ‘sesungguhnya Allah

telah mengharamkan keduanya atas orang-orang kafir’ (yaitu) orang-

orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan

kelengahan, dan kehidupan dunia telah menipu mereka’. Maka pada hari

ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan

mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari

ayat-ayat Kami”.49

Quraish menjelaskan orang kafir yang menjadikan agama sebagai

permainan, apa yang dihasilkannya tidak lain hanya menyenangkan hati

47 Ibid. 48 Lihat Tafsir al-Mishbah QS. al-A’raf [7]: 50-51; al-Ghafir [40]: 74. 49 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 5, Cet. I, hlm. 106.

Page 18: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

14

dan menghabiskan waktu dan kelengahan, yaitu kegiatan yang

menyenangkan hati tetapi kurang atau tidak penting, sehingga

melengahkan pelakunya dari ha-hal yang penting atau yang lebih penting

dan itu semua disebabkan karena kehidupan dunia telah menipu mereka.50

Sebagai seorang Muslim bisa lebih berhati-hati dalam kesehariannya,

bisa saja lengah karena mengikuti hawa nafsu sehingga terlalu sibuk

dengan urusan dunia, kemudian melupakan urusan yang wajib yaitu

beribadah kepada Allah s.w.t.

3.4 Metode dan Corak Tafsir al-Mishbah

Memperhatikan penafsiran makna kafir di dalam tafsir al-Mishbah

bahwa Quraish di dalam menafiskan menggunakan metode tahli>li>

(analitis). Yakni menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan

segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu, serta

menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan

keahlian dan kecenderungan Quraish yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.

Dalam tafsirnya, Quraish mengikuti runtutan ayat sebagai mana yang

tersusun di dalam mushaf. Quraish memulai uraian dengan mengemukakan

arti kosakata, Quraish amat sangat memperhatikan arti kosakata atau

ungkapan al-Qur’an dengan merujuk pada pandangan pakar-pakar bahasa,

kemudian memperhatikan bagaimana kosa-kata atau ungkapan tersebut

digunakan al-Qur’an, lalu memahami arti ayat-ayat atas dasar penggunaan

kata tersebut oleh al-Qur’an. Quraish juga membahas mengenai saba<b al-

nuzu<l ayat tersebut dan juga mengemukakan muna>sabah (korelasi) ayat-

ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain.

Memperhatikan penafsiran makna kafir di dalam tafsir al-Mishbah

bahwa M. Quraish Shihab di dalam menafirkan menggunakan corak al-

Adabi> al-I@jtima>’i >. Yakni memahami nas}-nas} al-Qur’an dengan cara,

mengemukakan ungkapan-ungkapan al-Qur’an secara teliti, selanjutnya

50 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 5, Cet. I, hlm. 106.

Page 19: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

15

menjelaskan makna-makna yang dimaksud oleh al-Qur’an tersebut dengan

gaya bahasa yang indah dan menarik, selanjutnya menghubungkan nas}-nas}

al-Qur’an yang tengah dikaji dengan kenyataan sosial dan sistem budaya

yang ada.

Quraish berusaha mengemukakan segi keindahan bahasa (bala>ghah)

dan kemukjizatan al-Qur’an, menjelaskan makna atau maksud yang dituju

oleh al-Qur’an, berupaya mengungkapkan betapa al-Qu’an itu

mengandung hukum-hukum-hukum alam raya dan aturan-aturan

kemasyarakatan, dan bermaksud membantu memecahkan segala problema

yang dihadapi oleh umat Islam khususnya dan umat manusia umumnya

melalui petunjuk dan ajaran al-Qur’an, serta berupaya mempertemukan

antara ajaran al-Qur’an dan teori-teori ilmiah yang benar.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Makna kafir menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah

dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, enggan mengakui keesaan

dan wujud Allah s.w.t serta kebenaran yang disampaikan oleh Rasul-Nya

dan mendustakan hari Kemudian. Kedua, enggan bersyukur atas nikmat

dan anugerah yang telah Allah s.w.t limpahkan. Ketiga, menghalangi atau

menutupi dirinya dan orang lain dari jalan Allah s.w.t. Keempat, beriman

tetapi tidak mengerjakan tuntunan agama Islam. Kelima, menjadikan

agama sebagai permainan.

Memperhatikan Penafsiran Quraish dalam makna kafir, dapat

disimpulkan bahwa Quraish dalam menafsirkan menggunakan metode

tahli>li> (analitis) dan dengan corak al-Adabi> al-I@jtima>’i >.

4.2 Saran

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menyampaikan saran kepada:

4.2.1 Peneliti selanjutnya, terutama penelitian yang berkaitan dengan

tema penelitian ini. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pijakan

Page 20: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

16

mengenai makna kafir dalam tafsir al-Mishbah karya M. Quraish

Shihab.

4.2.2 Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah khazanah

pengetahuan tentang term kafir.

DAFTAR PUSTAKA

‘Abd al-Baqi, Muhammad Fuad. 1981. al-Mu’jam al-Mufahras lil al-Fadhi al-

Qur’an al-Karim. Kairo: Darut Hadits, 1981.

al-Qahtani, Sa’id Ibn ‘Ali Ibn Wahf. 2007. Kapan Manusia menjadi Kafir?, terj.

Khairul Anwar. Solo: Pustaka al-‘Alaq.

al-Qaradhawi, Yusuf. 2016. Bagaimana Berinteraksi dengan al-Qur’an terj.

Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2016.

Ash-Shabunny, Muhammad Ali. 2000. Cahaya al-Qur’an: Tafsir Tematik Surat

al-Baqarah – al-An’am terj. Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Azra, Azyuzumardi. 2008. Kajian Tematik al-Qur’an Tentang Ketuhanan.

Bandung: Angkasa.

Baidan, Nashruddin. 2012. Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Cawidu, Harifuddin. 1991. Konsep Kufr dalam al-Qur’an: Suatu Kajian Teologis

dengan Pendekatan Tafsir Tematik. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

Hakami, Hafiz. 2005. 200 Tanya Jawab Akidah Islam. Jakarta: GIP.

Hamka. 2015. Tafsir al-Azhar: Jilid 1. Jakarta: Gema Insani.

Hartono, Rudi. 2015. Takfir dalam Pandangan Ibn Taimiyah : Kajian atas Kitab

Majmu>’ Fata>wa>. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ibn Hazm, Abu Muhammad ‘Ali Ibn Ahmad Ibn Sa’id. T.t. al-Ihkam fi Usul al-

Ahkam. Baerut: Mansyurat Dar al-Afaq al-Jadidah.

Ibn Taimiyah, Taqy ad-Din ahmad Ibn ‘Abd Halim. 2003 M/1426 H. majmu’

fatawa. Madinah: Mujamma’ al-Malik Fadh li Tiba’ah al-Mushaf asy-Syarif.

Ilyas, Yunahar . 2000. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian

dan Pengamalan Islam (LPPI).

Isa, Abdul Jalil. 1982. Masalah-masalah Keagamaan yang tidak boleh

diperselisihkan antara sesama Ummat Islam. Bandung: al-Ma’arif.

Izzan, Ahmad. 2014. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur.

Quthb, Sayyid. 2000. Fi> Zhila>lil-Qur’a>n terj. As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim

Basyarahil, Muchotob Hamzah. Jakarta: Gema Insani Press.

Shihab, M. Quraish. 2000. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 1. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

Page 21: MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. …eprints.ums.ac.id/62516/12/Naskah Publikasi-337 Nabiel.pdf · shufy, al-fiqhi, al-falsay, al-ilmi>, dan al -adabi>al-ijtima>’i >

17

_________________ 2000. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 2. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2001. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 3. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2001. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 4. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2002. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 5. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2002. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 6. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2002. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 7. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2002. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 8. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2002. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 10. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2002. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. vol. 15. cet. II. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2003. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 11. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2003. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. vol. 13. cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2003. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. vol. 14. cet. I. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2004. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 9. Cet. II. Jakarta: Lentera Hati.

_________________ 2004. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Vol. 12. Cet. II. Jakarta: Lentera Hati.

Syukur, Abdul. 2015. Mengenal Corak Tafsir al-Qur’an, Jurnal Ushuludin dan

Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. 1, No. 1, Agustus 2015. 84.