makalah ahli waris

28
MAKALAH TENTANG WARISAN Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Fiqih Guru Mapel : Ibu Hanik Rahmawati, S.Ag Disusun Oleh : 1. Moh Habibi 2. Moh Ainul Yaqin 3. Moh Nur Rozaq 4. Rochmatul Hidayah 5. Sari Maesaroh 6. Silvia Tina M Kelas : XI IPS 1 MA MATHOLI’UL HUDA – SOKOPULUHAN TAHUN AJARAN 2013 / 2014

Upload: hudaesce

Post on 25-Dec-2015

134 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

makalah tentang ahli waris

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ahli Waris

MAKALAH TENTANG WARISAN

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Pelajaran FiqihGuru Mapel : Ibu Hanik Rahmawati, S.Ag

Disusun Oleh :1. Moh Habibi2. Moh Ainul Yaqin3. Moh Nur Rozaq4. Rochmatul Hidayah5. Sari Maesaroh6. Silvia Tina M

Kelas : XI IPS 1

MA MATHOLI’UL HUDA – SOKOPULUHANTAHUN AJARAN 2013 / 2014

Page 2: Makalah Ahli Waris

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan dan  keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah tentang “Warisan” ini dapat  terselesaikan.

Shalawat  terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Dan Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.

Dalam kesempatan kali ini,penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Hanik Rahmawati, S.Ag selaku Guru Mata Pelajaran Fiqh yang telah membimbing

penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.2. Media massa, dan media lainnya yang artikelnya kami gunakan dalam penulisan

Makalah ini3. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan yang tidak dapat kami sebutkan

satu persatu.

Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Pati , Januari 2014

Penulis

v

Page 3: Makalah Ahli Waris

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………….. v

Daftar isi ……………………………………………………………........ vi

BAB I ( PENDAHULUAN ) A. Latar Belakang…… ………………………………………... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 1 C. Tujuan .................................................................................... 1

BAB II ( PEMBAHASAN ) A. Furudhul Muqaddarah .......................................................... 2 B. Dzawi Furud .......................................................................... 3 C. Dzawil Ashobah .................................................................... 4 D. Hijab (Penghalang) Dalam Menerima Harta Waris .............. 5 E. Bagian-bagian Ahli Waris (Hukum Islam) ........................... 6 F. Cara pembagian Warisan ...................................................... 7 G. Aul Rad dan cara pembagian sisa harta ............................... 9 H. Beberapa masalah khusus dalam pembagian warisan .......... 11

BAB III ( PENUTUP ) A. Kesimpulan ........................................................................... 15 B. Saran  ………………………………………......................... 15

Daftar Pustaka ……………………….…………………………………. 16

vi

Page 4: Makalah Ahli Waris

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syariat Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang legal. Syariat Islam juga menetapkan hak pemindahan kepemilikan seseorang sesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat dan nasabnya, tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan, besar atau kecil.

Al-Qur'an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang pun. Bagian yang harus diterima semuanya dijelaskan sesuai kedudukan nasab terhadap pewaris, apakah dia sebagai anak, ayah, istri, suami, kakek, ibu, paman, cucu, atau bahkan hanya sebatas saudara seayah atau seibu.

Oleh karena itu, Al-Qur'an merupakan acuan utama hukum dan penentuan pembagian waris, sedangkan ketetapan tentang kewarisan yang diambil dari hadits Rasulullah saw. dan ijma' para ulama sangat sedikit. Dapat dikatakan bahwa dalam hukum dan syariat Islam sedikit sekali ayat Al-Qur'an yang merinci suatu hukum secara detail dan rinci, kecuali hukum waris ini. Hal demikian disebabkan kewarisan merupakan salah satu bentuk kepemilikan yang legal dan dibenarkan AlIah SWT. Di samping bahwa harta merupakan tonggak penegak kehidupan baik bagi individu maupun kelompok masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam pembuatan tugas makalah  ini akan membahas mengenai :a. Furudh Al Muqaddarahb. Dzawil Furudhc. Dzawil Ashobahd. Hijabe. Bagian masing-masing ahli warisf. Cara pembagian harta warisg. Masalah Aul, Rad dan cra pembagian sisa hartah. Beberapa masalah khusus dalam pembagian warisan

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini pada hakekatnya merupakan sesuatu yang hendak dicapai dan dapat memberikan arahan dan penjelasan  yang akan dilakukan. Berpijak pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam makalah  ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan warisan yang sesuai dengan ketentuan hukum islam.

1

Page 5: Makalah Ahli Waris

BAB IIPEMBAHASAN

A. Furudhul MuqaddarahKata al-furud adalah bentuk jamak dari kata fard artinya bagian (ketentuan). Al-

Muqaddarah artinya ditentukan. Jadi al-furud al-muqaddarah adalah bagian-bagian yang telah ditentukan oleh syara’ bagi ahli waris tertentu dalam pembagian harta peninggalan. Bagian itulah yang akan diterima ahli waris menurut jauh dekatnya hubungan kekerabatan.Furudul Muqaddarah ada enam macam:                                                                                1.    Dua pertiga (2/3)2.    Setengah (1/2)3.    Sepertiga (1/3)4.    Seperempat (1/4)5.    Seperenam (1/6)6.    Seperdelapan (1/8).

Dasar hukumnya adalah firman Allah surat an-Nisa ayat 11-12, yang artinya''Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(11) Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya.Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak.Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris).(Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun(12)''. (Q.S. An-Nisa:11-12).

2

Page 6: Makalah Ahli Waris

B. Dzawil furud (Ashabul Furud)Furudlu menurut istilah fiqih mawarits, ialah saham yang sudah ditentukan

jumlahnya untuk warits pada harta peninggalan, baik dengan nash maupun dengan ijma’. Secara bebas, arti lugowi zawi al-furud adalah orang-orang yang mempunyai

saham (bagian) pasti. Secara istilahi zawi al-furud adalah ahli waris yang sahamnya telah ditentukan secara terperinci (seperdua, sepertiga, seperempat, seperenamatau seperdelapan dari warisan ). Ashabul furud ada dua macam:1. Ashabul furudh sababiyyah

Yaitu ahli waris yang disebabkan oleh ikatan perkawinan. Yakni:- Suami- Isteri

2. Ashabul furudh nasabiyyahYaitu ahli waris yang telah ditetapkan atas dasar nasab. Yakni: - Ayah- Ibu- Anak perempuan- Cucu perempuan dari garis laki-laki- Saudara perempuan sekandung- Saudara perempuan seayah- Saudara laki-laki seibu- Saudara perempuan seibu- Kakek shahih- Nenek shahih.

Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:a. Yang mendapat dua pertiga (2/3)

a) Dua anak perempuan atau lebih, bila tidak ada anak laki-laki.b) Dua anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki, bila anak perempuan tidak

adac) Saudara perempuan sebapak, dua orang atau lebih.

b. Yang mendapat setengah (1/2)a) Anak perempuan kalau dia sendirib) Anak perempuan dari anak laki-laki atau tidak ada anak perempuanc) Saudara perempuan seibu sebapak atau sebapak saja, kalau saudara

perempuansebapak seibu tidak ada, dan dia seorang sajad) Suami bila isteri tidak punya anak

c. Yang mendapat sepertiga (1/3)a) Ibu, bila tidak ada anak atau cucu (anak dari anak laki-laki), dan tidak ada pula

dua orangsaudarab) Dua orang saudara atau lebih dari saudara seibu.

d. Yang mendapat seperempat (1/4)a) Suami, bila istri ada anak atau cucub) Isteri, bila suami tidak ada anak dan tidak ada cucu. Kalau isteri lebih dari satu

makadibagi rata.

3

Page 7: Makalah Ahli Waris

e. Yang mendapat seperenam (1/6)a) Ibu, bila beserta anak dari anak laki-laki atau dua orang saudara atau lebih.b) Bapak, bila jenazah mempunyai anak atau anak dari laki-laki.c) Nenek yang shahih atau ibunya ibu/ibunya ayah.d) Cucu perempuan dari anak laki-laki (seorang atau lebih) bila bersama seorang

anakperempuan. Bila anak perempuan lebih dari satu maka cucu perempuan tidak mendapatharta warisan.

e) Kakek, bila bersama anak atau cucu dari anak laki-laki, dan bapak tidak ada.f) Saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih), bila beserta saudara

perempuanseibu sebapak. Bila saudara seibu sebapak lebih dari satu, maka saudara perempuansebapak tidak mendapat warisan.

f. Yang mendapat seperdelapan (1/8)a) Isteri (satu atau lebih), bila ada anak atau lebih

C. Dzawil AshabahAsabah adalah bagian sisa setelah diambil oleh ahli waris ashab al-furud. Sebagai

penerima bagian sisa, ahli waris ashabah terkadang menerima bagian banyak (seluruh harta warisan), terkadang menerima sedikit, tetapi terkadang tidak menerima bagian sama sekali, karena habis diambil ahli waris ashab al-furud

Di dalam pembagian sisa harta warisan, ahli waris yang terdekatlah yang lebih dahulumenerimanya. Konsekuensi cara pembagian ini, maka ahli waris ashabah yang peringkat kekerabatanya berada dibawahnya tidak mendapatkan bagian.Dasar pembagian ini adalah perintah Rasulullah SAW:

رجلذكرمتفقعليهىلالحقواالفرائضبأهلهافمابقيفألو

‘’berikanlah bagian-bagian tertentu kepada ahli waris yang berhak, kemudian sisanya untuk ahli waris laki-lakiyang utama’’ (Muttafaq ‘alaih).

Didalam kitab ar-Rahbiyyah, ashobah adalah setiap orang yang mendapatkan semua harta waris, yang terdiri dari kerabat daan orang yang memerdekakan budak, atau yang mendapatkan sisa setelah pembagian bagian tetap.

Para fuqoha telah menyebutkan tiga macam kedudukan ashobah, yaitu:

1. Ashobah binafsihi Ialah orang yang menjadi asabah karena dirinya sendiri.Jumlah mereka adalah: Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki dan generasi dibawahnya, bapak dan kakek serta generasi diatasnya, saudara kandung, saudara sebapak, anak laki-laki saudara kandung, anak laki-laki saudara sebapak dan generasi dibawahnya, paman kandung, paman sebapak, anak laki-laki paman kandung, anak laki-laki paman sebapak.

2. Ashobah bighairihiIalah orang (perempuan) yang menjadi asabah karena dibawa oleh orang (laki-laki) lain yang sederajat dan seusbah. Mereka adalah:a. Satu anak perempuan atau lebih, yang ada bersama anak laki-laki.b. Satu cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih, yang ada bersama cucu laki-

laki dari anak laki-laki.c. Satu orang perempuan kandung atau lebih yang ada bersama saudara kandung.d. Satu orang saudara perempuan sebapak atau lebih yang ada bersama saudara

laki-laki sebapak.

4

Page 8: Makalah Ahli Waris

3. Ashobah ma’a ghairihiIalah saudara perempuan kandung atau sebapak yang menjadi asabah karena didampingi oleh keturunan perempuan.mereka adalah:a. Seorang saudara perempuan kandung atau lebih, yang ada bersama anak

perempuanatau cucu perempuan dari anak laki-laki.b. Seorang saudara perempuan sebapak atau lebih, yang ada bersama anak

perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki.

D. Hijab (Penghalang) Dalam Menerima Harta Waris

Hijab (penghalang), yaitu seseorang dapat menghalangi orang lain untuk memperoleh bagian yang sebenarnya atau sama sekali tidak memperoleh.

Daftar hijab diantaranya :

Orang yang terhlang1. Kakek 2. Nenek 3. Cucu (laki-laki/perempuan) 4. Saudara laki-laki sekandung 5. Saudara perempuan sekandung 6. Saudara laki-laki se-ayah 7. Saudara laki-laki se-ibu 8. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung 9. Anak laki-laki saudara laki-laki se-ayah 10. Paman sekandung dengan ayah 11. Paman se-ayah dengan ayah 12. Anak laki-laki paman sekandung dengan ayah 13. Anak laki-laki paman se-ayah dengan ayah 14. Cucu perempuan dari anak laki-laki seorang atau lebih

Orang yang menghalangi : 1. Ayah 2. Ibu 3. Anak laki-laki 4. Ayah; anak laki-laki; cucu laki-laki 5. Ayah; anak laki-laki; cucu laki-laki 6. Ayah; anak laki-laki; cucu laki-laki; saudara laki-laki/perempuan sekandung 7. Ayah; anak laki-laki; cucu laki-laki; saudara laki-laki/perempuan sekandung 8. Ayah; anak laki-laki; cucu laki-laki; kakek, saudara laki-laki sekandung; saudara laki-

laki se-ayah; saudara perempuan sekandung; saudara perempuan se-ayah. 9. Ayah; anak laki-laki; cucu laki-laki; kakek, saudara laki-laki sekandung; saudara laki-

laki se-ayah; saudara perempuan sekandung; saudara perempuan se-ayah; anak laki-laki saudara laki-laki sekandung.

5

Page 9: Makalah Ahli Waris

10. Ayah; anak laki-laki; cucu laki-laki; kakek, saudara laki-laki sekandung; saudara laki-laki se-ayah; saudara perempuan sekandung; saudara perempuan se-ayah; anak laki-laki saudara laki-laki sekandung; anak laki-laki saudara laki-laki sekandung.

11. Ayah; anak laki-laki; cucu laki-laki; kakek, saudara laki-laki sekandung; saudara laki-laki se-ayah; saudara perempuan sekandung; saudara perempuan se-ayah; anak laki-laki saudara laki-laki sekandung; anak laki-laki saudara laki-laki sekandung; paman sekandung dengan ayah.

12. Ayah; anak laki-laki; cucu laki-laki; kakek, saudara laki-laki sekandung; saudara laki-laki se-ayah; saudara perempuan sekandung; saudara perempuan se-ayah; anak laki-laki saudara laki-laki sekandung; anak laki-laki saudara laki-laki sekandung; paman sekandung dengan ayah; anak laki-laki paman sekandung dengan ayah.

13. Ayah; anak laki-laki; cucu laki-laki; kakek, saudara laki-laki sekandung; saudara laki-laki se-ayah; saudara perempuan sekandung; saudara perempuan se-ayah; anak laki-laki saudara laki-laki sekandung; anak laki-laki saudara laki-laki sekandung; paman sekandung dengan ayah; anak laki-laki paman sekandung dengan ayah

14. Dua orang atau lebih anak perempuan.

Orang-orang yang terkena hijab hirman tidak memperoleh harta warisan bila masih ada orang menghalanginya, atau orang yang menghalangi masih hidup, serta masih berhak menerima harta warisan.

E. Bagian-Bagian Ahli Waris (Hukum Islam)

Bagian – bagian ahli waris menurut hukum waris islamAyah :

Ashobah, bila tidak ada anak laki-laki. Bagiannya yaitu, sisa dari harta waris setelah dikurangi bagian ahli waris dzawil furud.

⅙ jika ada anak laki-laki (pasal 177 KHI).Ibu:

⅙ bila ada anak, atau ada 2 saudara atau lebih (pasal 178 ayat (1) KHI). ⅓ bila tidak ada anak, atau tidak ada 2 saudara (pasal 178 ayat (1) KHI). ⅓ dari sisa setelah dikurangi bagian janda atau duda dan anak perempuan, bila

ibu mewaris bersama ayah dan tidak ada anak laki-laki (pasal 178 ayat (2) KHI).Janda :

⅛ bila mewaris bersama dengan anak (pasal 180 KHI). 4⅟  bila tidak ada anak (pasal 180 KHI). Apabila janda lebih dari satu orang maka bagian janda adalah ⅛ dibagi

banyaknya janda, ditambah  ₂⅟ bagian dari harta bersama pada perkawinan masing – masing (pasal 94 ayat (1) dan (2), pasal 96 ayat (1), dan pasal 97 KHI).

Duda : ₂⅟  bila pewaris tidak meninggalkan anak (pasal 179 KHI). 4⅟  bila pewaris meninggalkan anak (pasal 179 KHI).

Anak laki-laki : Ashobah, yaitu mendapat sisa harta waris setelah bagian ahli waris dzawil furud

diperhitungkan. Jadi apabila ada anak laki-laki maka ayah bukanlah ashobah.

6Anak perempuan :

Page 10: Makalah Ahli Waris

₂⅟  bila hanya ada satu anak perempuan saja (pasal 176 KHI). ⅔ bila ada 2 anak perempuan atau lebih (pasal 176 KHI) Sebagai ashobah, bila mewaris bersama-sama dengan anak laki-laki, yaitu dengan

perbandingan (laki-laki 2 : 1 perempuan), (pasal 176 KHI).Anak angkat :

Wasiat wajibah maximal ⅓ dari harta warisan orang tua angkatnya (pasal 209 ayat (2) KHI).

Demi keadilan tidak boleh melebihi bagian dari anak kandung. Dengan kesimpulan, apabila ada anak perempuan maka bagian anak angkat maximal sebesar anak perempuan. Karena anak angkat pada prinsipnya bukanlah ahli waris (Al-quran Surat An-nisa’ ayat 12 yang terjemahannya adalah sebagai berikut ; “…, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)…”).

Mawali (ahli waris pengganti) : Tidak boleh melebihi bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti (pasal

185 ayat (2) KHI).Saudara pewaris :

Baru berhak apabila tidak ada anak dan ayah. Bagian saudara kandung/ saudara seayah = bagian anak, jadi saudara laki-laki

sekandung /seayah = bagian anak laki-laki, sedangkan bagian saudara perempuan sekandung /seayah = bagian anak perempuan (pasal 182 KHI).

Saudara seibu pewaris : ⅙ untuk saudara seibu pewaris, baik laki-laki ataupun perempuan (tidak

dibedakan), (pasal 181 KHI). ⅓ bila lebih dari 2 orang (pasal 181 KHI).

F. Cara pembagian warisan

Peraktek cara pembagian warisan, hanya bisa dilaksankan jika memahami ketentuan dalam fiqih mawaris, seperti siapa saja yang menjadi ahli waris, disertai bagian masing-masing; terpenuhinya syarat dan rukun waris, serta adanya kepastian tidak adanya halangan (mawani') menerima waris. Disamping itu, kita perlu mengetahui ilmu berhitung atau cara menghitung harta warisan. Ada kaidah-kaidah perhitungan yang harus diketahui, sehingga selain memudahkan cara pembagiannya, juga dapat membagi harta warisan dengan benar.

a. Asal masalah

Diantara cara menghitung bagian masing-masing ahli waris adalah dengan cara dicari dahulu asal masalahnya, yaitu bilangan bulat yang digunakan untuk membagi harta warisan, atau dalam istilah matematika disebut sebagai "Kelipatan persekutuan terkecil" (KPT), yang dapat dibagi oleh setiap penyebut al-furudl al-muqaddarah (bagian tertentu) para ahli waris yang ashabul furudl.

7

Caranya adalah sebagai berikut :

Page 11: Makalah Ahli Waris

1. Jika ahli waris hanya terdiri dari ahli waris 'ashabah binafsih maka asal masalahnya adalah sejumlah ahli waris yang ada :contoh :Ahli waris terdiri dari 6 orang anak laki-laki. Maka asal masalahnya adalah 6. Cara pembagian warisannya langsung dibagi 6, dan masing-masing ahli waris mendapat satu bilangan.

2. Jika ahli waris hanya terdiri dari ahli waris 'ashabah laki-laki dan perempuan, maka untuk laki-laki dua kali lipat perempuan, dengan cara dikalikan dua.Contoh :Ahli waris terdiri dari 3 orang anak laki-laki dari 3 orang anak perempuan. Cara mencari asal masalahnya : (3x2)+3=9. Cara pembagian harta warisannya: Harta dibagi 9; untuk anak laki-laki masing-masing 2 bagian dan masing-masing anak perempuan satu bagian.

3. Jika ahli waris hanya satu orang ahli waris ashabul furudl, atau satu orang ahli waris ashabul furudl dan satu orang 'ashabah maka asal masalahnya adalah angka "penyebut" bagian ahli waris yang bersangkutan.Contoh :Ahli waris hanya seorang anak perempuan. Bagian seorang anak perempuan adalah 1/2. Maka asal masalahnya adalah 2. Cara pembagian harta warisan adalah : harta warisan :2= bagian anak perempuan.Atau anak perempuan bersama bapak. Bagian seorang anak perempuan adalah 1/2, sedangkan sisanya untuk bapak.

4. Jika ahli waris terdidri ahli waris ashabul furudl dua orang atau lebih, baik ada ahli waris 'ashabah atau tidak, maka mencari asal masalahnya dengan mencari (KPT) dari angka penyebut bagian masing-masing ahli waris.Contoh:Seseorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebanyak Rp. 96 juta. Ahli warisnya terdiri dari istri, ibu dan 2 anak lak-laki.

Maka hasinya :Bagian istri 1/6, bagian ibu 1/8, 2 anak laki-laki adalah 'ashabah / sisa. Sehingga, asal masalah antara 1/6 dan 1/8 (kelipatan perasekutuan terkecil dari bilangan penyebut, 6 dan 8) adalah 24. Maka pembagiannya adalah.

Ibu = 1/6 x 24 = 4Istri = 1/8 x 24 = 32 anak lk = 24-(4+3)= 17

Langkah akhir pembagian harta warisannya :

Ibu = 4/24 x Rp. 96 Juta = Rp. 16 JutaIstri = 3/24 x Rp. 96 Juta = Rp. 12 Juta2 anak lk = 17/24 x Rp. 96 Juta = 68 Juta@ Rp. 68 Juta : 2 = 34 JutaJumlah semuanya Rp. 96 Juta

8

b. Tashihhu al- masalah

Page 12: Makalah Ahli Waris

Pada contoh yang ke empat diatas, jumlah anak laki-lakinya 2 orang, tentunya disamping membagi hasil akhir menjadi dua, ada penyelesaian lain, yakni menemukan bilangan pembagi yang sama sebelum mengalikan dengan harta peninggalan. Hal ini, mengingat angka 17 (pada bilangan untuk 2 anak lk) tidak dapat dibagi dengan dua (yang hasilnya bilangan bulat).Untuk itu, agar bagian mereka tetep ekuivalen (sama nilainya), maka saham yang lain serta asal masalahnya harus disesuaikan dengan dikalikan dua.Jadi dalam contoh diatas, saham istri yang semula 4 menjadi 8. Ibu yang semula 3 menjadi 6, dan 2 anak yang semula 17 menjadi 34, sementara, asal masalah yang semula 24 menjadi 48. Perubahan asal masalah agar memudahkan pembagian dengan bilangan bulat inilah yang disebut tashihhu al-masalah.

Contoh :Seseorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebanyak Rp. 96 Juta. Ahli warisnya terdiri dari istri, ibu dan 2 anak laki-laki.

Penyelesaiannya :Bagian istri 1/6, bagian ibu 1/8, 2 anak laki-laki adalah 'ashabah. Sehingga, asal masalah antara 1/6 dan 1/8 (kelipatan persekutuan terkecil dari bilangan penyebut, 6 dan 8) adalah 24. Maka pembagiannya :ibu =1/6 x 24=4istri =1/8 x 24=32 anak lk =24-(4+3)=17

Karena anak laki-lakinya berjumlah dua, maka untuk memudahkan, semua saham dan asal masalah dikalikan 2, menjadi :ibu =4 x 2=8istri =3 x 2=62 anak lk =17 x 2=34asal masalah 24 x 2 = 48

Langkah akhir pembagian harta warisannya :ibu = 8/24 x Rp. 96 Juta = Rp. 16 Jutaistri = 6/48 x Rp. 96 Juta = Rp. 12 Juta2 anak lk = 34/48 x Rp. 96 Juta = 68 Juta@ = 17/48 x Rp. 96 Juta = Rp. 34 JutaJumlah = Rp. 96 Juta

G. Aul dan Rad dan cara pembagian sisa harta

a. Al-AulAl-Aul artinya bertambah. Dalam ilmu Faraidh istilah Al-Aul diartikan bagian-

bagian yang harus diterima oleh ahli waris lebih banyak dari pada asal masalahnya, sehingga asal masalahnya harus ditambah atau diubah. Sebagai contoh untuk masalah ini adalah :

9

Page 13: Makalah Ahli Waris

Ahli waris terdiri dari istri, ibu, dua saudara perempuan kandung dan seorang saudara seibu. Harta peninggalan Rp 45.000.000,-. Maka bagian masing-masing ahli waris tersebut adalah istri 1/4  ; ibu 1/6, dua saudara perempuan kandung 2/3 dan saudara saibu 1/6. asal masalahnya 12

Istri = 1/4 x 12  =   3Ibu = 1/6 x 12  =   22 saudara (pr) kandung = 2/3 x 12  =   8Seorang saudara seibu = 1/6 x 12  =   2Jumlah 15

Asal masalahnya 12, sedangkan jumlah bagian 15, maka asal masalah dinaikkan menjadi 15. cara penghitungan akhirnya :

Istri = 3/15 x 45.000.000,- =          9.000.000,-Ibu = 2/15 x 45.000.000,- =          6.000.000,-2 saudara (pr) kandung = 8/15 x 45.000.000,- =        24.000.000,-1 saudara seibu = 2/15 x 45.000.000,- =         6.000.000,-Jumlah 45.000.000,-

b. Ar-RaddAr-Radd (ar-raddu) yaitu : “mengembalikan”. Menurut istilah faraidh ialah

membagi sisa harta warisan kepada ahli waris menurut pembagian masing-masing mnerima bagiannya. Ar-Radd dilakukan karena setelah  harta diperhitungkan untuk ahli waris ternyata masih terdapat sisa, sedangkan tidak ada ‘ashobah. Maka harta yang tersisa tersebut dibagikan kepada ahli-waris yang ada kecuali suami atau isteri.Sebagai contoh untuk masalah ini adalah sebagai berikut :

Ahli waris terdiri dari seorang anak perempuan dan ibu. Bagian anak perempuan adalah 1/2 dan ibu 1/6. asal masalahnya berarti 6.Anak perempuan = 1/2 x 6          = 3Ibu = 1/6 x 6          = 1Jumlah 4

Asal masalah (KPT/KPK)  adalah 6, sedangkan jumlah bagian 4. maka penyelesaian dengan radd asal masalahnya dikembalikan kepada 4. sehingga cara penyelesaian akhirnya adalah :Anak perempuan = 3/4 x harta warisan     =…Ibu = 1/4 x harta warisan     =…

Cara penyelesaian diatas adalah apabila tidak ada suami atau istri. Apabila ada suami atau istri, cara penyelesaiannya adalah sebagai berikut;

Seseorang   meninggal dengan meninggalkan harta sebesar Rp 18.000.000,-. Ahli warisnya terdiri dari istri, dua orang saudara seibu dan ibu. Bagian istri 1/4, dua orang saudara seibu 1/3 dan ibu 1/6. asal masalahnya adalah 12.

10

Page 14: Makalah Ahli Waris

Istri = 1/4  x 12       = 3Dua saudara seibu = 1/3 x 12        = 4Ibu                                           = 1/6 x 12        = 2Jumlah bagian                                                     9

Karena ada istri, maka sebelum siswa warisan dibagikan, hak untuk istri diambil dulu dengan menggunakan asal maslah sebagai pembagi.

Maka untuk istri = 3/12 x  Rp. 18.000.000,- =  Rp 4.500.000,-.

Sisa warisan setelah diambil adalah 18.000.000 -  4.500.000 = 13.500.000 dibagi kepada dua saudara seibu dan ibu, dengan cara bilangan membaginya adalah jumlah perbandingan kedua pihak ahli aris, maka 4+2 = 6. jadi bagian masing-masing adalah:

Dua sudara seibu = 4/6 x Rp. 13.500.000,-            = Rp.   9.000.000,-Ibu                                           = 2/6 x Rp. 13.500.000,-            = Rp.   4.500.000,-Jumlah                                                                          = Rp. 13.500.000,-

Maka dapat diketahui bagian masing masing ahli waris tersebut.

c. Cara Pembagian Sisa Harta

Yang dimaksud  dengan sisa harta warisan adalah :1. Sisa harta setelah semua ahli waris menerima bagiannya2. Sisa harta karena orang yang meninggal tidak mempunyai ahli waris

Didalam menyelesaikan masalah diatas menurut para ulama dalah sebagai berikut :1. Jumhur sahabat,  Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, dan ulama Syi’ah

berpendapat :a. dibagikan kembali kepada dzawil furudh selain suami/istri dengan jalan radd.b. Bila tidak ada ahli waris, maka harta warisan diberikan kepada  dzawil arham.c. Bila dzawil arham pun tidak ada, maka harta peniggalan diserahkan ke baitul

mall.2. Imam Malik, Iamam Syafe’i, Al-Auza’i dan lain-lain berpendapat bahwa sisa

harta warisan, baik setelah ahli waris mendapatkan  bagiannya maupun karena tidak ada ahli waris, tidak boleh diselesaikan dengan jalan radd maupun diserahkan ke dzawil arham, tetapi harus diserahkan ke baitul mall untuk kepentingan umat islam.

H. Beberapa masalah khusus dalam pembagian warisan1. Gharawain

Gharawain artinya dua yang terang, yaitu dua masalah yang terang cara  penyelesaiannya yaitu :1. Pembagian warisan jika ahli warisnya suami, ibu dan bapak2. Pembagian warisan jika ahli warisnya istri, ibu dan bapak

11

Page 15: Makalah Ahli Waris

dua masalah tersebut berasal dari Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Tsabit. Kemudian  disepakati oleh jumhur fuqaha. Dua hal tersebut diatas dianggap sebagai masalah karena jika di bagi dengan perhitungan yang umum, bapak memperoleh lebih kecil dari pada ibu. Untuk itu dipakai pedoman penghitungan khusus sebagaimana dibawah ini :

untuk masalah pertama maka bagian masing-masing adalah suami 1/2, ibu 1/3 sisa (setelah diambil suami) dan bapak ‘ashobah. Misalkan harta peninggalannya adalah Rp. 30.000.000,-. Maka cara pembagiannya dalah sebagai berikut :

suami 1/2 x Rp. 30.000.000,-      = Rp. 15.000.000,- sisanya adalah Rp. 15.000.000,-ibu 1/3 x Rp.15.000.000,-           = Rp. 5.000.000,-Bapak (‘ashobah)                        = Rp. 10.000.000,-Jumlah                                      = Rp. 30.000.000,-

(dan begitu pula untuk pembagian pada masalah ke-2 yakni dengan ahli waris istri 1/4, ibu 1/3 sisa (setelah diambil hak istri) dan bapak ‘ ashobah )

2. Masalah MusyarakahMusyarakah atau Musyarikah ialah yang diserikatkan. Yaitu jika ahli waris

yang dalam perhitungan mawaris memperolah warisan akan tetapi tidak memperolehnya, maka ahli waris tersebut disyarikatkan kepada ahli waris lain yang memperolah bagian.

Masalah ini terjadi pada ahli waris terdiri dari suami, ibu, 2 orang saudara seibu dan saudara laki-laki sekandung, yang jika dihitung menurut perhitungan semestinya mengakibatkan saudara laki-laki sekandung tidak memperoleh warisan. Dalam masalah ini. Menurut Umar, Utsman, dan Zaid yang diiuti oleh Imam Tsauri, Syafe’i dan lain-lain, pembagian tersebut tidak adil.

Maka, untuk pemecahannya saudara kandung disyarikatkan dengan saudara seibu didalam baigiannya yang 1/3. sehingga penyelesaian tersebut dapat diketahui dalam pembagian berikut :

Suami   1/2       = 3/6 = 3Ibu       1/6       = 1/6 = 1Dua orang saudara seibu dan saudara (lk) sekandung 1/3 = 2/6 = 2Jumlah              = 6.

Bagian saudara seibu dan saudara laki-laki sekandung dibagi rata, meskipun diantara mereka ada ahli waris laki-laki maupun perempuan.

3. Masalah Akdariyah Akdariyah artinya mengeruhkan atau menyusahkan, yaitu kakek menyusahkan

saudara perempuan dalam pembagian warisan. Masalah ini terjadi jika ahli waris terdiri suami, ibu, saudara perempuan kandung/sebapak dan kakek.

Bila diselesaikan dalam kaidah yang umum, maka dapat diketahui bahwa kakek bagian lebih kecil dari pada saudara perempuan. Padahal kakek dan saudara perempuan mempunyai keduduka yang sama dalam susunan ahli waris. Bahakn kakek adalah garis laki-laki, yang biasanya memperoleh bagian lebih besar dari pada perempuan, maka dalam masaah ini terdapat tiga pendapat dalam penyelesaiannya, yaitu :

12

Page 16: Makalah Ahli Waris

1) Menurut pendapat Abu Bakar ra. Saudara perempuan kandung/sebapak mahjub oleh kakek. Sehingga bagia yang diperoleh  oleh masing-masing ahli waris adalah suami 1/4, ibu 1/3,  kakek ‘ashobah, dan saudara perempuan terhijab hirman.

2) Menurut pandangan Umar bin Khatib dan Ibn Mas’ud, untuk memecahkan masalah diatas, amak bagian ibu dikurangi dari 1/3 menjadi 1/6, untuk menghindari agar bagian ibu dikurangi dari 1/3 menjadi 1/6, untuk menghindari agar bagian ibu tidak lebih besar dari pada bagian kakek. Sehingga bagian yang doioerolah masing-masing ahli waris adalah suami 1/2, ibu 1/6, saudara perempuan ½ dan kakek 1/6. diselesaikan dengan Aul.

3) Menurut pendapat Zaid bin Tsabit, yaitu dengan cara menghimpun bagian saudara perempuan dan kakek, lalu membaginya dengan prinsip laki-laki memperolah dua kali bagian perempuan. Sebagaimana jatah pembagian umum, saudara perempuan 1/2 dan kakek 1/6. 1/2 dan 1/6 digabungkan lalu dibagikan untuk berdua dengan perbandingan pembagian saudara perempuanndan kakek = 2 : 1.

4. Hal-hal yang berkenaan dengan harta PeninggalanBeberapa masalah yang berkaitan dengan harta yang terlebih dahulu wajib

ditunaikan oleh ahli waris sepeninggal seorang muslim yang meniggalkan harta, yaitu:1) Biaya penyelenggaratan Jenazah2) Pelunasan hutang3) pelaksanaan wasiat

5. Penetapan Ahli Waris yang Mendapat Bagian (Itsbatul Waris)Dalam Itsabatul Waris ini harus dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini :1) Meneliti siapa saja yang menjadi ahli waris, baik karena hubungan kerabat,

pernikahan maupun karena  sebab lainnya.2) Meneliti siapa saja yang terhalang menerima warisan. Misalnya karena

membunuh atau atau beda agama. 3) Meneliti ahli waris yang dapat terhijab. 4) Menetapkan ahli waris yang berhak menerima warisan, setelah melakukan

perhitungan yang tepat tentang jumlah harta peniggalan almarhum/almarhumah.

6. Bagian Anak dalam KandunganBeberapa permasalahan yang menyangkut dengan anak yang masih berada dalam

kandungan yaitu :

1. Apakah janin yang masih dalam kandungan tersebut ada hubungan kekrabatan yang sah dengan si mati, maka perlu diperhatikan tenggang waktu anara akad nikah dengan usia kandungan.

2. Belum bisa dipastikan jenis keamin dan jumlah bayi yang ada dalam kandungan tersebut.

13

Page 17: Makalah Ahli Waris

3. Belum bisa dipastikan, apakah janin tersebut akan lahir dalam keadaan hidup atau mati.

4. Jika harta warisan dibagikan maka akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Bayi yang lahir dalam keadaan hidup, mempunyai hak warisan dari ayahnya yang meninggal. Sabda Rasulullah saw. :“Jika anak yang dilahirkan berteriak, mak ia diberi warisan”

Jalan Keluar dalam masalah ini adalah :1. para ahli waris yang ada boleh mengambil bagian dengan jumlah paling

minimal dari kemungkinan-kemngkinan yang bisa terjadi.2. Apabila harta warisan dapat dijaga dan pembagianya tidak mendesak, maka

pembagian warisan ditunda sampai bayi lahir.

7. Bagian Orang Yang HilangYang dimaksud dengan orang yang hilang disini ialah yang tidak diketahui

keberadaannya dalm jangka waktu yang relatif lama. Orang yang hilang tersebut bisa sebagai muwaris maupun ahli waris, maka dapat ilaksanakan sebagai berikut :

Apabila kedudukannya sebagai Muwarits

1. Harta yang hilang sebaiknya ditahn sampai ada kepastian keberadaannya atau kepastian tentang hidup atau matinya

2. Ditunggu sampai batas usia manusia pada umumnya. Menurut Adul Hakim ditunggu sampai batas usia kurang 70 tahun.

Apabila kedudukannya sebagai ahli waris

Harta warisan dibagikan, dan ia (orang yang hilang) diberikan bagian sebagaimana bagian semestinya dan diberikan bila ia masih hidup atau datang. Dan diserahkan kepada ahli waris lain bila ia sudah meninggal.

8. Bagian orang yang meninggal bersama-samaOrang yang meninggal secara bersamaan yang disebabkan oleh penyebab-

penyebab tertentu, tidak saling waris mewarisi baik ada hubungan kekerabatan maupun pernikahan. Sebab adanya saling waris mewarisi ialah adanya al –muwarits yang sudah meninggal dunia dan al-Warits yang masih hidup.

Pendapat ini dipegang oleh Abu Bakar dan Umar, lalu diikuti oleh jumhur Fuqaha. Antara lain Imam Malik, Imam Syafe’i, Imam Abu Hanifah dan lain-lain.

14

Page 18: Makalah Ahli Waris

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

al-furud al-muqaddarah adalah bagian-bagian yang telah ditentukan oleh syara’ bagi ahli waris tertentu dalam pembagian harta peninggalan. Secara istilahi zawi al-furud adalah ahli waris yang sahamnya telah ditentukan secara terperinci (seperdua, sepertiga, seperempat, seperenamatau seperdelapan dari warisan ).

Asabah adalah bagian sisa setelah diambil oleh ahli waris ashab al-furud. Sebagai penerima bagian sisa, ahli waris ashabah terkadang menerima bagian banyak (seluruh harta warisan),

Hijab (penghalang), yaitu seseorang dapat menghalangi orang lain untuk memperoleh bagian yang sebenarnya atau sama sekali tidak memperoleh.

Praktek cara pembagian warisan, hanya bisa dilaksankan jika memahami ketentuan dalam fiqih mawaris, seperti siapa saja yang menjadi ahli waris, disertai bagian masing-masing; terpenuhinya syarat dan rukun waris, serta adanya kepastian tidak adanya halangan (mawani') menerima waris.

Al-Aul artinya bertambah Ar-Radd (ar-raddu) yaitu : “mengembalikan. Beberapa masalah khusus dalam pembgian warisan diantaranya adalah Gharawain, Masalah Musyarakah, Masalah Akdariyah , Hal-hal yang berkenaan dengan harta Peninggalan, Penetapan Ahli Waris yang Mendapat Bagian (Itsbatul Waris), Bagian Anak dalam Kandungan

B. SaranDemikianlah makalah yang saya buat untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran

Fiqh. Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mohon ma’af atas segala kekurangannya. Dan kami berharap adanya kritik dan saran yang dapat membantu dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan

15

Page 19: Makalah Ahli Waris

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Alyasa. Ahliwaris Sepertalian Darah, Jakarta: INIS, 1998Asepidris.blogspot.com/2009_12_01_archive.htmlAsh-Shidieqy, T.M. Hasbi.Fiqih Mawaris (Hukum-hukum Warisan dalam Syari’at Islam), Jakarta: Bulan Bintang, 1967.Rafiq, Ahmad. Fiqh Mawaris, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.Thalib, Sajuti. Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2000.http://hanajadeh.blogspot.com/2012/09/hijab-penghalang-dalam-menerima-harta.htmlhttp://johanbahtera.blogspot.com/2012/11/bagian-bagian-ahli-waris-hukum-islam.htmlhttp://kitab-fiqih.blogspot.com/2011/06/peraktek-cara-pembagian-warisan.html#.UtycDycxWt8http://mufdil.wordpress.com/2009/08/06/permasalahan-dalam-pelaksanaan-pembagian-warisan-dan-wasiat%C2%B7/http://mufdil.wordpress.com/2009/08/06/permasalahan-dalam-pelaksanaan-pembagian-warisan-dan-wasiat%C2%B7/

16