m nizar a ziyus - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23383/21/skripsi tanpa bab...

102
ANALISIS DETERMINAN PENYALURAN KREDIT OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG (PERIODE 2010:01-2015:12) (Skripsi) OLEH : M Nizar A Ziyus JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: others

Post on 03-Sep-2019

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS DETERMINAN PENYALURAN KREDIT OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG

(PERIODE 2010:01-2015:12)

(Skripsi)

OLEH :

M Nizar A Ziyus

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2016

By

M Nizar A Ziyus

This research aims to analyze credit distribution by the Rural Bank in the Province of Lampung, variable used as a proxy for this study is the third-party funds, loan to deposit ratio, Return On Assets and Capital Adequacy Ratio and the BI Rate, this study uses data time series from January 2010 to December 2015, the method used is the Error Correction Model (ECM). Results t test shows that the variable Third Party Funds (DPK), Loan to Deposit Ratio (LDR) Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), and BI rate significant impact on the credit distribution by Rural Bank in the Province of Lampung. While the F test results showed that the variables Third-Party Funds, Loan to Deposit Ratio, Return On Assets, Capital Adequacy Ratio and BI rate together affect on credit distribution by Rural banks in the Province of Lampung. Keywords: BI Rate, Error Correction Model (ECM), Capital Adequacy Ratio

(CAR), Credit Distribution, Loan to Deposit Ratio (LDR), Rural Bank, Return On Assets (ROA), Third party funds (DPK).

ABSTRACT

ANALYSIS OF DETERMINANTS OF CREDIT DISTRIBUTION BY RURAL BANKS IN THE PROVINCE OF LAMPUNG

(PERIOD 2010: 01-2015: 12)

ABSTRAK

ANALISIS DETERMINAN PENYALURAN KREDIT OLEH BANK

Oleh

M Nizar A Ziyus

Penelitian ini bertujuan untuk mengenalisis determinan penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung, variabel yang digunakan sebagai proksi penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Return On Assets,dan Capital Adequacy Ratio dan BI Rate, penelitian ini menggunakan data time series periode Januari 2010 sampai Desember 2015, alat analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian uji-t menunjukan bahwa variabel Dana pihak ketiga (DPK), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return On Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan BI rate berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung. Sedangkan hasil uji F menunjukan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Return On Assets, Capital Adequacy Ratio dan BI Rate secara bersama-sama mempengaruhi penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung.

Kata kunci : Bank Perkreditan Rakyat, BI Rate, Error Correction Model (ECM). Capital Adequacy Ratio (CAR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan to

Deposit Ratio (LDR), Kredit, Return On Asset (ROA),

PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG (PERIODE 2010:01 – 2015:12)

ANALISIS DETERMINAN PENYALURAN KREDIT OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG

(PERIODE 2010:01-2015:12)

Oleh

M NIZAR A ZIYUS

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 27 April 1994. Penulis adalah anak

Kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Tarmizi Yusuf dan Ibu Parsini,

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di Tk. Muslimin pada

tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD N 2 Rejosari

Kotabumi dan selesai pada tahun 2006, selanjutnya pada tahun 2009 penulis

menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP N 1 Kotabumi, Lampung

Utara, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA N 1

Kotabumi, Lampung Utara. Di tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa

jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Lampung selama kuliah penulis aktif di organisasi EEC ( Economic English Club)

sebagai presidium dengan jabatan Council periode 2014/2015.

Pada tahun 2014 penulis melakukan Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) ke Otoritas

Jasa Keuangan, Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Republik

Indonesia, dan Badan Perencana Pembangunan Nasional. Pada awal tahun 2015

penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Tunas Asri Kecamatan

Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat selama 60 hari dan

berhasil membantu UMKM didesa dalam memasarkan produknya.

.

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada

Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(Al insyirah ayat 5-8)

Jika anda tidak mampu terbang maka berlarilah, jika tak mampu berlari maka berjalanlah. Jika belum bisa maka merangkaklah. Karena anda harus terus bergerak maju dan maju

(Nizar)

Start where you are. Use what you have. Do what you can.

(Arthur Ashe)

You just can't beat the person who never gives up.

(Babe Ruth)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Allah Swt kupersembahkan karya ini :

Kepada Bapak dan Ibuku tercinta Bapak Tarmizi Yusuf dan Ibu Parsini yang telah

membimbingku serta menjagaku sampai saat ini dan selalu ada dalam setiap

bagian perjalanan hidupku, terima kasih atas kasih sayang serta doa dan

dukungannya dalam setiap langkahku dalam menjalani kehidupan ini.

Kakakku Diana Puspita Ziyus dan Adikku Nidya Astrida Ziyus yang selama ini

memberikan doa serta semangat dalam menyelesaikan skripsi ini

Kepada Sahabat-sahabat almamater yang telah memberikan warna dalam

perjalanan kehidupanku serta motivasi serta dukungannya

Dan

Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Determinan Penyaluran Kredit Oleh Bank Perkreditan Rakyat Di Provinsi

Lampung (Periode 2010:01-2015:12)” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Ekonomi.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai

pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan serta terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan dan Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku Sekertaris

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung.

3. Bapak Dr. Yoke Muelgini, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh

kesabaran, memberikan pengarahan, motivasi dan saran demi

terselesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Marselina Muchtar, S.E., M.P.M. selaku Penguji yang telah

memberikan perhatian, saran, dan masukan.

5. Bapak Dedy Yuliawan, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan perhatian dan pengarahan kepada penulis selama

menjadi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membekali

penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.

7. Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

8. Kedua orang tua tersayang, Bapak Tarmizi Yusuf dan Ibu Parsini yang

selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan, serta kakak dan

adikku Diana Puspita Ziyus dan Nidya A Ziyus atas semangat dan

dukungan yang diberikan.

9. Teman-teman satu bimbingan : Jefri, Erik, Danty, Erinda, Nurul

10. Teman-teman Ekonomi Pembangunan : Adi, Ageng, Anto, Adib, Asri,

Ade, Agus Maryatul, Arli, Budy, Boli, Benny, Deo, Deni, Decu, Efran,

Erik, Frendy, Faisal, Dewi, Julian Firli, Ketut, Gery, Handiki, Hagim,

Medi, Mau, Sinta, Ria, Rayan, Isti, Hara, Ochi, Sony, Singgih, Yoka,

Angel, Novel, Ulung, Tomi, Kafi, Suryanto, SNSD squad ( Vivi, Aprida,

Erinda, Ulfa, Epsi, Danty, Anita), Mba Desi, Dian, Fadli dan teman-teman

EP yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas

kebersamaanya.

11. Presidium EEC (Economic English Club) 2014/2015 : Yunita, Rossinda,

Kiky, Laras, Ines, Pandu, Citra, Sindi, Winy, Saput, Hanum, Elia, Keke

dan Council, terima kasih atas ilmu dan pengalaman serta

kebersamaannya.

12. Adik-Adik EEC : Fiko, Fajar, Mila, Intan, Renita, Kevin, Ashep, Igbal,

Yohana, Shella, Azis, Sunu, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

13. Pakde dan bude Riyanti yang telah rela dan iklas menyediakan makanan-

minuman yang luar biasa setiap harinya.

14. Teman-teman kosan : Gilang, Ahmad, Chandra, Amin, Niko, Dedi, Egi,

Gita, Endi, Defri, Sriyadi, Galih, dan Ananta.

15. Teman-teman Sedari dulu : Datra, Roby, Arif, Irfani, Ical

16. Keluarga desa Tunas Asri, Bapak, Ibu, Kelik, Hanum yang telah

memberikan pengalaman yang luar biasa.

17. Teman-teman KKN Desa Tunas Asri : Taufik, Okke, Silvi, Nisa, dan

Nindya.

18. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal

penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu,

kakak, adik, dan teman-teman, penulis berharap semoga Skripsi ini berguna dan

bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 15 Juni 2016

Penulis

M Nizar A Ziyus

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ......................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 15 C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 16 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 16 E. Kerangka Pemikiran .................................................................. 17 F. Hipotesis ................................................................................... 19 G. Sistematika Penulisan ................................................................. 20

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 21

A. Tinjauan Teoritis ....................................................................... 21

1. Teori Penawaran Uang ......................................................... 21 2. Pengertian Kredit .................................................................. 26 3. Pengertian Bank ................................................................... 30 4. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 35 5. Dana Pihak Ketiga (DPK) ..................................................... 38 6. Loan to Deposit Ratio (LDR)................................................ 40 7. Return On Asset (ROA) ........................................................ 43 8. Capital Adequacy Ratio (CAR) ............................................ 44 9. BI Rate ................................................................................. 45

B. Tinjuan Empirik ......................................................................... 47

III. METODE PENELITIAN ............................................................... 52 A. Jenis dan sumber data................................................................. .. 52 B. Definisi Operasional Variabel....................................................... 53

ii

C. Batasan Variabel......................................................................... .. 56 D. Metode Analisis........................................................................... . 57 E. Prosedur Analisis Data................................................................ .. 59

1. Analisis Grafis (plot data) ..................................................... 59 2. Uji Stationary.......................................................................... 60 3. Uji Kointegrasi........................................................................ 62 4. Penentuan Lag Optimum ...................................................... 63 5. Pendekatan Model ECM ....................................................... 64

F. Pengujian Asumsi klasik................................................. ............. 64 a. Uji Normalitas ...................................................................... 65 b. Uji Multikolinieritas ............................................................. 66 c. Uji Autokorelasi ................................................................... 67 d. Uji Heterokedasitas .............................................................. 68

G. Uji Hipotesis Penelitian ............................................................. 69 1. Hasil Uji t statistik (uji Parsial) ............................................. 69 2. Hasil Uji F statistik (Simultan) ............................................. 70

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 71

A. Hasil Pengujian dan Analisis data ............................................... 71

1. Analisis Grafis (Plot data) ..................................................... 71 2. Uji Stationary ....................................................................... 80 3. Uji Kointegrasi ..................................................................... 82 4. Penentuan Lag Optimum ...................................................... 83 5. Hasil Estimasi ECM ............................................................. 83 6. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ............................................. 86

6.1 Uji Normalitas ................................................................ 86 6.2 Uji Multikolineritas ........................................................ 86 6.3 Uji Autokorelasi ............................................................. 87 6.4 Uji Heterokedasitas ......................................................... 88

7. Hasil Pengujian Hipotesis ..................................................... 89 7.1 Hasil Uji t statistik (uji Parsial) ....................................... 89 7.2 Hasil Uji F statistik (Simultan) ........................................ 91

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 92 1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penyaluran

kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Lampung .............................................................................. 92

2. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Lampung .............................................................................. 94

3. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi

iii

Lampung .............................................................................. 96 4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap

penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Lampung ............................................................ 98

5. Pengaruh BI Rate terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Lampung ................... 99

V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 103

A. Kesimpulan ........................................................................... 103 B. Saran .................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Kredit UMKM BPR Provinsi Lampung ................................. 5

2. Ringkasan Hasil Penelitian (Gaby D.J Roring) ............................... 47

3. Ringkasan Hasil Penelitian (Akhmad Khosiludin) .......................... 47

4. Ringkasan Hasil Penelitian (Greydi Normala Sari) ......................... 48

5. Ringkasan Hasil Penelitian (Iseh Trimulyanti)................................ 48

6. Ringkasan Hasil Penelitian (Desi Arisandi, SE) .............................. 49

7. Ringkasan Hasil penelitian (Gede Agus Dian Maha Yoga

dan Ni Nyoman Yuliarmi) .............................................................. 50

8. Ringkasan Hasil Penelitian (Dias Satria Rangga Bagus) ................. 50

9. Ringkasan Hasil Penelitian (Wanda Annisa Cahyaning P) ................ 51

10. Deskripsi data input ....................................................................... 52

11. Hasil Uji Stationeritas pada Tingkat level ....................................... 81

12. Hasil Uji Stationeritas Pada Tingkat First Difference ..................... 81

13. Hasil Kointegrasi Engel Grenger .................................................... 82

14. Hasil Uji Kointegrasi Johansen....................................................... 83

15. Hasil Estimasi Model ECM ............................................................ 84

16. Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................. 87

17. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 87

18. Hasil Uji Heterokesadatisitas ......................................................... 88

19. Hasil Uji t-statistik (Parsial) ........................................................... 89

20. Hasil Uji F-Statistik (Simultan) ...................................................... 92

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat ( BPR) Provinsi Lampung Tahun 2010:1-2015:12 ................................................... 6

2. Pergerakan Penyaluran Kredit BPR dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Provinsi Lampung Tahun 2010:01-2015:12 .................................... 8

3. Pergerakan Penyaluran Kredit BPR dan Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR Provinsi Lampung Tahun 2010:01-2015:12 ........................... 9

4. Pergerakan Penyaluran Kredit BPR dan Return On Asset (ROA) BPR Provinsi Lampung Tahun 2010:01-2015:12 .................................... 11

5. Pergerakan Penyaluran Kredit BPR dan Capital Adequacy Ratio

(CAR) BPR Provinsi Lampung Tahun 2010:01-2015:11 ............... 12

6. Pergerakan Penyaluran Kredit BPR Provinsi Lampung dan BI Rate 2010:01-2015:12 ............................................................................ 13

7. Model Kerangka Pemikiran Analisis Determinan Penyaluran Kredit Oleh Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung (Periode 2010:01-2015:12) ............................................................. 18

8. Grafik Kurva Penawaran dan Permintaan Uang .............................. 22

9. Pola trend Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung 2010:01 – 2015:12 ......................................................... 71

10. Pola trend Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12 menggunakan Scatter with only Marker ................................................................ 72

11. Pola trend Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12 menggunakan Scatter with Straight lines .............................................................. 72

vi

12. Pola trend Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung Rakyat 2010:01 – 2015:12 ............................... 73

13. Pola trend Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12 menggunakan Scatter with only Marker ......................................... 73

14. Pola trend Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12 menggunakan Scatter with Straight lines ........................................ 74

15. Pola Horizontal Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Perkreditan Provinsi Lampung 2010:01 – 2015:12 ............................................ 74

16. Pola Horizontal Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12 menggunakan Scatter with only Marker ......................................... 75

17. Pola Horizontal Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12 menggunakan Scatter with Straight lines ........................................ 75

18. Pola trend Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat

Provinsi Lampung 2010:01 – 2015:12 ........................................... 76

19. Pola trend Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12 menggunakan Scatter with only Marker ......................................... 76

20. Pola trend Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12 menggunakan Scatter with Straight lines ........................................ 77

21. Pola Horizontal Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung 2010:01 – 2015:12 ................................ 77

22. Pola Horizontal Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12 menggunakan Scatter with only marker ......................................... 78

23. Pola Horizontal Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12 menggunakan Scatter with only Straight lines ................................ 78

24. Pola trend BI rate 2010:01 – 2015:12 ............................................. 79

25. Pola trend BI rate dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12

menggunakan Scatter with only Marker ........................................ 79

vii

26. Pola trend BI rate dalam bentuk logaritma 2010:01 – 2015:12

menggunakan Scatter with Straight lines ....................................... 80

viii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1. Lampiran 1. Data penelitian ........................................................... L1

2. Lampiran 2. Hasil Uji Stationer ...................................................... L4

3. Lampiran 3. Hasil Uji Kointegrasi .................................................. L8

4. Lampiran 4. Hasil Penentuan Lag Optimum ................................... L10

5. Lampiran 5. Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM) .......... L11

6. Lampiran 6. Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................. L12

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permintaan kredit di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, hal

itu sangat wajar mengingat Indonesia sebagai negara berkembang memerlukan

pembangunan di segala bidang yang ada di masyarakat. Sebagian besar

masyarakat memiliki uang yang terbatas sehingga mendorong mereka untuk

melakukan pinjaman uang dalam bentuk kredit guna memenuhi kebutuhan

finansial masyarakat ataupun pengusaha dalam kegiatan ekonomi. Peranan bank

sangat penting dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan

pembangunan nasional, mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi atau

sebagai perantara antara debitur dan kreditur, penyelenggara transaksi

pembayaran, dan lain lain.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang

Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Penyaluran kredit merupakan fokus dan

merupakan kegiatan utama perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya.

Berdasarkan PBI No. 7/2/PBI/2005 Pasal 1, kredit adalah penyedian uang atau

2

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga, termasuk overdraft, pengambilalihan tagihan dalam rangka

kegiatan anjak piutang, dan pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak

lain.Pembangunan ekonomi di suatu negara juga bergantung pada perkembangan

dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan.

Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian nasional bisa ikut terpuruk.

Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor

perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan

normal (Pratama, 2010). Pembangunan nasional suatu bangsa termasuk di

dalamnya pembangunan ekonomi, tentu bergantung pada perkembangan dan

peranan lembaga keuangan seperti perbankan yang diperlukan untuk membiayai

kegiatan-kegiatan ekonomi yang ada. Salah satu kontribusi perbankan diwujudkan

dalam pemberian kredit bagi sektor-sektor yang membutuhkan dana. Dengan kata

lain, perbankan turut berpartisipasi dalam menggerakan roda perekonomian suatu

negara. Adanya penyaluran kredit yang dilakukan oleh lembaga perbankan

diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pihak yang

memiliki kelebihan dana dapat menyalurkan dananya kepada pihak yang

mengalami kekurangan dana sehingga akan meningkatkan kegiatan produksi.

Dari kegiatan-kegiatan produksi tersebut akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Apabila terdapat masalah dalam penyaluran kredit, kegiatan-kegiatan

3

produksi akan terkena imbasnya, dan kemudian akan berdampak juga pada

pertumbuhan ekonomi.

Salah satu lembaga keuangan yang diharapkan dapat menjalankan fungsi tersebut

di atas adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pembatasan wilayah operasional

BPR yang hanya di pedesaan/kecamatan secara teoritis akan mendorong BPR

menjangkau masyarakat desa, yang secara langsung maupun tidak langsung

akan mendorong aktivitas perekonomian desa. Dengan demikian, BPR dapat

diharapkan sebagai lembaga keuangan yang mempunyai peran dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi pedesaan, yang dalam jangka panjang akan memperkuat

perekonomian desa/rakyat. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah salah satu

jenis bank yang mempunyai segmentasi pasar kredit ke golongan pengusaha

mikro, kecil dan menengah atau UMKM, dengan lokasi yang pada umumnya

dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. BPR sudah ada sejak jaman

sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Lumbung Desa, Bank Desa,

Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar. BPR merupakan lembaga

perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-Undang No 7 tahun 1992

tentang perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No 10

tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada

dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR. Fungsi BPR tidak hanya sekedar

menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil dan menengah, tetapi

juga menerima simpanan dari masyarakat. Dalam penyaluran kredit kepada

masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat

4

Sasaran, karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana,

dan sangat mengerti akan kebutuhan nasabah.

Di Provinsi Lampung terdapat 26 Bank Perkreditan Rakyat, pada tahun 2011, dari

33 provinsi di Indonesia, jumlah aset BPR Provinsi Lampung menempati urutan

kelima setelah Jawa Tengah (Rp 12,6 triliun), Jawa Barat (Rp 9,53 triliun), Jawa

Timur (Rp 6,5 triliun) dan Bali (Rp 4,8 triliun). Kondisi ini mengindikasikan

bahwa industri BPR di Lampung menunjukkan kinerja cukup baik dibandingkan

wilayah lain di Indonesia, terutama untuk BPR yang berada di luar Pulau Jawa

dan Bali dalam lima tahun terakhir.

Namun Industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Lampung masih belum

maksimal mendorong pertumbuhan sektor produktif khususnya yang merupakan

segmentasi utama BPR yaitu kredit UMKM. Jumlah UMKM formal di Provinsi

Lampung sampai dengan akhir tahun 2014 sebanyak 375.425 unit. Penyaluran

kredit BPR di Lampung masih didominasi nasabah konsumtif yang sebagian besar

berasal dari kalangan pegawai. Sehingga penyaluran kredit untuk sektor produktif

UMKM masih belum maksimal, berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Lampung,

pangsa kredit konsumtif yang mayoritas digelontorkan BPR untuk kalangan

pegawai swasta dan pegawai negeri sipil (PNS) tersebut mencapai 82,97 persen

(Rp 3,45 triliun) dari total kredit yang disalurkan hingga akhir kuartal IV 2012

sebesar Rp 4,15 triliun. Sedangkan kredit modal kerja dan kredit investasi,

masing-masing hanya memiliki pangsa sebesar 14,52 persen dan 2,51 persen. Jadi

pangsa kredit sektor produktif hanya 17 persen dari total penyaluran kredit Bank

5

Perkreditan Rakyat Provinsi Lampung. Jadi kredit UMKM yang merupakan

sektor produktif dan segmentasi utama Bank BPR di Lampung belum maksimal

dalam penyalurannya, dibawah ini data kredit UMKM BPR Provinsi Lampung

dalam lima tahun terakhir.

Tabel 1. Data Kredit UMKM BPR Provinsi Lampung

Tahun Mikro Kecil Menengah

2011 2.231.988 4.785.112 2.383.430

2012 2.536.613 4.940.713 2.737.088

2013 2.535.671 4.199.850 2.618.707

2014 3.707.757 2.328.077 3.310.558

2015 3.471.463 2.131.928 3.415.220 Sumber : Bank Indonesia (miliar) Tabel diatas merupakan data kredit UMKM Bank Perkreditan Rakyat Lampung

dalam lima tahun terakahir dari total kredit yang disalurkan setiap tahun oleh

Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung. Masih dominannya kredit

konsumsi dibanding kredit sektor produktif (UMKM), menunjukkan bahwa

industri BPR di Lampung tidak maksimal mendorong sektor produktif, (Nunu

Hendrawanto, 2013). BPR cenderung memilih nasabah konsumtif karena relatif

memiliki aspek risiko gagal bayar rendah. Apalagi sebagian besar nasabahnya

berprofesi sebagai pegawai. selain itu persaingan dengan Bank Umum yang sudah

mulai berekspansi ke sektor UMKM juga berpengaruh dalam penyaluran kredit

Bank Perkrediatan Rakyat Provinsi Lampung di sektor Produktif atau segmentasi

6

utama BPR yaitu kredit UMKM, serta regulasi yang tidak saling bersinergi

terhadap segmentasi yang dapat digarap antara BPR dan Bank Umum

menimbulkan persaingan yang tidak sehat dalam menyalurkan kredit akibatnya

salah satu pihak dapat dirugikan dalam hal ini yang banyak dirugikan adalah BPR.

Berikut ini grafik perkembangan total kredit BPR Provinsi Lampung tahun

2010:1-2015:12

Gambar 1. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Provinsi Lampung 2010:01-2015:12 Sumber : Statistik BPR Konvensional Bank Indonesia

Dilihat dari Gambar 1. penyaluran kredit oleh BPR dari Januari 2010 sampai

November 2015 cenderung tiap bulannya mengalami peningkatan dalam lima

tahun terakhir, menurut laporan BI, nilai outstanding kredit BPR yang hingga

akhir kuartal 2012 mencapai Rp 4,15 triliun, tercatat mengalami peningkatan per

kuartal sebesar 5,88 persen (qtq), atau 16,82 persen secara tahunan (yoy).

01.000.0002.000.0003.000.0004.000.0005.000.0006.000.0007.000.0008.000.000

Jan-

10

Mei

-10

Sep-

10

Jan-

11

Mei

-11

Sep-

11

Jan-

12

Mei

-12

Sep-

12

Jan-

13

Mei

-13

Sep-

13

Jan-

14

Mei

-14

Sep-

14

Jan-

15

Mei

-15

Sep-

15

Perkembangan Penyaluran Kredit BPR Provinsi Lampung

Kredit BPR Lampung

7

Pertumbuhan pangsa kredit tertinggi secara kuartal diduduki kredit konsumsi yang

mencatat pertumbuhan sebesar 7,64 persen. Sedangkan secara tahunan,

pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh kredit investasi, yakni sebesar 46,50 persen

(qtq). Sedangkan tahun 2015, pertumbuhan penyaluran kredit sektor Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) mencatat capaian hingga September 2015 Sebesar RP

7,08 triliun dari capaian Januari sebesar Rp 6,53 triliun. Dengan kata lain selama

periode tersebut kredit BPR Lampung tumbuh 8,40 atau sebesar RP 549 miliar.

Menurut Djoko Retnadi (2006) kemampuan menyalurkan kredit oleh perbankan

dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat ditinjau dari sisi internal dan eksternal

bank. Dari sisi internal bank terutama dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam

menghimpun dana masyarakat dan penetapan tingkat suku bunga. Dari sisi

eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi peraturan pemerintah dan lain-

lain. Sementara menurut Sinungan (2000) kebijakan perkreditan harus

memperhatikan beberapa faktor seperti keadaan keuangan bank saat ini,

pengalaman bank, dan keadaan perekonomiann yang tercermin dari kebijakan

pemerintah, kebijakan Bank Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka penyaluran

kredit oleh BPR di Provinsi Lampung dapat dipengaruhi faktor internal kinerja

keuangan bank tersebut yang dapat tercermin dari Dana Pihak Ketiga (DPK),

Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets

(ROA), serta Suku Bunga dalam penelitian ini menggunakan suku bunga acuan BI

Rate.

Sumber dana BPR dalam membiayai kredit sebagian besar adalah Dana Pihak

Ketiga (DPK) merupakan sumber dana bagi sebuah lembaga keuangan khususnya

8

Bank yang dihimpun dari masyarakat. Dana Pihak Ketiga yang dihimpun dari

masyarakat digunakan untuk disalurkan pada pos-pos yang dapat menghasilkan

pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Selain untuk

menghasilkan pendapatan, pengalokasian DPK bertujuan untuk mempertahankan

kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas bank tetap aman,

mengingat porsi DPK terhadap seluruh dana yang dikelola cukup tinggi yaitu 80-

90% yang kemudian disalurkan melalui kredit yang mencapai 70-80%

(Dendawijaya, 2005), maka tentunya ada korelasi positif antara DPK terhadap

penyaluran kredit.

Gambar 2. Pergerakan Penyaluran Kredit BPR Dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Provinsi Lampung Tahun 2010:01-2015:12 Sumber : Statistik BPR Konvensional Bank Indonesia

Dari Gambar 2. adalah pergerakan penyaluran kredit BPR Provinsi Lampung dan

Dana pihak ketiga (DPK) BPR Provinsi Lampung, terlihat dari tahun 2010 sampai

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

8.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

8.000.000

Jan-

10A

pr-1

0Ju

l-10

Okt

-10

Jan-

11A

pr-1

1Ju

l-11

Okt

-11

Jan-

12A

pr-1

2Ju

l-12

Okt

-12

Jan-

13A

pr-1

3Ju

l-13

Okt

-13

Jan-

14A

pr-1

4Ju

l-14

Okt

-14

Jan-

15A

pr-1

5Ju

l-15

Okt

-15

Pergerakan Penyaluran Kredit BPR Dan DPK Provinsi Lampung

Kredit BPR Lampung DPK BPR Lampung

9

2015 DPK BPR Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan diikuti juga

dengan meningkatnya penyaluran kredit, ini menandakan bahwa DPK mempunyai

pengaruhi positif terhadap penyaluran kredit BPR Provinsi Lampung, dimana

ketika DPK menigkat maka akan diiringi Oleh peningkatan jumlah kredit yang

disalurkan.

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit

yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.

Pengertian lainnya LDR adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang

berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional

yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang

digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya.

Gambar 3. Pergerakan Penyaluran Kredit BPR dan Loan to deposit ratio(LDR) BPR Provinsi Lampung Tahun 2010:01-2015:12 Sumber : Statistik BPR Konvensional Bank Indonesia

75

80

85

90

95

100

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

8.000.000

Jan-

10

Mei

-10

Sep-

10

Jan-

11

Mei

-11

Sep-

11

Jan-

12

Mei

-12

Sep-

12

Jan-

13

Mei

-13

Sep-

13

Jan-

14

Mei

-14

Sep-

14

Jan-

15

Mei

-15

Sep-

15Pergerakan Penyaluran Kredit BPR Dan LDR

BPR Provinsi Lampung

Kredit BPR Lampung LDR BPR Lampung

10

Gambar 3. adalah pergerakan penyaluran kredit BPR dan Loan to Deposit Ratio

BPR Provinsi Lampung, Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas.

Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya

(loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah

menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk

dipinjamkan (Latumaerissa,1999). Bank-bank yang masih berkisar pada angka

59,66% - 74,58% (Statistik Perbankan Indonesia), masih berada dibawah harapan.

Berdasarkan ketentuan, angka LDR seharusnya berada disekitar 85% - 110%

(Manurung, Rahardja, 2004), berdasarkan gambar diatas LDR Bank Perkreditan

Lampung berkisar diatas 80%.Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besar

pula DPK yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang berarti bank telah

mampu menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik.

Return On Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajeman bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.

Semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai

bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan

asset. ROA (laba) merupakan tujuan utama yang ingin dicapai, termasuk dalam

perbankan. Laba digunakan untuk menjaga kontinuitas berdirinya suatu bank.

Laba adalah pendapatan bersih atau kinerja hasil pasti yang menunjukkan efek

bersih kebijakan dari kegiatan bank dalam satu tahun anggaran. Semakin tinggi

laba yang dimiliki oleh suatu bank membuat bank mendapatkan kepercayaan diri

masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih

11

banyak sehingga bank memperoleh kesempatan untuk lebih banyak menyalurkan

kredit.

Gambar 4. Pergerakan Penyaluran Kredit BPR dan Return On Asset (ROA) BPR Provinsi Lampung Tahun 2010:01-2015:12 Sumber : Statistik BPR Konvensional Bank Indonesia

Gambar 4. Menunjukan pergerakan fluktuatif Return On Asset (ROA) Bank

Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung tahun 2010-2015. Semakin bank

memaksimalkan kinerjanya dalam pengelolaan asset maka akan semakin besar

pula laba yang diperoleh sehingga akan berdampak pula terhadap naiknya

pertumbuhan penyaluran kredit.

Capital Adequacy Ratio adalah rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan

bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta

0

1

2

3

4

5

6

7

01.000.0002.000.0003.000.0004.000.0005.000.0006.000.0007.000.0008.000.000

Jan-

10

Mei

-10

Sep-

10

Jan-

11

Mei

-11

Sep-

11

Jan-

12

Mei

-12

Sep-

12

Jan-

13

Mei

-13

Sep-

13

Jan-

14

Mei

-14

Sep-

14

Jan-

15

Mei

-15

Sep-

15

Pergerakan Penyaluran Kredit BPR dan ROA BPR Provinsi Lampung

Kredit BPR Lampung Roa BPR Lampung

12

menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional

bank. Semakin besar rasio tersebut akan semakin baik posisi modal.

Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat

digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh

penyaluran kredit. Dengan kata lain besarnya nilai CAR akan meningkatkan

kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit.

Gambar 5. Pergerakan Penyaluran Kredit BPR dan Capital Adequacy Ratio(CAR) BPR Provinsi Lampung Tahun 2010:01-2015:12. Sumber : Statistik BPR Konvensional Bank Indonesia

Gambar 5. Menunjukan pergerakan fluktuatif Capital Adequacy Ratio (CAR)

Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung tahun 2010-2015, dari tahun 2010

sampai tahun 2015 Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Perkreditan Rakyat

Provinsi Lampung berada dikisaran 30% dimana batas minimum rasio

2728293031323334353637

01.000.0002.000.0003.000.0004.000.0005.000.0006.000.0007.000.0008.000.000

Jan-

10

Mei

-10

Sep-

10

Jan-

11

Mei

-11

Sep-

11

Jan-

12

Mei

-12

Sep-

12

Jan-

13

Mei

-13

Sep-

13

Jan-

14

Mei

-14

Sep-

14

Jan-

15

Mei

-15

Sep-

15

Pergerakan Penyaluran Kredit BPR dan CAR BPR Provinsi Lampung

Kredit BPR Lampung CAR BPR Lampung

13

kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) di angka 8% dari aset tertimbang

menurut resiko (ATMR).

BI Rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance

kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada

publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat

Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang

dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management)

di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran

operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar

Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini

diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada

gilirannya suku bunga kredit perbankan, dan kemudian akan berdampak kepada

pertumbuhan kredit perbankan.

Gambar 6. Pergerakan Penyaluran Kredit BPR Provinsi Lampung Dan BI Rate 2010:01-2015:12. Sumber :Bank Indonesia

0123456789

01.000.0002.000.0003.000.0004.000.0005.000.0006.000.0007.000.0008.000.000

Jan-

10

Mei

-10

Sep-

10

Jan-

11

Mei

-11

Sep-

11

Jan-

12

Mei

-12

Sep-

12

Jan-

13

Mei

-13

Sep-

13

Jan-

14

Mei

-14

Sep-

14

Jan-

15

Mei

-15

Sep-

15

Pergerakan Penyaluran Kredit BPR Provinsi Lampung dan BI Rate

Kredit BPR Lampung Bi rate

14

Gambar 6. Merupakan pergerakan BI Rate dari tahun 2010 sampai 2015, kenaikan

BI Rate akan berdampak terhadap perekonomian dan sektor riil. Pertumbuhan

ekonomi akan melambat. Di sisi lain, kenaikan BI Rate akan mengakibatkan

kenaikan suku bunga perbankan. Bank bisa menaikkan suku bunga simpanan dan

pinjaman, kenaikan suku bunga simpanan akan mendorong masyarakat menunda

kegiatan konsumsi dan memilih menyimpan dana di bank. Kenaikan suku bunga

simpanan akan meningkatkan biaya dana bank. Dan ketika suku bunga pinjaman

meningkat, tentu masyarakat tidak mau melakukan peminjaman dan

menyebabkan bank tersendat dalam menyalurkan dananya yaitu kredit.

Pada tahun 1997-1998 suku bunga kredit yang tidak pernah diperkirakan akan

melampaui 20% setahun, ternyata naik menjadi di atas 60% atau lebih yang

mengakibatkan banyaknya kredit dari berbagai sektor menjadi bermasalah

(Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2011). Hal tersebut dapat mengurangi

kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya. Dengan demikian ketika BI Rate

mengalami peningkatan maka suku bunga kredit perbankan juga ikut menigkat

akibatnya penyaluran kredit perbankan menurun. Dengan melihat pentingnya

peranan kredit yang dapat berdampak pada perekonomian, dan faktor –faktor yang

dapat mempengaruhi penyaluran kredit perbankan, maka penulis tertarik

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit

Oleh Bank Perkreditan Rakyat di provinsi Lampung.

15

Dengan penjelasan yang telah diuraikan diatas maka penulis mempunyai judul

”Analisis Determinan Penyaluran Kredit Oleh Bank Perkreditan Rakyat di

Provinsi Lampung (Periode 2010:01-2015 :12)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah

penelitian ini adalah :

1. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap penyaluran kredit

Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung?

2. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR ) berpengaruh terhadap penyaluran

kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung?

3. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap penyaluran kredit

Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung?

4. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap penyaluran

kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung?

5. Apakah BI Rate berpengaruh terhadap penyaluran kredit Bank Perkreditan

Rakyat di Provinsi Lampung?

6. Apakah variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan to Deposit Ratio (LDR),

Return On Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), BI Rate secara

bersama sama berpengaruh terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan

Rakyat di Provinsi Lampung

16

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui :

1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit oleh Bank

Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung.

2. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap penyaluran kredit oleh Bank

Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung.

3. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap penyaluran kredit oleh Bank

Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung

4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit oleh

Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung.

5. Pengaruh BI Rate terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat

di Provinsi Lampung.

6. Pengaruh Semua variabel terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan

Rakyat di Provinsi Lampung secara bersama sama.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini : 1. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu bagi penulis untuk pekerjaan

yang akan ditempuh penulis dimasa yang akan datang.

17

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya

yang ingin mengembangkan penelitian yang berhubungan selanjutnya dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi kredit yang lebuh lengkap.

4. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada perbankan khususnya

Bank perkreditan rakyat mengenai faktor-faktor yang dapatmempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan kredit.

E. Kerangka Pemikiran Penyaluran kredit merupakan fokus dan merupakan kegiatan utama perbankan

dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Salah satu lembaga keuangan yang

diharapkan dapat menjalankan fungsi tersebut di atas adalah Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan

pengusaha mikro, kecil dan menengah atau bersegmentasi ke kredit UMKM.

Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang

membutuhkan. Jumlah aset BPR Provinsi Lampung menempati urutan kelima

setelah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali, kondisi ini

mengindikasikan bahwa industri BPR di Lampung menunjukkan kinerja yang

cukup baik dibandingkan wilayah lain di Indonesia, terutama untuk BPR yang

berada di luar Pulau Jawa dan Bali. Menurut Djoko Retnadi (2006) kemampuan

menyalurkan kredit oleh perbankan dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat

ditinjau dari sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi internal bank terutama

dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat dan

penetapan tingkat suku bunga. Dari sisi eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi

18

ekonomi peraturan pemerintah dan lain- lain. Sementara menurut Sinungan (2000)

kebijakan perkreditan harus memperhatikan beberapa faktor seperti keadaan

keuangan bank saat ini, pengalaman bank, dan keadaan perekonomiann yang

tercermin dari kebijakan pemerintah, kebijakan Bank Indonesia. Berdasarkan

penjelasan diatas penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi

Lampung dapat dipengaruhi banyak faktor, beberapa faktor yang diduga

mempengaruhi penyaluran kredit Bank perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung

adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan To Deposit Ratio (LDR), Return On Asset

(ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan BI Rate. Faktor- faktor tersebut yang

digunakan sebagai proksi dan kerangka pemikiran dalam penelitian ini.

Kerangka pemikiran dalam penulisan penelitian ini adalah:

Gambar 7. Model Kerangka Pemikiran Analisis Determinan Penyaluran Kredit Oleh Bank Perkreditan Rakyat Di Provinsi Lampung (Periode 2010:01-2015:12)

Penyaluran

Kredit

BPR

LDR

DPK

ROA

CAR

BI Rate

19

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya

maka hipotesis yang diajaukan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap pernyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi

Lampung.

2. Diduga Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap pernyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi

Lampung.

3. Diduga Return On Asset (ROA) memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung.

4. Diduga Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi

Lampung.

5. Diduga BI Rate memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

pernyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung

6. Diduga terdapat pengaruh bersamaan dan signifikan dari variabel Dana Pihak

Ketiga (DPK), Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Asset (ROA),Capital

Adequacy Ratio (CAR) dan BI Rate terhadap penyaluran kredit oleh Bank

Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung

20

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan Penelitian ini : BAB I : Pendahuluan

Menguraikan latar belakang penelitian , rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, dan sistematika penulisan

BAB II : Tinjauan Pustaka

Berisikan tinjauan teoritis dan tinjauan empirik yang terkait dan relevan dengan

penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Terdiri atas Diskripsi Data Input, Jenis dan Sumber Data, Batasan Variabel,

Metode Analisis, Prosedur Analisis, Pengujian Asumsi Klasik, dan Uji Hipotesis

BAB IV : Hasil dan Pembahasan.

BAB V : Simpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Teori Penawaran Uang

Pada hakikatnya, penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu

perekonomian. Kita telah mengenal kebijakan moneter, yaitu kebijakan yang

bertujuan untuk mengatur penawaran uang / mengatur jumlah uang yang beredar.

Jadi penawaran uang merupakan tugas pemerintah melalui bank sentral (Bank

Indonesia). Produk yang ditawarkan sebuah bank dalam penawaran kredit adalah

uang sehingga penawaran kredit bisa diartikan sebagai penawaran uang kepada

masyarakat. Dimana kredit tersebut terdiri dari tiga, yaitu kredit modal kerja,

kredit investasi, dan kredit konsumsi.

Dalam teori moneter penawaran uang merupakan jumlah uang yang beredar. Uang

beredar di masyarakat ditentukan oleh pemerintah, bank sentral, bank-bank

umum, dan masyarakat (Nopirin, 1990). Penyaluran kredit tidak lepas dari pasar

kredit dimana pasar kredit merupakan tempat interaksi antara permintaan dan

penawaran kredit, adanya interaksi tersebut membutuhkan proses dan waktu yang

dipengaruhi oleh keberadaan yang harus dimiliki keduannya, prilaku permintaan

kredit berasal dari peminjam sedangkan prilaku penawarn kredit adalah para

22

pemberi pinjaman, peminjam direpresentasikan oleh kurva permintaan yaitu dari

sektor rumah tangga, perusahaan,dan pemerintah sedangkan penawaran kredit di

representasikan oleh kurva penawaran kredit yaitu pemberi pinjaman langsung

bank dan lembaga keuangan lainnnya.

Gambar 8. Grafik Kurva Penawaran dan Permintaan Uang

Hukum penawaran uang akan bergantung kepada permintaan yang dilakukan oleh

debitur. Jumlah uang yang beredar dapt dipengaruhi oleh tingkat suku bunga,

sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat permintaan uang yang dilakukan oleh

debitur. Manakala suku bunga pinjaman itu rendah, maka kecenderungan akan

permintaan uang juga akan meningkat. Namun hal sebaliknya akan terjadi saat

suku bunga pinjaman yang diberikan oleh bank tersebut tinggi, maka

kecenderungan yang timbul adalah permintaan uang yang akan menurun, dalam

hal ini akan berimbas terhadap jumlah penyaluran kredit yang akan menurun.

r1

r

MDMd

MsDMs1

E

E1

MsD Ms1

Penawaran dan Permintaan Uang

Suku Bunga

23

Sementara menurut Keynes penawaran uang sepenuhnya dikendalikan oleh bank

sentral dan tidak dipengaruhi oleh suku bunga. Jadi tingkat suku bunga bukan

faktor utama penentu jumlah penawaran uang yang dalam hal ini penyaluran

kredit. Dalam Sadono Sukirno (2003) disebutkan bahwa banyak faktor yang

mempengaruhi pemerintah dan sistem bank dalam menentukan jumlah penawaran

uang pada suatu waktu tertentu. Dengan demikian terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi keputusan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada

masyarakat. lebih lanjut Melitz dan Pardue (1973).

Melitz dan Perdue (1973) merumuskan model Penawaran Kredit oleh perbankan :

푆퐾 = 푔(푆, 푖푐, 푖푏,퐵퐷)

Keterangan

SK : Jumlah kredit yang ditawarkan oleh bank

S : Ketentuan tingkat cadangan bank atau ketentuan cadangan wajib

Ic : Tingkat suku bungan Kredit Bank

Ib : Biaya opurtunitas meminjam uang

BD : Biaya Depsito Bank

Model diatas selanjutnya disempurnakan oleh Perry Warjiyo (2004), yang

memaparkan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang

secara implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan dari

masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1, M2) digunakan untuk pendanaan

aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit perbankan. Dalam kenyataannya

menurut Perry Warjiyo (2004), anggapan seperti itu tidak selamanya benar. Selain

dana yang tersedia (DPK), perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi

24

oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu

sendiri, seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet (NPL), dan Loan to

Deposit Ratio (LDR). Dengan demikian, dapat dinyatakan dalam suatu bentuk

hubungan fungsi sebagai berikut:

KS = f (DPK, prospek usaha debitor, kondisi perbankan itu sendiri)

= f (DPK, prospek usaha debitor, CAR, NPL, LDR)

Keterangan:

KS = Kredit yang ditawarkan perbankan

DPK = Dana Pihak Ketiga

Kondisi perbankan terdiri atas CAR = Capital Adequacy Ratio, NPL= Non

Performing Loan, LDR = Loan to Deposit Ratio

Sementara menurut Suseno dan Piter A (2003), selain faktor-faktor tersebut di

atas, faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam Return On

Asset (ROA) juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan

kredit kepada debitor.

Menurut Stiglitz dan Weiss (1981) mengatakan bahwa asumsi dasar yang harus

dipahami untuk mengukur besarnya kredit yang disalurkan adalah adanya risiko

kredit, muncul karena bank menetapkan tingkat bunga atas pinjaman yang

diberikan kepada debitur sebagai profit untuk bank, ketika bank mengharapkan

keuntungan, maka hal tersebut tergantung pada besarnya tingkat bunga kredit dan

kemampuan nasabah untuk membayar kembai pinjaman, kenaikan tingkat bunga

25

kredit memiliki dua efek di satu sisi dapat meningkatkan profit namun dapat

meningkatkan resiko kredit untuk bank.

Menurut Bernanke dan Blinder (1988) bahwa penawaran dan permintaan kredit

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rumus penawaran kredit

퐿푠 = 푓(푅, 푖)퐷퐸푃 (1 − 푇) (1)

Rumus Permintaan Kredit

퐿푑 = 푔(푅, 푖, 푦) (2)

Berdasarkan rumus diatas pasar kredit adalah

푔(푅, 푖, 푦) = 푓(푅, 푖)퐷퐸푃 (1− 푇) (3)

Keterangan

Ls : penawaran Kredit

Ld : Permintaan Kredit

R : Suku bunga Kredit

I :Suku bunga Obigasi

DEP : Jumlah dana pihak ketiga

T : Rasio cadangan minimum Bank

Y : GNP

Berdasarkan tinjauan teori penawaran uang dan perilaku penawaran kredit di atas,

maka penelitian ini menggunakan beberapa variabel bebas DPK = Dana pihak

Ketiga, CAR = Capital Adequacy Ratio, LDR = Loan to Deposit Ratio, ROA =

Return On Assets, dan Suku bunga Acuan (BI Rate) sebagai proksi dari faktor-

26

faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit Bank perkreditan Rakyat di Provinsi

Lampung.

2. Pengertian Kredit

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau

badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya

kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No 10. tahun 1998

menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja

mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil risiko (uangnya

tidak kembali, sebagai contoh), dalam memberikan kredit bank harus

mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to

pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali

pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian),

Capacity (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan), dan Condition of

Economy (keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C (panca C).

Jenis-jenis kredit :

1. Kredit Investasi : adalah kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi

barang modal seperti pembangunan pabrik,pembelian mesin.

27

2. Kredit Modal Kerja : adalah kredit jangka pendek atau menengah yang

diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi.

3. Kredit Konsumsi : adalah kredit untuk perorangan untuk pembiayaan barang-

barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan

(KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), lain-lain seperti Kredit tanpa agunan.

4. Kredit Usaha Tanpa Bunga dan Tanpa Agunan : adalah kredit ini disediakan

khusus untuk usaha kecil dan menengah. Kredit semacam ini sangat

meringankan bagi pengusaha namun tahapan seleksi pencairannya sangat

ketat, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit InDelSa.

Dasar hukum pemberian kredit meliputi 1.Perjanjian kredit antara para pihak,

dengan mengacu pada pasal 1338 KUHP perdata. 2.Uuperbankan, 3.Peraturan

Pelaksanaan dari Undang-undang perbankan, 4 Yurisprudensi, (5). Kebiasaan

dalam praktik perbankan, (6) Peraturan perundang-undangan terkait lainnya, atau

ketentuan Bank Indonesia tentang perkreditan. Hal ini menunjukkan bahwa

instrumen utama dalam pemberian kredit adalah perjanjian kredit, yang

merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank dengan pihak lain,

dalam hal ini nasabahnya, sebagai subjek hukum.

Menurut Kasmir (2004), prinsip-prinsip penilaian kredit yang dilakukan dengan

analisis 5C yang terdiri dari faktor sebagai berikut:

1. Character, adalah sifat atau watak calon debitur. Hal ini bertujuan

memberikan keyakinan kepada pihak perbankan bahwa sifat atau watak dari

orang-orang yang akan diberikan kredit dapat dipercaya.

28

2. Capacity, adalah kemampuan calon debitur dalam membayar kredit yang

dihubungkan dengan kemampuan calon debitur tersebut dalam mengelola

bisnis serta kemampuannya mendapat keuntungan.

3. Capital, adalah sumber-sumber pembiayaaan yang dimiliki calon debitur

dalam usaha yang dilakukannya.

4. Collateral, adalah jaminan yang diberikan calon debitur baik besifat fisik

maupun non fisik. Jaminan yang diberikan dianjurkan melebihi jumlah kredit

yang diberikan.

5. Condition, adalah penilaian kredit yang mempertimbangkan kondisi ekonomi

sekarang dan masa yang akan datang.

Selain itu prinsip pemberian kredit lainnya adalah 5 P, yaitu:

1. Party (golongan) menggolongkan debitur menurut character, capacity, dan

capital sehingga kreditur memiliki keyakinan kepada debitur.

2. Purpose (tujuan) bank perlu mengetahui tujuan permohonan kredit sehingga

bank dapat mempertimbangkan kredit tersebut dapat berguna bagi debitur.

3. Payment (pembayaran) penilaian apakah sumber pembayaran kredit dari calon

debitur tersedia dan aman serta apakah setelah pemberian kredit debitur

memiliki sumber pendapatan yang cukup untuk pembayaran kredit.

4. Profitability (kemampuan memperoleh laba) penilaian terhadap kemampuan

debitur menghasilkan laba yang lebih besar daripada bunga dan pokok kredit.

5. Protection (perlindungan) perlindungan terhadap resiko kredit macet perlu

dilakukan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah bekerjasama dengan

pihak asuransi.

29

Prinsip pemberian kredit yang penting lainnya adalah 3 R, yaitu:

1. Return, penilaian penghasilan apakah usaha yang akan dibiayai benar-benar

suatu usaha yang memberikan hasil didasarkan pengalaman, kemampuan,

pemasaran dan aspek lainnya.

2. Repayment Capacity, penilaian kesanggupan membayar kembali kredit apakah

nasabah benar- benar memiliki kemampuan untuk mengembalikan kredit

bank. hal ini ditilik dari segi aliran kas, keuntungan yang akan diperoleh,

watak yang dimiliki oleh nasabah.

3. Risk Bearing Ability, penilaian kemampuan untuk menutup resiko yang

mungkin timbul jika kredit menjadi macet. Dengan mengacu pada prinsip-

prinsip yang menjadi pertimbangan dalam pemberian kredit tersebut

diharapkan kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur tidak menjadi

kredit macet.

Dalam memberikan kredit bank memiliki beberapa tujuan, menurut Taswan

(2010) tujuan sebuah bank memberikan kredit adalah:

1. Bagi bank, kredit digunakan sebagai instrument bank dalam memelihara

likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, selain itu dapat menjadi pendorong

peningkatan penjualan produk bank lainnya dan kredit diharapkan dapat

menjadi sumber utama pendapatan bank yang berguna bagi kelangsungan

hidup bank tersebut.

30

2. Bagi debitur, pemberian kredit oleh bank dapat digunakan untuk

memperlancar usaha dan selanjutnya meningkatkan gairah usaha sehingga

dapat menjamin keberlangsungan hidup perusahaan.

3. Bagi masyarakat (negara), pemberian kredit oleh bank akan mampu

menggerakkan perekonomian masyarakat, peningkatan kegiatan ekonomi

masyarakat akan mampu menyerap tenaga kerja dan pada akhirnya mampu

menyejahterakan masyarakat.

3. Pengertian Bank

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan

kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan

menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari

bahasa Italia Banca berarti tempat penukaran uang. Sedangkan menurut Undang-

undang Negara Republik Indonesia Nomor 10. tahun 1998 tanggal 10 November

1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Pengertian dan Kasifikasi Bank

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan

kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan

menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.

31

Bank adalah suatu institusi atau lembaga yang menghimpun uang dari rakyat/

nasabah, dalam bentuk simpanan dan menyalurkan lagi kepada rakyat/ nasabah

dalam bentuk kredit dan berbagai bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf

ekonomi rakyat/ nasabah. Jenis-jenis bank berdasarkan fungsinya:

1. Bank sentral : Suatu institusi/ lembaga yang bertanggung jawab untuk

menjaga stabilitas ekonomi/ kebijakan moneter pada suatu negara. Bank

Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali dan selalu berada pada nilai

yang serendah mungkin atau pada posisi yang optimal bagi perekonomian

(low/zero inflation), dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang dan

barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka bank sentral

dengan menggunakan instrumen dan otoritas yang dimilikinya.

2. Bank umum, adalah lembaga keuangan uang menawarkan berbagai layanan

produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana

secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit

pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing /

valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang

berharga, Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.harga, dan lain sebagainya.

Bank umum bersifat mencari keuntungan/ komersil.

32

Jenis- jenis bank berdasarkan kepemilikan:

1. Bank Pemerintah: bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh

pemerintah, baik pusat maupun daerah.

2. Bank swasta nasional: bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh

swasta nasional Indonesia.

3. Bank koperasi: bank yang sebagian besar atau seluruh modalnya dimiliki oleh

perusahaan berbadan hukum koperasi.

4. Bank asing: bank yang sebagian besar atau seluruh modalnya dimiliki oleh

asing, baik swasta maupun pemerintah asing.

5. Bank campuran: bank yang modalnya dimiliki swasta nasional Indonesia dan

asing, dan pada umumnya sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta

Indonesia.

Jenis-jenis bank berdasarkan statusnya:

1. Bank devisa: bank yang melaksanakan transaksi luar negeri atau transaksinya

berhubungan dengan valas.

2. Bank nondevisa: bank yang tidak diperbolehkan melakukan transaksi dengan

luar negeri atau berkaitan dengan valas.

Jenis-jenis bank berdasarkan cara menentukan harga:

1. Bank konvensional: bank yang dalam menentukan harganya menetapkan suatu

tingkat bunga tertentu, baik untuk dana yang dikumpulkan maupun disalurkan.

33

2. Bank syariah: bank yang penentuan harganya tidak menetapkan suatu tingkat

bunga tertentu tetapi didasarkan pada prinsip-prinsip syariah.

Dua sifat khusus industri perbankan :

1. Sebagai salah satu subsistem industri jasa keuangan. Bank disebut sebagai

jantung jasa keuangan. Bank disebut sebagai jantung atau motor penggerak

roda perekonomian suatu negara.

2. Industri perbankan adalah industri yang sangat bertumpu kepada kepercayaan

masyarakat bertumpu kepada kepercayaan masyarakat (fiduciary financial

institution). Kepercayaan masyarakat adalah segala-galanya bagi bank.

Fungsi-fungsi bank umum yang diuraikan di bawah ini menujukkan betapa

pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern, yaitu :

A. Penciptaan Uang

uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran

lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum

menciptakan uang giral menyebabkan possisi dan fungsinya dalam

pelaksanaan kebijakan moneter.Bank sentral dapat mengurangi atau

menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi

kemampuan bank umum menciptakan uang giral.

B. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran,

fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung

kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah

34

satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan

dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah

kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas

pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang

mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran

elektronik.

C. Penghimpunan Dana Simpanan

Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana

simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito

berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang

dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun

dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan

lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan

kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran

kredit.

D. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional

Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau

memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun

transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang

berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya

dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang

beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian

35

transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan

pihak-pihak yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani

dengan lebih mudah, cepat, dan murah.

E. Penyimpanan Barang-Barang Berharga

Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling

awal yang ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan

barang-barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan

ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa

(safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang semakin

pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan

sekuritas atau surat-surat berharga.

F. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya,

Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin

banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon

membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui atm, membayar gaji

pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank.

4. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah lembaga keuangan bank yang menerima

simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan

lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan.

36

Bank perkreditan rakyat (BPR), merupakan salah satu bentuk badan usaha bank

yang secara khusus diperuntukkan melayani kebutuhan pembiayaan sektor riil

dalam kegiatan ekonomi mikro, kecil dan menengah (UMKM), BPR dapat

diharapkan sebagai lembaga keuangan yang mempunyai peran dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi pedesaan, yang dalam jangka panjang akan memperkuat

perekonomian desa/rakyat. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung

Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga

Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan

(BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan

(LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya

yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 tahun 1992 dengan

memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembaga-lembaga

tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih

diperlukan oleh masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh

karena itu, UU Perbankan Nomor 7 tahun 1992 memberikan kejelasan status

lembaga-lembaga dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam

pembinaan dan pengawasan, maka persyaratan dan tatacara pemberian status

lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan

tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect

dan pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah :

37

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Memberikan dan menyalurkan kredit.

Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI

adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR

mengalami over liquidity atau kelebihan likuiditas.

Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR, ada beberapa jenis usaha seperti yang

dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh

dilakukan BPR adalah :

Menerima simpanan berupa giro.

Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern

terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.

Melakukan usaha perasuransian.

Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud

dalam usaha BPR

Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

BPR, yaitu:

38

Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan

perjanjian.

Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia

mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain

yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau

sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan

dalam kelompok yang sama dengan BPR tersebut. Batas maksimum tersebut

adalah tidak melebihi 30% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan Bank Indonesia.

Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia

mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain

yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan

keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan

komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR

lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan

pihak pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari

modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan

keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10%

dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

5. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga (simpanan) yang dijelaskan dalam UU Perbankan RI No. 10

tahun 1998 tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat

39

kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro,

deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu. Menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan

(2011), dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat luas yang

merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan

merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari

sumber dana ini.

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional

bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai

operasionalnya dari sumber dana ini. Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998

sumber dana yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan

cara pemindahbukuan.

b. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu

tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

c. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut

syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet

giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Hubungan Dana Pihak Ketiga dengan penyaluran kredit

Dana Pihak Ketiga yang dihimpun dari masyarakat digunakan untuk disalurkan

pada pos-pos yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu

40

dalam bentuk kredit. Selain untuk menghasilkan pendapatan, pengalokasian DPK

bertujuan untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar

posisi likuiditas bank tetap aman, mengingat porsi DPK terhadap seluruh dana

yang dikelola cukup tinggi yaitu 80-90% yang kemudian disalurkan melalui

kredit.

6. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit

yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.

Pengertian lainnya LDR adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang

berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional

yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang

digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya.

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi

menunjukkan bahwasuatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau

realtif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank

yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan

(Latumaerissa,1999). LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak

ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam

bentuk kredit.

Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber

pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran

dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat

41

pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus

ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Rasio LDR merupakan rasio

perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan

jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rasio ini

menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan

nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas

bank (Dendawijaya, 2005). Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas

aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar

antara 85%-100% atau menurut Kasmir (2003), batas aman untuk LDR menurut

peraturan pemerintah adalah maksimum 110 %. Tujuan penting dari perhitungan

LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki

kondisi sehat dalam menjalankan operasiatau kegiatan usahanya. Dengan kata lain

LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan

suatu bank.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa LDR pada saat ini berfungsi sebagai

indikator intermediasi perbankan. Begitu pentingnya arti LDR bagi perbankan

maka angka LDR pada saat ini telah dijadikan persyaratan antara lain :

1. Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank.

2. Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar

3. Sebagai faktor penentu besar-kecilnya GWM (Giro Wajib Minimum)

4. Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi bank yang

akan merger.

42

Begitu pentingnya arti angka LDR, maka pemberlakuannya pada seluruh bank

sedapat mungkin diseragamkan. Maksudnya, jangan sampai ada pengecualian

perhitungan LDR di antara perbankan.

Rumus untuk mencari LDR sebagai Berikut : (Kasmir, 2011)

퐿퐷푅 =Jumlah Kredit Yang diberikan

Dana Masyarakat + Modal x 100%

Hubungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan penyaluran kredit

Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat digunakan untuk menilai seberapa jauh

kemampuan bank yang mengandalkan kredit sebagai sumber utama likuiditasnya

dalam membayar kewajiban jangka pendeknya, seperti penarikan dana yang

dilakukan oleh deposan dan juga bunga yang harus diberikan kepada para

nasabahnya. Kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin rendah

jika LDR semakin tinggi dikarenakan jumlah dana yang digunakan untuk

penyaluran kredit semakin besar. Sebaliknya, kemampuan likuiditas bank yang

bersangkutan akan semakin tinggi jika LDR bank tersebut semakin rendah. Oleh

karena itu hal tersebut memiliki pengaruh terhadap kemampuan kredit pada suatu

bank karena jika nilai LDR ini semakin tinggi maka menunjukkan kemampuan

kredit yang telah disalurkan oleh bank juga semakin tinggi guna memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai LDR yang

ada menunjukkan bahwa kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank juga

semakin rendah guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

43

7. Return On Assets (ROA)

ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Jadi ROA merupakan

rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA maka

kinerja keuangan semakin baik, karena tingkat pengembalian (returns) semakin

besar. Apabila ROA meningkat, profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga

dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang

saham (Suad Husnan. 1998).

Beberapa keunggulan penggunaan rasio ini dalam pengukuran profitabilitas

menurut Hakim (2006) adalah :

1. Return On Assets merupakan pengukuran yang komprehensif dimana

seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dalam rasio ini.

2. Return On Assets mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalamnilai

absolut.

3. Return On Assets merupakan denominator yang dapat deterapkan padasetiap

unit oraganisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitasdan unit usaha.

Dengan semakin tingginya Return On Assets, maka hal tersebut menunjukkan

bahwa bank telah meyalurkan kredit guna mendapatkan pendapatan. Dana-dana

simpanan masayarakat yang berhasil dikumpulkan bank dapat mencapai 80%-

90% dari seluruh dana yang dikelola, sedangkan kredit yang disalurkan dapat

mencapai 70%-80% dari kegiatan usaha bank.

44

Rumus perhitungan ROA :

푅푂퐴 =Laba sebelum pajak

Total asset x 100%

Hubungan Return On Assets (ROA) dengan penyaluran kredit

Semakin bank memaksimalkan kinerjanya dalam pengelolaan asset maka akan

semakin besar pula laba yang diperoleh sehingga akan berdampak pula terhadap

naiknya pertumbuhan penyaluran kredit.

8. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio merupakan rasio permodalan yang menunjukkan

kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha

serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam

operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan semakin baik posisi modal

(Achmad dan Kusuno, 2003). Menurut peraturan Bank Indonesia nomor

10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal

minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut resiko (ATMR), Capital

Adequacy Ratio adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank

dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen

bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol resiko-

resiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal (Almilia,

2005). Perhitungan Capital Adequacy Ratio didasarkan pada prinsip bahwa setiap

penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar

persentase

45

Rumus Perhitungan CAR :

퐶퐴푅 =Modal Sendiri

ATMR x 100%

Hubungan Capital Adequacy Ratio dengan penyaluran kredit

Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat

digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh

penyaluran kredit. Dengan kata lain besarnya nilai CAR akan meningkatkan

kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Dengan CAR diatas 20%,

perbankan bisa memacu pertumbuhan kredit hingga 20 -25 persen setahun

(Wibowo, 2009).

9. BI Rate

BI Rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh Bank

Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter.

Secara sederhana, BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang

diinginkan Bank Indonesia dalam upaya pencapaian target inflasi.(Bank

Indonesia, 2006). BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia

setiap rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi

moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity

management ) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan

moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan

suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku

46

bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga

deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan

mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia

pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan

melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan

menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah

sasaran yang telah ditetapkan. Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam

perubahan BI Rate (secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin

(bps).

Hubungan BI Rate dengan penyaluran kredit Kenaikan BI Rate akan mengakibatkan kenaikan suku bunga perbankan. Bank

bisa menaikkan suku bunga simpanan dan pinjaman. Kenaikan suku bunga

simpanan akan mendorong masyarakat menunda kegiatan konsumsi dan memilih

menyimpan dana di bank. Kenaikan suku bunga simpanan akan meningkatkan

biaya dana bank dan ketika suku bunga pinjaman meningkat, tentu masyarakat

tidak mau melakukan peminjaman dan menyebabkan bank tersendat dalam

menyalurkan dananya (kredit), begitu juga sebaliknya. Jadi perubahan BI-rate

akan menyebabkan perubahan suku bunga kredit yang kemudian mempengaruhi

penyaluran kredit.

47

B. Tinjauan Empirik :

Sebelum melakukan penelitian, penulis mempelajari penelitian-penelitian

terdahulu yang relevan dan terkait dengan penelitian ini :

Tabel 2. Ringkasan Hasil Penelitian (Gaby D.J Roring)

Judul

Analisis Determinan Penyaluran Kredit Oleh Bank Perkreditan Rakyat di Kota Manado

Penulis

Gaby D.J Roring

Variabel Kredit, Dana Pihak Ketiga, LDR, NPL,dan Suku Bunga

Metode Model Regresi Berganda (Ordinary Least Square)

Hasil Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit,Non Performing Loan (NPL) dan Suku Bunga berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit

Tabel 3. Ringkasan Hasil Penelitian (Akhmad Khosiludin)

Judul

Determinan permintaan Kredit Pada Bank Umum di Jawa

Penulis Akhmad Khosiludin

Variabel Suku bunga kredit, inflasi, nilai tukar dan krisis global

Metode Model Regresi Berganda (Ordinary Least Square)

48

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel suku bunga kredit, inflasi, nilai tukar dan krisis global berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit di Jawa Tengah tahun 2006-2010.

Tabel 4. Ringkasan Hasil Penelitian (Greydi Normala Sari)

Judul

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum Di Indonesia (Periode 2008.1-2012.2)

Penulis

Greydi Normala Sari

Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan BI Rate

Metode Model Regresi Berganda (Ordinary Least Square)

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa DPK, CAR, NPL, dan BI Rate memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit di Indonesia. Bagi Bank Indonesi agar lebih berhati-hati dalam penentuan tingkat bunga BI Rate, dan bagi Bank Umum untuk menekan sekecil-kecilnya rasio NPL.

Tabel 5. Ringkasan Hasil Penelitian (Iseh Trimulayanti)

Judul

Analisis Faktor-faktor Internal Terhadap Pertumbuhan Penyaluran Kredit (Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat Kota Semarang Periode 2009-2012)

Penulis

Iseh trimulyanti

Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), tingkat suku bunga SBI,Non

Performing Loan (NPL), Capital Adequancy Ratio(CAR)

Metode Model Regresi Berganda (Ordinary Least Square)

49

Hasil Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan penyaluran kredit Return On Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan penyaluran kredit Capital Adequancy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan penyaluran kredit Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pertumbuhan penyaluran kredit.

Tabel 6. Ringkasan Hasil Penelitian (Desi Arisandi, SE)

Judul

Analisis Faktor Penawaran Kredit Pada Bank Umum Di Indonesia

Penulis

Desi Arisandi, SE.

Variabel Penawaran kredit, DPK, CAR, NPL, ROA

Metode Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi linear

berganda

Hasil Hasil Penelitian dalam kurun waktu Desember 2005 – Desember 2007 adalah sebagai berikut : pertama, variabel DPK merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat kredit. Kedua, secara parsial variabel DPK, CAR, dan ROA mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran kredit kecuali variabel NPL. Ketiga, secara serempak variabel – variabel DPK, CAR, NPL dan ROA mempunyai pengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit.

50

Tabel 7. Ringkasan Hasil Penelitian (Gede Agus Dian Maha Yoga dan Ni Nyoman Yuliarmi)

Judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit BPR Di Provinsi Bali

Penulis

Gede Agus Dian Maha Yoga dan Ni Nyoman Yuliarmi

Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Suku Bunga Kredit (SBK), dan Non Performing Loan (NPL

Metode Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi linear berganda

Hasil Berdasarkan hasil pengujian, secara simultan DPK, PDRB, SBK, NPL berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit BPR di Provinsi Bali triwulan IV tahun 2000 – 2011. Secara parsial DPK berpengaruh positif signifikan dan PDRB tidak berpengaruh signifikan, sedangkan variabel SBK berpengaruh negatif signifikan dan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit BPR di Provinsi Bali triwulan IV tahun 2000 – 2011

Tabel 8. Ringkasan Hasil Penelitian (Dias Satria Rangga Bagus Subegti)

Judul

Determinan Penyaluran Kredit Bank Umum Di Indonesia Periode 2006-2009.

Penulis

Dias Satria Rangga Bagus Subegti

Variabel DPK, CAR, ROA, NPL,Penawaran Kredit

Metode Menggunakan analisis regresi panel,

Hasil Hasil penelitian menunjukkan penetrasi kredit perbankan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: CAR, ROA dan SBI. Selanjutnya beberapa faktor yang tidak mempengaruhi penetrasi kredit, antara lain: NPL, DPK, Market Share dan BOPO.Tidak signifikannya NPL terhadap penetrasi kredit disebabkan oleh implicit guarantee dari LPS (Lembaga Penjamin Simpanan)

51

Tabel 9. Ringkasan Hasil Penelitian (Wanda Annisa Cahyaning P)

Judul

Analisis Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Penyaluran Kredit Perbankan Indonesia (Studi Kasus Bank Umum)

Penulis

Wanda Annisa Cahyaning P

Variabel Faktor Eksternal (Kurs,Pertumbuhan Ekonomi,) Faktor Internal (Npl, dan Dana Pihak Ketiga)

Metode Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda untuk melihat bagaimana pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap penyaluran kredit bank umum

Hasil Berdasarkan pengujian hipotesis, variable eksternal BI Rate, secara parsial berpengaruh signifikan negatif (α=5%) terhadap variable kredit yang disalurkan. Untuk variable Kurs dan pertumbuhan ekonomi, secara parsial berpengaruh signifikan positif (α=5%) terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum pada periode pengamatan. Faktor internal berupa Non-Performing Loan secara parsial berpengaruh tidak signifikan (α=5%) terhadap penyaluran kredit Bank Umum, namun berpengaruh positif signifikan pada tingkat signifikansi 10%. Sedangkan variable DPK secara parsial berpengaruh signifikan positif (α=5%) terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data penelitian ini adalah sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh atau

dikumpulkan langsung dari sumber yang telah ada, yaitu data total penyaluran

kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Asset

(ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi

Lampung dan BI Rate dari tahun 2010-2015, dan sumber data sekunder dalam

penelitian ini di peroleh dari statistik BPR konvensional melalui website Bank

Indonesia.

Tabel 10. Deskripsi Data Input

No Nama Variabel Satuan Pengukuran Sumber Data

1. Kredit Penyaluran Kredit Miliar Rupiah

Bank Indonesia

2. DPK Dana Pihak Ketiga Miliar Rupiah Bank Indonesia

3. LDR Loan to Deposit Ratio

Rasio Bank Indonesia

4. ROA Return On Asset Rasio Bank Indonesia

5. CAR Capital Adequacy Ratio

Rasio Bank Indonesia

6. BI rate BI Rate Rasio Bank Indonesia

53

B. Definisi Operasional Variabel

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel penelitian

yang digunakan, berikut operasional dan cara pengukurannya. Penjelasan dari

masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Variabel Dependen

1. Penyaluran Kredit :

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang

atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan

membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10

tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit,

maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

Variabel Independen

1. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dijelaskan dalam UU Perbankan RI No. 10

tahun 1998 tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam

54

bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu. Sumber dana ini merupakan sumber dana

terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan

bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini.

2. Loanto Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume

kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai

sumber. Pengertian lainnya LDR adalah rasio keuangan perusahaan perbankan

yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran

tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-

lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests)

nasabahnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio

yang tinggi menunjukkan bahwasuatu bank meminjamkan seluruh dananya

(loan-up) atau realtif tidak likuid (liquid). Sebaliknya rasio yang rendah

menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap

untuk dipinjamkan (Latumaerissa,1999).

3. Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara

keseluruhan. Semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkat

keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank

tersebut dan segi penggunaan asset.

55

4. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio permodalan yang menunjukkan

kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan

usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam

operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan semakin baik posisi

modal (Achmad dan Kusuno, 2003) Semakin tinggi CAR maka semakin besar

pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk mengantisipasi

potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Dengan kata lain

besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaandiri perbankan dalam

menyalurkan kredit.

5. BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance

kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan

kepada publik. Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam bentuk perubahan

BI Rate secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps).

Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui

mekanisme RDG bulanan dengan cakupan materi bulanan (Bank Indonesia).

56

C. Batasan Variabel

Batasan-batasan variabel yang ditetapkan dlam penelitian ini adalah :

1. Kredit

Sebagai tetapan peubah variabel digunakan jumlah penyaluran kredit Bank

Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung yang berasal dari statistik BPR

konvensional BPR Provinsi Lampung di Bank Indonesia data bulanan dari

tahun 2010: 01 -2015: 12.

2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Sebagai tetapan peubah variabel digunakan jumlah Dana Pihak Ketiga Bank

Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung yang berasal dari statistik BPR

konvensional BPR Provinsi Lampung di Bank Indonesia data bulanan dari

tahun 2010: 01 -2015: 12.

3. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Sebagai tetapan peubah variabel digunakan data Loan to Deposit Ratio Bank

Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung yang berasal dari statistik BPR

konvensional BPR Provinsi Lampung di Bank Indonesia data bulanan dari

tahun 2010: 01 -2015: 12.

4. Return On Assets (ROA )

Sebagai tetapan peubah variabel digunakan data Return on assetsBank

Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung yang berasal dari Statistik BPR

57

Konvensional BPR Provinsi Lampung di Bank Indonesia data bulanan dari

tahun 2010: 01 -2015: 12.

5. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Sebagai tetapan peubah variabel digunakan data Bank Perkreditan Rakyat di

Provinsi Lampung yang berasal dari statistik BPR konvensional BPR Provinsi

Lampung di Bank Indonesia data bulanan dari tahun 2010: 01 -2015: 12.

6. BI Rate

BI ratemerupakan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Data Bi-Rate diperoleh dari situs Bank Indonesia di (www.bi.go.id) berupa

data bulanan periode 2010: 01- 2015: 12 dan dinyatakan dalam satuan persen.

D. Metode Analisis

Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah metode analisis

deskriptif kuantatif dengan menggunakan teori dan data-data yang berhubungan

dengan penelitian ini yang bersumber dari berbagai literatur untuk mendukung

hasil analisa kuantitatif dari penelitian dan disertai analisis statistikuntuk

mengetahui keterkaitan hasil perhitungan. Analisis data akan digunakan untuk

menyederhanakan data yang telah diperoleh ke dalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan di interpretasikan. Pada penelitian ini, software yang digunakan dalam

menganalisis data yaitu E-Views 9. Analisis ini digunakan untuk mengetahui

pengaruh antara variabel-variabel yang ada, baik variabel bebas maupun variabel

terikat. Prosedur analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

58

Model ekonomi dalam penelitian ini adalah :

퐾푟푒푑푖푡 = 푓(퐷푝푘 ,퐿퐷푅 ,푅푂퐴 ,퐶퐴푅 ,퐵푖푟푎푡푒 )

Model tersebut kemudian ditransformasi ke dalam bentuk logaritma natural:

푙푛퐾푟푒푑푖푡 = 훽 + 훽 퐿푛퐷푝푘 + 훽 퐿퐷푅 + 훽 푅푂퐴 + 훽 퐶퐴푅 + 훽 퐵푖푟푎푡푒

+ 휀

Dengan uraian sebagai berikut:

푙푛퐾푟푒푑푖푡 = Logaritma natural penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan

Rakyat Provinsi Lampung

퐿푛퐷푝푘 = Logaritma natural Dana Pihak Ketiga (DPK)

퐿퐷푅 = Loan to Deposit Ratio (LDR)

푅푂퐴 = Return On Assets (ROA )

퐶퐴푅 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

퐵퐼푅푎푡푒 = BI Rate

β1,β2,β3 = Koefisien Regresi Variabel independen

εt = error term (Variabel Pengganggu)

Pada penelitian ini untuk variabel penyaluran kredit dan Dana pihak ketiga (DPK)

ditambahkan ln atau logaritma natural karena untuk menentukan suatu persamaan

regresi itu bisa digunakan atau tidak untuk melakukan estimasi, harus memenuhi

syarat, salah satunya yaitu linier. Untuk membuat persamaan menjadi linier adalah

dengan menambahkan ln dalam variabel yang akan diteliti yang mempunyai

satuan bukan persentasi atau rasio, tujuannya adalah untuk menemukan standart

error yang lebih kecil. Bila fungsi asli kita memiliki standart error yang tinggi,

59

maka fungsi atau persamaan harus diubah menjadi persamaan yang linier

sehingga hasil estimasi yang kita lakukan bisa mendekati kenyataan. Dalam

penelitian ini karena data tidak stasioner pada tingkat level dan memiliki

kointegrasi maka penelitian ini menggunakan metode Error Correction Model

(ECM).

Model ECM diperkenalkan oleh Sargan, dan dikembangkan oleh Hendry, serta

dipopulerkan oleh Engle dan Granger. Model ECM mempunyai beberapa

kegunaan, namun penggunaan yang paling utama dalam ekonometrika adalah

mengatasi data runtun waktu (time series) yang tidak stasioner dan masalah

regresi lancung (Spurius regression).

E. Prosedur Analisis Data

1. Analisis Grafis (Plot data)

Langkah pertama sebelum melakukan uji stationer adalah memplot data asli, dari

hasil plot tersebut dapat dilihat apakah pola data tersebut, horizontal, trend,

musiman atau siklis. Plot data juga merupakan langkah yng dipakai untuk

menganalisis data time series. Menurut Makridakis (1999) mengungkapkan

bahwa langkah penting dalam memilih suatu metode runtun waktu (time series)

yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode

yang paling tepat dengan pola data tersebut dapat diuji, pola data dapat dibedakan:

60

1. Pola data Horizontal terjadi saat data observasi berfluktuasi di sekitaran suatu

nilai konstan atau mean yang membentuk garis horizontal. Data ini disebut juga

dengan data stasioner. Contoh plot data horizontal yaitu berupa plot data

penjualan. Jumlah penjualan selalu meningkat atau menurun pada suatu nilai

konstan secara konsisten dari waktu ke waktu.

2. Pola data trend terjadi bilamana data pengamatan mengalami kenaikan atau

penurunan selama periode jangka panjang. Suatu data pengamatan yang

mempunyai trend disebut data nonstasioner. Plot data trend dicontohkan yaitu

berupa data harga suatu produk yang meningkat dari tahun ke tahun.

3. Pola data musiman terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor

musiman. Pola data musiman dapat mempunyai pola musim yang berulang dari

periode ke periode berikutnya. Misalnya pola yang berulang setiap bulantertentu,

tahun tertentu atau pada minggu tertentu. Contoh dari data musiman yaitu plot

suplai bahan makanan tiap bulan. Dari plot tersebut terlihat bahwa terjadi pola

yang berulang setiap periode dua belas bulan, sehingga bisa disimpulkan bahwa

data tersebut merupakan pola data musiman.

4. Pola data siklis terjadi bilamana deret data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi

jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Misalnya pada

penjualan baja, emas dan komoditi lainnya.

2. Uji Stationary (Unit Root Test)

Sebelum melakukan analisis regresi dengan menggunakan data time series, perlu

diuji stationary terhadap seluruh variabel untuk mengetahui apakah variabel-

61

variabel tersebut stationary atau tidak. Suatu series dikatakan stationary apabila

rata-rata,varian dan autocovariance nilainya konstan dari waktu ke waktu.

Dalam analisis time series, informasi apakah data bersifat stasionary merupakan

hal yang sangat penting. Variabel-variabel ekonomi yang terus menerus

meningkat sepanjang waktu adalah contoh dari variabel yang tidak stasioner.

Dalam metode OLS, mengikutsertakan variabel yang non stasioner dalam

persamaan mengakibatkan standard error yang dihasilkan menjadi bias dan

menghasilkan kesimpulan yang tidak benar. Banyak ditemukan bahwa koefisien

estimasi signifikan tetapi sesungguh nya tidak ada hubungan sama sekali, terdapat

beberapa metode pengujian unit root,

Salah satu konsep formal yang dipakai untuk mengetahui stasioneritas data adalah

melalui uji akar unit (unit root test). Uji ini merupakan pengujian yang populer,

dikembangkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller dengan sebutan Augmented

Dickey- Fuller (ADF) Test. Jika suatu data time series tidak stasioner pada orde

nol, I(0) atau tingkat level, maka stasioneritas data tersebut bisa dicari melalui

order berikutnya sehingga diperoleh tingkat stasioneritas pada order ke-n

(firstdifference atau I(1), atau second difference atau I(2), dan seterusnya.

Hipotesis untuk pengujian ini adalah : H0 : δ = 0 (terdapat unit root, tidak stasioner) H1 : δ ≠ 0 (tidak terdapat unit root, stasioner) Seluruh data yang digunakan dalam regresi dilakukan uji akar unit

denganberpatokan pada nilai batas kritis ADF. Hasil uji akar unit dengan

62

membandingkan hasil t-hitung dengan nilai kritis McKinnon. Jika hasil uji

menolak hipotesis adanya unit root untuk semua variabel, berarti semua adalah

stasioner atau dengan kata lain, variabel-variabel terkointegrasi pada I (0) atau

tingkat level, sehingga estimasi akan dilakukan dengan menggunakan regresi

linier biasa (OLS). Jika hasil uji unit root terhadap level dari variabel-variabel

menerima hipotesis adanya unit root, berarti semua data adalah tidak stasioner

atau semua data terintegrasi pada orde I (1). Jika semua variabel adalah tidak

stasioner, estimasi terhadap model dapat dilakukan dengan teknik kointegrasi.

3. Uji Kointegrasi

Keberadaan variabel yang tidak stasioner menyebabkan kemungkinan besar

adanya hubungan jangka panjang antara variabel. Konsep kointegrasi adalah

hubungan linier antar variabel yang tidak stasioner. Salah satu catatan penting

mengenai kointegrasi adalah seluruh variabel harus terintegrasi pada orde atau

level yang sama. Jika ada dua variabel yang terintegrasi pada orde yang berbeda,

maka kedua variabel ini tidak mungkin berkointegrasi (Enders, 1995).

Jadi sebelum melakukan uji kointegrasi, seluruh variabel harus terintegrasi pada

orde yang sama. Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang

antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji ini merupakan kelanjutan dari uji

stationary, tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui apakah

residual terkointegrasi stationary atau tidak. Apabila variabel terkointegrasi maka

terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya jika tidak

terdapat kointegrasi antar variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan

63

hubungan dalam jangka panjang. Istilah kointegrasi dikenal juga dengan istilah

error, karena deviasi terhadap ekuilibrium jangka panjang dikoreksi secara

bertahap melalui series parsial penyesuaian jangka pendek. Ada beberapa macam

uji kointegrasi, antara lain :

Uji Kointegrasi Engel-Granger (EG)

Uji kointegrasi dengan menggunakan metode Engle dan Granger. Dari hasil

estimasi regresi akan diperoleh residual. Kemudian residual tersebut diuji

statianory, jika stasioner pada tingkat level maka data dikatakan terkointegrasi.

Selain dengan itu dapat menggunakan :

Uji Kointegrasi Johansen

Uji kointegrasi Johansen menggunakan analisis trace statistic dan nilai kritis pada

tingkat kepercayaan 훼 = 5 %. Hipotesis nolnya apabila nilai trace statistic lebih

besar dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan 훼 = 5 % atau nilai probabilitas

(nilai-p) lebih kecil dari 훼= 5 % maka terindikasi kointegrasi.

4. Penentuan Lag Optimum

Penentuan panjang lag bertujuan untuk mengetahui lamanya periode

keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun terhadap

variabel endogen lainnya untuk uji asumsi klasik . Dalam estimasi, kondisi

penentuan panjang lag yang akan digunakan harus diperhatikan.Penentuan

64

Lag optimum diperoleh dari nilai Akaike Information Crtiterion (AIC) yang

paling minimum pada keseluruhan variabel yangakan diestimasi.

5. Pendekatan Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) Setelah melakukan uji stationary dan uji kointegrasi dan diketahui bahwa data

tidak stationer pada level dan memiliki kointegrasi (memiliki hubungan dan

keseimbangan jangka panjang), maka digunakan metode ECM untuk melihat dan

mengkoreksi keseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka

panjang. Model ECM diperkenalkan oleh Sargan, dipopulerkan oleh Engle dan

Granger, model ECM mempunyai beberapa kegunaan, namun penggunaan yang

paling utama dalam ekonometrika adalah mengatasi data runtun waktu (Time

series) yang tidak stasioner dan masalah Spurius regression (Insukindro, 1997).

Persamaan Umum dari metode ECM :

ΔYt = α0 + Δβ1Xt-1 + β2ECt-1 + εt

Model ECM pada penelitian ini

∆퐿푛퐾푟푒푑푖푡 = 훽 + 훽 ∆퐿푛퐷푝푘 + 훽 ∆퐿퐷푅 + +훽 ∆푅푂퐴

+ 훽 ∆퐶퐴푅 + 훽 ∆퐵퐼푟푎푡푒 + 훽 퐸퐶푇+ 휀

F. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah model yang diteliti akan

mengalami penyimpangan asumsi klasik atau tidak, model regresi yang diperoleh

dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least square) merupakan model

regresi yang menghasilkan estimator) kondisi ini terjadi jika dipengaruhi beberapa

65

asumsi yang disebut asumsi klasik, maka pengadaan pemeriksaan terhadap

penyimpangan asumsi klasik tersebut harus dilakukan sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk apakah dalam model regresi variabel

independen, variabel dependen, maupun kedua-duanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal

atau mendekati normal. Menurut Imam Ghozali (2006), pada prinsipnya

normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar

pengambilan keputusan:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normal.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Metode yang digunakan untuk Uji Normalitas

Histogram Residual: Merupakan metode grafis yang paling sederhana digunakan

untuk mengetahui apakah bentuk dari probability distribution function dari

variabel random berbentuk normal atau tidak. Jika histogram residual menyerupai

grafik distribusi normal maka bisa dikatakan bahwa residual mempunyai

distribusi normal.

66

Uji Jarque-Bera: Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat

dideteksi dari metode yang di kembangkan oleh Jarque-Bera. Metode JB ini di

dasarkan pada sampel besar yang diasumsikan bersifat asymptotic, uji statistik ini

menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Imam Ghozali,

2006), untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari

nilai toleransi (tolerance) dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance

mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan

oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan

nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas didalam regresi adalah:

a. Dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), model regresi

yang bebas multikolinearitas mempunyai nilai VIF berkisar pada angka 1

sampai dengan 10 dan mempunyai nilai tolerance mendekati 1.

b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas, jika antara variabel

bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 90%) maka hal ini

diindikasikan adanya multikolinearitas.

Selain itu cara mendeteksi multikolinieritas dapat dilihat dengan melihat nilai R2

tinggi tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan, katakanlah R2

67

diatas 0.8 tetapi hanya sedikit variabel yang signifikan tetapi semua variabel

independen secara bersama sama mempengaruhi variabel dependen dalam hal ini

terjadi suatu kontradiktif .

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika ada

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghozali, 2006).

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu

cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu uji

Durbin-Watson (DW test). Hipotesis yang akan di uji adalah:

H0 : tidak ada autokorelasi

HA : ada autokorelasi

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalahsebagai berikut:

1). Bila nilai DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2). Bila nilai DW di antara -2 sampai +2 tidak ada autokorelasi.

3). Bila nilai DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Selain dengan DW diatas dapat menggunakan metode Breusch-Godfrey atau yang

dikenal dengan uji Langrange Multiplier (LM)

Hipotesis masalah autokorelasi adalah sebagai berikut: Ho : Obs*R square (X2–hitung) > Chi-square(X2–tabel), model

mengalamimasalah autokorelasi

68

Ho : Obs*R square (X2–hitung) < Chi-square(X2–tabel), model terbebas dari

masalah autokorelasi

d. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variasi dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model

regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas (Imam Ghozali,

2006) Dalam Bhuono Agung Nugroho (2005:62). Heterokedastisitas menguji

terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke pengamatan

lainnya. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya

gejala heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan

diantaranya yaitu Uji White, Uji Harvey, Uji Park, Uji Glesjer, Melihat pola

grafik regresi, dan uji koefisien korelasi Spearman.

Hipotesis masalah Heterokedastisitas adalah sebagai berikut:

Ho : Obs*R square (X2–hitung) > Chi-square(X2–tabel), model

mengalamimasalah Heterokedastisitas.

Ho : Obs*R square (X2–hitung) < Chi-square(X2–tabel), model terbebas dari

masalah Heterokedastisitas.

69

G. Uji Hipotesis Penelitian

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu

dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji

statistik ini meliputi Uji t, Uji F.

1. Uji Siginifikansi Individual (Uji t-Statistik)

Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen

secara individu terhadap variabel dependen dengan variabel yang lain konstan.

Untuk menguji pengaruh setiap variabel independen tersebut, maka nilai t hitung

harus di bandingkan dengan nilai t tabel.Untuk nilai t tabel dapat diperoleh

dengan melihat tabel distribusi untuk α = 0.05 dan derajat n – k. Maka dalam

pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :

Ho : βi = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen)

Ha : βi ≠ 0 (variabel independen berpengaruh terhadap variabeldependen)

Selain dengan mengunakan cara diatas, uji-t juga dapat dilakukan dengan cara

Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang

ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t-tabel dengan t-hitungnya. Jika

nilai probability < 0,05 atau α=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari t-

tabel yang berarti menolak Ho dan menerima Ha dan sebaliknya. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi

variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro, 2003).

70

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Stastik)

Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Widarjono, 2007). Maka dalam

pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :

1) Jika F-hitung < F tabel, maka Ho diterima yang berarti secara bersama-sama

variabel independen secara signifikan tidak dipengaruhi variabel dependen.

2) Jika F-hitung > F tabel, maka Ha ditolak yang berarti secara bersama-sama

variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Selain dengan cara diatas, uji-F juga dapat dilakukan dengan cara Quick Look,

yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaanyang ditentukan dalam

penelitian atau melihat nilai F-tabel dengan F-hitungnya. Jika nilai probability <

0.05 atau α=5 persen yang berarti menolak Ho dan menerima Ha dan sebaliknya.

Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama

mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro, 2003).

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal

dibawah ini.

1. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di

Provinsi Lampung. Hal ini sesuai dengan teori serta hipotesis yang

diajukan, karena besarnya jumlah penyaluran kredit yang disalurkan oleh

bank sangat tergantung dari jumlah dana yang dihimpun dari masyarakat

(Dana Pihak Ketiga). Sehingga semakin besar jumlah dana pihak ketiga

yang berhasil dihimpun oleh pihak bank dari masyarakat, maka akan

meningkatkan kemampuan serta peranan bank dalam menyalurkan dana

tersebut dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkannya

baik di sektor produktif seperti kredit UMKM yang merupakan segmentasi

utama BPR maupun sektor konsumtif seperti kredit konsumsi.

2. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di

Provinsi Lampung dan sesuai dengan teori serta hipotesis yang diajukan.

Semakin tinggi LDR maka semakin tinggi penyaluran kredit yang

104

dilakukan pihak bank namun kemampuan likuiditas bank menurun

sebaliknya ketika LDR rendah maka kemampuan bank untuk menyalurkan

kredit juga rendah, jadi tingkat LDR berpengaruh dalam kemampuan bank

menyalurkan kredit dan memenuhi kewajiban jangka pendeknya

(likuiditas).

3. Variabel Return On Asset (ROA), berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di

Provinsi Lampung. Hal ini sesuai dengan teori serta hipotesis yang

diajukan. Semakin suatu bank memaksimalkan kinerjanya dalam

pengelolaan asset maka akan semakin besar pula laba yang diperoleh

sehingga dapat berdampak pula terhadap naiknya pertumbuhan penyaluran

kredit. Jadi semakin tinggi tingkat ROA perbankan maka akan

mempengaruhi pertumbuhan penyaluran kredit yang dilakukan BPR.

4. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan

berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) di Provinsi Lampung. Semakin tinggi CAR maka semakin

besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk

mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit.

Dengan kata lain besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri

perbankan dalam menyalurkan kredit. Jadi semakin baik posisi modal

suatu bank maka semakin baik pula bank dalam menyalurkan kredit.

105

5. Variabel BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran

kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Lampung.

Kenaikan BI Rate akan mengakibatkan kenaikan suku bunga perbankan.

Bank bisa menaikkan suku bunga simpanan dan pinjaman. Kenaikan suku

bunga simpanan akan mendorong masyarakat menunda kegiatan konsumsi

dan memilih menyimpan dana di bank. Kenaikan suku bunga simpanan

akan meningkatkan biaya dana bank. Dan ketika suku bunga pinjaman

meningkat, tentu masyarakat tidak mau melakukan peminjaman dan

menyebabkan bank tersendat dalam menyalurkan dananya (kredit). Jadi

perubahan BI rate akan menyebabkan perubahan suku bunga kredit Bank

Perkreditan Rakyat yang kemudian mempengaruhi penyaluran kredit

6. Berdasarkan hasil penelitian variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan to

Deposit Ratio (LDR), Return On Asset (ROA),Capital Adequacy Ratio

(CAR) dan BI Rate secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi

Lampung.

106

B. Saran

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, maka saran yang dapat diberikan

adalah:

1. Berdasarkan hasil penelitian, variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan to

Deposit Ratio (LDR), Return On Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio

(CAR) dan BI Rate berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran kredit

oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Lampung, sehingga

variabel-variabel tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau

indikator untuk menentukan besar kecilnya pertumbuhan penyaluran

kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Lampung dan

sebagai acuan Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Lampung untuk

mengatur strateginya dalam mendorong dan memacu pertumbuhan

penyaluran kredit khususnya kredit UMKM yang merupakan segmentasi

utama BPR dengan menggunakan proksi variabel tersebut diharapkan

kredit UMKM BPR dapat berkembang dan dapat bersaing dengan

ekspansi Bank Umum di sektor produktif khususnya kredit UMKM.

2. Bagi pihak perbankan khususnya Bank Perkreditan Rakyat harus inovatif

dalam strategi produk maupun strategi pemasaran terutama dalam sektor

UMKM yang merupakan produk utamanya serta dalam penghimpunan

dana, menjaga keseimbangan LDR, serta pengembangan sumber daya

manusia dalam rangka penguatan pengelolaan dari perusahaan,

Selanjutnya, efisiensi dalam pengelolaan usaha seperti kecukupan modal,

tingkat laba juga harus dilakukan. Guna bersaing dengan lembaga

107

keuangan non BPR ataupun bank umum dalam sektor kredit predouktif

(UMKM) yang merupakan produk unggul BPR karena penyaluran kredit

BPR di Provinsi Lampung masih didominasi nasabah konsumtif (kredit

konsumsi) dengan adanya inovasi, pengembangan strategi promosi dan

kebijakan yang sesuai dengan BPR diharapkan dapat meningkatkan

pangsa kredit modal kerja, kredit investasi yang merupakan sektor

produktif yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Provinsi

Lampung.

Dan juga diperlukan sinergi dan regulasi atau kebijakan yang sesuai

antara BPR, Bank umum dan Bank sentral dalam alokasi kredit bagi

UMKM, apakah bersifat substitusi (saling menggantikan) atau komplemen

(saling melengkapi atau mendukung) agar tidak terjadi persaingan yang

tidak sehat akibat kurangnya sinergi dan regulasi yang tidak jelas atau

tumpang tindih yang dapat merugikan salah satu pihak tersebut.

3. Permasalahan suku bunga menjadi salah satu kendala BPR kurang

maksimal dalam meyalurkan kredit sektor produktif, hal ini terjadi karena

beberapa regulasi bank sentral yang memicu persaingan tidak sehat antara

BPR dengan Bank umum yang mulai gencar ekspansi ke pangsa pasar

kredit sektor produktif dalam hal ini kredit UMKM. biasanya suku bunga

kredit bank umum lebih rendah daripada BPR. akibatnya membuat Bank

Perkreditan Rakyat kalah bersaing dalam sektor kredit UMKM, sektor

108

usaha ini menjadi sulit berkembang, bahkan sulit bersaing menghadapi

pasar.

Oleh karena itu diperlukan suatu strategi BPR untuk mengatasi masalah

tersebut seperti BPR dan Bank Indonesia bersama pemerintah perlu

memikirkan adanya subsidi bunga khususnya bunga kredit UMKM BPR

di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi saat ini dan persaingan

dengan bank umum yang berat sebelah. Pasalnya, dengan suku bunga

khusus misalnya tidak lebih dari 15% per tahun, akan mendorong dan

memacu pertumbuhan kredit UMKM Bank Perkreditan Rakyat yang

merupakan segmentasi utamanya serta dapat bersaing dan mengimbangi

ekspansi bank umum dan menjadi pilar pendukung ekonomi nasional

khususnya daerah. Dan BPR juga perlu melakukan upaya peningkatan

distribusi jaringan dalam rangka penguatan infrastuktur industri,

disamping itu agar lembaga pembiayaan sektor UMKM BPR menjadi

lebih kuat dan maju jaringan antara lembaga keuangan mikro dan Bank

Perkreditan Rakyat harus terus dikembangkan agar bersinergi dengan baik,

sehingga diharapkan lebih tingginya suku bunga kredit BPR tidak

mempengaruhi penyaluran kredit BPR khususnya sektor UMKM.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan variabel

variabel lain diluar variabel ini agar memperoleh hasil yang lebih

bervariatif yang dapat menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat

berpengaruh terhadap penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

109

di Provinsi Lampung dan dapat juga memperpanjang periode observasi

untuk memperluas cakupan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, T, dan W.K. Kusumo. 2003. Analisis Rasio-Rasio Keuangan sebagai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan Indonesia. Media Ekonomi dan Bisnis Vol XV. No.1. Almilia, Luciana Spica, dan Winny Herdiningtyas. 2005. Analisa Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 7 Nomor 2, STIE Perbanas, Surabaya. Arisandi, Desi. 2008. Analisis Faktor Penawaran Kredit pada Bank Umum di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Perbankan Universitas Gunadarma. Bernanke dan Blinder. 1988. Credit, Money, and Aggregate Demand. The American Economic Review, Vol. 78, No. 2, Papers and Proceedings of the One-Hundredth Annual Meeting of the American Economic Association. Bhuono, Agung Nugroho. 2005.Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta. Cahyaning P, Wanda Annisa. 2015. Analisis Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Penyaluran Kredit Perbankan Indonesia (studi kasus Bank Umum). Jurnal Ekonomi Universitas Brawijaya. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta Dendawijaya, Lukman.2009. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua, Jakarta Dita Fitria Aprianti, Heni Kusdarwati, Eni Sumarminingsih.(____). Penggunaan Error Correction Model Engle-Granger dan Domowitz El-Badawi Pada Data Analisis Deret Waktu Non Stationer(Migas, PDB, Ori, Ihsg). Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya. Enders, W. 1995. Applied Econometric Time Series. John Wiley and Sons: New York. Engle, R. F. and Granger, C.W.J. 1987. Cointegration and Error Correction Representation, Estimation and Testing. Econometrica, 55, 251-276

Gede Agus Dian Maha Yoga dan Ni Nyoman Yuliarmi. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit BPR di Provinsi Bali, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Indonesia. Gujarati, Damodar N. 2006. Basic Econometrics. Fourth Edition.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hakim, Rahman. 2006. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode EVA, ROA dan Pengaruhnya terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ45 di Bursa Efek Jakarta, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Harmanta M.E dan Mahyus Ekananda. 2005. Disintermediasi Fungsi Perbankan

di Indonesia Pasca Krisis 1997: Faktor Permintaan dan Penawaran Kredit. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Jakarta.

Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. PT Elex Media Komputindo. Husnan,Suad.1998. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan Buku II, Edisi 4, BPFE Yogyakarta. Insukindro.1997. Ekonomi Uang dan Bank:Teori dan Pengalaman di Indonesia. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Joseph E. Stiglitz dan Andrew Weiss. 1981. Credit Rationing in Markets with Imperfect Information, The American Economic ReviewVol. 71, No. 3.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung Berbagai Edisi. Bank Indonesia.

Kasmir. 2004. Bank Dan Lembaga Keuangan lainnya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. . 2011. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

. 2011. Manajemen Perbankan. Rajawali Pers, Jakarta.

Kholisudin, Akhmad. 2012. Determinan Permintaan Kredi di Jawa Tengah 2006-2010. Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Latumaerissa, Julius R. 1999. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum, Bumi Aksara, Jakarta. Makridakis. 1999. Metode dan aplikasi peramalan. Edisi 2. Jakarta : Binarupa Aksara. Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja. 2004. Uang,Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.

Melitz dan Pardue. 1973. The Demand and Supply of Commercial Bank Loans. Econpapers.

Mudrajad, Kuncoro dan Suhardjono. 2011. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Normala Sari,Greydi.2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit di Bank Umum Indonesia (periode 2008.1-2012.2) Jurnal Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Manado.

Nopirin. 1990. Ekonomi Moneter, BPFE Yogyakarta. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Pasal 1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1. Pratama, Billy Arma. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia Periode 2005-2009), Semarang. Retnadi, Djoko. 2006. Perilaku Penyaluran Kredit Perbankan. Jurnal Kajian Ekonomi. Roring, Gaby D.J. 2013. Analisis Determinan Penyaluran Kredit Oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Kota Manado. Jurnal EMBA. Satria, Dias dan Rangga Bagus Subegti. 2010. Determinasi Penyaluran Kredit Bank Umum di Indonesia Periode 2006-2009. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.14, No.3 September 2010. Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Jakarta. PT Budi Aksara Statistik Perbankan Indonesia. Bank Indonesia. http://www.bi.go.id. Statistik BPR Konvensial. Bank Indonesia. http://www.bi.go.id. Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Penerbit Raja Grafindo, Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT. Salemba Empat,

Jakarta.

Suseno dan Piter Abdulah. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia Seri Kebanksentralan No.7 Bank Indonesia, Jakarta. Lex Administratum, Vol.1/No.1/Jan-Mrt/2013. Taswan. 2010. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Yogyakarta. Trimulayanti, Iseh. 2012. Analisis Faktor-Faktor Internal Terhadap Pertumbuhan Penyaluran Kredit (Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat Kota Semarang Periode 2009-2012), Fakultas Ekonomi, Universitas Dian Nuswantoro, Indonesia. Tomak, Serpil. 2013. Determinants of Commercial Banks Lending Behavior Evidence From Turkey. Asian Journal of Empirical Research, Vol.3, (No.8) : 933-943.

TribunBisnis. 2013. http://www.tribunnews.com. Diakses Desember 2015.

Undang-Undang Repubik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Warjiyo, Perry.2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Indonesia, Seri Kebanksentralan, Jakarta. Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Ekonisia FE UII. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi Keempat. Wibowo. 2009. Manajemen Kinerja, Penerbit PT. Raja Grafindo, Jakarta.