laporan praktikum pengenalan biologi dasar serangga · 2017. 11. 11. · dari agustus sampai musim...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN BIOLOGI DASAR SERANGGA
Oleh:
Golongan D/Kelompok 3 A
1. Ferdianan Erdhin Samsudin 161510501096
2. Risa Novita Sari 161510501099
3. Farhana 161510501047
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian di Indonesia seringkali dihadapkan dengan suatu permasalahan
pada aspek agronomis yaitu serangan dari organisme pengganggu tanaman.
Seringkali hasil panen dari produksi pertanian menurun akibat dari serangan
organisme pengganggu tanaman yang sangat merugikan, organisme pengganggu
tanaman yang menyerang adalah golongan serangga dan hewan vertebrata.
Serangga adalah kelompok hewan yang merupakan hama berbahaya serta
dapat merugikan bagi tanaman. Penyebab hama pada tanaman sebagian besarnya
di sebabkan oleh serangga, namun serangga juga dapat berguna bagi tanaman
yakni serangga dapat menjadi penyerbuk (pollinator) dan sebagai musuh alami
atau predator bagi serangga lain. Jumlah serangga di dunia sangatlah besar dan
terdiri dari banyak ordo pula.
Wilayah Indonesia merupakan wilayah tropika yang dapat menunjang laju
pertubuhan serangga sangat cepat. Serangga merupakan hewan yang masuk dalam
filum Arthropoda yang mempunyai 3 bagian tubuh mulai dari kepala, thorax/dada
dan abdomen. Serangga adalah hewan yang berukuran kecil, namun memiliki
keunggulan dapat melakukan evolusi sayap serta memiliki bagian mulut yang
beragam. Mulut serangga dapat mengunyah, menggigit, menusuk dan menghisap.
Selain itu, serangga juga melakukan perkembangbiakan untuk meneruskan
jenisnya seperti yang dilakukan makhluk hidup lainnya. Proses awal
perkembangbiakan serangga diawali dengan telur yang kemudian tumbuh dan
berkembang menjadi serangga dewasa. Proses pertumbuhan dan perkembangan
serangga yang dicirikan dengan prubahan bentuk dan struktur tersebut biasa
disebut dengan metamorfosis. Metamorfosis itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu
metamorfosis sempurna dan tidak sempurna.
Keberagaman macam serangga mulai dari morfologi, fungsi-fungsi setiap
bagian tubuh serangga, metamorfosis atau tipe larva dan pupa, dan lain
sebagainya. Maka dari itu amatlah penting untuk mempelajari pengenalan biologi
2
dasar OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) khususnya serangga agar
mahasiswa dapat mengerti, mengetahui, serta dapat membedakan jenis-jenis
serangga berdasarak struktur morfologi entemologi tubuh serangga.
1.2 Tujuan
1. Memahami dan mengenal struktur dasar tubuh serangga.
2. Memahami metamorfosis.
3. Memahami tipe larva dan tipe pupa.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Serangga merupakan kelompok makhluk hidup yang memiliki jumlah
spesies terbanyak, beberapa anggota dari serangga memiliki peranan positif
maupun negatif di bidang pertanian dan kehidupan (Araz dan Nasamsir,2016).
Seranngga ini yang banyak merugikan para petani, karena kehadiran serangga-
serangga yang merupakan herbivora atau jenis lainya dalam lingkungan
pertanaman secara berlebihan dapat mengahambat pertumbuhan tanaman yang di
budidayakan oleh para petani.
Peranan serangga dalam bidang pertanian sangat beragam, ada yang
bertindak sebagai predator, ada yang bertindak sebagai herbivora dan lain lain.
Untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan serangga, petani biasanya
menggunakan musuh alami. Untuk mengukur keanekaragaman jenis-jenis musuh
alami (parasitoid dan predator) digunakan formula indeks keragaman Shannon-
Wraver dan kemudian dilanjutkan dengan menentukan nilai tingkat kerataan
kelimpahan spesies (Mareyke et al.,2012).
Klasifikasi adalah road map yang sistematik untuk megidentifikasi
organisme tertentu ( Hari dan Nanang, 2007). Klasifikasi serangga terdapat
beberapa macam salah satunya sayap. Serangga memeliki jenis sayap yang
berbeda ada yang bersayap dan ada juga yang tidak bersayap. Serangga yang
memliki sayap termasuk ke dalam insekta pterygota dan yang tidak memeliki
sayap termasuk ke dalam insekta abterygota. Insekta yang tidak memiliki sayap
biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil dari bisanya dan mempunyai beberapa
ordo yang sama.
Serangga herbivora merupakan salah satu kelompok serangga pemakan
tumbuhan yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga dapat
menurunkan produktivitas tanaman yang dihasilkan pada suatu area (Paramitha et
al.,2017). Munculnya serangga herbivora perlu diwaspadai para petani, karena
dampaknya sangat fatal dalam hal pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
dibudidayakan oleh para petani. Petani sekarang mulai berbondong-bondong
4
bagaimana membasmi serangga herbivor yang semakin membludak. Teknologi
yang sekarang lebih maju memudahkan untuk para petani bagaimana membasmi
serangga herbivor yang sekarang merajalela. Terutama para petani yang mananam
tanaman pangan dan sayuran.
Serangga yang di katakan pada tulisan di atas merupakan serangga yang
berjenis belalang. Spesies lain dari belalang tetap berada di zona luar karena
mereka tidak dapat memakan tanaman halofilik. Kelimpahan terbesar belalang
dari Agustus sampai musim dingin tercatat di zona dalam dan pada musim semi
dan awal musim panas di zona luar ( Sarah et al.,2016). Banyaknya belalang juga
bergantung pada musim yang ada pada daerah tersebut.
Metamorfosis serangga sangat beragam, ada yang bermetamorfosis
ametabola,hemimetabola, dan holometabola. Metamorfosis ametabola berciri
serangga pradewasa memiliki bentuk tubuh yang sama persis dengan serangga
dewasanya,hanya ada pertambahan volume. Metamorfosis hemimetabola berciri
serangga pradewasa mengalami perubahan yang sangat signifikan mulai dari
struktur dan kematangan kelamin. Hama itu kosmopolitan dan menunjukkan
metamorfosis holometabolisme saat melewati semua tahap pengembangan seperti
telur, larva, pupa dan dewasa yang memakan waktu 10 sampai 14 hari untuk
penyelesaiannya (waheed et al.,2014).
Metamorfosis holometabola yaitu suatu metamorfosis yang sempurna
karena dimana melalui semua proses metamorfosis atau bisa juga disebut dengan
metamorfosis sempurna. Kelompok holometabolous memiliki tahapan larva dan
pupal yang berbeda dan mengalami beberapa transformasi yang paling kompleks
terlihat di kerajaan binatang ( Pranavi et al.,2016). Kelompok ini juga memiliki
tulang belakang, meskipun tidak semuanya kelompok ini memiliki tulang
belakang.
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Bioekologi OPT dengan judul “Pengenalan Biologi Dasar OPT
(Serangga)” dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 Oktober 2017 pukul 08.50 –
selesai WIB di Laboratorium Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Pinset
2. Loup
3. Mikroskop tereo
4. Kuas
5. Cawan Petri plastik
3.2.2 Bahan
1. Belalang kayu
2. Anjing tanah
3. Larva kupu kupu
4. Larva lalat
5. Larva kumbang
6. Pupa kupu kupu
7. Pupa lalat
8. Pupa kumbang
3.3 Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Struktur Tubuh Serangga
1. Mengamati belalang untuk memahami tubuh serangga, memfoto dari samping
(lateral) menggunakan kamera mobilephone (ada tanda macro), kemudian
6
mengamati segmentasi tubuh belalang dengan seksama (kepala, thorak,
abdomen).
2. Mengamati alat tambahan (appendages) pada masing-masing segmen/ruas
tubuh.
3. Mengamati tipe alat mulut pada msing-masing serangga (belalang, kupu kupu,
kepik) uang dibawa dengan memisahkan kepala dari tubuh serangga, kemudian
memisahkan bagian-bagian alat mulut tersebut dan memfoto secara close up
dan mempelajari perbedaan masing-masing alat mulut serangga.
4. Mengamati tipe antena pada masing-masing serangga (kumbang, lalat, kupu
kupu, belalang) yang dibawa dengan mengambil menggunakan pinset antena
pada masing-masing serangga kemudian memfoto secara close up dan
mengamati serta mempelajari perbedaan masing-masing tipe antena serangga
dan mendefinisikan tipe antenanya.
3.3.2 Metamorfosis Serangga
1. Mengamati tipe metamorfosis pada serangga yang dikoreksi (kupu
kupu/kumbang, kepik) dengan memfoto dan mempelajari perbedaannya.
2. Mengamati tipe larva (ulat, uret, set) dan mengamati dengan teliti
perbedaannya dengan melihat bentuk tubuh, krpala, tungkai thorakal, tungkai
abdomenal.
3. Mengamati tipe pupa (kupu kupu, pupa lalat rumah, pupa kumbang) dan
mempelajari apakah alat tambahan (appendages) melekat atau tidak pada pupa.
1.4 Variabel Pengamatan
1. Morfologi tubuh serangga
Tubuh serangga bagian luar diamati menggunakan kaca pembesar (loop) atau
dengan mikroskop untuk mengetahui bagian-bagian tubuh serangga.
2. Tipe larva
Penentuan tipe larva yaitu dengan mengamati bentuk tubuh larva, jumlah kaki
thorakal, dan jumlah kaki abdominal.
3. Tipe pupa
7
Penentuan tipe pupa yaitu dengan mengamati appendages pada pupa dan ada
tidaknya kokon pada pupa.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selanjutnya akan dianalisis
dengan menggunakan analisis deskripif.
8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Kelompok
No. Gambar Keterangan
1. Gambar serangga utuh “Belalang”
Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Orthropoda
Subrordo: Caelifera
Famili: Acrididae
Genus: Valanga
Spesies: Valanga nigricornis
Metamorfosis
Metamorfosis belalang mengikuti
utan tahapan mulai dari fase telur,
nimfa, dan fase belalang dewasa.
Tipe metamorfosis yaitu
hemimetabola.
Kepala (mata, antenna, mulut) Mata : compound eyes yakni
menyebar/menyamping dan
terdapat 3 oceli
Antenna : seperti benang atau
berbetuk filiform
9
Mulut : tipe penggigit dan
pengunyah (mandibulata),
memiliki labrum, mandibel,
sepasang maksila, labium.
Thorak (Tungkai dan sayap)
Tungkai :
- Kaki depan normal, tanpa ada
modifikasi untuk berjalan
- Kaki belakang berukuran
besar untuk melompat
(saltotorial).
Tersus : 3
Claw : seperti kail
Sayap: memiliki 2 pasang
sayang
Abdomen
Terdapat ovipositor yang
berbentuk lancip, abdomen
belalang berisi organ reproduksi,
dan sebagian besar terdapat sistem
percernaan.
2. Gambar serangga uuh “ Lebah” Klasifikasi:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo: hymenoptera
10
famili:Apidae
Genus: Apis Linnaeus
Spesies: Apis andreniformis
Metamorfosis:
Orong-orong memiliki meamorfsis
tidak lengkap (paurometabolous)
dengan tahapan mulai dari fase
telur, nimfa, dan fase orong-orong
dewasa.
Kepala (mata, antenna, mulut)
Mata : memiliki mata
majemuk
Memiliki tipe antenna
genrculate
Alat mulut: penggigit
penghisap
Thorak (sayap dan tungkai)
Sayap : selaput tipis
(hymenoptera) holometabola
Kaki belakang: 3 pasang kaki
Abdomen (ovipositor) Kelamin: betina
Cerci: 1
Spirakel: 7 pasang
11
4.1.2 Data Golomgan
No. Kelompok GAMBAR KETERANGAN
1.
3
Larva kupu-kupu (ulat)
Tubuh silindrik
Tungkai thorakal pendek
Tungkai abdominal
Termasuk kedalam tipe pupa
Eruciform
Metamorfosis: telur-larva-
kepongpong-dewasa
(holometabola)
Ordo: Lepidoptera
5
Larva kupu-kupu(ulat)
Tubuh silindrik
Tungkai thorakal/kaki yang
pendek
Kaki semu atau tungkai
abdominal
Termasuk kedalam tipe larva
Eruciform
12
Ordo: Lepidoptera
2. 1 Larva lalat (Set)
Larva sel tidak punya kaki
Bentuk tubuh larva bulat
memajang
Termasuk kedalam tipe
Veriform
Ordo: Diptera
6 Larva lalat (Set)
Tidak mempunyai tungkai
Bentuk tubuh larva panjang
(elongate)
Termasuk kedalam tipe
Veriform
Ordo: Diptera
3 2 Larva Kumbang Sepanjang tubuhnya
terdapat spiratel serta
terdapat bulu/rambut halus
Bentuk tubuh menyerupai
C
Termasuk kedalam tipe
Scarabeiform
13
Ordo: Coleoptera
4 Larva Kumbang
Tubuhnya membentuk
huruf C
Memiliki 3 pasang kaki
Thorakalnya pendek
Tubuhnya panjang dan
beruas
Memiliki rambut kecil tipis
dibagian seluruh badan
Termasuk kedalam tipe
Scarabeiform
Ordo: Coleoptera
4 2 Pupa Lalat
Kulit larvanya instar
terakhirnya mengeras
membentuk puparium atau
kokon
Termasuk kedalam tipe
Koartata
Ordo: Diptera
6 Pupa Lalat Bentuk tubuh lonjong
Mempunyai sepasang
antenna di kanan kiri
14
Kulit luarnya terbungkus
keras
Termasuk kedalam tipe
Koartata
Ordo: Diptera
5 1 Pupa Kupu-Kupu
Memiliki antenna dan
sayap
Antenna, sayap, tungkai
melekat pada tubuh
Termasuk tipe Obtect
Ordo: Lepidoptera
5 Pupa Kupu-Kupu
Antenna, sayap, tungkai
melekat pada pupa
Termasuk kedalam tipe
Obtect
Ordo: Lepidoptera
6 3 Pupa Kumbang Larva instar mengeras
membentuk puparium
Termasuk kedalam tipe
Koartata
Ordo: Coleoptera
15
4 Pupa Kumbang
Membentuk puparium
Ukuran tubuh kecil
Larva instar mengeras
Termasuk kedalam tipe
Koartata
Ordo: Coleoptera
4.2 Pembahasan
Dari data tersebut terdapat beberapa serangga seperti belalang dan lebah
serta dari golongan larva ulat, larva kupu-kupu, pupa ulat, pupa kumbang yang
dapat dibedakan dari ciri fisik, alat mulut, jumlah sayap, kaki dan metamorfosis
dari beberapa serangga tersebut. Ovipositor yang dimiliki belalang kayu lebih
pendek dibandingkan ovipositor anjing tanah. Kaki belakang belalang membesar
pada bagian otot-otot femur yang memberikan energi belalng untuk melompat
(Putra, 1994). Golongan serangga seperti belalang dan lebah termasuk pada
fhylum Arthropoda yang memiliki alat mulut menggigit menghisap. Selain itu
fhylum Arthopoda juga disebut sebagai serangga berbuku-buku atau beruas-ruas
terutama pada bagian abdomen seperti abdomen pada belalang dan lebah.
Tipe larva pada larva kupu-kupu dari data kelompok dan golongan tidak
jauh berbeda dimana masih dalam satu ordo yaitu lepidoptera hanya saja pada
kelompok 5 terdapat tungkai semu pada bagian abdomennya. Ordo lepidoptera
16
kebanyakan yang menjadi hama adalah dari golongan larva (ulat) sedangkan pada
serangga dewasa bertindak sebagai predator.
Fase metamorphosis pada serangga yang diamati termasuk dalam tipe
holometabola. Metamorphosis tipe ini mengalami fase pupa. Fase pupa dialami
oleh ulat kupu-kupu yang fase pupanya terasuk tipe obtect, karena seluruh
appendages melekat pada tubuh serangga dan tidak diseliputi puparium. Lalat dan
kumbang memiliki metamorphosis yang sama , yaitu holometabola, tetapi pada
fase pupa, tubuh serangga dilapisi puparium dan termasuk tipe koartata.
Tipe pupa pada kumbang pada data kelompok 3 dan kelompok 4 sama-
sama dari golongan Coleoptera yang kulit instar luarnya mengeras (koartata).
Kulit instar ini mengeras atau menebal salah satu tujuannya adalah untuk
melindung sepasang sayap depan dan belakang. Alat mulut pada serangga ini
adalah menggigit mengunyah dan memiliki metamorfosis sempurna
(holometabola) yaitu mulai dari telur-larva-pupa-dewasa (imago).
17
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Serangga memiliki bentuk dan bagian-bagian tubuh yang berbeda.
Golongan serangga seperti belalang dan lebah termasuk pada fhylum Arthropoda
yang memiliki alat mulut menggigit menghisap. Alat mulut pada serangga ini
adalah menggigit mengunyah dan memiliki metamorfosis sempurna
(holometabola) yaitu mulai dari telur-larva-pupa-dewasa (imago). Tipe larva pada
beberapa jenis serangga memiliki tipe yang berbeda dilihat dari bentuk larva, kaki
thorakal dan kaki abdominal.
5.2 Saran
Peralatan yang digunakan pada praktikum acara pengenalan biologi dasar
serangga kekurangan, seperti pinset dan loup. Sehingga para praktikan harus
bergantian pada saat akan melakukan pengamatan bagian tubuh serangga.
18
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal, W., M. F. Malik, M. K. Sarwar, I. Azam, N. Iram, A. Rashda. 2014. Role of
Housefly (Musca domestica, Diptera: Muscidae) as a Disease Vector; a
Review. Entomology and Zoology Studies, 2(2) : 159-163.
Mahloul, S., A. Harrat, D. Petit. 2016. Diversity of Grasshoppers (Caelifera)
Recorded on The Banks of a Ramsar Listed Temporary Salt Lake in
Algeria. Eur. J. Entomol, 113(1) : 158-172.
Meilin, A., dan Nasamsir. 2016. Serangga dan Perannya dalam Bidang Pertanian
dan Kehidupan. Media Pertanian, 1(1) : 18-28.
Moningka, M., D. Tarore, J. Krisen. 2012. Keragaman Jenis Musuh Alami pada
Serangga Hama Padi Sawah Di Kabupaten Minahasa Selatan. Eugeula,
18(2) :
Purnomo, H., dan N. T. Haryadi. 2007. Entomology.
Putra, N.S. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta: Kanisius.
Sari, P., Syahribulan, S. Sjam, S. Santosa. 2017. Analisis Keragaman Jenis
Serangga Herbivora Di Areal Persawahan Kelurahan Tamalanrea Kota
Makassar. Bioma, 2(1) : 35-45.
Sreeramoju, P., M. S. K. Prasad, V. Lakshmipathi. 2016. Complete Study of Life
Cycle of Tribolium Castaneum and Its Weight Variations In The
Developing Stages. Internasional Journal of Plant, Animal and
Enviromental Sciences, 6(2) :
19
LAMPIRAN
FLOWCHART
20
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI
21
LITELATUR
Meilin, A., dan Nasamsir. 2016. Serangga dan Perannya dalam Bidang Pertanian
dan Kehidupan. Media Pertanian, 1(1) : 18-28.
22
Sari, P., Syahribulan, S. Sjam, S. Santosa. 2017. Analisis Keragaman Jenis
Serangga Herbivora Di Areal Persawahan Kelurahan Tamalanrea Kota Makassar.
Bioma, 2(1) : 35-45.
23
Moningka, M., D. Tarore, J. Krisen. 2012. Keragaman Jenis Musuh Alami pada
Serangga Hama Padi Sawah Di Kabupaten Minahasa Selatan. Eugeula,
18(2) :
24
Iqbal, W., M. F. Malik, M. K. Sarwar, I. Azam, N. Iram, A. Rashda. 2014. Role of
Housefly (Musca domestica, Diptera: Muscidae) as a Disease Vector; a
Review. Entomology and Zoology Studies, 2(2) : 159-163.
25
Sreeramoju, P., M. S. K. Prasad, V. Lakshmipathi. 2016. Complete Study of Life
Cycle of Tribolium Castaneum and Its Weight Variations In The
Developing Stages. Internasional Journal of Plant, Animal and
Enviromental Sciences, 6(2) :
26
Mahloul, S., A. Harrat, D. Petit. 2016. Diversity of Grasshoppers (Caelifera)
Recorded on The Banks of a Ramsar Listed Temporary Salt Lake in
Algeria. Eur. J. Entomol, 113(1) : 158-172.
27
Purnomo, H., dan N. T. Haryadi. 2007. Entomology.
28
Putra, N.S. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta: Kanisius.
29