laporan praktikum bubut
DESCRIPTION
lathe processTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PM-01
PROSES BUBUT
Oleh :
Kelompok : 09
Anggota :
1. Sarita Larasati (13111043)
2. Benny Jhonson (13111046)
3. Perstson S. (13111048)
4. Muhammad Akbar P. (13111049)
5. Brilliant D. (131111050)
6. Fauzi Achmad (13111051)
Tanggal Praktikum : 12 November 2013
Nama Asisten : Gerry Hamoraon (131101)
LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Mengetahui konstruksi dan cara kerja mesin bubut.Mengetahui bagian-bagian
dari mesin bubut dan kegunaannya.
Mengetahui proses yang bisa dikerjakan dengan mesin bubut dan cara
pengerjaan proses tersebut dengan mesin bubut.
Mengetahui parameter proses pada mesin bubut dan cara menentukan
parameter tersebut serta pengaruh masing-masing parameter terhadap pahat
dan benda kerja.
Memahami gerak relatif antara pahat dan benda kerja dan terbentuknya geram
Mampu memilih jenis pahat yang digunakan untuk membuat produk dengan
proses tertentu.
BAB II
TEORI DASAR
Bubut adalah proses permesinan dimana sebuah pahat bermata satu memindahkan
material dari permukaan benda kerja berbentuk silinder yang berputar.Titik pahat
tersebut bergerak linear sejajar dengan permukaan benda kerja. Proses bubut ini
menggunakan mesin yang disebut lathe. Mesin ini mampu menyediakan tenaga
untuk memutar benda kerja dan melakukan gerak makan dengan mata pahat yang
sudah kita atur kedalaman memahatnya.Prinsip kerja dari mesin bubut yaitu
dengan menggunakan pahat akan membentuk benda kerja yang diputar dengan
kecepatan tertentu.
Bagian-bagian utama dalam mesin bubut antara lain
1. Kepala diam (headstock), bagian ini dapat memutar benda kerja sesuai dengan
porosnya. Bagian-bagian dari head stock yaitu spindle, pencekam untuk
menguatkan posisi benda kerja, transmisi gigi mengatur kecepatan putar benda
kerja.
2. Alas (bed) yang menunjang pergeseran yang terjadi di carriage,
3. Kepala gerak (tail stock) dapat menumpu benda kerja yang berputar saat
melakukan bubut between center. Dapat juga memegang dan memberikan
gerak makan pada pahat.
4. Peluncur silang (cross slide) berfungsi saat mesin membubut muka (facing).
Melekat pada carriage dan dapat mengatur kedalaman potong.
5. Dudukan pahat (tool post) tempat pahat potong dipasang
6. Penumpu dudukan pahat (compound rest) dapat melakukan gerak translasi
bersama peluncur silang kereta.
7. Batang penggerak (fed rod) memfasilitasi gerakan carriage dan cross slide.
8. Blir penggerak (lead screw) digunakan saat pembuatan ulir.
9. Spindle mempunyai check jaw yang mencengkram benda kerja agar posisi
stabil, berbentuk silinder.
10. Rel sebagai tempat carriage dan toolpost bergerak.
Gerak relatif pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua
macam komponen gerakan :
Gerak potong (cutting movement) adalah gerak dari benda yang menyebabkan
benda lain atau benda itu sendiri menjadi terpotong. Pada gambar di atas dapat
diketahui bahwa gerak potong mengarah sejajar sumbu y.
Gerak makan feeding movement) adalah gerak memperluas bidang potong.
Pahat pada gambar melakukan gerakan translasi pada arah x.
Proses yang bisa dilakukan dengan mesin bubut :
Facing = menghaluskan permukaan
Taper turning = membentuk kerucut
Contour turning = membuat bentuk kontur
Form turning = membentuk benda sesuai dengan bentuk pahat
Chamfering = membuat chamfer
Cutoff = memotong
Threading = membuat alur
Boring = membesarkan diameter lubang
Drilling = melubangi
Knurling = membuat goresan berpola kotak-kotak
Metode pemegangan benda pada mesin bubut :
Dog plate
jaws chuck = chuck dengan 3 jaws
Collet = menggunakan pipa silinder yang terdapat potongan longitudinal dan
terdapat jarak antara potongan tersebut.
Face plate = menggunakan plat khusus untuk memegang benda dengan
geometri tertentu
Parameter pada mesin bubut :
Cut rate (kecepatan potong) vc=
π . d . N1000
Feed rate (kecepatan makan) v f= f . N
Depth of cut (kedalaman potong) d=
(d0+dm)2
−d0
Cutting time (waktu pemotongan) t c=
lt
v f
Metal removal rate Z=f . A . vc
Dengan :
d0 : diameter awal (mm)
dm : diameter akhir (mm)
d : kedalaman potong (mm)
vc : kecepatan potong
vf : kecepatan makan (mm/min)
f : kecepatan pahat (mm/rev)
tc : waktu pemotongan (menit)
lt : panjang pemotongan (mm)
A : luas penampang geram sebelum terpotong (mm2)
N : kecepatan putar spindle (RPM)
Z : kecepatan pembentukan geram (mm3/min)
Tipe-tipe pahat :
Tipe AL dan AR untuk untuk proses boring, chamfering dan bubut yang
memungkinkan sudut 900
Tipe BL dan BR untuk turning, boring dan chamfering, cocok untuk
roughing. Mempunyai lead angle
150
Tipe C mempunyai ujung yang berbentuk kotak, untuk penggunaan umu
pada turning, boring dan chamfering
Tipe D mempunyai sudut 800 dan mempunyai angle tool untuk
undercutting O.D/I.D chamfering
Tipe E merupakan pahat standar dengan sudut 600 yang bisa digunakan
untuk V-grooving, chamfering, boring, turning, facing
Tipe EL dan ER mempunnyai sudut 600 untuk offset bagian yang sulit
dicapai. Bisa juga untuk V-
grooving
Tipe FL dan FR umumnya digunakan pada msin lathe turret untuk straddle
facing, tetapi dapat juga digunakan
untuk lathe konvensional
Tipe GL dan GR untuk facing
yang dekat dengan chuck jaws
Tipe CTL dan CTR untuk cut-off untuk diameter kecil atau untuk groving
Tipe TSA untuk boring dengan sudut boring bar 900
Tipe TSC untuk boring dengan sudut boring bar 300
Tipe TSE untuk boring dengan sudut boring 450
BAB III
DATA PENGAMATAN
3.1 Data Pengamatan
Jenis mesin : Bubut
Merek mesin : Harrison M
300
Daya (kW) : : 2,6 kW
Tegangan : 220 V
Buatan Negara : United
Kingdom
Spesifikasi
Benda Kerja
Diameter awal (d0) : 22,3mm
Diamater akhir = diameter mayor (dm) : 10mm
Panjang Pemotongan (lt) : 80mm
Pitch : 1,5mm
Champfer : 600
BAB IV
ANALISIS
Sarita Larasati (13111043)
Pada praktikum ini kami melakukan proses bubut yang merupakan salah satu dari proses
pemesinan yang pada prinsipnya benda kerja diputar pada spindel. Kali ini kami akan
membubut benda kerja yang berbentuk silinder. Yang perlu diperhatikan dari
pembubutan ini beberapa di antaranya adalah kecepatan putar spindel, gerak makan dan
kedalaman potong. Kecepatan putar spindel dan gerak makan pada mesin bubut diatur
dengan kenop-kenop yang berada di sekitar carriage dan head stock. Kombinasi dari
kenop-kenop ini ditunjukkan pada tabel yang berisikan besaran-besaran yang
menggambarkan kombinasi dari indeks pada kenop. Sedangkan kedalaman potong diatur
dengan menggunakan engkol yang memiliki skala sehingga mempermudah proses
pembubutan yang membutuhkan proses bertahap. Proses pertama yang kami lakukan
adalah proses facing yakni memperhalus permukaan penampang benda kerja. Proses ini
dilakukan dengan menggerakkan pahat ke arah pusat penampang lingkaran sehingga
benda kerja terkikis tipis sekali. Pahat digerakkan secara manual dengan memutar engkol.
Pada proses ini, kedalaman potong sangat mempengaruhi tebal benda kerja yang akan
dibuang.
Berikutnya kami melakukan proses reduksi diameter yaitu memperkecil diameter
penampang benda kerja. Proses ini diawali dengan centering, penampang dilubangi tepat
di pusat dengan pahat drill sehingga tail stock dapat membantu mencengkeram benda
kerja. Selain itu, centering dilakukan agar pahat tidak rusak akibat pemotongan
permukaan yang tidak rata. Kemudian dilakukan pengaturan kedalaman nol dengan cara
memposisikan pahat agar satu sumbu dengan sumbu utama mesin dan ujung pahat hampir
menyentuh benda kerja. Hal ini untuk memudahkan mengatur kedalaman potong yang
nantinya akan dibantu semacam mikrometer di bed dekat carriage. Kedalaman potong
diatur agar tidak terlalu dalam dengan tujuan tidak merusak pahat dan dapat
menghasilkan permukaan yang baik. Pada proses ini kami tidak mendapatkan hasil yang
teliti karena penghentian gerak makan hanya dengan penglihatan kasat mata, sehingga
sering kali penghentian terlalu cepat.
Selanjutnya kami melakukan proses pembuatan ulir. Sebelum membuat ulirnya, kami
membuat chamfer sebagai batas akhir dan awal ulir agar bagian benda kerja lain dan
pahat tidak rusak karena “tertabrak” pahat. Lalu pembuatan ulir dimulai
denganpemasangan pahat ulir dan pengaturan pitch dilakukan dengan tuas yang
terhubung dengan lead screw. Pengaturan pitch ini juga membantu ketika akan
menambahkedalaman diameter minor ulir agar sesuai dengan alur ulir yang telah dibuat
sebelumnya. Pada proses ini juga didahului oleh centering, pengaturan kedalaman nol dan
pengaturan kadalaman potong. Bentuk ulir terjadi pada permukaan benda kerja karena
kecepatan potong lebih rendah daripada gerak makan. Pembubutan dilakukan secara
bertahap agar pahat tidak rusak atau bahkan patah hingga didapatkan diameter minor
yang dibutuhkan. Setelah secara teoritis tahap pemotongan dikatakan selesai, benda kerja
dicek kembali dengan mal ulir. Jika belum terlalu sesuai, ulir bisa dibubut lagi, diamplas
atau dibaluri oli.
Yang terakhir adalah membubut ujung ulir menyerupai geometri kerucut dengan sudut
sebesar 60o terhadap garis vertikal. Proses ini dilakukan dengan pahat yang berbeda dan
compound diputar hingga menunjuk sudut 30o sehingga benda kerja yang dikenai pahat
membentuk sudut 60o. Proses ini dilakukan secara manual yakni memutar engkol dengan
tangan. Hasil dari proses ini tidak terlalu teliti karena tidak adanya patokan akan selebar
apa ulir yang “rusak” jika benda kerja yang berputar dikenai pahat ini.
Benny Jhonson (13111046)
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan proses facing (meratakan permukaan), reduksi diameter, dan pembuatan ulir dengan menggunakan mesin bubut. Benda kerja diletakkan pada bagian head-stock dan dipasangkan pada chuck dengan mengencangkan menggunakan kunci chuck. Chuck yang digunakan adalah three-jaw chuck, bila pada salah satu chuck di kencangkan maka jaw akan ikut mengencang (self centering). Pahat dipasang pada tool post. Setiap memasang pahat harus selalu dilakukan centering untuk mengetengahkan mata pahat segaris horisontal dengan sumbu utama pada mesin bubut. Setiap proses
diatas menggunakan jenis pahat yang berbeda – beda dan dilakukan setiing nol terlebih dahulu agar mudah dalam menentukan acuan. Kecepatan potong, kecepatan makan, posisi pahat juga perlu diatur pada setiap proses.
1. Meratakan permukaan (Facing)
Facing berfungsi untuk meratakan permukaan benda kerja. Proses ini menggunakan pahat facing. Pada praktikum ini disetting dengan kecepatan potong sebesar 370 rev/menit sedangkan kecepatan makan 0,3 mm/rev. Pahat tidak diposisikan tegak lurus sumbu benda kerja, namun dibuat dengan kemiringan tertentu terhadap permukaan benda kerja yang akan diratakan. Proses facing ini berlangsung secara otomatis ke arah sumbu tengah benda kerja.
Pada praktikum ini, hasil dari proses facing yang didapat permukaan benda kerja tidak terlalu rata dan halus jika dibandingkan dengan proses milling. Ini terjadi karena pemasangan pahat yang kurang kuat sehingga akan mengalami getaran atau chatter pada mesin bubut. Geram yang dihasilkan kebanyakan tidak kontinu.
2. Centering
Benda kerja yang panjang dapat mengalami bending apabila hanya ditumpu pada salah satu ujung saja. Oleh karena itu dilakukan centering pada salah satu ujungnya.Centering dilakukan dengan memasang center drill pada tail stock dan ketinggian pahat diatur agar segaris dengan dengan ujung mata center drill. Karena apabila pahat tidak benar-benar center maka akan merusak pahat (aus), karena memotong benda tidak secara rata. Ciri-ciri pahat yang tidak center adalah akan ada sisa pada bagian di tengah pada proses facing. Kecepatan potong adalah 180 rev/menit, sedangkan kecepatan makan diatur pratikan secara manual. Proses centering dilakukan hingga pahat kira-kira setengah panjang pahat masuk pada benda kerja.
3. Mereduksi diameter
Pada proses reduksi diameter digunakan jenis pahat yang sama dengan proses facing. Sebelum melakukan proses reduksi diameter, kita lakukan proses slotting terlebih dahulu. Dengan demikian terdapat batas yang jelas untuk mereduksi diameter dan dapat mengurangi kerusakan pada pahat karena perbedaan
kedalaman potong akibat ketidakhati – hatian dalam melakukan gerak makan. Set kecepatan potong 370 rev/menit sedangkan kecepatan makan 0,1 mm/rev saat diameter masih cukup tebal dan 0,05 mm/rev saat mulai mendekati dimensi yang diinginkan. Kedalaman potong maksimal agar pahat tetap dalam kondisi baik yaitu 1mm sehingga reduksi diameter perlu dilakukan secara bertahap.
Pada pratikum diameter spesimen baja direduksi dari 22,3 mm menjadi 12,3 mm. Reduksi dilakukan sebanyak 8 kali dengan rincian 6 reduksi awal sebesar 1,5 mm, ke-7 0,8 mm dan terakhir 0,2 mm. Kecepatan makan dapat diganti agar menghasilkan permukaan yang lebih halus. Pada bagian akhir ternyata, proses reduksi di tambah 0,2 mm karena belum mencapai size reduksi yaitu 10mm. Ini kemungkinan terjadi karena adanya backlash saat melakukan pemutaran skala ukuran pada mesin bubut.
4. Membuat ulir (threading)
Pitch yang diinginkan yaitu 1,5 mm. Kecepatan makan 2 mm sedangkan kecepatan potong 85 rev/menit. Pahat yang dipasang yaitu pahat ulir. Dalam proses pembuatan ulir, diharapkan tidak melakukan proses dengan kedalaman potong yang terlalu dalam karena dapat merusak pahat. Dengan kecepatan potong yang tinggi, didapat permukaan hasil bubut yang halus dengan bentuk spiral atau jejak yang ditinggalkan mata pahat tidak terlihat dengan jelas. Untuk melakukan pembuatan ulir dengan menggunakan mesin bubut membutuhkan skill dari operatornya dan waktu yang lama. Pada proses pembuatan ulir ini, dilakukan pembubutan yang berkali – kali untuk mendapatkan hasil yang sesuai karena terjadinya backlash sehingga kedalaman potong yang dihasilkan tidak akurat. Pada bagian akhir pembuatan ulir, dilakukan pembuatan chamfer agar membuat ulir menjadi berguna. Sudut Chamfer dibuat 60 derajat dan kecepatan potong 260 rpm.
Perstson Sihombing (13111048)
Muhammad Akbar P. (13111049)
Pada percobaan ini dilakukan percobaan mesin bubut. Dalam praktikum ini
dilakukan tiga proses yaitu proses meratakan permukaan (facing), proses reduksi
diameter, dan proses pembuatan alur. Tahap pertama dalam percobaan ini
dilakukan pengaturan kecepatan potong dan kecepatan makan. Pada mesin bubut
gerak potongnya adalah secara rotasi pada benda kerja dan gerak makannya
adalah secara translasi pada pahat.
Tahap pertama adalah persiapan mesin bubut, kemudian memasang chuck
pada head-stock dan kemudian mengencangkannya dengan kunci chuck. Chuck
yang digunakan dalam percobaan ini adalah three-jaw chuck. Chuck ini memiliki
sifat self-centering, dimana bila chuck tersebut telah dikencangkan maka jaw akan
ikut mengencang dengan sendirinya. Dalam penggunaan mesin bubut harus
dilakukan sentering terlebih dahulu agar mata pahat segaris horizontal dengan
sumbu tengah pada chuck. Dalam percobaan digunakan pahat yang berbeda-beda
untuk ketiga proses dan dilakukan penyetelan nol terlebih dahulu.
Untuk proses dengan menggunakan mesin bubut, bila menggunakan benda
kerja yang panjang, sebelum dilakukan proses pemotongan pada benda kerja
terlebih dahulu dilakukan centering. Ini dilakukan untuk menghindari bending
yang terjadi pada benda kerja akibat hanya ditumpu pada satu ujung saja.
Centering dilakukan dengan memasang center drill pada tailstock dan ketinggian
pahat agar segaris dengan ujung mata center drill. Centering dilakukan agar
pahatnya dapat memotong secara halus dan benda kerja yang dipotong memiliki
permukaan yang rata. Centering juga dapat memperlambat keausan pahat.
Digunakan kecepatan potong sebesar 180 rev/min dan kecepatan makan diatur
oleh praktikan.
Proses facing dilakukan untuk meratakan permukaan benda kerja.
Percobaan kali ini digunakan kecepatan potong sebesar 370 rev/min dengan
kecepatan makannya sebesar 0.3 mm/rev. Proses ini menggunakan pahat facing.
Pada proses ini tidak dilakukan pemosisian secara tegak lurus terhadap benda
kerja, melainkan dibentuk sudut tertentu untuk posisi pemotongan. Hasil dari
proses facing memperlihatkan bahwa permukaannya cukup halus dan rata setelah
dilakukan proses facing. Namun bila dibandingkan dengan proses freis,
permukaan yang dihasilkan kurang terlalu halus. Ini disebabkan karena adanya
kelonggaran dalam pemasangan pahat sehingga menyebabkan pahat mengalami
getaran ketika melakukan pemotongan.
Proses reduksi diameter dilakukan dengan melakukan proses slotting
terlebih dahulu. Dengan proses slotting ini akan ada jarak yang jelas dalam
melakukan pemotongan dan mencegah keausan pahat akibat kesalahan
pemotongan. Kecepatan potong diatur pada 370 rev/min dan kecepatan makannya
diatur pada 0.1 mm/rev ketika diameter benda masih dalam bentuk semula. Ketika
panjang diameter mulai mendekati panjang diameter yang diinginkan, kecepatan
makannya diturunkan dari 0.1 mm/rev menjadi 0.05 mm/rev. Ini dilakukan agar
pahat tidak cepat aus serta meningkatkan kehalusan dan kerataan permukaan hasil
pemotongan.
Pada percobaan dilakukan pemotongan benda kerja dari diameternya
sebesar 22,3 mm menjadi 12,3 mm. Pemotongan dilakukan delapan kali secara
bertahap, dimana enam pemotongan dilakukan dengan kedalaman pahat sebesar
1,5 mm secara berturut-turut, pemotongan ketujuh pada kedalaman sebesar 0,8
mm. Seharusnya pada pemotongan ketujuh benda kerja secara teoritik memiliki
panjang yang sama dengan spesifikasi, setelah diukur ternyata panjangnya lebih
besar sebesar 0,2 mm. Sehingga pemotongan kedelapan dilakukan dengan
kedalaman pahat sebesar 0,2 mm. Kesalahan ini disebabkan adanya kesalahan
penyetelan nol oleh operator ketika proses reduksi akan dimulai. Ketika dilihat
kondisi benda kerja yang telah dibubut masih adanya kesalahan yaitu pemotongan
yang tidak sempurna pada panjang akhir, ini karena proses penghentian pahat
yang masih kurang teliti karena hanya mengandalkan perasaan operator.
Percobaan terakhir yang dilakukan adalah pembuatan ulir. Proses
persiapannya sama dengan proses reduksi diameter, dilakukan slotting terlebih
dahulu. Pitch ulir yang diinginkan memiliki panjang 1,5 mm. Kecepatan gerak
potongnya diatur pada 85 rev/min dan kecepatan gerak makannya sebesar
2mm/rev. Pahat ulir dipasang pada sudut tertentu yang akan menentukan sudut
ulir yang dibuat. Pada pembuatan ulir, kedalaman pahat jangan terlalu besar
karena akan menyebabkan cepat ausnya pahat. Benda kerja hasil pembubutan
masih cenderung kasar dan ketika pemotongan telah mencapai diameter yang
diinginkan, ketika digunakan ulir hasil bubut tidak dapat digunakan. Ini
disebabkan adanya backlash sehingga kedalaman pahat tidak akurat. Proses
pemotongan dilakukan secara berulang-ulang hingga didapatkan fungsi ulir yang
diinginkan. Namun permukaan hasil bubut masih cenderung kasar. Ini karena
kecepatan makannya yang terlalu besar sehingga menyebabkan hasil pemotongan
cenderung kasar. Setelah dilakukan pemotongan ulir, dilakukan pembuatan
chamfer pada ulir dengan sudut chamfer sebesar 60 derajat dengan kecepatan
potong sebesar 260 rev/min.
Brilliant Dwinata (13111050)
Proses reduksi diameter serta pembuatan ulir,lebih baik menggunakan kedalaman
potong yang tidak terlalu dalam dan gerak makan yang tidak terlalu besar karena
akan menyebabkan pahat memiliki umur yang pendek serta surface finish yang
kurang baik. Parameter ini harus dioptimasi agar umur pahat relatif panjang, serta
waktu pembubutan yang relatif singkat.
Pemilihan pahat juga merupakan parameter penting dalam proses pembubutan.
Geometri pahat dengan sudut pemotongan utama, sudut geram, sudut geser, serta
sudut gesek harus didesain sedemikian rupa agar gaya pemotongan minimum.
Setelah dilakukan pengukuran diameter akhir menggunakan jangka sorong, hasil
pengukuran adalah 10,2mm padahal seharusnya 10mm. Hal ini bisa disebabkan
karena backlash pada tuas pemutar serta kesalahan kumulatif pada ulir tuas.
Hasil champfer pada benda kerja kasar, hal ini disebabkan karena feeding yang
besar, kecepatan potong yang kecil, serta pahat yang tidak cocok untuk
champfering.
Fauzi Achmad (13111051)
Pada praktikum mesin bubut kali ini intinya adalah pembuatan ulir M10 X 1,5 ,
hal pertama yang dilakukan adalah proses facing pada sisi muka benda kerja yang
bentuknya silinder berguna untuk memberi kerataan, kehalusan, dan
memperpendek panjang dari silinder senilai total 0,14 mm dengan kecepatan
potong 370 rpm. Saat proses dilakukan, pada proses facing pahat yang digunakan
sama dengan pahat reduksi diameter namun perbedaanya pahat distel dengan
sudut terhadap muka benda kerja agar bagian badan dari pahat tidak ikut terkena
benda kerja dan melakukan potongan karena pada pahat yang melakukan gerak
potong hanya bagian ujungnya saja.
Proses kedua yaitu melakukan centering pada muka benda kerja yang telah diberi
perlakuan facing, nantinya centering menghasilkan lubang tepat di tangah
permukaan lingkaran pada silinder, berguna sebagai dudukan dari poros sumbu
yang ikut berputar sebagai penyangga benda kerja. Pahat yang digunakan pada
proses centering berbentuk seperti obeng kembang. Kelebihan dari centering
dengan menggunakan mesin bubut dari pada dengan menggunakan mesin gurdi
adalah tak perlu lagi setting tempat agak garis sumbu center benda kerja dan garis
sumbu center pahat berimpit karena setting dari mesin bubut memang kedua garis
itu sudah berimpit. Pada praktikum ini karena pahat centering kurang kencang
diawal mengakibatkan lubang center sedikit lebih besar dari semestinya.
Proses ketiga adalah reduksi diameter yang tadinya dari diameter 22,3 mm
menjadi diameter 10 mm, hal ini berguna untuk membuat kerangka dari ulir
dengan 10 mm adalah diameter mayor dari ulir. Pahat yang digunaan adalah pahat
reduksi diameter. Pada proses ini kedalaman potong maksimal adalah 1,5 mm
dengan kecepatan makan awalnya adalah 0,12 mm/rev namun ada asap yang
timbul akibat gerakan makan terlalu cepat, oleh karena itu gerakan makan
dikurangi menjadi 0,1 mm/rev. Karena kedalaman potong maksimal adalah 1,5
mm maka dilakukan pemotongan berulang dengan kedalaman potong 1 mm 1X,
1,5mm 7X dan kedalaman 0,8mm 1X. Hasl gram yang ditimbulkan adalah
berbentuk spiral hal ini karena proses bubut dilakukan pada benda kerja yang
berputar dan continue. Kecepatan makan mempengaruhi pemotongan, oleh karena
itu di akhir dengan kedalaman 0,8mm kita memperlambat gerak makan menjadi
0,05 mm/rev hasilnya permukaan pun mejadi lebih halus. Namun di akhir
pemotongan ternyata diameter tak tepat ada di angka 10 mm namun 10,2 ketika
diukur dengan jangka sorong, hal ini bisa terjadi karena mikrometer pada mesin
bubut sudah tidak cermat lagi dan belum dikalibrasi ulang. Akhirnya ditambahkan
kedalaman 0,2mm pada benda kerja.
Proses keempat yaitu pembuatan ulir dengan pitch 1,5 mm, pada proses ini karena
pengukuran pitch sulit dilakukan, kita hanya mengecek dengan memasangkannya
dengan mur pasangan M10 X 1,5. Hal pertama yang dilakukan adalah mengganti
pahat yang digunakan menjadi pahat ulir yang bentuknya segitiga sama kaki di
ujungnya, lalu setting 0 pada benda kerja, kita men-set kecepatan potong menjadi
85 rpm, dan men-set pengaturan gerakan masuk saat pemotongan agar slalu tepat
dengan pitch 1,5 maka gerakannya 1-8. Kedalaman potong yang digunakan
adalah 0,2 mm dilakukan sedikit demi sedikit agar pahat tak cepat aus dan alur
ulir hasilnya baik tak cacat. Proses dilakukan berulang sampai akhirnya
kedalaman totalnya 2,8 mm dan diamplas di akhir agar sisa-sisa hasil pembuatan
ulir terbuang dan menjadi agak lebih halus.
Proses selanjutnya adalah pembuatan sudut pada ujung ulir sebesar 60°, caranya
dengan mensetting dudukan pahat sebesar 30° dan pahat yang digunakan adalah
pahat yang sama dengan reduksi diameter. Selesai dari pemberian sudut di
ujungnya, maka selanjutnya adalah dilakukan pembersihan dari kotoran-kotoran
bekas proses pembubutan dan benda kerja dicelupkan ke dalam oli agar
melindunginnya dari karat.
BAB V
KESIMPULAN
o Sarita Larasati (13111043)
Proses yang dapat dilakukan oleh mesin bubut antara lain adalah:
a. Facing
b. Taper turning
c. Contour turning
d. Form turning
e. Chamfering
f. Cutoff
g. Threading
h. Boring
i. Drilling
j. Knurling
o Jenis-jenis pahat pada mesin bubut antara lain adalah: (sumber: www.robot-and-
machines-design.com)
o Tipe AL dan AR untuk untuk proses boring, chamfering dan bubut yang memungkinkan
sudut 900
o Tipe BL dan BR untuk turning, boring dan
chamfering, cocok untuk roughing
o Tipe C untuk penggunaan umu pada turning, boring dan chamfering
o Tipe D undercutting O.D/I.D chamfering
o Tipe E bisa digunakan untuk V-grooving, chamfering, boring,
turning, facing
o Tipe EL dan ER untuk offset bagian yang
sulit dicapai. Bisa juga untuk V-
grooving
o Tipe FL dan FR
o Tipe GL dan GR untuk facing yang dekat
dengan chuck jaws
o Tipe CTL dan CTR untuk cut-off untuk diameter kecil atau untuk groving
o Tipe TSA untuk boring dengan sudut boring bar 900
o Tipe TSC untuk boring dengan sudut boring bar 300
o Tipe TSE untuk boring dengan sudut boring 450
o Parameter proses pada proses bubut antara lain adalah:
a. Kedalaman potong: parameter ini ditentukan berdasarkan jenis material, jenis pahat dan
geometri yang dibutuhkan. Pada mesin bubut parameter ini diatur dengan semacam
mikrometer yang menggerakkan dudukan pahat.
b. Kecepatan potong: parameter ini berhubungan dengan kecepatan putar pada spindel dan
diatur dengan kenop-kenop yang tersedia pada mesin bubut. Parameter ini ditentukan
oleh persamaan: vc=
π .d .N1000
c. Kecepatan makan: parameter ini berpengaruh pada dimensi akhir benda kerja. Pada mesin
bubut hal ini diatur dengan kenop-kenop seperti pada penentuan parameter kecepatan
potong.
d. Waktu pemotongan: parameter ini berhubungan dengan kecepatan makan dan panjang
pemotongan. Hal ini dapat ditentukan melalui persamaan t c=
lt
v f
e. Panjang pemotongan: parameter ini menunjukkan ukuran panjang dari benda kerja yang
akan kita kenai proses pembubutan. Panjang pemotongan berhubungan erat dengan
kecepatan makan dan waktu pemotongan.
o Gerak relatif pada mesin bubut adalah:
a. Gerak potong adalah gerak dari benda yang menyebabkan benda lain atau benda itu
sendiri terpotong. Dalam pembubutan ini, gerak potong adalah gerak berputar dari benda
kerja.
b. Gerak makan adalah gerak yang menyebabkan perluasan bidang potong. Dalam
pembubutan ini, gerak makan adalah gerak translasi benda kerja terhadap pahat jika pahat
dianggap diam.
Benny Jhonson (13111046)
Konstruksi mesin bubut
Cara kerja mesin bubut :Benda kerja dicekam pada chuck, pahat dipasang pahat dikenakan pada benda kerja sampai benda kerja terpotong saat mesin sudah nyala.Pengoperasian mesin bubut1. Nyalakan mesin
2. Tentukan kecepatan makan dan kecepatan potong
3. Benda kerja dipasang pada chuck lalu dikencangkan
4. Pahat dipasang pada tool-post
5. Lakukan zero setting
6. Lakukan proses pembubutan
Aspek keselamatan kerja mesin bubut: Kacamata lab digunakan pada saat proses pembubutan agar terhindar
dari geram yang loncat dari mesin.
Jas lab.
2. Proses yang dapat dikerjakan dengan mesin bubut yaitu
Proses facing
Proses reduksi diameter
Proses pembuatan alur
Proses pembuatan ulir
Proses pembuatan lubang
3. Jenis pahat tergantung dari jenis proses yang dilakukan.
Tipe C mempunyai ujung yang berbentuk kotak, untuk penggunaan
umu pada turning, boring dan chamfering.
Tipe E merupakan pahat standar dengan sudut 600 yang bisa
digunakan untuk V-grooving, chamfering, boring, turning, facing
Tipe FL dan FR umumnya digunakan pada msin lathe turret untuk
straddle facing, tetapi dapat juga digunakan untuk lathe konvensional.
Tipe GL dan GR untuk facing yang dekat dengan chuck jaws
4. Parameter proses bubut yaitu
a. Kecepatan potong
Kecepatan potong menyesusaikan material benda kerja. Kecepatan potong berdasarkan tombol yang dipilih yang tertera pada mesin.
b. Kecepatan makan
Permukaan halus atau kasar ditentukan dari kecepatan makannya. Semakin lambat kecepatannya maka akan semakin halus. Kecepatan makan berdasarkan tombol yang dipilih yang tertera pada mesin.
c. Kedalaman potong
Semakin dalam permukaan yang dipotong, semakin kasar permukaan yang dihasilkan.
d. Sudut pahat
Pada geram, apabila sudut pahat semakin besar maka semakin besar geram yang dihasilkan. Juga mengakibatkan pahat yang digunakan menjadi cepat aus. Pada benda kerja, sudut pahat menentukan bentuk benda kerja.
5. Gerak relative pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua
macam komponen gerakan :
Gerak potong (cutting movement) adalah gerak dari benda yang
menyebabkan benda lain atau benda itu sendiri menjadi terpotong,
yaitu gerak benda yang berputar pada porosnya.
Gerak makan feeding movement) adalah gerak memperluas bidang
potong. Gerak ini adalah gerak translasi pahat dengan arah horizontal.
Perstson Sihombing (13111048)
Muhammad Akbar P. (13111049)
6. Konstruksi mesin bubut
Cara
kerja mesin bubut :Benda kerja dicekam pada chuck, pahat dipasang, pahat dikenakan pada benda kerja sampai benda kerja terpotong ketika mesin bubut menyala.
Pengoperasian mesin bubut7. Nyalakan mesin
8. Tentukan kecepatan makan dan kecepatan potong
9. Benda kerja dipasang pada chuck lalu dikencangkan
10. Pahat dipasang pada tool-post
11. Lakukan zero setting
12. Lakukan proses pembubutan
Aspek keselamatan kerja mesin bubut: Kacamata lab digunakan pada saat proses pembubutan agar terhindar
dari geram yang loncat dari mesin.
Jas lab.
Alas kaki.
7. Proses yang dapat dikerjakan dengan mesin bubut yaitu
Proses facing
Proses reduksi diameter
Proses pembuatan alur
Proses pembuatan ulir
Proses pembuatan lubang
8. Jenis pahat tergantung dari jenis proses yang dilakukan.
Tipe E merupakan pahat standar dengan sudut 600 yang bisa
digunakan untuk V-grooving, chamfering, boring, turning, facing
Tipe FL dan FR umumnya digunakan pada mesin lathe turret untuk
straddle facing, tetapi dapat juga digunakan untuk lathe konvensional.
Tipe GL dan GR untuk facing yang dekat dengan chuck jaws
9. Parameter proses bubut yaitu
e. Kecepatan potong
Kecepatan potong menyesusaikan material benda kerja. Kecepatan potong berdasarkan tombol yang dipilih yang tertera pada mesin.
f. Kecepatan makan
Permukaan halus atau kasar ditentukan dari kecepatan makannya. Semakin besar kecepatannya maka akan semakin kasar permukaan yang dihasilkan. Kecepatan makan berdasarkan tombol yang dipilih yang tertera pada mesin.
g. Kedalaman potong
Semakin dalam permukaan yang dipotong, semakin kasar permukaan yang dihasilkan.
h. Sudut pahat
Pada geram, apabila sudut pahat semakin besar maka semakin besar geram yang dihasilkan. Juga mengakibatkan pahat yang digunakan menjadi cepat aus. Pada benda kerja, sudut pahat menentukan bentuk benda kerja.
10. Gerak relative pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua
macam komponen gerakan :
Gerak potong (cutting movement) adalah gerak dari benda yang
menyebabkan benda lain atau benda itu sendiri menjadi terpotong,
yaitu gerak benda yang berputar pada porosnya.
Gerak makan feeding movement) adalah gerak memperluas bidang
potong. Gerak ini adalah gerak translasi pahat dengan arah horizontal.
Terbentuknya geram adalah hasil dari gerak makan yang memperluas
benda kerja dan memotong benda kerja sehingga dihasilkan geram
akibat dari pemotongan yang dilakukan oleh pahat.
Brilliant Dwinata (13111050)
Bagian-bagian utama dalam mesin bubut antara lain
1. Kepala diam (headstock), bagian ini dapat memutar benda kerja sesuai dengan
porosnya. Bagian-bagian dari head stock yaitu spindle, pencekam untuk
menguatkan posisi benda kerja, transmisi gigi mengatur kecepatan putar benda
kerja.
2. Alas (bed) yang menunjang pergeseran yang terjadi di carriage,
3. Kepala gerak (tail stock) dapat menumpu benda kerja yang berputar saat
melakukan bubut between center. Dapat juga memegang dan memberikan
gerak makan pada pahat.
4. Peluncur silang (cross slide) berfungsi saat mesin membubut muka (facing).
Melekat pada carriage dan dapat mengatur kedalaman potong.
5. Dudukan pahat (tool post) tempat pahat potong dipasang
6. Penumpu dudukan pahat (compound rest) dapat melakukan gerak translasi
bersama peluncur silang kereta.
7. Batang penggerak (fed rod) memfasilitasi gerakan carriage dan cross slide.
8. Blir penggerak (lead screw) digunakan saat pembuatan ulir.
9. Spindle mempunyai check jaw yang mencengkram benda kerja agar posisi
stabil, berbentuk silinder.
10. Rel sebagai tempat carriage dan toolpost bergerak.
Proses-proses yang dapat dilakukan dengan mesin bubut yaitu :
- Proses meratakan permukaan (facing)
- Proses reduksi diameter
- Proses pembuatan ulir
- Taper turning
- Contour tuning
- Form turning
- Cut-off
- Drilling
- Boring
- Knurling
- Chamfering
Gerak relatif pada proses bubut:
Gerak makan: pahat bergerak secara translasi
Gerak potong: Benda kerja bergerak rotasi
Parameter pada mesin bubut :
- Cut rate (kecepatan potong) vc=
π . d . N1000
- Feed rate (kecepatan makan) v f= f . N
- Depth of cut (kedalaman potong) d=
(d0+dm)2
−d0
- Cutting time (waktu pemotongan) t c=
lt
v f
- Metal removal rate Z=f . A . vc
Fauzi Achmad (13111051)
Bagian-bagian dari mesin bubut yaitu sebagai berikut
- Bed (alas)
- Carriage (kereta)
- Spindle
- Head Stock (kepala diam)
- Tail Stock (kepala gerak)
- Cross Slide (peluncur silang)
- Compound Rest (penumpu dudukan pahat)
- Tool Post (dudukan pahat)
- Way (rel)
- Lead Screw (ulir penggerak)
- Feed Rod (batang penggerak)
Proses – proses yang dapat dilakukan oleh mesin bubut :
- Facing - Boring
- Turning - Knurling
- Chamfering -Drilling
- Threading
Gerak makan: pahat bergerak secara translasi
Gerak potong: Benda kerja berputar pada sumbu tetap
Parameter-parameter dalam proses bubut adalah
- Kecepatan potong :
v=π . d . n1000 (m/min)
- Kecepatan makan :
v f= f .n (mm/min)
- Kedalaman potong :
a = d1-d2 (mm)
2
LAMPIRAN
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen mesin bubut yang digunakan pada
praktikum dengan lengkap
2. Jelaskan mengenai proses bubut yang telah di lakukan dan kegunaannya!
3. Gambarkan Pahat bubut dan tunjukkan bagian bagian utama nya!
4. Hitung kecepatan potong dan kecepatan makan yang di perlukan untuk
mereduksi permukaan silinder pada percobaan yang telah di lakukan dan
bagaimana mengatur susunan tuas kecepatan spindle dan gerak makan pada
bubut!
5. Bagaimanakah bentuk penampang geram yang terjadi dari proses bubut reduksi
permukaan? Gambarkan dan jelaskan!
Sarita Larasati (13111043)
1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen mesin bubut yang digunakan pada praktikum
dengan lengkap!
Bagian-bagian utama dari mesin bubut :
Alas (bed)
Berfungsisebagai tempat beroperasinya komponen-komponen mesin bubut lain.
Kepala Diam (head stock)
Berfungsisebagai tempat spindel, gearbox dan chuck (pencekam benda kerja) berada. Di
sini juga terdapat spindle speed selector dan feed selector untuk mengatur kecepatan putar
benda kerja dan gerak makan.
Kepala Gerak (tail stock)
Bagianinidapatdigerakkansepanjangcross slideuntukmenyesuaikandenganpanjang benda
kerja.Bagianjugainiberfungsiuntuk mencengkram benda kerja dan memastikan center.
Poros Utama (spindle)
Bagian ini menempel pada head stock dan berputar untuk memberikan gerak potong.
Carriage
Suatu komplek komponen yang terdiri dari tool post (pencengkram pahat), carriage hand
wheel (mengatur gerak carriage), compound (menopang tool post) dan cross slide
(mengatur kedalaman potong dan membantu facing). Carriage bergerak sepanjang slide
ways.
Ulir Penggerak (lead screw)
Bagian yang menahan carriage agar dapattetapstabil sekaligus membantu pergerakan
carriage. Bentuknya ulir panjang.
Batang Penggerak (feed rod)
Bagian yang berfungsi untuk menunjang pergerakan carriage. Bentuknya panjang
panjang.
2. Jelaskan mengenai proses-proses bubut yang telah dilakukan dan kegunaannya!
b. Proses perataan permukaan (facing): berfungsi menghaluskan permukaan penampang dari
benda kerja (cross section area) yang tegak lurus dengan sumbu. Cara kerjanya:
o Mengatur posisi pahat setinggi sumbu utama mesin (centering).
o Menentukan kedalaman nol dari pahat. Pahat diposisikan miring pada ujung benda kerja
yang bebas.
o Menentukan kedalaman potong dengan posisi ujung pahat hampir menyentuh ujung
benda kerja lalu atur mikrometer ke angka nol
o Melakukan proses pembubutan secara manual dengan tangan memutar engkol.
Sedangkan arah gerak makan melintang dan menuju pusat benda kerja.
c. Proses reduksi diameter: berfungsi mengurangi panjang diameter penampang suatu benda
kerja dengan bentuk silinder. Cara kerjanya:
o Mengukur diameter awal benda kerja.
o Centering dengan pahat drill sehingga tail stock dapat mencengkram benda kerja.
o Mengatur kedalaman nol pahat dengan memposisikan pahat tepat saat akan menggores
benda kerja (seperti pada facing)
o Menentukan kedalaman potong, kecepatan putar spindel dan gerak makan dengan kenop-
kenop yang tersedia dan dibantu dengan tabel. Atur agar kedalaman potong tidak terlalu
dalam agar tidak merusak pahat dan dihasilkan permukaan halus.
o Proses reduksi diameter dilakukan secara bertahap sampai mendapatkan diameter yang
diinginkan.
d. Proses pembuatan ulir: berfungsi untuk membuat ulir eksternal dalam satuan metric
maupun satuan inchi. Cara kerjanya:
o Tentukan pahat yang akan digunakan. Lalu centering dan pengaturan kedalaman nol
seperti dua proses sebelumnya.
o Melakukan proses grooving, yang berfungsi sebagai batas akhir proses pembubutan pada
satu sumbu. Kedalaman grooving lebih besar dibandingkan dengan kedalaman ulir,
sehingga tidak akan merusak bagian benda kerja lain apabila terjadi kesalahandalam
menghentikan gerak makan.
o Membentuk chamfer pada ujung benda kerja.
o Menentukan jarak pitch yang diinginkan dengan mengatur tuas yang berada di daerah
bawah carriage dibantu dengan tabel pengatur ulir.
o Proses pembuatan ulir dilakukan secara bertahap sampai didapatkan kedalaman ulir yang
diinginkan.
3. Gambarkan pahat bubut dan tunjukkan bagian-bagian utamanya!
4. Hitung kecepatan potong dan kecepatan makan yang diperlukan untuk mereduksi
permukaan silinder pada percobaan yang telah dilakukan dan bagaimana cara mengatur
susunan tuas kecepatan spindle dan gerak makan pada mesin bubut?
Data-data : d = 22.3 mm
N = 370 rpm
f = 0,2 mm/rev
Kecepatan potong:
vc=π . d . N1000
vc=π (22.3 )(370)
1000=25.921
mmmenit
Kecepatan makan:
v f= f . N
v f= (0,2 ) (370 )=74mm
menit
Menentukan kecepatan putar spindel dan gerak makan pada mesin bubut sangat
tergantung pada jenis mesin bubut masing-masing. Pada daerah bed di bawah headstock
terdapat kenop-kenop dan tabel yang menjadi acuan menentukan kecepatan putar spindel
dan gerak makan. Pada mesin bubut yang kami gunakan, untuk mengatur kecepatan putar
spindel digunakan dua kenop yang menunjukkan indeks tertentu. Sedangkan tabelnya
menunjukkan besaran kecepatan hasil kombinasi kedua kenop tersebut. Untuk
menentukan gerak makan pada mesin bubut ini digunakan empat buah kenop, tiga buah
kenop dengan tiga indeks dan satu kenop dengan delapan indeks. Cara menentukannya
tidak berbeda dengan menentukan kecepatan putar spindel yakni dengan menggunakan
tabel yang menunjukkan besaran-besaran hasil kombinasi kenop-kenop tersebut.
5. Bagaimanakan bentuk penampang geram yang terjadi pada proses bubut reduksi
permukaan? Gambarkan dan jelaskan!
Bentuk geram hasil proses bubut reduksi diameter adalah serpihan spiral tipis yang
diskontinu. Hal ini disebabkan karena arah gerak pahat adalah tegak lurus dengan sumbu
benda kerja yang penampangnya berbentuk lingkaran sedangkan benda kerja berputar.
Benny Jhanson (13111046)
1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen mesin bubut yang digunakan pada pratikum!
Kepala Diam (head stock) berfungsi untuk memutar benda kerja,
memiliki spindel, chuck (pencekam) untuk memegang benda kerja dan
rem listrik untuk memulai, mengakhiri, dan menyentakkan benda.
Poros Utama (spindle) berfungsi untuk mencengkram benda kerja agar
posisinya stabil.
Alas (bed) berfungsi untuk menunjang gerak translasi kereta
Dudukan Pahat (tool post) merupakan tempat pahat dipasang, berada di
atas carriage
Penumpu Dudukan Pahat (Compound Rest) berfungsi sebagai tempat
tumpuan pahat, posisinya menempel pada cross slide.
Peluncur Silang (cross slide) berfungsi untuk mengatur kedalaman
potong pahat dan berfungsi saat membubut muka ( facing ).
Kepala Gerak (tail stock) berfungsi untuk mencekram benda kerja dan
memberikan gerak makan pada pahat.
Ulir Penggerak (lead screw) berfungsi menahan carriage agar dapat
tetap stabil.
Batang Penggerak (feed rod) berfungsi untuk menunjang pergerakan
carriage
2. Jelaskan mengenai proses-proses bubut yang telah dilakukan dan kegunaannya!
a. Proses meratakan permukaan (Facing) Memasang benda kerja terlebih dahulu pada poros utama Mengatur posisi pahat hingga berada pada ketinggian yang sama
dengan sumbu putar benda kerja. Menentukan kedalaman potong serta arah gerak makan melintang Melakukan proses pembubutan secara manual (menggunakan tangan)
b. Proses reduksi diameter Mengukur diameter benda kerja Ujung benda kerja dilubangi dengan pahat drill pada tailstock untuk
menumpu ujung benda kerja Posisi pahat diatur (centering) dan menentukan zero setting
Menentukan arah dan kecepatan makan dengan mengatur tuas pemilih gerak makan sesuai dengan dimensi dari hasil bubut yang diinginkan.
Menentukan kedalaman potong yang diinginkan Reduksi dilakukan secara bertahap hingga mencapai dimensi yang
diinginkan Mengukur diameter akhir benda kerja
c. Proses pembuatan ulir (threading) Mengganti pahat menjadi pahat ulir dan mengatur posisi Melakukan centering dan zero setting Melakukan grooving dengan tujuan membuat batas akhir untuk proses
threading. Menentukan besarnya pitch dengan mengatur tuas. Memeriksa lead screw untukmemastikan roda gigi sesuai
denganspesifikasi yang tertera di table pengatur ulir Melakukan proses pembubutan sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi
yang telah kita tentukan sebelumnya.
3. Gambarkan bentuk pahat bubut dan tunjukkan macam – macam sudut bidangnya!
Tipe-tipe pahat :
Tipe AL dan AR untuk untuk proses boring, chamfering dan bubut yang memungkinkan sudut 900
Tipe BL dan BR untuk turning, boring dan chamfering, cocok untuk roughing. Mempunyai lead angle 150
Tipe C mempunyai ujung yang berbentuk kotak, untuk penggunaan umu pada turning, boring dan chamfering
Tipe D mempunyai sudut 800 dan mempunyai angle tool untuk undercutting O.D/I.D chamfering
Tipe E merupakan pahat standar dengan sudut 600 yang bisa digunakan untuk V-grooving, chamfering, boring, turning, facing
Tipe EL dan ER mempunnyai sudut 600 untuk offset bagian yang sulit dicapai. Bisa juga untuk V-
grooving
Tipe FL dan FR umumnya digunakan pada msin lathe turret untuk straddle facing, tetapi dapat juga digunakan untuk lathe
konvensional
Tipe GL dan GR untuk facing yang dekat dengan chuck jaws
Tipe CTL dan CTR untuk cut-off untuk diameter kecil atau untuk groving
Tipe TSA untuk boring dengan sudut boring bar 900
Tipe TSC untuk boring dengan sudut boring bar 300
Tipe TSE untuk boring dengan sudut boring 450
4. Hitung kecepatan potong dan makan yang diperlukan untuk mereduksi permukaan silinder pada percobaan yang telah dilakukan dan bagaimana mengatur susunan tuas kecepatan spindel dan gerak makan pada mesin bubut!
Data – data : d = 22,3 mm N = 370 rev/min f = 0,1 mm/rev
kecepatan potong =
vc=π . d . N1000
vc=π (22,3 )(370)
1000=25.91
mmmenit
Kecepatan makan =
v f= f . N
v f= (0,1 ) (370 )=37mm
menit
Untuk mengatur susunan tuas kecepatan spindle yaitu dengan melihat
tabel yang sudah tersedia pada mesin bubut di bagian atas. Pada tabel tersebut
berisi beberapa kecepatan spindle yang bisa dilakukan mesin bubut. Cara
memilihnya adalah memutar 2 knob pemilih dimana satu knob untuk kolom
table dan satunya lagi untuk baris pada table.
Begitu juga untuk mengatur gerak makan adalah melihat tabel yang
sudah tersedia pada mesin bubut bagian depan agak ke bawah. Pada tabel
tersebut gerak makan yang tersedia dinyatakan dengan 4 kode. Untuk memilih
gerak makan disediakan 4 knob pemilih. Cara memilihnya adalah memutar
knob-knob yang tersedia sesuai kode gerak makan yang diinginkan. Contoh : jika
ingin melakukan gerak makan secepat 0,05 mm/rev, pada tabel tertera kode
AS8W maka pilih knob sesuai kode tersebut.
5. Bagaimanakah bentuk penampang geram yang terjadi dari proses bubut reduksi permukaan ? Gambarkan dan jelaskan!
Bentuk geram yang dihasilkan pada proses bubut reduksi permukaan adalah serpihan serbuk tipis. Hal ini dikarenakan gerak mata pahat tegak lurus sumbu benda kerja sedangkan benda kerja gerak berputar.
Perstson Sihombing (13111048)
Muhammad Akbar P. (13111049)
Brilliant Dwinata (13111050)
1. Bagian bagian utama mesin bubut
Kepala diam (headstock), bagian ini dapat memutar benda kerja sesuai
dengan porosnya. Bagian-bagian dari head stock yaitu spindle,
pencekam untuk menguatkan posisi benda kerja, transmisi gigi
mengatur kecepatan putar benda kerja.
Alas (bed) yang menunjang pergeseran yang terjadi di carriage,
Kepala gerak (tail stock) dapat menumpu benda kerja yang berputar
saat melakukan bubut between center. Dapat juga memegang dan
memberikan gerak makan pada pahat.
Peluncur silang (cross slide) berfungsi saat mesin membubut muka
(facing). Melekat pada carriage dan dapat mengatur kedalaman potong.
Dudukan pahat (tool post) tempat pahat potong dipasang
Penumpu dudukan pahat (compound rest) dapat melakukan gerak
translasi bersama peluncur silang kereta.
Batang penggerak (fed rod) memfasilitasi gerakan carriage dan cross
slide.
Blir penggerak (lead screw) digunakan saat pembuatan ulir.
Spindle mempunyai check jaw yang mencengkram benda kerja agar
posisi stabil, berbentuk silinder.
Rel sebagai tempat carriage dan toolpost bergerak.
2. Proses yang bisa dilakukan dengan mesin bubut :
Facing = menghaluskan permukaan
Chamfering = membuat chamfer dagn sudut 600
Threading = membuat alur
Centering = menandai bagian tengah benda kerja supaya bisa ditopang
tailstock
3.
4. Diketahui :
D = 22,3 mm ധ= 370 Rpm f = 0.1 mmRev
Kecepatan potong :
V c=π .d .ധ1000
=π ×22,3 ×3701000
=25,921mmmin
Kecepatan makan :
V f =f .ധ=0,1× 370=37mmmin
Putaran Spindle per menit (n):
40 , 58, 85, 125, 180, 260, 370, 540, 800, 1200, 1700, dan 2500 rotasi/min
5. Penampang geram
Geram mayoritasnya berbentuk spiral, ini
disebabkan karena geometri pahat yang didesain
Tabel Gerak Makan (satuan mm)
Pemilihan gerak makan di pilih dengan
combinasi kode yang berada di
sampingnya.
Misal, gerakmakan 0,03makakodenya
AT1X
Kecepatan potong (V)
V=πdn
1000
Macam-macam kecepatan potong ini bisa diatur
dengan pasangan roda gigi yang berbeda beda.
supaya geram terlepas. Jika material getas, geram tidak akan panjang, sedangkan
jika material ulet geram yang terbentuk akan panjang.
Fauzi Achmad (13111050)
1.
- Bed (alas)
Bagian ini fungsinya untuk menunjang gerakan translasi pada carriage
(kereta). Bahan bed ini sebaiknya memiliki spesifikasi kekakuan yang dapat
menahan benturan saat mesin sedang dioperasikan.
- Carriage (kereta)
Kereta berfungsi memberikan gerak makan pada pahat dengan bergerak
sepanjang rel kearah kiri dan kanan secara otomatis ataupun manual.
- Spindle
Merupakan poros utama yang berbentuk silinder. Digunakan untuk
mencekam benda kerja agar kedudukannya stabil.
- Head Stock (kepala diam)
Berfungsi untuk memberikan daya untuk memutar benda kerja sesuai
dengan porosnya. Terdiri dari spindle, gigi transmisi, pencekam, dan rem
listrik.
- Tail Stock (kepala gerak)
Dapat digerakkan sepanjang bed dan berfungsi untuk memegang center yang
digunakan untuk menumpu benda kerja dan memegang serta memberikan
gerak makan pada pahat.
- Cross Slide (peluncur silang)
Berfungsi untuk mengatur kedalaman potongdan saat melakukan bubut
muka (facing). Terletak melekat pada carriage.
- Compound Rest (penumpu dudukan pahat)
Dapat disebut bagian dari carriage. Letaknya bertumpu pada cross slide.
- Tool Post (dudukan pahat)
Merupakan tempat dimana pahat potong dipasang, letaknya bertumpu pada
compound rest.
- Way (rel)
Jalur tempat carriage dan tool post bergerak.
- Lead Screw (ulir penggerak)
Digunakan saat pembuatan ulir.
- Feed Rod (batang penggerak)
Berfungsi untuk membantu pergerakan carriage dan cross slide.
2. Proses pada mesin bubut:
Proses Facing
-Mengatur posisi pahat supaya segaris horizontal dengan sumbu utama mesin
(centering). Menentukan kedalaman nol dari pahat. Pahat diposisikan miring pada
ujung benda kerja yang bebas.
-Menentukan kedalaman potong dan arah gerak makan melintang. Arah gerak
makan pahat menuju pusat benda kerja.
-Melakukan proses pembubutan secara manual dengan tangan memutar engkol,
karena alat untuk menentukan kedalaman potong tidak berfungsi.
Proses Reduksi diameter
-Mengukur diameter benda kerja.
-Melakukan pelubangan pada ujung benda kerja dengan menggunakan pahat drill
yan dipasang pada tailstock. Lubang ini berfungsi sebagai tempat tailstock untuk
menumpu benda kerja.
-Mengatur posisi pahat (centering). Menentukan kedalaman nol.
-Menentukan arah dan kecepatan makan dengan mengatur tuas pemilih gerak
makan sesuai dengan dimensi hasil bubut yang diinginkan.
-Menentukan kedalaman potong dengan menggunakan alat pengukur
Proses reduksi diameter dilakukan secara bertahap sampai mendapatkan diameter
yang diinginkan.
-Mengukur diameter benda kerja setelah melalui proses pembubutan.
Proses Pembuatan Ulir
-Mengganti mata pahat. Mengatur posisinya seperti yang dilakukan pada proses
facing dan reduksi diameter. Melakukan centering. Menentukan kedalaman nol.
-Melakukan proses grooving, yang berfungsi sebagai batas akhir ulir. Kedalaman
grooving lebih besar dibandingkan dengan kedalaman ulir. Melakukan proses
chamfer pada ujung benda kerja.
-Menentukan jarak pitch yang diinginkan dengan mengatur tuas.
-Memeriksa lead screw, untuk memastikan roda gigi di dalamnya sesuai dengan
spesifikasi yang tertera di table pengatur ulir.
-Melakukan proses pembubutan sesuai dengan nomor gerak yang dipilih pada
lead screw.
-Proses pembuatan ulir dilakukan secara bertahap sampai didapatkan kedalaman
ulir yang diinginkan.
3.Bentuk Pahat pada mesin bubut:
4. Diketahui :
D = 22,3 mm ധ= 370 Rpm f = 0.1 mmRev
Kecepatan potong :
V c=π .d .ധ1000
=π ×22,3 ×3701000
=25,921mmmin
Kecepatan makan :
V f =f .ധ=0,1× 370=37mmmin
Cara mengatur susunan tuas kecepatan spindle dan gerak makan :
- Untuk mengatur kecepatan spindel, terdapat tabel pada bagian atas mesin
bubut. Tabel tersebut menyediakan nilai kecepatan yang dapat dilakukan mesin
lathe beserta posisi tuas untuk mengaplikasikan kecepatan yang tersedia pada
mesin lathe. Cara pemilihan kecepatan potong dilakukan dengan memutar 2 kenob
yang terdapat pada headstock. Satu kenob untuk baris pada tabel dan satu kenob
untuk kolom tabel.
- Untuk mengatur kecepatan makan dapat melihat tabel lain yang tersedia
pada mesin bubut dimana pada tabel tersebut terdapat kecepatan gerak makan
yang dinyatakan dengan 4 kode tertentu. Untuk memilih kecepatan makan yang
diinginkan, 4 kenob yang tersedia dapat dikondisikan sesuai dengan tabel
kecepatan makan.
5 . Pada proses bubut reduksi, gram berbentuk
spiral dan kadang bergelombang, hal ini
dikarenakan benda kerja yang berputar dan
pahat yang bergerak continue menghasilkan
gram yang berbentuk spiral seperti itu.