laporan praktikum bubut

68
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I MODUL PM-01 PROSES BUBUT Oleh : Kelompok : 09 Anggota : 1. Sarita Larasati (13111043) 2. Benny Jhonson (13111046) 3. Perstson S. (13111048) 4. Muhammad Akbar P. (13111049) 5. Brilliant D. (131111050) 6. Fauzi Achmad (13111051) Tanggal Praktikum : 12 November 2013 Nama Asisten : Gerry Hamoraon (131101)

Upload: mohamad-syafii

Post on 30-Dec-2015

482 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

lathe process

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I

MODUL PM-01

PROSES BUBUT

Oleh :

Kelompok : 09

Anggota :

1. Sarita Larasati (13111043)

2. Benny Jhonson (13111046)

3. Perstson S. (13111048)

4. Muhammad Akbar P. (13111049)

5. Brilliant D. (131111050)

6. Fauzi Achmad (13111051)

Tanggal Praktikum : 12 November 2013

Nama Asisten : Gerry Hamoraon (131101)

LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum

Mengetahui konstruksi dan cara kerja mesin bubut.Mengetahui bagian-bagian

dari mesin bubut dan kegunaannya.

Mengetahui proses yang bisa dikerjakan dengan mesin bubut dan cara

pengerjaan proses tersebut dengan mesin bubut.

Mengetahui parameter proses pada mesin bubut dan cara menentukan

parameter tersebut serta pengaruh masing-masing parameter terhadap pahat

dan benda kerja.

Memahami gerak relatif antara pahat dan benda kerja dan terbentuknya geram

Mampu memilih jenis pahat yang digunakan untuk membuat produk dengan

proses tertentu.

BAB II

TEORI DASAR

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Bubut adalah proses permesinan dimana sebuah pahat bermata satu memindahkan

material dari permukaan benda kerja berbentuk silinder yang berputar.Titik pahat

tersebut bergerak linear sejajar dengan permukaan benda kerja. Proses bubut ini

menggunakan mesin yang disebut lathe. Mesin ini mampu menyediakan tenaga

untuk memutar benda kerja dan melakukan gerak makan dengan mata pahat yang

sudah kita atur kedalaman memahatnya.Prinsip kerja dari mesin bubut yaitu

dengan menggunakan pahat akan membentuk benda kerja yang diputar dengan

kecepatan tertentu.

Bagian-bagian utama dalam mesin bubut antara lain

1. Kepala diam (headstock), bagian ini dapat memutar benda kerja sesuai dengan

porosnya. Bagian-bagian dari head stock yaitu spindle, pencekam untuk

menguatkan posisi benda kerja, transmisi gigi mengatur kecepatan putar benda

kerja.

2. Alas (bed) yang menunjang pergeseran yang terjadi di carriage,

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

3. Kepala gerak (tail stock) dapat menumpu benda kerja yang berputar saat

melakukan bubut between center. Dapat juga memegang dan memberikan

gerak makan pada pahat.

4. Peluncur silang (cross slide) berfungsi saat mesin membubut muka (facing).

Melekat pada carriage dan dapat mengatur kedalaman potong.

5. Dudukan pahat (tool post) tempat pahat potong dipasang

6. Penumpu dudukan pahat (compound rest) dapat melakukan gerak translasi

bersama peluncur silang kereta.

7. Batang penggerak (fed rod) memfasilitasi gerakan carriage dan cross slide.

8. Blir penggerak (lead screw) digunakan saat pembuatan ulir.

9. Spindle mempunyai check jaw yang mencengkram benda kerja agar posisi

stabil, berbentuk silinder.

10. Rel sebagai tempat carriage dan toolpost bergerak.

Gerak relatif pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua

macam komponen gerakan :

Gerak potong (cutting movement) adalah gerak dari benda yang menyebabkan

benda lain atau benda itu sendiri menjadi terpotong. Pada gambar di atas dapat

diketahui bahwa gerak potong mengarah sejajar sumbu y.

Gerak makan feeding movement) adalah gerak memperluas bidang potong.

Pahat pada gambar melakukan gerakan translasi pada arah x.

Proses yang bisa dilakukan dengan mesin bubut :

Facing = menghaluskan permukaan

Taper turning = membentuk kerucut

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Contour turning = membuat bentuk kontur

Form turning = membentuk benda sesuai dengan bentuk pahat

Chamfering = membuat chamfer

Cutoff = memotong

Threading = membuat alur

Boring = membesarkan diameter lubang

Drilling = melubangi

Knurling = membuat goresan berpola kotak-kotak

Metode pemegangan benda pada mesin bubut :

Dog plate

jaws chuck = chuck dengan 3 jaws

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Collet = menggunakan pipa silinder yang terdapat potongan longitudinal dan

terdapat jarak antara potongan tersebut.

Face plate = menggunakan plat khusus untuk memegang benda dengan

geometri tertentu

Parameter pada mesin bubut :

Cut rate (kecepatan potong) vc=

π . d . N1000

Feed rate (kecepatan makan) v f= f . N

Depth of cut (kedalaman potong) d=

(d0+dm)2

−d0

Cutting time (waktu pemotongan) t c=

lt

v f

Metal removal rate Z=f . A . vc

Dengan :

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

d0 : diameter awal (mm)

dm : diameter akhir (mm)

d : kedalaman potong (mm)

vc : kecepatan potong

vf : kecepatan makan (mm/min)

f : kecepatan pahat (mm/rev)

tc : waktu pemotongan (menit)

lt : panjang pemotongan (mm)

A : luas penampang geram sebelum terpotong (mm2)

N : kecepatan putar spindle (RPM)

Z : kecepatan pembentukan geram (mm3/min)

Tipe-tipe pahat :

Tipe AL dan AR untuk untuk proses boring, chamfering dan bubut yang

memungkinkan sudut 900

Tipe BL dan BR untuk turning, boring dan chamfering, cocok untuk

roughing. Mempunyai lead angle

150

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Tipe C mempunyai ujung yang berbentuk kotak, untuk penggunaan umu

pada turning, boring dan chamfering

Tipe D mempunyai sudut 800 dan mempunyai angle tool untuk

undercutting O.D/I.D chamfering

Tipe E merupakan pahat standar dengan sudut 600 yang bisa digunakan

untuk V-grooving, chamfering, boring, turning, facing

Tipe EL dan ER mempunnyai sudut 600 untuk offset bagian yang sulit

dicapai. Bisa juga untuk V-

grooving

Tipe FL dan FR umumnya digunakan pada msin lathe turret untuk straddle

facing, tetapi dapat juga digunakan

untuk lathe konvensional

Tipe GL dan GR untuk facing

yang dekat dengan chuck jaws

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Tipe CTL dan CTR untuk cut-off untuk diameter kecil atau untuk groving

Tipe TSA untuk boring dengan sudut boring bar 900

Tipe TSC untuk boring dengan sudut boring bar 300

Tipe TSE untuk boring dengan sudut boring 450

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

BAB III

DATA PENGAMATAN

3.1 Data Pengamatan

Jenis mesin : Bubut

Merek mesin : Harrison M

300

Daya (kW) : : 2,6 kW

Tegangan : 220 V

Buatan Negara : United

Kingdom

Spesifikasi

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Benda Kerja

Diameter awal (d0) : 22,3mm

Diamater akhir = diameter mayor (dm) : 10mm

Panjang Pemotongan (lt) : 80mm

Pitch : 1,5mm

Champfer : 600

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

BAB IV

ANALISIS

Sarita Larasati (13111043)

Pada praktikum ini kami melakukan proses bubut yang merupakan salah satu dari proses

pemesinan yang pada prinsipnya benda kerja diputar pada spindel. Kali ini kami akan

membubut benda kerja yang berbentuk silinder. Yang perlu diperhatikan dari

pembubutan ini beberapa di antaranya adalah kecepatan putar spindel, gerak makan dan

kedalaman potong. Kecepatan putar spindel dan gerak makan pada mesin bubut diatur

dengan kenop-kenop yang berada di sekitar carriage dan head stock. Kombinasi dari

kenop-kenop ini ditunjukkan pada tabel yang berisikan besaran-besaran yang

menggambarkan kombinasi dari indeks pada kenop. Sedangkan kedalaman potong diatur

dengan menggunakan engkol yang memiliki skala sehingga mempermudah proses

pembubutan yang membutuhkan proses bertahap. Proses pertama yang kami lakukan

adalah proses facing yakni memperhalus permukaan penampang benda kerja. Proses ini

dilakukan dengan menggerakkan pahat ke arah pusat penampang lingkaran sehingga

benda kerja terkikis tipis sekali. Pahat digerakkan secara manual dengan memutar engkol.

Pada proses ini, kedalaman potong sangat mempengaruhi tebal benda kerja yang akan

dibuang.

Berikutnya kami melakukan proses reduksi diameter yaitu memperkecil diameter

penampang benda kerja. Proses ini diawali dengan centering, penampang dilubangi tepat

di pusat dengan pahat drill sehingga tail stock dapat membantu mencengkeram benda

kerja. Selain itu, centering dilakukan agar pahat tidak rusak akibat pemotongan

permukaan yang tidak rata. Kemudian dilakukan pengaturan kedalaman nol dengan cara

memposisikan pahat agar satu sumbu dengan sumbu utama mesin dan ujung pahat hampir

menyentuh benda kerja. Hal ini untuk memudahkan mengatur kedalaman potong yang

nantinya akan dibantu semacam mikrometer di bed dekat carriage. Kedalaman potong

diatur agar tidak terlalu dalam dengan tujuan tidak merusak pahat dan dapat

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

menghasilkan permukaan yang baik. Pada proses ini kami tidak mendapatkan hasil yang

teliti karena penghentian gerak makan hanya dengan penglihatan kasat mata, sehingga

sering kali penghentian terlalu cepat.

Selanjutnya kami melakukan proses pembuatan ulir. Sebelum membuat ulirnya, kami

membuat chamfer sebagai batas akhir dan awal ulir agar bagian benda kerja lain dan

pahat tidak rusak karena “tertabrak” pahat. Lalu pembuatan ulir dimulai

denganpemasangan pahat ulir dan pengaturan pitch dilakukan dengan tuas yang

terhubung dengan lead screw. Pengaturan pitch ini juga membantu ketika akan

menambahkedalaman diameter minor ulir agar sesuai dengan alur ulir yang telah dibuat

sebelumnya. Pada proses ini juga didahului oleh centering, pengaturan kedalaman nol dan

pengaturan kadalaman potong. Bentuk ulir terjadi pada permukaan benda kerja karena

kecepatan potong lebih rendah daripada gerak makan. Pembubutan dilakukan secara

bertahap agar pahat tidak rusak atau bahkan patah hingga didapatkan diameter minor

yang dibutuhkan. Setelah secara teoritis tahap pemotongan dikatakan selesai, benda kerja

dicek kembali dengan mal ulir. Jika belum terlalu sesuai, ulir bisa dibubut lagi, diamplas

atau dibaluri oli.

Yang terakhir adalah membubut ujung ulir menyerupai geometri kerucut dengan sudut

sebesar 60o terhadap garis vertikal. Proses ini dilakukan dengan pahat yang berbeda dan

compound diputar hingga menunjuk sudut 30o sehingga benda kerja yang dikenai pahat

membentuk sudut 60o. Proses ini dilakukan secara manual yakni memutar engkol dengan

tangan. Hasil dari proses ini tidak terlalu teliti karena tidak adanya patokan akan selebar

apa ulir yang “rusak” jika benda kerja yang berputar dikenai pahat ini.

Benny Jhonson (13111046)

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan proses facing (meratakan permukaan), reduksi diameter, dan pembuatan ulir dengan menggunakan mesin bubut. Benda kerja diletakkan pada bagian head-stock dan dipasangkan pada chuck dengan mengencangkan menggunakan kunci chuck. Chuck yang digunakan adalah three-jaw chuck, bila pada salah satu chuck di kencangkan maka jaw akan ikut mengencang (self centering). Pahat dipasang pada tool post. Setiap memasang pahat harus selalu dilakukan centering untuk mengetengahkan mata pahat segaris horisontal dengan sumbu utama pada mesin bubut. Setiap proses

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

diatas menggunakan jenis pahat yang berbeda – beda dan dilakukan setiing nol terlebih dahulu agar mudah dalam menentukan acuan. Kecepatan potong, kecepatan makan, posisi pahat juga perlu diatur pada setiap proses.

1. Meratakan permukaan (Facing)

Facing berfungsi untuk meratakan permukaan benda kerja. Proses ini menggunakan pahat facing. Pada praktikum ini disetting dengan kecepatan potong sebesar 370 rev/menit sedangkan kecepatan makan 0,3 mm/rev. Pahat tidak diposisikan tegak lurus sumbu benda kerja, namun dibuat dengan kemiringan tertentu terhadap permukaan benda kerja yang akan diratakan. Proses facing ini berlangsung secara otomatis ke arah sumbu tengah benda kerja.

Pada praktikum ini, hasil dari proses facing yang didapat permukaan benda kerja tidak terlalu rata dan halus jika dibandingkan dengan proses milling. Ini terjadi karena pemasangan pahat yang kurang kuat sehingga akan mengalami getaran atau chatter pada mesin bubut. Geram yang dihasilkan kebanyakan tidak kontinu.

2. Centering

Benda kerja yang panjang dapat mengalami bending apabila hanya ditumpu pada salah satu ujung saja. Oleh karena itu dilakukan centering pada salah satu ujungnya.Centering dilakukan dengan memasang center drill pada tail stock dan ketinggian pahat diatur agar segaris dengan dengan ujung mata center drill. Karena apabila pahat tidak benar-benar center maka akan merusak pahat (aus), karena memotong benda tidak secara rata. Ciri-ciri pahat yang tidak center adalah akan ada sisa pada bagian di tengah pada proses facing. Kecepatan potong adalah 180 rev/menit, sedangkan kecepatan makan diatur pratikan secara manual. Proses centering dilakukan hingga pahat kira-kira setengah panjang pahat masuk pada benda kerja.

3. Mereduksi diameter

Pada proses reduksi diameter digunakan jenis pahat yang sama dengan proses facing. Sebelum melakukan proses reduksi diameter, kita lakukan proses slotting terlebih dahulu. Dengan demikian terdapat batas yang jelas untuk mereduksi diameter dan dapat mengurangi kerusakan pada pahat karena perbedaan

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

kedalaman potong akibat ketidakhati – hatian dalam melakukan gerak makan. Set kecepatan potong 370 rev/menit sedangkan kecepatan makan 0,1 mm/rev saat diameter masih cukup tebal dan 0,05 mm/rev saat mulai mendekati dimensi yang diinginkan. Kedalaman potong maksimal agar pahat tetap dalam kondisi baik yaitu 1mm sehingga reduksi diameter perlu dilakukan secara bertahap.

Pada pratikum diameter spesimen baja direduksi dari 22,3 mm menjadi 12,3 mm. Reduksi dilakukan sebanyak 8 kali dengan rincian 6 reduksi awal sebesar 1,5 mm, ke-7 0,8 mm dan terakhir 0,2 mm. Kecepatan makan dapat diganti agar menghasilkan permukaan yang lebih halus. Pada bagian akhir ternyata, proses reduksi di tambah 0,2 mm karena belum mencapai size reduksi yaitu 10mm. Ini kemungkinan terjadi karena adanya backlash saat melakukan pemutaran skala ukuran pada mesin bubut.

4. Membuat ulir (threading)

Pitch yang diinginkan yaitu 1,5 mm. Kecepatan makan 2 mm sedangkan kecepatan potong 85 rev/menit. Pahat yang dipasang yaitu pahat ulir. Dalam proses pembuatan ulir, diharapkan tidak melakukan proses dengan kedalaman potong yang terlalu dalam karena dapat merusak pahat. Dengan kecepatan potong yang tinggi, didapat permukaan hasil bubut yang halus dengan bentuk spiral atau jejak yang ditinggalkan mata pahat tidak terlihat dengan jelas. Untuk melakukan pembuatan ulir dengan menggunakan mesin bubut membutuhkan skill dari operatornya dan waktu yang lama. Pada proses pembuatan ulir ini, dilakukan pembubutan yang berkali – kali untuk mendapatkan hasil yang sesuai karena terjadinya backlash sehingga kedalaman potong yang dihasilkan tidak akurat. Pada bagian akhir pembuatan ulir, dilakukan pembuatan chamfer agar membuat ulir menjadi berguna. Sudut Chamfer dibuat 60 derajat dan kecepatan potong 260 rpm.

Perstson Sihombing (13111048)

Muhammad Akbar P. (13111049)

Pada percobaan ini dilakukan percobaan mesin bubut. Dalam praktikum ini

dilakukan tiga proses yaitu proses meratakan permukaan (facing), proses reduksi

diameter, dan proses pembuatan alur. Tahap pertama dalam percobaan ini

dilakukan pengaturan kecepatan potong dan kecepatan makan. Pada mesin bubut

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

gerak potongnya adalah secara rotasi pada benda kerja dan gerak makannya

adalah secara translasi pada pahat.

Tahap pertama adalah persiapan mesin bubut, kemudian memasang chuck

pada head-stock dan kemudian mengencangkannya dengan kunci chuck. Chuck

yang digunakan dalam percobaan ini adalah three-jaw chuck. Chuck ini memiliki

sifat self-centering, dimana bila chuck tersebut telah dikencangkan maka jaw akan

ikut mengencang dengan sendirinya. Dalam penggunaan mesin bubut harus

dilakukan sentering terlebih dahulu agar mata pahat segaris horizontal dengan

sumbu tengah pada chuck. Dalam percobaan digunakan pahat yang berbeda-beda

untuk ketiga proses dan dilakukan penyetelan nol terlebih dahulu.

Untuk proses dengan menggunakan mesin bubut, bila menggunakan benda

kerja yang panjang, sebelum dilakukan proses pemotongan pada benda kerja

terlebih dahulu dilakukan centering. Ini dilakukan untuk menghindari bending

yang terjadi pada benda kerja akibat hanya ditumpu pada satu ujung saja.

Centering dilakukan dengan memasang center drill pada tailstock dan ketinggian

pahat agar segaris dengan ujung mata center drill. Centering dilakukan agar

pahatnya dapat memotong secara halus dan benda kerja yang dipotong memiliki

permukaan yang rata. Centering juga dapat memperlambat keausan pahat.

Digunakan kecepatan potong sebesar 180 rev/min dan kecepatan makan diatur

oleh praktikan.

Proses facing dilakukan untuk meratakan permukaan benda kerja.

Percobaan kali ini digunakan kecepatan potong sebesar 370 rev/min dengan

kecepatan makannya sebesar 0.3 mm/rev. Proses ini menggunakan pahat facing.

Pada proses ini tidak dilakukan pemosisian secara tegak lurus terhadap benda

kerja, melainkan dibentuk sudut tertentu untuk posisi pemotongan. Hasil dari

proses facing memperlihatkan bahwa permukaannya cukup halus dan rata setelah

dilakukan proses facing. Namun bila dibandingkan dengan proses freis,

permukaan yang dihasilkan kurang terlalu halus. Ini disebabkan karena adanya

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

kelonggaran dalam pemasangan pahat sehingga menyebabkan pahat mengalami

getaran ketika melakukan pemotongan.

Proses reduksi diameter dilakukan dengan melakukan proses slotting

terlebih dahulu. Dengan proses slotting ini akan ada jarak yang jelas dalam

melakukan pemotongan dan mencegah keausan pahat akibat kesalahan

pemotongan. Kecepatan potong diatur pada 370 rev/min dan kecepatan makannya

diatur pada 0.1 mm/rev ketika diameter benda masih dalam bentuk semula. Ketika

panjang diameter mulai mendekati panjang diameter yang diinginkan, kecepatan

makannya diturunkan dari 0.1 mm/rev menjadi 0.05 mm/rev. Ini dilakukan agar

pahat tidak cepat aus serta meningkatkan kehalusan dan kerataan permukaan hasil

pemotongan.

Pada percobaan dilakukan pemotongan benda kerja dari diameternya

sebesar 22,3 mm menjadi 12,3 mm. Pemotongan dilakukan delapan kali secara

bertahap, dimana enam pemotongan dilakukan dengan kedalaman pahat sebesar

1,5 mm secara berturut-turut, pemotongan ketujuh pada kedalaman sebesar 0,8

mm. Seharusnya pada pemotongan ketujuh benda kerja secara teoritik memiliki

panjang yang sama dengan spesifikasi, setelah diukur ternyata panjangnya lebih

besar sebesar 0,2 mm. Sehingga pemotongan kedelapan dilakukan dengan

kedalaman pahat sebesar 0,2 mm. Kesalahan ini disebabkan adanya kesalahan

penyetelan nol oleh operator ketika proses reduksi akan dimulai. Ketika dilihat

kondisi benda kerja yang telah dibubut masih adanya kesalahan yaitu pemotongan

yang tidak sempurna pada panjang akhir, ini karena proses penghentian pahat

yang masih kurang teliti karena hanya mengandalkan perasaan operator.

Percobaan terakhir yang dilakukan adalah pembuatan ulir. Proses

persiapannya sama dengan proses reduksi diameter, dilakukan slotting terlebih

dahulu. Pitch ulir yang diinginkan memiliki panjang 1,5 mm. Kecepatan gerak

potongnya diatur pada 85 rev/min dan kecepatan gerak makannya sebesar

2mm/rev. Pahat ulir dipasang pada sudut tertentu yang akan menentukan sudut

ulir yang dibuat. Pada pembuatan ulir, kedalaman pahat jangan terlalu besar

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

karena akan menyebabkan cepat ausnya pahat. Benda kerja hasil pembubutan

masih cenderung kasar dan ketika pemotongan telah mencapai diameter yang

diinginkan, ketika digunakan ulir hasil bubut tidak dapat digunakan. Ini

disebabkan adanya backlash sehingga kedalaman pahat tidak akurat. Proses

pemotongan dilakukan secara berulang-ulang hingga didapatkan fungsi ulir yang

diinginkan. Namun permukaan hasil bubut masih cenderung kasar. Ini karena

kecepatan makannya yang terlalu besar sehingga menyebabkan hasil pemotongan

cenderung kasar. Setelah dilakukan pemotongan ulir, dilakukan pembuatan

chamfer pada ulir dengan sudut chamfer sebesar 60 derajat dengan kecepatan

potong sebesar 260 rev/min.

Brilliant Dwinata (13111050)

Proses reduksi diameter serta pembuatan ulir,lebih baik menggunakan kedalaman

potong yang tidak terlalu dalam dan gerak makan yang tidak terlalu besar karena

akan menyebabkan pahat memiliki umur yang pendek serta surface finish yang

kurang baik. Parameter ini harus dioptimasi agar umur pahat relatif panjang, serta

waktu pembubutan yang relatif singkat.

Pemilihan pahat juga merupakan parameter penting dalam proses pembubutan.

Geometri pahat dengan sudut pemotongan utama, sudut geram, sudut geser, serta

sudut gesek harus didesain sedemikian rupa agar gaya pemotongan minimum.

Setelah dilakukan pengukuran diameter akhir menggunakan jangka sorong, hasil

pengukuran adalah 10,2mm padahal seharusnya 10mm. Hal ini bisa disebabkan

karena backlash pada tuas pemutar serta kesalahan kumulatif pada ulir tuas.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Hasil champfer pada benda kerja kasar, hal ini disebabkan karena feeding yang

besar, kecepatan potong yang kecil, serta pahat yang tidak cocok untuk

champfering.

Fauzi Achmad (13111051)

Pada praktikum mesin bubut kali ini intinya adalah pembuatan ulir M10 X 1,5 ,

hal pertama yang dilakukan adalah proses facing pada sisi muka benda kerja yang

bentuknya silinder berguna untuk memberi kerataan, kehalusan, dan

memperpendek panjang dari silinder senilai total 0,14 mm dengan kecepatan

potong 370 rpm. Saat proses dilakukan, pada proses facing pahat yang digunakan

sama dengan pahat reduksi diameter namun perbedaanya pahat distel dengan

sudut terhadap muka benda kerja agar bagian badan dari pahat tidak ikut terkena

benda kerja dan melakukan potongan karena pada pahat yang melakukan gerak

potong hanya bagian ujungnya saja.

Proses kedua yaitu melakukan centering pada muka benda kerja yang telah diberi

perlakuan facing, nantinya centering menghasilkan lubang tepat di tangah

permukaan lingkaran pada silinder, berguna sebagai dudukan dari poros sumbu

yang ikut berputar sebagai penyangga benda kerja. Pahat yang digunakan pada

proses centering berbentuk seperti obeng kembang. Kelebihan dari centering

dengan menggunakan mesin bubut dari pada dengan menggunakan mesin gurdi

adalah tak perlu lagi setting tempat agak garis sumbu center benda kerja dan garis

sumbu center pahat berimpit karena setting dari mesin bubut memang kedua garis

itu sudah berimpit. Pada praktikum ini karena pahat centering kurang kencang

diawal mengakibatkan lubang center sedikit lebih besar dari semestinya.

Proses ketiga adalah reduksi diameter yang tadinya dari diameter 22,3 mm

menjadi diameter 10 mm, hal ini berguna untuk membuat kerangka dari ulir

dengan 10 mm adalah diameter mayor dari ulir. Pahat yang digunaan adalah pahat

reduksi diameter. Pada proses ini kedalaman potong maksimal adalah 1,5 mm

dengan kecepatan makan awalnya adalah 0,12 mm/rev namun ada asap yang

timbul akibat gerakan makan terlalu cepat, oleh karena itu gerakan makan

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

dikurangi menjadi 0,1 mm/rev. Karena kedalaman potong maksimal adalah 1,5

mm maka dilakukan pemotongan berulang dengan kedalaman potong 1 mm 1X,

1,5mm 7X dan kedalaman 0,8mm 1X. Hasl gram yang ditimbulkan adalah

berbentuk spiral hal ini karena proses bubut dilakukan pada benda kerja yang

berputar dan continue. Kecepatan makan mempengaruhi pemotongan, oleh karena

itu di akhir dengan kedalaman 0,8mm kita memperlambat gerak makan menjadi

0,05 mm/rev hasilnya permukaan pun mejadi lebih halus. Namun di akhir

pemotongan ternyata diameter tak tepat ada di angka 10 mm namun 10,2 ketika

diukur dengan jangka sorong, hal ini bisa terjadi karena mikrometer pada mesin

bubut sudah tidak cermat lagi dan belum dikalibrasi ulang. Akhirnya ditambahkan

kedalaman 0,2mm pada benda kerja.

Proses keempat yaitu pembuatan ulir dengan pitch 1,5 mm, pada proses ini karena

pengukuran pitch sulit dilakukan, kita hanya mengecek dengan memasangkannya

dengan mur pasangan M10 X 1,5. Hal pertama yang dilakukan adalah mengganti

pahat yang digunakan menjadi pahat ulir yang bentuknya segitiga sama kaki di

ujungnya, lalu setting 0 pada benda kerja, kita men-set kecepatan potong menjadi

85 rpm, dan men-set pengaturan gerakan masuk saat pemotongan agar slalu tepat

dengan pitch 1,5 maka gerakannya 1-8. Kedalaman potong yang digunakan

adalah 0,2 mm dilakukan sedikit demi sedikit agar pahat tak cepat aus dan alur

ulir hasilnya baik tak cacat. Proses dilakukan berulang sampai akhirnya

kedalaman totalnya 2,8 mm dan diamplas di akhir agar sisa-sisa hasil pembuatan

ulir terbuang dan menjadi agak lebih halus.

Proses selanjutnya adalah pembuatan sudut pada ujung ulir sebesar 60°, caranya

dengan mensetting dudukan pahat sebesar 30° dan pahat yang digunakan adalah

pahat yang sama dengan reduksi diameter. Selesai dari pemberian sudut di

ujungnya, maka selanjutnya adalah dilakukan pembersihan dari kotoran-kotoran

bekas proses pembubutan dan benda kerja dicelupkan ke dalam oli agar

melindunginnya dari karat.

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

BAB V

KESIMPULAN

o Sarita Larasati (13111043)

Proses yang dapat dilakukan oleh mesin bubut antara lain adalah:

a. Facing

b. Taper turning

c. Contour turning

d. Form turning

e. Chamfering

f. Cutoff

g. Threading

h. Boring

i. Drilling

j. Knurling

o Jenis-jenis pahat pada mesin bubut antara lain adalah: (sumber: www.robot-and-

machines-design.com)

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

o Tipe AL dan AR untuk untuk proses boring, chamfering dan bubut yang memungkinkan

sudut 900

o Tipe BL dan BR untuk turning, boring dan

chamfering, cocok untuk roughing

o Tipe C untuk penggunaan umu pada turning, boring dan chamfering

o Tipe D undercutting O.D/I.D chamfering

o Tipe E bisa digunakan untuk V-grooving, chamfering, boring,

turning, facing

o Tipe EL dan ER untuk offset bagian yang

sulit dicapai. Bisa juga untuk V-

grooving

o Tipe FL dan FR

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

o Tipe GL dan GR untuk facing yang dekat

dengan chuck jaws

o Tipe CTL dan CTR untuk cut-off untuk diameter kecil atau untuk groving

o Tipe TSA untuk boring dengan sudut boring bar 900

o Tipe TSC untuk boring dengan sudut boring bar 300

o Tipe TSE untuk boring dengan sudut boring 450

o Parameter proses pada proses bubut antara lain adalah:

a. Kedalaman potong: parameter ini ditentukan berdasarkan jenis material, jenis pahat dan

geometri yang dibutuhkan. Pada mesin bubut parameter ini diatur dengan semacam

mikrometer yang menggerakkan dudukan pahat.

b. Kecepatan potong: parameter ini berhubungan dengan kecepatan putar pada spindel dan

diatur dengan kenop-kenop yang tersedia pada mesin bubut. Parameter ini ditentukan

oleh persamaan: vc=

π .d .N1000

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

c. Kecepatan makan: parameter ini berpengaruh pada dimensi akhir benda kerja. Pada mesin

bubut hal ini diatur dengan kenop-kenop seperti pada penentuan parameter kecepatan

potong.

d. Waktu pemotongan: parameter ini berhubungan dengan kecepatan makan dan panjang

pemotongan. Hal ini dapat ditentukan melalui persamaan t c=

lt

v f

e. Panjang pemotongan: parameter ini menunjukkan ukuran panjang dari benda kerja yang

akan kita kenai proses pembubutan. Panjang pemotongan berhubungan erat dengan

kecepatan makan dan waktu pemotongan.

o Gerak relatif pada mesin bubut adalah:

a. Gerak potong adalah gerak dari benda yang menyebabkan benda lain atau benda itu

sendiri terpotong. Dalam pembubutan ini, gerak potong adalah gerak berputar dari benda

kerja.

b. Gerak makan adalah gerak yang menyebabkan perluasan bidang potong. Dalam

pembubutan ini, gerak makan adalah gerak translasi benda kerja terhadap pahat jika pahat

dianggap diam.

Benny Jhonson (13111046)

Konstruksi mesin bubut

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Cara kerja mesin bubut :Benda kerja dicekam pada chuck, pahat dipasang pahat dikenakan pada benda kerja sampai benda kerja terpotong saat mesin sudah nyala.Pengoperasian mesin bubut1. Nyalakan mesin

2. Tentukan kecepatan makan dan kecepatan potong

3. Benda kerja dipasang pada chuck lalu dikencangkan

4. Pahat dipasang pada tool-post

5. Lakukan zero setting

6. Lakukan proses pembubutan

Aspek keselamatan kerja mesin bubut: Kacamata lab digunakan pada saat proses pembubutan agar terhindar

dari geram yang loncat dari mesin.

Jas lab.

2. Proses yang dapat dikerjakan dengan mesin bubut yaitu

Proses facing

Proses reduksi diameter

Proses pembuatan alur

Proses pembuatan ulir

Proses pembuatan lubang

3. Jenis pahat tergantung dari jenis proses yang dilakukan.

Tipe C mempunyai ujung yang berbentuk kotak, untuk penggunaan

umu pada turning, boring dan chamfering.

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Tipe E merupakan pahat standar dengan sudut 600 yang bisa

digunakan untuk V-grooving, chamfering, boring, turning, facing

Tipe FL dan FR umumnya digunakan pada msin lathe turret untuk

straddle facing, tetapi dapat juga digunakan untuk lathe konvensional.

Tipe GL dan GR untuk facing yang dekat dengan chuck jaws

4. Parameter proses bubut yaitu

a. Kecepatan potong

Kecepatan potong menyesusaikan material benda kerja. Kecepatan potong berdasarkan tombol yang dipilih yang tertera pada mesin.

b. Kecepatan makan

Permukaan halus atau kasar ditentukan dari kecepatan makannya. Semakin lambat kecepatannya maka akan semakin halus. Kecepatan makan berdasarkan tombol yang dipilih yang tertera pada mesin.

c. Kedalaman potong

Semakin dalam permukaan yang dipotong, semakin kasar permukaan yang dihasilkan.

d. Sudut pahat

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Pada geram, apabila sudut pahat semakin besar maka semakin besar geram yang dihasilkan. Juga mengakibatkan pahat yang digunakan menjadi cepat aus. Pada benda kerja, sudut pahat menentukan bentuk benda kerja.

5. Gerak relative pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua

macam komponen gerakan :

Gerak potong (cutting movement) adalah gerak dari benda yang

menyebabkan benda lain atau benda itu sendiri menjadi terpotong,

yaitu gerak benda yang berputar pada porosnya.

Gerak makan feeding movement) adalah gerak memperluas bidang

potong. Gerak ini adalah gerak translasi pahat dengan arah horizontal.

Perstson Sihombing (13111048)

Muhammad Akbar P. (13111049)

6. Konstruksi mesin bubut

Cara

kerja mesin bubut :Benda kerja dicekam pada chuck, pahat dipasang, pahat dikenakan pada benda kerja sampai benda kerja terpotong ketika mesin bubut menyala.

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Pengoperasian mesin bubut7. Nyalakan mesin

8. Tentukan kecepatan makan dan kecepatan potong

9. Benda kerja dipasang pada chuck lalu dikencangkan

10. Pahat dipasang pada tool-post

11. Lakukan zero setting

12. Lakukan proses pembubutan

Aspek keselamatan kerja mesin bubut: Kacamata lab digunakan pada saat proses pembubutan agar terhindar

dari geram yang loncat dari mesin.

Jas lab.

Alas kaki.

7. Proses yang dapat dikerjakan dengan mesin bubut yaitu

Proses facing

Proses reduksi diameter

Proses pembuatan alur

Proses pembuatan ulir

Proses pembuatan lubang

8. Jenis pahat tergantung dari jenis proses yang dilakukan.

Tipe E merupakan pahat standar dengan sudut 600 yang bisa

digunakan untuk V-grooving, chamfering, boring, turning, facing

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Tipe FL dan FR umumnya digunakan pada mesin lathe turret untuk

straddle facing, tetapi dapat juga digunakan untuk lathe konvensional.

Tipe GL dan GR untuk facing yang dekat dengan chuck jaws

9. Parameter proses bubut yaitu

e. Kecepatan potong

Kecepatan potong menyesusaikan material benda kerja. Kecepatan potong berdasarkan tombol yang dipilih yang tertera pada mesin.

f. Kecepatan makan

Permukaan halus atau kasar ditentukan dari kecepatan makannya. Semakin besar kecepatannya maka akan semakin kasar permukaan yang dihasilkan. Kecepatan makan berdasarkan tombol yang dipilih yang tertera pada mesin.

g. Kedalaman potong

Semakin dalam permukaan yang dipotong, semakin kasar permukaan yang dihasilkan.

h. Sudut pahat

Pada geram, apabila sudut pahat semakin besar maka semakin besar geram yang dihasilkan. Juga mengakibatkan pahat yang digunakan menjadi cepat aus. Pada benda kerja, sudut pahat menentukan bentuk benda kerja.

10. Gerak relative pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua

macam komponen gerakan :

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Gerak potong (cutting movement) adalah gerak dari benda yang

menyebabkan benda lain atau benda itu sendiri menjadi terpotong,

yaitu gerak benda yang berputar pada porosnya.

Gerak makan feeding movement) adalah gerak memperluas bidang

potong. Gerak ini adalah gerak translasi pahat dengan arah horizontal.

Terbentuknya geram adalah hasil dari gerak makan yang memperluas

benda kerja dan memotong benda kerja sehingga dihasilkan geram

akibat dari pemotongan yang dilakukan oleh pahat.

Brilliant Dwinata (13111050)

Bagian-bagian utama dalam mesin bubut antara lain

1. Kepala diam (headstock), bagian ini dapat memutar benda kerja sesuai dengan

porosnya. Bagian-bagian dari head stock yaitu spindle, pencekam untuk

Page 31: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

menguatkan posisi benda kerja, transmisi gigi mengatur kecepatan putar benda

kerja.

2. Alas (bed) yang menunjang pergeseran yang terjadi di carriage,

3. Kepala gerak (tail stock) dapat menumpu benda kerja yang berputar saat

melakukan bubut between center. Dapat juga memegang dan memberikan

gerak makan pada pahat.

4. Peluncur silang (cross slide) berfungsi saat mesin membubut muka (facing).

Melekat pada carriage dan dapat mengatur kedalaman potong.

5. Dudukan pahat (tool post) tempat pahat potong dipasang

6. Penumpu dudukan pahat (compound rest) dapat melakukan gerak translasi

bersama peluncur silang kereta.

7. Batang penggerak (fed rod) memfasilitasi gerakan carriage dan cross slide.

8. Blir penggerak (lead screw) digunakan saat pembuatan ulir.

9. Spindle mempunyai check jaw yang mencengkram benda kerja agar posisi

stabil, berbentuk silinder.

10. Rel sebagai tempat carriage dan toolpost bergerak.

Proses-proses yang dapat dilakukan dengan mesin bubut yaitu :

- Proses meratakan permukaan (facing)

- Proses reduksi diameter

- Proses pembuatan ulir

- Taper turning

- Contour tuning

- Form turning

- Cut-off

- Drilling

- Boring

- Knurling

- Chamfering

Page 32: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Gerak relatif pada proses bubut:

Gerak makan: pahat bergerak secara translasi

Gerak potong: Benda kerja bergerak rotasi

Parameter pada mesin bubut :

- Cut rate (kecepatan potong) vc=

π . d . N1000

- Feed rate (kecepatan makan) v f= f . N

- Depth of cut (kedalaman potong) d=

(d0+dm)2

−d0

- Cutting time (waktu pemotongan) t c=

lt

v f

- Metal removal rate Z=f . A . vc

Fauzi Achmad (13111051)

Bagian-bagian dari mesin bubut yaitu sebagai berikut

- Bed (alas)

- Carriage (kereta)

- Spindle

- Head Stock (kepala diam)

- Tail Stock (kepala gerak)

- Cross Slide (peluncur silang)

- Compound Rest (penumpu dudukan pahat)

- Tool Post (dudukan pahat)

- Way (rel)

Page 33: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

- Lead Screw (ulir penggerak)

- Feed Rod (batang penggerak)

Proses – proses yang dapat dilakukan oleh mesin bubut :

- Facing - Boring

- Turning - Knurling

- Chamfering -Drilling

- Threading

Gerak makan: pahat bergerak secara translasi

Gerak potong: Benda kerja berputar pada sumbu tetap

Parameter-parameter dalam proses bubut adalah

- Kecepatan potong :

v=π . d . n1000 (m/min)

- Kecepatan makan :

v f= f .n (mm/min)

- Kedalaman potong :

a = d1-d2 (mm)

2

Page 34: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

LAMPIRAN

TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen mesin bubut yang digunakan pada

praktikum dengan lengkap

2. Jelaskan mengenai proses bubut yang telah di lakukan dan kegunaannya!

3. Gambarkan Pahat bubut dan tunjukkan bagian bagian utama nya!

4. Hitung kecepatan potong dan kecepatan makan yang di perlukan untuk

mereduksi permukaan silinder pada percobaan yang telah di lakukan dan

bagaimana mengatur susunan tuas kecepatan spindle dan gerak makan pada

bubut!

5. Bagaimanakah bentuk penampang geram yang terjadi dari proses bubut reduksi

permukaan? Gambarkan dan jelaskan!

Sarita Larasati (13111043)

1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen mesin bubut yang digunakan pada praktikum

dengan lengkap!

Page 35: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Bagian-bagian utama dari mesin bubut :

Alas (bed)

Berfungsisebagai tempat beroperasinya komponen-komponen mesin bubut lain.

Kepala Diam (head stock)

Berfungsisebagai tempat spindel, gearbox dan chuck (pencekam benda kerja) berada. Di

sini juga terdapat spindle speed selector dan feed selector untuk mengatur kecepatan putar

benda kerja dan gerak makan.

Kepala Gerak (tail stock)

Bagianinidapatdigerakkansepanjangcross slideuntukmenyesuaikandenganpanjang benda

kerja.Bagianjugainiberfungsiuntuk mencengkram benda kerja dan memastikan center.

Poros Utama (spindle)

Bagian ini menempel pada head stock dan berputar untuk memberikan gerak potong.

Carriage

Suatu komplek komponen yang terdiri dari tool post (pencengkram pahat), carriage hand

wheel (mengatur gerak carriage), compound (menopang tool post) dan cross slide

(mengatur kedalaman potong dan membantu facing). Carriage bergerak sepanjang slide

ways.

Ulir Penggerak (lead screw)

Bagian yang menahan carriage agar dapattetapstabil sekaligus membantu pergerakan

carriage. Bentuknya ulir panjang.

Page 36: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Batang Penggerak (feed rod)

Bagian yang berfungsi untuk menunjang pergerakan carriage. Bentuknya panjang

panjang.

2. Jelaskan mengenai proses-proses bubut yang telah dilakukan dan kegunaannya!

b. Proses perataan permukaan (facing): berfungsi menghaluskan permukaan penampang dari

benda kerja (cross section area) yang tegak lurus dengan sumbu. Cara kerjanya:

o Mengatur posisi pahat setinggi sumbu utama mesin (centering).

o Menentukan kedalaman nol dari pahat. Pahat diposisikan miring pada ujung benda kerja

yang bebas.

o Menentukan kedalaman potong dengan posisi ujung pahat hampir menyentuh ujung

benda kerja lalu atur mikrometer ke angka nol

o Melakukan proses pembubutan secara manual dengan tangan memutar engkol.

Sedangkan arah gerak makan melintang dan menuju pusat benda kerja.

c. Proses reduksi diameter: berfungsi mengurangi panjang diameter penampang suatu benda

kerja dengan bentuk silinder. Cara kerjanya:

o Mengukur diameter awal benda kerja.

o Centering dengan pahat drill sehingga tail stock dapat mencengkram benda kerja.

o Mengatur kedalaman nol pahat dengan memposisikan pahat tepat saat akan menggores

benda kerja (seperti pada facing)

o Menentukan kedalaman potong, kecepatan putar spindel dan gerak makan dengan kenop-

kenop yang tersedia dan dibantu dengan tabel. Atur agar kedalaman potong tidak terlalu

dalam agar tidak merusak pahat dan dihasilkan permukaan halus.

o Proses reduksi diameter dilakukan secara bertahap sampai mendapatkan diameter yang

diinginkan.

d. Proses pembuatan ulir: berfungsi untuk membuat ulir eksternal dalam satuan metric

maupun satuan inchi. Cara kerjanya:

o Tentukan pahat yang akan digunakan. Lalu centering dan pengaturan kedalaman nol

seperti dua proses sebelumnya.

Page 37: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

o Melakukan proses grooving, yang berfungsi sebagai batas akhir proses pembubutan pada

satu sumbu. Kedalaman grooving lebih besar dibandingkan dengan kedalaman ulir,

sehingga tidak akan merusak bagian benda kerja lain apabila terjadi kesalahandalam

menghentikan gerak makan.

o Membentuk chamfer pada ujung benda kerja.

o Menentukan jarak pitch yang diinginkan dengan mengatur tuas yang berada di daerah

bawah carriage dibantu dengan tabel pengatur ulir.

o Proses pembuatan ulir dilakukan secara bertahap sampai didapatkan kedalaman ulir yang

diinginkan.

3. Gambarkan pahat bubut dan tunjukkan bagian-bagian utamanya!

4. Hitung kecepatan potong dan kecepatan makan yang diperlukan untuk mereduksi

permukaan silinder pada percobaan yang telah dilakukan dan bagaimana cara mengatur

susunan tuas kecepatan spindle dan gerak makan pada mesin bubut?

Data-data : d = 22.3 mm

N = 370 rpm

f = 0,2 mm/rev

Kecepatan potong:

vc=π . d . N1000

vc=π (22.3 )(370)

1000=25.921

mmmenit

Kecepatan makan:

Page 38: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

v f= f . N

v f= (0,2 ) (370 )=74mm

menit

Menentukan kecepatan putar spindel dan gerak makan pada mesin bubut sangat

tergantung pada jenis mesin bubut masing-masing. Pada daerah bed di bawah headstock

terdapat kenop-kenop dan tabel yang menjadi acuan menentukan kecepatan putar spindel

dan gerak makan. Pada mesin bubut yang kami gunakan, untuk mengatur kecepatan putar

spindel digunakan dua kenop yang menunjukkan indeks tertentu. Sedangkan tabelnya

menunjukkan besaran kecepatan hasil kombinasi kedua kenop tersebut. Untuk

menentukan gerak makan pada mesin bubut ini digunakan empat buah kenop, tiga buah

kenop dengan tiga indeks dan satu kenop dengan delapan indeks. Cara menentukannya

tidak berbeda dengan menentukan kecepatan putar spindel yakni dengan menggunakan

tabel yang menunjukkan besaran-besaran hasil kombinasi kenop-kenop tersebut.

5. Bagaimanakan bentuk penampang geram yang terjadi pada proses bubut reduksi

permukaan? Gambarkan dan jelaskan!

Bentuk geram hasil proses bubut reduksi diameter adalah serpihan spiral tipis yang

diskontinu. Hal ini disebabkan karena arah gerak pahat adalah tegak lurus dengan sumbu

benda kerja yang penampangnya berbentuk lingkaran sedangkan benda kerja berputar.

Benny Jhanson (13111046)

1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen mesin bubut yang digunakan pada pratikum!

Page 39: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Kepala Diam (head stock) berfungsi untuk memutar benda kerja,

memiliki spindel, chuck (pencekam) untuk memegang benda kerja dan

rem listrik untuk memulai, mengakhiri, dan menyentakkan benda.

Poros Utama (spindle) berfungsi untuk mencengkram benda kerja agar

posisinya stabil.

Alas (bed) berfungsi untuk menunjang gerak translasi kereta

Dudukan Pahat (tool post) merupakan tempat pahat dipasang, berada di

atas carriage

Penumpu Dudukan Pahat (Compound Rest) berfungsi sebagai tempat

tumpuan pahat, posisinya menempel pada cross slide.

Peluncur Silang (cross slide) berfungsi untuk mengatur kedalaman

potong pahat dan berfungsi saat membubut muka ( facing ).

Kepala Gerak (tail stock) berfungsi untuk mencekram benda kerja dan

memberikan gerak makan pada pahat.

Ulir Penggerak (lead screw) berfungsi menahan carriage agar dapat

tetap stabil.

Batang Penggerak (feed rod) berfungsi untuk menunjang pergerakan

carriage

2. Jelaskan mengenai proses-proses bubut yang telah dilakukan dan kegunaannya!

a. Proses meratakan permukaan (Facing) Memasang benda kerja terlebih dahulu pada poros utama Mengatur posisi pahat hingga berada pada ketinggian yang sama

dengan sumbu putar benda kerja. Menentukan kedalaman potong serta arah gerak makan melintang Melakukan proses pembubutan secara manual (menggunakan tangan)

b. Proses reduksi diameter Mengukur diameter benda kerja Ujung benda kerja dilubangi dengan pahat drill pada tailstock untuk

menumpu ujung benda kerja Posisi pahat diatur (centering) dan menentukan zero setting

Page 40: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Menentukan arah dan kecepatan makan dengan mengatur tuas pemilih gerak makan sesuai dengan dimensi dari hasil bubut yang diinginkan.

Menentukan kedalaman potong yang diinginkan Reduksi dilakukan secara bertahap hingga mencapai dimensi yang

diinginkan Mengukur diameter akhir benda kerja

c. Proses pembuatan ulir (threading) Mengganti pahat menjadi pahat ulir dan mengatur posisi Melakukan centering dan zero setting Melakukan grooving dengan tujuan membuat batas akhir untuk proses

threading. Menentukan besarnya pitch dengan mengatur tuas. Memeriksa lead screw untukmemastikan roda gigi sesuai

denganspesifikasi yang tertera di table pengatur ulir Melakukan proses pembubutan sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi

yang telah kita tentukan sebelumnya.

3. Gambarkan bentuk pahat bubut dan tunjukkan macam – macam sudut bidangnya!

Tipe-tipe pahat :

Tipe AL dan AR untuk untuk proses boring, chamfering dan bubut yang memungkinkan sudut 900

Tipe BL dan BR untuk turning, boring dan chamfering, cocok untuk roughing. Mempunyai lead angle 150

Tipe C mempunyai ujung yang berbentuk kotak, untuk penggunaan umu pada turning, boring dan chamfering

Tipe D mempunyai sudut 800 dan mempunyai angle tool untuk undercutting O.D/I.D chamfering

Page 41: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Tipe E merupakan pahat standar dengan sudut 600 yang bisa digunakan untuk V-grooving, chamfering, boring, turning, facing

Tipe EL dan ER mempunnyai sudut 600 untuk offset bagian yang sulit dicapai. Bisa juga untuk V-

grooving

Tipe FL dan FR umumnya digunakan pada msin lathe turret untuk straddle facing, tetapi dapat juga digunakan untuk lathe

konvensional

Tipe GL dan GR untuk facing yang dekat dengan chuck jaws

Tipe CTL dan CTR untuk cut-off untuk diameter kecil atau untuk groving

Tipe TSA untuk boring dengan sudut boring bar 900

Tipe TSC untuk boring dengan sudut boring bar 300

Tipe TSE untuk boring dengan sudut boring 450

Page 42: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

4. Hitung kecepatan potong dan makan yang diperlukan untuk mereduksi permukaan silinder pada percobaan yang telah dilakukan dan bagaimana mengatur susunan tuas kecepatan spindel dan gerak makan pada mesin bubut!

Data – data : d = 22,3 mm N = 370 rev/min f = 0,1 mm/rev

kecepatan potong =

vc=π . d . N1000

vc=π (22,3 )(370)

1000=25.91

mmmenit

Kecepatan makan =

v f= f . N

v f= (0,1 ) (370 )=37mm

menit

Untuk mengatur susunan tuas kecepatan spindle yaitu dengan melihat

tabel yang sudah tersedia pada mesin bubut di bagian atas. Pada tabel tersebut

berisi beberapa kecepatan spindle yang bisa dilakukan mesin bubut. Cara

memilihnya adalah memutar 2 knob pemilih dimana satu knob untuk kolom

table dan satunya lagi untuk baris pada table.

Begitu juga untuk mengatur gerak makan adalah melihat tabel yang

sudah tersedia pada mesin bubut bagian depan agak ke bawah. Pada tabel

Page 43: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

tersebut gerak makan yang tersedia dinyatakan dengan 4 kode. Untuk memilih

gerak makan disediakan 4 knob pemilih. Cara memilihnya adalah memutar

knob-knob yang tersedia sesuai kode gerak makan yang diinginkan. Contoh : jika

ingin melakukan gerak makan secepat 0,05 mm/rev, pada tabel tertera kode

AS8W maka pilih knob sesuai kode tersebut.

5. Bagaimanakah bentuk penampang geram yang terjadi dari proses bubut reduksi permukaan ? Gambarkan dan jelaskan!

Bentuk geram yang dihasilkan pada proses bubut reduksi permukaan adalah serpihan serbuk tipis. Hal ini dikarenakan gerak mata pahat tegak lurus sumbu benda kerja sedangkan benda kerja gerak berputar.

Perstson Sihombing (13111048)

Muhammad Akbar P. (13111049)

Brilliant Dwinata (13111050)

1. Bagian bagian utama mesin bubut

Kepala diam (headstock), bagian ini dapat memutar benda kerja sesuai

dengan porosnya. Bagian-bagian dari head stock yaitu spindle,

pencekam untuk menguatkan posisi benda kerja, transmisi gigi

mengatur kecepatan putar benda kerja.

Alas (bed) yang menunjang pergeseran yang terjadi di carriage,

Kepala gerak (tail stock) dapat menumpu benda kerja yang berputar

saat melakukan bubut between center. Dapat juga memegang dan

memberikan gerak makan pada pahat.

Peluncur silang (cross slide) berfungsi saat mesin membubut muka

(facing). Melekat pada carriage dan dapat mengatur kedalaman potong.

Dudukan pahat (tool post) tempat pahat potong dipasang

Page 44: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Penumpu dudukan pahat (compound rest) dapat melakukan gerak

translasi bersama peluncur silang kereta.

Batang penggerak (fed rod) memfasilitasi gerakan carriage dan cross

slide.

Blir penggerak (lead screw) digunakan saat pembuatan ulir.

Spindle mempunyai check jaw yang mencengkram benda kerja agar

posisi stabil, berbentuk silinder.

Rel sebagai tempat carriage dan toolpost bergerak.

2. Proses yang bisa dilakukan dengan mesin bubut :

Facing = menghaluskan permukaan

Chamfering = membuat chamfer dagn sudut 600

Threading = membuat alur

Centering = menandai bagian tengah benda kerja supaya bisa ditopang

tailstock

3.

4. Diketahui :

D = 22,3 mm ധ= 370 Rpm f = 0.1 mmRev

Page 45: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Kecepatan potong :

V c=π .d .ധ1000

=π ×22,3 ×3701000

=25,921mmmin

Kecepatan makan :

V f =f .ധ=0,1× 370=37mmmin

Putaran Spindle per menit (n):

40 , 58, 85, 125, 180, 260, 370, 540, 800, 1200, 1700, dan 2500 rotasi/min

5. Penampang geram

Geram mayoritasnya berbentuk spiral, ini

disebabkan karena geometri pahat yang didesain

Tabel Gerak Makan (satuan mm)

Pemilihan gerak makan di pilih dengan

combinasi kode yang berada di

sampingnya.

Misal, gerakmakan 0,03makakodenya

AT1X

Kecepatan potong (V)

V=πdn

1000

Macam-macam kecepatan potong ini bisa diatur

dengan pasangan roda gigi yang berbeda beda.

Page 46: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

supaya geram terlepas. Jika material getas, geram tidak akan panjang, sedangkan

jika material ulet geram yang terbentuk akan panjang.

Fauzi Achmad (13111050)

1.

- Bed (alas)

Bagian ini fungsinya untuk menunjang gerakan translasi pada carriage

(kereta). Bahan bed ini sebaiknya memiliki spesifikasi kekakuan yang dapat

menahan benturan saat mesin sedang dioperasikan.

- Carriage (kereta)

Kereta berfungsi memberikan gerak makan pada pahat dengan bergerak

sepanjang rel kearah kiri dan kanan secara otomatis ataupun manual.

- Spindle

Merupakan poros utama yang berbentuk silinder. Digunakan untuk

mencekam benda kerja agar kedudukannya stabil.

- Head Stock (kepala diam)

Page 47: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

Berfungsi untuk memberikan daya untuk memutar benda kerja sesuai

dengan porosnya. Terdiri dari spindle, gigi transmisi, pencekam, dan rem

listrik.

- Tail Stock (kepala gerak)

Dapat digerakkan sepanjang bed dan berfungsi untuk memegang center yang

digunakan untuk menumpu benda kerja dan memegang serta memberikan

gerak makan pada pahat.

- Cross Slide (peluncur silang)

Berfungsi untuk mengatur kedalaman potongdan saat melakukan bubut

muka (facing). Terletak melekat pada carriage.

- Compound Rest (penumpu dudukan pahat)

Dapat disebut bagian dari carriage. Letaknya bertumpu pada cross slide.

- Tool Post (dudukan pahat)

Merupakan tempat dimana pahat potong dipasang, letaknya bertumpu pada

compound rest.

- Way (rel)

Jalur tempat carriage dan tool post bergerak.

- Lead Screw (ulir penggerak)

Digunakan saat pembuatan ulir.

- Feed Rod (batang penggerak)

Berfungsi untuk membantu pergerakan carriage dan cross slide.

Page 48: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

2. Proses pada mesin bubut:

Proses Facing

-Mengatur posisi pahat supaya segaris horizontal dengan sumbu utama mesin

(centering). Menentukan kedalaman nol dari pahat. Pahat diposisikan miring pada

ujung benda kerja yang bebas.

-Menentukan kedalaman potong dan arah gerak makan melintang. Arah gerak

makan pahat menuju pusat benda kerja.

-Melakukan proses pembubutan secara manual dengan tangan memutar engkol,

karena alat untuk menentukan kedalaman potong tidak berfungsi.

Proses Reduksi diameter

-Mengukur diameter benda kerja.

-Melakukan pelubangan pada ujung benda kerja dengan menggunakan pahat drill

yan dipasang pada tailstock. Lubang ini berfungsi sebagai tempat tailstock untuk

menumpu benda kerja.

-Mengatur posisi pahat (centering). Menentukan kedalaman nol.

-Menentukan arah dan kecepatan makan dengan mengatur tuas pemilih gerak

makan sesuai dengan dimensi hasil bubut yang diinginkan.

-Menentukan kedalaman potong dengan menggunakan alat pengukur

Proses reduksi diameter dilakukan secara bertahap sampai mendapatkan diameter

yang diinginkan.

-Mengukur diameter benda kerja setelah melalui proses pembubutan.

Proses Pembuatan Ulir

-Mengganti mata pahat. Mengatur posisinya seperti yang dilakukan pada proses

facing dan reduksi diameter. Melakukan centering. Menentukan kedalaman nol.

-Melakukan proses grooving, yang berfungsi sebagai batas akhir ulir. Kedalaman

grooving lebih besar dibandingkan dengan kedalaman ulir. Melakukan proses

chamfer pada ujung benda kerja.

-Menentukan jarak pitch yang diinginkan dengan mengatur tuas.

Page 49: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

-Memeriksa lead screw, untuk memastikan roda gigi di dalamnya sesuai dengan

spesifikasi yang tertera di table pengatur ulir.

-Melakukan proses pembubutan sesuai dengan nomor gerak yang dipilih pada

lead screw.

-Proses pembuatan ulir dilakukan secara bertahap sampai didapatkan kedalaman

ulir yang diinginkan.

3.Bentuk Pahat pada mesin bubut:

4. Diketahui :

D = 22,3 mm ധ= 370 Rpm f = 0.1 mmRev

Kecepatan potong :

V c=π .d .ധ1000

=π ×22,3 ×3701000

=25,921mmmin

Kecepatan makan :

V f =f .ധ=0,1× 370=37mmmin

Cara mengatur susunan tuas kecepatan spindle dan gerak makan :

Page 50: LAPORAN PRAKTIKUM BUBUT

- Untuk mengatur kecepatan spindel, terdapat tabel pada bagian atas mesin

bubut. Tabel tersebut menyediakan nilai kecepatan yang dapat dilakukan mesin

lathe beserta posisi tuas untuk mengaplikasikan kecepatan yang tersedia pada

mesin lathe. Cara pemilihan kecepatan potong dilakukan dengan memutar 2 kenob

yang terdapat pada headstock. Satu kenob untuk baris pada tabel dan satu kenob

untuk kolom tabel.

- Untuk mengatur kecepatan makan dapat melihat tabel lain yang tersedia

pada mesin bubut dimana pada tabel tersebut terdapat kecepatan gerak makan

yang dinyatakan dengan 4 kode tertentu. Untuk memilih kecepatan makan yang

diinginkan, 4 kenob yang tersedia dapat dikondisikan sesuai dengan tabel

kecepatan makan.

5 . Pada proses bubut reduksi, gram berbentuk

spiral dan kadang bergelombang, hal ini

dikarenakan benda kerja yang berputar dan

pahat yang bergerak continue menghasilkan

gram yang berbentuk spiral seperti itu.