lapor an akhir tah un model kawasan ruma h...

19
BA M BA LAI BESAR BALAI P MODEL K (M-KR ADAN PEN R PENGKA PENGKAJ LAPOR KAWASA RPL) KAB KEMEN NELITIAN AJIAN DAN IAN TEKN RAN AKH AN RUMA BUPATE Oleh Misra Khaidir Ah Zarwa Aguswar Syamsur TERIAN P DAN PEN PENGEMB NOLOGI P 2012 HIR TAH AH PANG N DHAR : n hmadi an rman rizal PERTANIA NGEMBAN BANGAN T PERTANIA 2 HUN GAN LES RMASRAY AN NGAN PER TEKNOLOG AN SUMAT STARI YA RTANIAN GI PERTAN TERA BAR 1 NIAN RAT

Upload: trinhdan

Post on 06-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BA

M

BA

LAI BESARBALAI P

MODEL K(M-KR

ADAN PENR PENGKAPENGKAJ

LAPOR

KAWASARPL) KAB

KEMENNELITIAN AJIAN DAN

IAN TEKN

RAN AKH

AN RUMABUPATE

Oleh

MisraKhaidir Ah

ZarwaAguswarSyamsur

TERIAN PDAN PEN PENGEMB

NOLOGI P

2012

HIR TAH

AH PANGN DHAR

:

n hmadi an rman rizal

PERTANIANGEMBANBANGAN TPERTANIA

2

HUN

GAN LESRMASRAY

AN NGAN PERTEKNOLOGAN SUMAT

STARI YA

RTANIAN GI PERTANTERA BAR

1

NIAN RAT

2

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya, memiliki sumber daya hayati yang melimpah.

Sumberdaya alam Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam dari satu

wilayah ke wilayah lainnya, baik sebagai sumber karbohidrat maupun protein, vitamin dan

mineral, yang berasal dari kelompok padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, kacang-

kacangan, sayur dan buah serta biji berminyak. Namun ironisnya, tingkat konsumsi sebagian

penduduk Indonesia masih dibawah anjuran pemenuhan gizi.

Di Sumatera Barat, sektor pertanian merupakan sumber pendapatan bagi sebagian

besar (>54,0%) penduduk Sumatera Barat. Sementara sumbangannya terhadap PDRB relatif

rendah, tahun 2008 sekitar 24,5% (Bappeda, 2009). Dari data di atas terlihat bahwa

pendapatan petani relatif rendah dibanding sektor lainnya, karena 24,5 % PDRB tersebut

terdistribusi kepada 639.700 KK tani. Dari 639.700 KK tani tersebut 136.630 KK diantaranya

merupakan rumah tangga tani miskin (43,70 % dari seluruh KK miskin yang ada di Sumbar).

Data BPS juga menunjukkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) hanya mencapai 74,21 %, yang

menunjukkan bahwa tidak stabilnya kehidupan petani akibat tingginya perbedaan indeks harga

yang dibayarkan petani dan indeks harga yang diterima petani.

Menyadari hal tersebut di atas, Pemerintah Indonesia telah merintis upaya

meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga melalui berbagai program, salah satunya

melalui pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di

lingkungannya. Upaya tersebut dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola

oleh rumah tangga.

Potensi lahan pekarangan cukup besar, di Indonesia mencapai 10,3 juta ha dari

keseluruhan luas lahan pertanian (BBP2TP, 2011). Di Sumatera Barat luas lahan pekarangan

mencapai 85.141 ha yang tersebar di 12 kabupaten dan 9 (Sembilan) kota (Bappeda dan BPS

Sumbar, 2010). Potensi yang cukup besar ini merupakan salah satu sumber potensial penyedia

bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

Kementerian Pertanian melalui sebuah kegiatan pengembangan Model Kawasan

Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yaitu sebuah contoh upaya peningkatan kecukupan pangan

rumahtangga (RPL) secara mandiri dan berkelanjutan, mengurangi biaya konsumsi

rumahtangga, dan sekaligus diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka. Tujuannya

adalah: (1) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi

pemanfaatan pekarangan secara lestari; (2) Meningkatkan kemampuan keluarga dan

masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk

budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan

3

ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos; (3)

Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan pekarangan dan

melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan; dan (4) Mengembangkan

kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan

menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Berdasar tujuan tersebut,

sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga

dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara

lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011).

KRPL diharapkan dapat diwujudkan menjadi sebuah model yang mampu mencarikan

solusi ketahanan pangan rumahtangga secara berkelanjutan, baik di perkotaan maupun di

pedesaan (BBP2TP, 2011). Rumahtangga pelaksana M-KRPL ini selanjutnya dijadikan sebagai

contoh untuk dikembangkan oleh rumahtangga lain dalam kawasan pengembangan yang sudah

ditetapkan. M-KRPL diharapkan dilaksanakan secara berkelanjutan, pada gilirannya mampu

meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga, mengurangi biaya konsumsi pangan dan

meningkatkan pendapatan keluarga.

1.2. Dasar Pertimbangan

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah

dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga sekarang, namun belum

dirancang dengan baik dan sistematis pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian

sumberdaya. Oleh karena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam

mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan

konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu untuk diaktualisasikan dalam

menggerakkan kembali budaya menanam dilahan pekarangan.

Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang Pertanian, perhatian petani terhadap

pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai

inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang

diharapkan. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman obat-obatan, tanaman pangan,

tanaman hortikultura, ternak, ikan dan lainnya, selain dapat memenuhi kebutuhan keluarga

sendiri, juga berpeluang memperbanyak sumber penghasilan rumah tangga, apabila dirancang

dan direncanakan dengan baik (BBP2TP, 2011).

1.3. Tujuan

Mengimplementasikan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada kawasan

terpilih di Kabupaten Dharmasraya.

1.4. Keluaran

4

Terimplementasikannya Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada

kawasan terpilih di Kabupaten Dharmasraya.

1.5. Hasil yang diharapkan

Terimplentasikan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada kawasan

terpilih di Kabupaten Dharmasraya dengan beberapa komoditas, meliputi tanaman pangan,

hortikultura, rempah, obat-obatan, ternak dan ikan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

keluarga dan mengurangi pengeluaran.

1.6. Manfaat yang diharapkan

Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) akan meningkatkan

ketahanan pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan, meningkatnya produktivitas usaha,

optimalisasi penggunaan jam kerja keluarga dan meningkatkan pendapatan keluarga.

Terciptanya usaha pertanian serta pengelolaan dan pemeliharaan sumberdaya genetik/plasma

nutfah lokal oleh masyarakat setempat.

1.7. Dampak yang diharapkan

Meningkatnya alokasi jam kerja keluarga, meningkatkan gizi dan pangan, serta

peendapatan masyarakat dalam kawasan tersebut, serta terciptanya lingkungan yang bersih,

sehat dan indah serta terlestarikannya sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal secara mandiri.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tempat tinggal. Lahan

ini jika dipelihara dengan baik bukan saja untuk memenuhi kebutuhan keluarga melainkan juga

untuk menambah penghasilan keluarga (Kristanti, 2011). Pekarangan sering juga disebut

sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Sayuran yang dihasilkan dari

pekarangan lebih sehat untuk dikonsumsi, karena merupakan sayuran organik (Prapanca,

2005). Hasil pengkajian pada penerapan M-KRPL di Pacitan jawa Timur dapat mengurangi

pengeluaran rumah tangga antara Rp 195.000,- sampai Rp 700.000,- per bulan, meningkatkan

ketahanan pangan keluarga dan Pola Pangan Harapan (PPH). Hasil penelitian Ginting, dkk

(1984) juga menunjukkan bahwa pekarangan dapat memberikan sumbangan pada pendapatan

antara 7 sampai 45 persen (Nainggolan, 2005).

Pengelompokkan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan.

Pekarangan perkotaan di kelompokkan atas 4 strata, yaitu: (1) Rumah tipe 21, dengan total

luas tanah sekitar 36 m2 atau tanpa halaman; (2) Rumah tipe 36 dengan luas tanah sekitar 72

m2 atau halaman sempit; (3) Rumah tipe 45 dengan luas pekarangan 90 m2 atau halaman

sedang; dan (4) Rumah tipe 54 atau 60 dengan luas pekarangan 120 m2 atau halaman luas.

Pekarangan perdesaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu: (1) pekarangan sangat sempit (tanpa

halaman), (2) pekarangan sempit (<120 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4)

pekarangan luas (>400 m2) (BBP2TP, 2011).

Pengaturan tataletak tanaman dalam pemanfaatan pekarangan harus memperhatikan

kecukupan sinar matahari, karena pada prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari

yang cukup sepanjang hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai dari bagian Timur

dan tempatkan jenis tanaman yang berukuran besar seperti buah-buahan di bagian sebelah

Barat. Hal ini dimaksudkan agar jenis tanaman yang besar tidak menaungi/menghalangi sinar

matahari terhadap tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi tanaman perlu

diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya matahari serta persaingan

antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara. Aturlah tata letak sedemikian rupa

yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan misalnya jangan sampai menghalangi jalan masuk,

menghalangi pandangan, dan sebagian tanaman atau kotoran masuk ke areal kebun tetangga

(Andhika, 2009).

Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan

pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber pangan lokal, pelestarian

sumber pangan lokal, serta kemungkinan pengembangannya secara komersil berbasis kawasan.

6

Komoditas yang dapat dikembangkan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, buah-

buahan serta berbagai sumber pangan lokal. Pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan

budidaya ikan dalam kolam dan ternak (BBP2TP, 2011)

Model penerapan yang dikembangkan untuk lahan sempit adalah model dengan sistem

vertikultur, yaitu pemeliharaan tanam-tanaman yang ditata secara tegak, baik tegak lurus atau

mengarah vertikal dengan sudut tertentu. Terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan dalam

budidaya tanaman secara vertikultur, yaitu: (1) pembuatan rak vertikultur; (2) penyiapan dan

penggunaan pupuk organik; dan (3) penanaman dan pemeliharaan. Media yang digunakan

biasanya terdiri atas: (1) top soil, yaitu lapisan tanah yang banyak mengandung humus; (2)

pasir halus; (3) pupuk kandang; (4) pupuk hijau dan (5) kapur pertanian (Dirjen Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2011).

Penyiraman dilakukan 1-2 kali per hari untuk, pupuk yang digunakan yang bersifat

organik, misalnya pupuk organik cair , kompos dan pupuk kandang (Supriati, dkk., 2008). Sisa-

sisa tanaman dan rumput sebaiknya dikeringkan lalu dikubur ke dalam tanah karena dapat

meningkatkan kesuburan tanah. Sisa tanaman dan serasah ini dapat juga diproses untuk

dijadikan pupuk organik atau kompos.

Faktor kunci untuk mencapai keberhasilan dan keberlanjutan secara lestari dari

pengembangan model KRPL adalah, 1). Para petugas lapangan setempat dan ketua kelompok

sejak awal harus dilibatkan secara aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan.

Diharapkan keterlibatan ini akan memudahkan proses keberlanjutan dan kemandiriannya. 2).

Ketersediaan benih/bibit, penanganan pascapanen dan pengolahan, serta pasar bagi produk

yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan penumbuhan dan penguatan kelembagaan Kebun

Benih/Bibit, pengolahan hasil, dan pemasaran. Selanjutnya, untuk mewujudkan kemandirian

kawasan, perlu dilakukan pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi

tanaman-ternak. 3). untuk menuju Pola Pangan Harapan, diperlukan model diversifikasi yang

dapat memenuhi kebutuhan kelompok pangan (padi-padian, aneka umbi, pangan hewani,

minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lainnya)

bagi keluarga. Model ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan dan

kesejahteraan keluarga. 4). komitmen dan dukungan serta fasilitasi dari pengambil kebijakan

utamanya Pemerintah Daerah untuk mendorong implementasi model inovasi teknologi seperti

model KRPL tersebut dalam gerakan secara aktif di wilayah kerjanya untuk dilaksanakan secara

konsisten merupakan hal penting yang menentukan cepatnya adopsi dan keberlanjutan model

KRPL tersebut (Saliem, 2011).

7

III. METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Lokasi pengkajian Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Kabupaten

Dharmasraya yaitu di Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi, Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten

Dharmasraya.

Waktu pelaksanaan kegiatan dimulai bulan Januari 2012 sampai Desember 2012.

3.2. Tahapan kegiatan

Pengkajian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

a. Koordinasi dan Sosialisasi, Koordinasi dimaksudkan untuk menentukan lokasi dan

kelompok sasaran yang akan menerima program. Sosialisasi dimaksudkan untuk

menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk

rencana tindak lanjut yang akan dilakukan.

b. Karakterisasi kawasan pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-

KRPL) yang dilakukan dengan melaksanakan PRA (Participatory Rural Appraisal) dan

survai lapang.

c. Inplementasi pengembangan M-KRPL. Implementasi kegiatan ini dilakukan

dengan melibatkan kelompok sasaran dan pendampingan teknologi oleh peneliti,

penyuluh dan dinas/instansi terkait.

d. Monitoring dan Evaluasi, dilaksanakan secara partisipatif untuk mengetahui

perkembangan pelaksanaan kegiatan yang sedang dilakukan, dan menilai apakah

kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut sudah sesuai dengan perencanaan yang

telah disusun. Diharapkan evaluator juga dapat berfungsi sebagai motivator bagi

pengurus, anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan

pengelolaan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari.

e. Pelaporan, adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap kegiatan yang telah

dilaksanakan yang dituangkan dalam bentuk laporan akhir tahun.

3.3. Parameter yang diamati

Parameter/data yang diamati adalah komoditas yang telah dikembangkan di lahan

pekarangan, komoditas yang ingin dikembangkan, jumlah pengeluaran pangan keluarga per

8

bulan sebelum dan sesudah menerapkan M-KRPL, pertumbuhan/perkembangan komoditas yang

diintroduksikan, serta perkembangan jumlah KK yang menerapkan, dan lain-lain.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Koordinasi dan Sosialisasi

Koordinasi dan Sosialisasi telah dilakukan dengan berbagai pihak dari tingkat kabupaten

sampai ke penyuluh lapang. Diawali dengan koordinasi dan sosialisasi dengan Kepala Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan

Pelaksana Penyuluhan (diwakili oleh Sekretaris), Koordinator Penyuluh dan Penyuluh lokasi.

Koordinasi tersebut menyepakati bahwa kegiatan M-KRPL di kabupaten Dharmasraya

dilaksanakan di jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi, kecamatan Pulau Punjung. Kegiatan M-

KRPL ini disandingkan dengan kegiatan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana

Penyuluhan kabupaten yaitu kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

(P2KP), dengan pelaksana Kelompok Wanita Tani.

Koordinasi dan Sosialisasi di jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi dilakukan pada tanggal

19 April 2012. Pertemuan sosialisasi M-KRPL dihadiri oleh unsur Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, pemuda,

dan calon pelaksana kegiatan M-KRPL dari Kelompok Wanita Tani Maju Bersama.

b. Karakterisasi kawasan pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-

KRPL) yang dilakukan dengan PRA (Participatory Rural Appraisal) dan survai lapang.

Jorong Ranah Lintas merupakan salah satu jorong dari 5 jorong di nagari Tebing Tinggi

kecamatan Pulau Punjung kabupaten Dharmasraya, dengan penduduk berjumlah 268

kepala keluarga atau 1181 orang.

Anggota M-KRPL saat ini berjumlah 12 0rang, berusia antara 22-60 tahun,

berpendidikan SD sampai tamat SMA dengan pekerjaan utama adalah ibu rumah tangga

dan buruh tani. Jumlah tanggungan keluarga 3-6 orang. Pengeluaran rumah tangga untuk

pangan sebelum kegiatan M-KRPL berkisar antara Rp 614.000,- sampai Rp 1.486.000,- per

bulan. Setelah pelaksanaan kegiatan M-KRPL kebutuhan rumah tangga untuk pangan

perbulan dapat menghemat pengeluaran berkisar Rp 150.000,- sampai Rp 275.000,-.

Karakteristik peserta M-KRPL Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi kecamatan Pulau Punjung

kabupaten Dharmasraya secara rinci dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

9

Tabel 1. Karakteristik peserta M-KRPL Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi kab.

Dharmasraya.

No. Nama Umur (thn)

Pekerjaan Pddk Jumlah tanggungan

Luas lahan Pekarangan

(m²)

Pengeluaran RT untuk

Pangan/bln (Rp,-)

1 Mariani 36 Rumah Tangga SMP 5 390 752.000 2 Masni 35 Rumah Tangga SMP 4 210 614.000 3 Yuniar 30 Rumah Tangga SD 4 255 724.500 4 Yasni 44 Rumah Tangga SLTA 5 225 1.051.000 5 Rohana 50 Rumah Tangga SD 5 300 768.000 6 Yulian 37 Rumah Tangga SD 6 225 990.000 7 Warneli 60 Buruh Tani SD 5 225 1.486.000 8 Meri 22 Buruh Tani SD 3 210 631.000 9 Siti Hawa 45 Rumah Tangga SD 6 240 1.306.000 10 Kusnita 28 Rumah Tangga SLTA 4 255 1.050.000 11 Budiati 30 Rumah Tangga SMP 4 210 744.000 12. Eka 28 Rumah Tangga SD 3 220 654.000

Bila dikelompokkan berdasarkan luas pekarangan, masyarakat pelaksana kegiatan M-

KRPL, umumnya mereka memiliki pekarangan dengan kategori sedang (strata 3, luas 120-

400 m2). Sebelum kegiatan M-KRPL dilaksanakan sebagian lahan pekarangan masyarakat

telah ditanami dengan berbagai tanaman sayuran seperti, terung, kacang panjang, tomat,

katu, dan beberapa tanaman dapur; jahe, sereh, dan kunyit, serta beberapa tanaman obat

seperti; kembang sepatu, selasih,kumis kucing, dan mahkota dewa, akan tetapi tanaman

tersebut pertumbuhannya kurang baik dan letak tanaman tidak beraturan. Hal ini

disebabkan karena masyarakat belum memahami teknologi pemeliharaan tanaman.

Hasil diskusi dan wawancara dengan peserta maka komoditas tanaman pekarangan

yang akan diintroduksikan adalah tanaman sayuran; kangkung, bayam, terung, caisim,

cabe, selada, tomat, buncis, bawang merah, kacang panjang, mentimun, pare, dan oyong.

Tanaman buah-buahan; papaya, belimbing, dan sirsak. Tanaman obat; kunyit putih, temu

lawak, mahkota dewa, dll. Selain itu juga akan diintroduksikan tanaman dapur; kunyit, jahe,

lengkuas, dan ruku-ruku. Beberapa tanaman obat, serta tanaman umbi-umbian seperti ubi

jalar ungu.

c. Implementasi

Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilakukan sampai saat ini adalah :

(1). Membangun Kebun Bibit Desa.

10

Pada lahan kebun bibit desa dibangun rumah pembibitan yang berfungsi untuk

menyediakan bibit bagi anggota kelompok, dan masyarakat sekitar yang membutuhkan.

Kebun bibit ditempatkan disamping areal pekarangan rumah ketua kelompok.

(2). Penanaman Tanaman Sayuran.

Tanaman sayuran yang ditanam adalah; kangkung, bayam, terung, caisim, selada,

bawang merah, mentimun, kacang panjang, oyong, dan pare.

(3). Penanaman Tanaman dapur dan Obat

Tanaman dapur yang ditanam adalah; kunyit, lengkuas, jahe, sereh, dan ruku-ruku,

sedangkan tanaman obat yang ditanam adalah; kumis kucing, lidah buaya, kembang

sepatu, dan mahkota dewa.

(4). Penyiapan Disain Pemanfaatan Pekarangan

Model budidaya tanaman yang diusahakan adalah dengan menggunakan polybag,

bedengan dan tanam langsung, sedangkan penanaman secara vertikultur model rak

hanya diperuntukkan sebagai contoh saja, mengingat lahan pekarangan yang dimiliki a

nggota tergolong kedalam strata 3 dengan luas pekarangan berkisar 200-400 m2.

Tabel 2. Disain pemanfaatan lahan dan komoditas yang di introduksikan di Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, 2012.

No. Nama Luas

(m²) Kelompok

lahan

Model Budidaya

Komoditas yang diintroduksi

1 Mariani 390 Srata 3 (Lokasi KBD)

- Vertikultur model rak

- Polybag/pot - Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buahan Pangan

: bayam, kangkung, caisin, seledri, selada

: cabe, tomat, terung, bawang, bayam, kangkung,

caisin,seledri, selada : terung, pare, oyong, katu,

mentimun, kacang panjang : jahe, lengkuas, ruku-ruku : mahkota dewa, kumis

kucing, lidah buaya, kembang sepatu

: sirsak, durian, pepaya, belimbing madu,rambutan :ubi jalar

2 Masni 210 Strata 3 -Verrtikultur model rak -Polybag/pot - Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buahan Pangan

:bayam, kangkung, caisin, seledri, selada

: bayam, kangkung, cabe, tomat, terung

: kacang panjang, Terung, mentimun

: jahe, kunyit, lengkuas : selasih, sirih merah, kembang

sepatu : sirsak, pepaya, durian,

mangga, belimbing madu, rambutan

:ubi jalar 3 Yuniar 255 Strata 3 - Vertikultur

model rak - Polybag/pot

Sayuran Sayuran

: bayam, kangkung,selada caisin, seledri : cabe, tomat,seledri,selada

terung,bawang,caisin

11

- Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Bumbu Toga Buahan Pangan

:kacang panjang,pare,oyong : jahe, kunyit : kembang sepatu,lidah buaya : sirsak, pepaya,rambutan :ubi jalar

4 Yasni 225 Strata 3 - Vertikultur model rak

- Polybag/pot - Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buah

: bayam, kangkung, caisin, Seledri : Cabe, Tomat, Terung,

bawang, caisin, selada,seledri : pare, kacang panjang : jahe, lengkuas, kunyit : selasih, kumis kucing,

mahkota dewa : sirsak, durian, pisang,papaya,

rambutan 5 Rohana 300 Strata 3 - Vertikultur

model rak - Polybag/pot - Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buah

: bayam, kangkung,caisin, selada : cabe, tomat, terung,

kangkung,bayam :kacang panjang :sereh,kunyit,jahe :kembang sepatu,kumis kucing :pepaya,sirsak,rambutan,

durian 6 Yulian 225 Strata 3 - Polybag/pot

- Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buah

:cabe, tomat, terung,bawang, kangkung,bayam,caisin,

seledri,selada :pare,terung : jahe,lengkuas,kunyit,sereh : mahkota dewa,kumis kucing :sirsak,pepaya,belimbingmadu,

rambutan

7 Warneli 225 Strata 3 - Polybag/pot - Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buah

: bayam,kangkung,caisin, selada,terung,tomat,cabe :terung,pare,oyong : jahe,kunyit,sereh : kumis kucing,selasih : sirsak, pepaya,rambutan

8 Meri 210 Strata 3 - Vertikultur model rak

- Polybag/pot - Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buah

:kangkung,caisin,selada,seledri : cabe,tomat,selada,caisin : kacang panjang,terung :sereh,jahe,ruku-ruku,kunyit : mahkota dewa,kembang

sepatu,selasih : durian,rambutan,papaya

9 Siti Hawa 240 Strata 3 - Polybag/pot

- Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buah

: bayam,kangkung,caisin, seledri,selada,tomat,terung

: terung : jahe,kunyit : mahkota dewa,kumis kucing : sirsak,pepaya,rambutan

10 Kusnita 255 Strata 3 - Vertikultur model rak

- Polybag/pot - Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buah

: bayam,kangkung,ceisin, seledri : cabe,tomat,terung,kangkung,

bayam,selada,ceisin : pare : Jahe,kunyit : kembang sepatu,lidah buaya : pepaya,durian

11 Budiati 210 Strata 3 - Polybag/pot - Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buah

: bayam,kangkung,tomat,cabe, selada,ceisin,terung

: oyong : jahe,kunyit,sereh : mahkota dewa,kembang

sepatu,kumis kucing : pepaya,durian

12 Eka 220 Strata 3 - Polybag/pot

Sayuran

: bayam,kangkung,cabe,tomat, ceisin,selada

12

- Bedengan - Tanam

langsung

Sayuran Bumbu Toga Buah

: pare : jahe,kunyit,sereh : kumis kucing,selasih : pepaya,rambutan

V. KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan beberapa hal:

1. Pada umumnya luas lahan pekarangan yang dimiliki oleh masing-masing peserta M-KRPL

termasuk luas pekarangan sedang (Strata 3) yaitu berkisar 200-400 M2.

2. Tanaman yang telah diintroduksikan adalah tanaman kangkung, bayam, caisin, selada,

seledri, tomat, cabe, kacang panjang, terung, mentimun, oyong, pare, dan bawang merah.

Untuk tanaman buah-buahan telah dikembangkan sirsak ratu, pepaya dan belimbing. Selain

itu juga telah dikembangkan tanaman rempah dan obat-obatan, serta tanaman umbi-

umbian seperti ubi jalar ungu.

3. Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilakukan adalah: (1) Pembangunan

Kebun Bibit Desa (KBD). (2) Penanaman Tanaman Sayuran. (3) Penanaman tanaman

buah-buahan. (4) Penanaman bumbu dapur dan Tanaman Obat.

4. Masing-masing peserta sudah termotivasi untuk menerapkan kegiatan M-KRPL, kondisi ini

diharapkan bisa menjamin keberlanjutan dan tercapainya manfaat serta dampak M-KRPL.

13

VI. KINERJA KEGIATAN

6.1. Keluaran (Output) yang dicapai

Terimplementasikannya Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada

kawasan terpilih di kabupaten Dharmasraya.

6.2 Hasil (Outcome) yang dicapai

Terimplentasikan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kabupaten

Dharmasraya, meliputi tanaman hortikultura, rempah, obat-obatan, dan umbi-umbian

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan mengurangi pengeluaran.

6.3. Manfaat ( Benefit) yang dicapai

Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) akan meningkatkan

ketahanan pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan, meningkatnya produktivitas usaha,

optimalisasi penggunaan jam kerja keluarga dan meningkatkan pendapatan keluarga 20-30%.

Terciptanya usaha pertanian dan pemeliharaan sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal oleh

masyarakat setempat.

6.4. Dampak (Impact) yang dicapai

Meningkatnya alokasi jam kerja keluarga, meningkatkan ketahanan pangan, kualitas

gizi dan pendapatan keluarga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam kawasan

tersebut serta terciptanya lingkungan yang bersih, sehat dan indah serta terlestarikannya

sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal secara mandiri. Berkembangnya usaha yang sama ke

rumahtangga lainnya dalam kawasan, menuju usaha komersial.

6.5. Kisah Sukses (Success Story)

Implementasi M-KRPL kabupaten Dharmasraya mendapat dukungan yang cukup baik

dari unsur Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten dan Badan

Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten, serta masyarakat setempat.

14

DAFTAR PUSTAKA

Andhika J., 2009. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Secara Optimal. http://www.kulinet.com/baca/pemanfaatan-lahan-pekarangan-secara-optimal/691, 2-01-2012

Badan Litbang Pertanian. 1999. Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif. Badan Litbang Pertanian Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedomen Umum Model Rumah Pangan Lestari. Badan Litbang Pertanian Jakarta.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model kawasan Rumah Pangan Lestari. Bogor

Bappeda, 2009. Sumatera Barat dalam angka tahun 2004. Bappeda dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. Padang.

Hosen, N., Buharman B., Z. lamid. 2004. Analisis komoditas unggulan di Sumatera Barat. Proseding Seminar Nasional BPTP Sumatera Barat. Padang

Irawan. B. 2006. Pelaksanaan PRA dan Rancang Bangun Agibisnis Materi disampaikan pada Workshop Prima Tani di Ciloto tanggal 19-22 September 2006. BBP2TP. Bogor.

Kristanti, I. 2011. Pemanfaatan Pekarangan Menjadi Taman Sayuran yang Produktif.

http://uripsantoso.wordpress.com/2011/03/08/Optimalisasi, 02-01-2012

Nainggolan, K. 2005. Program Akselerasi Pemantapan Ketahanan Pangan Berbasis Pedesaan. http://bkpd.jabarprov.go.id/data/arsip/Pros_Kaman_06. pdf, 02-01-2012

Prapanca., 2005. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta

Saliem, H.P. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan. http://www.opi.lipi.go.id/data/1228964432/data/13806710321319802404. makalah pdf, 02-01-2012

Sukartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon dan J. Brian Hardaker. 1984. Ilmu usahatani dan penelitian untuk pengembangan petani kecil. UI. Jakarta.

Supriati, Y., Y. Yulia dan I. Nurlela, 2008. Taman Sayur + 19 Desain Menarik. Penebar Swadaya. Jakarta.

15

Lampiran, Foto Kegiatan M-KRPL Kabupaten Dharmasraya

Gambar 1. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Dharmasraya dan Tim M-KRPL foto bersama usai melakukan koordinasi dan sosialisasi kegiatan.

16

Gambar 2. Sekretaris Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, dan Tim M-KRPL saat melakukan koordinasi dan sosialisasi kegiatan.

17

Gambar 3. Kabid. Tanaman Hortikultura Dipertahor, dan Kabid. Tanaman Pangan BKP3 Kabupaten ikut memberikan arahan pada acara Sosialisasi M-KRPL di KWT Maju Bersama, Tebing Tinggi Pulau Punjung.

18

Gambar 5. Keadaan beberapa tanaman saat ini di rumah pembibitan, dan sekitar areal kebun bibit desa.

19

Gambar 3. Keadaan tanaman pada salah satu pekarangan peserta M-KRPL