lagu kebangsaan dan nasionalisme -...
TRANSCRIPT
LAGU KEBANGSAAN DAN NASIONALISME
.
LAGU KEBANGSAAN dan NASIONALISME
Dr. (HC). Gunawan Wiradi
Prakarsa Desa
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
Penulis : Dr. (HC). Gunawan WiradiTata Letak : PrasetyoDesain Cover : Robby Eebor dan Sholeh Budi
Badan Prakarsa Pemberdayaa Desa dan Kawasan (Prakarsa Desa):
Gedung Permata Kuningan Lt 17Jl. Kuningan Mulia, Kav. 9CJakarta Selatan 12910
Jl. Tebet Utara III-H No. 17Jakarta Selatan 10240t/f. +62021 8378 9729m. +62821 2188 5876e. [email protected]. www.prakarsadesa.idCetakan Pertama, 2015
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)Gunawan W (penulis) Lagu Kebangsaan dan NasionalismeCet. 1—Jakarta:24 hal., 14 x 20 cmISBN: 978-602-0873-11-4© Hak Cipta dilindungi undang-undangAll Rights Reserved
5
Kata Pengantar
Apakah kita masuk dalam golongan warganegara yang jarangmenyanyikan lagu Indonesia Raya? Atau malah kita masuk dalamgolongan warganegara yang tidak bisa menyanyikan lagutersebut, lantaran tidak hafal, atau akibat kita memandangnyatidak penting. Mengapa tidak penting? Barangkali ada yangberpandangan bahwa ketika upacara bendera dijalankan, danlagu Indonesia Raya dikumandangkan, tidak terasa “greget” atauterasa biasa saja, oleh sebab jiwa kebangsaan telah makinmeluntur? Ataukah ada sebab-sebab yang lain?
Tahukah kita bahwa lagu Indonesia Raya sesungguhnya tidakhanya terdiri dari satu stanza (couplet), melainkan terdiri dari 3(tiga) stanza? Mengapa tidak banyak orang mengenal tiga stanzatersebut? Apakah ini suatu kebetulan atau suatu kesengajaan?Apa yang termuat dalam dua stanza yang lain? Apakah di sanatermuat hal-hal yang sangat penting, menyangkut tanah air danbagaimana sikap kita terhadap tanah air? Naskah ini, adalah
lagu kebangsaan dan nasionalisme
6
refleksi kecil dari Gunawan Wiradi, yang hendak memperlihatkanpentingnya lagu Indonesia Raya, khususnya dua stanza yanglain, terutama dalam kaitannya dengan masalah-masalah agraria.
Penerbitan naskah ini, dikandung maksud untuk membawa kitakepada kesadaran kebangsaan yang lebih mendalam. Bukansekedar memupuk jiwa kebangsaan, melainkan jugamembangunkan praktek kebangsaan yang konstruktif, yaknimemastikan agar tanah air Indonesia hendaknya menjadi milikbangsa Indonesia dan dapat dipergunakan sepenuhnya untuksebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia. Ulasan GunawanWiradi akan membantu kita menggugah diri, dan dari sanadiharapkan terdorong usaha bersama untuk memasukkan geraklangkah bangsa dalam mewujudkan cita-cita proklamasikemerdekaan 17 Agustus 1945.
Tentu menjadi pertanyaan, mengapa naskah ini, yang telahtergolong lama (telah diterbitkan), harus diterbitkan kembali didalam rute pembangunan Sistem Informasi Desa dan Kawasan(SIDEKA)? Hal ini tidak lain dari adanya kebutuhan untukmenempatkan SIDEKA bukan sekedar sebagai teknologi biasa,melainkan menjadi “teknologi pemberdayaan desa”, menjadicara baru negara hadir. Dengan terbitnya naskah ini diharapkandapat memperkaya bahan belajar, terutama yang berkait dengansemangat untuk menemukan cara baru dalam mengurus desa.Untuk karena itulah, diucapkan terima kasih kepada Departementof Foreign Affairs and Trade-DFAT Australia, yang memungkinkanpenerbitan, dan para pihak lain yang berandil mendorongpenerbitan naskah ini. Secara khusus diucapkan terima kasih
pengantar
7
kepada Bapak Gunawan Wiradi. Berharap penerbitan naskah inimenjadi picu bagi kreativitas, inovasi dan tentu meningkatnyakecintaan pada desa dan perjuangan untuk memastikanimpelentasi UU Desa.
Demikian.
Jakarta, awal April 2015.
.
9
Daftar Isi
0 Pengantar ~~ v
0 Pengamatan Umum ~~ 1
0 Lagu Kebangsaan Indonesia Raya ~~ 6
0 LampiranLagu Kebangsaaan Indonesia Raya ~~ 11
.
1
Lagu Kebangsaandan Nasionalisme
Renungan Ringkas
I. PENGAMATAN UMUM
(1) Beberapa tahun terakhir ini wacana tentang nasionalismeseringkali menjadi perdebatan secara berulang, namunbelum pernah tuntas. Suatu saat orang ramai berdebat,tapi tak lama isyu itu lantas tenggelam, untuk kemudianmuncul kembali dengan perdebatan serupa.
(2) Kebijakan Orde Baru yang cenderung berpihak kepadakekuatan modal telah membawa Bangsa Indonesia kedalam keterpurukan yang sangat memprihatinkan. Asetbangsa yang paling asasi, yaitu tanah dan air, terampas
2
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
dari tangan rakyat. Konflik agraria (“agraria” dalam artiluas) merebak di mana-mana walaupun konflik tersebutterkemas dalam wajah konflik etnik, konflik agama,konflik penduduk asli lawan pendatang, dsb. Sementaraitu, praktek kehidupan di berbagai bidang pun menjadicarutmarut.
(3) Sebagai salah satu tanggapan terhadap kenyataantersebut, muncullah isyu dalam masyarakat berupapertanyaan “apakah semangat nasionalisme kitamemang sudah ter-erosi?”. Maka merebaklah berbagaipendapat, yang jika dikelompokkan secara garis besardapat dibedakan adanya tiga pandangan utama, yaitu:
(a) Pandangan pertama adalah dari mereka yangmenganggap bahwa sejak saat ini, nasionalisme itusudah tidak relevan lagi, karena kita menghadapi arusdominan dunia yaitu “era globalisasi”. Bahkan lebihjauh lagi, mereka ini sampai mempertanyakankeabsahan konsep “negara bangsa” (nation state).Disadari atau tidak, dengan kemasan “ilmiah”ataupun bukan, langsung atau tidak langsung,sengaja atau tidak sengaja, mereka ini dapat menjadiperpanjangan tangan dari kekuatan kapitalismeinternasional dan kolonialisme baru yang memangmenghendaki agar negara-negara berkembangmenjadi tercabik-cabik sehingga mudah dikuasai.
(b) Pandangan kedua adalah dari mereka yang agaknyaberusaha untuk kompromi, yaitu dengan
3
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
melemparkan istilah “nasionalisme baru”. Namunisinya seperti apa, tidak terlalu jelas, kecuali sekedarmenganggap bahwa seolah-olah konsepnasionalisme yang dirumuskan para pendiri bangsaini adalah nasionalisme sempit. Inilah cermin bahwadiantara kita memang masih banyak yang ternyatatidak memahami benar apa yang pernah dipikirkanoleh para pendahulu kita. Atau, ……….. barangkalikelompok kedua ini sebenarnya secara tak sadarhanya mencerminkan sikap defensif. Artinya, bawahsadarnya sebenarnya masih tebal nasionalismenya(dan karenanya akan tersinggung jika dituduha’nasional), namun karena dalam kesehariannya,langsung atau tak langsung sudah terlanjur turutserta terlibat dalam praktek-praktek a’nasional, makalantas melontarkan istilah “nasionalisme baru”.
(c) Pandangan ketiga adalah dari mereka yangmenganggap perlunya kita kembali kepada khitohperjuangan kemerdekaan. Oleh para pendiri republikkita ini, sudah berkali-kali dijelaskan bahwanasionalisme kita tidak bersifat Chauvinistic, bukan“fanatical unreasoning devotion to one race, etc” !Nasionalisme kita adalah nasionalisme pembebasanrakyat, yaitu pembebasan dari l’exploitation del’homme par l’homme”. Bukan nasionalisme sempit.
(4) Catatan renungan ini tidak akan membahas adu argumensecara rinci mengenai masalah nasionalisme, melainkansekedar mencoba mengidentif ikasi gejala-gejala apa
4
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
sejakah yang memberikan tanda-tanda lunturnyasemangat nasionalisme itu. Inipun tidak akan semuanyadipaparkan di sini, melainkan hanya satu dua contoh saja,khususnya yang berkaitan dengan pemaknaan perilakusimbolik bangsa kita.
(5) Kadangkala kita mendengar pernyataan orang bahwa dijaman modern ini kita tidak membutuhkan simbol-simbol,slogan-slogan, semboyansemboyan, dsb. Itu tak adagunanya lagi, katanya, karena banyak semboyan kosong.Namun seorang anthropolog kenamaan pernahmenyatakan bahwa kita jangan sekali-kali melecehkanadanya sloganslogan, semboyan, ritual-ritual, simbol-simbol, dsb., karena bagaimanapun juga, masyarakatmembutuhkan hal itu, dan selalu punya makna. Semuaitu kadang memang nampak “kosong” karena dilakukan,ditempatkan atau diucapkan, pada tempat dan/atauwaktu yang salah. (Lihat juga Clifford Geertz dalam DavidApter, 1964: 47-76).
(6) Dua contoh gejala perilaku simbolik bangsa kita yangbarangkali dapat ditafsirkan sebagai gejala atau tanda-tanda (akan) lunturnya semangat nasionalisme dankerakyatan kita (baik secara sadar sengaja ditanamkan,ataupun mungkin secara tak sadar, sehingga dalamproses menjadi “tertanam”kan), adalah:
(a) Setiap kali ada acara resmi, pembukaannya selalu diisidengan upacara simbolik: “memukul gong”. Tanpa
5
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
sadar, kita dituntut untuk menjadi “yes men”! Dalamgamelan Jawa, setelah semua instrument berbunyiriuh rendah, setiap gending (lagu) ditutup dengangong. Dalam setiap musyawarah, tiap orang ramaiberbicara. Tapi kemudian ….. mufakat?! …… yes!Jadi, gong itu adalah penutup! Bukan pembuka!Kenapa dijadikan simbol pembuka? Karena penguasamemang menghendaki agar, belum-belum rakyatsudah menurut saja.
(b) Sudah menjadi tradisi, setiap tanggal 17, tiap bulan,di istana dilakukan upacara pengibaran bendera SangSaka Merah Putih memperingati Hari ProklamasiKemerdekaan, walaupun sangat sederhana (tidakseperti 17 Agustus tiap tahun). TVRI hampir takpernah menyiarkannya. Namun selama Orde Baru,yang selalu disiarkan adalah bukan upacara pagiharinya, melainkan justru upacara serius di sore hariyang disebut Parade Senja, yaitu penurunan SangMerah Putih. Apa artinya ini? Dalam budaya Jawa(khususnya Solo-Yogya), kiasan sindiran terhadaporang yang ingin menonjolkan diri adalah “ngerekgendero” (mengibarkan bendera). Jadi, dapatditafsirkan, bahwa penurunan bendera dalam ParadeSenja yang khidmat itu seolah mengamanatkan agarkita bersikap rendah hati, tidak menonjolkan diri.Amanat yang luhur! Namun eksesnya, lama-lama kitamelecehkan “harga diri”, mengingkari identitas kitasebagai Bangsa Indonesia.
6
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
(7) Seperti kita ketahui, simbol-simbol yang paling pentingdan mendasar dari setiap negara (bangsa) adalah tiga,yaitu, Bendera, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan.Nah, di samping dua contoh tersebut di atas, salah satugejala yang menandai surutnya semangat nasionalismeadalah bagaimana sikap kita terhadap lagu kebangsaanIndonesia Raya. Inilah tema pokok “Renungan” ini.
II. LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA
(1) Setiap kali ada upacara resmi, kita semua menyanyikanlagu kebangsaan. Ini dulu Lama-lama, tidak semuaupacara resmi dibuka dengan menyanyikan lagukebangsaan, bahkan upacara yang bersifat kenegaraanpun pernah ada (atau mungkin banyak?) yang tak lagidibuka dengan menyanyikan lagu tersebut. Mungkinmaksudnya menghemat waktu. Benarkah? Menyanyikanlagu IR itu hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit! Mengapa hanya demi menghemat waktu sependek ituharus mengorbankan simbol identitas bangsa? Padahal,sekarang ini dalam prakteknya, hampir semua acara resmi(seminar, lokakarya, pertemuan dinas, atau apapun),tidak ada yang tidak terlambat. Selalu tidak tepat waktu.Bahkan kadang mundurnya sampai lebih dari satu jam.Bukankah itu justru jauh membuang waktu?
(2) Dahulu, hampir semua orang hafal dengan lirik lagu In-donesia Raya (IR). Sekarang, mulai banyak orang yangtidak lagi hafal terhadap lirik lagu tersebut. Padahal, yang
7
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
setiap kali kita nyanyikan itu barulah stanza (couplet)pertama. Sedangkan IR itu sebenarnya terdiri atas 3 (tiga)stanza. Jika stanza pertama saja tidak hafal, bagaimanamungkin bisa menghafal tiga stanza yang memangpanjang-panjang itu.
(3) Sebagai sekedar perbandingan, lagu kebangsaan Inggristerdiri dari 4 stanza, yang masing-masing terdiri dari 7baris pendek. Amerika mempunyai dua lagu kebangsaan,yang resmi dan yang tak resmi. Yang resmi hanya satustanza, tapi panjang. Yang tidak resmi terdiri dari 6 stanza,masing-masing 7 baris pendek. IR termasuk lagukebangsaan yang memang sangat panjang (seperti jugaIndia, Honduras, dan umumnya negara-negara AmerikaLatin). Jepanglah satu-satunya Negara yang lagukebangsaannya sangat pendek: satu stanza dan hanyaempat baris pendek.
(4) Perlu ditekankan di sini bahwa masalahnya memangbukan sekedar hafal-menghafal lirik lagu, seperti anakkecil, melainkan bagaimana sikap kita terhadap lagukebangsaan sebagai simbol identitas bangsa.
(5) Pengalaman pribadi saya menunjukkan bahwa, terutamaorang-orang Eropa, Jepang, Amerika Latin, dll – tentutidak semua orang – jika mereka sedang jalan-jalan, ataududuk di restoran, lantas suatu saat terdengar di radiolagu kebangsaan negerinya, mereka lalu mengambilsikap, diam, serius dan khitmat. Bahkan ada yang semula
8
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
duduk, lantas berdiri. Bagaimana dengan kita, terutamasekarang? Cuwek, acuh tak acuh !.
(6) Sekali lagi, semuanya itu barangkali memang tidakpenting. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana kitamemahami secara mendalam dan menghayati tiga stanzaitu. Jika dicermati, ternyata lirik lagu IR itu dari stanza-Isampai dengan stanza-III itu bukanlah sekedar rekaan-rekaan sajak agar enak didengar, melainkan mengandungalur f ilosof i yang berkesinambungan. Kunci untukmemahmi hal ini bisa dilihat dari lirik baris 4, 5, dan 6 darisetiap stanza (Lihat bagan-Lampiran).
(7) Dalam stanza-I (yaitu satu-satunya stanza yang biasa kitanyanyikan), di baris ke-4, liriknya berbunyi: “Marilah kitaberseru, Indonesia bersatu”. Lalu baris ke-6: “Bangunlahjiwanya, bangunlah badannya”. Ini dapat diartikan bahwastanza-I itu mencerminkan bahwa kita sedangmembentuk sebuah bangsa. Kita baru berseru, agarbangkit dan bersatu.
(8) Jika baris ke-4 dan ke-enam dari stanza-I itu ditarik sejajarke stanza-II, liriknya tak lagi berbunyi “berseru”,melainkan (baris-4): “Marilah kita mendo’a, Indonesiabahagia”. Ini cermin bahwa kita juga memakai landasanmoral. Manusia berusaha, Tuhan yang menentukan.Mudahmudahan, doa itu terkabul. Karena itu, baris ke-6:“sadarlah hatinya, sadarlah budinya !”
9
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
(9) Setelah kita berhasil membentuk sebuah bangsa, dankemudian mendoa, maka mulailah kita bersikap realistis.Ini tercermin dalam stanza-III di baris ke-4. Tak lagi“berseru” dan “mendoa”, melainkan “Marilah kitaberjanji, Indonesia Abadi”. Agar dapat melaksanakan janji,tsb. Maka dalam baris ke-5 bunyi liriknya: “Slamatkantanahnya, slamatkan rakyatnya, pulaunya, lautnya,semuanya !” Baris ke-6: “Majulah negerinya, majulahpandunya, untuk Indonesia Raya”. Pandu adalahpenunjuk jalan. Artinya kepemimpinan.
(10) Jadi, dalam stanza-III itulah terkandung amanatperjuangan kemerdekaan: “menyelamatkan“semuanya”. Rakyatnya, tanahnya (yang di dalamnyatentu saja sudah terkandung hutan, tambang, sungai, air,dsb), pulaunya, lautnya, semua harus diselamatkan. Inilahjuga esensi dari agenda Reforma Agraria, yaitu“menyelamatkan sumber-sumber agraria”, yang dengandemikian menyelamatkan rakyatnya!
(11) Sayang, karena kita tidak pernah menyanyikan stanza-IIdan III, maka barangkali kita memang tidak pernahmerasa “berjanji” untuk menyelamatkan semua itu. Yangterjadi kemudian adalah:
“Babatlah hutannya, kuraslah minyaknya,tambangnya, lautnya, semuanya” ……. Untukpenguasa dan para majikannya !
10
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
Agaknya, kita memang harus mulai lagi “berseru”, agarsadar, untuk mengemban amanat Ibu Indonesia ku !
Mudah-mudahan, tahun 2004 ini, Pemilu gaya baru dapatmelahirkan pandu-pandu yang maju ! Pandu-pandu yang mampumembawa bangsa ini untuk tidak mengingkari cita-citaproklamasi kemerdekaan.
Bogor, 1 Januari 2004
_______________
Dr. (HC). Gunawan Wiradi adalah mantan anggota Pengurus IntiSekretariat Bina Desa (SBD), Jakarta. Guru Utama Reforma AgrariaIndonesia, mantan Pengajar Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
=LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA=
12
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
Indo
nesi
a Ra
ya M
erde
ka, M
erde
ka, T
anah
ku, N
eger
iku,
yan
g ku
cint
aIn
done
sia
Raya
Mer
deka
, Mer
deka
, hid
upla
h In
done
sia
Raya
REFR
: —-—
——
——
——
——
——
——
——
——
——
——
——
——
——
——
(2x)
/——
——
——
—---
------
——
——
I D
E M
——
——
——
——
——
——
——
\
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
STA
NZA
-I
Indo
nesi
a ta
nah
airk
uTa
nah
Tum
pah-
dara
hku
Di s
anal
ah a
ku b
erdi
riJa
di p
andu
ibuk
u
Indo
nesi
a Ke
bang
saan
kuBa
ngsa
dan
Tan
ah A
irku
MA
RILA
H K
ITA
BER
SERU
IND
ON
ESIA
BER
SATU
Hid
upla
h Ta
nahk
u, h
idup
lah
nege
riku,
Ban
gsak
u, R
akya
tku
sem
uany
a
Bang
unla
h jiw
anya
Bang
unla
h ba
dann
yaU
ntuk
Indo
nesi
a Ra
ya
STA
NZA
-II
Indo
nesi
a ta
nah
yang
mul
yaTa
nah
kita
yan
g ka
ya
Di s
anal
ah a
ku b
erad
aU
ntuk
sel
ama-
lam
anya
Indo
nesi
a ta
nah
pusa
kaPu
saka
kita
sem
uany
a
MA
RILA
H K
ITA
MEN
DO
’AIN
DO
NES
IA B
AH
AG
IA
Subu
rlah
tana
hnya
, sub
urla
hjiw
anya
, Ban
gsan
ya,
raky
atny
asem
uany
a
Sada
rlah
hatin
yaSa
darla
h bu
diny
aun
tuk
Indo
nesi
a Ra
ya
STA
NZA
-III
Indo
nesi
a ta
nah
yang
suci
,Tan
ah k
ita y
ang
sakt
i
Di s
anal
ah a
ku b
erdi
riM
’jaga
Ibu
Seja
ti
Indo
nesi
a Ta
nah
bers
eri
Tana
h ya
ng a
ku s
ayan
gi
MA
RILA
H K
ITA
BER
JAN
JIIN
DO
NES
IA A
BAD
I
Slam
atka
n ta
nahn
ya,
Slam
atka
n pu
tera
nya,
pul
auny
a,La
utny
a se
mua
nya
Maj
ulah
neg
erin
yaM
ajul
ah p
andu
nya
untu
k In
done
sia
Raya
Buku-buku lain:
1. Panggilan Tanah Air
2. Pedoman Umum Penyelenggaraan SIDeKa
3. Petunjuk Penggunaan Aplikasi
4. Tentang Pengaturan Desa
5. Pedoman Dasar Pandu Desa
6. Desa Garis Depan Nawacita