komputer dan hukum
TRANSCRIPT
KOMPUTER DAN HUKUM
KOMPUTER DAN HUKUM
A. Pendahuluan
perkembangan teknologi computer, telekomunikasi dan informatika di era
globalisasi bukanlah suatu hal yang fiktif melainkan sudah menjadi kenyataan
yang di wujudkna dalam berbagai bentuk. Penyebaran informasi telah melintasi
batas-batas wilayah dan perkembangan waktu sudah tidak lagi memisahkan
manusia. Dengan kemajuan dan perkembangan telekomunikasi multimedia,ruang
lingkup dan kecepatan komunikasi lintas batas meningkat,ini berarti masalah
hukum yang berkaitan dengan yurisdiksi dan penegakan serta pemilihan hukum
yang berlaku terhadap suatu sengketa multi yurisdiksi akan bertambah penting dan
kompleks.
Disinilah hukum akan berfungsi dalam menghadapi perubahan masyarakat. Fungsi
hukum dalam masyarakat ada dua yaitu :
1. Produk hukum harus mampu mengangkat peristiwa-peristiwa (gejala hukum)
dalam masyarakat ke dalam hukum sebagai sarana pegaturan masyarakat di masa
akan dating. Fungsi pengaturan di wujudkan dengan dibentuknya norma-norma
yang merupakan alat pengawas masyarakat ( social control). Fungsi ini bertujuan
agar orang-orang bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat umum yang
telah di wujudkan dalam norma hukum yang di bentuk bersama.
2. Fungsi kedua dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat
dalam suasana perubahan masyarakat yang terus menerus terjadi. Ini di maksudkan
agar setiap perubahan masyarakat sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah di
rencanakan atau di kehendaki
B. Hukum pada computer dan teknologi informasi
Suatu perangkat yang di buat oleh Negara dan mengikat warga negaranya untuk
mengikuti aturan tersebut agar tercapai perdamaian yang di dasarkan atas
keserasian antara ketertiban da ketentraman yang secara umum di sebut hukum.
Hukum dalam arti luas sesungguhnya mencangkup segala macam ketentuan
hukum yang ada,baik materi hukum tertulis (tertuang dalam perundang-undagan)
dan hukum tidak tertulis. Keberadaan hukum sebagai rule of law berbanding lurus
dengan melihat sejauh mana pemahaman hukum dan kesadaran hukum masyarakat
itu sendiri terhadap informasi hukum yang berlaku.
Saat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, alat ini sudah digunakan
di berbagai bidang pekerjaan seperti halnya pada bidang pendidikan. Pada awalnya
komputer dimanfaatkan di sekolah sebagai penunjang kelancaran pekerjaan bidang
administrasi dengan memanfaatkan software Microsoft word, excel dan access.
Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum
baru, maka peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK
mempunyai posisi yang sangat penting sebagai salah satu media pembelajaran.
Kutipan dari Kurikulum untuk Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi
· Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu agar siswa dapat
dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara
tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan
belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi,
mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi
mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya ·
Melalui mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan siswa
dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami penambahan
dan perubahan dalam penggunaan beragam produk teknologi informasi dan
komunikasi.
C. Hukum telematika
Sejak berkembanganya teknologi informasi yang ditandai perkembangan
perangkat-perangkat pengolah informasi seperti komputer, maka sistem jaringan
komunikasi menjadi semacam infrastruktur bagi teknologi informasi. Hubungan
bisnis melalui komunikasi konvensional via telepon misalnya, dirasakan sudah
tidak lagi memenuhi kebutuhan dalam dunia perdagangan global. Internet banyak
digunakan. Bahkan tidak hanya informasi-informasi yang sifatnya ekonomis,
informasi sebagai entertainment juga menjadi bagian jaringan komunikasi yang
global ini.
Konvergensi antara telekomunikasi dan informatika kemudian menghasilkan
sebuah media baru yang oleh penggunanya disebut-sebut sebagai cyberspace, suatu
dunia maya yang bergerak tanpa batas. Semua informasi yang merupakan hasil
ekspresi pikiran dan gagasan manusia tertuang di dalamnya. Seolah setiap orang
dapat menuangkan dengan bebas setiap ide dan gagasannya yang merupakan
manifestasi dari prinsip kebebasan mengemukakan pendapat.
Istilah cyberspace sendiri mulai popular dalam sebuah novel science fiction karya
William Gibson, Neuromancer. Cyberspace itu menggambarkan suatu halusinasi
adanya alam lain saat bertemunya teknologi telekomunikasi dan informasi.
Keberadaan alam lain yang global ini seolah memberi kesempatan kepada
penggunanya untuk mengekspresikan kebebasan yang sebebas-bebasnya atas dasar
kebebasan mengemukakan pendapat. Mereka cenderung tidak mengindahkan
norma-norma yang berlaku sehari-hari di masyarakat.
Benarkah cyberspace adalah dunia maya yang tanpa batas? Sepertinya agak sulit
menerima kebenaran yang demikian. Menurut Edmon Makarim SH, SKom., dalam
bukunya Kompilasi Hukum Telematika, dikemukakan bahwa substansi dari
cyberspace sebenarnya adalah keberadaan informasi dan komunikasi itu sendiri
yang dilakukan secara elektronik dalam bentuk visualisasi tatap muka yang
interaktif. Kemudian, virtual communication ini disadari merupakan virtual reality
yang sering disalahartikan sebagai alam maya, padahal keberadaan dari sistem
elektronik itu sendiri adalah konkret karena bentuk komunikasi virtual tersebut
sebenarnya dilakukan dengan cara representasi informasi digital (0 dan 1) yang
bersifat diskrit.
Informasi yang disampaikan melalui dunia maya (Virtual communication) itu tidak
lepas dari virtual reality, akan ada semacam feedback dari virtual reality terhadap
virtual communication, misalnya karena merugikan atau mengganggu kepentingan
umum. Menunjukkan gambar porno seorang artis terkenal yang hanya merupakan
manipulasi gambar di internet, tentu bukan pekerjaan sulit bagi mereka yang
memang menguasai teknologi informasi. Tapi dampaknya dalam virtual reality,
nama baik artis yang bersangkutan akan tercemar. Jadi keduanya pasti akan
bersinggungan.
Persinggungan ini disadari memang banyak menimbulkan kerugian, baik bagi
personal maupun kepentingan publik. Untuk itu, keberadaannya perlu diselaraskan
dengan kehidupan manusia, perlu dibatasi oleh seperangkat peraturan-peraturan.
Namun di sisi lain, jangan sampai peraturan-peraturan tersebut membelenggu juga
kebebasan orang untuk mendapatkan informasi, kebebasan orang untuk
mengemukakan pendapat.
Dalam ilmu hukum, istilah cyberspace sering disebut sebagai telematika. Jadi,
hukum yang dikembangkanpun dinamakan hukum telematika. Digunakannya
istilah telematika karena lebih menunjukkan suatu sistem elektronik yang lahir dari
hasil perkembangan dan konvergensi telekomunikasi, media dan informatika.
Sementara istilah cyberspace lebih menunjukkan halusinasi alam virtualnya saja.
Telematika melihat bahwa konvergensi telekomunikasi, media dan informatika
sebagai suatu perkembangan dalam teknologi perlu mendapat pengaturan-
pengaturan. Aturan-aturan tersebut, sebagai mana layaknya tujuan keberadaan
hukum, berguna untuk melakukan pengendalian sosial di masyarakat,
mengharmoniskan interaksi antara sesama anggota masyarakat dan mencapai
tujuan tertentu. Dengan demikian, hukum telematika dapat mengendalikan
masyarakat dalam menilai arti kebebasan mengemukakan pendapat dalam
cyberspace, agar konsep kebebasan mengemukakan pendapat yang selama ini
dijunjung tinggi tidak sampai merugikan kepentingan pihak lain yang tidak
bersalah
Namun, telah disadari oleh banyak kalangan, termasuk pakar hukum dan teknologi
informasi, bahwa terdapat kesenjangan antara hukum dan teknologi. Hukum selalu
tertinggal oleh dinamika teknologi. Perkembangan hukum cenderung memakan
waktu yang lama, hal ini mungkin karena sifatnya yang kaku dan terlalu birokratis.
Sementara, dinamika teknologi berkembang begitu cepat tanpa batas-batas kaku
yang birokratis seperti hukum. Ketimpangan ini sering menimbulkan ruang-ruang
kosong dalam hukum yang dapat menimbulkan kebingungan dalam masyarakat.
D. Perlindungan dan Penegakan Hukum pada Komputer dan Teknologi
Informasi
Pada saat ini perkembangan teknologi internet mulai merambah ke Indonesia, baik
dalam kepentingan menjadi konsumen maupun sebagai produsen. Perlindungan
hukum atas transaksi melalui internet menjadi sangat diperlukan. Kita sepantasnya
mendukung upaya penegakan hukum di bidang teknologi internet ini. Meski
penetrasi internet masih terbilang kecil dibandingkan negara tetangga di Asia
Pasifik, namun untuk era perdagangan bebas Indonesia adalah pasar yang
potensial. baik sebagai subyek maupun obyek. Untuk itu perlindungan hukum
kepada konsumen pun hendaknya dapat diakomodasikan oleh perundang-
undangan.
Dalam pemanfaatan teknologi ini pun perlu diatur oleh undang-undang sehingga
tidak terjadi penyimpangan teknologi yang akhirnya merugikan masyarakat dan
bangsa Indonesia pada khususnya dalam segala bidang. Belajar dari pengalaman
negara- negara lain yang sudah terlebih dahulu merancang dan menerapkan
undang-undang mengenai teknologi informasi, Indonesia perlahan-lahan menuju
tahap itu.
Kerjasama antara kalangan profesional, hukum dan pemerintah perlu diadakan
untuk pembentukan undang-undang yang mengatur kehidupan teknologi informasi
di Indonesia. Beberapa saat ini penulis telah mengikuti diskusi, pembicaraan dan
telah membaca draft rancangan undang-undang mengenai pemanfaatan teknologi
informasi, dan juga draft rancangan undang- undang yang mengatur transaksi
elektronik dan tanda tangan elektronik (digital), termasuk naskah-naskah lainnya
mengenai undang-undang dunia cyber ini seperti RUU tentang Informasi
Elektronik dan Transaksi Elektronik (RUU-IETE) dan juga RUU tentang
Pemanfaatan Teknologi Informasi (RUU-TPTI). Nantinya kedua RUU ini dapat
saling melengkapi, ataupun dilebur menjadi satu, yang sebelumnya disempurnakan
dengan mendengar usulan atau tanggapan dari beberapa kalangan seperti
akademisi, profesional ataupun perusahaan TI yang terkait agar produk undang-
undang yang mengatur kehidupan teknologi informatika di negara kita dapat
mengakomodir hal-hal penting dari teknologi ini.
Ruang lingkup dari undang-undang yang akan dibentuk hendaknya dapat
mengakomodir seluruh permasalahan yang mungkin timbul dari penyalahgunaan
teknologi informasi. Produk undang-undang itu sendiri diharapkan dapat meliputi
masing-masing sub-masalah dari teknologi informasi sehingga memungkinkan
adanya beberapa produk undang-undang yang saling melengkapi satu dengan
lainnya. Perlindungan hukum itu meliputi pemanfaatan teknologi digital.
perlindungan atas data dan informasi beserta hak aksesnya, perlindungan atas hak
kekayaan intelektual, perlindungan terhadap konsumen internet banking,
perlindungan terhadap anak-anak sebagai obyek yang bertentangan dengan hokum
dan etika moral, dan pencegahan pornografi di dunia internet. Ruang lingkup atau
sub-masalah dalam teknologi informatika yang nantinya dapat dibuat perundang-
undangannya dapat diklasifikasikan antara lain menjadi peraturan mengenai
transaksi elektronik, peraturan mengenai informasi elektronik, peraturan mengenai
hak atas kekayaan intelektual, peraturan mengenai kejahatan komputer dan
perlindungan hak-hak konsumen.
1. Perlindungan Program Komputer Menurut Hukum HAKI
Program komputer didefenisikan sebagai sekumpulan instruksi yang diwujudkan
dalam bentuk bahasa, kode, skema ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan
dengan media yang dapat dibaca dengan komuter akan membuat komputer bekerja
untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus,
termasuk penyiapan dalam merancang instruksi-instruksi tersebut.
Namun di satu sisi, hak cipta kekayaan intelektual memberikan masalah baru
terkait dengan aplikasinya oleh para pengguna di seluruh dunia. Disebarluaskannya
penggunaan floppy disk drive pada PC hingga alat yang saat ini populer yaitu CD-
RW dan DVD-RW membuat kasus pembajakan software semakin marak di
seluruh dunia. Kemampuan alat ini untuk menciptakan software lebih banyak
dimanfaatkan oleh pengguna komputer untuk menggandakan software dengan
mudah tanpa mengurangi kualitas produknya. Bahkan produk hasil
penggandaannya akan berfungsi tidak sama seperti software yang asli.
Selain mengakibatkan kerugian pada perusahaan komputer yang menciptakan
software, pembajakan juga mengakibatkan pelanggaran terhadap hak cipta
kekayaan intelektual (HAKI). Memang tak dapat dipungkiri bahwa makin
meluasnya penggunaan teknologi komputer untuk kantor maupun pribadi
memungkinkan setiap individu di seluruh dunia untuk menggandakan software
tanpa diketahui oleh pemilik hak cipta sehingga pembajakan software sulit untuk
diawasi dan ditindak. Namun sejauh ini berbagai upaya tengah dilakukan
pemerintah dan produsen software untuk melindungi properti intelektual hasil
inovasi mereka dari pembajakan. Pemerintah mengeluarkan aturan hukum
berkaitan dengan undang-undang tentang hak cipta kekayaan intelektual (HAKI)
yang berisi tentang tata cara perlindungan software, berbagai bentuk pembajakan
serta sanksi bagi pelaku pembajakan sofware. Oleh karena itu, dibalik keterbatasan
kemampuan ekonomi masyarakat ditambah lagi dengan kesadaran hukum yang
masih rendah menjadikan program komputer, baik dalam jumlah besar seperti
kantor-kantor dan perusahaan maupun individu sebagian besar merupakan
software illegal dan ini tentu dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap UU
No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
2. Penegakan Hukum Atas Pembajakan Software Komputer
Pasal 1 butir 7 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas
Undang-undagn No. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 6
Tahun 1982 tentang Hak Cipta (UUHC) menyatakan bahwa program komputer
adalah program yang diciptakan secara khusus sehingga memungkinkan komputer
melakukan fungsi tertentu. Pengertian yang lebih jelas mengenai software ini dapat
dilihat di Australian Copyright Act, dimana dijelaskan bahwa software ini
sesungguhnya meliputi source code dan object code yang merupakan suatu set
instruksi yang terdiri atas huruf-huruf, bahasa, kode-kode atau notasi-notasi yang
disusun atau ditulis sedrmikian rupa sehinga membuat suatu alat yang mempunyai
kemampuan memproses informasi digital dan dapat melakukan fungsi kerja
tertentu.
Adapun bentuk-bentuk pelanggaran atas suatu software dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu :
Pemuatan ke dalam hard disk. Perbuatan ini biasanya dilakukan jika kita membeli
komputer dari toko-toko komputer, di mana penjual biasanya meng-instal sistem
operasi beserta software-software lainnya sebagai bonus kepada pembeli komputer.
Softlifting, yaitu dimana sebuah lisensi penggunakan sebuah software dipakai
melebihi kapasitas penggunaannya. Misalnya membeli satu software secara resmi
tapi kemudian meng-install-nya di sejumlah komouter melebihi jumlah lisensi
untuk meng-install yang diberikan.
Pemalsuan, yaitu memproduksi serta menjual software-software bajakan biasanya
dalam bentuk CD ROM, yang banyak dijumpai di toko buku atau pusat-pusat
perbelanjaan, Penyewaan software, Ilegal downloading, yakni dengan men-
download software dari internet secara illegal
Menurut pasal 2 ayat 1 UUHC, Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta
maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
maupun memberikan izin untuk itu dengna tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya
dalam Pasal 1 butir 4 dan 5 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan tindakan
“mengumumkan” adalah penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat
apapun dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat dibaca,
didengar atau dilihat oleh orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan
“memperbanyak” adalah tindakan menambah suatu ciptaan, dengan pembuatan
yang sama, termasuk mengalihwujudkan suatu ciptaan. Dari ketentuan di atas
dapat terlihat bahwa tindakan-tindakan pembajakan software tersebut termasuk
dalam kategori melanggar Hak Cipta.
Atas pelanggaran Hak Cipta, maka pelaku pembajakan software ini dapat diancam
dengan hukuman penjara selama 7 tahun atau denda maksimum 100 juta rupiah.
Selain itu pencipta maupun pemegang hak cipta juga dapat melakukan upaya
hukum secara perdata untuk menuntut ganti rugi, karena tindakan pembajakan
software dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.
3. TINDAK PIDANA CYBER CRIME
Berdasarkan Modus dan Korban, dikelompokkan
menjadi 2 yaitu:
1. Kejahatan yang menggunakan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi untuk
melakukan perbuatannya.
2. Kejahatan yang yang dilakukan dengan tujuan dan sasaran Teknologi Informasi
dan Telekomunikasi
Kejahatan yang dilakukan dengan TIT
- Cyber Gambling (Perjudian)
- Cyber Terrorism (Terorisme)
- Cyber Fraud (Penipuan Kartu Kredit)
- Cyber Sex (Pornografi)
- Cyber Smuggling (Penyelundupan)
- Cyber Narcotism (Narkotika)
- Cyber Attacks on Critical Infrastructure (Penyerangan terhadap infrastruktur
penting)
- Cyber Blackmail (Pemerasan)
- Cyber Threatening (Pengancaman)
- Cyber Aspersion (Pencemaran nama baik melalui internet)
- Phising.
- Dan lain-lain
Kejahatan dengan sasaran TIT
- Hacking; Cracking, Defacing
- Phreaking
- DoS Attack
- Penyebaran Kode Jahat (Malicious Code, Virus, Spyware, Trojan Horse, Adware,
dll)
- BotNet (Robot Internet)
- Dan lain-lain
Penegakan Hukum "Cyber Crime"
Praktisi Hukum Agustinus Dawaria:
Tidak perlunya kejahatan itu dipandang dengan cara berbeda.
“….Situs bisa dilihat seperti rumah, data sama dengan barang milik orang
lain….artinya Internet hanya Metode dan Hukum bisa ditegakkan meski dengan
(hukum) yang lama”
Hacker
Dani Firmansyah, konsultan Teknologi Informasi (TI) PT Danareksa di Jakarta,
pada Sabtu 17 April 2004 berhasil membobol situs (Cracking) Pusat Tabulasi
Nasional Pemilu milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Hotel Borobudur
Jakarta Pusat dan mengubah nama-nama partai di dalamnya menjadi nama-nama
"unik", semisal Partai Kolor Ijo, Partai Mbah Jambon, Partai Jambu, dan
sebagainya.
Modus: dengan mengetes sistem keamanan server dengan cara XSS atau Cross Site
Scripting dan SQL Injection.
Barang bukti: router, log file kabinet, server warnet Yogyakarta, server Danareksa,
server KPU, grafik koneksi berupa webalizer, satu buah cd sofware, satu boks file
dan satu buku komputer.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang diketuai Hamdi SH, pada
persidangan Kamis 23 Desember 2004, menetapkan vonis 6 bulan 21 hari kepada
Dani Firmansyah. Hukuman didasarkan pada UU RI No. 36 Thn. 1999 tentang
Telekomunikasi Pasal 22 c jo. Pasal 38 jo Pasal 50 dan Subsider pasal 406 KUHP
(Menghancurkan dan merusakkan barang).
Cyber Fraud (CC Fraud)
Beny Wong pada 14 Juli 2004 melakukan transaksi di “Hardy's Supermarket”
Batubulan Gianyar, Bali dengan menggunakan kartu kredit Citibank bernomor
4541 7900 1413 0605 atas nama Wahyu Nugroho. Saat itu transaksi berhasil
dilakukan.
Pada tanggal yang sama, Beny Wong kembali berbelanja di “Hardy's Supermarket”
Sanur, Bali. Dengan menggunakan empat kartu kredit palsu yaitu Mastercard dari
BNI, Visa dari Standard Cartered Bank, serta Mastercard dan Visa dari Citibank.
Namun transaksi gagal dilakukan karena Kartu Kredit yang digunakan diketahui
Palsu.
Pada 14 September 2004 Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar yang
dipimpin oleh Hakim Ketua Arif Supratman SH memberikan "hadiah" kepada
terdakwa berupa putusan hukuman penjara selama 3 (tiga) tahun.
Sembilan bulan kemudian, tepatnya 6 Juni 2005, Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Gianyar Bali yang dipimpin oleh Hakim Ketua Gede Ginarsa dan Jaksa Penuntut
Umum Ida Ayu Surasmi memvonis untuk terdakwa yang sama dengan putusan
hukuman penjara selama 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan. Secara keseluruhan,
hukuman atas terdakwa pemalsuan kartu kredit di Bali itu adalah 5 (lima) tahun 8
(delapan) bulan.
4. Perlindungan Hukum pada Pemanfaatan teknologi Internet
Teknologi adalah sesuatu yang diciptakan untuk memudahkan hidup manusia
dengan bekal pengetahuan melalui akal manusia. Namun teknologi kiranya
menjadi hal yang patut diatur dan dilindungi pemanfaatannya karena apabila
terjadi penyimpangan pada pemanfaatan teknologi, biasanya berakibat buruk bagi
kehidupan manusia. Teknologi informasi adalah salah satu teknologi abad modern
yang dikembangkan dari beberapa ilmu dasar seperti matematika, fisika, dan
lainnya. Pemanfaatan dan perkembangan teknologi informasi menghasilkan
ciptaan berupa komputer, kecerdasan buatan, rekayasa perangkat lunak, dan
termasuk pula internet. Hingga kini perkembangan teknologi informatika atau
dengan istilah lain yaitu teknologi telematika, menjadi perhatian di beberapa
negara termasuk Indonesia. Kalangan penemu dan peneliti menemukan teknologi,
insinyur menerapkannya, kalangan pendidikan, sosial dan keamanan pertahanan
merasakan manfaatnya, dan kalangan hukum mengatur pemanfaatannya.
Internet sebagai sebuah teknologi informatika yang terpesat perkembangannya,
kini sudah dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar orang baik dalam proses
belajar mengajar, hiburan, sumber informasi, media masyarakat, dan bahkan
didalam dunia bisnis. Sekarang ini perlu dilihat bagaimana pemanfaatan teknologi
internet, apakah berjalan sesuai dengan tujuan awal, apakah dimanfaatkan untuk
memudahkan hidup manusia, atau justru sebaliknya malah menyimpang dari
tujuan ?
Indonesia sebagai sebuah negara agraris yang strategis kedudukan geografisnya
dan memiliki sumber daya manusia yang sangat besar, menjanjikan sebuah pasar
dan juga kekuatan internal yang potensial untuk segala hal, termasuk bisnis. Era
internet yang sudah mulai terasa denyutnya, cepat atau lambat mempengaruhi
kehidupan di negara kita termasuk perekenomian, ilmu
pengetahuan, pertahanan dan keamanan, sosial dan budaya. Teknologi internet
yang
memiliki dua sisi yang berbeda menjadi sebuah teknologi yang hendaknya
ditanggapi dengan bijak dan arif. Apakah internet ini bermanfaat sebagai
pendukung kemajuan teknologi dan ekonomi atau justru membuat bobrok mental
dan moral bangsa?
Untuk itulah, perlindungan hukum akan sangat dibutuhkan dalam pemanfaatan
teknologi internet yang dapat menembus batas lintas negara, lintas budaya.
Substansi teknologi itu bukan sesuatu yang perlu kita takuti, namun penyimpangan
itulah yang harus diatur dan diperbaiki.
Teknologi Internet
Internet adalah salah satu tonggak kemajuan era teknologi informasi. Teknologi
yang berbasis komunikasi jaringan komputer ini mulai dikembangkan pada periode
sejak berakhirnya perang dunia II yaitu sejak tahun 1960-an. Internet pada awalnya
adalah sebuah proyek penelitian yang khusus dikembangkan untuk kalangan
akademik dan pertahanan keamanan. Pada masa sekarang ini internet tidak hanya
digunakan untuk proses pendidikan namun juga digunakan sebagai sarana hiburan,
komunikasi, pemasaran, dan bahkan pelayanan konsumen yang dilakukan oleh
para pebisnis. Hingga saat ini teknologi internet masih menjadi teknologi yang
populer dibandingkan teknologi-teknologi lainnya yang merupakan turunan dari
teknologi telematika seperti misalnya robotika, dan biopassword. Pertumbuhan
internet hampir seiring sejalan dengan pertumbuhan komputer dan software.
Potensi Pemanfaatan Internet
Banyak aktivitas yang dapat dilakukan melalui internet ini baik untuk bidang
pendidikan, kesehatan, bisnis, perdagangan, hukum, pembayaran, dan hiburan. Apa
yang menjadi penyebab penggunaan internet ini semakin meluas ke beberapa
bidang kehidupan? Penyebabnya adalah karakteristik internet yang saling
terhubung
sehingga sanggup menjangkau seluruh bagian dunia melalui apa yang dinamakan
dengan jaringan komputer. Karena itulah maka melalui internet sebagai media,
memungkinkan segala aktivitas yang dilakukan bersifat global.
Indonesia sebagai salah satu warga negara dunia tidak bisa menutup diri dengan
mengabaikan interaksi dan kerjasama dengan dunia global. Untuk memajukan
bidang perekonomian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan lainnya, Indonesia perlu
berinteraksi dan bekerja sama dengan dunia global. Melalui internet misalnya,
akan membantu bangsa kita melakukan perdagangan yang jangkauannya global.
Melalui internet, akan membantu pertumbuhan perekonomian para pedagang
dalam memasarkan dan berinteraksi dengan konsumen di negara manapun, non-
stop 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Melalui internet, kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan akan lebih dinamis dan meluas perkembangannya.
Berdasarkan data yang bersumber dari Indonesia Infocosm Business
Community – i2bc, sebagai berikut:
“The Internet usage around the world itself has grown rapidly, eight times in just
three years, from 50 million in 1997 to 400 million at the end of year
2000. But, compared to any other countries in the Asia Pacific region,
Indonesia has the lowest growth rate of Internet users with only 0.7 to 0.9 percent
penetration. Mostly blamed for the low penetration percentage is the lack of
infrastructure facilities.”[1]
internet di negara kita masih terbilang rendah. Namun kita tidak perlu berkecil hati
dengan kondisi seperti ini. Penetrasi internet bukanlah satu-satunya indikasi maju
tidaknya sebuah bangsa. Namun amat disayangkan jika potensi yang dapat kita
manfaatkan dari teknologi internet barulah sedikit sedangkan internet menyediakan
beberapa manfaat dan keunggulan seperti penyediaan informasi yang sangat
beragam. Dengan ini diharapkan dengan pemanfaatan teknologi internet akan
mendorong pertumbuhan perekonomian bangsa kita termasuk pertumbuhan
informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Selain dari tingkat penetrasi internet yang masih rendah, faktor penggunaan
teknologi internet pun masih terbilang rendah. Semakin tinggi penggunaan
internet, maka akan semakin tinggi pula tingkat penetrasi internet. Penulis memang
membedakan antara tingkat penetrasi dan tingkat penggunaan. Tingkat penggunaan
internet itu diukur dari seberapa besar internet digunakan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat, yang komponen ini dapat diukur dari beberapa hal. Tingkat pengguna
internet dapat diukur dari tempat asal melakukan akses yang dapat diklasifikasikan
ke dalam beberapa tempat asal akses internet yaitu dari kawasan perumahan,
perkantoran, universitas atau kampus, dan lainnya. Untuk saat ini pengguna
internet yang melakukan akses dari perumahan adalah 1% dari jumlah populasi
negara kita. Sedangkan untuk akses dari perkantoran 2%, universitas atau kampus
1%, dan diluar itu semua (misalkan warnet, hotel, dsb) adalah 2%. Data ini
bersumber dari survey yang dilakukan Taylor Nelson Sofres Interactive[2] pada
kota Jakarta dan Surabaya di tahun 2002. Tidak bermaksud pesimis dengan angka
ini, namun kita harus mengakui bahwasanya untuk meningkatkan pemberdayaan
teknologi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh iklim pendidikan, ekonomi, dan
hukum yang mengaturnya.
Perlindungan Hukum
Perkembangan teknologi internet mulai merambah ke Indonesia, baik dalam
kepentingan menjadi konsumen maupun sebagai produsen. Perlindungan hukum
atas transaksi melalui internet menjadi sangat diperlukan. Kita sepantasnya
mendukung upaya penegakan hukum di bidang teknologi internet ini. Meski
penetrasi internet masih terbilang kecil dibandingkan negara tetangga di Asia
Pasifik, namun untuk era perdagangan bebas Indonesia adalah pasar yang
potensial, baik sebagai subyek maupun obyek. Untuk itu perlindungan hukum
kepada konsumen pun hendaknya dapat diakomodasikan oleh perundang-
undangan.
http://kapsel-ponk.blogspot.com/2011/03/komputer-dan-hukum.htm
02 agustus 14 ;32pm