khutbah idul adha 1429 h

31
KHUTBAH ‘IDUL ADHA 14 H. Bersikap Memerlukan Pengorbanan ر كب له أ ل أX9 له ل أ حان ب س رأ و ب ث ك له ل مد ح ل رأ وأ ب ث ك ر كب له أ ل ...أ ن يه ألد ل ن صي ل& ح م اه ي+ لا أ+ د أ ب ع& نه ولا ل ل لا أ+ له أ+ ا . لا أ ل ب ص وأ3 ره ك ي ده ب ع ر ص& ن وعده و3 وحده صدق له ل لا أ+ له أ+ . لا أ ون ك ر ش م ل ره أ ك و ل و ر . كب له أ ل له وأ ل لا أ+ له أ+ وحده . لا أ أب& ز ح م ألا& ز ه ده و& ن ج& ز ع وأ مد . ح ل له أ ل ر و كب له أ ل أ ه ي ل+ أ وب3 تP ن ه و هدي3 ست& ن زه و& ف& غ3 ت س& ن ه و& ي ي ع3 ت س& ن مده و ;pma&ح ن له ل مد ح ل أ ن+ أ له لده أ ه ي ن م ا ،& ب ل ما ع أ3 اب ب ي س ا و& ب ;pma&س ف& ن ور أ ر ش ن م له ل ا ي& وذ غ& ن و لا+ له أ+ لا أ ن هد أ ش له ، أ هاذي لا& ف له ل& ص ن ن م له و ل& ص م لا& ف& غ ل ي وله ، س ده ور ب ع مدأ ح م ن هد أ ش له وأs ك ي ر ش وحده لا له ل أ1

Upload: ahmadmujib-thamar

Post on 30-Jun-2015

229 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

KHUTBAH ‘IDUL ADHA 14 H.

Bersikap Memerlukan Pengorbanan

...الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيراX9الله أكبر وسبحان الله بكرة وأصيال . ال إله إال الله وال

نعبد إال إياه مخلصين له الدين ولو كره المشركون . ال إله إال الله وحده صدق وعده

ونصر عبده وأعز جنده وهزم األحزاب وحده .ال إله إال الله والله أكبر . الله أكبر ولله الحمد .

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونستهديه ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور

أنفسنا وسيئات أعمالنا ، من يهده الله فال مضل له ومن يضلله فال هادي له ، أشهد أن ال إله إال الله وحده ال شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، بلغ الرسالة وأدى األمانة ونصح

لألمة وجاهد في الله حق جهاده. اللهم صل على محمد وعلى آله وأزواجه

أمهات المؤمنين وأصحابه األخيار رضوان الله عليهم ومن دعا بدعوته وسلك سلوكه واتبع

سنته إلى يوم الدين . أما بعد أيها المسلمونأوصيكم ونفسي بتقوى الله عز وجل.

Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1431 H seluruh umat Islam di seantero dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari

1

Page 2: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

sebelumnya, 9 Dzulhijah 1431 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada Allah.

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS Al-Hujaraat (49):13

Peringatan hari raya ini tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaqwaan, memenuhi perintah Allah untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya, Nabi Ismail as. Atas kekuasaan Allah, secara tiba-tiba yang justru disembelih oleh Nabi Ibrahim as telah berganti menjadi seekor kibas (sejenis domba). Peristiwa itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan seorang manusia mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi Ibrahim kepada Allah swt diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan secara totalitas, menyerahkan sepenuhnya kepada sang Pencipta dari apa yang ia percaya sebagai sebuah keyakinan.

Allah swt berfirman dalam Qur’an Surat 12 ayat 111,’

Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

2

Page 3: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

Betapa beratnya ujian dan cobaan yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Beliau harus menyembelih anak semata wayang, anak yang sangat disayang. Namun dengan asas iman, tulus ikhlas, taat dan patuh akan perintah Allah swt Nabi Ibrahim AS akhirnya mengambil keputusan untuk menyembelih putra tercintanya Ismail, beliau memanggil putranya dengan pangilan yang diabadikan dalam Al Quran Surat Ash Shaafaat (37) ayat 102,

“ Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim , Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirlah apa pendapatmu?” “ Ia menjawab:” Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar “

Ismail sebagai anak shaleh, senantiasa patuh kepada orang tua, tidak pernah membantah perintah orang tua, setia membantu orang tua di antaranya membangun Ka’bah Baitullah di Makkah.

Ibrah atau pelajaran

1. Sebagai orang tua atau pimpinan tidak bertindak otoriter atau sewenang-wenang. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan contoh dan ketauladanan. Seorang pemimpin yang baik akan ditiru oleh rakyatnya jika ia memberikan contoh perilaku yang baik. Seorang pemimpin tidak diikuti ucapannya, tetapi perilaku atau tindak tanduknya. Seorang pemimpin juga harus menjunjung nilai-nilai demokratis, tidak selalu memberikan perintah-perintah, tetapi juga harus mendengarkan aspirasi rakyatnya.

2. Peran sang Ibu dalam mendidik sehingga melahirkan anak yang sholeh. Peran Ibu sbg madrasah/sekolah utama dan pertama bagi anak sangat penting. Pendidikan anak sholeh dimulai dari saat pertemuan benih dan sel telur, diawali do'a mohon perlindungan dari syetan. Mulai dari kandungan banyak dibacakan ayat2 Qur'an. Dari peran Ibulah, karakter anak sholeh dapat terbentuk. Intensitas pertemuan yang cukup, memungkinkan

3

Page 4: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

penanaman dan sosialisasi nilai-nilai normatif, akhlak, dan perilaku terpuji lainnya dapat terinternalisasi pada diri anak.

3. Pembentukan anak sholeh tergantung dari orang tuaBanyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan itu akan terbentuk hanya di sekolah-sekolah, jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang tua yang tidak tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya pendidikan di rumah yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal, bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd,Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Kata kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan diri. Dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah udh-hiyah, sebagian ulama mengistilahkannya an-nahr sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108): 2,

“ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah “

Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban dan dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas.

Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi berbagai cobaan, makna pengorbanan amat luas dan mendalam. Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad dan para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini memerlukan pengorbanan. Sikap Nabi dan para sahabat itu ternyata harus dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat yang diderita oleh Umat Islam di Mekkah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir quraisy. Rasulullah pernah ditimpuki dengan batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dengan usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam. Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang ibu yang bernama Sumayyah,ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak.

4

Page 5: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas.

Sejarah nabi Yusuf as yang disiksa dan dibuang ke sebuah sumur tua oleh para saudaranya sendiri adalah bagian dari pengorbanan beliau menegakkan kebenaran. Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak hanya dari Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan beliau.

Pengorbanan Nabi Suaib juga dikisahkan dalam QS Al-A’raf, ayat 88,

”Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri berkata: ”Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami”. Berkata Syu’aib: ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?” (QS AL-A’raf ayat 88)

Qur’an Surat Ibrahim Ibrahim (14) ayat 12-13,

(12) Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri”.

5

Page 6: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

(13) Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: ”Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: ”Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu.

Dalam konteks kekinian, pengorbanan umat Islam di berbagai belahan dunia terlihat nyata di Palestina, Kashmir, Thailand Selatan, dan Philipina Selatan. Dengan sikap dan keyakinan mereka terhadap Islam, mereka harus mengalami berbagai penyiksaan dan penindasan oleh penguasa. Umat Islam di Palestina menjadi gambaran betapa pengorbanan yang dipikul sangat berat. Mereka mengalami penyiksaan, penganiayaan, dan bahkan blokade di kawasan Jalur Gaza oleh Israel laknatullah. Akan tetapi, umat Islam di Palestina tidak ada kata menyerah. Mereka terus berjuang membela martabat dan kehormatan bangsa dan agamanya. Sama halnya dengan yang terjadi di kawasan lain dunia.

Dalam sejarah perjuangan bangsa, para pahlawan mengorbankan jiwa raga, harta benda untuk kemerdekaan bangsanya. Jenderal Sudirman harus keluar masuk hutan memimpin tentara Indonesia berjuang melawan Belanda. Sikap para tokoh bangsa yang dipenjara, dibuang, dan disiksa adalah sebagai wujud dari keyakinan mereka akan kebenaran. Ribuan nyawa yang mati adalah pengorbanan mereka terhadap negeri ini. Tentu saja, mereka berkorban atas dasar sikap yang mereka percaya sebagai sebuah kebenaran. Pengorbanan para pemuda di berbagai tempat di Indonesia menghadapi penjajah, adalah sebagai wujud dari sikap mereka mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar WalilaahilhamdBapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Dalam konteks keseharian kita, pengorbanan juga bisa dilihat dari pengorbanan seorang pemimpin yang berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya, pengorbanan seorang isteri terhadap suami dan anak-anaknya, serta sebaliknya, anak terhadap kedua orang tuanya.

Seorang pemimpin yang adil terhadap rakyatnya dan berusaha memberikan kontribusinya bagi negaranya adalah wujud pengorbanan. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi menafkahi dan membahagiakan keluarganya. Seorang istri mengabdi setia kepada suaminya juga sebagai wujud pengorbanan. Orang tua yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi berhasil, adalah juga wujud pengorbanan.

Dengan demikian, pengorbanan bisa berdimensi luas. Pengorbanan adalah sebagai sebuah konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangan demi sebuah kebenaran.

6

Page 7: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

”Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami." Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS 28 ayat 57)

Allahu Akbar, Allahu Akbar WalilaahilhamdBapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Sekedar merenungi kembali momentum Idul Qurban, Kesanggupan Nabi Ibrahim menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah s.w.t. itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah Taala memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan perintah Allah. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi?

Hidup adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Tidak akan ada pengorbanan tanpa kesusahan. Justeru kesediaan seseorang untuk melakukan pengorbanan termasuk uang satu rupiah, tenaga dan waktu, akan benar-benar menguji keimanan seseorang.

Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu noktah kejadian yang dapat direnungi oleh semua manusia dari semua level usia dan latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.

7

Page 8: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

ARTIKEL POPULER PEKAN INI: Menjadi Manusia Mulia

Khutbah Idul Adha 1430 H: Semangat Berkorban VS Mengorbankan

Khutbah Idul Adha20/11/2009 | 02 Zulhijjah 1430 H | Hits: 26.542Oleh: DR. Surahman Hidayat

dakwatuna.com - Seseorang menjadi besar karena jiwanya besar. Tidak ada jiwa besar tanpa jiwa yang punya semangat berkorban. Berkat ruhul badzli wal tadlhiyah wal mujahadah/spirit berbagi, berkorban dan berjuang, ummat ini telah menjadi ummat yang besar, bergensi dan disegani dunia dalam sejarahnya. Mari kita kembalikan kebesaran serta gensi ummat ini dengan menyemai semangat memberi, berkorban dan mujahadah pada diri dan keluarga kita.

الاله االالله والله أكبر. الله أكبر ولله3لله أكبرا الحمد. الحمد لله الذي بنعمه تتم الصالحات.

وأمرنا بعبادته وتقواه بامتثال المأمورات واجتناب المنهيات. أشهد اال اله االالله رب

 المشرق والمغرب ورب العرش والسماوات مدبر كل المجريات. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أمره الله بالنحر بعد الصالة شكرا

للنعم والمنات. فالللهم صل وسلم وبارك علي نبي المرحمة والملحمة بعثه الله بأكمل

الشرائع رحمة لجميع المخلوقات. أما بعد, وذلك فياأيها الناس اتقوالله وعظموا شعائره

من تمام القربات . Alhamdulillah, kembali Allah SWT mempertemukan kita di tempat yang mulia ini dalam rangka menta’zhimkan syi’ar agamaNya. Bertakbir mengagungkan asmaNya, ruku’ sujud bertaqarrub serta bersyukur atas segala karuniaNya, kemudian akan dilanjutkan dengan menyembelih kurban, sebagai manifestasi ketaatan terhadap perintahNya, meneladani

8

Page 9: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

RasulNya serta memperingati peristiwa pengorbanan khalilullah Nabi Ibrahim dan Ismail ’alaihimassalam.

Sesungguhnya ada hubungan yang kuat antara pelaksanaan shalat ‘iedul adha, penyembelihan qurban, dengan eksistensi kita bahkan masa depan kita sebagai umat beriman. Sebagaimana digambarkan dalam Surah al Kautsar:

INNAA A’THAINAAKAL KAUTSAR

FASHALLI  LIRABBIKA WANHAR

INNA SYAANI-AKA HUWAL ABTAR

Surat Al Kautsar sungguh memberi kabar gembira kepada umat akhir zaman. Betapa Allah SWT yang Maha Rahman telah memuliakan junjunan alam Muhammad saw dengan pelbagai karunia ”al kautsar”. Yaitu: al khairul katsir (kebaikan yang banyak), al Islam, al Quran, katsratu al ummah, al itsar, dan ”rif’atul dzikri” di dunia ini kemudian telaga al Kautsar di akhirat kelak. Itu semua sudah Allah karuniakan kepada nabi kita Muhammad saw. Sedang bagi kita selaku ummat beliau, semua itu merupakan ”busyra” kabar gembira, bahwa jika kita memenuhi syaratNya maka semua karunia itu pun disediakan bagi kita. Syaratnya hanya dua saja, yaitu menunaikan shalat karena ”tha’atan wa taqarruban”, dan menyembelih binatang nahar karena ”syukran” atas nikmat Allah yang tak terhitung satuan maupun  jumlahnya. Dengan memperbanyak shalat yang juga bermakna do’a dan banyak berkorban (tadlhiyah), nikmat dan karunia dari Allah tidak akan pernah berkurang bagi yang melaksanakannya. Justeru dengan jalan itu, karunia Ilahi akan terus ditambahkan sepanjang jalan shalat dan pengorbanan. Jalan yang memastikan masa depan yang menjanjikan kebaikan, kemajuan dan kebahagiaan.

Allahu Akkbar  3 X walillahilhamd

Tetapi sebaliknya, apabila jalan shalat dan pengorbanan itu tidak ditempuh, karena memperturutkan kemalasan dan kebakhilan, maka Allah tegaskan ”INNA SYAANIAKA HUAL ABTARU”.

Artinya apa, disebabkan  keengganan mengikuti sunnah Rasulullah saw berupa penunaian shalat dan kurban, maka ”al abtaru” keterputusan aliran rahmat Allah SWT telah menjadi ketetapan. Suatu gambaran masa depan yang suram, sebab tanpa rahmat Allah maka kegelapan lahir batin telah menanti.  Kegelapan individual kemudian kegelapan sosial menjadi tak dapat dihindari. Na’udzubillahi min dzalik..

Ma’asyral Mu’minin wal mukminat akramakumullah

Tadi disebutkan bahwa di antara makna ”al kautsar/karunia yang banyak” itu adalah ”rif’atul dzikri” kedudukan yang tinggi dan sanjungan yang luhur. Itu merupakan resultante yang memang wajar dan logis. Betapa tidak sebab posisi kesyukuran dan pengorbanan itu berada pada anak tangga yang luhur.

-         Paling rendah adalah posisi MENGORBANKAN sesama, berarti posisi KEZHALIMAN yang mengantarkan kepada ’ZHULUMAT” kegelapan dunia akhirat, dimana aliran NUR ILAHI dan rahmatNya terputus.

9

Page 10: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

-         Posisi di atasnya adalah MEMBIARKAN (EGP) ”Al khudzlan” yang juga dilarang oleh Rasulullah saw. Sikap abai membiarkan sehingga orang lain celaka, meskipun bersifat pasif tapi sesungguhnya termasuk kejahatan kepada sesama.

-         Di atasnya posisi INSHAF (fairness/adil). Yaitu berbuat sewajarnya, sebatas menunaikan atau menggugurkan kewajiban agar terhindar dari kezhaliman. Boleh jadi meski positif tapi tidak dikedepankan dengan sepenuh hati.

-         Posisi tertinggi adalah TADLHIYAH/BERKORBAN untuk kebaikan sesama atau orang banyak.  Tentu saja dasarnya kerelaan yang bukan setengah hati, dan merupakan bentuk keihsanan yang merupakan kelanjutan dari taqwa” TSUMMATTAQAU WA AHSANU” kemudian mereka bertaqwa dan berbuat ihsan. ”WALLAHU YUHIBBUL MUHSININ”.  (Al Maidah, 93). Maka hanya cinta Allah yang akan diberikan kepada mereka yang berkorban dan berbuat ihsan.

Allahu Akbar 3 X walillahilhamd

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Binatang kurban yang disebut udlhiyah atau nahar adalah simbolisasi tadlhiyah yakni pengorbanan. Baik udlhiyah maupun tadlhiyah posisinya sama sebagai ‘ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah (taqarruban wa qurbanan). Jika menyembelih udlhiyah merupakan ‘ibadah material yang ritual, maka taldhiyah/pengorbanan di jalan Allah merupakan ‘ibadah keadaban yang memajukan sektor-sektor kehidupan yang lebih luas. Tidak ada ruginya orang yang berudlhiyah dan bertadlhiyah, karena sesungguhnya termasuk dalam kerangka MULTI QURBAN/pendekatan diri dan MULTI INVESTASI.

- Bertadlhiah merupakan multi pendekatan diri/qurban, sebagaimana dinyatakan dalam ikrar seorang muslim yang bertaqarrub kepada Rabbnya melalui shalat : INNA SHALATI WA NUSUKI WA MAHYAYA WA MAMATI LILLAHOI RABBIL ‘ALAMIN LA SYARIKA LAH.

Kita diperintahkan untuk bertaqarrub kepada Maha Pencipta dengan shalat serta ‘ubudiah yang lain, dan bertaqarrub kepada Allah dalam segala aktivitas hidup ini.

- Bertadlhiyah bermakna multi investasi:

-         Merupakan investasi sosial (social investment) karena jelas, pengorbanan baik material maupun moral memberikan dampak sosial yang positif. Dalam Al Quran Surah Annisa ayat 114 disebutkan:  Bahwa tidak ada kebaikan dalam pembicaraan atau wacana yang diadakan, kecuali untuk mengajak orang bersedekah, memerintahkan yang ma’ruf, atau untuk mendamaikan sengketa di antara masyarakat. Dan barangsiapa melakukan itu karena ridha Allah niscaya berbalas pahala yang besar.

vةwقwدwصx مwرw بw xالz مwنy أ wجyوwاه}مy إ xيرv مxنy ن wث yرw فxي ك ي wخ wال

wكxلwذ yلwعyفw zاسx وwمwنy ي yنw الن wي ٍحv ب wالyصx وy إw وٍفv أ وy مwعyر}

w أا عwظxيم~ا wجyر~ xيهx أ }ؤyت وyٍفw ن wسwف xهz ضwاةx الل yرwم wاَءwغx yت اب

10

Page 11: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

-         Bertadlhiah meruapakan investasi ekonomi (economic investment). Sebagaimana dinyatakan dalam QS al Lail, ayat 5- 10: “Barangsiapa memberi dan bertaqwa serta membenarkan balasan yang sebaik-baiknya, maka niscaya Kami beri kemudahan demi kemudahan. Dan barangsiapa yang kikir dan merasa tidak memerlukan orang lain serta mendustakan pahala yang lebih baik, maka niscaya Kami bukakan baginya pintu kesulitan”.

-         Bertadlhiah juga  merupakan bentuk moral investment, yang mampu mengikis kekikiran ” al syuhhu”. Sifat kikir sangat berbahaya, sebagaimana diperingatkan dalam sabda Rasulullah saw:

إياكم والشح ، فانما هلك من كان قبلكم بالشح ، أمرهم بالبخل فبخلوا ، وأمرهم بالقطيعة

)د وابن فقطعوا ، وأمرهم بالفجور ففجروا. جرير في تهذيبه ك ق عن ابن عمرو(.

Artinya: ”Hati-hati dengan sifat kikir. Sebab sesungguhnya kehancuran umat sebelum kalian diakibatkan kekikiran, sifat kikir telah mendorong mereka untuk berlaku pelit, lalu mendorong mereka untuk memutus silaturahim dan akhirnya telah mendorong mereka melakukan kejahatan”.

-         Endingnya, pengorbanan di jalan Allah tentu saja sebagai investasi ukhrawi. Sebagaimana disebutkan dalam Hadits bahwa ’ibadah  orang yang menyembelih binatang kurban sudah diterima Allah sebelum darahnya menetes ke tanah, dan merupakan seutama-utama ’ibadah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Allahu Akbar 3 X walillahilhamd

Ma’asyiral Muslimin wal muslimat rahimakumullah

Demikian agungnya makna serta pahala udlhiyah, tadlhiyah sebagai wujud pengorbanan untuk memajukan hidup sekaligus mendekatkan diri kepada Allah. Menumbuh kembangkan spirit pengorbanan merupakan bagian mendasar dalam rangka pembentukan karakter masyarakat dan bangsa yang beradab. Seorang pemimpin sejati akan lebih kuat tarikannya pada kekitaan untuk memikirkan masyarakatnya daripada tarikan pada ke akuan untuk semata memikirkan kepentingan diri sendiri. Untuk kemaslahatan kita pemimpin rela mengorbankan akunya jika diperlukan. Demikian halnya dengan negarawan, menempatkan akunya dalam ke kitaaan. Itulah yang dicontohkan oleh baginda Rasulullah saw, sebagai sosok pemimpin yang datang dari kita ”min anfusikum”, penuh perhatian pada kita ”’azizun ’alaihi ma ’anittum”, selalu konsen kepada kepentingan kita ”harishun ’alaikum”, dan secara adil/proporsional memberi kasih sayangnya kepada semua ”bil mukminina raufurrahim”.

Allahu Akbar 3 X walillahilhamd

Namun apa yang kita saksikan dewasa ini. Jiwa pengorbanan pada banyak kalangan telah digeser oleh semangat atau nafsu mengorbankan orang lain. Bahkan sebetulnya bukan orang lain, tapi saudara sebangsa bahkan seprofesi dan seinstitusi. Perhatikan saja kemelut di ranah hukum, dimana para oknum melibatkan tiga lembaga hukum di Republik ini. Perang terbuka di  media massa makin membuat rakyat prihatin tetapi juga bingung. Kasus besar yang di-

11

Page 12: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

blow up, menggelinding makin ruwet bagai gulungan benang kusut. Analisis secara yuridis dan sosiologis tidak mampu membawa peta masalah makin terang benderang.

Hanya satu pisau analisis yang mampu memosisikan dan memahami masalah yang ada secara mendasar dan tepat. Yaitu analisis mental dan moral manusia. Secara mental ada kerusakan yang serius, yaitu hilangnya kejujuran ”al shidqu”, dan diputusnya ketertautan antara apa yang diperbuat di dunia ini dengan kesadaran terhadap negeri akhirat. Dengan absennya kejujuran maka yang menggantikannya adalah kedustaan ”al kadzibu”. Bermula dari dusta antar personal kemudian berkembang menjadi kedustaan publik bahkan bisa merambah jadi kedustaan institusional. Kalau sudah begitu, tidak ada lagi orang yang mau mengakui kesalahan malah justeru menyalahkan pihak lain, dan ujung-ujungnya mengorbankan pihak lain demi  membela akuisme personal atau egoisme lembaga. Pada alur ini cara-cara rekayasa, penjebakan, pengerdilan dan boleh jadi kriminalisasi menjadi pilihan yang dijalani.

Dalam konteks ini Rasulullah saw telah memberikan peringatan dengan sabdanya:

”Hati-hati dengan dusta, sebab dusta akan membawa pada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa akan menyeret ke naraka. Seseorang berulang kali berdusta hingga terbentuk sifat  dan dituliskan sebagai pendusta” (Riwayat Muslim)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Egoisme bermula dari ketidak pedulian terhadap sesama, kemudian demi untuk memenangkan diri atau paling banter kolega chemistrinya maka orang menjadi tidak ragu untuk melakukan kedustaan yang tentu saja merugikan/menzhalimi orang lain. Berikutnya orang akan menutupi kebohongan pertama dengan kebohongan-kebohongan berikutnya secara berlapis-lapis. Krisis kejujuran ini menemukan sinergisitasnya dengan meluasnya egoisme di kalangan masyarakat. Egoisme yang kian parah, sanggup melupakan jasa seorang isteri yang berbilang tahun telah memberikan kesetiaannya secara ikhlas, begitu pun sebaliknya. Prahaha rumah tangga hanya buah dari keakuan yang diperturutkan oleh seorang suami atau isteri. Gara-gara egoisme sektoral maka sinergi antar lembaga sosial atau pemerintah akan berantakan, perundingan akan dead lock, yang menjadi konsen masing-masing pihak adalah mencai titik lemah dan melemahkan pihak yang lain.

Egoisme personal atau sektoral jika dikembangkan akan mengemuka dalam tiga sikap yang destruktif, sebagaimana disebutkan dalam Atsar Umar bin Khatthab. Yaitu: ”syukhkhun mutha’un” sikap pelit yang menggerus rasa empati terhadap sesama; ”hawan muttaba’un” yakni hawa nafsu selera rendah yang diikuti sehingga makin jauh dari idealisme bahkan kewajaran sekalipun; dan ketiga ”dunyan mu’tsaratun” yaitu kepentingan duniawi yang terus dikejar. Dalam konteks itu semua bukan lagi nilai yang menjadi acuan atau norma yang jadi rujukan, melainkan ”i’jabu dzirra’yi bira’yihi” kepongahan orang dalam  mempertahankan/membela  pendapatnya sendiri. Konsultasi diabaikan dan musyawarah dilecehkan dengan teknik-teknik manipulatif.

Faktor-faktor itu oleh sahabat Umar disebut ”al muhlikat” yakni faktor-faktor penghancur  dalam kehidupan masyarakat. Kalau satu dari empat penyakit mental dan moral tersebut sudah merusak, bagaimana jika keempat-empatnya sekaligus telah menimpa  kalangan masyarakat kita.  Di bawah selimut awan pekat egoisme dan pelbagai bentuk rekayasa dan kebohongan, pesimisme di tengah-tengah masyarakat terus menyeruak melontarkan tanda tanya: masih adakah harapan akan keadilan, kejujuran dan ruang ASA bagi sebuah masa depan yang lebih baik ?

12

Page 13: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

Allahu Akbar 3 X walillahilhamd

Betapapun kita telah banyak berbuat salah pada diri kita, kepada masyarakat serta ma’siat kepada Allah, kembalilah kepada iman di dada agar tetap punya harapan untuk baik. Allah SWT menyeru kita dalam al Quran Surah Azzumar, ayat 53 s/d 55: ”Katakanlah, hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepadaNya, sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, sebelum datang adazab kepadamu dengan tiba-tiba sedang kamu tidak menyadarinya”.

Mari kita sadari betapa Allah telah memberi kita dengan karuniaNya yang banyak. Sebagai makhluk yang tahu berterima kasih, marilah kita mendekat kepada Allah . Jangan pernah tinggalkan shalat, perbanyak shalat sunat dan syukur nikmat. Mari belajar berempati kepada sesama dengan sebentuk tadlhiyah (pengorbanan), moral dan/atau material. Mari syi’arkan ’idul qurban ini dengan menyaksikan, membantu atau juga menyembelih seekor hewan kurban, demi memenuhi seruan Allah, meneladani Rasulullah, memperingati pengorbanan kekasih Allah Nabi Ibrahim & Ismail ’alaihimassalam, dan untuk belajar berempati terhadap saudara-saudara kita yang kurang mampu.

Seseorang menjadi besar karena jiwanya besar. Tidak ada jiwa besar tanpa jiwa yang punya semangat berkorban. Berkat ruhul badzli wal tadlhiyah wal mujahadah/spirit berbagi, berkorban dan berjuang, ummat ini telah menjadi ummat yang besar, bergensi dan disegani dunia dalam sejarahnya. Mari kita kembalikan kebesaran serta gensi ummat ini dengan menyemai semangat memberi, berkorban dan mujahadah pada diri dan keluarga kita.

Do’a:

وأذل اللهم أعز االسالم والمسلمين بعزتك وارحم المستضعفين الشرك والكفر بقوتك

برحمتك

 اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا … وأصلح لنا دنيانا التي اليها معادنا

الاله اال أنت سبحانك إنا كنا من الظالمين

ربنا هب لنا من أزواجنا …

ربنا اغفر لنا وإلخواننا الذين سبقونا باإليمان …

13

Page 14: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

Teks Khutbah Idul Adha oleh Ustadz Daud Rasyid

Jumat, 05/12/2008 16:36 WIB | email | print | share

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ال إله إال الله واللهأكبر ، الله أكبر ولله الحمد.

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيال . ال إله إال الله وال نعبد إال إياه

مخلصين له الدين ولو كره المشركون . ال إله إال الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز

جنده وهزم األحزاب وحده . ال إله إال الله واللهأكبر . الله أكبر ولله الحمد .

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونستهديه ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور

أنفسنا وسيئات أعمالنا ، من يهده الله فال مضل له ومن يضلله فال هادي له ، أشهد أن ال إله إال الله وحده ال شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، بلغ الرسالة وأدى األمانة ونصح

لألمة وجاهد في الله حق جهاده. اللهم صل على محمد وعلى آله وأزواجه

أمهات المؤمنين وأصحابه األخيار رضوان الله عليهم ومن دعا بدعوته وسلك سلوكه واتبع

سنته إلى يوم الدين . أما بعد أيها المسلمونأوصيكم ونفسي بتقوى الله عز وجل.

Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah

Pada pagi ini kita berkumpul melantunkan Takbir membesarkan Allah Swt, MemujiNya, Bertasbih kepadaNya. Tiada yang layak dipuji kecuali hanya Dia, Dia yang menghidupkan, Dia yang mematikan, Dia yang memberi rezeki. Saudara-saudara kita pagi ini berangkat

14

Page 15: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

menuju Mina untuk melempar Jamratul ‘Aqabah. Semalam mereka bermalam di Muzdalifah. Kemarin mereka seharian penuh berwuquf di ‘Arafah, menadahkan tangan kepada Robb memohon ampunnya, membukakan pintu rahmatnya. Kita yang berada di tanah air, diganti Allah dengan puasa ‘Arafah tanggal 9 Zulhijjah yang Fadhilahnya dapat menghapuskan dosa tahun kemarin dan dosa pada tahun ini.

Allahu Akbar Allahu Akbar

Bukan suatu hal kebetulan Allah Swt menetapkan kewajiban Haji kepada ummat Muhammad Shallahu alaihi Wasallam walau sekali dalam seumur hidup. Haji adalah Ibadah yang mengandung makna penghambaan yang luar biasa kepada Allah Subhanah. Sementara Hakikat kehidupan ini adalah penghambaan itu sendiri. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Mawla Azza Wajalla :

وما خلقت الجن واإلنس إال ليعبدون(Tidaklah Kuciptakan Jin dan Manusia, melainkan untuk mengabdi kepadaKu). (Surat az-Zariyaat: 56) Bahkan setiap praktik Ibadah Manasik Haji itu mengandung makna penghambaan. Ketika seseorang thawaf, Sa’i, wuquf, Mabit, melempar Jamroh, semua kegiatan itu merupakan wujud penghambaan manusia kepada al-Ma’bud Subhanahu. Hal ini sering dilupakan umat Islam termasuk mereka yang melaksanakan Haji. Mereka umumnya melakukan manasik itu begitu saja tanpa disertai penghayatan atas penghambaan kepada Allah Azza wajalla. Bahkan tak sedikit mereka yang melaluinya sebagai formalitas belaka, tanpa mendalami dan merasakan manisnya berhaji. Seorang yang memulai rangkaian Ibadah Manasik, memulainya dengan Ihram dan membaca lafazh Talbiyah. Kalau kita perhatikan ucapan Talbiyah itu, isinya semua berupa penghambaan kepadaNya.

لبيك اللهم لبيك . لبيك ال شريك لك لبيك . إن الحمدوالنعمة لك والملك ال شريك لك

“Aku datang memenuhi panggilanMu, Ya Allah. Aku datang memenuhi PanggilanMu. Tiada Sekutu bagiMu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan hanya milikmu, dan juga kerajaan. Tiada Sekutu bagiMu.”

Betapa jelasnya ikrar/pengakuan akan penghambaan itu keluar dari mulut orang yang berihram haji dan umroh. Pengakuan bahwa kedatangannya dari negeri jauh, melintas samudera dan benua, hanyalah memenuhi panggilan Allah semata. Pengakuan bahwa Allah itu hanya Satu, tidak ada sekutu bagiNya. Inilah esensi Tawhid. Pengakuan bahwa pujian hanya pantas untuk Allah. Karenanya pujian-pujian berlebihan tak pantas diberikan kepada manusia, apalagi manusianya pernah memusuhi Allah, memperjuangkan bukan hukum Allah. Pengakuan bahwa nikmat adalah kepunyaan Allah semata. Kita sebagai manusia, hanya diberi amanah secuil dari nikmat itu untuk dirasakan oleh sebagian kita, dan sekaligus menjadi ujian. Karenanya kita harus banyak mensyukurinya dan tidak mabuk dalam nikmat itu. Jika Allah berkehendak, nikmat itu dicabutNya, kita suka atau tidak suka. Pengakuan bahwa kerajaan adalah milik Allah Azza Wajalla. Kekuasaan yang diberikanNya kepada sebagian manusia, hanyalah sedikit dan bersifat sementara. Kita hanyalah hamba yang tidak memiliki apapun dan tak berkuasa sedikitpun. Segala-segalanya hanya milik Allah dan tunduk pada kekuasaanNya. Pengakuan sekali lagi bahwa Allah tidak bersekutu dengan sesuatu makhluq apapun. Dia satu-satunya Ilah (Tuhan) yang berhak menerima penyembahan dari makhluq. Begitulah isi dan makna Talbiyah.

15

Page 16: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

Ikrar yang begitu tegas dan diteriakkan berkali-kali sepanjang hari Arafah, malam hari di muzdalifah, hingga sampai di Mina pada pagi 10 zulhijjah, seharusnya meninggalkan bekas pada diri kaum Muslimin. Kalau kita renungkan haji, ia sungguh merupakan wisata ruhany yang kental dengan muatan ‘aqidah. Ketika wukuf di Arafah, diharuskan memperbanyak zikir kepada Allah, menjauhkan diri dari perbuatan yang tak bermanfaat, seperti berfoto ria, jalan ke sana kemari, mencari teman, mengunjungi handai tolan, seperti kebiasaan banyak jemaah haji kita. Bukan seperti itu. Arafah diisi dengan penghayatan, pematangan Aqidah, membulatkan penghambaan diri kepada Al’Aziz al-Jabbar. Bila haji dilaksanakan dengan pola seperti ini, ia akan melahirkan sosok manusia baru dengan akidah yang tangguh. Komitmen kepada Islam yang sangat tinggi. Kecintaan kepda ALLAH yang mengalahkan segala-galanya. Siapapun yang kembali dari mengerjakan haji akan berubah. Bukankah yang pergi haji itu banyak petinggi negara, pejabat pemerintah, politisi wakil rakyat, pebisnis, disamping rakyat biasa. Apa pengaruh haji pada kehidupan mereka?

Seharusnya mereka itu menampakkan perubahan drastis, karena aqidah sudah terbina. Penyelewengan jabatan, praktik korupsi, memperkaya diri, curang dan menipu, seharusnya sudah berhenti total. Ya, kita bisa terima, sebelum haji mereka banyak melakukan perbuatan-perbuatan di atas, tetapi setelah menjalani pelatihan super intensive, materi super canggih, prilaku-prilaku mereka harus berubah total, sekembalinya dari haji. Seharusnya lahir pejabat Negara, politisi, dan aparat pemerintahan yang bersih, soleh, takut menyalah gunakan uang rakyat, bahkan lahirlah politisi dan negarawan yang wala’ (loyalitas/keberpihakan)nya kepada hukum Allah. Partai/ormas boleh beda tetapi akidah harus sama, berwala’ kepada Allah dan bertahkim kepada Syari’at Allah Swt.

أفحكم الجاهلية يبغون ومن أحسن من اللهحكما لقوم يوقنون

“Apakah Hukum Jahiliyah yang lebih mereka sukai. Dan hukum siapa yang lebih baik dari hukum buatan Allah, bagi kaum yang yakin.” (Al-Ma’idah:50)

Tidak ada tempat bagi sekularisme, Pluralisme, dan demokrasi ala kuffar. Karena apa saja yang kita butuhkan dalam mengatur Negara, ada konsep dan teorinya di dalam Syari’at Allah yang agung itu. Betapa tidak, Zat Yang Maha Mengetahui akan melahirkan konsep yang maha canggih.

أال يعلم من خلق وهو اللطيف الخبير“Ketahuilah. Yang mengetahui adalah yang mencipyakan. Dan Dia Maha lembut dan Maha Mengetahui.” (Surat al-Mulk: 14)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.

Apa yang menimpa ekonomi Amerika akhir-akhir ini, berupa hancurnya dunia usaha, yang berawal dari credit crunch dalam bisnis perumahan di Amerika, salah satu pertanda kuat kehancuran sistem ekonomi Kapitalis. Sistem Ekonomi yang berlandaskan pada Riba, uang melahirkan uang, bisnis yang menggelembungkan angka-angka padahal tidak sesuai dengan nilai riilnya, akhirnya sampai pada angka yang tak terbayang dalam otak pebisnis $600,000,000,000,000. (enam ratus trilyun Dollar US). Maka dari kasus hancurnya dunia finance di AS, dan negara-negara yang berkiblat kepadanya, apakah manusia tidak juga mau

16

Page 17: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

belajar bahwa sistem yang diciptakan oleh manusia untuk menandingi sistem yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, pada gilirannya akan berujung pada kehancuran, malapetaka dan kesengsaraan. Syari’at Islam mengajarkan bahwa riba adalah haram dan jual beli itu halal. Firman Allah: الربا وحرم البيع الله Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan“ .أحلriba.” Jual beli harus memperlihatkan wujud barang yang dijual dan harga yang masuk akal atas barang. Bukan seperti membeli kucing dalam karung. Riba lah yang menghancurkan perekonomian Kapitalis, sebagaimana telah hancur sebelumnya sistem sosialis di Eropa Timur. Allah Swt ingin memperlihatkan kepada manusia, bahwa sistem yang mereka bangun bertentangan dengan sistem yang diturunkanNya, cepat atau lambat akan hancur sekuat apapun tiang penyangga sistem itu. Allah juga ingin memperlihatkan bahwa kesombongan dan keangkuhan hanya berakhir dengan kehancuran. Kesombongan dan arogansi yang dipertontonkan oleh AS di dunia Islam, wabil Khusus di Afghanistan, Iraq, Somalia, Sudan dan lainnya tidak luput dari perhitungan Allah Tabaraka wata’ala. Berapa nyawa bangsa Afghanistan yang hilang tanpa alasan? Berapa nyawa bangsa Irak dan kekayaaan negeri itu yang musnah akibat kekejaman Negara yang sombong itu? Semuanya tercatat dalam perhitungan Allah ‘Azza wa Jalla. Krisis financial Amerika adalah mukaddimah kehancuran Negara besar itu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamu. Problem manusia sebenarnya adalah problem ‘aqidah. Mayoritas manusia tidak menuhankan Allah Azza wajalla. Mereka mengambil Tuhan selain Allah. Ada yang menuhankan manusia dan leluhur. Ada pula yang menuhankan benda dan hawa nafsu, seperti roh, seks, akal, teknologi, uang, jabatan, popularitas, dan sebagainya. Firman Allah Tabaraka wata’ala:

أفرأيت من اتخذ إالهه هواه وأضله الله على علم وختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره

غشاوة فمن يهديه من بعد الله أفال تذكرون.“Apakah tidak engkau ketahui orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah sesatkan dia dengan sadar, dan Allah mencap pendengarannya dan hatinya. Dan Ia jadikan penglihatannya menjadi tertutup, maka siapakah yang menunjukinya selain Allah? Apakah kamu tidak berfikir?” (al-Jatsiyah 23).

Sebagian mereka ada yang sudah menjadi Muslim tetapi tidak menyerahkan wala’ (loyalitas)nya kepada Allah. Mulut mereka mengucapkan La Ilaaha illallah, namun hati mereka dan praktik hidupnya jauh dari makna Laa Ilaaha illallah itu. Penyebabnya karena merekapun tidak paham hakikat makna Syahadat itu. Konsekuensi Syahadat adalah tunduk sepenuhnya kepada Allah Swt. Bukan hanya tunduk dalam soal Ibadah ritual dan aturan-aturan yang menyangkut dien (agama) saja. Tetapi kepatuhan total dan ketundukan mutlak kepada Allah Swt. Para Ulama Tawhid menjelaskan maknanya adalah : إال بحق معبود ال Tidak ada yang disembah dengan sah selain dari Allah”. Jadi hawa nafsu, manusia, nenek“اللهmoyang, teknologi, kecantikan, seni, ideologi, faham, benda, roh, apapun selain Allah tidak boleh diTuhankan, disembah, dikultuskan, didewa-dewakan, dianggap sakti, dan seterusnya.

Dalam kenyataan sebagian umat Islam masih terjerumus dalam menuhankan faham/ideologi yang dibuat oleh umat di luar mereka, seperti sekularisme, nasionalisme, materialisme, demokrasi, liberalisme, humanisme, feminisme, dan isme-isme lain. Berarti mereka belum menuhankan Allah dalam arti yang sesungguhnya, karena Allah tidak menerima falsafah-falsafah yang dibuat oleh manusia, lalu dianut sebagai kebenaran, selain apa yang diturunkan

17

Page 18: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

oleh Allah, yakni al-Islam. Mereka mengekor begitu saja kepada umat di luar mereka yang tidak memiliki petunjuk hidup. Sungguh ironi, kaum yang memiliki petunjuk hidup (hidayah) mengekor kepada kaum yang sesat. Seharusnya, kaum yang sesat mengikuti kaum yang mendapat petunjuk, agar mereka ikut selamat. Umat Islam di dunia ini rata-rata hidupnya mengekor kepada umat lain. Mereka menjadi pengekor setia kaum di luar mereka, di semua bidang dan sektor; mulai dari ideologi, faham, hobbi, idola, model, brand, trend, gaya, penilaian, dan yang lainnya. Umat Islam tidak hanya menjadi pasar produk teknologi saja, tetapi juga sudah menjadi pasar bagi produk ideologi dan faham kaum kuffar. Faham apa saja yang muncul di barat, akan didapatkan pengikutnya di tengah kaum Muslimin. Ini mengingatkan kita benarnya prediksi Nabi Saw empat belas abad silam yang mengatakan :

لتتبعن أمما قبلكم شبرا بشبر ذراعا بذراع حتى(إذا دخلوا جحر ضب لدخلتموه(.

“Kalian akan mengikuti ummat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamupun ikuti mereka.”

Dalam soal penilaianpun, umat islam mengekor dan berkiblat kepada Barat kaum Kuffar. Apa saja yang dianggap buruk oleh kuffar, juga dianggap buruk oleh ummat Islam. Sebaliknya apa yang dianggap mereka sebagai kewajaran dan baik, juga dianggap wajar dan baik oleh ummat Islam. Akhir-akhir ini banyak isu dilemparkan oleh musuh-musuh Islam melalui media massa dan disambut oleh ummat ini dengan sikap membeo dan mengekor, seperti murid dengan gurunya. Barat melemparkan isu terorisme dan menuduhkan perbuatan terorisme kepada Islam dan ummatnya, maka umat Islampun ikut-ikutan seperti beo. Ada Orang yang dituduh oleh Barat sebagai teroris, kitapun ikut-ikutan menuduhnya teroris. Padahal mereka itulah induknya teroris. Israel dan Amerika itulah yang membuat kerusuhan dahsyat di muka bumi ini. Mereka lah yang menjadi kaum perusak nomor wahid di dunia ini. Tapi, dia bisa mengalihkan opini dunia, kerusuhan dahsyat yang dia buat menjadi tidak kelihatan/hilang, sementara orang Muslim yang soleh yang difitnahnya sebagai pembuat kerusuhan, dihukum oleh public secara zalim. Umat islam sekali lagi membeo kepada mereka. Pornografi, homoseks, dan penyimpangan seksual yang bejat, kotor, dan bertentangan dengan fitrah manusia, baik Muslim atau non Muslim, menjadi indah dan wajar dalam pandangan mereka. Sebagian Ummat Islam pun ikut-ikutan menilai yang bejat itu menjadi wajar. Ajaran yang dianggap sesat di dalam islam, mereka anggap Hak Azasi Manusia dan merupakan kebebasan untuk meyakini ajaran apa saja. Na’uzu Billah min zalik.

Jika Barat menganggap poligami itu buruk dan aib, di mana seorang lelaki mempunyai isteri yang sah lebih dari satu, maka umat Islampun ikut-ikutan menilai poligami itu buruk dan penindasan terhadap perempuan. Bahkan meng”hukum” orang yang melakukannya. Tapi, jika seorang lelaki atau perempuan berganti-ganti pasangan tanpa nikah, melakukan hubungan zina dengan siapa saja yang dia sukai, mereka anggap wajar dan kebebasan sebagai manusia. Beginilah nasib ummat Islam sekarang. Menilai sesuatu dengan mengikuti standar penilaian kaum Kuffar. Menikahi anak belasan tahun dianggap oleh Barat sebagai pelecehan terhadap anak, maka ummat Islampun ikut mencelanya. Sementara anak-anak jalanan belasan tahun yang melakukan hubungan seks, tidak pernah diributkan oleh media. Di Barat, anak umur 14 tahun sudah diajari gurunya di sekolah cara berhubungan badan yang ‘aman’. Dan anak-anak sekolah mempraktikkannya dengan teman-temannya. Itu tidak dianggap tabu, karena tidak menikah. Jika menikah dengan sah, akan menjadi aib dan malu.

18

Page 19: KHUTBAH Idul Adha 1429 H

Lalu pertanyaannya sampai kapan kita sebagai pengekor? Apakah tidak tiba saatnya, ummat Islam ini hidup dewasa, merdeka, mandiri dengan kebijakan sendiri, tidak bergantung kepada bangsa lain manapun. Padahal mereka mempunyai ‘aqidah. Mereka memiliki kitab suci sebagai petunjuk. Mereka mempunyai sunnah Nabinya Saw yang dijadikan pedoman dalam memahami jalan yang benar. Kapankah saatnya, ummat Islam kembali kepada kesadarannya untuk menjalankan hukum Agamanya untuk mengatur dunia dan akhiratnya? Sadarkah mereka bahwa solusi tidak pernah datang dari luar mereka, melainkan dari dalam mereka sendiri? Marilah kita berdoa kepada Allah Swt agar ummat ini diberiNya petunjuk dan Hidayah untuk menapaki jalanNya yang lurus, jalan orang-orang yang beriman. Amiin.

اللهم أرنا الحق حقا وارزقنا اتباعه ، وأرنا الباطل باطال وارزقنا اجتنابه. اللهم إنا نسالك

الهدى والتقى والعفاٍف والغنى. اللهم ارفع مقتك وغضبك عنا . اللهم ال تدع في مقامنا هذا

ذنبا إال غفرته وال هما إال فرجته وال دينا إال قضيته وال حاجة من جوائج الدنيا إال قضيتها ويسرتها يا رب العالمين. اللهم أعز اإلسالم والمسلمين وأذل الشرك والمشركين ودمر

أعداَءك أعداَء الدين.

19