khalid bin walid

12

Click here to load reader

Upload: bayu-anggara

Post on 08-Nov-2015

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ffd

TRANSCRIPT

Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Terhunus (2)

Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Terhunus (2)

REPUBLIKA.CO.ID, Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Rasul yang dijamin masuk surga. Ia masuk Islam setelah Abu Bakar as Shiddiq. Setelah 13 tahun dakwah di Makkah, Rasulullah SAW diperintahkan Allah untuk pindah ke Madinah. Abdurrahman menjadi salah satu Muslim ikut berhijrah.

Berbeda dengan dakwah di Makkah yang cukup sulit, di Madinah Nabi Muhammad SAW disambut sangat baik. Begitu juga dengan Abdurrahman bin Auf. Orang yang berpindah dari Makkah ke Madinah disebut kaum Muhajirin. Sementara, kaum yang menyambut orang-orang yang berhijrah ini disebut kaun Ansar. Nah, Abdurrahman bin Auf disambut sangat baik oleh seseorang yang bernama Saad bin Rabi Al-Anshory.

Hai teman, aku termasuk orang kaya. Kamu mau apa? Aku punya dua kebun, dua pembantu. Pilih saja mana yang kamu suka, begitu kata Saad bin Rabi Al-Anshory kepada Abdurrahman bin Auf.

Wah, rupa-rupanya Abdurrahman tak mau memanfaatkan kebaikan Saad bin Rabi Al-Anshory. Abdurrahman menolak tawaran itu dengan halus. Saya hanya minta tunjukkan di mana pasar, kata Abdurrahman bin Auf.

Abdurrahman bin Auf merupakan orang yang pintar berjual beli. Kehidupannya berkecukupan. Ia lalu menikah. Begitu banyak berkah yang diberikan Allah kepada Abdurrahman bin Auf. Ia dijuluki sahabar bertangan emas. Ia menjadi sahabat yang paling kaya.

Ia juga orang yang sangat setia kepada Rasulullah SAW. Ketika ada panggilan perang, Abdurrahman bin Auf selalu datang. Mulai dari perang Badar, perang Uhud. Pengorbaannya sangat besar terutama untuk urusan harta.

Ya Rasulullah, saya punya uang 4.000 dinar. Yang 2.000 saya sedekahkan di jalan Allah, sisanya untuk keluargaku, kata Abdurrahman.

Kedermawanan Abdurrahman bin Auf sangat terasa ketika perang Tabuk. Perang Tabuk adalah perang yang sulit. Ketika menghadapi pasukan Romawi, pasukan Islam membutuhkan banyak dana. Nah, saat itu Abdurrahman bin Auf mengorbankan seluruh hartanya untuk perang. Ia sama sekali tidak meninggalkan untuk belanja keluarganya.

Mereka saya tinggali sebanyak rezeki, kebaikan dan pahala yang dijanjikan Allah, kata Abdurrahman. Rasul pun mendoakan keberkahan bagi keluarga Abdurrahman bin Auf.

Ketika perang Tabuk, Allah memberinya kemuliaan yang belum pernah dirasakan oleh siapapun. Saat tiba waktu shalat, Rasulullah SAW terlambat datang. Abdurrahman menggantikan sebagai imam.

Ketika shalat hampir selesai, Rasulullah SAW baru datang dan menjadi makmum Abdurrahman bin Auf. Sungguh, Abdurrahman adalah sahabat yang mulia.

Redaktur: Heri Ruslan

Reporter: Dwi Murdaningsih

Keberanian Entrepreneur Ala Abdurrahman bin Auf

04 April 2012 oleh: Muhammad Yassir, Lc 14 dibaca: 9442

Mari kita renungkan sepenggal kisah salah seorang entrepreneur dari Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

Adalah Abdurrahman bin Auf radhiallahu anhu, salah seorang yang berangkat hijrah ke negeri Madinah dari Mekah tanpa berbekal apapun, beliau melangkah menuju Allah dan Rasul-Nya. Sesampainya para sahabat di Madinah, masing-masing mendapatkan seorang rekan dari penduduk Madinah yang dijalinkan persahabatan mereka oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Abdurrahman bin Auf mendapatkan rekan Saad Bin Rabi Al Anshari radhiallahu anhuma. Saking kuat persahabatan yang dijalinkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam antara mereka, Saad bin Rabi serta merta berkata pada Abdurrahman. Silahkan ambil separuh hartaku untukmu. Namun, apa jawaban Abdurrahman? Beliau menolak dengan halus seraya berkata, Terima Kasih, Semoga Allah memberkahi hartamu, tunjukkan saja padaku di mana letak pasar!

Mulai sejak itu beliau berwirausaha sehingga menjadi salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang kaya raya. Sungguh menakjubkan sikap yang ditunjukkan Abrurrahman bin Auf ini, beliau lebih memilih untuk memulai usaha dari nol daripada menerima pemberian orang lain. Inilah sikap yang harus ditiru oleh para wirausahawan muslim, yaitu: sikap Berani untuk memulai usaha.

Beranjak dari hikmah yang dapat kita ambil dari sahabat ini, maka kami akan mengajak para wirausahawan muslim terutama para pemula, untuk membangkitkan keberanian dalam beberapa hal, di antaranya:

1. Berani Memulai

Sudah rahasia umum, bahwa seorang dilAnda rasa takut untuk memulai suatu usaha karena yang terbayang di hadapannya adalah bagaimana kalau gagal.

Maka, untuk menepis perasaan ini, marilah kita buat perhitungan: Kalau kita mau mulai, ada dua kemungkinan yang menanti: mungkin berhasil atau mungkin gagal. Tapi, kalau kita tidak pernah memulai, cuma ada satu kepastian yang menghampiri, pasti gagal. Nah, sekarang silahkan pilih,

Berani mencoba = 50% gagal - 50% berhasil

Takut / tidak mau mencoba = 100% gagal?

Rasa takut bercampur khawatir yang diderita oleh setiap pemula usaha adalah suatu yang wajar adanya. Karena mereka sekarang sedang memasuki dunia lain. Tapi bukan berarti ketakutan itu harus dipelihara menjadi semak belukar. Malah seharusnya dipangkas sehingga bisa memantapkan langkah untuk menapak.

Jangan khawatir wahai pengusaha muslim! Tanpa kita sadari, sebenarnya kita sudah memiliki modal berani yang kita bawa sejak lahir. Bukankah ketika kita masih berumur 9 bulan, kita sudah berani untuk mulai berdiri dan berjalan? Walau kita tahu akan jatuh bahkan sering mengalaminya. Apakah ketika itu kita menyerah karena sering gagal? Ternyata tidak, kita berani melawan karena kita yakin akan tiba di tujuan, walau jalannya banyak ditaburi ranjau kegagalan. Kini lihatlah buktinya! kita telah bisa berjalan dan berlari. Ini semua berawal dari keberanian kita untuk memulai sesuatu yang baru.

Berani yang kami maksudkan di sini adalah berani yang penuh perhitungan, memperhatiakan rambu-rambu dan peraturan. Bukan berani nekat atau membabi- buta, yang pada dasarnya adalah bergerak tanpa perhitungan.

Tawakkal bukan dilakukan karena takut memulai. Tapi sebaliknya, setelah kita berani melangkah dan memulai, baru kita tawakkal. Karena kita tahu manusia hanya berikhtiyar dan mencoba sekuat tenaganya, adapun yang menentukan rezeki hanyalah Allah Taala.

2. Berani Bertahan atau Berani Bersaing

Setelah langkah pertama dimulai, kini dituntut keberanian lain, yaitu keberanian bertahan dalam persaingan bisnis.

Persaingan dalam dagang atau dunia usaha adalah hal lumrah dan pasti adanya, karena kita bukan sedang berjualan di hutan. Akan ada yang berjualan atau memproduksi benda seperti punya kita, maka beranilah dalam menghadapi persingan ini. Anggaplah persaingan adalah pemicu adrenalin untuk menambah semangat kita dalam berusaha.

Bila Anda dulu pernah sekolah di SMP atau SMA, coba Anda bayangkan! Bila dalam kelas Anda tidak ada saingan, hanya Anda anak yang pintar. Pasti Anda akan puas dengan nilai 7 karena sudah menempati rangking pertama. Tapi, bila ada pesaing yang mampu meraih nilai 9, pasti Anda akan lebih giat belajar untuk memperoleh nilai 10 agar memperoleh peringkat pertama.

3. Berani Tampil Beda

Tampil beda kebutuhan paling urgen dalam menghadapi persaingan. Mungkin produk atau jasa yang kita jual adalah barang umum di pasaran. Oleh karena itu, jalan menggaet pelanggan adalah dengan berani tampil beda dalam berbagai hal, baik dalam iklan, pelayanan, tampilan, dan lain sebagainya.

Ini adalah beberapa contoh praktik tampil beda dari pelaku usaha yang mungkin pernah kita jumpai:

Anda pernah membaca slogan salah satu super market: Anda dapat harga yang lebih murah dari kami, maka kami ganti selisihnya. Saya yakin sekali, pasti ada salah satu barang yang dijual di tempat lain dengan harga lebih murah, tapi pernahkah ada yang datang untuk komplain? Jadi, apa fungsi slogan itu? Tak lain hanyalah untuk tampil beda guna memikat daya tarik konsumen.

Pernah tahu ada warung bakso namanya ora pathe enak (bahasa jawa), yang artinya: gak begitu enak. Kira-kira kalau Anda seorang penggemar bakso, apa Anda akan tertarik untuk mencobanya? Nah, berawal dari mencoba inilah yang akan mengalir ke ketagihan.

Pernah dengar ada rumah makan melayani para tamunya bukan dengan menghidangkan makanan, tapi dengan mempersilahkan mereka memasak sendiri, yang tentunya di bawah bimbingan chef yang profesional. Ternyata ide itu sangat menarik bagi orang yang hobi dunia kuliner.

Boleh-boleh saja untuk tampil beda, selama itu masih dalam koridor dibolehkan oleh syariat.

Nah, para pengusaha muslim. Setelah Anda membaca tulisan ini, saya harap Anda pun berani untuk mengomentarinya. Sebagaimana saya sudah berani menulis artikel ini, walaupun dunia entrepreneur adalah dunia baru bagi saya dalam hal tulis-menulis. Namun saya memohon pada Allah agar berani untuk bertahan dalam bersaing dengan penulis yang lain, Amin.

Artikel www.PengusahaMuslim.comSAIDINA ABDUL RAHMAN BIN AUF

Abdul Rahman Bin Auf adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang akrab. Beliau juga adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang terkaya sebagaimana juga halnya dengan Saiyidina Uthman Bin Affan r.a. Menurut ahli sejarah, Abdul Rahman Bin Auf dilahirkan 10 tahun sesudah tahun gajah dan beliau hidup sebagai seorang pemuda Quraisy dikota Mekah yang ketika itu penuh dengan bermacam-macam kemaksiatan jahiliah berupa penyembahan berhala maupun kejahatan-kejahatan lainnya. Namun demikian Abdul Rahman terhindar dan bermacam-macam kejahatan yang berleluasa ketika itu. Bahkan sebelum memeluk agama Islam lagi, Abdul Rahman Bin Auf telah mempunyai anggapan bahawa minuman arak itu adalah terlarang.

Abdul Rahman Bin Auf telah memeluk Islam sebelum Rasulullah s.a.w memasuki Darul Arqam lagi. Dengan hal demikian nyatalah bahawa beliau tergolong orang-orang Islam yang permulaan dan menurut riwayat beliau adalah orang yang 8 dan orang-orang permulaan yang memeluk Islam. Adalah diriwayatkan bahawa ibu Abdul Rahman Bin Auf sesudah mengetahui Abdul Rahman Bin Auf memeluk Islam, iapun berkata kepada anaknya, "Aku akan berjemur dipanas matahari yang terik di waktu siang dan di waktu ma1am yang sejuk aku akan bermalam diruang lapang, hinggalah engkau mengaku akan kembali semula kepada agama nenek moyangmu. Dimikian ibunya mengancam. Sungguhpun begitu Abdul Rahman Bin Auf tetap tegak memeluk ugama suci dan mencintai Rasulullah S.A.W.

Adapun nama asal Abdul Rahman sebelum beliau memeluk Islam ialah Abdul Ka'abah, tetapi kemudian setelah Islam beliau menukar namanya kepada Abdul Rahman. Sebagai seorang sahabat Rasulullah yang akrab, Abdul Rahman mempunyai satu keistimewaan yang khas iaitu berjuang untuk menegakkan ugama Allah bukan saja dengan pedangnya bahkan dengan harta dan kekayaannya. Beliaulah antara para sahabat yang banyak sekali mengorbankan kekayaannya untuk memperjuangkan kepentingan Islam. Abdul Rahman pernah membahagikan dua kekayaannya untuk dibahagikan kepada fakir miskin dan pernah pula menyerahkan seluruh kekayaannya untuk keperluan sabilillah demi menegakkan panji-panji Islam.

Ramai sahabat yang telah memimpin penjuangan Islam dan menyibarkan syiar Islam yang berjuang sebagai panglima atau sebagai pahlawan Islam yang dikenal sejarah, tetapi Abdul Rahman Bin Auf telah melakukan kepahlawanannya dengan jalan menyerahkan seluruh kekayaannya dalam menegakkan Islam.

Sebagai seorang Islam yang permulaan, Abdul Rahman Bin Auf juga telah mengalami berbagai penderitaan dan penyiksaan dari masyarakat Quraish di Mekah. Oleh kerana memandangkan keadaan kaum Muslimin yang sangat sedikit itu sementelahan pula mengalami berbagai macam ancaman maka Rasulullah s.a.w akhirnya telah memerintahkan para pengikutnya supaya melakukan hijrah ke negeri Abbysinia kerana menurut Rasul disana ada sebuah kerajaan yang tidak berlaku zalim terhadap rakyatnya. Tidak lama kemudian maka berangkatlah rombongan pertama yang melakukan hijrah yang terdiri dan 10 orang lelaki dan 4 orang wanita dan 17 wanita serta anak-anak. Dan diantara yang melakukan hijrah yang terdiri dan 10 orang lelaki dan 4 orang wanita lalu disusul dengan rombongan kedua yang terdiri dan 83 lelaki dan 17 wanita serta anak-anak. Dan di antara yang melakukan hijrah tersebut termasuklah Abdul Rahman Bin Auf.

Tidak lama kemudian Abdul Rahman Bin Auf dan beberapa temannya telah kembali ke kota Mekah sehingga sampai pada waktu Allah s.w.t memenintahkan kepada Rasulullah s.a.w untuk melakukan hijrah keYathrib( Madinah) dilakukan Rasulullah sendiri dan para sahabatnya dan diantaranya termasuk juga Abdul Rahman Bin Auf.

Setiba di Madinah sebagaimana yang diperlakukan oleh Rasul terhadap lain-lain sahabat dalam rangka memberikan bantuan, maka Abdul Rahman Bin Auf telah dipersaudarakan oleh Baginda dengan Sa'ad Bin Rabi' seorang daripada golongan Ansar.

Demi kecintaan Saad Bin Rabi' kepada saudaranya dan golongan Muhajirin, beliau telah mengatakan kepada Abdul Rahman demikian antara lainnya, "Saudara, ketahuilah bahawa saya adalah seorang Ansar yang banyak harta, dan kiranya saudara sudi ambillah separuh dan kekayaan saya itu. Saya juga mempunyai dua orang isteri dan kiranya Saudara sudi mana satu antaranya, saya sedia mencaraikannya supaya boleh saudara mengahwininya. Mendengarkan kata-kata sahabatnya itu Abdul Rahman Bin Auf seraya menjawab, "Saudaraku, semoga Allah akan memberikan berkat terhadap keluarga dan hartabenda saudara. Janganlah disusahkan tentang din saya ini, yang penting bagi saya ialah kiranya saudara sudi menunjukkan saya jalan menuju ke pasar.

Sungguh beliau memang seorang pedagang yang berbakat dan pintar. Dalam sekejap masa saja beliau berjaya menunjukkan keahliannya dalam berdagang hingga berjaya memperoleh harta yang banyak. Beliau mempunyai 100 ekor kuda yang dapat dipergunakan dalam peperangan 100 ekor unta dan 10,000 ekor kambing sehingga diwaktu beliau meninggal, tatkala dihitung seperempat dan kekayaannya menyamai jumlah 84 ribu dinar. Akan tetapi disamping kekayaannya yang melimpah-limpah itu, bellau termasuk orang yang paling dermawan dan paling pemurah juga merupakan seorang tokoh sahabat yang paling banyak berbuat kebajikan terhadap kaum fakir miskin.

Pada zaman Rasulullah S.A.W, beliau pernah membahagikan seluruh kekayaannya dan menyerahkan yang sebahagian itu kepada orang-orang yang memerlukannya. Pernah terjadi dalam satu peristiwa, Abdul Rahman Bin Auf mengeluarkan sedekah sekali duduk sebesar 40 ribu dinar, dan pernah ia membiayai peperangan dengan menyediakan perlengkapan sebanyak 500 ekor kuda tempur lengkap dengan senjatanya pakaian makanan untuk dipergunakan oleh para perajurit dan juga dalam waktu yang sama membawa konvoi perbekalan yang diangkut oleh 500 unta.

Memandangkan jasa dan pengorbanan menegakkan Islam dengan hanta kekayaannya Rasulullah S.A.W pernah bersabda, "Abdul Rahinan Bin Auf adalah saudagar Tuhan " sebagai memujinya atas peranannya menegakkan ugama ALlah dengan harta kekayaan. Dalam satu riwayat lain pula Rasulullah pernah bersabda, "Sesungguhnya mereka yang memelihara keluarga saya setelah saya meninggal dunia adalah manusia yang benar dan manusia yang mempunyai kebajikan. Dalam hal ini Abdul Rahmanlah salah seorang sahabat yang menyahut seruan Rasulullah s.a.w kerana beliaulah yang menyiapkan kemudahan untuk Ummul Mu'minin dalam melakukan ibadah haji dibawah lindungan beliau.

Disamping memiliki kekayaan yang melimpah-limpah beliau adalah seorang yang takut dan benci kepada harta kekayaan dan selalu menghindarkan din dan penganuh kekayaannya. Adalah diriwayatkan bahawa pada suatu han Abdul Rahman Bin Auf menangis tersedu-sedu lalu ia ditanyai orang apakah yang menyebabkan beliau menangis itu, lalu dijawabnya, "Sesungguhnya Mas'ab adalah lebih baik daripadaku kerana ia meninggal dunia di zaman Rasul dan diwaktu meninggal dunia ia tidak memiliki sepotong kain yang dapat dijadikan kafan untuk membungkusnya. Sesungguhnya Hamzah Bin Muttalib adalah manusia yang lebih utama daripada saya padahal ia tidak mempunyai kain yang dapat dijadikan kafan untuk memakamkannya. Saya khuatir saya ini termasuk di antara orang-orang yang dipercepat untuk menikmati kebahgiaan dunia fana ini dan saya khuatir bahawa saya akan tersisih daripada para sahabat Nabi diAkhirat kelak disebabkan kerana saya mempunyai banyak harta. Dalam satu riwayat yang lain pula diceritakan orang bahawa tatkala Abdul Rahman Bin Auf memberikan makanan kepada tamunya beliau tiba-tiba menangis lalu ditanyai orang, "Mengapakah engkau menangis hai Ibnu Auf ?" Ia lalu menjawab, "Nabi telah wafat, sedangkan ia dan keluarganya tidak pernah kenyang oleh roti gandum.

Demikianlah jiwa Abdul Rahman Bin Auf salah seorang sahabat besar Rasulullah. Memandangkan besarnya semangat pengorbanannya itu maka tidaklah hairan kiranya Rasulullah s.a.w mengatakan bahawa Abdul Rahman adalah di antara sepuluh orang yang telah digembirakan oleh baginda Rasul akan memasuki syurga.

Dizaman Khalifah Umar Al Khattab, Abdul Rahman Bin Auf telah memperoleh kehormatan dan keutamaan di sisi Khalifah. Di zaman Khalifah, beliau pernah dilantik oleh Khalifah Umar untuk memimpin rombongan haji pada tahun pertama setelah Saiyidina Umar dipilih sebagai khalifah. Malah beliau jugalah salah seorang yang telah diwasiatkan oleh Khalifah Umar Al Khattab sebelum kewafatan beliau menjadi salah seorang ahli dalam majlis jawatankuasa di antara enam orang anggota bagi memilih calon khalifah yang akan menggantikan baginda. Beliaulah juga tokoh yang mengetuai tugas untuk menentukan siapakah yang bakal menggantikan Khalifah Umar Al Khattab sebagai khalifah ketiga umat Islam yang akhirnya jatuh ketangan Saiyidina Uthman Bin Affan r.a.

Pada tahun 31 Hijrah, setelah menempuh hidup didunia yang fana mi selama 74 tahun, berpulanglah tokoh sahabat besar ini kerahmatullah. Dalam usia 75 tahun. Dan sebelum meninggalnya, Ummul Mu'minin Aisyah telah menawarkan bahawa jika ia menghendakinya akan ditempatkan kuburannya nanti di sisi kuburan Nabi, Abu Bakar dan Umar r.a. Dengan suara yang merendah diri ia menjawab bahawa ia malu jika diberi kedudukan yang sedemikian tingginya untuk berkubur di samping Rasul. Dan ia juga menyatakan bahawa dirinya telah terikat janji dengan Uthman Bin Mazh'un bahawa jika salah satu di antara mereka berdua meninggal dunia lebih dahulu, maka ia akan berkubur di samping kuburan kawannya yang lain. Jenazah beliau telah dikebumikan di Baqi dan disembahyangkan oleh Saiyidina Uthman Bin Affan, Zubair Ibnul Awwam dan lain-lain tokoh sahabat.