kerajaan samudera pasai

22
  A. KERAJAAN SAMU DERA PA SAI 1. Aw al Pe rkemb anga n Ker ajaa n Samuder a Pas ai Kerajaan Samudera Pasai terletak di antai utara A!e"# ada muara Sungai Pasangan $Pasai%. Pada muara sungai itu terletak dua k&ta# 'aitu samudera $agak jau" dari laut% dan Pasai $k&ta esisir%. Kedua k&ta 'ang mas'arakatn'a suda" masuk Islam tersebut disatukan &le" Mara" Sile 'ang masuk Islam berkat ertemuann'a dengan S'ek" Ismail# se&rang utusan S'ari( Meka". Mera" Selu kemudian din&batkan menjadi sultan $raja% dengan gelar Sultan Malik al Sale". Setela" resmi menjadi kerajaan Islam# Samudera Pasai berkembang esat menjadi usat erdagangan dan usat studi Islam 'ang ramai. Pedagang dari India# )enggala# *ujarat# Arab# +ina serta daera" di sekitarn'a ban'ak berdatangan di Samudera Pasai. Samudera Pasai setela" erta"anann'a kuat segera meluaskan kekuasaan ke daera" edalaman meliuti ,a miang# )alek )imba# Samerlangga# )eruana# Simag# )ul&" ,elang# )enua# Samudera# Perlak# -ambu Aer# Rama +and"i# ,ukas# Pekan# dan Pasai.  . Asek Ke" id uan P& li ti k  Ada beberaa ra ja 'ang ern a" memerinta" S amudera Pasai # antara lain/ 1% Sultan Malik al Sale" $ 10 2 103% % Mu"ammad Malik a4 5a"ir $ 103 2 167 % 6% Ma"mud Malik a4 5a"ir $ 167 2 1689% 8% Mansur Malik a4 5a"ir $ :. 2 1687 % 9% A"mad Malik a4 5a"ir $ 1687 2 16;6 % 7% 5ain al Abidin Malik a4 5a"ir $ 16;6 2 189 % 3% Na"rasi'a" $ 189 2 181 % ;% Salla" ad Din $ 181 2 : % 0% Abu 5aid Malik a4 5a"ir $ : 2 1899 % 1% Ma"mud Malik a4 5a"ir $ 1899 2 1833 % 11% 5ain al Abidin $ 1833 2 19 % 1% Abdulla" Malik a4 5a"ir $ 191 2 1916 %

Upload: dwiky-rachmat-r

Post on 05-Oct-2015

148 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sejarah Tentang Kerajaan Samuder Pasai

TRANSCRIPT

A. KERAJAAN SAMUDERA PASAI

1. Awal Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungai Pasangan (Pasai). Pada muara sungai itu terletak dua kota, yaitu samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Kedua kota yang masyarakatnya sudah masuk Islam tersebut disatukan oleh Marah Sile yang masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah. Merah Selu kemudian dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Malik al Saleh.

Setelah resmi menjadi kerajaan Islam, Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai.

Samudera Pasai setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai. 2. Aspek Kehidupan Politik

Ada beberapa raja yang pernah memerintah Samudera Pasai, antara lain:

1) Sultan Malik al Saleh ( 1290 1297)

2) Muhammad Malik az Zahir ( 1297 1326 )

3) Mahmud Malik az Zahir ( 1326 1345)

4) Mansur Malik az Zahir ( . 1346 )

5) Ahmad Malik az Zahir ( 1346 1383 )

6) Zain al Abidin Malik az Zahir ( 1383 1405 )

7) Nahrasiyah ( 1405 1412 )

8) Sallah ad Din ( 1412 )

9) Abu Zaid Malik az Zahir ( 1455 )

10) Mahmud Malik az Zahir ( 1455 1477 )

11) Zain al Abidin ( 1477 1500 )

12) Abdullah Malik az Zahir ( 1501 1513 )

13) Zain al Abidin ( 1513 1524 )

Kehidupan politik yang terjadi di Kerajaan Samudera Pasai dapat dilihat pada masa pemerintahan raja-raja berikut ini:

a. Sultan Malik al SalehSultan Malik al Saleh merupakan raja pertama di Kerajaan Samudera Pasai. Dalam menjalankan pemerintahannya, Beliau berhasil menyatukan dua kota besar di Kerajaan Samudera Pasai, yakni kota Samudera dan kota Pasaidan menjadikan masyarakatnya sebagai umat Islam. Setelah beliau mangkat pada tahun 1297, jabatan beliau diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir. Lalu takhta kerajaan dilanjutkan lagi oleh kedua cucunya yang bernama Malik al Mahmud dan Malik al Mansur.

b. Malik al Mahmud dan Malik al Mansur.Dalam menjalankan pemerintahannya, Malik al Mahmud dan Malik al Mansur pernah memindahkan ibu kota kerajaan ke Lhok Seumawe dengan dibantu oleh kedua perdana menterinya.

c. Sultan Ahmad Perumadal PerumalPada masa pemerintahan Sultan Ahmad Perumadal Perumal inilah, Kerajaan Samudera Pasai pertama kalinya menjalin hubungan dengan Kerajaan / Kesultanan lain, yakni Kesultanan Delhi (India).

3. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial

Kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Samudera Pasai dititikberatkan pada kegiatan perdagangan, pelayaran dan penyebaran agama. Hal ini dikarenakan, banyaknya pedagang asing yang sering singgah bahkan menetap di daerah Samudera Pasai, yakni Pelabuhan Malaka. Mereka yang datang dari berbagai negara seperti Persia, Arab, dan Gujarat kemudian bergaul dengan penduduk setempat dan menyebarkan agama serta kebudayaannya masing-masing. Dengan demikian, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Samudera Pasai bertambah maju, begitupun di bidang perdagangan, pelayaran dan keagamannya.

Keberadaan agama Islam di Samdera Pasai sangat dipengaruhi oleh perkembangan di Timur Tengah. Hal itu terbukti pada saat perubahan aliran Syiah menjadi Syafii di Samudera Pasai. Perubahan aliran tersebut ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu, di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafii.

Aliran Syafii dalam perkembangannya di samudera Pasai menyesuaikan dengan adat istiadat setempat. Oleh karena itu kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.4. Kemunduran Kerajaan Samudera Pasai

Pada waktu Samudera Pasai berkembang, Majapahit juga sedang mengembangkan politik ekspansi. Majapahit setelah meyakini adanya hubungan antara Samudera Pasai dan Delhi yang membahayakan kedudukannya, maka

pada tahun 1350 M segera menyerang Samudera Pasai. Akibatnya, Samudera Pasai mengalami kemunduran. Pusat perdagangan Samudera Pasai pindah ke pulau Bintan dan Aceh Utara (Banda Aceh). Samudera Pasai runtuh ditaklukkan Aceh

B. Hasil-Hasil Kebudayaan Kerajaan-Kerajaan Islam di SumateraIndonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Unsur penting dari kedatangan dan persebaran Islam di Indonesia adalah melalui jalur perdagangan. Dipercepat situasi politik wilayah-wilayah kerajaan yang didatangi. Islam menyebar ke daerah-daerah yang mempunyai kedudukan penting dalam perdagangan internasional seperti Pesisir Sumatera, Selat Malaka, Pesisir Utara Jawa, dan ke daerah penghasil rempah-rempah di Indonesia Timur (Maluku). Dari sini menyebar ke wilayah Indonesia lainnya yaitu Kalimantan, Sulawesi, Lombok, Timor, Rore, dan Sabu.Terdapat dua teori tentang kedatangan Islam di nusantara yang dimulai dari Sumatera. Pertama, teori yang dikedapankan oleh W.P Groeneveldt, T.W. Arnold, Syed Naguib al-Attas, Hamka, Uka Tjandrasasmita dan lainnya (Tjandrasasmita, 2009). Teori ini didasarkan pada catatan yang menyebutkan sejumlah orang Ta-shih (orang-orang Arab yang menempati pantai Barat) yang membatalkan niatnya untuk menyerang Kerajaan Ho-ling di bawah rezim Ratu Sima (674 M) karena kuatnya kekuasaan Ratu Sima (Tjandrasasmita, 2009, hal. 12).Kedua, berdasarkan pendapat Moquette yang menemukan nisan Sultan Malik As-Shalih 696 H (1297 M) dimana Islam masuk Sumatera sejak abad ke-13 (Kebudayaan, 1999). Hal ini diperkuat oleh pendapat Snouck Horgronje yang mengatakan bahwa Islam datang pertama kali ke Indonesia pada abad ke-13 dibawa oleh pedagang dari Gujarat. Akan tetapi di Barus, tepatnya komplek makam Tuan Makhdum, terdapat inskripsi pada sebuah nisan yang lebih tua memuat nama Tuhar Amisuri 602 H (1205/1206 M). Daerah lain di Sumatera yang penduduknya diperkirakan sudah memeluk Islam berdasarkan pendapat Marco Polo (seorang musafir Italia) adalah Peureulak atau Perlak (1290 M). Disamping perdebatan teori mengenai datangnya islam ke Sumatera, terdapat beberapa peninggalan penting yang dapat menjadi bukti dan saksi sejarah, salah satunya adalah masjid.Istilah masjid berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat sujud. Adapun di Indonesia, masjid merupakan tempat beribadah umat muslim, di mana selain berfungsi sebagai tempat salat lima waktu, juga sebagai tempat salat Jumat. Di Aceh terdapat istilah lain untuk masjid, yakni meuseugit. Selain itu juga terdapat istilah lain untuk tempat ibdah yang tidak dapat berfungsi sebagai tempat salat jumat, seperti meunasah di Aceh dan surau di Minangkabau.Salah satu masjid tertua di Sumatera adalah Masjid Raya Baiturrahman (Aceh), didirikan tahun 1292 M. Masjid bersejarah lain terdapat di Sumatera Utara, yakni Kabupaten Deli Serdang (Masjid Jamik Ismailiyah, Masjid as-Syakirin, dan Masjid Raya Bandar Khalifah), Medan (Masjid Raya al-Ma'sbun dan Masjid Raya al-Osmani), dan Langkat (Masjid Azizi). Selanjutnya Kep. Riau (Masjid Raya Pulau Penyengat), Jambi (Masjid Keramat Kototuao, Masjid Agung Pondok Tinggi, dan Masjid Tanjung Pauh Ilir), Palembang (Masjid Agung Palembang atau Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin), Bengkulu (Masjid Jamik Bengkulu dan Masjid Padang Betua) dan Bandar Lampung (Masjid al-Anwar). Adapun persebaran masjid bersejarah terbanyak di Sumatera terdapat di Provinsi Sumatera Barat.Di antara masjid-masjid bersejarah yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, Masjid dan Surau Syekh Burhanuddin di Padang Pariaman menjadi salah satu masjid tertua di Sumatera Barat yang didirikan tahun 1645 M. Selain itu, masjid bersejarah di Padang Pariaman juga termasuk Masjid Raya Pekandangan. Masjid bersejarah lain terdapat di Payakumbuh (Masjid Gadang Koto Nan IV), Limapuluh Kota (Masjid Ampang Gadang), Tanah Datar (Masjid Raya Lima Kaum, Surau Nagari Lubuk Bauk, dan Masjid Raya Rao-Rao), Padang Panjang (Masjid Asasi Nagari Gunung), Bukittinggi (Masjid "Surau Gadang" Mandiangin), Agam (Masjid Bingkudu dan Masjid Raya Taluk), Sijunjung (Masjid Siguntur), dan Padang (Masjid Raya Ganting).Sumber:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat.

C. Perkembangan Kerajaan Islam di Sumatera1. Kerajaan Samudera Pasai

Pedagang Persia, Gujarat, dan Arab pada awal abad ke-12 membawa ajaran Islam aliran Syiah ke pantai Timur Sumatera, terutama di negera Perlak dan Pasai. Saat itu aliran Syiah berkembang di Persia dan Hindustan apalagi Dinasti Fatimiah sebagai penganut Islam aliran Syiah sedang berkuasa di Mesir. Mereka berdagang dan menetap di muara Sungai Perlak dan muara Sungai Pasai mendirikan sebuah kesultanan. Dinasti Fatimiah runtuh tahun 1268 dan digantikan Dinasti Mamluk yang beraliranSyafii, mereka menumpas orang-orang Syiah di Mesir, begitu pula di pantai Timur Sumatera. Utusan Mamluk yang bernamaSyekh Ismailmengangkat Marah Silu menjadi sultan di Pasai, dengan gelarSultan Malikul Saleh. Marah Silu yang semula menganut aliran Syiah berubah menjadi aliran Syafii. Sultan Malikul Saleh digantikan oleh putranya yang bernamaSultan Malikul Zahir, sedangkan putra keduanya yang bernamaSultan Malikul Mansurmemisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah. Saat Majapahit melakukan perluasan imperium ke seluruh Nusantara, Pasai berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Berikut ini adalah urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:

(a) Sultan Malik as Saleh (Malikul Saleh).

(b) Sultan Malikul Zahir, meninggal tahun 1326.

(c) Sultan Muhammad, wafat tahun 1354.

(d) Sultan Ahmad Malikul Zahir atau Al Malik Jamaluddin, meninggal tahun 1383.

(e) Sultan Zainal Abidin, meninggal tahun 1405.

(f) Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin), sultan ini meninggal pada tahun 1428.

Adanya Samudera Pasai ini diperkuat oleh catatanIbnu Batutah, sejarawan dari Maroko. Kronik dari orang-orang Cina pun membuktikan hal ini. Menurut Ibnu Batutah, Samudera Pasai merupakan pusat studi Islam. Ia berkunjung ke kerajaan ini pada tahun 1345-1346. Ibnu Batutah menyebutnya sebagai Sumutrah, ejaannya untuk nama Samudera, yang kemudian menjadi Sumatera.

Ketika singgah di pelabuhan Pasai, Batutah dijemput oleh laksamana muda dari Pasai bernama Bohruz. Lalu laksmana tersebut memberitakan kedatangan Batutah kepada Raja. Ia diundang ke Istana dan bertemu dengan Sultan Muhammad, cucu Malik as-Saleh. Batutah singgah sebentar di Samudera Pasai dari Delhi, India, untuk melanjutkan pelayarannya ke Cina. Sultan Pasai ini diberitakan melakukan hubungan dengan Sultan Mahmud di Delhi dan Kesultanan Usmani Ottoman. Diberitakan pula, bahwa terdapat pegawai yang berasal dari Isfahan (Kerajaan Safawi) yang mengabdi di istana Pasai. Oleh karena itu, karya sastra dari Persia begitu populer di Samudera Pasai ini. Untuk selanjutnya, bentuk sastra Persia ini berpengaruh terhadap bentuk kesusastraan Melayu kemudian hari. Berdasarkan catatan Batutah, Islam telah ada di Samudera Pasai sejak seabad yang lalu, jadi sekitar abad ke-12 M. Raja dan rakyat Samudera Pasai mengikuti Mazhab Syafei. Setelah setahun di Pasai, Batutah segera melanjutkan pelayarannya ke Cina, dan kembali ke Samudera Pasai lagi pada tahun 1347.

Bukti lain dari keberadaan Pasai adalah ditemukannya mata uang dirham sebagai alat-tukar dagang. Pada mata uang ini tertulis nama para sultan yang memerintah Kerajaan. Nama-nama sultan (memerintah dari abad ke-14 hingga 15) yang tercetak pada mata uang tersebut di antaranya: Sultan Alauddin, Mansur Malik Zahir, Abu Zaid Malik Zahir, Muhammad Malik Zahir, Ahmad Malik Zahir, dan Abdullah Malik Zahir. Pada abad ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai Samudera Pasai pada 1521 hingga tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh adalah Sultan Ali Mughayat.

2. Kerajaan Malaka

Sesungguhnya, Kerajaan Malaka ini tidak termasuk wilayah Indonesia, melainkan Malaysia. Namun, karena kerajaaan ini memegang peranan penting dalam kehidupan politik dan kebudayaan Islam di sekitar perairan Nusantara, maka Kerajaan Malaka ini perlu dibahas dalam bab ini. Kerajaan Malaka (orang Malaysia menyebutnya Melaka) terletak di jalur pelayaran dan perdagangan antara Asia Barat dengan Asia Timur. Sebelum menjadi kerajaan yang merdeka, Malaka termasuk wilayah Majapahit.

Pendiri Malaka adalah PangeranParameswara, berasal dari Sriwijaya (Palembang). Ketika di Sriwijaya terjadi perebutan kekuasaan pada abad ke-14 M, Parameswara melarikan diri ke Pulau Singapura.

Dari Singapura, ia menyingkir lagi ke Malaka karena mendapat serangan dari Majapahit. Di Malaka ia membangun pemukiman baru yang dibantu oleh orang-orang Palembang. Bahkan Parameswara bekerja sama dengan kaum bajak laut (perompak). Ia memaksa kapal-kapal dagang yang melewati Selat Malaka untuk singgah di pelabuhan Malaka guna mendapatkan surat jalan.

Untuk melindungi kekuasaannya dari raja-raja Siam di Thailand dan Majapahit dari Jawa, ia menjalin hubungan denganKaisar Mingdari Cina. Kaisar Ming inilah yang mengirimkan balatentara di bawah pimpinanLaksamana Cheng-Hopada tahun 1409 dan 1414. Dengan demikian, Parameswara berhasil mengembangkan Malaka dengan cepat. Kemudian, Malaka pun mengambil alih peranan Sriwijaya dalam hal perdagangan di sekitar Selat Malaka. Selat Malaka pada waktu itu merupakan Jalur Sutera (Silk Road) perdagangan yang dilalui oleh para pedagang dari Arab, Persia, India, Cina, Filipina, dan Indonesia.

Parameswara mulai resmi memerintah Malaka pada tahun 1400. Menurut catatan Tome Pires, Parameswara memeluk Islam setelah menikah denan puteri raja Samudera Pasai pada usia 72 tahun. Setelah itu, Parameswara bergelarMuhammad Iskandar Syah. Namun, menurutSejarah Melayu, pengislaman Malaka berlangsung setelah Sri Maharaja, raja pengganti Parameswara, berkenalan denganSayid Abdul Azizdari Jedah, Arab. Setelah masuk Islam, Sri Maharaja bergelar Sultan Muhammad Syah. Sebagian sejarawan bahkan beranggapan bahwa ia merupakan raja Malaka yang pertama muslim. Pendapat lain menyatakan, Malaka diislamkan oleh Samudera Pasai. Sri Maharaja memerintah dari tahun 1414 hingga 1444. Ia lalu digantikan olehSri Parameswara Dewa Syah, dikenal juga dengan namaIbrahim Abu Said. Parameswara Dewa Syah hanya memerintah satu tahun, hingga 1445. Yang kemudian menjadi raja adalah SultanMuzaffar SyahatauKasim. Pada masanya Malaka mencapai masa keemasannya. Ketika itu, wilayah Malaka melingkupi Pahang, Trengganu, Pattani (sekarang termasuk wilayah Thailand), serta Kampar dan Indragiri di Sumatera.

Sultan ini memerintah hingga tahun 1459. Ia digantikan olehSultan Mansur Syah, dikenal juga sebagaiAbdullah. Mansur Syah memerintah Malaka sampai tahun 1477. Jabatan sultan diserahkan kepadaSultan Alauddin Riayat Syahyang memerintah hingga 1488. Masa kejayaan Malaka langsung sirna sejak pasukan Portugis menyerang Malaka pada tahun 1511. Portugis yang dipimpin langsung olehAlfonso de Albuquerque, dengan mudah mengalahkan pertahanan Malaka. Portugis segera membangun benteng pertahanan. Salah satu benteng peninggalan Portugis yang masih tersisa hingga kini adalah Benteng Alfamosa. Seabad kemudian, Portugis hengkang dari Malaka karena serangan pasukan VOC dari Belanda. Orang Belanda pun tak lama berkuasa atas Malaka karena kemudian Inggris mengambil alih kekuasaan atas Malaka.

3. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh didirikanSultan Ali Mughayat Syahpada tahun 1530 setelah melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie. Tahun 1564 Kerajaan Aceh di bawah pimpinanSultan Alaudin al-Kahar(1537-1568). Sultan Alaudin al-Kahar menyerang kerajaan Johor dan berhasil menangkap Sultan Johor, namun kerajaan Johor tetap berdiri dan menentang Aceh. Pada masa kerajaan Aceh dipimpin olehAlaudin Riayat Syahdatang pasukan Belanda yang dipimpin olehCornelis de Houtmanuntuk meminta ijin berdagang di Aceh.

Penggantinya adalahSultan Ali Riayatdengan panggilanSultan Muda, ia berkuasa dari tahun 1604-1607. Pada masa inilah, Portugis melakukan penyerangan karena ingin melakukan monopoli perdagangan di Aceh, tapi usaha ini tidak berhasil. Setelah Sultan Muda digantikan olehSultan Iskandar Mudadari tahun 1607-1636, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak terjadi penaklukan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612), Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah (1615-1619).

Gejala kemunduran Kerajaan Aceh muncul saat Sultan Iskandar Muda digantikan olehSultan Iskandar Thani(Sultan Iskandar Sani) yang memerintah tahun 1637-1642. Iskandar Sani adalah menantu Iskandar Muda. Tak seperti mertuanya, ia lebih mementingkan pembangunan dalam negeri daripada ekspansi luar negeri. Dalam masa pemerintahannnya yang singkat, empat tahun, Aceh berada dalam keadaan damai dan sejahtera, hukum syariat Islam ditegakkan, dan hubungan dengan kerajaan-kerajaan bawahan dilakukan tanpa tekanan politik ataupun militer.

Pada masa Iskandar Sani ini, ilmu pengetahuan tentang Islam juga berkembang pesat. Kemajuan ini didukung oleh kehadiranNuruddin ar-Raniri, seorang pemimpin tarekat dari Gujarat, India. Nuruddin menjalin hubungan yang erat dengan Sultan Iskandar Sani. Maka dari itu, ia kemudian diangkat menjadi mufti (penasehat) Sultan. Pada masa ini terjadi pertikaian antara golongan bangsawan (Teuku) dengan golongan agama (Teungku).

Seusai Iskandar Sani, yang memerintah Aceh berikutnya adalah empat orang sultanah (sultan perempuan) berturut-turut. Sultanah yang pertama adalahSafiatuddin Tajul Alam(1641-1675), janda Iskandar Sani. Kemudian berturut-turut adalahSri Ratu Naqiyatuddin Nurul Alam,Inayat Syah, danKamalat Syah. Pada masa Sultanah Kamalat Syah ini turun fatwa dari Mekah yang melarang Aceh dipimpin oleh kaum wanita. Pada 1699 pemerintahan Aceh pun dipegang oleh kaum pria kembali. Ketika Sultanah Safiatuddin Tajul Alam berkuasa, di Aceh tengah berkembangTarekat Syattariahyang dibawa olehAbdur Rauf Singkel. Sekembalinya dari Mekah tahun 1662, ia menjalin hubungan dengan Sultanah, dan kemudian menjadi mufti Kerajaan Aceh. Abdur Rauf Singkel dikenal sebagai penulis. Ia menulis buku tafsir Al-Quran dalam bahasa Melayu, berjudulTarjuman al-Mustafid(Terjemahan Pemberi Faedah), buku tafsir pertama berbahasa Melayu yang ditulis di Indonesia. Pada tahun 1816, sultan Aceh yang bernamaSaiful Alambertikai denganJawharul Alam Aminuddin. Kesempatan ini dipergunakan oleh Gubernur Jenderal asal Inggris,Thomas Stanford Rafflesyang ingin menguasai Aceh yang belum pernah ditundukkan oleh Belanda. Ketika itu pemerintahan Hindia Belanda yang menguasai Indonesia tengah digantikan oleh pemerintahan Inggris. Pada tanggal 22 April 1818, Raffles yang ketika itu berkedudukan di Bengkulu, mengadakan perjanjian dagang dengan Aminuddin. Berkat bantuan pasukan Inggris akhirnya Aminuddin menjadi sultan Aceh pada tahun 1816, menggantikan Sultan Saiful Alam.

Pada tahun 1824, pihak Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian di London, Inggris. Traktat London ini berisikan bahwa Inggris dan Belanda tak boleh mengadakan praktik kolonialisme di Aceh. Namun, pada 1871, berdasarkan keputusan Traktat Sumatera, Belanda kemudian berhak memperluas wilayah jajahannya ke Aceh.

Dua tahun kemudian, tahun 1873, Belanda menyerbu Kerajaan Aceh. Alasan Belanda adalah karena Aceh selalu melindungi para pembajak laut. Sejak saat itu, Aceh terus terlibat peperangan dengan Belanda. Lahirlah pahlawan-pahlawan tangguh dari Aceh, pria-wanita, di antaranyaTeuku Umar,Cut Nyak Dien,Panglima Polim.

Perang Aceh ini baru berhenti pada tahun 1912 setelah Belanda mengetahui taktik perang orang-orang Aceh. Runtuhlah Kerajaan Aceh, yang dikenal sebagai Serambi Mekah, yang telah berdiri selama tiga abad lebih. Kemenangan Belanda ini berkat bantuan Dr. Snouck Horgronje, yang sebelumnya menyamar sebagai seorang muslim di Aceh. Pada tahun 1945 Aceh menjadi bagian dari Republik Indonesia.

D. Nilai Keteladanan dari Para Tokoh dan Pemimpin Kerajaan Islam di SumateraKembali mengulang bahasan bagaimana Islam masuk ke Indonesia, pulau Sumatra lah yang pertama kali memegang tongkat estafet Islamisasi dimulai. Mulai dari Pasai dan Malaka yang kemudian diwariskan ke Aceh Darussalam dan kemudian menyusuri pulau Sumatra sampai ke bagian selatan (Palembang). Pulau Sumatra menjadi pemeran utama bagaimana Islam masuk Indonesia karena posisinya yang strategis dalam perdagangan maupun pelayarannya.Pada saat-saat itu, penyebaran agama Islam melalui saluran politik lah yang paling dipilih. Karena apabila sang raja sudah memeluk agama Islam, maka otomatis akan mempermudah rakyatnya untuk memeluk agama Islam juga. Para pemimpin kerajaan/tokoh penting juga menunjukkan nilai-nilai keteladanan. Berikut penjelasannya:

1. Kerajaan Samudera Pasaia. Sultan Malik as-ShalehPada awalnya, kerajaan Pasai didirikan oleh Nazimuddin Al-Kamil (seorang laksamana laut Mesir). Pada tahun 1283 Pasai dapat ditaklukan olehnya yang kemudian mengangkat Sultan Malik As-Shaleh sebagai Rasa Pasai pertama. Perdagangan di daerah itu sangat maju, ditandai dengan penggunaan mata uang emas. Dan kemudian dinobatkan sebagai pusat perdagangan. Sultan Malik as-Shaleh juga berhasil menaklukkan beberapa kerajaan kecil. Sultan Malik as-Shaleh memiliki dua keturunan bernama Muhamad Malik Zahir dan Mahmud Malik Zahir.b. Sultan Muhammad Malik ZahirKerajaan Pasai berkembang pesat pada masa Sultan Muhammad Malik Zahir sampai menjadi pusat perdagangan internasional. Pelabuhannya diramaikan oleh pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, Cina dan Eropa. Ia juga dikenal sebagai raja yang saleh, pemurah, rendah hati, dan mempunyai perhatian kepada fakir miskin. Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan, Malikul Dhahir tidak pernah bersikap sombong. Batu nisannya pun diukir dengan tulisan Arab yang artinya ini adalah makam yang mulia Malikul Dhahir, cahaya dunia sinar agama.c. Sultan Mahmud Malik ZahirSultan Mahmud Malik az-Zahir memerintah tahun 1326 sampai 1345. Padah masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibnu Batuthah, kemudian menceritakan bahwa sultan di negri Sumatra menyambutnya dengan penuh keramah-tamahan dan penduduknya menganut Mazhab Syafii. Beliau dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat mengedepankan hukum Islam. Pribadi yang dimilikinya sangat rendah hati. Beliau berangkat ke masjid untuk shalat Jumat dengan berjalan kaki. Dan selesai shalat, sultan dan rombongan biasa berkeliling kota untuk melihat keadaan rakyatnya.d. Sultan Zainal Abidin Malik ZahirKepemimpinan di masa beliau tidak terlalu menonjol. Karena pada tahun 1511, Zainal Abidin Malik Zahir melarikan diri dan meninggalkan tahtanya untuk berlindung di Majapahit.

2. Kerajaan Malakaa. Pangeran ParameswaraPangeran ini adalah yang mendirikan kerajaan Malaka. Namun, beliau tidak berasal dari Malaka, melainkan dari Sriwijaya (Palembang) yang sempat singgah ke Malaka sebelum pergi ke Singapura. Parameswara mulai resmi memerintah Malaka pada tahun 1400. Parameswara memeluk islam setela menikah dengan puteri raja Pasai pada usia 72 tahun. Setelah itu, Parameswara bergelar Muhammad Iskandar Syah. Pada masanya, Malaka mencapai masa kejayaannya. Ketika itu, wilayah Malaka melingkupi Pahang, Trengganu, Pattani (wilayah Thailand) serta Kampar dan Indragiri di Sumatera. Parameswara memerintah hingga tahun 1495 dengan banyak kaki-tangan yang membantunya karena beliau semakin menua.b. Sultan Alaudin Riayat Syah Jabatan pemerintahan kemudian diserahkan kepada Riayat Syah. Masa kejayaan Malaka langsung sirna sejak pasukan Portugis (dengan pimpinan Alfonso de Albuquerque) menyerang Malaka pada tahun 1511. Dengan mudah Portugis mengalahkan pertahanan Malaka. Portugis segera membangun benteng pertahanan. Seabad kemudian, Portugis hengkang dari Malaka karena serangan pasukan VOC dari Belanda. Orang Belanda pun tidak lama berkuasa atas Malaka karena kemudian Inggris mengambil alih kekuasaan atas Malaka.

3. Kerajaan Aceha. Sultan Iskandar MudaPendiri kerajaan Aceh sebenarnya adalah Sultan Ali Mughayat Syah. Namun beliau sendiri tidak mau memegang kekuasaan kerajaan Aceh. Kepemimpinan pun diserahkan kepada Sultan Muda yang kemudian diberikan kepada Sultan Iskandar Muda dari tahun 1607-1636. Pada masa ini kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak terjadi penaklukkan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti di Deli, Bintan, Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah.b. Sultan Iskandar Thani (Sultan Iskandar Sani)Sultan Iskandar Sani memerintah tahun 1637-1642. Iskandar Sani adalah Menantu Iskandar Muda. Tak seperti mertuanya, ia lebih mementingkan pembangunan dalam negeri daripada ekspansi luar negeri. Dalam pemerintahannya yang singkat (4 tahun), Aceh berada dalam keadaan damai dan sejahtera, hukum syariat Islam ditegakkan, dan hubungan dengan kerajaan-kerajaan bawahan dilakukan tanpa tekanan politik ataupun militer. Pada masa Iskandar Sani ini, ilmu pengetahuan tentang Islam juga berkembang pesat. Kemajuan ini didukung oleh kehadiran Nuruddin ar-Raniri, seorang pemimpin tarekat dari Gujarat, India. Kemudian Nuruddin ar-Raniri diangkat menjadi penasehat Iskandar Sani.c. Sultan Saiful AlamSeusai kepemimpinan Iskandar Sani, dan sebelum pemerintahan Saiful Alam, kerajaan Aceh sempat dipimpin oleh empat orang sultanah (sultan perempuan) berturut-turur. Sultanah yang pertama adalah Safiatuddin Tajul Alam (janda Iskandar Sani), Sri Ratu Naqiyatuddin Nurul Alam, Inayat Syah dan Kamalat Syah. Pada masa kepemimpinan Kamalat Syah ini, turun fatwa dari Makkah yang melarang Aceh dipimpin oleh kaum wanita. Pada 1699 pemerintahan Aceh pun dipegang kembali oleh kaum pria. Kemudian kepemimpinan dipegang oleh Saiful Alam. Pada masa pemerintahannya, Saiful Alam mengalami kemunduran karena pertikaiannya dengan Jawharul Alam Aminuddin untuk merebut tahta kerajaan. Kesempatan ini dipergunakan oleh Gubernur Jenderal asal Inggris, Thomas Stanford Raffles yang ingin menguasai Aceh. Pada tahun 1818, Raffles yang ketika itu berkedudukan di Bengkulu, mengadakan perjanjian dagang dengan Aminuddin. Berkat bantuan pasukan Inggris akhirnya Aminuddin menjadi pemimpin Aceh menggantikan Sultan Saiful Alam.

E. Peran Wali Sanga dalam Proses Islamisasi di JawaPerkembangan Islam di Jawa tidak dapat dilepaskan dari peranan para wali yang tergabung dalam organisasi walisongo, dimana pembentukan lembaga walisongo ternyata pertama kali dilakukan oleh sultan Turki Muhammad I, yang memerintah pada tahun 1394-1421. Pada waktu sultan Muhamamd I menerima laporan dari para saudagar Gujarat (India) bahwa dipulau Jawa jumlah pemeluk Agama Islam masih sangat sedikit.

Sultan muhamamd I kemudian mengirim sebuah tim yang anggotanya dipilih orang-orang yang memiliki kemampuan diberbagai bidang, tidak hanya bidang ilmu agama saja. Untuk membentuk tim, sultan Muhamamd I mengirim surat kepada para pembesar di Afrika Utara dan Timur Tengah, yang isinya minta dikirim beberapa ulama yang mempunyai karomah.

Berdasarkan perintah sultan Muhamad I itu lalu dibentuk sebuah tim yang berintikan 9 orang yang ditugaskan menjadi penyebar Islam di pulau Jawa, kemudian tim diberangkatkan kepulau Jawa pada tahun 1404, di mana tim tersebut diketuai oleh maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki, seorang ahli agama dan juga ahli irigasi yang dianggap piawai dalam mengatur Negara.

Begitu tiba di Jawa tim sembilan ini langsung melakukan pertemuan untuk menyusun rencana kerja, oleh karena itu pertemuan tahun 1404 yang dihadiri lengkap anggotanya dianggap sebagai sidang walisongo pertama kemudian disebut sebagai walisongo angkatan pertama; istilah walisongo sendiri baru muncul setelah ada beberapa wali pribumi dari kalangan bangsawan Jawa yang menjadi anggota tim bahkan ada yang menyebutkan bahwa istilah walisongo muncul pada abad ke-18 atau abad ke-19.

Para wali ini menjadi pemimpin di pusat-pusat pendidikan Islam. System pendidikan yang dikembangkan lama-lama mengungguli system pendidikan istana. Apalagi para wali banyak yang berpengaruh karena memiliki daya keramat dan kesaktian. Pada zaman itu orang Jawa sangat mengagungkan kesaktian sebagai kekuatan untuk kepercayaan diri dan bela diri. Wali yang memiliki kesaktian lebih akan memiliki pengikut yang lebih banyak.

Semua sepakat bahwa dakwah yang dilakukan oleh para wali dengan mempertimbangkan aspek kebijaksanaan hidup. Tak mengherankan apabila syiar dakwahnya mudah diterima dan dipahami. Walisongo yang disebutkan dalam sumber Babad sebagai penyebar agama Islam cukup menarik jika dilihat peranannya sebagai penyebar agama atau sebagaicultural broker, pada saat itu kelompok pedagang dan petani yang sebagian besar telah memeluk Islam merupakan golongan menengah seperti halnya kiai, guru tarekat.

Diplomasi keagaman yang dilakukan oleh walisongo bertujuan untuk memperlancar jalannya dakwah Islamiyah walisongo bisa menjadi tumpuan harapan bagi banyak pihak. Kepentingan rakyat dan kesultanan Demak mampu dijembatani secara harmonis oleh walisongo.

Disamping itu, keberadaan para saudagar muslim dikawasan pesisir utara juga mendapat bimbingan spiritual dari walisongo, sehingga terjalin hubungan yang selaras antara penguasa dan pengusaha tanpa ada pihak yang dirugikan. Disinilah keunggulan diplomasi walisongo dalam bidang keagamaan.

Dalam menjalankan tugas dakwah (menanamkan nilai-nilai Islam) tentulah model dakwah walisongo tersebut sesuai dengan tujuan dakwah Islam itu sendiri. M. Mansyur Amin menjabarkan tujuan dakwah menjadi tiga hal:

1.Menanamkan aqidah yang mantap disetiap hati seseorang, sehingga keyakinannya tentang ajaran Islam tidak dicampuri dengan rasa keraguan, salah satu upaya walisongo dalam rangka menanamkan aqidah Islam kepada masyarakat Jawa salah satunya adalah dengan menggunakan sarana mitologi Hindu sebagai model untuk menanamkan aqidah Islam oleh para walisongo adalah dilakukannya de-dewanisasi yang berupa cerita-cerita yang berkaitan dengan kelemahan dan kekurangan dewa sebagai sesembahan manusia.

Pada perkembangan selanjutnya lahir pula mitologi dewa-dewa Hindu yang sudah diadopsi sedemikian rupa. Dikisahkan dalam Babad Mataram misalnya. Sebagaimana dikutip oleh Agus Sunyoto, bahwa dewa-dewa pada dasarnya adalah keturunan nabi Adam dan Ibu hawa.

Dengan munculnya kisah-kisah dewa yang asal usulnya dari keturunan Adam maka jelaslah penanaman aqidah Islam mulai makin lama makin diyakini banyak orang dan lambat laun mengalahkan kisah mitologi Hindu yang asli. Munculnya kisah-kisah karangan ulama tersebut, maka orientasi perang idiologi para ulama semakin jelas mengarah kepada perombakan setting budaya dan tradisi keagamaan yang ada.

2. Tujuan hukum, maka dakwah harus diarahkan kepada kepatuhan setiap orang tetapi hukum yang telah disyariatkan oleh Allah SWT. Salah satu upaya para wali dengan menyebarluaskan nilai-nilai Islam kepada masyarakat Jawa agar mau mematuhi hukum syariat Islam adalah dengan membentuk nilai tandingan bagi ajaran yoga-Tantra yang berasaskan malima.

Pertarungan yang terjadi antara mendakwahkan konsep yang bersumber dari Islam dan bersumber dari ajaransyiwaisme, khususnya sekte yang mengajar yoga-Tantra pada dasarnya berlangsung secara berkesinambungan dari generasi dengan berbagai sarana dan media. Bahkan pertarungan konsep terlihat paling tidak sampai keabad-19, yaitu saat lahirnya dua karya sastra kejawen yang berjudulDarmoganduldanGatoloco.

3.Menanamkan nilai-nilai akhlak kepada masyarakat Jawa sehingga terbentuk pribadi Muslim yang berbudi luhur, dihiasi dengan sifat-sifat terpuji dan bersih dari sifat-sifat tercela. Para wali dalam menanamkan dakwah Islam di tanah Jawa ditempuh dengan cara-cara yang sangat bijak dan adiluhung.

4.Strategi dakwah yang dilakukan oleh walisongo untuk menguasai dan mendayagunakan segala sumberdaya untuk mencapai tujuan bisa diartikan segala cara yang ditempuh oleh para wali untuk mengajak manusia ke jalan Allah dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki. Dalam berdakwah cara walisongo menerapkan siasat yang bijaksana yaitu melalui beberapa jalur yang ditempuh diantaranya:

a. Jalur PendidikanIslamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama. Kiai-kiai dan ulama-ulama. Di Pesanren atau pondok mereka mendapat pendidikan agama.

Kehadiran pesantren sebagai upaya untuk mendakwahkan agama bagi orang-orang Jawa ternyata lambat laun mengalami perluasan peran. Ia kemudian menjelma menjadi lembaga pendidikan yang bermanfaat untuk mendidik orang Islam menjadi alim dan cerdas dalam dan pengetahuan agamanya, peran pendidikan tidak sekedar mengalihkan ilmu-ilmu keagamaan yang berkenaan dengan penanaman aspek penghayatan agama yang bersifat kesalehan personal (ETIKA) melalui pengenalan dan praktek tasawuf, melainkan juga melebar kepengajaran ilmu-ilmu syariat yang bekaitan dengan aturan atau tata pergaulan kemasyarakatan.

Denganmengambilmodelinstitusipondok,perlahan-lahania menjelma menjadi bahkan menjadi institusi Islam. Dalam hal ini pondok atau pesantren memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, oleh karena itu dari segi historis, pesantren tidak hanya identik dengan makna keIslaman, tetapi juga mengandung identitas keaslian. Sebab lembaga ini sebenarnya sudah ada sejak masa Hindu-Budha.

Meskipun pada mulanya pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang bercorak keagamaan, dan menjadi pusat pertumbuhan dari systemzawiyah(qilda) yang dikembangkan oleh kaum sufi dengan berbagai aliran tarekatnya, justru dalam pertumbuhannya yang tidak disadari, pesantren malah berubah menjadi markas gerakan yang bernuansa politik. Dengan demikian, kedua orientasi tersebut terdapat di pesantren tersebut ternyata membawa dampak bagi santri untuk mengartikulasikan ajaran agamanya di tengah-tengah masyarakat Jawa.

Selain fiqih, mistisisme yang diajarkan dan dipraktikkan di pesantren melalui kitab-kitab tasawuf menemukan lahannya yang subur di Jawa. Tuhan dalam mitisisme Jawa yang besifat imanen sangat cocok dengan imanensi Allah dalam tradisi tasawuf.

b. Jalur Kesenian

Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang, wayang sebagai hasil budaya Jawa di dalamnya memuat nilai-nilai edukatif yang lengkap. Tidak hanya contoh kepahlawanan saja, tetapi juga pendidikan moral, kesetiaan dan kejujuran.

Pada tahun 1443 saka, bersamaan dengan pergantian pemerintah Jawa yang berdasarkan Agama Budha (majapahit) kepemerintahan berdasarkan Islam (Demak) misalnya dalam wayang Beber, wujud wayang ini kemudian diubah menjadi wayang kulit yang tokohnya terperinci satu persatu, yang melakukan pengubahan ini adalah para wali. Dalam hal ini para pemuka Islam telah dapat menghilangkan unsur-unsur kemusrikan. Dalam Islam terdapat tiga macam hukum mengenai gambar-gambar yaitu mubah, makruh dan musyrik.

Para wali mengubah wayang kulit itu bukan sekedar untuk memberantas kemusyrikan, tetapi juga lebih untuk mengenalkan agama Islam, sehingga orang bersedia memeluk dan mengenalkan ajaran-ajarannya.

Dalam setiap lakon dapat diambil suri tauladan atau makna yang tersirat dan tersurat dalam setiap lakon agar manusia dapat mengambil hikmahnya. Dengan demikian, peranan wayang lebih sebagai dasar filosofi manusia Jawa. Disamping ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para pujangga Jawa dikatakan, sunan Kalijaga tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia mengarang lakon-lakon wayang yang baru, dan menjadi dalang pagelaran wayang yang mementaskan kalimat syahadat ia bersedia memainkan lakon wayang dengan syarat pihak penyelenggara pagelaran sudi mengucapkan syahadat sebagai tanda kerelaan memeluk Islam, dan dia juga tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton juga untuk mengikutinya mengucapkan kalimat sahadat.

Wayang bisa dipakai sebagai sumber nilai hidup, didalam memuat nilai-nilai keluhuran juga memuat nilai-nilai ketidak luhuran, nilai-nilai keluhuran diharapkan untuk ditiru karena mencerminkan kebaikan.

Disamping itu dalam berbagai lakon maupun gambaran para tokohnya menunjukkan nilai-nilai etis, misalnya nilai kebenaran sejati, kedudukan nilai kebenaran sejati dalam wayang dibuktikan oleh kenyataan bahwa semua kesatria yang baik dalam wayang selalu berusaha menjadi manusia kebenaran yang dilambangkan oleh tindakan mereka untuk melenyapkanketidak kebenaran (sura dira jaya ningrat lebur dening pangastuti).

Ajaran tentang kebenaran dalam wayang merupakan ajaran pokokResi Wiyasa dalam lakon wahyu purbasejati mengajarkan kepada manusia untuk percaya kepada enam hal. Yaitu:manembah(menyembah kepada Tuhan),menepi(tidak boleh bertengkar),maguru(berguru), mengabdi kepada anak isteri, danmakarya(bekerja) tanpa pamrih, maka perlahan-lahan ceritanya diarahkan kepada cerita yang mengenalkan ajaran Islam. Para wali itulah yang mula-mula memberikan pengaruh Islam kepada cerita-cerita mereka.

Pertunjukan wayang yang jalannya ceritanya banyak digubah dari kitab aslinya yaitu kitab Mahabarata semuanya mempunyai tujuan utama, yaitu memberikan petunjuk kepada manusia kejalan yang baik dan benar, kejalan yang dikehendaki oleh Tuhan Yang Maha Esa. Untuk memacu cipta rasa dan karsa manusia agar tergugah untuk ikut memperindahbebrayan agunguntuk ikutmahayu hayuning bawana. Dengan demikian, pertunjukan wayang tidak hanya sebagai tuntunan dan alat penghibur, tetapi juga memuat tuntunan kehidupan manusia.

Semua itu apabila kita telaah dengan teliti adalah merupakan perjuangan dan hasil kerja keras yang dilakukan oleh para walisongo untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

F. Perkembangan Kerajaan Demak

A. Awal Kerajaan DemakKerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna hilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M.Kerajaan Demak itu didirikan oleh Raden Fatah. Beliau selalu memajukan agama islam di bantu oleh para wali dan saudagar Islam.Raden Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia adalah putera raja Majapahit yang terakhir dari garwa Ampean, dan Raden Fatah dilahirkan di Palembang. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka Raden Fatah dididik secara Islam, sehingga jadi pemuda yang taat beragama Islam.Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu agama di bawa asuhan Raden Rahmat dan akhirnya kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah menetap di Demak (Bintoro).Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan perintah gurunya dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah tersebut. Rupanya tugas yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa Glagahwangi ramai dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian menjadi pusat peradagangan bahkan akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa.Desa Glagahwangi, dalam perkemabangannya kemudian karena ramainya akhirnya menjadi ibukota negara dengan nama Bintoro Demak. B. Letak Kerajaan DemakSecara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada awal kemunculannya kerajaan Demak mendapat bantuan dari para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam.Pada sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah (dari kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (Daerah Pasai).Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuyk berlayar ke Rembang. Tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak dapat dilayari setiap saat.Pada abad XVI agaknya Deamak telah menjadi gudang padi dari daerah pertanian di tepian selat tersebut. Konon, kota Juwana merupakan pusat seperti itu bagi daerah tersebut sekitar 1500. Tetapi pada sekitar 1513 Juwana dihancurkan dan dikosongkan oleh Gusti Patih, panglima besar kerajaan Majapahit yang bukan Islam. Ini kiranya merupakan peralawanan terakhir kerajaan yang sudah tua itu. Setelah jatuhnya Juwana, Demak menjadi penguasa tunggal di sebelah selatan Pegunungan Muria.Yang menjadi penghubung antara Demak dan Daerah pedalaman di Jawa Tengah ialah Sungai Serang (dikenal juga dengan nama-nama lain), yang sekarang bermuara di Laut Jawa antara Demak dan Jepara.Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu pun sudah baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan pengaliran cukup. Lagi pula, persediaan padi untuk kebutuhan sendiri dan untuk pergadangan masih dapat ditambah oleh para penguasa di Demak tanpa banyak susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di pedalaman Pegging dan Pajang.

C. Kehidupan PolitikKetika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan di bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :

1. Raden FatahPada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja), masih kerabat Raja Champa.Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian Kaisar yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari istana. Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang, Arya Damar. Nah di sanalah Raden Patah dilahirkan dari rahim sang putri cina.Nama kecil raden patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya raden patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. 20 tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke majapahit.Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M.Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para saudagar muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin, seorang panglima muslim.Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya, seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi ulama dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang, Arya Dilah 200 tentaranya. Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa.Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam Akbar al-Fatah.Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di kalimantan. Disampin itu, kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkemabng menjadi pelabuhan transito (penghubung).Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama Tunggang Parangan.Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia menaklukan kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agara lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak.Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat julukanPangeran Sabrang Lor.

2. Adipati UnusSetelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi adipati unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan portugis yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi dan menyesuaikan medan.Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M.

3. Sultan TrengganaSulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadiJayakarta(berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun.Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.

D. Keruntuhan Kerajaan DemakSetelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trengggono adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa. Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat menjadibupati di daerah-daerah tersebut.Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena jasanya dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya.Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta Pajang. Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya.Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.

G. Perkembangan Kerajaan Mataram

A. Awal perkembangan Kerajaan Mataram IslamKerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram yaitu :Penembahan Senopati (1584-1601),Panembahan Seda Krapyak (1601-1677).Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa.Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal dari wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang kehadirannya.Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya, ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga, hubungan antara mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang tegang antara sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan. Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa pajak yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.

daerah kekuasaan Kerajaan Mataram IslamPada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599.Sebagai raja islam yang baru, panembahan senopati melaksanakan penaklukkan-penaklukan itu untuk mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi pusat budaya dan agama islam, untuk menggantikan atau melanjutkan kesultanan demak. Disebutkan pula dalam cerita babad bahwa cita-cita itu berasal dari wangsit yang diterimanya dari Lipura (desa yang terletak di sebelah barat daya Yogyakarta). Wangsit datang setelah mimpi dan pertemuan senopati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia bersemedi diParangtritisdanGua Langsedi Selatan Yogyakarta. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah Jawa.Raja-Raja Mataram Islam :

1. Panembahan Senopati (1584-1601 M)2. Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)3. Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1646 M)4. Amangkurat I (1646- 1676 M)5. Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677- 1703 M)6. Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M7. Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwana I (1703-1719 M)8. Amangkurat IVdikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M)9. Paku Buwana II (1727-1749 M)10. Paku Buwana III pada 1749 M pengangkatannya dilakukan oleh VOC.11. Sultan Agung.

Aspek Kehidupan SosialKehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk

Aspek Kehidupan Ekonomi dan KebudayaanKerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebutHukum Surya Alam.E.

Puncak Kejayaan Mataram IslamMataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie ) Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti kolonialisme itumenyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Menurut Moejanto sepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007), Sultan Agung memakai konsep politik keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi.

Kemunduran Mataram IslamKemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

Materi Ajar

Kelas : X MIA 3Kelompok : 2Ketua : Dwiky Rachmat RAnggota : 1. Ade Haikel2. Adinda Nur S3. Catleya Ekanita B4. Fikri Syabani Z5. Muhammad Rasyid R