kediktatoran tokoh puan tirana sang penguasa … · buta in seno gumira adjidarma roman entitles...

72
i KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA YANG BUTA DALAM ROMAN NEGERI SENJA KARANGAN SENO GUMIRA AJIDARMA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Sigit Aprianto Nugroho NIM: 024114016 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: buiminh

Post on 08-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

i

KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA

YANG BUTA DALAM ROMAN NEGERI SENJA

KARANGAN SENO GUMIRA AJIDARMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Sigit Aprianto Nugroho

NIM: 024114016

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

Page 2: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

ii

Page 3: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

iii

Page 4: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

iv

Tersembah demi : ibu, susumu tak kering di segala musim

: ibu, kasih tanpa kenal sudah : ibu, adamu tak lekang oleh waktu

--tempat pulang penuh sayang. :Ayah, pondasi dan atap kokohmulah tempat kami bersadai

Dan atas kepercayaan juga kebebasan kalian membiarkan ke mana

kakiku menuju --batas langkahku tak bakal tunai membayar kasih itu.

Kepada kekasih yang ikhlas menerima bunga,

kelak

Page 5: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

v

Menuju (I)

Ingatkah sering kita mencari bulan di lubang atapatap kamboja

lalu menyulam kafan dari pendarnya? Kita selalu berlomba

mendapat paling banyak cahaya. Memintalnya pada potongan dahan kering

yang baru saja memerosokkan panjatan kita. Sementara gigitan semut tak kuasa

membendung semangat kita memilah dahan tumpuan.

Ingatkah kita selalu seksama menghindari jegal tonggak

demi mengejar kunang yang sembunyi di semak ilalang,

kemudian memahat nisan dari ekornya? Senantiasa kita menahan suara

ketika menaruhnya pada kantong plastik bawaan

kita: bersaing menghitung tangkapan

siapa paling banyak. Tanpa sadar darah mengering

menjadi garisgaris tanpa aturan di sekujur tubuh, lantaran kita lupa

tajamnya daun ilalang. Tapi tiada pernah kita jera juga.

Ingatkah kita selalu lelarian menggenggam cahaya di kirikanan tangan kita

dan ingin segera menyimpan pada bejana yang kita pajang

di teras rumah sambil mengingat berapa jumlahnya? Sementara matamata

gerimis terus saja lesakkan nada belasungkawa,

dengan irama canda. Kita masih saja lupa pada tabiat jalan pulang. Sehingga

berkalikali pula kita jatuh dan, tersungkur di parit depan rumah. Lalu, ingatkah,

kau selalu berkata, “Percaya saja pada angin. Ayo lekas hijrah, tanggalkan

terompah

dari setiap jendela. Biar terbaca catatan dosadosa: itulah keranda!”

^Sagan

Page 6: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

vi

Abstrak

Nugroho, Sigit Aprianto. Kediktatoran Tokoh Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta

dalam Roman Negeri Senja Karangan Seno Gumira Ajidarma. Skripsi.

Yogyakarta: Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji kediktatoran tokoh Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta

dalam roman Negeri Senja karangan Seno Gumira Ajidarma. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan struktur penceritaan, khususnya tokoh dan penokohan, dan

mendeskripsikan kediktatoran tokoh Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta dalam roman

Negeri Senja karangan Seno Gumira Ajidarma.

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural sastra dengan menganalisis

unsur tokoh dan penokohan. Unsur tersebut merupakan fakta cerita yang sangat

berpengaruh terhadap pokok kajian penelitian ini.

Penelitian yang menggunakan metode deskriptif ini, mencoba mendeskripsikan

sikap-sikap diktator dalam diri Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta dan

menginterprestasikannya dengan teori kediktatoran.

Dari penelitian ini terungkap bahwa tokoh Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta

adalah seorang wanita buta yang menguasai Negeri Senja dengan segala kebengisan dan

kekejamannya. Kemudian pada bagian akhir, penelitian ini berkesimpulan bahwa dalam

menjalankan kediktatorannya, Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta berkecenderungan

menggunakan dua sikap diktator, yaitu 1) menggunakan taktik memecah-belah dan

melumpuhkan demi bertahan pada kekuasaannya, dan 2) menggunakan teror untuk

menyurutkan setiap usaha untuk menggulingkannya. Selain itu, Puan Tirana juga telah

melanggar hak asasi manusia sebagaimana tertulis dalam The Universal Declaration of

Human Right, terutama pasal lima, sembilan, delapan belas, sembilan belas dan pasal dua

puluh.

Page 7: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

vii

Abstract

Nugroho, Sigit Aprianto. Dictatorialess of Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta in the

roman Negeri Senja by Seno Gumira Ajidarma. Undergraduate thesis. Indonesia

Literature Departement of Sanata Dharma University: Yogyakarta.

This research examines the dictatorialess of Puan Tirana Sang Penguasa yang

Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this

research is to discribe the structure of the naration, particular character and

caracterizations, and to discribe the dictatorialess of Puan Tirana Sang Penguasa yang

Buta in the roman Negeri Senja by Seno Gumira Adjidarma.

This research use formalistics approach by analyzing characterizations. The

element very having represent an effect on story fact to this fundamentaly research.

Research using this descriptive method, trying to discribe of dictator attitude of

Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta and discribe it with the dictator theory.

From this research we know that the figure of Puan Tirana Sang Penguasa yang

Buta is a blind woman mastering Negeri Senja with all asperity and its cruelty. Later;

then at the end, this research have a conclusion to that in running its dictator, Puan

Tirana Sang Penguasa yang Buta have tendency to use two dictator attitude, that is 1)

using tactics divide and paralyse for the shake of staying at his power, and 2) using

terrorized to withdraw each every effort to overthrow. Besides Tirana have also impinged

the human right as written in The Universal Declaration of Human Right, especially

section five, nine, eighteen, nineteen and section twenty.

Page 8: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

viii

KATA PENGANTAR

Sudah bukan menjadi sesuatu yang mengherankan apabila dalam suatu (bahkan

sepanjang) masa hidupnya manusia senantiasa merasa kurang puas terhadap segala

sesuatu yang telah diperolehnya. Merasa kurang dengan perolehan yang hanya satu maka

manusia berusaha untuk mendapatkan dua, tiga, empat, sepuluh, dan seterusnya hingga

mencapai takaran yang dianggap mendekati cukup. Akan tetapi, lebih sering manusia

tidak pernah merasa cukup dan membuatnya ingin memperoleh segalanya. Dan inilah

yang biasa kita sebut dengan kerakusan manusia: nafsu berkuasa. Kemudian apabila

manusia telah merasa mendapatkan kekuasaan maka dengan kesadaran penuh ia akan

mempertahankan kekuasaan yang telah digenggamnya. Yang mengagumkan, dalam

mempertahankan kekuasaan tersebut sering kali manusia mengalpakan kebutuhan (baca:

hak) sesamanya. Maka, tidak jarang terjadi sebuah kekerasan dan bahkan penindasan

terhadap kemanusiaan demi tak terenggutnya kekuasaan.

Berawal dari sebuah ketertarikan terhadap sifat kerakusan manusia jualah tulisan

ini bermula. Sifat kerakusan tersebut secara lebih khusus saya temukan pada diri seorang

tokoh bernama Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta yang menjadi seorang diktator

dalam Negeri Senja—roman karangan Seno Gumira Ajidarma.

Pergelutan saya dengan roman tersebut mau-tidak-mau memantik rasa penasaran

saya untuk harus tahu lebih banyak tentang serbaneka yang ada dalam roman tersebut.

Demi meredam rasa penasaran saya mencoba mengidentifikasi tokoh Puan Tirana dengan

menggunakan teori yang ditawarkan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005). Sedangkan untuk

mengetahui bagaimana sikap-sikap diktator Puan Tirana, saya sengaja menggunakan

Page 9: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

ix

pisau teori dari Jules Archer (2004). Dari teori yang ditawarkan oleh kedua tokoh

tersebut, saya mendapatkan beberapa perolehan. Pertama, bahwa ternyata di balik

kemisteriusannya, tokoh Puan Tirana adalah seorang wanita buta yang menguasai Negeri

Senja yang dalam tiap kesempatan selalu muncul dengan jubah dan kerudung hitam yang

menutupi seluruh tubuhnya, dan ia juga mengalami luka batin berupa dendam cinta

terhadap mantan kekasihnya Guru Besar. Kedua, oleh karena derita cinta yang

dialaminya, Puan Tirana melampiaskan dengan cara menindas rakyatnya sehingga

membuat dirinya berkecenderungan menjadi seorang diktator. Kemudian mengenai

sikap-sikap apa saja yang digunakan Puan Tirana dalam menjalankan kediktatorannya

dan sejauh mana kemisteriusan tokoh tersebut, silakan kiranya Anda membaca lebih

lanjut tulisan ini.

***

Sebagai seorang penulis mula, tidak berlebihan kiranya apabila pada kesempatan

ini saya juga hendak berucap terima kasih kepada beberapa pihak yang dengan antusias

membantu saya. Dengan segala kerendahan hati, maka izinkan saya menghaturkan terima

kasih kepada Drs. B. Rahmanto, M.Hum. dan S.E. Peni Adji, M.Hum.—yang meski

sedikit saja memberikan diskusi, namun memeram banyak arti. Semoga keyakinan dan

kepercayaan yang Anda berikan tidak menjadi hal yang sia-sia bagi saya. Berikutnya,

yang tak kalah penting adalah orang-orang yang memberi sedikit kontribusi guna

penulisan ini, di antaranya orang tua saya yang sedikit-banyak ikut menyumbang

kebutuhan finansial saya; pedagang rokok yang dengan bersungut-sungut mengabulkan

permohonan utang saya di malam-malam dingin; dan beberapa wanita yang, aduhai,

mengajak saya melalaikan tugas ini—terima kasih atas dimensi lain yang kalian

Page 10: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

x

suguhkan. Kebodohan saya adalah, tidak tahu bagaimana caranya berterima kasih kepada

Tuhan—maaf dalam kesempatan ini saya tidak berterima kasih kepada-Mu—kecuali

mencoba untuk terus, terus dan terus berusaha menjadi lebih baik dengan berkarya.

Sebelum benar-benar berakhir pengantar ini, saya juga hendak berterima kasih

kepada dosen penguji dan para pembaca yang kelak akan memberikan beberapa kritik,

saran dan bahkan makian karena saya sadar tulisan ini terlalu berjarak dari

kesempurnaan. Meskipun demikian, saya juga memiliki hak untuk berharap agar tulisan

ini tidak berakhir di sebuah rak yang berderet di “shopping center”. Semoga.

Penulis,

Sigit Aprianto Nugroho

Page 11: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat

karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, ………………………..,

Penulis

Page 12: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

xii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ……………………………. iii

SEKADAR PERSEMBAHAN ………………………………………. iv

ABSTRAK …………………………………………………………… vi

ABSTRACT ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ……………………………………………….. viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………… xi

DAFTAR ISI ………………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………… 4

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………… 4

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………….. 5

1.5 Tinjauan Pustaka/Landasan Teori …………………………… 5

1.5.1 Tinjauan Pustaka …………………………………… 5

1.5.2 Landasan Teori …………………………………… 9

1.5.2.1 Teori Struktural ……………………………… 9

1.5.2.1.1 Tokoh ………………………………… 10

1.5.2.1.2 Penokohan……………………………. 11

1.5.2.2 Sosiologi Sastra ……………………………... 12

1.5.2.1 Pengertian Diktator …………………………. 13

1.6 Metode Penelitian dan Pendekatan …………………………… 15

1.6.1 Metode Penelitian…………………………………… 15

1.6.2 Pendekatan…………………………………………... 15

1.6.3 Sumber Data ………………………………………… 17

1.7 Sistematika Penyajian ………………………………………. 17

Page 13: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

xiii

BAB II TOKOH DAN PENOKOHAN PUAN TIRANA SANG

PENGUASA YANG BUTA ……………………………………… 18

2.1 Rangkaian Peristiwa Penting dalam Roman Negeri Senja …… 19

2.2 Berkenalan dengan Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta …. 24

2.3 Menyingkap Misteri Jati Diri Tokoh Tirana …………………. 28

2.4 Teknik Penyajian Tokoh ……………………………………… 34

BAB III KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG

PENGUASA YANG BUTA SERTA BERBAGAI PELANGGARAN

HAK ASASI MANUSIA IKUTANNYA ………………………. 39

3.1. Taktik Memecah Belah dan Melumpuhkan ………………….. 41

3.2. Teror Kepada Gerakan Perlawanan …………………………… 48

3.3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Dilakukan Puan Tirana… 53

BAB IV PENUTUP ………………………………………………………… 55

4.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 55

4.2 Saran ……………………………………………………………… 58

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 60

Page 14: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu—sekadar tidak mengatakan satu-satunya—dari sekian banyak

permasalahan dalam karya sastra yang tidak pernah kering untuk dibahas adalah

keterkaitan atau hubungan hakiki antara sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan

yang dimaksudkan, antara lain disebabkan oleh: karya sastra dihasilkan oleh pengarang,

sementara pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, yang memanfaatkan

kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan kemudian hasil karya sastra itu dimanfaatkan

kembali oleh masyarakat (Ratna, 2006: 60).

Oleh karena itu, karya sastra dapat dikatakan sebagai suatu cerminan kehidupan

nyata, realitas sehari-hari. Berbeda dengan karya ilmiah dan karya filsafat, karya sastra—

dengan berbagai genrenya—cenderung mengajak pembaca bukan sekadar untuk

memahami dunia, melainkan mengalaminya kembali. Karya sastra berkecenderungan

untuk me(re-)presentasikan kehidupan daripada mengkonseptualisasikannya (Faruk,

2004).

Para pencipta sastra, sastrawan, dapat dikatakan sebagai mediator dalam

menghadirkan dunia (baru) di hadapan pembaca. Dunia (baru) tersebut hadir bukan

semata tanpa dasar apa-apa, melainkan melalui berbagai rentetan peristiwa yang tengah

terjadi di masyarakat sehingga menjadi pemantik (inspirator) bagi sastrawan untuk

menuliskannya dalam bentuk karya sastra. Lantaran itu karya sastra dapat dipahami

apabila pembaca dapat “membaca” peristiwa sosial di saat karya sastra tersebut ditulis.

Page 15: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

2

Ini berkesesuaian dengan pendapat Damono (1978) yang mengatakan, karya sastra

mengandung gagasan yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu

atau bahkan mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Hal tersebut dapat dinikmati dan

dipahami, jika pembaca mampu memahami pesan terselubung di dalam karya sastra.

Sastrawan yang dengan lihai menghadirkan kembali kenyataan sosial ke dalam

karya, salah satunya adalah Seno Gumira Ajidarma (selanjutnya disingkat, SGA).

Melalui karya puisi, cerita pendek (cerpen), dan novel SGA mampu menggelarkan

berbagai tragedi kemanusiaan. Sastrawan, wartawan, fotografer, dan juga doktor susastra

ini telah mengalami bermacam pergelutan dengan kenyataan sehari-hari yang terus

menerus menekan kediriannya.

Pada saat SGA berdiri pada profesi kewartawanan, tidak banyak yang bisa ia

lakukan karena karya jurnalistik selalu menemui kendala ketika akan menyampaikan

kebenaran. Karenanya, SGA memilih mengatakan kebenaran tersebut melalui karya

sastra. Hal ini sejalan dengan pengakuannya (Ajidarma, 1997), bahwa ketika jurnalisme

dibungkam sastra harus bicara. Karena bila jurnalisme bicara dengan fakta (yang sering

dimanipulasi) sastra bicara dengan kebenaran, dan kebenaran dan kesusastraan menyatu

bersama udara, tak tergugat dan tak tertahankan. Dengan menutupi kebenaran, adalah

perbuatan bodoh yang dilakukan sepanjang sejarah manusia.

Oleh alasan ingin menyebarkan kebenaran maka karya-karya SGA hampir selalu

tidak bisa dilepaskan dari pengaruh peristiwa-peristiwa di mana SGA berdomisili (:

Indonesia). Dalam masa hidup di tengah-tengah masyarakatnya, agaknya SGA banyak

menjumpai peristiwa-peristiwa yang merendahkan (ke)manusia(an). SGA merefleksikan

peristiwa yang ia dengar, lihat, dan rasakan tersebut ke dalam karyanya, untuk

Page 16: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

3

memberikan penilaian kepada berbagai hal yang melenceng dari kepatutan. Hal ini, salah

satunya, dapat ditemukan pada karya romannya, Negeri Senja.

Dalam Negeri Senja, roman yang pernah mendapat Katulistiwa Literary Award

untuk kategori fiksi (Kompas, 13 Oktober 2004), ini digambarkan betapa seorang wanita

buta (: Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta) menguasai sebuah negeri, yang selalu

dalam keadaan senja, selama dua ratus tahun dengan kediktatorannya. Pelanggaran hak

asasi manusia, yang dilakukan Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta—selanjutnya lebih

sering disebut Tirana—, bukan menjadi barang aneh. Berbagai bentuk kekerasan menjadi

makanan sehari-hari penduduk Negeri Senja, yang hidup dalam kemiskinan. Selain itu,

penduduk juga tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mencoba bertahan dalam kemiskinan,

kebisuan, dan ketegangan; meskipun ada juga yang melakukan pemberontakan, namun

selalu dapat digagalkan karena bahkan Tirana mampu membaca pikiran orang. Selama

pemerintahan Puan Tirana, tidak seorang pun diizinkan menolak perintah/kebijakannya.

(1) “…Tirana bagaikan Tuhan yang Jahat di Negeri Senja, yakni berkuasa seperti

Tuhan tapi tanpa sifat-sifat kebaikan sama sekali, dan ia seperti menakdirkan

kehidupan di Negeri Senja harus berlangsung seperti kehendaknya.” (hlm. 171)

Demikianlah betapa kediktatoran Puan Tirana beserta aparatur pemerintahannya

tak tergoyahkan. Intensitifitas saya dalam menggauli Negeri Senja, telah memaksa saya

untuk menggelarkan sifat-sifat diktator tokoh Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta

dalam tulisan ini.

Tulisan ini hanya akan mendeskripsikan sejauh mana kediktatoran Tirana, karena

itu tulisan ini mengonsentrasikan diri pada salah satu unsur instrinsik semata yakni tokoh

dan penokohan. Sementara mengenai latar, alur, tema, dan unsur instrinsik lainnya tidak

dijadikan objek kajian, karena—mengutip Umar Yunus (1986:4)—karya sastra

Page 17: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

4

merupakan dokumen sosio-budaya sehingga sesuatu unsur di dalamnya dapat diambil

terlepas dari hubungannya dengan unsur yang lain. Namun demikian tulisan ini tidak

akan mengaitkan Negeri Senja dengan keadaan Indonesia pascapemerintahan sebuah

rezim otoriter, hasil tulisan ini diharapkan dapat menyoroti sikap pemerintahan diktator

secara universal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tokoh dan penokohan Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta

dalam Negeri Senja?

2. Sifat-sifat diktator apa saja yang Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta

lakukan dalam menjalankan pemerintahannya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan tokoh dan penokohan Puan Tirana Sang Penguasa yang

Buta.

2. Menggelarkan sikap-sikap diktator Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta

beserta pelanggaran hak asasi yang dilakukannya.

1.4 Manfaaat Penelitian

Berbagai bentuk kajian sastra, baik akademik maupun non akademik, telah

banyak dilakukan oleh orang yang menggemari bidang ini. Sebesar atau sekecil apa pun

hasil kajiannya, tentu telah memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi peminat,

penikmat, dan pemerhati sastra. Demikian halnya dengan kajian yang akan saya lakukan,

diharapkan menyodorkan bermacam manfaat, antara lain:

Page 18: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

5

1. memperkaya khazanah pustaka dalam kancah penelitian sastra,

2. menambah wawasan mengenai sikap diktator, serta sifat-sifatnya,

3. memberikan peluang sebagai titik tolak penginterpretasian karya sastra,

khususnya mengenai roman Negeri Senja. Dengan begitu, akan muncul sebuah

landasan pacu dalam menginterpretasikan roman tersebut sehingga dapat

menolak atau mungkin mendukung tulisan ini.

1.5 Tinjauan Pustaka/Landasan Teori

1.5.1 Tinjauan Pustaka

Karya-karya SGA acap kali mendedah masalah kekerasan beserta pelanggaran

hak asasi manusia yang terjadi di masyarakat, baik yang dilakukan oleh individu-individu

atau bahkan oleh tangan penguasa. Kritik SGA terhadap kekuasaan yang mengancam

eksistensi (ke)manusia(an), dapat dengan mudah dijumpai dalam karya prosanya—

terutama cerpen.

Oleh karenanya tulisan-tulisan yang membahas karya SGA bukan tidak banyak.

Sebut saja Budiawan (1994), misalnya. Dalam esai bertajuk Kritik Terhadap Militerisme

dalam Sastra: Kasus Tiga Cerita Pendek Seno Gumira Ajidarma tentang “Penembak(an)

Misterius” ia berkesimpulan bahwa karya cerita pendek SGA (: Grhhh, Bunyi Hujan di

Atas Genting, dan Keroncong Fantasi) merupakan sebuah gugatan terhadap petrus

(akronim dari Penembak Misterius). Ia mengatakan ini sebagai gugatan karena ketiga

cerpen—Budiawan menyebutnya trilogi—tersebut memperlihatkan bahwa pembantaian

penjahat, atau tertuduh penjahat, justru menimbulkan ketidakamanan, bahkan kekacauan.

Page 19: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

6

Satu per satu trilogi tersebut dibedah oleh Budiawan. Cerpen Bunyi Hujan di Atas

Genting dibacanya sebagai kritik terhadap sikap masyarakat tentang “petrus” yang bukan

hanya permisif, tetapi suportif terhadapnya. Sikap masyarakat yang mendukung “petrus”

itu dipandang sebagai semacam pemupukan benih-benih kekerasan oleh aparat negara.

Dalam budaya kekerasan inilah pelampiasan kebencian termanifestasikan secara liar

sehingga manusia yang dibenci itu tidak dipandang sebagai manusia lagi, dan ini

merupakan sebuah penghancuran nilai-nilai kemanusiaan. Pada titik inilah Budiawan

mendapati nurani yang dibungkam.

Bungkamnya hati nurani ini, lagi-lagi, Budiawan temukan dalam Keroncong

Pembunuhan. Olehnya, cerpen ini dipandang sebagai sebuah gugatan yang langsung

menukik pada masalah eksistensi (ke)manusia(an) yang secara serius terancam oleh

sebuah proyek kekuasaan yang berambisi menegakkan apa yang diyakini sebagai

“kewibawaan bangsa dan negara”, yakni dengan pemberian predikat “petrus” sebagai

“penghianat bangsa dan negara”.

Sementara cerpen Grhhh dibaca Budiawan sebagai kritik terhadap kegagalan, dan

efek samping yang ditimbulkan, “petrus”. “Petrus” dikatakan telah menciptakan efek

lingkaran setan kekerasan pada masyarakat.

Bentuk-bentuk kekerasan lainnya juga mengemuka pada cerpen SGA lainnya. Hal

ini dapat ditelusur dari hasil analisis kritik(us) sastra akademik, Tempo. Dalam

skripsinya, Tempo (2005) menemukan bentuk-bentuk kekerasan tersebut dalam cerpen-

cerpen SGA. Tempo mendasarkan penelitiannya atas teori kekerasan menurut Johan

Galtung, yakni kekerasan personal, kekerasan yang sifatnya dinamis dan mudah diamati

karena kekerasan ini bertitik berat pada realisasi jasmani aktual; dan kekerasan struktural,

Page 20: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

7

yang lebih bersifat statis dan tidak tampak dikarenakan bertitik tolak pada ketidaksamaan

dalam struktur sosial.

Atas dasar pisau teori kekerasan dari Galtung tersebut, Tempo mengupas tujuh

cerpen dalam kumpulan cerpen Iblis Tak Pernah Mati-nya SGA. Dalam kumpulan cerpen

tersebut, simpul Tempo, ada dua cerpen yang didominasi oleh kekerasan struktural, yaitu

cerpen Dongeng Sebelum Tidur dan Anak-anak Langit. Kemudian cerpen yang

dimayoritasi kekerasan personal adalah cerpen Taksi Blues dan Jakarta Suatu Ketika.

Sementara cerpen Clara, Partai Pengemis, dan Eksodus menurutnya mengandung unsur

kekerasan personal dan kekerasan struktural sekaligus (Tempo, 2005: 87).

Dalam pada itu, pelanggaran hak-hak sipil otomatis terjadi di hampir seluruh

cerpen dalam kumpulan Iblis Tak Pernah Mati. Hal ini setidaknya pernah diungkapkan

oleh Sriyani (2000). Dalam skripsinya, ia membahas delapan cerpen dalam kumpulan

cerpen tersebut. Melalui tokoh-tokoh yang berlakuan dalam cerpen-cerpen yang

dianalisis, ia berpendapat telah terjadi pelanggaran hak terhadap kebebasan bergerak

seseorang dalam cerpen Jakarta Suatu Ketika, Clara, Kisah Seorang Penyadap Telepon,

dan Taksi Blues. Sementara itu, pelanggaran hak atas kepemilikan harta benda dan

pelanggaran atas larangan penyiksaan terdapat dalam cerpen, Partai Pengemis, Clara,

dan Jakarta Suatu Ketika. Dengan demikian, lanjut Sriyani, pelanggaran hak-hak sipil

terjadi di hampir seluruh cerpen yang ada di Iblis Tak Pernah Mati.

Penelitian yang dilakukan Sriyani ini didasarkan pada definisi hak sipil oleh

Hasan Shadily (1980: 1207), yakni hak-hak yang menyatakan bahwa semua orang adalah

sama di mata negara dan di mata hukum. Hak-hak sipil itu meliputi: hak hidup,

kebebasan, dan keamanan pribadi; larangan perbudakan; larangan penganiayaan;

Page 21: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

8

larangan penangkapan; penahanan, atau pengasingan yang sewenang-wenang; hak atas

pemeriksaan pengadilan yang jujur; hak atas kebebasan bergerak; dan hak atas harta

benda (Baehr, 1998: 6).

Dari uraian ketiga kritik(us) di atas, dapat dikatakan karya-karya SGA—

kebanyakan—memang bernuansa kritik terhadap kemanusiaan. Kritik senada juga dapat

ditemui dalam Negeri Senja. Namun begitu bukan lantas telah banyak yang mengkaji

roman ini. Sepanjang pengamatan saya, belum pernah ada penelitian yang membahas

novel Negeri Senja, baik itu penelitian struktural atau penelitian dengan disiplin dan atau

multidisiplin lainnya. Meskipun demikian, saya menyadari sisi kemanusiaan saya,

sehingga tidak menutup kemungkinan ada penelitian yang sudah membahas Negeri Senja

baik dalam resensi buku atau kajian lainnya, yang kalis dari pengamatan saya.

1.5.2 Landasan Teori

Sebagaimana umumnya kajian (sastra), tentu saja bisa berjalan jika kajiannya

didasarkan pada teori-teori suatu disiplin ilmu. Teori-teori tersebut nantinya akan

menentukan arah tujuan dan hasil kajian. Dalam tulisan ini, saya menggunakan teori

struktural untuk mengenali tokoh dan penokohan. Hal ini dikarenakan karya sastra

merupakan karya yang berdiri sendiri sehingga layak untuk dilihat dari dalam (instrinsik).

Teori berikutnya adalah sosiologi sastra. Kedudukan teori ini sangat penting

karena sosiologi sastra dapat menjadi jembatan untuk memahami gejala sosial yang ada

dalam karya sastra.

Sementara itu untuk menemukan kesepahaman konsep diktator, selain merujuk

pada Kamus Umum Bahasa Indonesia, tulisan akan mengacu pada pengertian diktator

Page 22: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

9

yang ditawarkan oleh Jules Archer. Hal tersebut saya lakukan semata demi tidak terjadi

kerancuan pengertian diktator dalam tulisan ini.

1.5.2.1 Teori Struktural

Suatu percobaan interpretasi karya sastra tidak dapat dimulai tanpa memahami

bagian-bagiannya (unsur instrinsik). Karya sastra dapat terpahami melalui unsur-unsur

pembentuknya, karena sastra merupakan suatu karya otonom (Teeuw, 1989: 123). Oleh

karena itu, pemahaman unsur-unsur pembangun cerita (struktur), yakni tata hubungan

antara bagian-bagian suatu karya sastra yang menjadi kebulatannya, dapat membantu

usaha untuk memahami cerita (Sudjiman, 1986: 72).

Namun demikian, dalam konteks tulisan ini, hubungan antara unsur-unsur

tersebut akan diambil terpisah dari keberhubungannya dengan unsur lainnya. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Umar Yunus (1986:4) yang mengatakan karya sastra merupakan

dokumen sosio-budaya sehingga sesuatu unsur di dalamnya dapat diambil terlepas dari

hubungannya dengan unsur yang lain. Pada ranah tulisan ini, unsur yang akan “dicomot”

itu adalah tokoh dan penokohan. Di sini dimaksudkan untuk memperjelas pendeskripsian

sikap diktator tokoh Puan Tirana.

1.5.2.1.1 Tokoh

Cerita terdiri dari berbagai karakter, salah satunya yang paling menonjol adalah

tokoh. Untuk mendapatkan kejelasan maksud cerita kita dapat melakukannya dengan

mengenal watak tokoh. Pengenalan terhadap tokoh tersebut dapat dilakukan dengan

meneliti apa yang dilakukannya, dikatakannya, sikapnya dalam menghadapi persoalan,

Page 23: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

10

dan bagaimana penilaian tokoh lain atas dirinya (Sumarjo, 1984: 56). Dalam pada itu,

pengertian tokoh lebih kompleks daripada aktor atau pelaku, yang hanya berkaitan

dengan fungsi seseorang dalam teks naratif atau drama. Tokoh dapat dihidupkan

berdasarkan sejumlah konvensi yang diketahui pembaca (Hartoko, 1986: 144).

Sudjiman (1988, 16-23) mengatakan, tokoh ialah individu rekaan yang

mengalami peristiwa atau berlakuan dalam cerita. Watak ialah kualitas tokoh, kualitas

nalar, dan jiwa yang membedakan dengan tokoh lain.

Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro (2005: 165), yang mengutip pendapat Abrams,

mengatakan bahwa orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu yang diekspresikan dalam tindakan dan ucapannya disebut dengan tokoh cerita.

Pembedaan tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi

daripada dilihat secara fisik.

1.5.2.1.2 Penokohan

Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan sebab

ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan

bagaimana penempatan sekaligus pelukisannya dalam sebuah certita sehingga sanggup

memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2005: 166).

Akan tetapi, masalah penokohan dalam sebuah karya tak semata-mata hanya

berhubungan dengan masalah pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh cerita saja,

melainkan juga bagaimana melukiskan kehadiran dan penghadirannya secara tepat

Page 24: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

11

sehingga mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan

(Nurgiyantoro, 2005: 194).

Selanjutnya Nurgiyantoro (2005: 195) memberikan masukan beberapa teknik

pelukisan tokoh, yakni teknik pelukisan langsung (teknik ekspositori) dan teknik

pelukisan tidak langsung (teknik dramatik). Pada teknik ekspositori, atau sering disebut

teknik analitis, pelukisan tokoh dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau

penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang tidak

secara berbelit-belit, melainkan berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri

fisiknya.

Sementara, penampilan tokoh dalam teknik dramatik dilakukan secara tak

langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta

tingkah laku tokoh. Para tokoh cerita menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai

aktifitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan

atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Penampilan tokoh lewat teknik

ini dapat dilakukan melalui beberapa teknik, antara lain teknik cakapan, teknik tingkah

laku, teknik pikiran dan tingkah laku, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik

reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan fisik (Nurgiyantoro, 2005:

198-211).

Lebih lanjut Sudjiman (1986: 61) membagi tokoh berdasarkan fungsinya menjadi

dua, yakni tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang terlibat

langsung dalam perkembangan cerita. Kedudukan tokoh sentral sangat mempengaruhi

jalan cerita. Grimes (via Sudjiman, 1988: 19) menyarankan untuk menentukan kriteria

Page 25: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

12

tokoh utama, bukan berdasarkan frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan

intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.

1.5.2.2 Sosiologi Sastra

Karya sastra memuat peristiwa di dalam masyarakat, menjadi suatu keseluruhan

karya (Luxemburg, 1986: 38). Demikianlah kedirian karya sastra tidak bisa dilepaskan

dari pengaruh sosial. Antara masyarakat dan sastra memiliki hubungan yang hakiki.

Hubungan-hubungan yang dimaksudkan, antara lain disebabkan oleh: (i) karya sastra

dihasilkan oleh pengarang, (ii) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, dan (iii)

pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, kemudian (iv) hasil

karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Ratna, 2006: 60).

Oleh karenanya, karya satra mengandung gagasan yang dapat dimanfaatkan untuk

menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial

tertentu. Hal tersebut dapat dinikmati dan dimanfaatkan, apabila pembaca mampu

memahami pesan yang terselubung di dalam karya sastra. Untuk memahami pesan karya

sastra tersebut, diperlukan suatu disiplin sosiologi sastra, yakni pendekatan terhadap

karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (Damono, 1979: 2).

1.5.2.3 Pengertian Diktator

Dalam pengertian paling sederhana, diktator adalah seorang penguasa yang

mencari dan mendapatkan kekuasaan mutlak pemerintahan tanpa (biasanya)

memperhatikan keinginan-keingainan nyata dari rakyatnya. Oleh karena itu, diktator

biasanya bertindak memaksakan kemauan politiknya. Ia tidak membutuhkan dasar

Page 26: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

13

hukum, tidak mengupayakan dukungan parlemen sebagai representasi demokrasi, dan

tidak juga melibatkan keinginan pemangku kepentingan (Hukum online, 2006). Diktator

bukanlah seorang pewaris tahta. Dia sama sekali tidak memiliki hak waris semacam itu;

rakyat atau kaum bangsawan tidak mengenalinya dari pandangan seperti itu.

Istilah diktator berasal dari bahasa latin dictare yang artinya ‘berkata, bersabda’.

Kata ini pertama kali digunakan pada tahun 501 SM, ketika dua orang konsul daerah

bagian Republik Roma terpaksa tidak dapat hadir pada saat yang bersamaan di Roma,

karena sedang memimpin tentara di medan pertempuran, mereka mengangkat seorang

wakil dengan kekuasaan penuh atas namanya. Dari situlah istilah diktator menjadi

berkembang, dan dilekatkan pada penguasa yang menyalahgunakan kekuasaannya (abuse

of power) (Archer, 2004: 11-13). Dengan demikian, diktator dapat diartikan sebagai

pemegang kakuasaan mutlak karena dapat diasumsikan peran seorang diktator adalah

sebagai pejabat tertinggi, hakim agung sekaligus panglima.

Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S.

Purwodarminto (1984), diktator diartikan sebagai (i) ‘orang yang memegang kekuasaan

pemerintahan dengan tidak terbatas’ dan (ii) ‘orang yang menggunakan kekuasaannya

dengan sekehendak hati’.

Lebih jauh, Archer (2004: 19) memaparkan lima sikap utama diktator. Pertama,

sebagian besar diktator menyembunyikan nafsu berkuasanya di balik sikap sebagai

pendobrak dengan motif dan alasan-alasan yang luhur. Kedua, diktator secara terang-

terangan menggunakan teror untuk menyurutkan setiap usaha untuk menggulingkannya.

Ketiga, diktator menggunakan taktik memecah belah dan melumpuhkan, demi bertahan

pada kekuasaannya. Keempat, diktator selalu memelihara pertentangan golongan di

Page 27: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

14

bawah payung nasional sehingga mereka tidak mampu menggabungkan kekuatan dan

kemudian menyerangnya. Dan, diktator selalu mencari peluang untuk meyakinkan rakyat

dengan berusaha menentang kekuatan-kekuatan besar di dunia.

Berlabuh dari paparan Arche di atas, seorang diktator dalam pemerintahannya

dapat dipastikan melakukan kesewenang-wenangan terhadap rakyat yang dipimpinnya.

Bentuk kesewenangan itu salah satunya dengan melakukan pelanggaran hak-hak asasi

manusia, yakni setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat

negara baik disengaja maupun tidak sengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum

mengurangi, menghalangi, membatasi, dan mencabut hak asasi manusia seseorang atau

kelompok orang (UU No. 39 Tahun 1999).

1.6 Metode Penelitian dan Pendekatan

1.6.1 Metode Penelitian

Metode merupakan cara dan prosedur yang akan ditempuh oleh peneliti dalam

rangka mencari pemecahan masalah (Santosa, 2004: 8). Tulisan ini menggunakan metode

deskriptif analisis. Metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang

kemudian disusul dengan analisis. Dalam hal ini analisis tidak semata-mata menguraikan,

melainkan juga memberikan penjelasan dan pemahaman secukupnya (Ratna, 2006: 53).

1.6.2 Pendekatan

Sebagaimana telah disinggung di muka, bahwa tulisan ini berusaha untuk

menemukan kondisi sosial dalam karya sastra dengan kecenderungan sosial dalam

masyarakat, khususnya mengenai sikap diktator seorang kepala pemerintahan.

Page 28: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

15

Karenanya, diperlukan suatu disiplin sosiologi sastra untuk memahami (pesan) hubungan

sastra dengan masyarakat. Telaah sosiologi sastra sendiri memiliki dua kecenderungan

utama. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan

cermin sosial-ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra

untuk membicarakan sastra; sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor-

faktor di luar sastra itu sendiri. Dalam pendekatan ini teks sastra hanya merupakan

epiphenomenon (gejala kedua). Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra

sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah

analisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk memahami

lebih dalam lagi gejala sosial di luar sastra (Damono, 1979: 2-3).

Dari kedua kecenderungan yang dipaparkan Damono, tulisan ini mengambil

kecenderungan yang kedua, yakni analisis terhadap teks untuk dicarikan hubungannya

dengan gejala di luar sastra. Akan tetapi, pendekatan yang Damono tawarkan tadi tidak

serta-merta saya gunakan dalam tulisan ini. Pendekatan tersebut akan dielaborasikan

dengan pendapat Umar Junus (1986:4) yang mengatakan karya sastra merupakan

dokumen sosio-budaya sehingga sesuatu unsur di dalamnya dapat diambil terlepas dari

hubungannya dengan unsur yang lain. Berdasar pada hal tersebut, maka dalam rangka

analisis teks tidak akan dicarikan keberhubungan antar unsur dalam karya sastra sebagai

satu kesatuan. Analisis teks ini semata untuk mengetahui salah satu unsur dalam karya

demi melihat hubungan karya sastra dengan gejala sosial di luar sastra. Gejala sosial di

luar sastra tersebut, dalam tulisan ini, adalah sikap kediktatoran.

1.6.3 Sumber Data

Page 29: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

16

Judul : Negeri Senja

Pengarang : Seno Gumira Ajidarma

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Tahun terbit : Agustus 2003

Tebal : xx + 224 halaman

1.7 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini akan disajikan dalam urutan bab per bab. Bab pertama berisi

pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan pendekatan, dan

sistimatika penyajian. Bab kedua berisi analisis tokoh dan penokohan. Setelah mendapat

gambaran mengenai tokoh dan penokohan Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta, sikap-

sikap kediktatoran tokoh itu akan digelarkan pada bab ketiga. Selanjutnya kesimpulan

dan saran akan disajikan dalam bab keempat.

Page 30: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

17

BAB II TOKOH DAN PENOKOHAN

PUAN TIRANA SANG PENGUASA YANG BUTA

Pada hakikatnya keberlangsungan cerita tidak dapat dilepaskan dari kehadiran

tokoh. Cerita dapat berjalan karena adanya tokoh-tokoh yang berlakuan di dalamnya.

Melalui perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan karakterisasinya, tokoh-tokoh dalam

cerita memiliki andil yang besar untuk membawa/mengarahkan cerita. Mustahil suatu

cerita dapat mengalir lancar tanpa adanya tokoh. Sekalipun itu sebuah fabel, tetap

memerlukan tokoh untuk menghidupkan cerita. Bahkan puisi, juga bergantung pada

hadirnya tokoh. Demikianlah tokoh cerita kedudukannya sangat vital dalam karya sastra.

Akan ke mana dan bagaimana akhir sebuah cerita sehingga pembaca dapat menangkap

maksud cerita, semua bergantung pada tokoh cerita.

Mengingat kevitalannya itu, maka pengkajian terhadap sebuah karya sastra

hendaknya tidak meninggalkan tokoh dan penokohan. Oleh karena itu, bagian ini secara

khusus akan membahas tokoh dan penokohan Tirana: bagaimana jati diri dan sifat-

sifatnya, dan bagaimana pengarang menyajikannya ke hadapan pembaca?

Sengaja saya hanya memfokuskan pada seorang tokoh karena, seperti sudah

dikatakan di muka, keseluruhan tulisan ini membahas kediktatoran tokoh Tirana.

Persoalan bagaimana dengan kedudukan dan bahkan keberkaitan tokoh lainnya terhadap

kedirian Tirana, akan saya bahas sekilas saja. Itu pun jika tokoh tersebut bersinggungan

langsung dengan Tirana.

Namun begitu, sebelum lebih jauh, tidak salah kiranya jika melihat kembali

pengertian tokoh. Nurgiyantoro (2005: 165), yang mengutip pendapat Abrams,

Page 31: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

18

mengatakan bahwa orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu yang diekspresikan dalam tindakan dan ucapannya disebut dengan tokoh cerita.

Di pihak lain, jati diri seorang tokoh ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang

menyertainya, dan sebaliknya, peristiwa-peristiwa itu sendiri merupakan pelukisan tokoh

(Henry James via Nurgiyantoro, 2005). Sementara Foster (via Pradopo, 2002: 79)

mengatakan perbuatan-perbuatan yang dilakukan tokoh yang sesuai dengan wataknya

akan menimbulkan peristiwa-peristiwa; rangkaian peristiwa yang berdasarkan sebab

akibat ini menimbulkan alur.

2.1 Rangkaian Peristiwa Penting dalam Roman Negeri Senja

Oleh karena jati diri seorang tokoh sangat berkaitan dengan peristiwa-peristiwa,

maka berikut ini akan digelarkan berbagai peristiwa yang terjadi dalam keseluruhan

roman Negeri Senja. Akan tetapi dalam rangka penggelaran peristiwa-peristiwa tersebut

tidak akan berujung pada penilaian jenis alurnya. Apakah roman ini beralur progresif atau

flash back (?), tidak akan dijelaskan. Semata-mata ini hanyalah garis besar dari tiap-tiap

bagian roman. Dalam kaitan ini, plot sekadar merupakan sarana untuk memahami

perjalanan kehidupan tokoh (Nurgiyantoro, 2005: 172). Berikut adalah peristiwa-

peristiwanya.

Prolog Pada bagian ini diceritakan bagaimana awal mulanya “aku” masuk ke

Negeri Senja. Ada peristiwa ketika “aku” disangka sebagai Penunggang

Kuda dari Selatan.

Page 32: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

19

Bagian I Bagian ini diisi oleh beberapa sub bagian lagi. Pertama, Penunggang

Kuda dari Selatan, di sini mulai diperkenalkan siapa yang dimaksud

penduduk Negeri Senja sebagai Penunggang Kuda dari Selatan: orang

yang sudah ditentukan oleh takdir untuk membebaskan penduduk Negeri

Senja. Dari sini terlihat bagaimana konflik mulai diperkenalkan. Kedua,

Peristiwa di Kedai, menceritakan keadaan orang Negeri Senja yang terlalu

mudah diadu domba sehingga mereka saling bunuh terhadap sesamanya.

Ketiga, Penginapan Para Leluhur yang mengisahkan siapa saja yang

pernah menginap di penginapan tempat “aku” tinggal. Ada bagian yang

mengisahkan seorang gadis cantik sekaligus cerdas yang telah diperkosa.

Gadis ini kelak akan diduga sebagai Puan Tirana. Keempat, Rumah Bordil

di Padang Pasir, hanyalah sebuah penegasan pengarang untuk

mendukung keberadaan “aku” di suatu negara (kota), yakni dengan

mengajak “aku” ke rumah bordil. Kelima, Perempuan di Balik Cahaya,

merupakan percintaan “aku” dengan wanita di rumah bordil itu.

Bagian II Pada bagian ini konflik mulai ditingkatkan. Ini bisa dibuktikan dari

peristiwa-peristiwa yang terjadi di sub-sub bagiannya. Pertama,

Komplotan Pisau Belati menceritakan apa, siapa, dan bagaimana sepak

terjang serta keanggotaan Komplotan Pisau Belati. Kedua, Usaha

Pembunuhan Tirana, di sini dikisahkan usaha orang-orang Negeri Senja

membunuh Tirana dalam perjalanannya menuju Kuil Matahari. Pada

bagian ini pula pelukisan fisik Tirana mulai dimunculkan. Ketiga, Tirana,

Perempuan Penguasa yang Buta, mengisahkan sifat-sifat Tirana sebagai

Page 33: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

20

penguasa yang kejam dengan masa lalu yang penuh misteri. Karenanya

pengarang tidak (belum) memberikan kejelasan mengenai latar belakang

Tirana. Keempat, Kaum Cendekiawan dalam Kegelapan, mengisahkan

cara berpikir dan penyusunan kekuatan para kaum cendekiawan (gerakan

perlawanan) di bawah kegelapan, agar pikirannya tidak terbaca oleh

Tirana. Kelima, Suatu Ketika di Pasar di sini “aku” mulai terlibat dalam

bangunan konflik, yakni dengan diberinya “aku” sebuah benda oleh

seorang fakir. Peristiwa ini ternyata makin mengembangkan konflik,

terutama pada bagian (kelima) Penangkapan Tokoh Perlawanan, karena

fakir tersebut adalah seorang cendekiawan yang menyamar. Pasukan

Tirana dikerahkan untuk menangkap fakir yang telah memberikan benda

itu kepada “aku”. Akan tetapi, “aku” berhasil meloloskan diri dengan

bantuan fakir lainnya. Setelah berhasil meloloskan diri, “aku” kemudian

dibawa ke sebuah tempat untuk menemui kaum cendekiawan sebelum

akhirnya dilepaskan di lapangan dengan tetap menjaga keberadaan barang

pemberian seorang fakir tadi. Dari sini “aku” dibawa ke Penjara (keenam)

untuk diperiksa. Ketujuh, Gerakan Bawah Tanah, menggambarkan siapa

saja dan kelompok perlawanan apa saja yang ada di Negeri Senja.

Kedelapan, Proklamasi Partai Hitam, mengisahkan bersatunya berbagai

kelompok perlawanan di bawah satu naungan bendera: Partai Hitam.

Partai ini yang kelak akan melakukan pemberontakan secara terbuka.

Bagian III Bagian ini (sepertinya) bukan merupakan peristiwa fungsional, sebab pada

bagian ini konflik yang tadinya mengalami peningkatan di bagian

Page 34: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

21

sebelumnya sengaja diturunkan oleh pengarang. Ini dapat dilihat dari sub

bagian (pertama) Pengembara di Tepi Sungai, yang mengisahkan

datangnya seorang pengembara di tepi sungai di luar kota Negeri Senja.

Kemudian, Pengembara itu menjadi (kedua) Seorang Pembicara yang

makin lama semakin banyak mempunyai pendengar, hingga akhirnya

datanglah dua belas orang yang disebut sebagai (ketiga) Para Pelajar

Sekolah Bebas. Pembicaraan di tepi sungai itu begitu bebasnya sehingga

melahirkan sebuah mazhab, yakni (keempat) Mazhab Pasar Malam.

Bagian IV Pada bagian ini hanya ada satu sub bagian saja yang mendukung jalan

cerita, yakni Kisah Cinta Tirana, Jika Memang Benar Adanya. Di sini

dikisahkan bagaimana masa lalu Tirana sebelum ia menduduki tampuk

kekuasaan. Kisah Tirana pada bagian ini sekilas terlihat tidak

menampakkan keberkaitan apa pun dengan gadis korban perkosaan oleh

Komplotan Pisau Belati yang diduga sebagai Tirana muda. Sementara itu,

pada sub bagian lainnya: Perempuan dengan Anting-anting di Puting Kiri;

Perempuan dengan Rajah Ular yang Membelit Tubuhnya; Perempuan di

Bawah Menara; dan Antara Maneka dan Alina hanyalah berisi kisah

“aku” bersama beberapa perempuan. Peristiwa ini tidak ikut menjadi

mainstream di dalam cerita, yang seandainya dihilangkan pun tidak

berpengaruh pada keseluruhan cerita.

Bagian V Pada bagian ini merupakan lanjutan peristiwa dari proklamasi partai

hitam. Sub bagian pertama, Pemberontakan, menceritakan makin gencar

dan terbukanya pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Negeri

Page 35: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

22

Senja terhadap pemerintahan Tirana. Pemberontakan ini berlanjut pada

sub bagian kedua, Usaha Pembunuhan Tirana II, yang mengisahkan usaha

pembunuhan terhadap Tirana. Usaha ini berawal dari digantungnya Guru

Besar di alun-alun Istana Pasir—karena orang Negeri Senja yakin Tirana

akan keluar dari istana untuk mengambil mayat Guru Besar sebab dia

adalah mantan kekasih yang masih dicintai Tirana. Sayangnya, usaha ini

tidak menuai hasil sehingga membuat Tirana melakukan pembalasan.

Pembalasan Tirana terangkum dalam sub bagian, Pembantaian. Di sini

merupakan klimaks dari bangunan konflik. Oleh Tirana, pusat kota Negeri

Senja dihancurkan tanpa meninggalkan seorang pun—meski ternyata ada

beberapa orang yang kalis dari pembantaian. Sub bagian selanjutnya, Para

Kekasih yang Terbunuh, merupakan penurunan konflik. Bagian ini

mengisahkan bertemunya “aku” dengan (mayat) para wanita yang pernah

dikencaninya. Orang-orang yang selamat, termasuk “aku”, kemudian

bermigrasi ke tepi sungai untuk bergabung dengan orang-orang yang ada

di sana. Namun, tidak berapa lama orang-orang itu kembali ke kota untuk

memulai hidup baru di sekitar kuil matahari; bagian ini dikisahkan dalam

Khotbah di Kuil Matahari.

Epilog Bagian ini diberi judul, Ketika Pengembara Itu Pergi, Matahari Belum

Juga Terbenam di Negeri Senja. Di sini diceritakan bagaimana “aku”

meninggalkan Negeri Senja. Namun, sebelum benar-benar pergi “aku”

dihadang oleh Pengawal Kembar (: kaki tangan Tirana) yang meminta

Page 36: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

23

barang titipan fakir di pasar beberapa waktu lalu. Pada bagian ini pulalah

pengarang tampak “kebingungan” mengenai siapa sebenarnya Tirana.

Demikianlah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam keseluruhan roman Negeri

Senja. Atas dasar rangkaian peritiwa tersebut akan digunakan untuk mengidentifikasi

tokoh Puan Tirana.

2. 2 Berkenalan dengan Puan Tirana Sang Penguasa Yang Buta

Sejak pertama kali, membaca roman Negeri Senja saya langsung dihadapkan pada

sebuah kemisteriusan. Bukan saja lantaran matahari yang tak pernah tenggelam di Negeri

Senja sehingga sepanjang masa hanya mengenal senja. Lebih dari itu, kemisteriusan

justru makin nyata ketika saya “bertemu” dengan Tirana. Tokoh ini adalah penguasa

Negeri Senja yang telah bertahta selama dua ratus tahun dengan segala kekejaman dan

kebengisannya. Siapa pun dan bagaimana pun bentuk ketidaktakziman penduduk Negeri

Senja terhadap Tirana, sudah pasti mendapat ganjaran semestinya—tak peduli anak atau

dewasa, lelaki atau perempuan! Silakan periksa kutipan berikut, sebagai awalan.

(2) “…jangan dikira bahwa anak kecil dan orang dewasa dibedakan oleh

pemerintahan Puan Tirana Sang Pengusa yang Buta….pemandangan anak kecil

terkapar sambil memegang bendera dengan pisau terbang di jantungnya adalah

biasa di Negeri Senja.” (hlm. 184)

Sifat kejam Tirana juga tidak pandang bulu. Bahkan terhadap pengikutnya sendiri, Tirana

tak segan-segan menggantungnya jika tidak sesuai dengan apa yang menjadi

kehendaknya.

(3) “…duabelas Mata-mata Istana merasa gentar hatinya. Apapun yang tiada

berkenan di hati Tirana hukum gantung ganjarannya. Ini masih lebih baik

daripada duabelas pisau terbang yang melayang untuk merajam.” (hlm. 139-140)

Page 37: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

24

Sungguh, begitu kejamnya Tirana sehingga orang-orang yang melawannya

berhasil ia singkirkan ketika mencoba membunuhnya, saat Tirana sedang menuju Kuil

Matahari. Pada peristiwa ini Tirana menampakkan wujudnya kepada khalayak—

setidaknya pengarang mulai menghadirkan sosok Tirana di bagian ini.

(4) “…terlihat samar-samar di dalamnya Tirana, Perempuan Penguasa Negeri

Senja yang berbusana serba hitam menutupi seluruh tubuhnya.” (hlm. 59)

“Orang-orang seperti mencoba melihat ke dalam tandu secara diam-diam, tapi

mereka hanya samar-samar melihat sosok yang diliputi kain hitam…. Aku hanya

melihat kegelapan, seolah-olah dibalik kerudung itu hanya ada kekosongan.”

(hlm. 60) Dari dua kutipan di atas, sedikit kemisteriusan tokoh Tirana mulai tampak.

Bagaimana wujud fisiknya yang selalu berbalut busana hitam, yang juga menutupi

wajahnya sehingga tak ada orang yang pernah melihat wajahnya, mulai dihadirkan oleh

pengarang. Namun, bukan berarti ada jalan terang untuk membuka tabir misteri itu.

Kemisteriusan ini justru makin menjadi, karena ternyata Tirana adalah seorang

perempuan buta (hlm. 65).

(5) “Tidak ada yang tahu apakah ia buta sejak lahir ataukah pernah mempunyai

kemampuan melihat. Tirana tidak memperkenankan segala sesuatu tentang

dirinya diketahui oleh siapa pun…. Tidak ada yang bisa dipastikan dari Tirana

selain busananya yang hitam legam dan menutup seluruh tubuhnya, bahkan

wajahnya pun tanpa harus menutupinya tak pernah kelihatan. Konon, dan

memang hanya konon, tiada seorang pun pernah melihat wajahnya.” (hlm. 66)

Lebih dari itu, Tirana juga dikisahkan mampu membaca pikiran.

(6) “…Tirana yang berkuasa tiada pernah bisa memberikan kepada dirinya

sendiri suatu kepastian, sampai ingin memastikan segalanya dengan cara

membaca pikiran, memenjarakan roh, dan memusnahkan gagasan.” (hlm. 109)

Page 38: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

25

Gila. Tirana benar-benar diselaputi oleh misteri. Keadaannya yang bisa membaca

pikiran dan memenjarakan roh, dan tidak ada seorang pun yang pernah melihat wajah

Tirana adalah misterius. Hal ini sama misteriusnya dengan latar belakang Tirana.

Siapakah orang tuanya, dari suku apakah ia, bersuamikah dia, beranakkah dia—tidak ada

satu cara untuk mengetahuinya. Bahkan penerimaan bahwa ia seorang perempuan juga

tidak pernah dilandasi suatu pengetahuan yang meyakinkan—di balik tumpukan hitam

legam itu bisa terdapat sosok siapa pun, entah itu lelaki atau perempuan. Entah

bagaimana caranya seperti sudah disepakati bahwa Tirana adalah seorang perempuan

(hlm. 67).

Ironis memang, pengarang tidak memberi kepastian mengenai siapa sebenarnya

Tirana. Pengarang seolah-olah merangsang pembaca untuk mendeteksi sendiri kira-kira

apa jenis kelamin Tirana, apakah perempuan ataukah lelaki. Apalagi di bagian epilog,

pengarang, melalui tokoh “aku” lagi-lagi tidak dapat memastikan jati diri Tirana. Kutipan

berikut akan membuktikannya.

(7) “…aku tidak pernah tahu, yang mana di antara cerita-cerita yang beredar

tentang Tirana bisa diakui kesahihannya. Pertama, bahwa Tirana adalah

perempuan terindah yang pernah diperkosa dan wajahnya telah disayat-sayat

Komplotan Pisau Belati di kamar penginapanku 500 tahun yang lalu; ataukah

kedua, bahwa Tirana ternyata seorang pria yang telah berkasih-kasihan dengan

Guru Besar dan lantas merana ketika Guru Besar saling jatuh cinta dengan

seorang perempuan yang akhirnya merebut kekuasaan.” (hlm. 224) Kutipan (7) ini menunjukkan “ketidakberanian” pengarang dalam memastikan jati diri

Tirana. Pada titik ini pengarang memberikan dua alternatif, yakni apakah ternyata Tirana

seorang yang dulunya cantik atau Tirana tidak lebih sebagai lelaki yang mencintai sesama

jenisnya?

Page 39: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

26

Baiklah jika demikian, dalam konteks tulisan ini akan ditelusuri jati diri Tirana.

Dalam rangka pengidentifikasian ini tentu saja harus mempertimbangkan kelogisan

cerita. Peristiwa-peristiwa yang mengindikasikan ada hubungan dengan Tirana akan

dijabarkan, kemudian daripadanya dilakukan penarikan kesimpulan sehingga diperoleh

titik terang mengenai jati diri Tirana.

2.3 Menyingkap Misteri Jati Diri Tokoh Tirana

Lantaran ada dua kemungkinan menyangkut kedirian Tirana maka satu per satu

kemungkinan itu akan digelarkan. Peristiwa yang mengarah pada kemungkinan Tirana

adalah seorang wanita cantik yang pernah diperkosa oleh Komplotan Pisau Belati ada

pada bagian pertama roman, khususnya Penginapan Para Leluhur. Bagian ini

mengisahkan tempat menginap “aku” yang ternyata dulunya pernah digunakan oleh para

pelajar Negeri Senja. Melalui keterangan pemilik penginapan, “aku” memperoleh

informasi bahwa dulu pernah ada seorang gadis cerdas yang menjadi pujaan setiap orang

Negeri Senja, tak peduli lelaki atau perempuan. Sementara itu, dalam kesehariannya,

gadis cantik sekaligus cerdas ini senantiasa mengenakan busana pria.

(8) “Ia (gadis cerdas itu, pen) tidak pernah menutupi kenyataan bahwa dirinya

adalah seorang perempuan. Usianya baru 20, semangatnya tinggi, dan ia

berbusana seperti seorang pria. Ia tampak begitu menggetarkan, apabila

melangkah di jalanan Negeri Senja bahkan kaum pria merasa gentar, dan kaum

perempuan merasa terpesona. Padahal sudah jelas ia seorang gadis meski

berbusana pria.” (hlm. 29) Bukan itu saja, kenyataannya gadis itu selalu berhasil mengalahkan para pengajar

dalam perdebatan di segala wacana. Di luar kelas ia mempelajari segenap kemahiran olah

senjata, dan semua pria dikalahkannya dalam pertarungan pedang, panah, pisau terbang,

Page 40: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

27

maupun senjata-senjata rahasia (hlm. 29). Oleh sebab kecerdasan dan kecemerlangannya,

gadis ini juga mempunyai kans untuk menjadi kepala negara.

(9) “Gadis itu telah mempunyai pengikut yang banyak pula, bukan hanya sesama

perempuan tetapi juga pria. Sudah bisa ditebak, jika ia berminat jadi pemimpin

negara, pada saatnya ia punya pendukung lebih dari cukup banyaknya.” (hlm. 30) Kemudian, apakah benar gadis ini akan menjadi pemimpin negara? Belum dapat

dipastikan. Ada suatu peristiwa di mana Komplotan Pisau Belati memperkosa dan

menyiksanya di penginapan ketika ia sedang sendirian. Setelah peristiwa tragis itu, gadis

ini pergi tanpa sepengetahuan siapa pun.

(10) “…memegangi kedua tangan dan kakinya, merobek-robek busana pria yang

dikenakannya, lantas ia diperkosa. Tak kurang dari sepuluh orang di kamar itu.

Gadis itu disayat-sayat wajahnya…. Ia dicampakkan begitu saja di tempat tidur.

Namun ketika para pelajar pulang dari pesta rakyat balapan unta di luar

kota, gadis itu sudah tak ada. Hanya darahnya berlepotan pada tilam, sebagian

jadi bercak yang terinjak-injak di lantai. Ia hilang lenyap seperti ditelan bumi.”

(hlm. 32) Berdasar pada uraian tadi, dapat dimunculkan suatu praduga: gadis itulah yang

kelak akan disebut Tirana. Meskipun pengarang tidak menjelaskan apakah Komplotan

Pisau Belati juga “mencongkel” mata gadis itu, kecerdasan dan kecemerlangan gadis itu

cukup dapat dijadikan alasan jika kelak ia berkuasa, terlebih ia punya banyak pengikut.

Hal ini dapat digunakan sebagai alasan pembenar bahwa Tirana ternyata perempuan

terindah yang wajahnya disayat-sayat dan diperkosa, seandainya pengarang secara

gamblang memberikan pendeskripsian atau peristiwa lain yang mendukung. Ironisnya,

dalam keseluruhan kisah Negeri Senja selanjutnya tidak ada kejadian atau peristiwa

kaitan yang secara langsung menunjukkan bahwa Tirana adalah seorang mantan gadis

cantik korban perkosaan.

Page 41: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

28

Lalu bagaimana dengan kemungkinan kedua: Tirana adalah seorang pria yang

berkasih-kasihan dengan Guru Besar yang kemudian merana karena kekasihnya

berkhianat. Bukti-bukti yang mendukung praduga ini ada pada bagian empat, khususnya

pada Kisah Cinta Tirana, Jika Memang Benar Adanya. Melalui tokoh “aku”, kisah cinta

Puan Tirana deras mengalir. Diceritakan bahwa Tirana pernah berkasih-kasihan dengan

Guru Besar, dan bersamanya pula ia melakukan pemberontakan kepada penguasa

pendahulunya.

(11) “…Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta pada masa remajanya telah

menjalin hubungan cinta dengan seorang pria yang kelak akan menjadi Guru

Besar di Kuil Matahari. Bersama-sama mereka berdua menggalang gerakan

perlawanan terhadap penindasan penguasa… dan hanya setelah penguasa saat itu

digulingkan maka Tirana yang sudah buta dan sejak dulu memang tidak pernah

terlihat wajahnya bisa kembali menghirup udara.” (hlm. 148-149)

Sekeluarnya Tirana dari penjara, ia menemui kenyataan kekasihnya itu telah

berpaling. Tragis baginya, perempuan yang membuat kekasihnya berpaling itulah yang

ternyata merebut kekuasaan dan mengangkat kekasihnya itu sebagai Guru Besar di Kuil

Matahari (hlm. 149). Dan ternyata penguasa baru itu juga tidak kalah kejam dari

penguasa Negeri Senja sebelumnya, dan menindas rakyat dengan semena-mena.

Penguasa baru itu benar-benar ingin menguasai segalanya, terlebih ia juga bermain cinta

dengan Guru Besar di altar pemujaan Kuil Matahari. Melihat kejadian ini, Tirana tidak

tinggal diam.

(12) “Atas nama rakyat, maupun atas nama sakit hatinya sendiri, Tirana berhasil

menggulingkan kekuasaan dan menghukum penghinaannya kepada agama

dengan kekejaman yang setimpal…. Perempuan yang telah merebut kekasihnya

itu dibakar di altar itu juga….

Page 42: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

29

Begitu kejamnya sikap Tirana terhadap perempuan yang tadinya sangat

berkuasa, tapi kemudian bernasib sangat malang itu, sikapnya pada Guru Besar

tidak bisa dimengerti, karena ternyata ia tidak menghukumnya sama sekali.”

(hlm. 150)

Sampai di sini apakah tabir misteri Tirana sudah dapat dikatakan terkuak? Bukti-

bukti di atas kiranya barulah sedikit menyingkap tabir misteri itu. Untuk tahu lebih pasti

mengenai jati diri Puan Tirana diperlukan bukti lain lagi. Kenyataan bahwa Tirana tidak

mengambil tindakan apa pun terhadap Guru Besar dapat diasumsikan sebagai Tirana

masih menyimpan cinta terhadap Guru Besar. Akan tetapi cinta Tirana ini sepertinya

tidak berbalas. Guru Besar yang dicintai begitu rupa oleh Tirana lebih memilih sebagai

oposan. Periksa kutipan berikut.

(13) “Diceritakan juga betapa Tirana meskipun tiada pernah berbicara,

sebetulnya masih mencintai kekasih yang berkhianat itu dengan seluruh jiwanya.

“…Guru Besar tampaknya memilih untuk bersikap sebagai lawan, terbukti

dengan usahanya mencari Penunggang Kuda dari Selatan… bisa menyelamatkan

keadaan.” (hlm.152) Meskipun demikian bukan berarti Tirana tidak tahu menahu akan usaha pencarian

Penunggang Kuda dari Selatan tersebut. Tirana tahu akan hal itu, namun ia mendiamkan

saja. Kenyataan ini makin membuktikan bahwa Tirana masih menyimpan cinta pada

Guru Besar.

(14) “Usaha pencarian Sang Juru Selamat itu tentu sudah diketahui pula oleh

Tirana dan ternyata didiamkan saja… karena kemungkinan besar ia terlalu

mencintai bekas kekasih yang telah menghianatinya.” (hlm. 152)

Akan tetapi, Tirana tidak merealisasikan cintanya tersebut. Justru Tirana

menunjukkan sikap yang kontras dengan kondisi batinnya. Logikanya jika seseorang

Page 43: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

30

mencintai orang lain umumnya akan mengapresiasikan cintanya itu dengan bersikap

lembut terhadap orang yang diharapkan menerima cintanya. Namun, nyatanya Tirana

tidak sudi Guru Besar itu menjumpainya.

(15) “Pada 150 tahun pertama kekuasaannya, setidaknya setahun sekali Tirana

datang ke Kuil Matahari untuk berdoa… namun ia tak sudi Guru Besar itu

menjumpainya.” (hlm. 151) Cinta Tirana terhadap Guru Besar agaknya mengalami perubahan orientasi: cinta

platonik. Pengertian cinta platonik sendiri ialah cinta yang sepenuhnya ideal yang tidak

mempunyai hubungan apa pun dengan tubuh manusia, khususnya seksualitas manusia.

Cinta ini hanya sebatas ide-ide yang abadi dan lebih benar. Orang yang mengalami cinta

ini biasanya akan menunjukkan kekontrasan sikap antara perasaan dan tingkah lakunya

(Lepp, 2006: 84-88). Tirana juga didera kekontrasan sikap.

(16) “… cinta telah membuatnya (Tirana, pen) tiada bijaksana, sehingga

tindakannya penuh pertentangan dalam dirinya, karena penolakan dan pengakuan

cinta yang menguak hatinya bersama-sama.” (hlm. 153) Sebagai pelampiasannya, Tirana menyalurkan rasa permusuhan sekaligus cintanya

terhadap Guru Besar dengan menindas rakyat. Pertentangan cinta keduanya inilah yang

mengakibatkan rakyat Negeri Senja tertindas, dan akhirnya melakukan pemberontakan

karena sudah tidak percaya lagi kepada janji Guru Besar.

(17) “…betapa kisah cinta keduanya telah meruncing dan terwujud dalam

perseteruan yang mengorbankan negara.

Cinta yang berantakan telah menghancurkan hubungan kedua pilar

negara; Guru Besar tidak mendapatkan lagi kepercayaan umat, kecuali janji

penyingkiran Tirana dengan mencari juru selamat bernama Penunggang Kuda

dari Selatan, tetapi yang semakin tidak bisa dipercayai; sedangkan Tirana bagai

melampiaskan cinta dalam penindasan berkepanjangan yang tiada pernah

memuaskan hatinya.” (hlm. 192-193)

Page 44: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

31

Berdasarkan uraian di atas makin nyatalah jati diri Puan Tirana. Tokoh misterius

ini ternyata seseorang yang pernah menjalin cinta dengan Guru Besar dan kemudian

dikhianati oleh kekasihnya tersebut. Pengkhianatan cinta itu menimbulkan seteru yang

kemudian menjadi sebuah petaka besar bagi penduduk Negeri Senja, dan perseteruan

cinta inilah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa pembangun konflik dalam

keseluruhan roman Negeri Senja.

Namun begitu bukan lantas serta merta dapat disimpulkan bahwa Tirana adalah

seorang pria yang berkasih-kasihan dengan Guru Besar (lihat kutipan (7)). Hal ini

dikarenakan tidak ada peristiwa pendukung yang dapat menjelaskan bahwa Tirana

berkelamin pria. Dalam keseluruhan narasi mengenai Tirana lebih sering disebut sebagai

wanita, terutama penyebutan “Puan Tirana” yang mengacu pada gender wanita

(feminim), kata “Puan” juga setara dengan miss (Bahasa Inggris).

Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa Tirana adalah seorang gadis korban

perkosaan yang kemudian menjalin cinta dengan Guru Besar. Asumsi ini didasarkan pada

kemungkinan lenyapnya Tirana setelah diperkosa (kutipan (10)), Tirana mengubah

penampilannya: menutupi seluruh tubuh dan wajahnya dengan kain hitam, dan kemudian

bertemu dengan Guru Besar. Alasan ini diperkuat oleh narasi yang menggambarkan

bahwa Tirana dengan Guru Besar pernah menjalin cinta pada masa muda (kutipan (11)),

sementara pada saat Tirana “kabur” usianya baru dua puluh tahun (kutipan (8)). Dari sini

ada perolehan kesimpulan, yakni bahwa Tirana adalah seorang gadis cantik yang pada

masa mudanya pernah diperkosa oleh Komplotan Pisau Belati, kemudian mengasingkan

diri dan bertemu dengan Guru Besar untuk menjalin cinta sebelum akhirnya berkuasa.

Page 45: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

32

Jadi, pengakuan pengarang—melalui tokoh “aku”—soal siapa sebenarnya Tirana

(kutipan (7)) tidak lebih sebagai usaha pengarang untuk menyembunyikan, jika tidak

dikatakan memberi “ruang kosong”, jati diri Tirana dari pembaca.

2.4 Teknik Penyajian Tokoh Tirana

Setelah secara panjang-lebar kita diajak menelisik jati diri tokoh Puan Tirana

Sang Penguasa yang Buta, maka selanjutnya kita akan melihat bagaimana modus

penghadiran tokoh Tirana. Bagaimana pengarang menghadirkan tokoh ini: jenis teknik

pelukisan tokoh yang mana yang digunakan pengarang? Meskipun uraian pada bagian

sebelumnya sangat membantu dalam kaitannya dengan teknik pelukisan tokoh yang

dipakai oleh pengarang, namun teknik pelukisan tokoh akan dibahas secara lebih lanjut

pada bagian ini.

Menyoal penokohan tentu saja harus berurusan dengan bagaimana tokoh tersebut

dihadirkan (diceritakan) oleh pengarang ke hadapan pembaca. Pengarang, demi mencapai

efek artisitik tertentu, hampir dapat dipastikan senantiasa mempertimbangkan teknik

pelukisan tokoh untuk digunakan ketika menghadirkan tokoh rekaannya tersebut.

Nurgiyantoro (2005) mengatakan, masalah penokohan dalam karya tak semata-mata

hanya berhubungan dengan masalah pemilihan jenis dan perwatakan tokoh cerita saja,

melainkan juga bagaimana melukiskan kehadiran dan penghadirannya secara tepat

sehingga mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan.

Perlu untuk diketahui, ada dua teknik pelukisan tokoh menurut Nurgiyantoro

(2005) yang biasa digunakan, yakni teknik pelukisan langsung (teknik ekspositori) dan

teknik pelukisan tidak langsung (teknik dramatik). Pada teknik ekspositori, atau sering

Page 46: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

33

disebut teknik analitis, pelukisan tokoh dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian,

atau penjelasan secara langsung. Sementara, penampilan tokoh dalam teknik dramatik

dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit

sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan tokoh cerita untuk

menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktifitas yang dilakukan, baik secara

verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan, dan juga melalui peristiwa yang

terjadi.

Berdasar atas pengertian tersebut, marilah kita lihat bagaimana pengarang

menghadirkan tokoh Tirana ke hadapan pembaca. Beberapa kutipan di atas kiranya dapat

memberi sedikit kejelasan mengenai teknik pelukisan yang digunakan. Oleh pengarang,

Tirana lebih sering dikisahkan secara analitik, yakni pengarang memberikan deskripsi

langsung mengenai sikap, tingkah laku, kebiasaan, serta tabiat Tirana. Untuk lebih

jelasnya, silakan periksa kembali kutipan (2) sampai dengan kutipan (6). Dari situ dapat

diperoleh kejelasan mengenai busana serta kerudung hitam yang senantiasa dikenakan

tokoh Tirana, yang memiliki sifat kejam, dideskripsikan secara langsung oleh pengarang.

Selain itu juga dapat diketahui bahwa Tirana ternyata mempunyai kemampuan membaca

pikiran melalui cahaya senja.

(18) “…Tirana mampu membaca pikiran siapapun hanya selama terdapat cahaya.

Tirana membaca pikiran melalui cahaya, dan di Negeri Senja artinya Tirana

membaca pikiran melalui cahaya senja.” (hlm. 68)

Untuk mempertegas bahwa pengarang lebih sering menggunakan teknik analitis dalam

menghadirkan Tirana, berikut saya berikan satu bukti lagi.

(19) “Dunia Tirana adalah dunia kegelapan, namun tidak ada yang gelap bagi

Tirana karena ia sendiri buta. Dalam kebutaannya ia mengenal segalanya dengan

Page 47: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

34

baik menembus kegelapan, sehingga meskipun dunianya gelap, tak ada yang

lebih jelas bagi Tirana selain segala sesuatu di balik kegelapan itu.” (hlm. 66)

Akan tetapi, berangkat dari penjelasan di atas, bukan lantas dapat dikatakan

pengarang mutlak menggunakan teknik analitis ketika menyajikan tokoh Tirana. Untuk

mencapai suatu efek artistik pengarang juga menyelingi teknik analitisnya dengan

penggunaan teknik dramatik. Pada kasus ini sepertinya pengarang sadar benar akan

kelemahan dan kelebihan masing-masing teknik pelukisan tokoh. Untuk menutupi

kelemahan teknik analitis, yang cenderung kaku dan tidak memberi keleluasaan tafsir

pembaca, pengarang menggunakan teknik dramatik agar tokoh Tirana terkesan alami dan

multi-intepertable bagi pembaca. Penggunaan teknik dramatik ini, khususnya, tampak

ketika pengarang tidak memberi kejelasan mengenai jenis kelamin Tirana. Di sini

pengarang memberikan kebebasan bagi pembaca untuk menentukan sendiri jenis kelamin

Tirana—tulisan ini menyimpulkan Tirana berkelamin wanita.

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa pengarang menggunakan kedua teknik

pelukisan tokoh, yang ditawarkan Nurgiyantoro (2005), secara bergantian: variatif.

Penggunaan kedua teknik pelukisan tokoh secara sekaligus ini berakibat pada semakin

alami dan menambah efek artistik tokoh Puan Tirana ketika “menjumpai” pembaca.

Kedirian tokoh Tirana yang misterius tersebut dapat dirasakan pembaca sebagai tokoh

nyata yang benar-benar ada di sekitarnya, meskipun tentu saja diperlukan kekuatan

imajinatif dari masing-masing pembaca untuk mengkonstruksikan wujud Tirana.

Lantaran kehadiran tokoh Tirana yang alami dan memiliki sifat kesepertihidupan, maka

kita dapat menilai pengarangnya berhasil menghadirkan tokoh Tirana kehadapan

pembaca.

Page 48: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

35

Keberhasilan pengarang dalam menghadirkan tokoh Tirana mau-tidak-mau

berimbas pada kemudahan pembaca—dalam hal ini saya—untuk mengidentifikasi

kedirian tokoh Puan Tirana. Kedirian yang dimaksud meliputi sifat, watak, kondisi fisik

dan bahkan kemampuan metafisika tokoh Tirana. Secara fisik, Tirana digambarkan

sebagai seorang perempuan buta yang senantiasa berjubah dan berkerudung hitam.

Perempuan buta ini memiliki sifat yang kejam dan tak kenal ampunan, dan sering kali

memaksakan kehendak. Sifat kejamnya itu tak mungkin dapat terbendung karena ia

termasuk wanita yang memiliki kelebihan, salah satunya membaca pikiran. Tokoh Tirana

memiliki status sosial yang istimewa sebab dialah pemimpin Negeri Senja. Tetapi,

“keistimewaan” Tirana ini bukan tanpa cacat karena ternyata Tirana menderita luka batin

(: dendam cinta) yang cukup parah akibat ditinggal kekasihnya. Rasa dendam cintanya itu

ia lampiaskan dengan cara menindas rakyat Negeri Senja. Kepada rakyatnya, Tirana

bertindak sewenang-wenang: menjadikan kehidupan Negeri Senja sebagai kehidupannya.

Sikap kepemimpinan Tirana yang keji, tak kenal kasihan, dan absolut ini menjadikannya

seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat diktator.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai sifat dan sikap kepimimpinan diktator

Tirana silakan buka halaman berikutnya: Bab III. Pada bagian tersebut akan digelarkan

berbagai sikap diktator Tirana. Kediktatoran Tirana ini akan ditelusuri dengan pisau teori

yang ditawarkan Jules Archer (2004).

Page 49: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

36

BAB III

KEDIKTATORAN TOKOH

PUAN TIRANA SANG PENGUASA YANG BUTA

DAN

BERBAGAI PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA IKUTANNYA

Sebuah karya seni hampir bisa dipastikan selalu berangkat dari kegelisahan si

kreator yang dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya sebagai mahluk sosial, sehingga

mau-tidak-mau pesan-pesan dan bahkan kritik sosial niscaya termaktub dalam karya yang

dihasilkannya. Kenyataan ini tak urung juga mendera karya sastra, sebagai sebuah genre

seni. Menurut buku usang—yang ternyata masih menjadi “kitab suci” mahasiswa

sastra—karangan Wellek-Warren (1989), seorang sastrawan dalam mencipta sastra tidak

bisa lepas dari situasi sosial yang melingkupinya; apa yang didengar, dilihat, dan

dirasakan sastrawan itulah yang nantinya akan berpengaruh besar pada karya ciptaannya.

Dengan demikian, maka sebenarnya membaca sastra adalah juga membaca dunia, karena

pembaca selalu dihadapkan pada peristiwa-peristiwa sosial yang diusung sebuah karya

sastra.

Pada ranah pengertian sastra sama dengan dunia, tidak berlebihan kiranya apabila

roman Negeri Senja ditempatkan sebagai sebuah semesta yang memiliki kenyataan

sosial. Peristiwa sosial dalam roman tersebut yang berhasil saya tangkap, salah satunya,

adalah sikap diktator seorang pemimpin, dalam hal ini tokoh Puan Tirana Sang Penguasa

yang Buta, yang selanjutnya akan menjadi lingkup bahasan pada bagian ini.

Pada bagian sebelumnya (bab II) kita telah mengetahui bagaimana jati diri tokoh

Tirana. Secara panjang lebar peristiwa-peristiwa yang mendukung kedirian Tirana

Page 50: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

37

diuraikan hingga akhirnya didapat perolehan kesimpulan identifikasi tokoh dan

penokohan Tirana. Dalam bab tersebut, bagaimanapun juga, sedikit sifat-sifat diktator

Tirana sebagai pemimpin Negeri Senja mulai terlihat. Oleh sebab itu, pada bab tiga ini

kita akan diajak melihat pendeskripsian secara khusus dan lebih rinci mengenai

kediktatoran Tirana serta berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukannya.

Namun demikian, sebelum perbincangan menjadi semakin larut, ada baiknya jika

kita tengok kembali pengertian diktator. Dalam pengertian paling sederhana, diktator

adalah seorang penguasa yang mencari dan mendapatkan kekuasaan mutlak

pemerintahan tanpa (biasanya) memperhatikan keinginan-keinginan nyata dari rakyatnya.

Oleh karena itu, diktator biasanya bertindak memaksakan kemauan politiknya. Ia tidak

membutuhkan dasar hukum, tidak mengupayakan dukungan parlemen sebagai

representasi demokrasi, dan tidak juga melibatkan keinginan pemangku kepentingan

(Hukum online, 2006). Diktator bukanlah seorang pewaris tahta. Dia sama sekali tidak

memiliki hak waris semacam itu; rakyat atau kaum bangsawan tidak mengenalinya dari

pandangan seperti itu. Selanjutnya, oleh Archer (2004: 19) diktator dikatakan memiliki

lima sikap utama, yakni (i) sebagian besar diktator menyembunyikan nafsu berkuasanya

di balik sikap sebagai pendobrak dengan motif dan alasan-alasan yang luhur; (ii) diktator

secara terang-terangan menggunakan teror untuk menyurutkan setiap usaha untuk

menggulingkannya; (iii) diktator menggunakan taktik memecah belah dan melumpuhkan,

demi bertahan pada kekuasaannya; (iv) diktator selalu memelihara pertentangan golongan

di bawah payung nasional sehingga mereka tidak mampu menggabungkan kekuatan dan

kemudian menyerangnya; dan (v) diktator selalu mencari peluang untuk meyakinkan

rakyat dengan berusaha menentang kekuatan-kekuatan besar di dunia. Dengan demikian,

Page 51: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

38

dapatlah dipastikan seorang diktator akan selalu sewenang-wenang dalam menjalankan

roda pemerintahannya, yang direalisasikan dalam bentuk pelanggaran hak asasi manusia.

Dalam rangka bertahan pada kursi kekuasaannya ternyata Tirana cenderung

menggunakan taktik memecah belah dan melumpuhkan, serta menggunakan teror untuk

menyurutkan setiap usaha untuk menggulingkannya. Nah, untuk itu marilah kita lihat

bagaimana Tirana memainkan peranannya sebagai seorang diktator. Sikap-sikap diktator

apa sajakah yang ia gunakan, dan hak-hak asasi apa sajakah yang dilanggar Tirana?

3.1 Taktik Memecah Belah dan Melumpuhkan

Kiranya kita masih ingat penelusuran jati diri Tirana (Bab II) yang penuh dengan

misteri sehingga membutuhkan banyak informasi guna menyimpulkan bahwa ternyata

Tirana adalah seorang perempuan buta. Misteri ini pun berlaku pada sejarah naiknya

Tirana ke tampuk kekuasaan Negeri Senja. Penduduk Negeri Senja sama sekali tidak

megetahui kapan dan dengan cara apa Tirana berkuasa.

(20) “Naiknya Tirana ke puncak kekuasaan diselaputi misteri. Tidak seorang pun

saksi hidup yang dapat berkisah tentang bagaimana perempuan itu berkuasa. (…)

dan di negeri itu catatan sejarah yang bisa dibaca tidak ada sama sekali. (….)

Pada saat Tirana naik tahta, ia juga menghapus jejak para pendahulunya—namun

ia sendiri tidak memerintahkan untuk menulis apapun. Ia membiarkan sejarah

dan masa lalu gelap…. (hlm. 64) Di sini mulai terendus kediktatoran Tirana, yakni pembungkaman terhadap

kemerdekaan berpikir penduduk Negeri Senja. Dengan tidak diizinkannya penulisan

sejarah, dapat diartikan Tirana telah melaksanakan taktik memecah belah dan

melumpuhkan gerakan perlawanan bahkan sejak dalam alam pikiran. Karena

kemerdekaan pikiran merupakan suatu keadaan yang bisa mengancam kekuasaan Tirana,

Page 52: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

39

maka apa saja yang berbau kebebasan berpikir sangat diharamkan berlangsung di Negeri

Senja.

(21) “… di Negeri Senja secara resmi penyebaran pengetahuan yang memperluas

cakrawala pemikiran dilarang.” (hlm. 122)

Kemerdekaan pikiran bagaimanapun juga merupakan suatu keadaan yang

memungkinkan manusia untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan

berpikir dan kemudian merealisasikan pikirannya tersebut dengan tindakan-tindakan

nyata seseorang dapat menjadi manusia seutuhnya yang berhak atas kebebasan dan

kehidupan yang layak sesuai dengan harkat dan martabatnya, dan apabila kemerdekaan

berpikirnya itu dikekang maka seseorang dapat dipastikan akan memberontak, termasuk

memberontak kekuasaan. Akan halnya dengan kebebasan pikiran ini, Tirana juga sangat

takut dengan ancaman yang ditimbulkan oleh kemerdekaan berpikir. Demi memecah

belah dan melumpuhkan alam pikiran gerakan perlawanan, Tirana selalu sibuk menindas

kebebasan pikiran orang-orang Negeri Senja.

(22) “… kebebasan pikiran adalah satu-satunya hal yang ia takutkan. Sejarah

kekuasaan Tirana adalah usaha menindas kebebasan pikiran itu, karena dengan

pikiran kita bisa menolak kekuasaan.” (hlm. 70)

Ketakutan Tirana pada berlangsungnya kebebasan pikiran makin menjadi: Tirana,

dengan alat kekuasaannya, senantiasa berusaha membungkam kebebasan pikiran. Dalam

roman Negeri Senja digambarkan betapa orang-orang yang memikirkan perlawanan

selalu hidup dalam kegelapan demi menghindari terbacanya pikiran oleh Tirana. Maka,

para kaum cendekia senantiasa hidup dalam kegelapan. Dari kegelapan ke kegelapan

inilah kaum cendekia Negeri Senja menyebarkan isu-isu perlawanan.

Page 53: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

40

(23) “… tetap juga para cendekiawan menyebarkan pikiran-pikiran bebas dalam

kegelapan setiap kali ada kesempatan.” (hlm. 72)

“Di pojok-pojok gelap para cendekiawan memusatkan pikiran, segenap

pengertian disebarkan sembari menghindari cahaya, seperti bayangan yang

bersembunyi di balik bayang-bayang.” (hlm. 76)

Untuk menyiasati pergerakan kemerdekaan berpikir kaum cendekia ini, Tirana tidak

kehabisan cara guna membungkamnya. Tirana menyebarkan mata-mata untuk

memberangus kebebasan pikiran tersebut. Hal ini membuktikan bahwa Tirana sangat

sadar akan bahaya kebebasan pikiran.

(24) “Mata-mata Istana terus menerus disebarkan dan memang berada di mana-

mana, karena Tirana lebih takut kepada kencendikiaan daripada kekerasan.”

(hlm. 77)

“… pembebasan jiwa dan pikiran hanya berarti kekalahan bagi Tirana yang

mengukur kekuasaannya dengan ketertundukan dan ketaklukan.” (hlm. 128)

Dari sana makin terlihat nyata bahwa Tirana sangat sadar akan bahayanya

kebebasan pikiran, karena dengan kebebasan pikiran perlawanan akan dengan mudah

dilaksanakan. Oleh karena itu, Tirana membungkam segala bentuk kebebasan

berpendapat yang memungkinkan terjadinya penyebaran informasi (pengetahuan). Tirana

memerintahkan pasukan pribadinya (: Pengawal Kembar) untuk mengeksekusi siapa saja

yang bertukar pendapat, berkumpul, dan menyebarkan isu perlawanan.

(25) “Para Pengawal Kembar menggerebek rapat-rapat dan diskusi, pertemuan

lebih dari lima orang sudah dianggap sebagai persekongkolan untuk melakukan

penghianatan.” (hlm. 68)

Selain mematikan segala bentuk diskusi terbuka, Tirana juga tidak pernah mengizinkan

berdirinya sebuah partai.

Page 54: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

41

(26) “… di Negeri Senja tidak ada partai yang tidak dilarang, bahkan partai milik

negara atau pemerintah yang memegang kekuasaan pun tidak diperkenankan

Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta.” (hlm. 188)

Dengan melarang adanya partai di Negeri Senja dapat diasumsikan Tirana telah

mengacuhkan suara rakyatnya, karena keberadaan partai di sebuah negara merupakan

wujud dari demokrasi di mana aspirasi warga negara dapat tersalurkan. Keadaan ini

makin memperlihatkan kedirian Tirana sebagai seorang diktator—sebagaimana

dijelaskan di muka, bahwa seorang diktator tidak mengupayakan parlemen sebagai

representasi demokrasi (Hukum online, 2006).

Lebih jauh lagi, agar kediktatorannya makin kukuh, Tirana menyebarkan rumor—

saya mengatakan demikian lantaran pengarangnya tidak memberi ketegasan tentang

“kebenaran” ini—bahwa ia dapat membaca pikiran melalui perantara cahaya.

(27) “Tirana juga dikatakan mampu membaca pikiran…. Tentu saja hal ini juga

simpang siur, karena bagaimana caranya orang tahu bahwa Tirana mampu

membaca pikiran? Namun hal ini sudah cukup menjadi alasan untuk melakukan

apapun yang dikehendaki pemegang kekuasaan.” (hlm. 67)

Keadaan seperti ini dapatlah dikatakan sebagai suatu strategi seorang diktator dalam

rangka bertahan pada kekuasaannya. Diktator lebih memilih ditakuti oleh rakyatnya

ketimbang dicintai. Pilihan itu sangatlah lazim bila seseorang ingin bertahan pada kursi

kekuasaan, sebab orang lebih mudah melawan dia yang berusaha dicintai daripada yang

ditakuti karena cinta bertahan berkat rangkaian kewajiban yang, karena orang bersifat

keakuan, berhenti segera sesudah dipenuhi; tapi rasa takut tetap bertahan karena selalu

ada ancaman hukuman (Machiavelli via Calne, 2005: 172).

Page 55: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

42

Untuk menunjukkan bahwa Tirana layak ditakuti oleh rakyat Negeri Senja maka

kerap kali ia memerintahkan pasukannya untuk menghukum, dengan cara apapun, para

pembangkang. Kekejaman Tirana ini tampak salah satunya pada peristiwa ketika

dilakukan pemburuan terhadap kaum cendekiawan yang membaur dengan kaum fakir.

Aparatur kekuasaan Tirana dengan terang-terangan melakukan penganiayaan keji, tidak

manusiawi!

(28) “Kemudian tibalah pasukan berkuda yang berderap dari segala mulut lorong,

langsung menyerang para fakir. (…) suara cambuk meledak-ledak menghajar

para fakir yang tidak mengaduh meski tetap terdengar juga desah menahan

keluh…. Para prajurit itu turun dari kuda

dengan cambuknya, lantas melecut-lecutkannya ke tubuh orang-orang fakir

dengan ganas sedangkan kudanya masih terus menginjak-injak pula. Cambuk itu

sampai mencabik busana mereka yang memang sudah cabik-cabik dan

bertambal-tambal… kulihat pula kulit yang tercabik di balik busana yang

tercabik.” (hlm. 86-87)

Kekerasan yang dilakukan Tirana jelas-jelas merupakan suatu kekhasan perilaku

seorang diktator. Efek jera bagi rakyat yang membangkang adalah satu-satunya jalan.

Rahman (1994) mengatakan, totaliterisme merupakan awal dari semua kediktatoran, dan

penghinaan terhadap umat manusia serta kehidupan bersama. Totaliter dalam cara

berpikir dan totaliter dalam cara bertindak. Karena keyakinan akan kebebasan absolut

sebuah cara berpikir, maka akibatnya perkembangan kemanusiaan dan kreativitas yang

menghendaki kebebasan berpikir dan sikap kritis harus menjadi jenazah yang tidak boleh

ditangisi siapa pun. Kediktatoran Tirana ini lagi-lagi menampakkan tajinya kepada orang-

orang yang nekat melakukan diskusi dan penyebaran pengetahuan. Kepada pembangkang

seperti mereka, Tirana bertindak lebih sadis! Amati kutipan berikut.

Page 56: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

43

(29) “Suatu ketika dalam masa pemerintahannya, ia (Tirana, pen) menggerebek

sebuah seminar tentang politik dan kekuasaan di perguruan tinggi terakhir yang

pernah ada di Negeri Senja. Saat itu juga ia menggantung semua orang yang

hadir…. Tidak kurang dari 319 orang, termasuk kaum perempuan, digantungnya

di bawah langit senja yang merah membara begitu rupa….” (hlm. 142)

Seorang diktator haruslah membuat dirinya ditakuti sedemikian rupa, dan tidak

perlu merasa khawatir terhadap kecaman yang ditimbulkan karena kekejamannya selama

ia mempersatukan dan menjadikan rakyatnya setia (Machiavelli, 1987). Lantas, apakah

usaha Tirana untuk menakut-nakuti rakyatnya tersebut berhasil, dan seperti apa bentuk

ketertundukan rakyat Negeri Senja terhadap kekuasaannya?

(30) “Ia (Tirana,pen) seperti tiba-tiba saja sudah berada di dalam istana. Orang

hanya tahu betapa ia sangat ditakuti.” (hlm. 65) Wujud nyata dari kepatuhan rakyat Negeri Senja kepada Tirana ini dapat dilihat dari

kebiasaan mereka yang harus berada di tepi jalan untuk menyaksikan Tirana lewat. Lebih

dari itu, karena Tirana dikatakan dapat membaca pikiran, rakyat Negeri Senja sama sekali

tidak berbicara ketika berada di luar rumah. Rumor Tirana yang dapat membaca pikiran

dan melakukan apa saja yang dikehendakinya, ternyata mampu menciptakan suasana

keramaian tanpa suara.

(31) “… adat istiadat atau kebiasaan di Negeri Senja, yang merasa harus berada

di tepi jalan dan menyaksikan apabila Tirana Sang Penguasa keluar dari istana

dan lewat. (….) Di jalan utama mereka menunggu tanpa suara, seperti tak ada

lagi yang perlu dibicarakan.” (hlm. 57)

“… begitu banyak orang bukan hanya pendiam melainkan takut bicara sehingga

begitu banyak orang di jalan suatu ketika tetapi tidak ada yang berbicara.” (hlm.

36)

Page 57: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

44

Kesewenang-wenangan (baca: kediktatoran) Tirana dalam menjalankan

kekuasaannya memang makin terlihat nyata sehingga memancing tanya, gerangan apakah

kehidupan Negeri Senja yang diinginkan Tirana? Kiranya kutipan berikut akan

membuktikan betapa kesewenangan Tirana makin menjadi.

(32) “Tirana menghendaki Negeri Senja hidup dalam kegelapan, tanpa masa lalu

dan tanpa masa depan, tanpa sejarah dan tanpa pengetahuan….” (hlm. 71)

Sampai di sini sikap diktator Tirana yang direalisasikan dalam bentuk taktik

memecah belah dan melumpuhkan mulai menunjukkan hasil nyata. Oleh Tirana, segala

upaya yang mengancam kedudukannya sebagai seorang penguasa dapat dengan mudah ia

singkirkan. Bahkan, Tirana telah memecah belah dan melumpuhkan pergerakan rakyat

Negeri Senja sejak di alam pikiran. Kenyataan ini mampu mengkondisikan rakyat Negeri

Senja senantiasa diam, penuh ketakutan, dan tak punya nyali untuk melawan. Kalau pun

ingin melakukan perlawanan, sangat kecil kemungkinan untuk berhasil. Meskipun ada

juga beberapa kelompok yang kelak melakukan pemberontakan besar-besaran, tetapi

pada kenyataannya kebanyakan rakyat Negeri Senja tetap saja tunduk terhadap kekuasaan

Tirana. Dengan demikian, dapatlah dikatakan Tirana telah berhasil bertahan pada tampuk

kekuasaannya dengan sikap diktator.

Akan tetapi, kediktatoran Tirana bukan berarti berjalan mulus tanpa ada hambatan

dan perlawanan dari rakyatnya. Rakyat Negeri Senja juga melakukan perlawanan demi

merebut kemerdekaan hak asasi mereka sebagai manusia. Perlawanan rakyat ini kelak

disikapi Tirana dengan cara menyebarkan teror demi menyurutkan setiap usaha untuk

menggulingkannya dari kursi kekuasaan.

Page 58: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

45

3.2 Teror Kepada Gerakan Perlawanan

Perlakuan kejam dan tanpa kemanusiaan Tirana, memaksa rakyatnya tergerak

untuk menghentikan kekuasaannya. Seperti telah disebutkan di atas, para cendekiawan di

bawah kegelapan senantiasa menyatukan kekuatan. Imbasnya, berbagai perkumpulan

bawah tanah banyak tumbuh di Negeri Senja untuk melawan penindasan Tirana.

(33) “Dari tahun ke tahun orang-orang Negeri Senja hidup tanpa kebebasan di

mana hidup hanya berarti melanjutkan hidup, tapi dari tahun ke tahun semangat

perlawanan tetap dipertahankan, dari kegelapan ke kegelapan.” (hlm. 69)

“… dari kegelapan jua perlawanan tumbuh di bawah payung kekuasaannya yang

muram.” (hlm. 71) Gerakan perlawanan ini ternyata sudah terkoordinir dengan rapi. Dari berbagai macam

organisasi, yang memiliki tujuan yang sama, telah memiliki suatu utusan perwakilan

untuk mengendalikan perlawanan.

(34) “Gerakan bawah tanah itu sudah memiliki suatu dewan perwakilan yang

bekerja seperti lembaga resmi, darimana seluruh gerak perlawanan

dikenadalikan.” (hlm. 106) Tumbuhnya gerakan perlawanan di Negeri Senja dapat dikatakan sebagai sebuah

resistensi rakyat terhadap represi kekuasaan. Kesabaran rakyat Negeri Senja atas

hilangnya hak mereka sebagai manusia telah mencapai titik kulminasi, sehingga tidak ada

cara lain selain merebut kembali hak-hak mereka tersebut. Ketika segela kepahitan dan

kepedihan sudah tidak tertanggungkan lagi, berada di luar kemampuan manusia untuk

menanggungnya, maka rasa memberontak akan muncul (Camus, 1988). Demikianlah

rakyat Negeri Senja melakukan pemberontakan, bahkan sejak Tirana menduduki

kekuasaan.

(35) “Semenjak Tirana menduduki kursi kekuasaan duaratus tahun lalu,

sebenarnya berlangsung pertempuran terus-menerus dan diam-diam antara

Page 59: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

46

pasukan pemerintah dan gerakan bawah tanah. (…) selalu berlangsung teror yang

dibalas dengan teror. Dari saat ke saat gerakan bawah tanah diburu, dan dari saat

ke saat pasukan pemerintah disergap.” (hlm. 104) Berlangsungnya teror antara pasukan pemerintah dengan gerakan perlawanan ini

membuktikan betapa kediktatoran Tirana mulai nampak sejak kursi kekuasaan berhasil

dikuasainya. Tentu saja Tirana tidak mungkin begitu saja membiarkan suatu pergerakan

melengserkannya dari tampuk kekuasaan. Sesuai dengan yang dikatakan Archer (2004:

19), apabila sudah mendapatkan kekuasaan, diktator secara terang-terangan

menggunakan teror untuk menyurutkan setiap usaha untuk menggulingkannya.

Teror untuk menakut-nakuti masyarakat adalah hal yang paling manjur untuk

mempertahankan kekuasaan sang diktator. Dengan menyusupkan mata-mata ke dalam

tubuh gerakan perlawanan terbukti akan langsung mematikan gerakan perlawanan itu

sendiri. Hal ini pulalah yang dilakukan Tirana. Ia mengirimkan Mata-mata Istana, yang

mampu membaca pikiran, untuk menghancurkan gerakan perlawanan. Periksa kutipan

berikut.

(36) “… gerakan perlawanan dalam duaratus tahun tak pernah hilang, meskipun

Tirana bukanlah Tirana jika tak mampu memburu dan melakukan pengejaran.

Dikerahknnya pasukan Mata-mata Istana yang telah mempelajari cara berpikir

dalam kegelapan, sehingga setiap kepentingan perlawanan memang berada dalam

ancaman pengintaian.

… kepandaian mereka (Mata-mata Istana, pen) untuk menyamar… bahkan juga

sebagai cendekiawan yang bijak dan luas pandangan, tapi memberi pengarahan

menyesatkan, sehingga kegelapan yang terhitam tak cukup aman lagi bagi

gerakan perlawanan untuk menyebarkan gagasan.” (hlm. 72)

“Bahwa dari tahun ke tahun Mata-mata Istana selalu berhasil menyamar sebagai

kaum oposan atau bahkan sebagai cendekiawan gadungan, yang sembari

mengacau strategi perlawanan dari dalam, melacak jejak para cendekiawan yang

Page 60: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

47

sebenarnya, dan segera membunuhnya pada kesempatan pertama ketika

ditemukan.” (hlm. 77)

Dalam kaitannya untuk menghancurkan gerakan perlawanan itu, tentu saja

seorang diktator tidak akan menggunakan cara-cara damai. Diktator senantiasa memakai

kekerasan demi mematikan pemberontakan yang membahayakan ke- dudukannya. Sekali

lagi, Tirana ingin menunjukkan “keperkasaannya” pada rakyat Negeri Senja.

(37) “Pada awal masa kekuasaannya Tirana melakukan pembersihan besar-

besaran. Lawan-lawan politiknya dari semua golongan disapu bersih, nyaris

tanpa sisa. Atas nama kemampuan membaca pikiran, siapapun bisa ditangkap,

ditahan, dan dihukum mati dalam keadaan apapun…. Orang-orang yang sedang

berjalan di luar rumah dengan mudah diangkut dengan tuduhan memikirkan

perlawanan.” (hlm. 68)

Kekerasan demi kekerasan serba kejam yang nir-kemanusiaan terus dilakukan

Tirana. Ia tidak pandang bulu, siapa yang melakukan pemberontakan harus dimusnahkan.

Tidak ada ampunan dan ruang gerak bagi gerakan perlawanan, semua mesti dihancurkan.

Tindakan seperti ini, lagi-lagi, dilakukan Tirana ketika suatu masa ada sekelompok orang

di daerah yang mencoba membangkang terhadap pemerintahannya.

(38) “Dalam duaratus tahun pemerintahan Tirana setiap usaha pemberontakan

bukan hanya dibungkam, tapi juga dimusnahkan. Suatu suku yang menguasai

sebuah oase di padang pasir, dan karena itu berpeluang mendirikan kota baru,

telah dibantai habis tak menyisakan seorang manusia pun. Bangunan di sekitar

oase dihancurkan kembali menjadi pasir, kebudayaannya dimusnahkan, dan tidak

satu mulut pun diizinkan menyebut nama suku itu maupun menggunakan

bahasanya.” (hlm. 113) Sungguh, betapa kekejaman Tirana tiada tandingan. Bahkan supaya kebudayaan suku

yang telah dihancurkannya itu tidak menyebar, Tirana melarang penyebutan dan

pemakaian bahasa suku tersebut. Barang siapa melanggar larangan ini, nasibnya tidak

Page 61: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

48

usah dipertanyakan lagi, Tirana tidak pernah membiarkan roh yang berani melawannya

beristirahat dengan tenang (hlm. 113).

Kekuasaan memang membuat siapa pun enggan melepasnya. Segala strategi

diupayakan untuk mencoba merebut kekuasaan, tetapi tentu si empunya tidak begitu saja

melepaskan. Berbagai pemberontakan sudah pasti akan disingkiran, meskipun

pemberontakan tersebut melalui jalan damai. Seorang diktator akan berusaha dengan

segala cara demi mempertahankan kedudukannya, kekuasaan totaliternya. Maka, untuk

menegaskan kediktatoran Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta, izinkan saya untuk

memberikan satu kutipan lagi.

(39) “Kekuasaan Tirana begitu mutlaknya dalam penghancuran. Kota yang

berumur 500 tahun dibakarnya tanpa keraguan untuk menggulung habis gerakan

perlawanan dalam lorong-lorong kegelapan….Ia ingin menghancurleburkan

budaya perlawanan sampai tidak ada sisa…” (hlm. 200).

“Tirana ingin menghapuskan keremangan yang penuh dengan rahasia kaum

perlawanan. Maka pembakaran, penghancuran, dan pembunuhan dianggap satu-

satunya jalan. Negeri Senja yang hanya terdiri dari pasir tanpa penduduk

barangkali dianggapnya sebagai keadaan yang paling aman.” (hlm. 202)

3.3 Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Dilakukan Puan Tirana

Sikap kediktatoran Tirana yang telah dikemukakan di atas bagaimanapun juga

menyiratkan berbagai tindak kejahatan terhadap kemanusiaan. Kepemimpinan Tirana

yang absolut acap kali tidak mengindahkan hak-hak asasi manusia. Dari tindak

penangkapan secara serampangan (tanpa dasar hukum) sampai dengan penyiksaan dan

bahkan pembunuhan dilakukan Tirana beserta aparatur pemrintahannya. Belum lagi,

tindakan Tirana mengekang kebebaasan berpikir orang-orang Negeri Senja. Tentu saja

hal ini sangat bertentangan dengan asas kemerdekaan dan kebebasan yang menjadi harkat

Page 62: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

49

dan martabat manusia. Berdasar pada gaya kepemimpinan diktator Tirana tersebut akan

kita cari tahu pasal-pasal manakah dari The Universal Declaration of Human Right yang

dikangkangi tokoh Puan Tirana.

Dalam “kitab” hak asasi manusia tersebut, dikatakan bahwa setiap orang berhak

berpikir sesuai kehendak mereka dan dengan sendirinya berhak mempunyai pendapat dan

menyampaikannya kepada orang lain (Rocha, 1995). Pada kasus di Negeri Senja, tokoh

Tirana telah menindas kemerdekaan berpikir rakyat Negeri Senja (periksa kembali

kutipan (20, 21, 22 dan 24)). Di sini, secara lebih khusus, Tirana telah melanggar pasal

delapan belas “Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran….” dan pasal sembilan belas

“Setiap orang berhak atas kebebasan beropini dan berekspresi; hak ini meliputi

kebebasan untuk memiliki opini tanpa intervensi serta mencari, menerima, dan

mengungkapkan informasi serta gagasan melalui media apapun dan tidak terikat garis

perbatasan.”

Pelanggaran hak asasi menyangkut kebebasan pikiran yang dilakukan Tirana

bukan berhenti sampai di situ saja. Pada kutipan (25, 26 dan 29) kiranya dapat diketahui

bahwa ternyata Tirana juga mengekang kebebasan setiap orang untuk berkumpul dan

mendirikan perhimpunan. Dalam kaitannya dengan bentuk pelanggaran ini, Tirana telah

melanggar pasal dua puluh “Setiap orang berhak atas kebebasan untuk berkumpul dan

berasosiasi secara tenang.”

Belum puas dengan melanggar hak orang untuk berkumpul dan memperoleh

informasi, Tirana pun mengebiri jenis hak asasi manusia lainnya, yakni pasal lima “Tidak

seorang pun boleh dikenai penganiayaan atau hukuman yang keji, tidak manusiawi atau

merendahkan martabat.” Pelanggaran ini terjadi pada peristiwa di pasar ketika pasukan

Page 63: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

50

kuda menyerbu dan menyiksa para fakir (kutipan 28), dan juga pada peristiwa di mana

ratusan orang digantung tanpa vonis hukum apapun (kutipan (29)). Selain itu , pada

peristiwa tersebut sekaligus juga terjadi pelanggaran terhadap pasal sembilan “Tidak

seorang pun boleh dikenai penangkapan, penahanan, atau pengasingan yang sewenang-

wenang.”

Page 64: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

51

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sebagaimana telah digelarkan di muka, analisis terhadap roman Negeri Senja ini

dilakukan untuk mengetahui tentang siapakah tokoh Puan Tirana Sang Penguasa yang

Buta serta bagaimana penokohannya, dalam hal ini menggunakan teori tokoh dan

penokohan yang dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005). Kemudian, dilanjutkan

dengan menganalisis kediktatoran tokoh Tirana menggunakan teori kediktatoran menurut

Jules Archer (2004). Bertolak dari sana, maka akan dilakukan penarikan kesimpulan

secara khusus pada bagian ini.

Sekadar mengingatkan, Nurgiyantoro (2005) mengatakan tokoh dan penokohan

adalah orang yang ditampilkan dalam karya sastra yang sekaligus memiliki kualitas

moral tertentu serta bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan sekaligus

pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas

kepada pembaca untuk kemudian memberikan tafsir atasnya. Berdasar dari pengertian

tersebut, tulisan ini berkesimpulan bahwa tokoh Puan Tirana Sang Penguasa yang Buta

adalah seorang perempuan buta yang menguasai Negeri Senja dan senantiasa

mengenakan jubah hitam serta kerudung yang sekaligus juga menutupi kepalanya. Tokoh

Tirana juga mengalami luka batin, yakni merana karena penghianatan cinta oleh tokoh

Guru Besar. Penghianatan cinta ini menjadi seteru yang kemudian menjadi petaka besar

bagi penduduk Negeri Senja karena Tirana melampiaskan dendam cintanya tersebut

Page 65: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

52

dengan cara menindas rakyat. Penindasan yang dilakukan Tirana mau-tidak-mau

membuat dirinya cenderung totaliter, menjadi penguasa yang diktator.

Identifikasi tokoh Tirana di atas tentu saja tidak mungkin didapatkan tanpa

melihat bagaimana pengarang menyajikan tokohnya tersebut. Setelah ditilik

menggunakan teropong teknik pelukisan tokoh, lagi-lagi, milik Nurgiyantoro (2005),

dapatlah dipastikan bahwa pengarang—dalam hal ini SGA—menghadirkan Tirana ke

hadapan pembaca dengan dua teknik pelukisan sekaligus, yakni pelukisan analitis dan

dramatik. Penggunaan teknik pelukisan analitis dapat diketahui pada saat pengarang

memberikan deskripsi secara langsung mengenai kondisi fisik Tirana serta bagaimana

sifat kejam Tirana. Sedangkan mengenai jenis kelamin Tirana, pengarang menggunakan

teknik dramatik: membiarkan pembaca menelisik sendiri.

Variasi dalam penggunaan teknik pelukisan tokoh tersebut akan berakibat pada

semakin alami dan menambah efek artistik tokoh Puan Tirana ketika “menjumpai”

pembaca. Kedirian tokoh Tirana yang misterius tersebut dapat dirasakan pembaca

sebagai tokoh nyata yang benar-benar ada di sekitarnya, meskipun tentu saja diperlukan

kekuatan imajinatif dari masing-masing pembaca untuk mengkonstruksikan wujud

Tirana. Lantaran kehadiran tokoh Tirana yang alami dan memiliki sifat kesepertihidupan,

maka kita dapat menilai pengarangnya berhasil menghadirkan tokoh Tirana kehadapan

pembaca.

Keberhasilan pengarang dalam menghadirkan tokoh Puan Tirana tentu saja akan

berimbas pada semakin mudahkan saya untuk mengetahui kediktatoran tokoh Tirana.

Sebagaimana telah disinggung, Tirana adalah penguasa Negeri Senja yang sangat

sewenang-wenang: diktator. Menurut Archer (2004: 19), diktator memiliki lima sikap

Page 66: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

53

utama. Pertama, sebagian besar diktator menyembunyikan nafsu berkuasanya di balik

sikap sebagai pendobrak dengan motif dan alasan-alasan yang luhur. Kedua, diktator

secara terang-terangan menggunakan teror untuk menyurutkan setiap usaha untuk

menggulingkannya. Ketiga, diktator menggunakan taktik memecah belah dan

melumpuhkan, demi bertahan pada kekuasaannya. Keempat, diktator selalu memelihara

pertentangan golongan di bawah payung nasional sehingga mereka tidak mampu

menggabungkan kekuatan dan kemudian menyerangnya. Dan, diktator selalu mencari

peluang untuk meyakinkan rakyat dengan berusaha menentang kekuatan-kekuatan besar

di dunia.

Setelah dilakukan penelisikan, ternyata dalam menjalankan kediktatorannya,

Tirana lebih cenderung bersikap menggunakan taktik memecah belah dan melumpuhkan

demi bertahan pada kekuasaannya. Dalam hal ini Tirana melakukan pembungkaman atas

kemerdekaan berpikir penduduk Negeri Senja. Wujud nyata dari pembungkaman

kemerdekaan berpikir ini dimanifestasikan Tirana dalam bentuk melarang kebebasan

berpendapat di Negeri Senja. Hal ini semakin meyakinkan bahwa Tirana sangat sadar

akan bahaya yang ditimbulkan dari kebebasan berpendapat karena dari sanalah cikal

bakal pemberontakan disemaikan. Lebih dari itu, Tirana juga melarang berdirinya sebuah

partai di Negeri Senja. Sampai di sini dapatlah disimpulkan bahwa Tirana telah memecah

belah setiap gerakan perlawanan di Negeri Senja bahkan sejak dalam alam pikiran.

Sebab, bagaimana mungkin seseorang dapat memikirkan perlawanan apabila tidak ada

pengetahuan tentang bagaimana menyusun perlawanan terhadap kekuasaan karena Tirana

melarang beredarnya segala jenis ilmu pengetahuan.

Page 67: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

54

Untuk lebih memantapkan usahanya dalam memecah belah, Tirana sengaja

menyusupkan mata-mata ke dalam tubuh gerakan perlawanan. Upaya menyusupkan

mata-mata ini tidak lain bertujuan untuk membungkam kebebasan berpendapat di

kalangan masyarakat (khususnya cendekia) Negeri Senja. Dalam usahanya ini, selain

untuk memecah belah, menyusupkan mata-mata ke dalam gerakan perlawanan sekaligus

juga merupakan wujud dari sikap lain dari kediktatoran Tirana: menggunakan teror untuk

menyurutkan setiap usaha untuk menggulingkannya.

Keadaan di mana kesewenang-wenangan berlangsung, maka tak pelak

kediktatoran Tirana telah melanggar hak asasi manusia. Lebih khusus Tirana telah

melanggar pasal lima, sembilan, delapan belas, sembilan belas dan pasal dua puluh dalam

The Universal Declaration of Human Right.

2. Saran

Penelitian yang telah saya lakukan tersebut kiranya masihlah terlalu dangkal,

sebab penelitian ini hanya menghasilkan deskripsi mengenai sikap kediktatoran tokoh

Puan Tirana. Terlebih lagi penelitian ini sama sekali tidak mengidentikkan kediktatoran

tokoh Puan Tirana dengan kediktatoran pememimpin yang pernah (tengah) berlangsung

di suatu pemerintahan negara tertentu. Kiranya roman Negeri Senja dapat ditilik dengan

menggunakan pendekatan sosiologi sastra guna memperoleh cerminan masyarakat di

mana roman ini hidup—dalam hal ini Indonesia—yang kemudian dielaborasikan dengan

sejarah kelam penguasa yang pernah hidup di negeri Indonesia.

Dengan demikian, penelitian yang saya lakukan ini dapat kiranya dijadikan

landasan tumpu bagi peneliti-peneliti yang tertarik akan persoalan kediktatoran, sehingga

Page 68: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

55

dengan begitu diharapkan akan memunculkan gagasan yang dapat mendukung atau

bahkan menjatuhkan penelitian ini.

Page 69: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

56

DAFTAR PUSTAKA

Ajidarma, Seno Gumira.1997. Ketika Jurnalisme DiBungkam Sastra Harus Bicara. Yogyakarta: Bentang Budaya.

………………2003. Negeri Senja. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Archer, Jules. 2004. Kisah Para Diktator. diIndonesiakan oleh Dimyati A.S. Yogyakarta: Narasi.

Baehr, R. Peter.1998. Hak-hak Asasi Manusia dalam Politik Luar Negeri. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia. Budiawan. 1994. Kritik Terhadap Militerisme dalam Sastra: Kasus Tiga Cerita Pendek

Seno Gumira Adjidarma tentang “Penembak(an) Misterius”. dalam majalah Bina Darma.

Calne, Donald B. 2005. Batas Nalar: Rasionalitas dan Perilaku Manusia. (Cetakan

kedua) diIndonesiakan oleh Parakitri T. Simbolon. Jakarta: KPG Camus, Albert. 1988. Krisis Kebebasan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:

Pusat Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Faruk. 2004. “Kontradiksi, Ironi, dan Keterbatasan Manusia Post-Modern di Indonesia:

Bacaan Apresiatif-Kritis terhadap Cala Ibi Karya Nukila Amal.” Makalah disampaikan dalam Hari Sastra 2004, Jurusan Sastra Indonesia dan Pusat Kajian Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 8 September 2004.

Hartoko, Dick dan B. Rahmanto.1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Koentjaraningrat.1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Kompas. 2004. Sapardi, Seno, dan Linda Christanty Raih Penghargaan Sastra Katulistiwa. Kompas 13 Oktober 2004.

Leep, Ignace. 2006. Psikologi Cinta. Cetakan kedua. Yogyakarta: Paragrad Books Luxemburg, Jan Van dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. diIndonesiakan oleh Dick

Hartoko. Jakarta: Gramedia.

Page 70: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

57

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Cetakan kelima. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Machiavelli, Nicollo. 1987. Sang Penguasa. Jakarta: Gramedia. Pradopo, Rahmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama

Media Purwodarminto, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cetakan ketujuh. Jakarta:

Balai Pustaka. Rachman, M. Fadjroel. 1994. “Demokrasi: Perjuangan Menegakkan Kedaulatan Rakyat,

dan Masyarakat Sipil yang Toleran-Kritis-Rasional” (Kata Pengantar) dalam Revolusi Demokrasi: Perjuangan untuk Kebebasan dan Pluralisme di Negara Berkembang. (Larry Diamond, Ed.) Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode Dan Teknik Penelitian Sastra Dari

Strukturalisme Hingga Postrukturalisme (cet. II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santosa, F.X, dkk. 2004.Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Prodi Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma. Shadily, Hassan.1980. Ensiklopedi Indonesia (2). Jakarta: Penerbit Buku Ichtiar Baru-

Van Hoeve Sriyani. 2000. “Pelanggaran Hak-hak Sipil Delapan Cerpen dalam Kumpulan Cerpen

Iblis Tak Pernah Mati Karya Seno Gumira Ajidarma, dan Implementasi Pelanggaran Hak-hak Sipil Cerpen Jakarta, Suatu Ketika sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMU” Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Sastra Indonesia,Universitas Sanata Dharma.

Sudjiman, Panuti.1986. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.

……………1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sumarjo, Yakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.

……………1986. Sosiologi Sastra, Persoalan Teori dan Metode. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Malaysia

Teuw, A. 1989. Sastra Indonesia Modern II. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Tempo, Ferdinandus Moses. 2005. “Kekerasan Struktural dan Personal dalam Tujuh

Cerpen dalam Kumpulan Cerpen Iblis Tak Pernah Mati karya Seno Gumira Ajidarma (Tinjauan Sosiologi Sastra)” Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Sastra Indonesia,Universitas Sanata Dharma.

Page 71: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

58

The Universal Declaration of Human Right. Undang-undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan

Penjelasannya. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. DiIndonesiakan oleh

Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Yunus, Umar. 1986. Sosiologi Sastra, Persoalan Teori dan Metode. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajar Malaysia.

(Tanpa Penulis). 2006. Sindrom Kuasa Mengatur. http://www.hukumonline.com

download 09 Oktober 2006

Page 72: KEDIKTATORAN TOKOH PUAN TIRANA SANG PENGUASA … · Buta in Seno Gumira Adjidarma roman entitles Negeri Senja. The objective of this research is to discribe the structure of the naration,

59

Sekilas Tentang Penulis

Sigit A. Nugroho adalah seorang simpatisan sastra yang lahir di pelosok

kabupaten Kendal pada 13 April 1984. Beberapa karyanya—baik artikel ataupun

karya fiksi—pernah terpampang di beberapa harian daerah. Sementara ini ia

tinggal di Sagan GK V/987 Yogyakarta 55223, sebagai salah satu “syarat” untuk

merampungkan studi di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.