kajian kontekstualisasi; al-mumtahanah : 8 ~ al-baqarah : 223 ~ al-nur : 26 pdf

12
Asbab al-Nuzul KAJIAN KONTEKSTUALISASI; Al-Mumtahanah : 8 ~ Al-Baqarah : 223 ~ Al-Nur : 26 Dosen Pembimbing: Dr. Ahmad Khusnul Hakim, MA Hasrul INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN TAFSIR HADIS TAHUN AKADEMIK 2012-2013

Upload: rulhas-sultra

Post on 26-Oct-2015

154 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

TRANSCRIPT

Asbab al-Nuzul

KAJIAN KONTEKSTUALISASI;

Al-Mumtahanah : 8 ~ Al-Baqarah : 223 ~ Al-Nur : 26

Dosen Pembimbing:

Dr. Ahmad Khusnul Hakim, MA

Hasrul

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA

FAKULTAS USHULUDDIN TAFSIR HADIS

TAHUN AKADEMIK 2012-2013

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

2 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

ASBAB AL-NUZUL;

Kajian Kontekstualisasi

Al-Mumtahanah : 8 ~ Al-Baqarah : 223 ~ Al-Nur : 26

Fakultas Ushuluddin Semester VI

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN

JAKARTA SELATAN

2012-2013

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

3 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

BAB I

PEMBAHASAN SURAH AL-MUMTAHANAH AYAT 8

A. SURAH AL-MUMTAHANAH AYAT 8

م ماالا هاك ي ااف اا ايامقاك لمكم االاا ااالااي ي ااعا اااللااوماايانا يااكر م اام ا اايمخر جمااكم ااولاا ااالاي ااومكاااباارووىم ااأنااد اإ نااإ لااهه ااوامقس بواااللوا و ه اايمح ﴾۹-٨الممتحنةا:ااسكرة﴿ا.االممقس

Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap

orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari

negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya

Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu

karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk

mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah

orang-orang yang zalim. [Q.S. al-Mumtahanah : 8]

B. ASBAB AL-NUZUL SURAH AL-MUMTAHANAH AYAT 8

Adapun sekilas riwayat-riwayat terkait asbab al-nuzul dari surah al-Mumtahanah ayat

8 dan 9, sebagai berikut:

1) Pertama:

اأبااكاأخبرنااكاالحهاار اأحماااباا امحماااعماارواأبااكاأخبرنااكاالباارار االكىااك اعباااباا امنصااكراصااكل اأبااكاأخبرنااكااهللاعباابا اعاكمراعا اثكبا، ابا امصعباع االمبكرك اب ااهللاعباأخبرنكاالحجكج اب اإبراىه اأخبرنكايعلى اوضاابك ابهكايااكابكااراأباا ابناا،اأساامك اابنتهااكاعلااىاالعاار ابناا،اعباااقتهلااةاقاام،:اقااكلاأبهااواعاا االربهاار اباا

اعاا اوساال اعلهااوااهللاصاالىاالنباا اعكئشااةالهااكافسااتل،امنرلهااك اااخلهكاولاا اىااايكىكاقباا افلاا اوأقاا اوساام امنهاااكاوقبلااا،امنرلهاااكافتدخلتهاااكا.اآلياااة ا–االاااي افااا ايقاااكلك الااا االااايي اعااا ااهللاينهاااك ا)ل:افقاااكلاذلااا اأباا اعاا االغاارال ااهللاعباااعاا االسااهكر االعبااكساأبااىاعاا اصااحهحو افاا ااهللاعباااأبااكاالحااك ارواها.ىااايكىكا.المبكركااب اع اسفهكن

Artinya: Dari Amir bin Abdullah bin Zubair memberitahu kami dari ayahnya, ia

bercerita: “Qutailah pernah datang menemui putrinya, Asma binti Abu Bakar dengan

membawa daging dhabb (biawak) dan minyak samin sebagai hadiah dan ketika itu ia wanita

musyrik. Maka Asma pun menolak pemberianya itu dan tidak memasukan ibunya ke dalam

rumahnya. Kemudian Aisyah bertanya kepada Nabi Saw mengenai hal tersebut lalu Allah

SWT menurunkan ayat ini kemudian beliau menyuruh Asma menerima pemberian ibunya itu

dan mempersilakannya masuk ke dalam rumahnya”. 1

2) Kedua:

:ااسال اواعلهاوااهللاصالىاالنبا افساتل،اراغباةاأما اأتنا :ااقكلا،ابكاراأبا ابنا،اأسامك اع االبخكرياوأخرجا الي اف ايقكلك ال االيي اع ااهللاينهك ال:ا)افههكااهللافتنرلانع :ااقكلا؟اأأصلهك

1 Al-Wahidy, Asbab al-Nuzul (Hadramaut: Darr al-Kitab al-Islamiyah, 2010), Cet. I, hal. 262

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

4 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

Artinya: Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Asma binti Abu Bakar berlata :

saya dikunjungi oleh ibu kandungku (Siti Qutailah). Setelah itu Asma bertanya kepada

Rasulullah saw: bolehkah saya berbuat baik kepadanya? Rasululah menjawab: ”ya” (boleh)

Turunlah ayat ini yang berkenaan dengan peristiwa tersebut yang menegaskan bahwa Allah

tidak melarang berbuat baik kepada orang yang tidak memusuhi agama Allah. (HR. Bukhari

dari Asma binti Abu Bakar).2

3) Ketiga:

ابنا،اأسامك اابنتاواعلاىاقتهلاةاقام،:ااقاكلاالربهراب ااهللاعباع اوصححواالحك اواالبراراواأحماوأخرجكنابكراأب امنرلهاكااخلهكاأوامناواقبلهكاأنافتب،ابهايكاابنتهكاعلىافقم،االجكىلهةاف اطلقهكابكراأب اوااواسااال اواعلهاااوااهللاصاالىااهللارساااكلاىااايااعاا اسااال اأناعكئشاااةاإلااىاأرسااال،احتااى اقبااا اأنافتمرىاااك/اافتخبر

خلهكاىايكىك ا.اآليةا يقكلك ال االيي اع ااهللاينهك ال)ااهللافتنرلامنرلهكاوArtinya: Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Siti Qatilah (bekas istri Abu Bakar)

yang telah diceraikan pada masa zaman jahiliyyah datang kepada anaknya, Asma binti Abu

Bakar dengan membawa bingkisan. Asma menolak pemberian itu bahkan tidak

memperkenankan ibunya masuk ke dalam rumahnya. Setelah itu ia mengutus seseorang

kepada Aisyah (saudaranya) untuk bertanya tentang hal ini kepada Rasulullah saw. Maka

Rasul pun memerintahkan untuk menerima bingkisannya serta menerimanya dengan baik.

Allah menurunkan ayat terkait hal ini: ( يقبتلىكم لم الذيه عه هللا كميىهب ال ).3

C. KONTEKSTUALISASI SURAH AL-MUMTAHANAH AYAT 8

Ayat di atas masih menerangkan tentang hukum bersikap loyal terhadap orang-orang

kafir. Ketika Allah mengharamkan hal ini, ternyata orang-orang beriman atau para sahabat

ada yang masih memiliki kerabat yang masih kafir. Pada sisi lain, Perintah untuk memusuhi

kaum kafir (non muslim) yang di uraikan oleh ayat-ayat sebelumnya secara tersurat

menunjukkan kesan bahwa semua non muslim harus dimusuhi. Karena perintah dari iman

dan sebagai bentuk taat terhadap panggilan Allah, para sahabat akhirnya memutuskan

hubungan kekerabatan dengannya. Kemudian Allah Swt memberikan kabar gembira di dalam

surat yang mulia ini bahwa Allah Maha Kuasa untuk menjadikan di antara mereka dan

kerabatnya yang kafir rasa saling mencintai.

Allah Swt membebaskan kota mekkah dengan tangan Rasul-Nya, kemudian para

pendudukanya masuk Islam semunya kecuali hanya beberapa orang saja yang menolak

masuk Islam. Sesungguhnya rasa cinta, sikap loyal dan persaudaraan di antara mereka adalah

bukti kebenaran Firman Allah:

اانكم اايجعاا ااأناااللااومااعسااى هم ا اعااكدياتم ااالااي ي ا اوباااه ااباها اانا ااه ااغفمااكر ااواللااوماا قاا ير ااواللااوماامااكدة اام اسااكرة﴿ارح ﴾٧:ااالممتحنة

2 Jalaluddin al-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul (Beirut : Darr al-Kitab al-Araby,

2011M/1432 H), hal. 234 3 Jalaluddin al-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, hal. 234

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

5 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

Artinya: “Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan

orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. al-Mumtahanah : 7)

Firman Allah ( م ال يه عااه هللا يىهاابك م لاام الااذ يه ف اا ي قاابت ل ىك م ولاام الااذن ااىك ااه ي خر ج م م ياابك ك د ) Allah tidak

melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak

memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu, dengan

bermacam-macam tekanan maka kamu dibolehkan berbuat baik kepada mereka, seperti

memberi makanan, pakaian, dan kendaraan serta berbuat adil kepada mereka. Ayat ini

bersifat umum, mencakup seluruh waktu dan tempat terhadap semua orang kafir asalkan

sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan oleh Allah, yaitu:4

1. Mereka tidak memerangi kita atas nama Agama,

2. Mereka tidak mengusir kita dari kampung halaman kita. Misalnya, tidak mengintimidasi

kita sehingg menyebabkan kita berhijrah ke kampung lain, dan

3. Tidak membantu musuh-musuh kita dengan bantuan apapun, baik dengan ikut

serta bermusyawarah, menyumbangkan pikiran, apalagi dengan bantuan tenaga dan

senjata.

Sementara sebagian ulama bermaksud membatasi ayat tersebut hanya ditunjukan

kepada kaum musyrik mekah, tetapi ulama-ulama sejak masa Ibn Jarir al-Thabari telah

membantahnya. Thahir Ibn Asyur menulis bahwa pada masa Nabi saw sekian banyak suku-

suku Musyrik yang justru bekerjasama dengan Nabi Saw serta menginginkan kemenangan

beliau menghadapi suku Quraiys di Mekkah. Berkata al-Hasan dan Abu Salib mereka itu

adalah Khuza’ah, Bani Al-Harist ibn Ka’ab dan Muzainah.5

Firman Allah, ( ا هللا ئ ن نه ي ح ا قس الم ) Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

berlaku adil. Potongan ayat ini merupakan anjuran untuk kaum Muslimin untuk senantiasa

berlaku adil walaupun terhadap orang-orang kafir. Allah Swt berfirman ( م ئ ومااب هللا يىهاابك )

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu, yaitu Allah melarang kamu bersikap loyal

terhadap orang-orang yang memerangimu dan mengusirmu dari kampong halamanmu dan

ikut berperan dan membantu orang lain dalam mengusirmu. ( الظاابل م ىن ه اام فأ ولئ اا يتااىله م ومااه )

barangsiapa yang menjadikan mereka (orang-orang kafir) sebagai kawan, maka mereka

itulah termasuk orang-orang yang dzalim terhadap diri mereka sendiri dan menghadang siksa

dan murka dari Allah karena telah meletakkan sikap loyal bukan pada tempatnya setelah

memahami dan mengetaui hukum-hukumnya.6

Jadi, pandangan Islam yang menentukan tentang problematika antara orang-orang

yang beriman dan orang-orang yang menantang mereka adalah akidah semata-mata. Islam

menetapkan bahwa bahwa nilai yang diusung setiap oleh mukmin dan harus dibela dengan

mati-matian dengan berperang sekalipun adalah perkara akidah semata-mata. Dengan

semikian, tidak ada permusuhan dan peperangan selama kebebasan dakwah dan kebebasan

berkenyakinan tetap dihormati.7

4 Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir al-Quran al-Aisar terj. Azhari Hatim dan Mukti, (Jakarta: Darus

Sunnah Press, 2006), cet. I, hal. 401-402 5 Mustahfa Maraghi, Tafsir Maraghi (Semarang: Toha Putra, 1992), Cet. II, JIlid 28, hal. 112

6 Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir al-Quran al-Aisar terj. Azhari Hatim dan Mukti (Jakarta: Darus

Sunnah Press, 2006), cet. I, hal. 401-402 7 Sayyid Quthb, Tafsir Fi‟ Zhilalil Quran terj. As’ad Yasin, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2004), cet. I,

hal. 50

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

6 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

Demikianlah beberapa tuntunan Islam dalam pergaulan dengan orang-orang non-

muslim. Ini sekali lagi mununjukkan akan ajaran-ajaran Islam yang universal dalam

kehidupan umat manusia. Tuntunan tersebut harus terus dibina dan di amalkan dalam

kehidupan sehari-hari yang sarat dengan homogen kepecayaan dan lebih-lebih dalam

hubungan internasional. Islam membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja dalam

kehidupan sosial untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Namun ironisnya, banyak

masyarakat yang masih kurang memahami akan pesan ayat ini sehingga dimana-mana terjadi

anarkisme dan fanatisme buta terhadap kepercayaannya masing-masing.

REFERENSI PEMBAHASAN I

Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Tafsir al-Quran al-Aisar terj. Azhari Hatim dan Mukti, cet. I,

Jakarta: Darus Sunnah Press, 2006

Al-Suyuti, Jalaluddin. Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, Beirut: Darr al-Kitab al-Araby,

Cet. V, 2011

Al-Wahidy, Asbab al-Nuzul, cet. I, Hadramaut : Darr al-Kitab al-Islamiyah, 2010

Maraghi, Mustahfa. Tafsir Maraghi, Cet. II, JIlid 28, Semarang: Toha Putra, 1992

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi‟ Zhilalil Quran terj. As’ad Yasin, dkk., cet. I, Jakarta: Gema Insani,

2004

BAB II

PEMBAHASAN SURAH AL-BAQARAH AYAT 223

A. SURAH AL-BAQARAH AYAT 223

مكاالكمااا ااحااار اان ساااكؤمم ا تم ااأناااىاحااارثكم اافااات ااا اااكم ااوقااايممكااش نافمس ااار اامملقماااكهمااأنكمااا ااواعلمماااكاااللاااوااوااقماااكاال اوبشي

﴾٢٢٣:ااالبقرةاسكرة﴿االممؤم ن ه ا

Artinya: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka

datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan

kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah

bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang

beriman. [Q.S. al-Baqarah: 223]

B. ASBAB AL-NUZUL SURAH AL-BAQARAH AYAT 223

Adapun sekilas riwayat-riwayat terkait asbab al-nuzul dari surah al-Baqarah ayat 223,

sebagai berikut:

1) Pertama:

اياك:اافقاكلاوسال اعلهاواالاواصالىااهللاالرساكلاإلاىاعماراجاك ):ااقاكلاعباكسااب اع االترميياواأحماوأخرجااآليااةااهللافااتنرلا شااهكاعلهااوايااردافلاا االلهلااةارحلاا احكلاا،:ااقااكلا؟اأىلكاا اومااك:ااقااكلاىلكاا،ااهللارسااكل

ا.والحهضةاالبراواقاأدبراواأقب ا شت اأنىاحرثك افككاالك احر انسكؤ )

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

7 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

Artinya: Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Tirmidzi dari Ibnu Abbas, berkata: Umar

suatu ketika datang menghadap Rasulullah Saw dan berkata: “Ya Rasulullah, celakalah

saya! “Nabi bertanya: “apa yang menyebabkan kamu celaka?” Ia menjawab: aku pindahkan

„sukdufku‟ (berjimak dengan istri dari belakang) tadi malam.” Nabi Saw Terdiam dan

turunlah ayat ini yang kemudian beliau lanjutkan: “Berbuatlah dari muka ataupun dari

belakang, tetapi hindarkanlah dubur (anus) dan bilamana istri sedang”. 8

2) Kedua:

انساكؤ )ااهللافاتنرلالا ذافاتنكراسال اواعلهاوااهللاصالىااهللارساكلازما افا ادبرىاكافا اامارأةاأصك ارجلاأنا لك احر

Artinya: seseorang menjima‟ istrinya dari arah belakang. Maka, orang-orang pun

menyalahkan karena hal itu. Lalu turunlah firman Allah ( لكم حرث وسبؤكم )”.9

3) Ketiga:

االبغااكياالقكساا اأبااكاحااثنك:اقااكلاالفقهااوابكااراأباا اباا اعلاا اأبااكاأخبرنااك:اقااكلاالجنااكئ امحماااباا اسااعهاأخبرنااكاقكلاا،:اقااكلااجااكبرااساامع،اقااكلاالمنكاارااباا امحماااعاا اشااعبة احااثنك:اقااكلاجعاااباا اعلاا احااثنك:اقااكل

ةاامرأواأىاإذااالرج اإن:االههكد ا.اآليةا لك احر انسكؤ )ا:وج اعرااهللافتنرلاأحكل االكلاكنابكرArtinya: Dari Jabir, berkata: orang-orang Yahudi beranggapan “apabila menggauli

istrinya dari belakang ke farjinya, maka anaknya akan lahir bermata juling”. Lalu Allah

menurunkan ayat ( لكم حرث وسبؤكم )”.10

C. PEMAHAMAN DAN KONTEKSTUALISASI AYAT

Allah SWT memberi peluang bagi suami-istri untuk menikmati seks dalam bentuk

apapun selama hal itu dilakukan di tempat persemaian. Allah SWT menggunakan kata harts

di sini untuk menerangkan bahwa penanaman di lakukan pada tempatnya. ( حارث) harts ialah

tempat tumbuhnya tumbuhan, bisa berbentuk sawah atau kebun. Maka pengertian ( م فاأت ىا حارك

ائت م أوا ش ) ialah datangilah istrimu di tempat anak lahir (vagina) dan di tempat yang anak tidak

mungkin lahir (dubur) jangan didekati. Sebagian manusia salah menafsirkan firman Allah

( م فأت ىا ائت م أوا حارك ش ) dengan tafsiran datangilah istrimu dari mana saja. Ini salah, karena ( م (حارك

artinya tempat penanaman (vagina) dan hasil tanaman bagi suami-istri adalah keturunan

berupa anak.11

Dubur bukanlah tempat bercocok tanam, maka tidak mengandung

kemungkinan adanya pilihan tempat lain selain dari tempat keluarnya anak.

Ayat ini mengandung jawaban dari pertanyaan dan beberapa keadaan ketika turunnya;

apakah diperbolehkan mendatangi istri pada kemaluannya tetapi dari belakangnya. Maka

Allah SWT memberitahukan bahwa hal itu tidaklah mengapa asalkan tetap pada kemaluan

(vagina) dan wanita itu suci dari darah haidh dan nifas. Wanita dinamakan lading karena

rahimnya dapat mendatangkan anak sebagaimana tumbuh-tumbuhan tumbuh pada bumi yang

8 Jalaluddin al-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul (Beirut : Darr al-Kitab al-Araby,

2011M/1432 H), hal. 41 9 Jalaluddin al-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, hal. 42

10 Al-Wahidy, Asbab al-Nuzul (Hadramaut: Darr al-Kitab al-Islamiyah, 2010), Cet. I, hal. 48

11 Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya‟rawi (Medan: Duta Azhar, 2006), Cet. I, Jilid 1, hal. 711

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

8 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

subur. Jika masalahnya seperti itu, maka seorang suami dapat mendatangi istrinya kapan dia

mau, dari depan atau dari belakang selama tujuannya tercapai, yaitu terjaga dari perbuatan

keji dan untuk memperoleh keturunan yang baik.12

Istri sebagai ladang bukan saja mengisyaratkan bahwa anak yang lahir adalah buah

dari benih yang ditanam ayah. Istri hanya berfungsi sebagai ladang yang menerima benih.

Kalau demikian, jangan salahkan istri jika dia melahirkan anak perempuan sedangkan anda

menginginkan anak lelaki. Sebab, dua kromosom yang merupakan faktor kelamin yang

terdapat pada wanita sebagai pasangan homolog adalah (XX) dan pada lelaki sebagai

pasangan yang tidak homolog adalah (XY). Jika X pada jantan/lelaki bertemu dengan X yang

ada pada wanita, maka anak yang lahir perempuan. Adapun, jika Y pada jantan/lelaki

bertemu dengan X pada wanita, maka anak yang lahir lelaki. Jadi bukankah wabita hanya

lading dan suami adalah petani yang menabur.

Namun, seorang suami juga harus cerdas memilih ladang yang subur. Dalam artian,

seorang petani tidak baik menanam benih di tanah yang gersang. Pandai-pandailah memilih

tanah garapan dan pandai-paidailah memilih pasangan. Tanah yang subur harus di atur masa

dan musim tanamnya. Jangan menanam benihsetiap saat, jangan paksa ia berproduksi setiap

waktu. Begitupun seorang suami, pilihlah waktu yang tepat, atur masa kehamilan, jangan

setiap saat anda panen karena ini merusak ladang.13

( ىا م م وقاذن اك وف س ل ) Dan kerjakanlah amal baik

untuk dirimu. Ayat ini mencegah muslim dari pemahaman bahwa semua itu dilakukan

semata-mata demi tersalurnya kepuasaan seksual. Allah memerinthakan agar dengan

kepuasaan seksual itu tercapai perlindungan atas apa yang dilahirkan hingga terjamin

kelangsungan umat manusia. Hubungan seksual jangan sampai menjadi tujuan utama, tetapi

jadikanlah ia sarana untuk mencapai tujuan yang mulia. Untuk itu, setiap muslim dianjurkan

mengikuti sunnah Rasul tatkala menikmati hubungan seksual dengan berdoa:

.الشهوكناواجنب االشهوكناممكارزقتن الله اجنب ا

Artinya: Ya Allah, jauhilah saya dari syetan dan jauhilah apa yang kamu rezekikan

kepadaku dari syetan.

Seorang suami hendaknya berlaku baik terhadap istrinya yang dapat

membahagiakannya dan memperpanjang harapan kamu berdua. Jangan tinggalkan ia

sendirian, hindarkan darinya segala ganguan, beri ia segala yang sesuai guna menyiapkan

pertumbuhan dan perkembangan janin yang akan atau sedang dikandungnya. Bila tiba

saatnya ia mengandung, maka beri perhatian lebih besar, kemudian setelah melahirkan,

pelihara anakmu hingga dewasa agar dapat bermanfaat untuk orang tuanya, keluarga bahkan

kemanusiaan serta bangsa dan tanah air.

( اىا هللا واتق اىا ام واعلم لق اىي أوك ار م ى نه وبشن اإم الم ) dan bertakwallah kepada Allah dan ketahuilah

bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang

beriman. Makna “bertakwalah kepada Allah” yaitu hindarilah murka Allah dan tetap

bertakwa dengan prinsip yang tidak diragukan lagi bahwa kamu pasti bertemu dengan-Nya.14

Jika demikian, jangan sembunyikan sesuatu terhadap pasangan yang seharusnya ia ketahui

12

Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir al-Quran al-Aisar terj. Azhari Hatim dan Mukti, (Jakarta: Darus

Sunnah Press, 2006), cet. I, jilid. I, hal. 365 13

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Volume 1, hal. 449 14

Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya‟rawi (Medan: Duta Azhar, 2006), Cet. I, Jilid 1, hal. 712

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

9 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

dan jangan membohonginya. Disisi lain, jangan membongkar rahasia rumah tangga yang

sarusnya dirahasiakan. Kalaupun ada cekcok, selesaikan ke dalam dan jangan selesaikan

melalui orang lain kecuali jika terpaksa. Allah kelak akan menyelesaikannya karena kelak

kamu semua akan menemui-Nya. Demikian kesan al-Haralli, seorang ulama dan pengamal

tasawuf yang banyak dikutip pendapatnya oleh al-Biqa’i.15

Melihat keadaan sosial saat ini khususnya dalam kaitannya dengan pergaulan bebas

sungguh bertentangan dengan pesan ayat ini. Banyak dan mudahnya dijangkau berbagai

media informasi merupakan salah satu faktor rusaknya mental dan maraknya pergaulan

remaja sekarang. Ini merupakan awal dari rusaknya generasi masa depan umat. Hal inilah

yang diisyartakan dalam ayat di atas bahwa hubungan yang baik antara suami-istri akan

melahirkan keturunan yang baik pula. Dari sini jugalah dasar untuk membanagun generasi

masa depan yang yang baik dan tangguh. Ini semuanya berawal dari pembinaan kehidupan

keluarga yang akan melahirkan keturunan. Dengan demikian, awal dan akhir yang baik

semuanya berawal dari kita juga.

REFERENSI PEMBAHASAN II

Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Tafsir al-Quran al-Aisar terj. Azhari Hatim dan Mukti, cet. I,

Jakarta: Darus Sunnah Press, 2006

Al-Suyuti, Jalaluddin. Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, Beirut: Darr al-Kitab al-Araby,

Cet. V, 2011

Al-Wahidy, Asbab al-Nuzul, cet. I, Hadramaut : Darr al-Kitab al-Islamiyah, 2010

Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, Cet. I, 2001

Sya’rawi, Mutawalli. Tafsir Sya‟rawi, cet. I, jilid I, Medan: Duta Azhar, 2006

BAB III

PEMBAHASAN SURAH AL-NUR AYAT 26

A. SURAH AL-NUR AYAT 26

ااكاممبااار مونااأمول ا اال لوهيبااك ااوالوهيبمااكناال لوهيب ااه ااوالوهيباك ماال لخب هثااك ااوالخب هثمااكناال لخب هث ااه ااالخب هثاك ما اياقمكلمااكناام مر ي ااور زق اامغف رة االهم ا ﴾٢٢:ااالنكراسكرة﴿ا

Artinya: Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang

keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk

laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).

Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu).

Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). [Q.S. al-Nur : 26]

15

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Volume 1, hal. 450

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

10 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

B. ASBAB AL-NUZUL SURAH AL-NUR AYAT 26

Adapun sekilas riwayat-riwayat terkait asbab al-nuzul dari surah al-Nur ayat 26,

sebagai berikut:

1) Pertama:

ااآلياةا للخبهثاه االخبهثاك )اقكلاوافا اأسال اابا ازياابا االارحم اعبااع اثقك ارجكلوايسناالوبران اوأخرجا.ذل ام افبرأىكاوالفريةابكلبهتكناالمنكفقارمكىكاحه اعكئشةاف انرل،:ااقكل

Artinya: Al-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya tziqat dari

Abdurrahman bin Zaid bin Aslam tentang firman-Nya, “perempuan-perempuan yang keji

untuk laki-laki ynag keji”, bahwa ayat ini turun tentang Aisyah ketika difitnah orang munafik

lalu Allah menyatakan kebersihannya dari tuduhan itu”.16

2) Kedua:

اعلهاوااهللاصالىااهللارساكلاأرسا اعكئشاةاأنراف االنكساخكضالمك:ااقكلاعتبةاب االحك اع االوبران اوأخرجافاتنرلاالسامك اما اعايرياينارلاحتاىاأعتايرال:اافقكلا،ا؟االناكسايقاكلاماكاعكئشةايكافقكلاعكئشةاإلىاسل اوااإلسنكداصح امرسلةااآلية{االلخبهثه االخبهثك }اابلغاحتىاقرأاث االنكرام اسكرةاعشراخمسافههكااهلل

Artinya: Al-Thabrani juga meriwayatkan dari Hakam bin Utaibah bahwa ketika

orang-orang membicarakan perihal Aisyah, Rasulullah mengutus seseorang menemui Aisyah

dengan pertanyaan, “Aisyah, apa yang dibicarakan orang-orang itu?” Ia menjawab: “saya

tidak meminta maaf atas apa pun hingga turun uzur saya dari langit”. Maka Allah

menurunkan mengenai dirinya lima belas ayat dari surah al-Nur lalu ia membaca sampai

ayat, “perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji”.17

C. PEMAHAMAN DAN KONTEKSTUALISASI SURAH AL-NUR AYAT 26

Beberapa ayat dalam surah ini sebelum ayat 26 telah menguraikan bahwa Allah telah

membersihkan Aisyah r.a dari kebohongan yang dituduhkan padanya, kemudian menjelaskan

bahwa orang yang menuduh wanita yang baik-baik akan dijauhkan dari Rahmat Allah.

Adapun dalam ayat ini (Surah al-Nur ayat 26), menyajikan dalil yang menghilngkan

keraguan tentang Aisyah r.a bahwa sunnah yang berlaku di antara makhluk di dasarkan atas

kesamaan akhlak dan sifat antara suami-istri. Maka, wanita yang baik adalah bagi lelaki yang

baik, wanita yang keji adalah bagi lelaki yang keji pula. Rasulullah Saw adalah orang terbaik

di antara para lelaki yang baik, maka sudah barang tentu menurut logika yang sehat dan adat

yang tersebar di tengah-tengh makhluk, Aisyah pun merupakan wanita yang terbaik di antara

para wanita yang baik.18

Sehingga, Sya’rawi di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa di antara

bentuk kesetaraan adalah ayat yang kita bahas ini.19

16

Jalaluddin al-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul (Beirut : Darr al-Kitab al-Araby,

2011M/1432 H), hal. 171 17 Jalaluddin al-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, hal. 171

18 Mustahfa Maraghi, Tafsir Maraghi (Semarang: Toha Putra, 1989), Cet. I, JIlid 18, hal. 162-163

19 Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya‟rawi (Medan: Duta Azhar, 2006), Cet. I, Jilid 9, hal. 584

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

11 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

Penjelasan tentang kisah bohong itu diakhiri dengan penjelasan tentang keadilan

Allah dalam pilihan-Nya yang telah diaturnya dalam fitrah dan hal itu direalisasikan pada

praktik nyata dalam kehidupan manusia. Keadilan tersebut ialah bersatunya jiwa yang buruk

dengan jiwa yang buruk dan jiwa yang baik bersatu dengan jiwa yang baik pula. Atas dasar

inilah, terbangun hubungan yang kokoh antara pasangan suami istri. Sebagai contoh, tidak

mengherankan jika kalangan artis dan aktor yang paling banyak tersandung kasus perceraian

karena itulah dunia kehidupan mereka.20

Para wanita yang keji hanya akan dimiliki oleh para lelaki yang keji pula. Mereka

tidak akan melewati batas itu. Dan para lelaki yag keji hanya akan dimiliki oleh para wanita

yang keji pula karena kesamaan jenis merupakan faktor tercapainya kecintaan dan kekalnya

persahabatan. Sebaliknya, para wanita yang baik-baik diperuntukkan bagi para lelaki yang

baik-baik pula. Karena, sebagaimana diketahui bahwa rasa akrab akan muncul dengan orang

yang memiliki sifat, keutamaan, dan kesempurnaan yang anda miliki. Demikian pula para

lelaki yang baik-baik, diperuntukan bagi para wanita yang baik-baik, mereka tidak akan

mencari selain para wanita yang baik-baik pula.21

Uraian ayat ini merupakan akhir dari penjelasan tentang berita bohong yang di alami

Aisyah r.a. Berita tersebut yang sempat membebani kaum muslimin dengan ujian yang

paling besar. Ini merupakan ujian kepercayaan kepada kesucian rumah tangga Rasulullah

Saw, ujian dalam pengawasan Allah terhadap Nabi-Nya, perihal memasukkan orang ke

dalam rumah-nya hanya orang-orang yang suci dan mulia saja. Allah telah menjadikannya

sebagai pertunjukkan untuk mendidik kaum muslimin sehingga menjadi bersih, bening, dan

terangkat ke dalam naugan-naugan cahaya Allah dalam surah al-Nur ini.

Dari kejadian tuduhan berat kepada keluarga Rasulullah ini kita mendapat peringatan

penting untuk bersikap filter terhadap semua informasi sampai mengetahui kebenarannya.

Hal ini disebutkan dalam surah al-Hujurat ayat 6:

م ااإ نااآمنمااكااالااي ي ااأياوهااكايااك ااق ااجااك ااهبمكااأناافاتباهانمااكااب نباا اافكس انااكد م ه اافاعلااتم اامااكاعلااىافاتمصااب حمكااب جهكلااة ااقاكم ااكامص ﴾٢٢:ااالنكراسكرة﴿

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu

musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu

menyesal atas perbuatanmu itu. [Q.S. al-Hujurat : 6]

Inilah pedoman orang beriman dan pegangan orang yang berbudi baik. Sekiranya

menerima kabar buruk, selediki terlebih dahulu sumbernya agar tidak terjerumus pada hal-hal

yang dapat menimbulkan fitnah.

SEKIAN

20

Sayyid Quthb, Tafsir Fi‟ Zhilalil Quran terj. As’ad Yasin, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2004), cet. I,

jilid. 16, hal. 33 21

Mustahfa Maraghi, Tafsir Maraghi (Semarang: Toha Putra, 1989), Cet. I, JIlid 18, hal. 163

Kajian Kontekstualisasi Ayat al-Quran | Asbab al-Nuzul

12 Oleh : Hasrul – NPM : 10.31.0264

REFERENSI PEMBAHASAN III

Maraghi, Mustahfa. Tafsir Maraghi, Cet. II, JIlid 28, Semarang: Toha Putra, 1992

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi‟ Zhilalil Quran terj. As’ad Yasin, dkk., cet. I, Jakarta: Gema Insani,

2004

Al-Suyuti, Jalaluddin. Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, Beirut: Darr al-Kitab al-Araby,

Cet. V, 2011

Sya’rawi, Mutawalli. Tafsir Sya‟rawi, cet. I, jilid I, Medan: Duta Azhar, 2006