jkhhjhjjjhhjh
DESCRIPTION
jhjhjhhjjhhjjhhjTRANSCRIPT
1
NEONATAL HIPERBILIRUBINEMIA
DEFINISI
Hiperbilirubinemia neonatorum adalah Diskolorisasi pada kulit, membran mukosa dan
sklera yang disebabkan oleh peningkatan bilirubin serum (>2 mg/dl), yang terjadi pada bayi baru
lahir.
Ikterus akan nampak secara klinis apabila total serum bilirubin >5 mg/dl (85 µmol/l).
EPIDEMIOLOGI
• 60% à bayi cukup bulan
• 80% à bayi kurang bulan
• Laki-laki lebih sering terjadi daripada pada perempuan
Sebagian besar bersifat jinak tetapi hiperbilirubinemia yang parah dapat menyebabkan kerusakan
otak permanen yang serius
BILIRUBIN
Adalah Bilirubin adalah pigmen dari hasil pemecahan hemoglobin oleh RES dan dibawadi dalam
plasma menuju hati untuk melakukan proses konjugasi (secara langsung), untuk membnetuk
bilirubin diglukuronida dan diekresikan ke dalam empedu
Bilirubin terdiri dua macam :
Tidak terkonyugasi:
• Bilirubin indirek
• Tidak larut dalam air
• Berikatan dengan albumin untuk
transport
• Komponen bebas larut dalam lemak
• Komponen bebas bersifat toksik
untuk otak
Terkonyugasi:
• Bilirubin direk
• Larut dalam air
• Tidak larut dalam lemak
• Tidak toksik untuk otak
2
Gambar Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan
bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-
reduksi.Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, dimana 75% berasal dari
penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit yang imatur dan
protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase.
Metabolisme bilirubin meliputi pembentukan bilirubin, transportasi bilirubin,
asupan bilirubin, konjugasi bilirubin, dan ekskresi bilirubin.
Langkah oksidase pertama adalah PEMBENTUKAN BILIVERDIN yang
dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang
sebagian besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain.
Sifat biliverdin : larut dalam air (polar)
Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi bilirubin indirek (unconjugated) oleh
enzim biliverdin reduktase.
Sifat bilirubin indirek : lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal
bersifat tidak larut.
3
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial
Selanjutnya bilirubin indirek dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan
albumin dan kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang terikat
pada albumin bersifat nontoksik.
Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit,
albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer
melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin juga
dengan protein ikatan sitotoksik lainnya.
Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi
akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis.
Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi di
retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate glucoronosyl
transferase (UDPG-T). Bilirubin tersebut akan mengalami 2 kali konugasi.
Bilirubin konjugasi kemudian akan diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu.
Kemudian dibawa ke usus halus dan ke usus besar.
Setelah berada dalam usus besar, bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung dapat
diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh
enzim beta-glukoronidase yang terdapat dalam usus besar, membentuk
urobilinogen. Sebagian urobilinogen (10-20%) akan di resorbsi kembali ke hati,
untuk dikonjugasikan kembali dan dibawa ke ginjal, untuk diubah menjadi
urobilin, dan akan menjadi pigmen warna urin.
Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati untuk
dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik
Sisanya urobilinogen yang ada id usus besar akan diubah menjadi strecobilinogen,
dan menjadi stercobilin, yang akan menjadi pigmen pada feses.
FAKTOR RESIKO
Tabel Faktor Resiko Neonatal Hiperbilirubinemia
4
Bayi Prematur: hati belum mampu proses bilirubin; minum lebih sedikit, BAB
lebih jarang
Saudara Kandung Juga Jaundice
Bruising (Perdarahan Di Bawah Kulit)
Feeding : Bayi Kurang Minum – Jarang Bab
Ketidak Cocokan Gol Darah, Penyakit Hemolitik
Early Jaundice : Jaundice Dalam 24 Jam Pertama - Risiko Jaundice
Laki > Perempuan, Asia, Mediterranian
Bayi besar – ibu DM
Obat-obatan (vitamin K3, novobiocin)
Polycytemia
Trisomi 21
Oxytocin induction
Kehilangan berat badan (dehidrasi atau kehilangan kalori)
PATOGENESIS
Bilirubin, sebagian besar terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada
sistem retikuloendotelial (RES). Laju penghancuran hemoglobin pada neonates
cenderung lebih tinggi daripada bayi yang lebih tua, dimana satu gram hemoglobin
dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek. Pada cairan amnion yang normal dapat
ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu, kemudian menghilang pada
kehamilan 36-37minggu.
5
Kadar bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya
hemolisis pada kejadian inkompatibilitas darah ABO dan Rh. Selain itu, peningkatan
bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus. Mekanisme masuknya
bilirubin ke cairan amnion belum diketahui dengan jelas, tetapi diduga melalui
mukosa saluran napas dan saluran cerna.
Pembentukan bilirubin pada fetus dan neonatus diperkirakan sama besar, tetapi
kemampuan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas. Selain itu,
terdapat keterbatasan dalam kemampuannya untuk membentuk bilirubin terkonyugasi.
Sehingga,hampir semua bilirubin pada janin berada dalam bentuk bilirubin indirek
dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh hepar ibunya.
Bilirubin indirek yangterikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin
dalam serum. Dalam keadaan fisiologis, pada hampir semua neonatus dapat terjadi
akumulasi bilirubin indirek sampai 2mg%. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan
fetus mengolah bilirubin pada masa neonatus. Pada masa janin, fungsi ini dilakukan
oleh hepar ibunya, tetapi pada masa neonatus hal ini menyebabkan penumpukan
bilirubin dan disertai gejala hiperbilirubinemia. Pada bayi baru lahir, karena fungsi
hepar yang belum matang,gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis,
karena kekurangan enzim glukoronil transferase atau kekurangan glukosa, kadar
bilirubin indirek dalam darah dapat meninggi.
Bayi yang lahir kurang bulan, kadar albumin biasanya rendah, hal ini
menyebabkan kadar bilirubin indirek yang bebas itu dapat meningkat dan
sangatberbahaya karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada
sel otak. Kapasitas pengikatan bilirubin indirek maksimal neonatus yang mempunyai
kadar albumin normal pada umumnya dicapai saat kadar bilirubin indirek mencapai
20 mg%.
KLASIFIKASI IKTERUS
Normal à bilirubin indirect pada serum tali pusat à 1-3 mg/dL dan meningkat
kurang dari 5mg/dL/24 jam.
Jaundice fisiologis
• NORMAL
• Muncul 2-3 hari
• Memuncak 4-5 hari à 5-6 mg//dL
• Menurun hari ke 5-7 à 2 mg/dL
6
• Prematur àmenghilang bisa lebih lama (14 hari)
• Akibat :
Belum matangnya fungsi hati
Produksi bilirubin ↑ setelah pemecahan sel darah merah fetal
terbatasnya konjukasi bilirubin oleh liver.
Jaundice patologis
• TIDAK NORMAL
• Timbul <24 jam
• waktu terjadinya, durasi dan pola konsentrasi bilirubin berbeda dari yang
fisiologis.
• Riwayat keluarga (+)
• TSB > 0.5 mg/dl/jam
• Pucat, hati-limpa besar
• PT gagal turunkan TSB
rhesus incompatibility
ABO incompatibility
infeksi berat (sepsis)
G6PD
memar berat
Faktor yang mempengaruhi bayi ikterus pada minggu-1
Meningkatkan produksi bilirubin :
• Turnover sel darah merah yang lebih tinggi
• Penurunan usia sel darah merah
Menurunkan ekskresi bilirubin :
• Penurunan uptake dalam hati
• Penurunan konjugasi oleh hati
• Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik
Grafik Peningkatan Bilirubin Ikterus Fisiologis
7
Grafik Ikterus Fisiologis Pada Bayi Prematur
Grafik perbedaan kadar bilirubin pada ikterus fisiologis dan patologis
PENYEBAB HIPERBILIRUBINEMIA FISIOLOGIS
8
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh penyebab
tunggalataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar
etiologihiperbilirubinemia neonatorum dapat dibagi:
1. Produksi yang berlebihan
Bilirubin yang terbentuk melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,
misalnyapada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0,
golongan darahlain, defisiensi enzim G6PD, enzim piruvat kinase, perdarahan
tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan
infeksi atautidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom Crigler-
Najjar). Selain itu dapatdisebabkan oleh defisiensi protein Y dalam hepar yang
berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian dibawa ke hepar. Ikatan
bilirubindengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat dan
sulfafurazol.Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin
indirek yang bebasdalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi
dalam hepar biasanyaakibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
PENYEBAB HIPERBILIRUBINEMIA PATOLOGIS
Kekurangan sekresi (undersecretion)
Prematuritas
Hipotiroidisme
Bayi dari ibu penderita diabetes
Defisiensi enzim konyugasi uridin difosfat glukuronil transferase herediter
Kelainan metabolisme lain
↑ sirkulasi enterohepatik
• Penurunan asupan enteral
• Stenosis pilorik
9
• Atresia/stenosis usus
• Ileus mekonium
• Sumbatan/plug mekonium
• Penyakit Hirschsprung
Gangguan Obstruktif
• Kolestasis
• Atresia biliaris
• Kista koledokus
Penyebab lain :
• Sepsis bakterial
• Infeksi intra uterus: TORCH
• Asfiksia
MANIFESTASI KLINIS
Ikterus dapat muncul pada saat lahir atau di saat periode neonatal, tergantung
penyebabnya, Di bawah cahaya matahari:
o Tekan jari di kening, puncak hidung: tampak kuning
o Periksa sklera
o Ikterus awalnya muncul di daerah wajah, jika terjadi peningkatan serum bilirubin
akan berkembang ke abdomen lalu ke kaki. (wajah ≈ 5mg/dL; mid abdomen ≈ 15
mg/dL; telapak kaki ≈ 20 mg/dL
o Ikterus akibat deposit dari indirect à kuning terang atau oranye, jaundice tipe
obstruktif (direct bilirubin) à kehijauan atau warna kuning lumpur
o Bayi akan terlihat letargi dan napsu makan (menyusunya) berkurang.
o Merintih, lunglai, tidak responsif
DIAGNOSIS
Untuk menetapkan penyebab hiperbilirubinemia dibutuhkan pemeriksaan
yangbanyak dan mahal, sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus agar
dapatmemperkirakan penyebabnya.
Anamnesa : Riwayat
RIWAYAT
10
1. Riwayat keluarga
• Ada riwayat jaundice, anemia, splenectomi atau gangguan metabolik pada
keluarga
• Riwayat saudara kandung dengan jaundice, dapat menunjukan adanya blood
group incompatibility, breast milk jaundice, atau defisiensi G6PD
2. Riwayat Maternal
• Jaundice pada neonatus dapat meningkat dengan adanya riwayat infeksi atau
diabetes pada maternal
• Penggunaan oxytocin, sulfonamides, antimalarials, dan nitrofurantoins oleh ibu
yang dapat memicu terjadinya hemolisis pada ibayi dengan defisiensi G6PD.
• Trauma saat persalinan, asfiksia, klem umbilikal terlambat, an prematuritas
3. Riwayat bayi
a) Breast-feeding
breast feeding yang jelek dapat berakibat asupan kalori yang buruk sehingga
menyebabkan "starvation jaundice."
b) Adanya obstruksi, penurunan motilitas (ileus), and mekonium yang terlambat
c) Periksa gejala klinis seperti muntah dan letargi. Yang dapat menunjukkan
kemungkinan adanya infeksi, dan obstruksi bowel
Pemeriksaan fisis:
• Usia kehamilan Usia kehamilan
• Aktivitas/pemberian minum
• Kadar ikterus
• Pucat
• Hepatosplenomegali
• Memar, hematoma sefal
Penilaian Jaundice Menurut Kramer
Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Kriteria ini membagi tubuh bayi
baru lahir dalam lima bagian bawah sampai tumut, tumit-pergelangan kaki dan
bahu pergelanagn tangan dan kaki seta tangan termasuk telapak kaki dan telapak
tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain.
11
Berikut adalah pembagian jaundice berdasarkan derajat Kramer yang dibagi
menjadi lima:
Laboratorium :
• bilirubin total dan direk
• golongan darah ibu dan Rh
• golongan darah bayi dan Rh
• tes Coombs direk
• darah lengkap dan hapusan darah
• hitung retikulosit
• skrining G6PD
• kadar albumin
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkirakan
penyebab terjadinya hiperbilirubinemia yaitu :
A. Hiperbilirubinemia yang timbul pada 24 jam pertama
Penyebab hiperbilirubinemia yang terjadi pada 24 jam pertama menurut
besarnyakemungkinan dapat disusun sebagai berikut :
1. Inkompatibilitas darah Rh, AB0 atau golongan lain.
2. Infeksi intrauterin (oleh virus, toksoplasma, lues dan kadang-kadang
bakteri).
3. kadang-kadang oleh defisiensi G6PD.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah :
1. Kadar bilirubin serum berkala
2. Darah tepi lengkap.
Derajat
Lokasi ikterusJumlah
Bilirubin1 Kepala sampai leher 7,4 mg/dL atau
100 μmol/L2 Kepala, badan sampai dengan
umbilicus10,6 mg/dL atau150 μmol/L
3 Kepala, badan, paha, sampai dengan lutut
14,1 mg/dL atau200 μmol/L
4 Kepala, badan, ekstremitas sampai dengan pergelangan tangan dan kaki
17,2 mg/dL atau250 μmol/L
5 Kepala, badan, semua ekstremitas sampai dengan ujung jari (telapak tangan dan telapak kaki)
>17,2 mg/dL atau> 250 μmol/L
12
3. Golongan darah ibu dan bayi
4. Uji Coombs
5. Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G6PD, biakan darah atau biopsi
hepar bila perlu.
b. Hiperbilirubinemia yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
1. Biasanya hiperbilirubinemia fisiologis
2. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah AB0 atau Rh atau
golonganlain. Hal ini dapat diduga peningkatan kadar bilirubin cepat,
misalnya melebihi5 mg%/24 jam.
3. Defisiensi enzim G6PD juga mungkin.
4. Polisitemiae.
5. Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan subaponeurosis, perdarahan
hepar subkapsuler dan lain-lain).
6. Hipoksia
7. Sferositosis, elipsitosis, dan lain-lain.
8. Dehidrasi asidosisi.
9. Defisiensi enzim eritrosit lainnya.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :Bila keadaan bayi baik dan peningkatan
hiperbilirubinemia tidak cepat, dapatdilakukan pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan
kadar bilirubin berkala,pemeriksaan penyaring enzim G6PD dan pemeriksaan lainnya
bila perlu.
c. Hiperbilirubinemia yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama
1. Biasanya karena infeksi (sepsis)
2. Dehidrasi asidosis.
3. Defisiensi enzim G6PD
4. Pengaruh obat.
5. Sindrom Crigler-Najjar
6. Sindrom Gilbert
d. Hiperbilirubinemia yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya :
1. Biasanya karena obstruksi.
13
2. Hipotiroidisme
3. Breast milk jaundice
4. Infeksi.
5. Neonatal hepatitisf.
6. Galaktosemia
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
a. Pemeriksaan bilirubin (direk dan indirek) berkala.
b. Pemeriksaan darah tepi
c. Pemeriksaan penyaring G6PD.
d. Biakan darah, biopsi hepar bila ada indikasi
e. Pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab
Hiperbilirubinemia baru dapat dikatakan fisiologis sesudah observasi
danpemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak
mempunyaipotensi berkembang menjadi kern icterus
Pada breast milk jaundice terjadi hiperbilirubinemia pada 1 % dari bayi
yangdiberikan ASI. Hiperbilirubinemia biasanya terjadi pada hari kelima dan kadar
bilirubinmencapai puncak pada hari ke-14 dan kemudian turun dengan pelan. Kadar
normal tidak akan tercapai sebelum umur 12 minggu atau lebih lama. Jika pemberian
ASI distop danfototerapi singkat diberikan, kadar bilirubin akan menurun dengan
cepat dalam waktu 48jam.
DIAGNOSIS BANDING
Jaundice yang terjadi pada 24 jam pertama, harus diperhatikan, hal ini dapat
disebabkan :
a. Erythroblastosis fetalis
b. Pendarahan
c. Sepsis
d. Infeksi intrauterine, seperti : sifilis, cyto,egalic inclusion disease, rubella dan
toxoplasmosis.
Jaundice yang terjadi pada hari ke-2 atau ke-3, umumnya keadaan yang fisiologis,
akan tetapi dapat pula merupakan keadaan yang berat, seperti familial
nonhemolytic icterus (Crigler-Najjar syndrome)
14
Jaundice setelah hari ke-3 dan dalam 1 minggu , dapat dipikirkan sepsis bacterial,
atau infeksi saluran kemih, selain itu dapat juga diakibatkan oleh infeksi lain,
seperti : sifilis, toxoplasmosis, cytomegalovirus atau enterovirus.
Jaundice yang terjadi setelah 1 minggu pertama , dapat disebabkan oleh :
a. breast milk jaundice
b. Septikemia
c. atresia congenital bile duct
d. Hepatitis
e. Hypotiroidism
f. anemia hemolitik kongenital
Jaundice yang menetap setelah 1 bulan , dipikirkan hepatitis, sifilis,
toxoplasmosis, familial nonhemolytic icterus, atresia kongenital bile duct.
TATALAKSANA
Fototerapi Obat – obat : fenobarbital, ursodiol, cholestyramine, rifampin