jalan tengah k ea dilan -...
TRANSCRIPT
| i
Jalan Tengah Keadilan
Mediasi dalam Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang Berkekuatan
Hukum Tetap dalam Sistem Peradilan Perdata
ii |
| iii
Jalan TengahKeadilanMediasi dalamPelaksanaan
Putusan Pengadilanyang BerkekuatanHukum Tetap
dalam SistemPeradilanPerdata
Dr. Gusrizal, S.H., M.Hum.
Dr. Nia Kurniati, S.H., M.H.
iv |
JALAN TENGAH KEADILAN
Mediasi dalam Pelaksanaan Putusan
Pengadilan yang Berkekuatan Hukum
Tetap dalam Sistem Peradilan Perdata
Dr. Gusrizal, S.H., M.Hum.
Dr. Nia Kurniati, S.H., M.H.
Copyright © 2017
All right reserved
Cetakan Pertama,
Juli 2017
Diterbitkan oleh:
Logoz Publishing
Soreang Indah V-20
Bandung 40911
Telp/Fax 022-85874472
CP. 081322702828
Penyunting &
Pata Letak
Aep Gunarsa, SH
Graf is Sampul
Hendra Kurniawan, S.Si.
Katalog Dalam Terbitan
JALAN TENGAH KEADILAN
Mediasi dalam Pelaksanaan Putusan
Pengadilan yang Berkekuatan Hukum Tetap
dalam Sistem Peradilan Perdata
Dr. Gusrizal, S.H., M.Hum.
Dr. Nia Kurniati, S.H., M.H.
–Ed.1. –Cet. 1.– Bandung: Logoz Publishing, 20171 jil., xii + 349 hlm.; ilus.; 17,5 × 25 cm
ISBN 978-602-9272-58-1
© 2017
Hak Cipta dilindungi
oleh undang-undang.
Dilarang memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku
ini dalam bentuk apa pun
tanpa izin penulis dan penerbit.
| v
"Hai orang-orang yang beriman,
hendaklah kamu jadi orang-orang yang
menegakan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap satu kaum, mendorong untuk kamu
berbuat tidak adil. Berlaku adillah
karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS Al-Maidah [5]: 8)
“Keadilan adalah ketetapan Allah bagi kosmosatau alam raya ciptaan-Nya, karena menurut ajaranIslam, keadilan adalah prinsip yang merupakan hukumseluruh hajat raya. Oleh karenanya, melanggar keadilanadalah melanggar hukum kosmos dan dosa ketidakadilanakan mempunyai dampak kehancuran tatananmasyarakat manusia.”(Nurcholish Majid)
vi |
| vii
Dalam praktik kadang ditemukan prinsip keadilan bagi individu
dikalahkan dengan prinsip kepastian hukum, yang menjadi mahkota
bukan keadilan akan tetapi kepastian hukum. Ketidakmampuan untuk
mewujudkan keadilan dan kepastian hukum secara bersamaan menim-
bulkan akibat ketidakpercayaan masyarakat terhadap penegak hukum
dan kewibawaan lembaga pengadilan menjadi merosot.
Dalam praktik peradilan, untuk mengeksekusi putusan pengadilan
tidak jarang dijumpai hal-hal yang cukup memusingkan kepala Ketua
Pengadilan Negeri sebagai pejabat yang memerintahkan eksekusi
tersebut. Apabila pelaksanaan suatu putusan perkara perdata tersebut
tertunda atau tidak dapat dilaksanakan maka akan merugikan pencari
keadilan, sebagaimana terkandung dalam ungkapan “justice delayed is
justice denied”, yang menggambarkan lambannya pelayanan pengadilan
memberikan keadilan yang sesungguhnya kepada masyarakat.
Eksekusi merupakan bagian dan termasuk dalam Hukum Acara
Perdata dan alam mengajukan gugatan ke pengadilan, orang bermaksud
mendapatkan haknya, memperoleh kepastian hukum dan mengha-
rapkan manfaat dari putusan pengadilan yang mengabulkan gugatannya.
Agar ddipenuhi hak-hak seperti tertera dalam putusan pengadilan
diperlukan tindak lanjut yang dikenal dengan permohonan pelaksanaan
putusan (eksekusi).Bertemali dengan itu, tujuan akhir pencari keadilan
ialah agar segala hak-haknya yang dirugikan oleh pihak lain dapat
Dari Penulis
viii |
dipulihkan melalui putusan hakim yang kemudian dapat dilaksanakan.
Dalam hal ini, diperlukan adanya suatu mekanisme baru, mencari jalan
tengah antara pihak yang tereksekusi yaitu pihak yang kalah dalam
persidangan maupun pihak yang menang, agar kedua belah pihak dapat
menerima dan sekaligus menjalankan putusan pengadilan tersebut.
Prosedur tersebut di atas menjadi sebuah solusi dari buntunya jalan
yang ditempuh melalui proses litigasi jika putusannya tidak dapat
dilaksanakan karena kendala banyak hal.
Dalam buku ini, kami ingin menyajikan kajian solusi jalan tengah
tersebut dalam sebuah wacana akademik meskipun banyak data-data
faktual yang kami himpun menjadi materi dalam buku ini. Di mulai
dalam lingkup yang paling kecil, kami semata-mata disemangati berbagi
informasi dan khasanah keilmuan agar dapat memberi harapan-harapan
baru bagi masyarakat pencari keadilan.
Terakhir dalam sekapur sirih ini, bahwasannya kami sangat
bersyukur akhirnya dapat menyelesaikan buku ini meskipun tidak
sesempurna yang kami rencanakan. Banyak hal yang terpaksa kami
abaikan untuk menjadikan manuskrip akademik ini hingga akhirnya
menjadi sebuah buku yang ada di hadapan pembaca sekalian. Dan kami
pun berhutang budi kepada banyak pribadi-pribadi yang sangat murah
hati, terutama Yang Terhormat Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia, yang terhormat Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Hatta Ali,
SH., MH., kami haturkan terima kasih yang paling dalam, yang telah
berkenan memberi Kata Pengantar untuk buku ini, kemudian yang
senantiasa kami hormati para Guru Besar dan guru-guru lainnya di
almamater dan kolega di lingkungan tempat kami mengabdi, Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat dan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Kepada keluarga kami masing-masing, yang selalu memahami
waktu-waktu berharga bersama keluarga seringkali terganggu karena
keinginan untuk segera mengemas dan mempublikasikan buku ini,
dihaturkan banyak terima kasih yang sangat dalam.
Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Mei 2017.
| ix
Daftar Isi
DARI PENULIS ...............................................................................vii
PRAWACANA ................................................................................. 1
A. Pendahuluan ................................................................................. 1
B. Desain Pemikiran ......................................................................... 17
BAB I
PUTUSAN PENGADILAN YANG BERKEKUATAN
HUKUM TETAP DALAM SISTEM PERADILAN PERDATA .............. 41
A Sistem Peradilan Perdata Indonesia
dan Upaya Mewujudkan Keadilan Sosial ..................................... 41
1. Perspektif Teori Keadilan Sosial .......................................... 41
2. Perspektif Teori Sistem Hukum .......................................... 54
3. Perspektif Teori Hukum Pembangunan .......... .................. 66
B Eksekusi Putusan Pengadilan dalam Sistem Hukum Perdata ..... 81
1. Pengertian dan Istilah Eksekusi .......................................... 81
2. Sumber Hukum Eksekusi ................................................... 84
3. Asas-asas dalam Eksekusi.................................................... 85
4. Jenis-jenis Eksekusi ............................................................ 88
C Pelaksanaan Eksekusi Putusan Pengadilan
dalam Sistem Peradilan Perdata Melalui Perdamaian ................. 91
x |
1. Prosedur Eksekusi Atas Kesepakatan Perdamaian .............. 91
2. Permohonan Eksekusi .........................................................95
3. Aanmaning ..........................................................................97
4. Sita Eksekusi Obyek Perdamaian ....................................... 101
5. Eksekusi Riil dan Eksekusi Pembayaran Uang
Atas Kesepakatan Perdamaian ........................................... 103
D Alternatif Penyelesaian Sengketa
dalam Sistem Peradilan Perdata ................................................ 104
BABII
LEMBAGA MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA DALAM SISTEM
PERADILAN PERDATA ..................................................................... 117
A. Mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa ..................... 117
B, Penerapan Mediasi .................................................................... 126
1. Penerapan dalam Sistem Hukum ...................................... 126
a. Hukum Adat ............................................................... 126
b. Hukum Islam ............................................................... 132
c. Hukum Barat ............................................................... 139
2. Penerapan di Beberapa Negara ........................................... 141
a. Amerika Serikat ........................................................... 141
b. Kanada ........................................................................ 144
c. Singapura ..................................................................... 145
C. Upaya Pengintegrasian Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2008 .................................................................. 157
1. Mediasi di Pengadilan ........................................................ 157
2. Tahap-tahap Mediasi di Pengadilan ................................... 167
3. Negosiasi dalam Mediasi .................................................... 177
4. Peran Para Pihak dalam Mediasi ....................................... 180
D.. Program Mediasi di Mahkamah Agung ....................................200
1. Proyek Percontohan Tahun 2003-2007
dan Tahun 2008-2009 .......................................................200
a. Tahun 2003-2007 ........................................................200
b. Tahun 2008-2009 ........................................................ 211
| xi
2. Non-Proyek Percontohan .................................................. 220
a. Pengadilan Negeri Jakarta Timur ............................... 220
b. Pengadilan Negeri Jakarta Utara .................................. 221
c. Pengadilan Negeri Serang ........................................... 222
d. Pengadilan Negeri Pekanbaru .................................... 223
BAB III
HAMBATAN PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN .............. 227
A. Permasalahan di Lembaga Peradilan ......................................... 227
B. Putusan yang Tidak Dapat Dieksekusi ...................................... 239
C. Rendahnya Tingkat Kepercayaan Masyarakat
terhadap Badan Peradilan untuk Menyelesaikan
Perkara Perdata Bernilai Kecil .................................................... 251
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Eksekusi ...... 264
1. Faktor Hukum ...................................................................266
2. Faktor Ketiadaan Biaya ...................................................... 267
3. Faktor Objek Perkara Kabur ..............................................269
4. Faktor Objek Perkara Telah Berpindah Tangan
kepada Pihak Lain ............................................................. 270
5. Faktor Termohon Eksekusi Tidak Mempunyai Harta
Baik Bergerak ataupun Tidak Bergerak untuk Diletakkan
Sita Eksekusi Guna Pemenuhan Isi Putusan ...................... 271
6. Faktor Dukungan Aparat Penegak Hukum ....................... 272
7. Faktor Masyarakat dan Kebudayaan.................................. 273
8. Faktor Masyarakat dan Kebudayaan.................................. 274
BABIV
PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN
MELALUI PROSES MEDIASI ........................................................... 275
A. Urgensi Proses Mediasi dalam Pelaksanaan
Putusan Pengadilan yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap .... 275
B. Praktik Mediasi Terhadap Pelaksanaan Putusan Pengadilan
yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap pada Saat Aanmaning .... 283
xii |
C. Konsep Pelaksanaan Putusan Pengadilan Perdata
yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap
Melalui Proses Mediasi .............................................................. 309
BAB V
CATATAN PENUTUP ....................................................................... 329
Senarai Pusataka ............................................................................. 333
| i
Jalan Tengah Keadilan
Mediasi dalam Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang Berkekuatan
Hukum Tetap dalam Sistem Peradilan Perdata
ii |
| iii
Jalan TengahKeadilanMediasi dalamPelaksanaan
Putusan Pengadilanyang BerkekuatanHukum Tetap
dalam SistemPeradilanPerdata
Dr. Gusrizal, S.H., M.Hum.
Dr. Nia Kurniati, S.H., M.H.
iv |
JALAN TENGAH KEADILAN
Mediasi dalam Pelaksanaan Putusan
Pengadilan yang Berkekuatan Hukum
Tetap dalam Sistem Peradilan Perdata
Dr. Gusrizal, S.H., M.Hum.
Dr. Nia Kurniati, S.H., M.H.
Copyright © 2017
All right reserved
Cetakan Pertama,
Juni 2017
Diterbitkan oleh:
Logoz Publishing
Soreang Indah V-20
Bandung 40911
Telp/Fax 022-85874472
CP. 081322702828
Penyunting &
Pata Letak
Aep Gunarsa, SH
Graf is Sampul
Hendra Kurniawan, S.Si.
Katalog Dalam Terbitan
JALAN TENGAH KEADILAN
Mediasi dalam Pelaksanaan Putusan
Pengadilan yang Berkekuatan Hukum Tetap
dalam Sistem Peradilan Perdata
Dr. Gusrizal, S.H., M.Hum.
Dr. Nia Kurniati, S.H., M.H.
–Ed.1. –Cet. 1.– Bandung: Logoz Publishing, 20171 jil., xii + 349 hlm.; ilus.; 17,5 × 25 cm
ISBN 978-602-9272-58-1
© 2015.
Hak Cipta dilindungi
oleh undang-undang.
Dilarang memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku
ini dalam bentuk apa pun
tanpa izin penulis dan penerbit.
| v
"Hai orang-orang yang beriman,
hendaklah kamu jadi orang-orang yang
menegakan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap satu kaum, mendorong untuk kamu
berbuat tidak adil. Berlaku adillah
karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS Al-Maidah [5]: 8)
“Keadilan adalah ketetapan Allah bagi kosmosatau alam raya ciptaan-Nya, karena menurut ajaranIslam, keadilan adalah prinsip yang merupakan hukumseluruh hajat raya. Oleh karenanya, melanggar keadilanadalah melanggar hukum kosmos dan dosa ketidakadilanakan mempunyai dampak kehancuran tatananmasyarakat manusia.”(Nurcholish Majid)
vi |
| vii
Dalam praktik kadang ditemukan prinsip keadilan bagi individu
dikalahkan dengan prinsip kepastian hukum, yang menjadi mahkota
bukan keadilan akan tetapi kepastian hukum. Ketidakmampuan untuk
mewujudkan keadilan dan kepastian hukum secara bersamaan menim-
bulkan akibat ketidakpercayaan masyarakat terhadap penegak hukum
dan kewibawaan lembaga pengadilan menjadi merosot.
Dalam praktik peradilan, untuk mengeksekusi putusan pengadilan
tidak jarang dijumpai hal-hal yang cukup memusingkan kepala Ketua
Pengadilan Negeri sebagai pejabat yang memerintahkan eksekusi
tersebut. Apabila pelaksanaan suatu putusan perkara perdata tersebut
tertunda atau tidak dapat dilaksanakan maka akan merugikan pencari
keadilan, sebagaimana terkandung dalam ungkapan “justice delayed is
justice denied”, yang menggambarkan lambannya pelayanan pengadilan
memberikan keadilan yang sesungguhnya kepada masyarakat.
Eksekusi merupakan bagian dan termasuk dalam Hukum Acara
Perdata dan alam mengajukan gugatan ke pengadilan, orang bermaksud
mendapatkan haknya, memperoleh kepastian hukum dan mengha-
rapkan manfaat dari putusan pengadilan yang mengabulkan gugatannya.
Agar ddipenuhi hak-hak seperti tertera dalam putusan pengadilan
diperlukan tindak lanjut yang dikenal dengan permohonan pelaksanaan
putusan (eksekusi).Bertemali dengan itu, tujuan akhir pencari keadilan
ialah agar segala hak-haknya yang dirugikan oleh pihak lain dapat
Dari Penulis
viii |
dipulihkan melalui putusan hakim yang kemudian dapat dilaksanakan.
Dalam hal ini, diperlukan adanya suatu mekanisme baru, mencari jalan
tengah antara pihak yang tereksekusi yaitu pihak yang kalah dalam
persidangan maupun pihak yang menang, agar kedua belah pihak dapat
menerima dan sekaligus menjalankan putusan pengadilan tersebut.
Prosedur tersebut di atas menjadi sebuah solusi dari buntunya jalan
yang ditempuh melalui proses litigasi jika putusannya tidak dapat
dilaksanakan karena kendala banyak hal.
Dalam buku ini, kami ingin menyajikan kajian solusi jalan tengah
tersebut dalam sebuah wacana akademik meskipun banyak data-data
faktual yang kami himpun menjadi materi dalam buku ini. Di mulai
dalam lingkup yang paling kecil, kami semata-mata disemangati berbagi
informasi dan khasanah keilmuan agar dapat memberi harapan-harapan
baru bagi masyarakat pencari keadilan.
Terakhir dalam sekapur sirih ini, bahwasannya kami sangat
bersyukur akhirnya dapat menyelesaikan buku ini meskipun tidak
sesempurna yang kami rencanakan. Banyak hal yang terpaksa kami
abaikan untuk menjadikan manuskrip akademik ini hingga akhirnya
menjadi sebuah buku yang ada di hadapan pembaca sekalian. Dan kami
pun berhutang budi kepada banyak pribadi-pribadi yang sangat murah
hati, terutama Yang Terhormat Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia, yang terhormat Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Hatta Ali,
SH., MH., kami haturkan terima kasih yang paling dalam, yang telah
berkenan memberi Kata Pengantar untuk buku ini, kemudian yang
senantiasa kami hormati para Guru Besar dan guru-guru lainnya di
almamater dan kolega di lingkungan tempat kami mengabdi, Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat dan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Kepada keluarga kami masing-masing, yang selalu memahami
waktu-waktu berharga bersama keluarga seringkali terganggu karena
keinginan untuk segera mengemas dan mempublikasikan buku ini,
dihaturkan banyak terima kasih yang sangat dalam.
Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Mei 2017.
| ix
Daftar Isi
DARI PENULIS ...............................................................................vii
PRAWACANA ................................................................................. 1
A. Pendahuluan ................................................................................. 1
B. Desain Pemikiran ......................................................................... 17
BAB I
PUTUSAN PENGADILAN YANG BERKEKUATAN
HUKUM TETAP DALAM SISTEM PERADILAN PERDATA .............. 41
A Sistem Peradilan Perdata Indonesia
dan Upaya Mewujudkan Keadilan Sosial ..................................... 41
1. Perspektif Teori Keadilan Sosial .......................................... 41
2. Perspektif Teori Sistem Hukum .......................................... 54
3. Perspektif Teori Hukum Pembangunan .......... .................. 66
B Eksekusi Putusan Pengadilan dalam Sistem Hukum Perdata ..... 81
1. Pengertian dan Istilah Eksekusi .......................................... 81
2. Sumber Hukum Eksekusi ................................................... 84
3. Asas-asas dalam Eksekusi.................................................... 85
4. Jenis-jenis Eksekusi ............................................................ 88
C Pelaksanaan Eksekusi Putusan Pengadilan
dalam Sistem Peradilan Perdata Melalui Perdamaian ................. 91
x |
1. Prosedur Eksekusi Atas Kesepakatan Perdamaian .............. 91
2. Permohonan Eksekusi .........................................................95
3. Aanmaning ..........................................................................97
4. Sita Eksekusi Obyek Perdamaian ....................................... 101
5. Eksekusi Riil dan Eksekusi Pembayaran Uang
Atas Kesepakatan Perdamaian ........................................... 103
D Alternatif Penyelesaian Sengketa
dalam Sistem Peradilan Perdata ................................................ 104
BABII
LEMBAGA MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA DALAM SISTEM
PERADILAN PERDATA ..................................................................... 117
A. Mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa ..................... 117
B, Penerapan Mediasi .................................................................... 126
1. Penerapan dalam Sistem Hukum ...................................... 126
a. Hukum Adat ............................................................... 126
b. Hukum Islam ............................................................... 132
c. Hukum Barat ............................................................... 139
2. Penerapan di Beberapa Negara ........................................... 141
a. Amerika Serikat ........................................................... 141
b. Kanada ........................................................................ 144
c. Singapura ..................................................................... 145
C. Upaya Pengintegrasian Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2008 .................................................................. 157
1. Mediasi di Pengadilan ........................................................ 157
2. Tahap-tahap Mediasi di Pengadilan ................................... 167
3. Negosiasi dalam Mediasi .................................................... 177
4. Peran Para Pihak dalam Mediasi ....................................... 180
D.. Program Mediasi di Mahkamah Agung ....................................200
1. Proyek Percontohan Tahun 2003-2007
dan Tahun 2008-2009 .......................................................200
a. Tahun 2003-2007 ........................................................200
b. Tahun 2008-2009 ........................................................ 211
| xi
2. Non-Proyek Percontohan .................................................. 220
a. Pengadilan Negeri Jakarta Timur ............................... 220
b. Pengadilan Negeri Jakarta Utara .................................. 221
c. Pengadilan Negeri Serang ........................................... 222
d. Pengadilan Negeri Pekanbaru .................................... 223
BAB III
HAMBATAN PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN .............. 227
A. Permasalahan di Lembaga Peradilan ......................................... 227
B. Putusan yang Tidak Dapat Dieksekusi ...................................... 239
C. Rendahnya Tingkat Kepercayaan Masyarakat
terhadap Badan Peradilan untuk Menyelesaikan
Perkara Perdata Bernilai Kecil .................................................... 251
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Eksekusi ...... 264
1. Faktor Hukum ...................................................................266
2. Faktor Ketiadaan Biaya ...................................................... 267
3. Faktor Objek Perkara Kabur ..............................................269
4. Faktor Objek Perkara Telah Berpindah Tangan
kepada Pihak Lain ............................................................. 270
5. Faktor Termohon Eksekusi Tidak Mempunyai Harta
Baik Bergerak ataupun Tidak Bergerak untuk Diletakkan
Sita Eksekusi Guna Pemenuhan Isi Putusan ...................... 271
6. Faktor Dukungan Aparat Penegak Hukum ....................... 272
7. Faktor Masyarakat dan Kebudayaan.................................. 273
8. Faktor Masyarakat dan Kebudayaan.................................. 274
BABIV
PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN
MELALUI PROSES MEDIASI ........................................................... 275
A. Urgensi Proses Mediasi dalam Pelaksanaan
Putusan Pengadilan yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap .... 275
B. Praktik Mediasi Terhadap Pelaksanaan Putusan Pengadilan
yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap pada Saat Aanmaning .... 283
xii |
C. Konsep Pelaksanaan Putusan Pengadilan Perdata
yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap
Melalui Proses Mediasi .............................................................. 309
BAB V
CATATAN PENUTUP ....................................................................... 329
Senarai Pusataka ............................................................................. 333
Prawacana | 1
A. Pendahuluan
Sebagai makhluk sosial (zoon politicon), manusia dalam berinteraksi
satu sama lain seringkali tidak dapat menghindari adanya bentrokan-
bentrokan kepentingan (conflict of interest) di antara mereka. Konflik
yang terjadi dapat menimbulkan kerugian, karena biasanya disertai
pelanggaran hak dan kewajiban dari pihak satu terhadap pihak lain.
Konflik-konflik semacam itu tidak mungkin dibiarkan begitu saja, tetapi
memerlukan sarana hukum untuk menyelesaikannya. Dalam keadaan
seperti itulah, hukum diperlukan untuk mengatasi berbagai persoalan
yang terjadi. Sebagaimana sebuah ungkapan “ubi societas ibi ius” atau di
mana ada masyarakat, maka di situ perlu hukum. Eksistensi hukum
sangat diperlukan dalam mengatur kehidupan manusia, tanpa hukum,
kehidupan manusia akan liar, siapa yang kuat dialah yang menang. Tujuan
hukum pada kondisi dimaksud, menurut Bachsan Mustofa1, adalah
Prawacana
1 Ditinjau dari segi politik suatu “Nacht Waker Staat” negara sebagai penjaga malam, tugaspokoknya adalah menjamin dan melindungi kedudukan ekonomi “The Rulling Class”. Nasibdari mereka yang bukan “The Rulling Class” tidak dihiraukan oleh alat-alat pemerintah dalamsuatu “Nacht Waker Staat”. Dalam Bachsan Mustofa, Sistem Hukum Administrasi NegaraIndonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 7-8.
JALAN TENGAH KEADILAN2 |
untuk melindungi kepentingan manusia dalam mempertahankan hak
dan kewajibannya.
Dalam rangka menegakkan aturan-aturan hukum, maka di negara
hukum seperti Indonesia,2 diperlukan adanya suatu institusi yang
dinamakan kekuasaan kehakiman (judicative power). Kekuasaan
kehakiman dalam praktik diselenggarakan oleh badan-badan peradilan
negara. Adapun tugas pokok badan peradilan adalah memeriksa,
mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan
oleh masyarakat pencari keadilan, selain mengawasi berlakunya
peraturan perundang-undangan yang berlaku (ius constitutum).
Di Indonesia, ketentuan mengenai kekuasaan kehakiman secara
konstitusional diatur dalam Bab IX, Pasal 24, 24A, 24B, 24C dan 25 UUD
1945 hasil amandemen Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ke-
empat. Hasil amandemen tersebut telah mengubah struktur kekuasaan
kehakiman, karena di samping Mahkamah Agung juga terdapat lembaga
kekuasaan kehakiman yang baru, yaitu Mahkamah Konstitusi. Pasal 24
ayat (2) menyebutkan:
“Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.”
Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang, dan mempunyai kewenangan lainnya yang
diberikan oleh undang-undang.3 Adapun calon hakim agung diusulkan
oleh Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk menda-
2 Penetapan suatu negara sebagai negara hukum yang berkesejahteraan memberikankonsekuensi bahwa hukum yang berlaku akan memberikan jaminan terhadap segenapbangsa, segenap individu dari perlakuan tidak adil dan perbuatan sewenang-wenang.Hukum harus mengayomi setiap warga agar hak-haknya sebagai warga Negara dan hak-hak asasi manusianya terjamin. Dalam Andi Mattalatta, “Politik Hukum Perundang-undangan”, Artikel, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 6 No. 4, Desember 2009, hlm. 571.
3 Pasal 24 A ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen.