issn : 1978-6603 minat civitas akademika terhadap … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi...

19
185 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP MEMBACA AL-QURAN Studi Kasus di Perguruan Tinggi Sumatera Utara Nahar A. Ghani #1 , Ahmad Calam #2 #1 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara – Medan #2 Program Studi Sistem Informasi, STMIK Triguna Dharma - Medan E-mail : #2 [email protected] Abstrak Iman kepada Alquran berarti beriman kepada seluruh kandungan yang ada di dalamnya, yang berupa aqidah, ibadah, syiar, akhlaq, adab, syariat, dan muamalah. Dewasa ini kita melihat di Timur dan di Barat muncul gejala “kembali kepada Alquran” terutama di kalangan generasi muda. Di tanah air, kecenderungan seperti ini sudah semakin tampak, tidak hanya di perguruan tinggi agama (Islam) tetapi juga di perguruan tinggi umum. Namun dalam menyikapi Alquran sebagai kitab suci Muslim tidak hanya sekedar diimani sebagai Kalamullah, tetapi amat penting menghayati makna yang dikandungnya sesuai dengan tujuannya. Untuk itu, tentu saja aspek membaca dan mengamalkan Alquran tidak dapat dilepaskan dari kehidupan keseharian umat Islam. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah: bahwa minat dan kemampuan baca Alquran civitas akademika UMSU (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara), UISU (Universitas Islam Sumatera Utara), UDA (Universitas Dharma Agung), UA (Universitas Asahan), dan UMTS (Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan) sangat rendah. Secara general dari hasil penelitian dalam angka (persentase) melalui angket, observasi maupun wawancara menunjukkan bahwa kelemahan itu sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, karena sebanyak 100 orang dari 250 orang civitas akademika yang diteliti tidak lancar membaca Alquran dengan frekuensi 40 %. Apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah civitas akademika khususnya dan umat Islam umumnya semakin hari semakin banyak yang tidak tahu membaca Alquran. Kata Kunci : Minat, Civitas Akademika, Membaca Al-Quran. Abstract Faith means believing the Qur'an to all the content in it, in the form of faith, worship, symbols, morality, manners, Shari'a, and muamalah. Today we look at the East and West symptoms "return to the Koran" especially among the younger generation. In the homeland, this trend is more visible, not only in college religion (Islam) but also at the community college. But in addressing the Muslim holy book the Koran as not just belief as Kalamullah, but very important meaning that it contains live their purpose. For that, of course, aspects of reading and practicing the Qur'an can not be separated from the daily life of Muslims. The conclusions of this research are: that the interests and academic literacy Koran UMSU (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara), UISU (Islamic University of North Sumatra), UDA (the Great Dharma University), UA (University Asahan), and UMTS (Universitas Muhammadiyah Tapanuli south) is very low. In general the results of research in a number (percentage) through questionnaires, observations and interviews suggest that the weakness has reached alarming levels, as many as 100 people out of 250 people surveyed academic noncurrent read the Qur'an with a frequency of 40%. If this condition is allowed to continue, it does not rule out the possibility that the academic community in particular and the Muslims in general are increasingly many do not know how to read the Qur'an. Keywords : Interests, Civitas Academica, Reading Al-Quran. ISSN : 1978-6603

Upload: phungngoc

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

185

MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP MEMBACA AL-QURANStudi Kasus di Perguruan Tinggi Sumatera Utara

Nahar A. Ghani#1, Ahmad Calam#2

#1Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara – Medan#2Program Studi Sistem Informasi, STMIK Triguna Dharma - Medan

E-mail : #[email protected]

AbstrakIman kepada Alquran berarti beriman kepada seluruh kandungan yang ada di dalamnya, yang berupaaqidah, ibadah, syiar, akhlaq, adab, syariat, dan muamalah. Dewasa ini kita melihat di Timur dan di Baratmuncul gejala “kembali kepada Alquran” terutama di kalangan generasi muda. Di tanah air,kecenderungan seperti ini sudah semakin tampak, tidak hanya di perguruan tinggi agama (Islam) tetapijuga di perguruan tinggi umum. Namun dalam menyikapi Alquran sebagai kitab suci Muslim tidak hanyasekedar diimani sebagai Kalamullah, tetapi amat penting menghayati makna yang dikandungnya sesuaidengan tujuannya. Untuk itu, tentu saja aspek membaca dan mengamalkan Alquran tidak dapatdilepaskan dari kehidupan keseharian umat Islam. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah: bahwa minatdan kemampuan baca Alquran civitas akademika UMSU (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara),UISU (Universitas Islam Sumatera Utara), UDA (Universitas Dharma Agung), UA (Universitas Asahan), danUMTS (Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan) sangat rendah. Secara general dari hasil penelitiandalam angka (persentase) melalui angket, observasi maupun wawancara menunjukkan bahwakelemahan itu sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, karena sebanyak 100 orang dari 250orang civitas akademika yang diteliti tidak lancar membaca Alquran dengan frekuensi 40 %. Apabilakondisi ini dibiarkan terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah civitas akademikakhususnya dan umat Islam umumnya semakin hari semakin banyak yang tidak tahu membaca Alquran.

Kata Kunci : Minat, Civitas Akademika, Membaca Al-Quran.

AbstractFaith means believing the Qur'an to all the content in it, in the form of faith, worship, symbols, morality,manners, Shari'a, and muamalah. Today we look at the East and West symptoms "return to the Koran"especially among the younger generation. In the homeland, this trend is more visible, not only in collegereligion (Islam) but also at the community college. But in addressing the Muslim holy book the Koran asnot just belief as Kalamullah, but very important meaning that it contains live their purpose. For that, ofcourse, aspects of reading and practicing the Qur'an can not be separated from the daily life of Muslims.The conclusions of this research are: that the interests and academic literacy Koran UMSU (UniversitasMuhammadiyah Sumatera Utara), UISU (Islamic University of North Sumatra), UDA (the Great DharmaUniversity), UA (University Asahan), and UMTS (Universitas Muhammadiyah Tapanuli south) is very low.In general the results of research in a number (percentage) through questionnaires, observations andinterviews suggest that the weakness has reached alarming levels, as many as 100 people out of 250people surveyed academic noncurrent read the Qur'an with a frequency of 40%. If this condition isallowed to continue, it does not rule out the possibility that the academic community in particular andthe Muslims in general are increasingly many do not know how to read the Qur'an.

Keywords : Interests, Civitas Academica, Reading Al-Quran.

ISSN : 1978-6603

Page 2: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat Civitas Akademika Terhadap………

186 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012

PENDAHULUANAl-Qur'an al karim adalah kitab yang

diturunkan Allah Swt kepada Nabi MuhammadSaw. Alquran merupakan sumber rujukanpaling utama bagi umat Islam, dan bagian darirukun iman. Alquran adalah pedoman hidup,dan rahmatan lil 'alamin. Artinya, barangsiapayang mengaku dirinya sebagai muslim, makasudah sepantasnya dia mengamalkan apa-apayang terdapat di dalam Alquran.

Sudah sering para ulama, ustadz, kyai,dan guru agama yang mengingatkan kepadakita agar mempelajari dan mengamalkanAlquran. Yusuf Qardhawi menyebutkan, palingtidak ada 2 hal yang harus ditempuh agar kitadapat mengamalkan Alquran dengan baik danbenar.

Pertama, kita harus memulainyadengan mengimani Alquran dahulu secarakaffah, menyeluruh, totalitas, tanpa tawar-menawar. Tanpa iman kepada Alquran, makadipastikan akan sulit mengamalkan isiAlquran. (Shihab, 1992: 14)

Sekedar intermezzo, beberapapesantren di Indonesia selain membahasAlquran juga banyak sekali yang membahaskitab kuning. Kami bukan hendakmempermasalahkan isi dari kitab kuning,namun proporsi pembahasan kitab kuningkadang kala melebihi pembahasan Alquran itusendiri. Waktu mereka lebih banyakdihabiskan untuk membahas kitab kuningketimbang Alquran. Sehingga kandungan-kandungan Alquran justru jarang diamalkan,karena kurangnya iman kepada Alquran.Mereka lebih dekat kepada kitab kuningketimbang Alquran.

Iman kepada Alquran berarti berimankepada seluruh kandungan yang ada didalamnya, yang berupa aqidah, ibadah, syiar,akhlaq, adab, syariat, dan muamalah. Seorangmuslim tidak boleh hanya mengambilsebagiannya saja, misalnya dia hanya

mengambil bagian aqidah, namun menolakbagian ibadah. Atau dia mengambil bagiansyariat, namun menolak aqidah. Atau diamengambil bagian ekonomi, namun menolakbagian politik, atau pensyariatan bagi segalaurusan.

Kedua, yaitu dengan memberikanperhatian kita kepada apa-apa yang ada atauyang diperhatikan oleh Alquran karenaperkara yang menjadi perhatian Alquranberarti merupakan perkara penting. Prioritasyang diberikan oleh Alquran menunjukkanpula prioritas pengamalannya. (Shihab, 1992:40).

Dewasa ini kita melihat di Timur dan diBarat muncul gejala “kembali kepada Alquran”terutama di kalangan generasi muda. Di tanahair, kecenderungan seperti ini sudah semakintampak, tidak hanya di perguruan tinggiagama (Islam) tetapi juga di perguruan tinggiumum.

Namun dalam menyikapi Alquransebagai kitab suci Muslim tidak hanya sekedardiimani sebagai Kalamullah, tetapi amatpenting menghayati makna yangdikandungnya sesuai dengan tujuannya. Untukitu, tentu saja aspek membaca danmengamalkan Alquran tidak dapat dilepaskandari kehidupan keseharian umat Islam. Sepertiyang telah disitir oleh Usman ibn Affan:“Orang yang paling baik di antara kalianadalah orang yang mempelajari Alquran danmengajarkannya” (As-Sayuti: 1992: 21).

Apalagi jika Alquran itu dikaji,direnungkan dan dihayati, makin terkuaklahmukjizat Alquran. Karena Alquran diturunkansebagai rahmat bagi semesta alam, makakemukjizatan Alquran pun akan selaludirasakan oleh manusia dalam segala zaman.

1. Civitas Akademika dan MasyarakatCivitas akademika atau insan kampus

yang disebut juga komunitas intelektual

Page 3: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat civitas Akademika Terhadap………

Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 187

adalah harapan dan tumpuan yang menjadipilar kebangkitan umat. Dalam setiapkebangkitan, civitas akademika adalah rahasiakekuatan dan merupakan pengibar panji-panjikebenaran dan keadilan.

Rumitnya, sungguh sangat banyakkewajiban civitas akademika sebagaisekelompok orang-orang terdidik untukmemikul amanat berat yang ada dipundakmereka. Mereka harus berpikir panjang,banyak beramal, bijak dalam menentukansikap, menjadi penyelamat kebenaran, danmenunaikan hak-hak umat dengan sebaikmungkin.

Menurut Jalaluddin Rakhmat dalambukunya “Perubahan Sosial”, civitasakademika sebagai salah satu elemenreformasi adalah the one and only efficientopposant in the world (satu-satunyapengemban amanah keadilan yang palingefisien di dunia) dalam mengawal perubahansosial ke arah yang lebih baik. (Rakhmat, 1990:19).

Posisi civitas akademika sebagaipengusung nilai-nilai moral dalam konteks inimenjadi sangat strategis dan menarik untukdikaji. Dalam percepatan bergulirnyakehidupan, civitas akademika menjadi potensiterpendam dalam merespon setiapperkembangan yang berkaitan dengankemaslahatan umat. Dalam kilasan sejarah,baik pada scope nasional, regional daninternasional urgensi dan daya dobrak yangluar biasa dari civitas akademika sudahmenjadi bukti yang meyakinkan.

Civitas akademika Islam adalah generasiterdepan umatnya. Sedangkan civitasakademika yang beriman kepada Allah danRasul-Nya adalah mereka yang berpegangteguh pada nilai-nilai rabbani dan ikhlas demikejayaan umatnya merekalah harapan yangpaling memungkinkan untuk mengembanamanah generasi dimasa depan.

Civitas akademika sangat diharapkandapat menjadi profil dan sosok yang akandijadikan contoh bagi masyarakat baik dalamkapasitas moral maupun intelektual yangmelekat padanya. Mereka harus menjadiartikulator, dinamisator dan fasilitator bagipenyelesaian konflik, ishlahul ummah secaraintegral dan komprehensif bersama elemenmasyarakat lainnya dengan bingkai semangat“revivalisasi” dari nilai-nilai Al-Quran danHadis.

Meskipun demikian tidak banyakmengurangi keprihatinan kita saat ini bahwakondisi umat Islam yang masih sangat jauhdari Alquran. Bahkan di kalangan mahasiswadan civitas akademika itu sendiri padaumumnya hanya sedikit yang dapat membacaAlquran dengan baik. Hal ini terjadi tidaksepenuhnya kesalahan mereka semata, tetapijustru sikap para guru agama dan tenagapendidik terhadap Alquran yang masih perludipertanyakan. (Jamal, 1995: 72)

Rendahnya kemampuan maupunminat civitas akademika dalam membacaAlquran - terutama civitas akademika Muslim,sedikit banyaknya tentu memiliki pengaruhyang cukup signifikan dalam melakukan kerja-kerja pemberdayaan masyarakat.

Mereka akan mengalami kesulitanberkomunikasi dan berinteraksi denganmasyarakat karena masyarakat Indonesia yangmayoritas Muslim tidak lepas dari berbagaipersoalan-persoalan dalam kehidupannya,sementara itu jawaban atau solusi yang dapatdiberikan kepada masyarakat itu salah satusumbernya adalah Alquran (ajaran agama).

Kemudian, dari segi status sosial jugademikian. Artinya, civitas yang “rendah mutu”baca Alquran-nya akan tereliminasi darikelompok / strata sisal yang ada. Akanmenjadi nilai plus apabila seorang civitasakademika itu mempunyai kelebihanmembaca Alquran yang baik.

Page 4: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat Civitas Akademika Terhadap………

188 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012

Umat Islam tentu sadar dan tidak maujika Alquran hanya dijadikan hiasan dalamkehidupannya. Oleh karena itu civitasakademika memiliki kewajiban untuk mencarimetode atau cara yang dapat dijadikan solusiuntuk menanggulangi kelemahan umat Islamdalam berinteraksi dengan Alquran, apalagiAlquran sendiri menjamin bahwa ia dapatmenjadi penerang kehidupan manusia, tidaksaja di zaman dahulu namun terus menerushingga zaman yang akan datang. (Shiddieqy:1987: 9).

2. Tugas dan Tanggungjawab PerguruanTinggi

Rendahnya mutu dan kemampuanbaca Alquran civitas akademika menjadisebuah problem sosial dan dunia pendidikan.Problem ini salah satunya menjaditanggungjawab perguruan tinggi secarainternal dan pihak lainnya secara eksternal.Sebab perguruan tinggi memiliki peranan yangsignifikan dan urgen dalam melakukanpembinaan terhadap masyarakat yang kurangsadar terhadap nilai-nilai yang terkandung didalam Alquran.

Tugas dan tanggungjawab perguruantinggi ini menurut hemat penulis di eramodern dewasa ini menjadi sangat pentingkarena perguruan tinggi memiliki kelompoksosial dan politik yang sangat efektif untukmelakukan kerja-kerja pendidikan di dalaminstansi (internal)-nya. Baik melalui silabus,pedoman perkualiahan, beban mata kuliahmahasiswa dan sebagainya dapat dijadikanperguruan tinggi sebagai sarana gunameningkatkan minat dan kemampuan bacaAlquran civitas akademikanya. Melalui paramahasiswa yang dididik di sana diharapkanmampu memberikan masukan dan pembinaanterhadap masyarakat tentang pentingnyaAlquran, baik secara etika-moral, maupunadat dan tata cara membacanya.

Adapun langkah awal untukmenciptakan kehidupan yang penuhkedamaian di dalam runah tangga muslimadalah membina insan-insan penerus Islamuntuk memiliki kemampuan dan kebiasaanmembaca Alquran dengan fasih, baik danbenar. Tanpa kemampuan tersebut sulit bagiinsan muslim untuk dapat menerapkan danmenggali nilai-nilai kebaikan di dalam Alquran.(Anshari, 1983: 121).

Bagi perguruan tinggi, kegiatanpembinaan kemampuan membaca Alqurantidak bisa dilakukan secara mandiri melaluikesadaran mahasiswa-mahasiswanya saja,tetapi sangat diperlukan sebuah lembaga yangsecara khusus dan sistematismenyelenggarakan serangkaian programpembinaan terhadap mereka.

Ada beberapa jenis kegiatan yangdapat dikelola dan dilaksanakan oleh lembagakhusus tersebut, misalnya: memberikanpelajaran membaca dasar Alquran,meningkatkan kemampuan pembelajaranmembaca Alquran dengan tajwid dan senitilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran,penulisan karya ilmiah seputar Alquran,mempelajari bahan atau materi cerdas-cermatAlquran, syarhil (keterampilan menjelaskan)kandungan Alquran, nasyid, dan lainsebagainya.

Perguruan tinggi juga harusmemberikan perhatian segi pendanaannya.Karena program lembaga Alquran inimembutuhkan dana dalam operasionalnyaseperti kegiatan-kegiatan perkuliahan lainnya.Mengenai dimasukkannya program ini kedalam jam perkuliahan formal tentudiserahkan penanganannya sesuai kebutuhandan kemampuan perguruan tinggi yangbersangkutan.

Oleh karena itu, seyogianya seluruhperguruan tinggi memiliki semacam lembagayang menangani pembinaan baca Alquran,sebagai contoh adalah LPTQN (Lembaga

Page 5: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat civitas Akademika Terhadap………

Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 189

Pembinaan Tilawah Qur’an dan Nasyid) yangberada di Universitas MuhammadiyahSumatera Utara dan IAIN Sumatera Utara.

Lembaga tersebut didedikasikansebagai upaya pembenahan dan perbaikanserta pembinaan pendidikan Alquran dikalangan civitas akademika. Dan di dalamproses perjalanan program kegiatannya tentumemerlukan kajian dan penelitian tentangsejauh mana lembaga ini serius danmenciptakan perubahan mendasar bagikepentingan kemampuan baca Alquran civitasakademikanya.

TINJAUAN PUSTAKA1. Membaca Alquran

Tentang membaca Alquran, Imam al-Ghazali menuliskan pasal khusus yangberkaitan tentang tilawah Alquran. Pasal iniditulis, karena Alquran adalah kitabullah yangdisampaikan kepada manusia melalui NabiMuhammad Saw. untuk dijadikan sebagaipedoman hidup (marja’ al-hayah) selamamereka hidup di dunia.

Sebagai pedoman hidup, di dalamAlquran terdapat norma-norma yang harusdilaksanakan manusia, termasuk soaltatakrama membacanya. Karena itu, membacaAlquran harus dengan adab-adabnya. Anas binMalik telah meriwayatkan, Rasulullah Sawbersabda, “Betapa banyak orang yangmembaca Alquran, tetapi justrumelaknatnya”.

Abu Sulaiman ad-Darani berkata,“Malaikat Zabaniyah lebih cepat menuju parapenghafal Alquran yang berbuat maksiatkepada Allah dari pada penyembah berhala,yaitu ketika mereka berbuat maksiat kepadaAllah setelah membaca Alquran”. Jugadisebutkan dalam kitab Taurat, bahwa AllahSwt. berfirman: “Wahai hamba-Ku, tidakkahkau malu kepada-Ku, datang kepadamu kitabsebagian saudaramu, sementara engkautengah berjalan di suatu jalan”. Jelaslah,

bahwa semua menunjukkan hubunganemosional Alquran dan pembacanya yangsangat erat dan harus selalu diperhatikan.

Adapun adab atau tatakramamembaca Alquran, seperti diuraikan olehImam al-Ghazali, diantaranya: Hendaklahmembaca Alquran dalam keadaan berwudhu’,tidak boleh bersandar ke dinding, danmenghadap kiblat (baik dalam keadaan dudukmaupun berdiri). Dan saat atau keadaanpaling utama untuk membaca Alquran adalahketika dalam melaksanakan shalat.

Para sahabat telah membagi beberapaurutan membaca Alquran, termasuk hari-harinya, sebagaimana yang telah diriwayatkanoleh Uwais bin Hudaifah, bahwasnya SayyidinaUsman bin Affan membaca Alquran dimulaipada malam Jum’at (diawali dengan surah al-Baqarah) sesuai dengan urutan-urutan surahdan mengakhirinya pada malam Kamis. Lainhalnya dengan Ibn Mas’ud, yang membacanyatidak dengan jalan seperti itu.

Soal mengkhatamkan membacaAlquran, antara masing-masing orang biasmengkhatamkannya pada waktu yangberbeda-beda. Ada yang banyakmengkhatamkan dan ada pula yang sedikit.Paling banyak, sekali khataman dalam satumalam, bahkan ada yang dua kali dan tiga kalikhataman. Namun, sebenarnya para ulamatelah memakruhkan khataman yang sepertiitu.

Rasulullah Saw sendiri menyuruhsahabat, seperti Abdullah ibn Umar, Zaid binTsabit, Usman bin Affan, Ibnu Mas’ud danUbay bin Ka’ab, untuk mengkhatamkanAlquran seminggu sekali. Tujuannya, supayatidak terburu-buru dalam membacanya danpemahaman maknanya pun dapat terpenuhidengan baik dan sempurna.

Imam al-Ghazali juga menulis, bahwahendaklah membaca Alquran dengan jalantartil dan mencoba memahami setiap katayang dibacanya. Untuk memahaminya,

Page 6: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat Civitas Akademika Terhadap………

190 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012

terkadang butuh beberapa kali membacanya.Rasulullah Saw bersabda: “Siapa membacaAlquran kurang dari 3 kali, niscaya tidak akanmemahaminya”.

Tentang tartil, Rasulullah Saw telahdiingatkan oleh malaikat Jibril agar tidak cepatmenggerakkan lidah untuk mengikuti bacaanatau wahyu yang disampaikan kepadanya dansupaya diperhatikan secara teliti untuk dapatdiambil berkah dan manfaatnya bagikehidupan. Dengan bacaan tartil, berartipembaca membacanya dengan pelan, tenang,huruf keluar tepat pada makhraj dantajwidnya. Ini berbeda dengan orang yangmembaca Alquran dengan jalan hadhramah(lawan dari tartil), yaitu membaca cepat,kendati tetap terjaga hukum-hukumnya.

Alquran juga seharusnya dibacadengan penuh perenungan / penghayatanmendalam dan dalam suasana sedih.Rasulullah Saw bersabda: “Alquran iniditurunkan dengan kesedihan, maka jika kamumembaca Alquran, lakukanlah dalam keadaanbersedih (maksudnya penuh perenungan ataupenghayatan)”. Ini dilakukan agar jiwapembaca dengan jiwa Alquran bertemu danmenjadi satu padu, sehingga akan terpenuhipenghayatan yang baik.

Ketika membaca Alquran, pembacahendaknya juga menjaga hak-haknya yanglain, seperti memelihara ayat-ayat sajdah.Ketika menemukan ayat-ayat sajdah, makabersujudlah sesuai dengan ketentuan bacaan-bacaannya, baik karena mendengarnya daribacaan orang lain, maupun ketikamembacanya sendiri.

Juga hendaknya membaca Alqurandengan ta’dhim (penuh pengagungan) danperenungan pada sifat-sifat Allah Swt yanglemah lembut pada makhluk-Nya. Pun,hendaknya mengawali membaca Alqurandengan ta’awwudz atau isti’adzah, kerasdalam membaca, hingga terdengar olehtelinga si pembaca Alquran sendiri. Itulah

pikiran-pikiran Imam al-Ghazali terkaittatakrama membaca Alquran yang dituangkandalam karya agungnya, Ihya ‘Ulum al-Din.

Mengenai manfaat membaca, sayakira, tak ada yang membantah lagi kalauaktivitas ini mampu menjadi wahana untukmembangun peradaban bangsa yang lebihterhormat dan bermartabat. Allah sendirimemosisikan aktivitas membaca sebagaiwahyu yang pertama kali diturunkan kepadaRasulullah. Dalam QS Al-’Alaq ([96]: 1-5), Allahberfirman yang artinya seperti berikut ini.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmuyang menciptakan, Dia telah menciptakanmanusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulahyang paling Pemurah, Yang mengajar manusiadengan pena. Dia mengajarkan kepadamanusia apa yang belum diketahuinya” (QS Al-’Alaq [96]: 1-5).

“Membaca” Alquran, dalam budayamembaca umat Islam dewasa ini sepertiberhadapan dengan cermin buram. Kabur dantidak jelas. Dalam pandangan YusudQardhawi, masyarakat muslim adalahmasyarakat yang sebagian besar penduduknyamerupakan masyarakat praliterasi yangdihantam oleh gelombang posliterasi (televisi,internet, handphone, dan sebagainya).Mentalitas praliterasi lebih didominasi tradisilisan atau obrolan. Kelemahan masyarakatpraliterasi adalah kecenderungannyamemerhatikan efek atau aura dari suatupermasalahan. Hal ini dikarenakan mentalitaspraliterasi cenderung tidak menumbuhkankemampuan berjarak dari suatu fenomena,berefleksi terhadap pengalaman, sertamenyusunnya secara sistematis. Umat Islampraliterasi cenderung reaktif dan spontan.(Qardhawi, 2000: 11-12)

Persentuhan dengan berbagai mediaposliterasi tanpa arah malah menghasilkansikap penggunaan teknologi canggih sebatasuntuk ngobrol ngalor-ngidul. Kondisi semacamitu lebih problematis dengan masuknya

Page 7: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat civitas Akademika Terhadap………

Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 191

gelombang posliterasi dalam bentuk negatifdan tidak produktif. Warnet dipenuhimahasiswa yang kecanduan chatting. Teleponjadi media ngerumpi sinetron dan gosip artisoleh kaum perempuan. Handphonememunculkan kebiasaan baru berupa SMSparodi dan konyol (mungkin hanya diIndonesia terbit buku berisi SMS semacam itudan laku keras). Bukan rak buku, lampu bacaatau Alquran mini yang umumnya jadipertimbangan masyarakat Indonesia dalammenata rumah, tapi ruang menonton keluargadan letak televisi yang nyaman.

Akibatnya, minat baca Alquran civitasakademika yang minim malah terjadi juga dimasyarakat Muslim (yaitu, mereka yang bisamengenyam pendidikan tinggi), ditambahpendidikan yang tidak inspiratif. Hal itumenyuburkan kemalasan dan merendahkanminat baca Alquran mereka.

Problem mendasar yang dihadapibangsa ini sebenarnya juga terletak padafaktor keteladanan. Di tengah-tengahmasyarakat kita yang masih kuat nilai-nilaipaternalistiknya, orang-orang yang berada dilapisan bawah cenderung akan melihat padakultur dan kebiasaan yang dilakukan olehorang-orang yang berada di lapisan atasnya.Ketika orang-orang yang seharusnya menjadianutan, orang tua, tokoh masyarakat, ataufigur publik lainnya, malas membaca, jangansalahkan kalau orang-orang yang berada dilapisan bawah akan mengadopsi danmengadaptasi kultur yang literate semacamitu.

Demikian juga di perguruan tinggi.Bagaimana mungkin para mahasiswa memilikikultur membaca Alquran yang baik kalau sangdosen tidak mampu menunjukkanketeladanan gemar membaca Alquran. Bahkanbanyak dosen yang dengan amat bangga danmerasa dirinya paling hebat kalau di kelastidak membawa Alquran apabila ingin

membaca Alquran. Materi Alquran sudahhafal di luar kepala.

A. 2. Pendidikan Alquran di Perguruan TinggiMenurut pendapat Yusuf dalam

Yunahar, pakar Alquran ini menerangkan“Pendidikan Alquran mengandung makna“segenap kegiatan yang dilakukan secarasadar oleh seseorang atau lembaga untukmenanamkan nilai-nilai yang terkandung didalam Alquran itu sendiri”. (Yunahar, 1999:138).

Sedangkan ‘perguruan tinggi’merupakan dunia sarana dan wacanapendidikan formal terakhir bagi manusiadalam seluruh rangkaian tingkatanpendidikannya. Di dunia perguruan tinggi akanmelahirkan sarjana, pendidik, agamawan,pemikir dan ilmuan yang dewasa atau matangsecara psikologis, emosional dan intelektualserta memiliki tanggungjawab ilmiah danmoral sebagai cerminan dari integritaspribadinya.

Ketika membicarakan pendidikanAlquran di perguruan tinggi, secara tidakdisadari sering melompat kepada persoalan-persoalan yang menyangkut aspek teknis,seperti silabus, metodologi, materi, dana dansebagainya. Ada kenyataan lain yang harusdiperhitungkan, yakni menyangkutmahasiswa, masyarakat dan institusi formalyang ada.

Pertama, tentang mahasiswa sebagaikomponen atau sub sistem dari pendidikan,yaitu tentang heterogenitas pemahamanmereka terhadap Alquran. Dari pengamatansementara (pra penelitian) penulismemperoleh kesan bahwa mahasiswamemiliki heterogenitas pemahaman merekaterhadap Alquran ditambah lagi denganheterogeitas pemahaman keagamaan itusendiri.

Kedua, tentang masyarakat sebagaikomponen atau bagian dari lingkungan sistem

Page 8: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat Civitas Akademika Terhadap………

192 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012

pendidikan. Dalam hal ini adalahkecenderungan perkembangan masyarakatyang makin ‘modern’ dan berkembang pesatkemajuan pada bidang teknologi, informasidan budaya yang terbuka luas dan bebas. Halini merupakan dampak atau konsekuensi dariperubahan dan perkembangan era globalisasidewasa ini.

Tata nilai dan tata kehidupan bergeserdan berpengaruh pada proses pendidikan danjuga pada mahasiswa itu sendiri sebagaibagian dari masyarakat yang selalu berubah.Pendidikan tidak dilakukan pada masyarakatyang sarat dengan pergeseran persoalannya.

Ketiga, perlunya dikembangkankegiatan yang bersifat suplementasi (programtambahan) di luar program SKS (Sistem KreditSemester) yang telah ada secara formal.Kegiatan itu salah satunya dapat berupakegiatan pendidikan baca Alquran.

Berangkat dari ketiga kenyataan danketerbatasan ruang serta peluang di atastentu berangkat dari wacana pendidikanAlquran yang digulirkan secara non-formal.Sedangkan jika pendidikan Alquran itudilakukan secara formal, menurut penulis ada4 (empat) kompetensi mahasiswa yang dapattercapai dengan adanya pendidikan Alquranyang bersifat formal di perguruan tinggitersebut.

Pertama, menjadikan civitasakademika, termasuk mahasiswa – meyakinidan mengimani eksistensi Alquran sebagaiwahyu dan pedoman kehidupan muslim. Daripenelitian pendahuluan terlihat bahwapemahaman mahasiswa misalnya mengenaiAlquran sebagai wahyu lebih bersifat“informal” atau terbatas pada ranahpengetahuan umum saja dan belum sampaipada tingkat keyakinan.

Kedua, dapat menumbuhkan kesadaranmahasiswa bahwa Alquran dapat merupakansumber acuan hidupnya. Ini merupakan tahapawal dari tujuan yang lebih “akbar” yaitu

bagaimana menjadikan Islam sebagai the wayof life (jalan atau pedoman dalam hidup).Tujuan ini membawa konsekuensi penjabaranmateri dan pendekatan serta metodologi yangdigunakan dalam pendidikan Alquransedemikian rupa, sehingga mahasiswa mampumelihat Alquran sebagai sumber nilai dalamkonsep yang dimungkinkan penjabaranoperasionalnya.

Ketiga, menumbuhkan pemahamanintegratif ayat kauniyah (alam atausunnatullah) dengan qauliyah (nash Alquran).Gejala yang banyak dijumpai ialah kegagalanmahasiswa dalam mempersepsi secaraterpadu antara ilmu dengan agama, antaraakal dengan imannya. Pemahaman yangsering dijumpai justru sebaliknya, yaitupemahaman dan keyakinan yang bersifatdikotomik dan spasialistik.

Keempat, menjadikan mahasiswamempunyai kemampuan dasar dalammembaca dan memahami Alquran.Mahasiswa akan menjadikan Alquran sebagaibagian tradisi kehidupan yang tidakterpisahkan dengan aspek kehidupan duniadan pengetahuan lainnya.

Selanjutnya, sering pula disebut bahwadunia perguruan tinggi adalah duniamasyarakat berpendidikan (intelektual).Kehidupan civitas akademika di dalamnyadiharapkan mampu menjadi cerminan darihasil proses pendidikan atau lingkunganpendidikan yang ada pada kampus perguruantinggi yang bersangkutan. Terlebih lagi bagikampus perguruan tinggi Islam, di dalamnyamesti mencerminkan suasana dankontekstualisasi kehidupan masyarakatmuslim yang memiliki pedoman dan petunjukhidup yang jelas dari agama, yakni Alqurandan Hadis, sehingga segala tingkah lakuindividu maupun lembaga dan organisasi yangberada di dalam kampus tersebut benar-benarberlandaskan kepada tuntunan ayat-ayat

Page 9: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat civitas Akademika Terhadap………

Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 193

Alquran dan petunjuk Nabi Muhammad Sawdalam Hadisnya.

Alquran memang merupakan pedomankehidupan umat manusia secara keseluruhan,namun tidak salah bila masyarakat umumberkiblat kepada masyarakat yangberpendidikan dalam melaksanakan pedomanhidup yang terdapat dalam Alquran.

Murwanto menjelaskan:Masyarakat umum jarang yang mendapatperasaan puas untuk langsung mempelajariAlquran dan apalagi langsungmengamalkannya. Kecenderungan merekatetap mengandalkan kelompok masyarakatberpendidikan disebabkan karena padaumumnya masyarakat berpendidikan dapatmembaca lebih jeli maksud yang terkandungpada ayat-ayat Alquran. (Yunahar, 1999: 147).

Alasan itu ada benarnya, karena insan-insan kampus (civitas akademika) biasanyapandai atau mampu membaca Alqurandengan baik, sedangkan Alquran sendiriadalah wahyu Allah yang pada muladiturunkan dengan kalimat iqra’ (bacalah)yang secara implisit ditujukan kepada orang-orang yang berpendidikan, dalam arti formalmelainkan juga berpendidikan Alquranmeskipun hanya bersifat informal dan yanglebih urgen lagi adalah berkemampuanmelaksanakan dan menerapkan ajaranAlquran itu dalam kehidupan sehari-harinya.

Seharusnya dari segi jumlah perguruantinggi Islam di Sumatera Utara (+ 30 buah)sudah cukup mampu memberikan warna danbentuk masyarakat Islam yang diharapkanoleh Alquran. Tetapi kenyataannya belumdapat dikatakan demikian. Namun tentu pulatidak dapat sekedar menyalahkan salah satuperguruan tinggi Islam saja, karena adanyakenyataan berkelindan dengan kehidupankeluarga muslim yang semakin jauh darinuansa agama (Alquran) dalamkesehariannya.

Dan tidak dapat juga disebutkan bahwaperguruan tinggi Islam dewasa ini kurangmampu mewarnai masyarakat dengan nilai-nilai Alquran yang menjadi pedomanhidupnya. Lalu siapa sebenarnya yang palingbertanggung jawab terhadap keadaan ini.Jawabannya tidak lain adalah pribadi setiapindividu civitas akademika yang berinteraksidengan masyarakat.

Murwanto Sigit (1999: 29)mengemukakan bahwa alangkah baiknya jikaAlquran itu setiap harinya dibawa oleh paradosen, mahasiswa dan karyawan. Di setiapruangan yang ada di dalam kampus perguruantinggi Islam terdapat Alquran. Di setiap sudutdan tempat yang wajar dan bersih terdapattulisan indah ayat-ayat Alquran.

Sedangkan menurut Ahmad Salim(2004: 98) bahwa tidak hanya perguruantinggi, bahkan sekolah-sekolah umum yangmengatasnamakan Islam (seperti Madrasah)seharusnya memiliki mesjid sebagai tempatibadah dan memungkinkan di dalamnyapraktek atau ritual keagamaan yangberhubungan dengan Alquran, sepertimembaca, mengkaji, mensyarah dansebagainya.

Dapat dikemukakan secara sederhanadi penghujung pembahasan ini dari teori-teoridi atas, bahwa praktek atau pengamalankegiatan membaca Alquran di setiaplingkungan pendidikan adalah suatukemutlakan yang tidak terbantahkan, karenamembaca Alquran sudah menjadi kewajibanseorang muslim dimana saja ia berada.

HASIL PENELITIANUntuk mengetahui hasil penelitian ini,

penulis telah melakukan penyebaran angketdisertai beberapa hasil observasi danwawancara langsung di lapangan. Agar lebihjelas, hasil penelitian ini penulis tampilkandalam bentuk tabel dan grafik seperti berikutini.

Page 10: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat Civitas Akademika Terhadap………

194 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012

Langkah awal penelitian ini adalahuntuk mengetahui banyaknya Alquran yangdimiliki oleh civitas akademika yang ada padarespon. Untuk melihat perbandingan tinggirendahnya jawaban responden terhadapangket di atas dapat penulis gambarkanperbedaannya agar terlihat lebih jelas padagrafik di bawah ini:

Melalui tabel I dan grafik 1 di atas,maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademika memilikiAlquran lebih dari 2 (dua) buah, yaitu 115orang atau 46 %. Tingkatan di bawahnyaadalah yang memiliki Alquran 1 (satu) buahyaitu 75 orang atau 30 %. Sedangkanfrekuensi yang terendah adalah respondenatau civitas akademika yang memiliki Alquran2 (dua) buah saja, yaitu 60 orang atau 24 %saja.

Sedangkan untuk melihat bagaimanatingkat kuantitas (jumlah) atau rutinitasresponden dalam membaca Alquran dalamkeseharian mereka dapat di lihat di bawah ini.

Untuk melihat perbandingan tinggirendahnya jawaban responden terhadapangket di atas dapat penulis gambarkanperbedaannya agar terlihat lebih jelas padagrafik di bawah ini

Melalui tabel II dan grafik 2 di atas,maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademika tidaksempat membaca Alquran, yaitu 145 orangatau 54 %. Tingkatan di bawahnya adalahmembaca Alquran 1 (satu) kali yaitu 65 orangatau 26 %. Sedangkan frekuensi yangterendah adalah membaca Alquran lebih 1(satu) kali, yaitu 50 orang atau 20 % saja.

Sedangkan untuk melihat bagaimanatingkat minat membaca Alquran responden diluar rumah dapat di lihat di bawah ini.

Untuk melihat perbandingan tinggirendahnya jawaban responden terhadap

Page 11: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat civitas Akademika Terhadap………

Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 195

angket di atas dapat penulis gambarkanperbedaannya agar terlihat lebih jelas padagrafik di bawah ini:

Melalui tabel III dan grafik 3 di atas,maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademika tidaksempat membaca Alquran di luar rumah, yaitu125 orang atau 50 %. Tingkatan di bawahnyaadalah yang membaca Alquran di waktuistirahat yaitu 100 orang atau 40 %.Sedangkan frekuensi yang terendah adalahresponden atau civitas akademika yangmembaca Alquran sebelum beraktivitas, yaitu25 orang atau 10 % saja.

Untuk melihat bagaimana tingkatkemampuan responden dalam membacaAlquran dapat di lihat di bawah ini.

Melalui tabel IV dan grafik 4 di atas,maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademika terbata-bata dalam membaca Alquran, yaitu 115orang atau 46 %. Tingkatan di bawahnyaadalah yang baru mengenal huruf Alquranyaitu 90 orang atau 36 %. Sedangkan frekuensiyang terendah adalah responden atau civitasakademika yang lancer membaca Alquran,yaitu 55 orang atau 18 % saja.

Sedangkan untuk melihat bagaimanatingkat atau ukuran keinginan respondenuntuk meningkatkan kemampuannya dalammembaca Alquran dapat di lihat di bawah ini.

Untuk melihat perbandingan tinggirendahnya jawaban responden terhadapangket di atas dapat penulis gambarkanperbedaannya agar terlihat lebih jelas padagrafik di bawah ini:

Melalui tabel V dan grafik 5 di atas,maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademikamengatakan bahwa jika ada yang membantumereka ingin belajar membaca Alquran, yaitu

Page 12: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat Civitas Akademika Terhadap………

196 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012

155 orang atau 62 %. Tingkatan di bawahnyaadalah yang menyebutkan ingin meningkatkankemampuannya, yaitu 90 orang atau 36 %.Sedangkan frekuensi yang terendah adalahresponden atau civitas akademika yangmerasa tidak perlu ditingkatkan, yaitu 5 orangatau 2 % saja.

Adapun untuk melihat bagaimanapengetahuan responden tentang keberadaansebuah lembaga baca Alquran di perguruantingginya dapat di lihat di bawah ini.

Untuk melihat perbandingan tinggirendahnya jawaban responden terhadapangket di atas dapat penulis gambarkanperbedaannya agar terlihat lebih jelas padagrafik di bawah ini:

Melalui tabel VI dan grafik 6 di atas,maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademikamengatakan persetujuan dan mendukungkeberadaan lembaga baca Alquran, yaitu 130orang atau 52 %. Tingkatan di bawahnyaadalah sama antara yang merasa tidak tahuatau masa bodoh dengan keberadaanlembaga tersebut dengan yang mengatakanbahwa harus ada lembaga tersebut di setiapperguruan tinggi, yaitu sama-sama 60 orangatau 24 %.

Sedangkan untuk melihat bagaimanaharapan mereka dengan adanya lembaga baca

Alquran dalam perguruan tingginya masing-masing dapat di lihat di bawah ini.

Untuk melihat perbandingan tinggirendahnya jawaban responden terhadapangket di atas dapat penulis gambarkanperbedaannya agar terlihat lebih jelas padagrafik di bawah ini:

Melalui tabel VII dan grafik 7 di atas,maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademikamengharapkan agar upaya peningkatan minatdan kemampuan baca Alquran ditekankanoleh PT, yaitu 115 orang atau 46 %. Tingkatandi bawahnya adalah yang tidak peduli denganupaya tersebut yaitu 75 orang atau 30 %.Sedangkan frekuensi yang terendah adalahresponden atau civitas akademika yangmengharapkan pembenahan sarana, yaitu 60orang atau 24 % saja.

Adapun untuk melihat bagaimanapendapat responden tentang urgensi Alquran

Page 13: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat civitas Akademika Terhadap………

Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 197

menjadi mata kuliah dalam silabus perguruantinggi dapat di lihat di bawah ini.

Untuk melihat perbandingan tinggirendahnya jawaban responden terhadapangket di atas dapat penulis gambarkanperbedaannya agar terlihat lebih jelas padagrafik di bawah ini:

Melalui tabel VIII dan grafik 8 di atas,maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademikamenekankan pentingnya baca Alquran saat inimenjadi mata kuliah khusus, yaitu 115 orangatau 46 %. Tingkatan di bawahnya adalah yangmengatakan tidak perlu yaitu 75 orang atau30 %. Sedangkan frekuensi yang terendahadalah responden atau civitas akademika yangmengatakan cukup jadi muatan lokal saja,yaitu 60 orang atau 24 %.

Terakhir, untuk melihat bagaimanapendapat responden tentang pentingnyamembaca Alquran dalam keseharian seorangmuslim dapat di lihat di bawah ini.

Melalui tabel IX dan grafik 9 di atas,maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademika sadarbahwa membaca Alquran haruslah rutin setiaphari, yaitu 185 orang atau 74 %. Tingkatan dibawahnya dan yang terendah adalah yangmengatakan bahwa membaca Alquran jikakita ada waktu dan kesempatan yaitu 65orang atau 26 %.

ANALISIS TINGKAT MINAT DANKEMAMPUAN CIVITAS AKADEMIKATERHADAP MEMBACA ALQURAN

Untuk menganalisis data di atas, hasilpenelitian tersebut akan penulis teliti melaluiuraian deskriptif yang menggambarkanpenyebaran angket, beberapa hasil interviewdan observasi langsung ke lapangan.

Di sini akan ditampilkan dalam subjudul di bawah ini:

1. Banyaknya Alquran yang DimilikiDari tabel I dan grafik 1 dapat dilihat

perbandingannya bahwa lebih kebanyakancivitas akademika memiliki Alquran lebih dari2 (dua) buah, yaitu 115 orang atau 46 %.Tingkatan di bawahnya adalah yang memilikiAlquran 1 (satu) buah yaitu 75 orang atau 30%. Sedangkan frekuensi yang terendah adalahresponden atau civitas akademika yang

Page 14: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat Civitas Akademika Terhadap………

198 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012

memiliki Alquran 2 (dua) buah saja, yaitu 60orang atau 24 % saja.

Secara umum kita dapatmengemukakan bahwa ternyata tidak terlalubanyak keluarga yang memiliki Alquran dirumahnya (secara pribadi) lebih dari duabuah. Karena responden yang memilikiAlquran 1 dan 2 buah seperti yang ditampilkanangka-angka di atas berjumlah 135 orang (75+ 60). Sementara yang memiliki Alquran lebihdari 2 (dua) buah hanya 115 orang atau 46 %saja.

Apabila perbandingan di atas dilakukanperbandingan lurus dengan jumlah anggotasetiap keluarga masyarakat yang rata-ratamemiliki anak 2 orang dan dengan orangtuanya menjadi 4 orang, maka kepemilikanAlquran hanya 1 atau 2 buah saja tentumerupakan gambaran yang menyedihkan.Bagaimana Alquran hanya ada 1 atau 2 buahsementara jumlah orang yang seharusnyamembacanya adalah 4 orang. Keadaan iniharus disikapi sebaik-baiknya agar Alqurantidak menjadi langka di dalam rumah tanggaumat Islam.

2. Rutinitas Harian Membaca AlquranMelalui tabel II dan grafik 2 di atas,

maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademika tidaksempat membaca Alquran, yaitu 145 orangatau 54 %. Tingkatan di bawahnya adalahmembaca Alquran 1 (satu) kali yaitu 65 orangatau 26 %. Sedangkan frekuensi yangterendah adalah membaca Alquran lebih 1(satu) kali, yaitu 50 orang atau 20 % saja.

Frekuensi di atas tentu sangat mengiriskesadaran keberagamaan kita karena ternyataumat Islam secara umum sudah tidak sempatlagi membaca Alquran dalam kesehariankehidupannya. Umat Islam – khususnya dicivitas akademika yang menjadi respondenpenelitian ini terlalu sibuk dengan kegiatanduniawi yang melupakan atau mengurangi

kesadaran spiritualnya untuk mendekatkandiri kepada Allah melalui membaca Alquran.

Melalui beberapa wawancara yangpenulis lakukan mereka beralasan bahwamembaca Alquran tidak dapat mereka lakukandi luar rumah (ketika beraktivitas / bekerja).Membaca Alquran hanya dapat dilakukan didalam rumah dan itupun terkadang ketikasudah di dalam rumah mereka disibukkan puladengan pekerjaan rumah dan kesibukanlainnya.

3. Minat Membaca Alquran Di Luar RumahDari deskripsi tabel III dan grafik 3 di

atas, didapat perbandingannya bahwa lebihkebanyakan civitas akademika tidak sempatmembaca Alquran di luar rumah, yaitu 125orang atau 50 %. Tingkatan di bawahnyaadalah yang membaca Alquran di waktuistirahat yaitu 100 orang atau 40 %.Sedangkan frekuensi yang terendah adalahresponden atau civitas akademika yangmembaca Alquran sebelum beraktivitas, yaitu25 orang atau 10 % saja.

Angka di atas ini cukup fantastis,karena sebanyak 50 % saat ini umat Islamsudah tidak sempat lagi membaca Alquran diluar rumah. Menurut observasi penulis, hal inidiakibatkan - pertama, oleh kepemilikanmereka terhadap Alquran yang relatif sedikit(hanya 1 atau 2 buah saja), sehingga saatkeluar rumah mereka tidak mempunyaiAlquran untuk dibawa. Kedua, lagi-lagidisebabkan oleh kesibukan aktivitas danpekerjaan di luar rumah.

Kehidupan modern menjadikan umatIslam sudah tidak sempat lagi untukmeluangkan waktunya membaca Alquran.Kesibukan harian yang bersifat duniawi telahmenggeser umat Islam untuk beraktivitasdalam menambah bekal akhiratnya.

4. Tingkat Kemampuan Membaca Alquran

Page 15: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat civitas Akademika Terhadap………

Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 199

Melalui tabel IV dan grafik 4 di atas,maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademika terbata-bata dalam membaca Alquran, yaitu 115orang atau 46 %. Tingkatan di bawahnyaadalah yang baru mengenal huruf Alquranyaitu 90 orang atau 36 %. Sedangkan frekuensiyang terendah adalah responden atau civitasakademika yang lancar membaca Alquran,yaitu 55 orang atau 18 % saja.

Jelas bahwa frekuensi angka di atasmenjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi LembagaBaca Alquran bahwa meskipun civitasakademika sedang dan sudah mengalamipendidikan tertinggi di universitas ternyatatidak sedikit mereka yang tidak tahu ataukurang lancar membaca Alquran. Pada masalalu diketahui bahwa kemampuan membacaAlquran di kalangan keluarga Muslimdiajarkan atau dididik semenjak kecil (anak-anak). Singkatnya ketika anak-anak merekasudah mampu membaca Alquran dengan baik,namun kenyataannya saat ini generasi Muslimyang sudah matang secara intelektual namunlemah dalam membaca Alquran.

Namun harapan itu saat ini sangatmenyentuh kesadaran keberagamaan kitauntuk masa yang akan datang akankekhawatiran terhadap lenyapnya orang-orang yang mampu membaca Alquran. Karenatidak mustahil nantinya sangat langkaditemukan orang-orang yang mampu lancarmembaca Alquran karena tidak adanyadidikan sejak kecilnya.

5. Keinginan Meningkatkan Minat danKemampuan

Angka yang ditunjukan tabel V dangrafik 5 di atas, dapat dilihat perbandingannyabahwa lebih kebanyakan civitas akademikamengatakan bahwa jika ada yang membantumereka ingin belajar membaca Alquran, yaitu155 orang atau 62 %. Tingkatan di bawahnyaadalah yang menyebutkan ingin meningkatkan

kemampuannya, yaitu 90 orang atau 36 %.Sedangkan frekuensi yang terendah adalahresponden atau civitas akademika yangmerasa tidak perlu ditingkatkan, yaitu 5 orangatau 2 % saja.

Meskipun kekhawatiran akankurangnya kuantitas dan kualitas umat yangmampu membaca Alquran ada pada saat ini,namun angka-angka perbandingan di atasmemperlihatkan bahwa civitas akademikamenghendaki agar kemampuan baca Alquranmereka dapat meningkat atau lebih baik lagi.

Responden yang kurang memilikikemampuan membaca Alquran secara baikdapat belajar melalui bantuan orang lain ataulembaga yang ada. Hal ini diharapkan agarpeningkatan kemampuan membaca Alquranmereka dapat dilalui secara sistematis danterprogram dengan bantuan orang lain ataulembaga yang didirikan.

Perlu disampaikan di sini bahwaresponden yang kurang mampu membacaAlquran berasal dari civitas akademika yangberada di Medan. Untuk Kabupaten Asahandan Kota Sidimpuan rata-rata dapat membacaAlquran dengan baik. Namun tentang rutinitasmembaca Alquran dalam keseharian samasaja rata-rata masing-masing perguruan tinggi.

6. Keberadaan Lembaga AlquranPerbandingan yang diperoleh pada

tabel VI dan grafik 6 sebelumnya bahwa lebihkebanyakan civitas akademika mengatakanpersetujuan dan mendukung keberadaanlembaga baca Alquran, yaitu 130 orang atau52 %. Tingkatan di bawahnya adalah samaantara yang merasa tidak tahu atau masabodoh dengan keberadaan lembaga tersebutdengan yang mengatakan bahwa harus adalembaga tersebut di setiap perguruan tinggi,yaitu sama-sama 60 orang atau 24 %.

Secara umum civitas akademikamenilai bahwa keberadaan lembaga yangmenangani kemampuan baca Alquran tentu

Page 16: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat Civitas Akademika Terhadap………

200 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012

sangat mendesak didirikan bagi yang belumada. Sedangkan bagi yang sudah ada dapatdilengkapi lebih baik lagi, karena lembaga inisangat membantu mereka. Mereka sepakatbahwa lembaga ini sudah mendesakdibutuhkan.

Melalui beberapa wawancara danobservasi yang penulis lakukan di daerahAsahan dan Padangsidimpuan, merekamenginginkan keberadaan lembaga ini tidakhanya menangani baca Alquran namun jugabidang lain yang penanganannya di daerahkurang diperhatikan, seperti nasyid, fahmil,syahril, kaligrafi dan sebagainya. Sedangkanuntuk civitas akademika di kota Medanmereka lebih membutuhkan lembaga inimenjadi laboratorium Alquran yangprofessional.

Keberadaan lembaga baca Alquransaat ini secara umum memang dapatdikatakan masih relatif baru sehingga masihbanyak terdapat kekurangan yang harusdibenahi dan dilengkapi dalam rangkameningkatkan minat dan kemampuan bacaAlquran mahasiswa yang ada di lingkungankampus.

7. Harapan Kepada Lembaga AlquranMelalui tabel VII dan grafik 7 di atas,

maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademikamengharapkan agar upaya peningkatan minatdan kemampuan baca Alquran ditekankanoleh PT, yaitu 115 orang atau 46 %. Tingkatandi bawahnya adalah yang tidak peduli denganupaya tersebut yaitu 75 orang atau 30 %.Sedangkan frekuensi yang terendah adalahresponden atau civitas akademika yangmengharapkan pembenahan sarana, yaitu 60orang atau 24 % saja.

Selama ini lembaga baca Alquran yangsudah ada di beberapa perguruan tinggikurang tersosialisasi dengan baik dalamrangka menarik minat mahasiswa secara

efektif disebabkan tidak adanya penekanandari pihak kampus untuk mengikuti programlembaga ini. Mahasiswa hanya dianjurkan dandidasarkan oleh kesadaran diri sendiri untukmengikutinya.

Responden yang penulis teliti ternyatamenyebutkan harus ada penekanan dari pihakkampus membenahi lembaga danmenekankannya kepada para mahasiswa.Sudah saatnya lembaga ini berperanmembantu meningkatkan minat dankemampuan baca Alquran mahasiswa secaraoptimal agar kekhawatiran yang melandaumat Islam terhadap rendahnya kemampuanbaca Alquran mahasiswa dapat teratari dansemakin mendekatkan diri mereka kepadanaungan dan lingkungan Alquran dalamkehidupannya.

8. Urgensi Mata Kuliah Baca AlquranDeskripsi tabel VIII dan grafik 8 di atas,

didapat dilihat perbandingannya bahwa lebihkebanyakan civitas akademika menekankanpentingnya baca Alquran saat ini menjadimata kuliah khusus, yaitu 115 orang atau 46%. Tingkatan di bawahnya adalah yangmengatakan tidak perlu yaitu 75 orang atau30 %. Sedangkan frekuensi yang terendahadalah responden atau civitas akademika yangmengatakan cukup jadi muatan lokal saja,yaitu 60 orang atau 24 %.

Selama ini program baca Alquran yangsudah dikelola oleh PT di kota Medan hanyabersifat ekstra kurikuler atau di luar jamkuliah. Jadi kesempatan berlatih bagimahasiswa sangat sulit. Pada waktu aktifkuliah mereka diharapkan dengan kuliahreguler, sedangkan di waktu libur merekalebih banyak yang pulang kampong.Kesimpulannya bahwa program ini terhambatapabila hanya sekedar jadi semacam program‘muatan lokal’ saja.

Harapan mahasiswa dan civitasakademika lainnya bahwa program ini menjadi

Page 17: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat civitas Akademika Terhadap………

Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 201

kewajiban setiap mahasiswa atau sederhanyadijadikan menjadi mata kuliah khusus sepertimata kuliah lainnya.

9. Urgensi Membaca AlquranMelalui tabel IX dan grafik 9 di atas,

maka dapat dilihat perbandingannya bahwalebih kebanyakan civitas akademika sadarbahwa membaca Alquran haruslah rutin setiaphari, yaitu 185 orang atau 74 %. Tingkatan dibawahnya dan yang terendah adalah yangmengatakan bahwa membaca Alquran jikakita ada waktu dan kesempatan yaitu 65orang atau 26 %.

Sengaja penulis meneliti pendapatresponden atau civitas akademika tentangpenting tidaknya membaca Alquran. Daripersentase angket di atas ternyata kesadaraninternal (dalam hati) keberagamaan merekamasih mengetahui dengan baik kewajibanagama untuk membaca Alquran, meskipundalam praktek nyata dalam kesehariankesadaran eksternalnya tidak terwujud. Initentu menjadi modal bagi semua pihak untukbekerja keras meningkatkan minat dankemampuan baca Alquran umat Islam,khususnya civitas akademika.

Kesadaran ini bersifat permanentsecara internal di dalam diri setiap civitasakademika, namun perlu dipelihara dandiarahkan kepada perwujudan langsung dankesadaran menyeluruh untuk mempelajariAlquran, atau paling tidak mampu dengan baikdan benar membaca Alquran. sebab untukbisa mengamalkan Alquran syaratnyaseseorang itu harus merasa dekat dan mampuberinteraksi dengan Alquran.

ANALISIS KRITISAda beberapa hal yang patut dicermati dariobservasi dan wawancara yang penulislakukan selain dari data hasil penyebaranangket yang telah dijelaskan di atas.

Pertama, umat Islam – khususnyacivitas akademika, memiliki kesadaran yangmendalam bahwa membaca Alquran adalahkewajiban yang diperintahkan agama.Keyakinan itu masih kuat tertanam di dalamkesadaran keberagamaan umat Islam dewasaini, namun perwujudannya dalam hidupkeseharian sudah melemah.

Kedua, civitas akademika merasabahwa keberadaan lembaga baca Alquransangat dibutuhkan. Tidak saja di bidang bacaAlquran, namun hasil temuan penulismenunjukkan bahwa agar terasa menarik danrepresentatif diperlukan fasilitas pendukunglainnya, seperti adanya laboratorium tilawahyang memuat ilmu tilawah, ilmu fahmil, ilmusyarah, ilmu kaligrafi, ilmu studi Alquran dansebagainya.

Ketiga, memasukkan studi bacaAlquran menjadi mata kuliah mandiri ke dalamsilabus. Jika tidak, menurut respondenprogram akan terhambat karena mahasiswatidak akan aktif untuk mengikutinya. Memangsudah ada mata kuliah Agama Islam padasetiap perguruan tinggi swasta, namunpenekanannya pada baca dan kajian Alqurankurang mendasar. Dengan dijadikannya matakuliah tersendiri diharapkan dapat menjadipenekanan dari pihak perguruan tinggi kepadamahasiswa.

Keempat, perlu ada tim ahli atau timkhusus yang merancang program peningkatanminat dan kemampuan baca Alquran secarasistematik dan bermutu. Eksistensi lembagapembinaan tilawah Alquran di Sumatera Utaramenjadi suatu hal yang penting dalampeningkatan minat dan kemampuan bacaAlquran.

Kelima, lembaga yang didirikanharuslah menggunakan sistem terpadu yangdapat diuji dampak dan pengaruhnya bagipeningkatan kemampuan baca Alquran civitasakademika. Eksistensi lembaga tersebut tentumenjadi suatu hal yang sangat penting, hanya

Page 18: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat Civitas Akademika Terhadap………

202 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012

saja saat ini ruang gerak dan kegiatannyabelum terarah secara sistematik, mengingatfasilitas yang belum memadai, terutamabidang-bidang seni islami yang lain.

Saatnyalah lembaga ini berperanmembantu meningkatkan minat dankemampuan baca Alquran mahasiswa secaraoptimal agar kekhawatiran yang melandaumat Islam terhadap rendahnya kemampuanbaca Alquran mahasiswa Islam dapat teratasidan semakin mendekatkan mereka kepadanaungan dan lingkungan Alquran dalamkehidupannya. Semoga!SIMPULANDari uraian yang demikian panjang lebardalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwaminat dan kemampuan baca Alquran civitasakademika UMSU (UniversitasMuhammadiyah Sumatera Utara), UISU(Universitas Islam Sumatera Utara), UDA(Universitas Dharma Agung), UA (UniversitasAsahan), dan UMTS (UniversitasMuhammadiyah Tapanuli Selatan) sangatrendah. Secara general dari hasil penelitiandalam angka (persentase) melalui angket,observasi maupun wawancara menunjukkanbahwa kelemahan itu sudah mencapai tingkatyang mengkhawatirkan, karena sebanyak 100orang dari 250 orang civitas akademika yangditeliti tidak lancar membaca Alquran denganfrekuensi 40 %.

Apabila kondisi ini dibiarkan terusmenerus, maka tidak menutup kemungkinanbahwa jumlah civitas akademika khususnyadan umat Islam umumnya semakin harisemakin banyak yang tidak tahu membacaAlquran. Konsekuensinya akan terjadi pulatingkat pengamalan Alquran yang rendah.

Keadaan ini perlu dibenahi sejak dinidan secara serius, dan di sinilah letakpentingnya keberadaan lembagapengembangan baca Alquran didirikan dimasing-masing perguruan tinggi. Penelitian inimerekomendasikan bahwa para responden

merasa sangat terbantu dan membutuhkansebuah lembaga yang membantumeningkatkan minat dan kemampuan bacaAlquran mereka.

Kemudian dapat ditambahkan, bahwamenurut responden bahwa keberadaanlembaga tersebut harus ditingkatkan melaluiketerlibatan perguruan tinggi dalam rangkamemberikan penekanan kepada civitasakademika agar mengikuti program lembagatersebut secara formal, yaitu dimasukkan kedalam silabus dan bukan hanya sebagaikegiatan tambahan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Jamal. 1995. Problematika Muslim diEra Globalisasi. Jakarta: Pustaka Mantiq.

Al-Syafi’i Ali bin Muhammad al-Jurjani. 1988.Kitab al-Ta’rifat. Beirut: Darul Ilmiyah.

As-Suyuthi, 2002. Mukhtashar al-Itqan fi UlumQur’an, Apa Itu Alquran, terj. AunurRafiq Shalih Tahmid, Jakarta: GemaInsani Press.

Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur’an danTerjemahnya. Semarang: Thoha Putra.

Endang Saifuddin Anshari. 1983. WawasanIslam: Pokok-pokok Pikiran tentangIslam dan Umatnya. Jakarta: ITB Press.

Harun Nasution. 1988. Islam Ditinjau dariBerbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press.

M. Hasby Ash-Shiddieqy. 1987. Sejarah danPengantar Ilmu Alquran/Tafsir. Jakarta:Bulan Bintang.

M. Quraish Shihab. 1992. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan.

Murwanto Sigit. 1999. Alquran dalam AktivitasKampus. Jakarta: Risalah.

Page 19: ISSN : 1978-6603 MINAT CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP … 11-3... · tilawahnya, mempelajari khaligrafi Alquran, penulisan karya ilmiah seputar Alquran, mempelajari bahan atau materi

Nahar A. Ghani dan Ahmad Calam, Minat civitas Akademika Terhadap………

Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 203