struktur insan dalam alquran

29
8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 1/29 1 STRUKTUR INSAN DALAM AL-QUR¶AN : APA YANG TERSENTUH OLEH PSIKOLOGI ANALITIK, DAN STATUS KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) Oleh Zamzam A. J amaluddin T dan Tr i Boe di Her mawan , Yayasan Paramartha Terbatasnya pengetahuan para teoritikus kepribadian Barat tentang struktur internal manusia telah melahirkan banyak mazhab kepribadian. Kerangka keilmiahan telah membatasi mereka dalam proses analisis dan sintesis konsepsi kepribadian manusia seutuhnya. Carl Gustav Jung melakukan terobosan dalam membangun psikologi analitiknya, ia melibatkan data-data mitologi dan simbol-simbol agama ke dalam kerangka analisis ilmiahnya. Dalam alur ini, Kecerdasan Spiritual (SQ) dalam proses perumusannya tidak sekadar meninjau keparalelan antara produk saintifik Barat dengan fenomena mistik Timur, tapi tampak memaksakan melakukan interpretasi atas fenomena metafisik spiritual secara fisika dan sains neural, dan ini melahirkan sejumlah paradoks. Paper ini membahas tentang struktur internal manusia berdasarkan kerangka acuan Al-Qur¶an, kemudian akan dilihat persoalan apa yang tersentuh oleh konsepsi individuasi Jung dan status SQ da lam peta ini. 1. Pe ndahuluan Terumuskannya sejumlah teori kepribadian merupakan cermin dari upaya ilmiah manusia untuk memahami dirinya sendiri secara menyeluruh. Dewasa ini dikenal tiga teori utama yang satu dengan yang lainnya berbeda, yakni teori kepribadian Psikoanalisa (Freud), teori kepribadian Behaviorisme (Skinner), dan teori kepribadian Humanistik (Maslow)[1]. Istilah kepribadian (personality) memiliki banyak arti, ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukurannya. Di antara para psikolog belum ada kesepakatan tentang arti dan definisi ³kepribadian´, sehingga banyaknya definisi kepribadian sebanyak ahli yang mencoba merumuskannya. Melihat asal katanya, personality itu sendiri berasal dari kata latin persona yang berarti topeng. Setiap penggagas kepribadian mengajukan asumsi-asumsi dasar tertentu tentang manusia, yang kemudian hipotesis-hipotesis tersebut mempengaruhi konstruksi dan isi dari teori kepribadian yang disusunnya. Abr aham H a ro ld M asl ow (1908-1970) memperlihatkan komitmen yang tinggi terhadap anggapan dasar tentang manusia sebagai makhluk bebas, sementara Sigmund Fre ud (1856-1939) dan Burr hus Fre d er ic Sk inn er (1904-1990) sebagai penganut determinisme berlawanan dengan Maslow, mereka berasumsi bahwa manusia bukanlah makhluk yang bebas melainkan organisme yang tingkah lakunya dideterminasi oleh sejumlah determinan. Freud menyatakan bahwa determinan manusia berasal dari dalam diri manusia itu sendiri (faktor internal), sementara Skinner menyatakan bahwa faktor-faktor penentu tersebut berasal dari stimulus-stimulus eksternal. Maslow berpendapat bahwa manusia itu makhluk rasional, sementara

Upload: abdul-harits

Post on 10-Apr-2018

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 1/29

1

STRUKTUR INSAN DALAM AL-QUR¶AN : APA YANGTERSENTUH OLEH PSIKOLOGI ANALITIK, DAN STATUS

KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)

Oleh Zamzam A. J amaluddin T dan Tr i Boe di Her mawan , Yayasan Paramartha

Terbatasnya pengetahuan para teoritikus kepribadian Barat tentang struktur internal manusiatelah melahirkan banyak mazhab kepribadian. Kerangka keilmiahan telah membatasimereka dalam proses analisis dan sintesis konsepsi kepribadian manusia seutuhnya. CarlGustav Jung melakukan terobosan dalam membangun psikologi analitiknya, ia melibatkandata-data mitologi dan simbol-simbol agama ke dalam kerangka analisis ilmiahnya. Dalamalur ini, Kecerdasan Spiritual (SQ) dalam proses perumusannya tidak sekadar meninjaukeparalelan antara produk saintifik Barat dengan fenomena mistik Timur, tapi tampak memaksakan melakukan interpretasi atas fenomena metafisik spiritual secara fisika dansains neural, dan ini melahirkan sejumlah paradoks. Paper ini membahas tentang struktur internal manusia berdasarkan kerangka acuan Al-Qur¶an, kemudian akan dilihat persoalanapa yang tersentuh oleh konsepsi individuasi Jung dan status SQ dalam peta ini.

1. Pe ndahuluan

Terumuskannya sejumlah teori kepribadian merupakan cermin dari upaya ilmiah manusia untuk memahami dirinya sendiri secara menyeluruh. Dewasa ini dikenal tiga teori utama yang satudengan yang lainnya berbeda, yakni teori kepribadian Psikoanalisa (Freud), teori kepribadianBehaviorisme (Skinner), dan teori kepribadian Humanistik (Maslow)[1]. Istilah kepribadian(personality) memiliki banyak arti, ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori,

penelitian, dan pengukurannya. Di antara para psikolog belum ada kesepakatan tentang arti dandefinisi ³kepribadian´, sehingga banyaknya definisi kepribadian sebanyak ahli yang mencobamerumuskannya. Melihat asal katanya, personality itu sendiri berasal dari kata latin persona yang

berarti topeng.

Setiap penggagas kepribadian mengajukan asumsi-asumsi dasar tertentu tentang manusia, yangkemudian hipotesis-hipotesis tersebut mempengaruhi konstruksi dan isi dari teori kepribadian yangdisusunnya. Abr aham H a ro ld M asl ow (1908-1970) memperlihatkan komitmen yang tinggiterhadap anggapan dasar tentang manusia sebagai makhluk bebas, sementara Sigmund Fre ud (1856-1939) dan Burr hus Fre d er ic Sk inn er (1904-1990) sebagai penganut determinisme

berlawanan dengan Maslow, mereka berasumsi bahwa manusia bukanlah makhluk yang bebasmelainkan organisme yang tingkah lakunya dideterminasi oleh sejumlah determinan.

Freud menyatakan bahwa determinan manusia berasal dari dalam diri manusia itu sendiri (faktor internal), sementara Skinner menyatakan bahwa faktor-faktor penentu tersebut berasal daristimulus-stimulus eksternal. Maslow berpendapat bahwa manusia itu makhluk rasional, sementara

Page 2: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 2/29

2

Freud berpegang pada anggapan dasar bahwa manusia merupakan makhluk yang cenderungirasional, dimana sebagian besar dari tingkah laku manusia didorong oleh kekuatan-kekuatanirasional yang tidak disadari; Skinner dalam hal ini tidak begitu terikat pada hipotesis rasional-irasional.

Tentang motivasi, rumusan Freud bertumpu pada konsep homeostatis, yaitu suatu konsep yangdiilhami oleh gagasan kesetimbangan (equilibrium) fisis Leibniz, ia menerangkan bahwa tingkahlaku manusia terutama dimotivasi oleh upaya pengurangan tegangan-tegangan internal(memuncaknya energi naluri/insting dari id ) yang terjadi akibat ketidakseimbangan fisis. Dalam halini Skinner berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak digerakkan oleh agen-agen internal yangdisebut naluri, melainkan ditentukan oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Freud dengan

psikoanalisanya percaya bahwa misteri manusia akan bisa diungkap seluruhnya melalui upaya-upaya ilmiah, karena pada dasarnya tubuh manusia mengikuti hukum-hukum fisika; Skinner dansegenap behavioris memiliki anggapan yang sama dengan Freud. Berlawanan dengan pandangan diatas, Maslow sepaham dengan William J am es (1842-1910), seorang filsuf dan tokoh psikologiterkemuka Amerika, bahwa manusia tidak akan bisa diungkap sepenuhnya hanya melalui upaya-

upaya ilmiah.

Pelibatan aspek ketaksadaran (unconsciousness) dalam psikoanalisa telah menarik minat C a r l G ustav J ung (1875-1961) untuk bergabung dengan Freud. Mengikuti alur Freud, konstruksi dasar

psikologi Jung juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan sains dan filsafat Abad ke-19, sepertiteori Evolusi Darwin, temuan-temuan arkeologis, dan studi komparatif tentang masyarakat dari

budaya-budaya yang berbeda. Tetapi kemudian terjadi pertentangan mendasar antara kedua tokoh besar tersebut. Jung menolak penekanan Freud yang meletakkan dorongan seksual manusia di ataskebutuhannya terhadap makanan, kehidupan spiritual, atau pengalaman-pengalaman religiustertentu. Dia juga tidak sependapat dengan pandangan mekanistik Freud tentang dunia; bagi Jung,karekter manusia tidak hanya dikondisikan oleh apa-apa yang telah terjadi di masa lampau, tapi

juga dipengaruhi oleh visi-visi masa depan. Adapun Freud tidak setuju dengan konsepsi Jungtentang collective unconscious , teori ini bertumpu pada pandangan phylogenetic tentang

pengalaman-pengalaman masa lampau dari ras manusia yang diwariskan secara individual melaluimemory traces .

Teori kepribadian Freud dan Jung mencakup seluruh aspek sadar dan tak sadar dalam diri manusia,untuk membedakan teorinya dengan p siko analisa Freud, maka Jung menamai teori kepribadiannyadengan istilah p siko logi analiti k . I ndividuasi (realisasi diri) merupakan inti ajaran Jung, berkaitandengan pergeseran titik pusat kesadaran dari ego ke self , dimana gagasan ini dibangun Jung secaratranspersonal berdasarkan studi atas simbol-simbol mitologis dan simbol-simbol religius agamaBarat maupun Timur. Dengan data-data tersebut, Jung berupaya mencari hubungan antara isi

ketaksadaran dalam diri manusia di Barat dengan mite-mite dan ritus-ritus manusia primitif.

Dalam teori Jung, ketika konstruk ego yang terbangun mulai menyadari eksisnya sesuatu selaindirinya yang bersifat irasional, terjadilah konflik batin. Meningkatnya ³entropi´ psikis di ruangsadar akan direspon oleh permukaan subconscious , dan terjadilah aliran energi psikis ( libido ), yangarahnya ditentukan oleh prinsip ekivalensi ³termodinamika´. Respon dari µlautan¶ ketaksadaranakan menampakkan diri di level sadar umumnya berbentuk simbol-simbol mandala , yang pada

prinsipnya membawa pesan tentang arah dari tertib diri. Dalam praktek klinisnya, Jung melihat

Page 3: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 3/29

3

bahwa bagian tak-sadar bukan saja bersifat komplementasi (saling melengkapi), tetapi jugakompensasi (saling mengimbangi). Menurut Jung, proses individuasi ini disebabkan oleh potensi-

potensi asli yang mengarah pada tujuan tertentu, menuju ke suatu keutuhan psikis yang lebihkokoh. Energi psikis yang terarah pada suatu tujuan tertentu yang bersifat ³final´ ini mirip dengan

pandangan teleologi Ar ist oteles (384-322 SM), dimana ia menggunakan istilah entelecheia(en=dalam diri manusia; telos =tujuan; echein =memiliki) yang berarti: di dalam diri sendiri terdapatsesuatu yang harus dicapai[2].

Dalam proses individuasi Jung, yang dititikberatkan bukanlah ego melainkan self. Jika Jungmenggunakan data-data kejiwaan dalam banyak agama, maka apa hakikat sebenarnya dari ego danself ini dipandang dari konsepsi batiniah agama seutuhnya? Apa status menjadi pribadi seutuhnyaatau menjadi diri sendiri tersebut dipandang dari kerangka agama itu sendiri?

2. S tr uk tu r I nsan Dalam Pandangan Q ur¶aniyah

Peta kejiwaan dan mekanisme interaksi antar modus-modus jiwa, dalam kerangka psikologi yangdibangun secara ilmiah, tampak tidak jelas dan banyak menyisakan lubang-lubang di sana sini.Dalam literatur barat sendiri penggunaan istilah-istilah seperti soul, spirit, heart, mind, dan intellect sering campur aduk ketika mengidentifikasi persoalan-persoalan yang bersentuhan dengan konsepsikejiwaan.

Istilah p sych o sendiri yang dipakai dalam konstruk kata psikologi (psychology) berasal dari kataYunani psyché (Ynch) yang artinya ³nafas kehidupan´, dalam mitologi Yunani digambarkansebagai kupu-kupu. Dalam hal ini, kupu-kupu merupakan perlambang jiwa yang bebas terbangsetelah menempa diri dengan ³puasa´, keluar dari bungkus kepompongnya. Dua sayap kupu-kupuyang membawa dirinya terbang meninggalkan ³bumi´ melambangkan dua akal, a k al j iwa dan a k al r aga ; dua akal tersebut eksis secara potensial di dalam tubuhnya saat ia sebagai ³ulat´, persoalan

yang sama dalam representasi yang berbeda bisa dikaji dalam ³Alegori Gua´ Plato (428-347SM)[3].

Dalam konsepsi pramodern, manusia dibagi atas tiga entitas, corpus, animus, dan spiritus [3]. Animus berasal dari bahasa Yunani anemos yang bermakna sesuatu yang hidup (bernafas) yangditiupkan ke dalam corpus (wadah atau bungkus). Maka corpus adalah body (raga/jasad); dan

spiritus adalah spirit (ruh); dan animus identik dengan psyche yang bermakna soul (jiwa/nafs).Dewasa ini istilah jiwa yang dipakai dalam psikologi telah mengalami penyempitan makna. Jiwadalam terminologi psikologi modern lebih ke aspek psikis, dimana aspek psikis ini lebih merupakanriak gelombang permukaan di atas lautan dalam yang disebut jiwa. Fungsi ruh terhadap jiwa danfungsi ruh terhadap jasad bisa dilihat dalam referensi[4].

Dalam terminologi Qur¶aniyah, struktur manusia dirancang sesuai dengan tujuan penciptaan itusendiri, dimana jiwa (soul) yang dalam istilah Al-Quran disebut nafs menjadi target pendidikanIlahi. Istilah nafs didalam Islam sering dikacaukan dengan apa yang dalam bahasa Indonesiadisebut hawa nafsu , padahal istilah hawa dalam konteks Qur¶ani memiliki wujud dan hakekattersendiri. Aspek hawa dalam diri manusia berpasangan dengan apa yang disebut sebagai syahwat. Sedangkan apa yang dimaksud dengan an-nafs amara bissu¶ dalam surat (Yusuf [12]: 53) adalahnafs (jiwa) yang be lum di r ahmati Allah SW T:

Page 4: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 4/29

4

³Dan aku tidak membebaskan nafsku, sesungguhnya nafs itu cenderung mengarah kepadakejahatan, kecuali yang dirahmati oleh Rabb-ku.´

H awa merupakan kecenderungan kepada yang lebih bersifat non-material, yang berkaitan denganeksistensi dan harga diri, persoalan-persoalan yang wujudnya lebih abstrak. H awa merupakanentitas, produk persentuhan antara nafs dan jasad. Sedangkan syahwat merupakan kecenderunganmanusia pada aspek-aspek material (AliImran [3]: 14), dan ini bersumber pada jasad insan yangwujudnya memang disusun berdasarkan unsur-unsur material bumi ( air, tanah, udara, api ).

Nafs manusia diuji bolak-balik di antara dua kutub, kutub jasmaniah yang berpusat di jasad dankutub ruhaniyah yang berpusat di Ruh al-Quds. Ar-Ruh ini beserta tiupan dayanya (nafakh ruh)merupakan wujud yang nisbatnya ke Martabat I lahi dan mengikuti hukum-hukum alam Jabarut. Aspek ruh ini (jamak arwah ) tetap suci dan tidak tersentuh oleh kelemahan-kelemahan material dandosa, spektrum ruh merupakan sumber dari segala yang maujud di alam syahadah ini²maka tak ada istilah tazkiyyatur-ruhiyyah atau mi¶raj ruhani.

Al-Ghazali dalam Kitab Ajaaibul Qulub [5] jelas membedakan istilah-istilah seperti qalb (rasa jiwa, bukan rasa jasadiah/psikis), nafs , ruh , dan µaql ; dimana istilah-istilah ini dalam konsepsi psikologimodern tak terpetakan dengan tegas karena berada pada tataran jiwa yang bersifat malakut , atausecara psikologi analitik berada di ruang ketaksadaran.

Prinsipnya, apa yang disebut sebagai manusia sempurna (insan kamil) dalam terminologi Al-Qur¶an, minimal manusia yang sudah memiliki struktur seperti tercantum dalam An-Nur [24]: 35,seorang Insan Ilahi. Manusia dikatakan sebagai khalifatullah (wakil Allah) di bumi jika ia telahmencapai state tersebut, ia membawa kuasa Allah dan bercitra Ar-Rahman.

³Allah cahaya petala langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya bagaikan sebuah misykat

yang didalamnya terdapat pelita terang. Pelita tersebut di dalam kaca, kaca itu seolahkaukab yang berkilau dinyalakan oleh (minyak) dari pohon yang banyak berkahnya, pohonzaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknyasaja hampir-hampir menerangi walau tanpa disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allahmembimbing kepada cahaya-Nya siapa-siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat

perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu´.

Page 5: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 5/29

Page 6: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 6/29

6

mereka kerjakan, karena tertutup ilusi dan waham syaithan. Adapun qalb si munafik terikat pada bungkus jasadiyah, merupakan qalb yang terlalu mencintai dunia (terikat kepada syahwat jasmaniah); pandangan batinnya tertipu oleh nilai-nilai estetik fisik dengan tanpa melihathakikatnya, maka ia bisa µmenjual¶ agamanya demi kesenangan sesaat.

Seperti telah diulas tadi, bahwa si nafs lah yang menjadi fokus pendidikan Ilahi. Alam dunia ini baginafs sebenarnya hanya sebuah jenjang ¶sekolah dasar¶, Rasulullah SAW berkata bahwa alam duniaini hanyalah sebuah jembatan kecil yang menghubungkan dua alam besar, dan si nafs diuji dalam

pengembaraannya di µoase¶ ini; sementara ia harus menyelesaikan sejumlah jenjang ¶sekolahlanjutan¶ lagi. Di alam dunia, jasad atau raga insan berperan sebagai kendaraan bagi si nafs untuk menemukan al-haq di bumi jagat ini sebagai pelajaran pertamanya. Si nafs harus mengembara dimuka bumi hingga terbuka kepadanya malakut langit, atau hakikat dari segala yang wujud (khalq)di alam syahadah , dan hakikat dari setiap khalq adalah al-haq.

³Akan Kami perlihatkan ayat-ayat Kami di ufuk (semesta) dan di dalam nafs masing-

masing, hingga jelaslah bagi mereka itu bahwa itu adalah al-haq´ (Al-Fushshilat [41]: 53).

³Tiap segala sesuatu pasti binasa, kecuali Wajah-Nya´ (Al-Qashash [28]: 88).

Sebelum memahami bahwa Dia ada di mana-mana dan Dia lebih dekat dari urat leher, maka si nafsharus melihat kepada aspek wajah-Nya berupa Al-Haq; ia harus melihat bahwa hakikat dari segalasesuatu di alam semesta, berupa ayat-ayat K auniyyah , adalah al-haq ; juga hakikat dari apa yang adadi dalam nafs-nya tak lain adalah al-haq yang mengalir dari Martabat Ilahi. Sebelum si nafsdimasukkan ke dalam kurungan jasad ( corpus ) janin di dalam rahim ibu, maka si nafs dipanggil

Page 7: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 7/29

7

terlebih dulu ke hadapan Allah SWT, katakanlah ini adalah status nafs ketika di alam Nur atau alam Alastu.

³Dan ketika Rabb-mu hendak mengeluarkan keturunan bani Adam dari sulbi mereka, danAllah telah mengambil kesaksian atas nafs-nafs mereka, µBukankah Aku ini Rabb-mu?¶mereka menjawab µBenar! Kami menyaksikan¶ Agar di hari kiamat kamu tidak berkata:µSesungguhnya kami lengah (atas kesaksian) ini¶´ (Al-Araf [7]: 172).

Sebelum nafs diturunkan di alam dunia, maka dalam kesaksian ini qadha dan qadar nya ditetapkanterlebih dahulu: ³amal-amal insan dikalungkan pada µleher¶nya´ (Q.S Al-Isra¶ [17]:13).Ketetapan-ketetapan ini berupa misi hidu p (swadharma) yang harus dimanifestasikan di muka

bumi, ini merupakan amanah Allah yang telah digariskan sesuai dengan bakat langit si nafs(swabhawa) , misi hidup setiap insan bersifat unik tidak ada yang sama satu dengan lainnya. Misi(dharma) si nafs harus ditemukan dan dijalankan di bumi ini, tidak ada perubahan dalam dharma sinafs, karena bakat langit (swabhawa) si nafs merupakan fit r ah yang tida k ber ubah , dan sebagian

besar manusia tidak mengetahui ketetapan dirinya karena qalb -nya terpendam dosa.

³Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada ad-Din. Fitrah Allah, yang Dia telahmenciptakan manusia menurut fitrah ini, tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Inilah ad-Diin yang teguh, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui´ (Ar-Ruum [30]: 30).

Jika tanpa Rahmat Allah SWT, ketetapan-ketetapan Allah yang tertulis di dada si nafs tidak akanterbuka, dan ini merupakan rizqi batin manusia yang kuncinya ada di dalam nafs. Sementara untuk mencapai ini sulit karena harus menggeser pusat kesadaran dari ego ke nafs ( self ).

Dari alam Nuur , setelah 120 hari penyusunan janin bayi, maka nafs yang telah diamanahiqudratullah beserta ruh yang akan mengisi jasad si bayi diturunkan. Di sini si nafs berada dalam

tiga kegelapan .

³Kemudian Dia menyempurnakan (janin), dan meniupkan kedalamnya ruh-Nya, dan Diamenjadikan bagimu, pendengaran, penglihatan, dan fu¶ad, tapi sedikit di antara kamu yang

bersyukur´ (As-Sajdah [32]: 9).

³Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu tahap demi tahap dalam tiga kegelapan´ (Az-Zumar [39]: 6).

Bagi si nafs sewaktu masih di dalam rahim, ke gela pan per tama adalah wadah jasadnya sendiri,lapis ke gelapan ke dua adalah jasad ibunya, dan ke gela pan ke tiga adalah penjara alam dunia yang

bersifat material.

Maka ketika nafs dilahirkan via jasmani raganya ke alam dunia, nafs yang sudah terpenjara olehtabiat-tabiat jasadnya kemudian harus bertumbukan pula dengan cakrawala dunia µbawah¶. Makanafs yang berasal dari cahaya Ilahi (bersifat metafisika) fu¶ad -nya menjadi cenderung senang untuk di-rule dan diracuni oleh tabiat-tabiat dan implikasi-implikasi hukum fisis.

Page 8: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 8/29

8

Merujuk ke Al-Ghazali[5], dimana beliau menggunakan terminologi qalb sebagai modus nafs, bahwa nafs memiliki dua jenis tentara, tentara lahir dan tentara batin . Tentara lahir adalah jasad,khususnya indera-indera yang secara langsung mencerap alam syahadah. Perangkat jasadiyah inimerupakan delapan pasang aspek µternak¶ yang harus digembalakan; ingat bahwa jasad merupakanµkuda¶ tunggangan bagi nafs yang terlebih dulu harus ditundukkan dan digembalakan.

³Dia menciptakan dari nafs wahidah, kemudian mengadakan darinya pasangannya, danmenurunkan bagimu delapan ternak yang berpasang-pasangan.´ (Az-Zumar [39]: 6).

Kedelapan aspek µternak¶ yang harus dikendalikan si nafs meliputi :

1. sepasang mata untuk penglihatan.2. sepasang telinga untuk pendengaran3. sepasang lubang hidung untuk penciuman.4. sepasang tangan untuk memegang.5. sepasang kaki untuk berjalan6. indera pengecap pada lidah yang dipasangkan dengan perut untuk syahwat makan dan

minum.7. pasangan fungsi mulut dan laring untuk bersuara dan berkata-kata.8. pasangan farji dan indera peraba untuk reproduksi.

Setiap ternak (an¶aam) pada prinsipnya memiliki delapan aspek di atas sebagaimana dimilikimanusia, yang difungsikan oleh aspek µotak¶ yang secara fisis dibuat berpasangan pula. Hewan inimemiliki daya (nafas Ruh) yang menghidupkan tubuhnya, tapi mereka tidak memiliki nafs yangharus mempertanggungjawabkan perbuatan dirinya. Karena nafs manusia membawa fu¶ad (mind,aspek akal jiwa), maka bagi manusia sepasang otaknya (yang wujud fisiknya tak berbeda denganternak) selain menjadi pusat syaraf untuk mengkoordinasi tubuh, juga menjadi pusat pikiran yang

ini justru sering menjadi faktor utama yang membawa µkejatuhan¶ manusia. Faktor pikiran ini (yangmerupakan aspek permukaan dari fu¶ad ) yang akan secara efektif mengkonstruk apa yang secara

psikologis disebut ego .

Apa yang disebut ego ini merupakan µkepala¶, bagi apa yang disebut oleh Al-Ghazali sebagaitentara batin. Apa yang disebut dalam Al-Qur¶an sebagai hawa (hawa nafsu) adalah keluar daritentara batin ini; karena sifatnya plural, bersifat non-material, melekat pada nafs (seperti minyak di

Page 9: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 9/29

9

atas permukaan air), dan mengeluarkan hawa (kecenderungan-kecenderungan yang tidak sejalandengan orbit jiwa), maka diberi istilah nufusul-hawiyyah.

Jika si nafs lumpuh karena dosa-dosa yang dimasukkan jasad lewat pintu-pintu indera dan pikiran,maka kepribadian insan dipegang oleh µkepala¶ dari tentara batin: ego. Ego ini jika dikendalikannafs sebenarnya merupakan perangkat yang sangat penting bagi nafs untuk menjalankan kodratdirinya. Jika nafs disembuhkan dengan Rahmat Allah Ta¶ala, maka pusat kesadaran dankepribadian secara bertahap akan bergeser dari ego ke nafs ; konstruk ego yang salah-bentuk akansegera diruntuhkan nafs untuk dikonstruk ulang menjadi bentuk baru yang lebih sesuai dengankepentingan dharma si nafs. Karena entitas nufusul-hawiyyah ini berasal dari kekuatan amr yangdibawa si nafs yang menemukan padanannya di hissiyah jasadiyyah secara unik, maka rekonstruksiego dari setiap manusia akan berbeda satu sama lain.

Ego dibentuk dan ditumbuhkan melalui fikiran oleh dua kekuatan, pertama persepsi inderawi yang bersifat syahwati, dan kedua oleh hawa nafs. Interaksi timbal balik dua kekuatan ini melalui link ego menjadi cenderung memperkuat satu sama lain dan membangun kompleks-kompleks sayyi¶ah

jiwa. Manusia digelapkan qalb-nya dan dilumpuhkan nafs-nya oleh dua perkara yaitu cinta duniadan mempertuhankan hawa.

³Berkata ia,¶Ya Rabbi, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal akudulu (di dunia) adalah seorang yang melihat?¶´ (Thaha [20]: 125).

Page 10: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 10/29

10

³Karena sesungguhnya bukanlah matanya yang buta tetapi qalb yang di dalam dada´ (Al-Hajj [22]: 46).

³Yang demikian itu disebabkan oleh karena mereka mencintai kehidupan dunia di atasakhirat« Mereka itulah yang qalb, pendengaran, dan penglihatannya telah dikunci matioleh Allah, dan mereka adalah orang-orang yang lalai´ (An-Nahl [16]: 107-108).

³Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawanya sebagai tuhannya, makaapakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwakebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain bagaikan ternak

bahkan lebih tersesat jalannya´ (Al-Furqaan [25]: 43-44).

³Dan barang siapa buta di dunia ini, maka di akhirat akan buta pula dan lebih tersesat jalannya´ (Al-Isra [17]: 72).

Bila nafs dirahmati Allah Ta¶ala, maka secara bertahap indera-indera batinnya mulai bangun danmenguat, karena hijab-hijab dosa di qalb-nya mulai tanggal. Si nafs yang telah tumbuh kuat akansegera melakukan proses penggembalaan dan pendidikan atas tentara lahir dan tentara batinnya.

³Dan adapun mereka yang takut akan maqam Rabb-nya dan menahan nafsnya dari hawa´(An-Naazi¶at [79]: 40).

Jika ego tidak dikonstruksi-baru oleh nafs, maka akan menjadi pabrik penghasil sayyiah, dimanaµracun¶ hati ini secara efektif dapat mematikan qalb. Kesadaran, secara psikologis, berpusat di ego,sementara qalb dan nafs berada di bawah level kesadaran atau di ketaksadaran (unconsciousness) .

Jika hijab kompleks dan sayyiah lenyap, maka ego akan mengorbit ke nafs dan memperluas bidang

kesadaran. Ketika ego di bawah kontrol nafs maka kekuatan syahwat dan hawa akan berada di bawah kendali amr si nafs, dan ketika pusat kesadaran berpindah ke nafs maka nafs menjadi pusatkepribadian yang bersifat utuh mencakup baik level sadar maupun level tak sadar. Dengan

berkiblatnya ego ke nafs maka seluruh indera jasad berada di bawah kontrol nafs dan qalb, disiniinderawi dan pikiran memperoleh kekuatan tambahan berupa aspek ruhani yang berpusat di qalb,manusia menjadi berfikir dan ber- µaql dengan qalb-nya.

³Qalb bagaikan raja, jika shalih rajanya maka shalih pula tentara-tentaranya, dan jika jahatrajanya maka jahat pula tentara-tentaranya.´ (Rasulullah SAW)

Jika cahaya qalb tidak menyentuh ego dan pikiran, maka pada hakikatnya manusia belum mengenal

qalb-nya apalagi memfungsikannya. Karena qalb tak berfungsi, maka manusia tersebut dikatakan belum memiliki qalb (buta hati) kecuali hati jasmaniahnya saja, dan hanya memiliki satu akal yaitu pikirannya saja.

³Mereka memiliki qalb tetapi tidak digunakan untuk memahami, mereka memiliki matatetapi tidak digunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak digunakannya untuk mendengar, mereka seperti ternak bahkan lebih tersesat´ (Al-A¶raf [7]:179).

Page 11: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 11/29

11

Dengan transformasi akal dari ego ke lubb, maka kesadaran seseorang ditransformasi terus-menerushingga menyentuh L athifah I lahiyah , sehingga qalb-nya ³melihat´ al-haq dimana-mana (Al-Fushshilat [41]: 53). Dalam dunia tashawwuf, hirarki µu r u j kesadaran batin mencakup tujuh proses

Dalam proses ini, tahapan insan untuk memenuhi struktur yang dituntut oleh An-Nuur [24]: 35menjadi terlampaui. Ini adalah proses manusia untuk mengenal Rabb-nya, yang harus diawalidengan kesadaran atas keberadaan nafs dalam jasadnya sebagai jati diri yang sebenarnya.

³Barangsiapa mengenal nafsnya maka akan mengenal Rabb-nya.´ (Rasulullah SAW)

Dengan bermujahadah pada proses tazkiyyatun-nafs maka instrumen mata dan telinga batin (nafs)akan mulai bangun secara bertahap. Seperti bangunnya akal jasadi pada bayi oleh tumbukan terusmenerus citra alam dunia melalui indera mata dan telinganya, maka pengendalian mata dan telinga

jasmani dari hal-hal yang diharamkan Allah Ta¶ala akan mencergaskan kembali penglihatan dan pendengaran si nafs, dan dengan sehatnya dua indera batin tersebut akan mulai mengaktivasi akal jiwa (lubb) . Manusia yang lubb-nya hidup dinamai sebagai Ulul -A lbaa b , dan hanya U lul-Albaab yang bisa memahami kalimah Ilahiyah di alam semesta.

³Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa diberihikmah, sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapatmengambil pelajaran kecuali Ulul-Albaab´ (Al Baqarah [2]: 269).

Proses µuruj tadi merupakan proses taubat, dimana makna taubat adalah perj alanan ke m bali m enu ju Allah , merupakan proses ditariknya si hamba mendekat kepada-Nya, dan ini akanmelampaui semesta alam-alam, karena jarak antara si hamba dengan Dia adalah tak hingga. Dantidak ada alam yang ia lampaui, kecuali lubb-nya akan menguasai urusan-urusan di alam tersebut.Siapa yang bertaubat (kembali kepada Allah) maka itu baru awal dari hidayah (pemberian

petunjuk), dan siapa yang tidak mencari Allah (tidak bertaubat) maka mendzalimi dirinya sendiri.

³Dialah yang memperlihatkan kepadamu ayat-ayat-Nya dan menurunkan kepadamu rizkidari langit (jiwa). Dan tidak ada yang bisa mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang

bertaubat(kembali).´ (Al-Mu¶min [40]: 13)

³Dan sesungguhnya Aku menjadi Maha Pengampun bagi mereka yang bertaubat, beriman,dan beramal shalih, kemudian atasnya petunjuk´ (Thaha [20]: 82).

³Siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim´ (Al-Hujurat[49]: 11).

Page 12: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 12/29

1 2

3. A pa Yang Ter sentuh O leh Psiko logi Analiti k

Seperti yang telah diulas tadi bahwa yang menarik dari psikologi analitik C.G. Jung terutamakonsep individuasinya, suatu proses menjadi diri sendiri atau realisasi diri. Konsepsi ini dibangunJung secara transpersonal dengan melibatkan khususnya simbol-simbol religius dari mitologi-mitologi kuno dan terutama agama-agama Timur.

Wajar Jung memperoleh inspirasi individuasi ini dari simbol-simbol agama karena tidak ada satuagama besar pun yang meluputkan aspek spiritual penemuan-diri. Aspek batin dari setiap agamadalam upaya mencari kebenaran sejati dan kedekatan dengan Sang Pencipta selalu melalui prosestransformasi diri. Tidak ada satu kaum atau suatu peradaban pun, baik besar maupun kecil, kecualiditurunkan di situ rasul-rasul-Nya (Ibrahim [14]: 4), meski representasi ritualnya berbeda-beda tapiesensi dan tujuan sejati dari setiap agama yang diturunkan Dia selalu sama. Proses pengenalankepada Tuhan selalu diawali dengan proses pengenalan-diri, bahkan tujuan pengetahuan itu sendiriadalah untuk mengenal-diri.

Beberapa agama (terutama Hindu dan Buddha) terkadang sangat menonjolkan proses transformasikejiwaan ini, agama Kristen lebih menonjolkan oknum spiritualnya (Ruh al-Quds), dan agamaIslam menonjol dalam implementasi dharma; singkatnya tidak ada satu agamapun (sepanjang

berasal dari Sang Pencipta) kecuali membawa ajaran terpenting, yaitu amr penemuan-diri [7].Agama-agama itu berhubungan satu dengan lainnya, dalam hal ini kitab-kitabnya, masing-masingmemiliki peran yang berbeda dan saling berkompelemen satu sama lain dan membentuk suatu

bangunan utuh; seperti diisyaratkan Nabi Muhammad SAW bahwa beliau merupakan batu-bataterakhir yang melengkapi dan menggenapi Ka¶bah, sementara batu-bata yang lain dalam bangunanmelambangkan Nabi-Nabi bagi umat-umat yang lain, agama telah tertutup dan Islam adalah agamaterakhir sebagai penyempurna.

³Dan mereka yang beriman kepada (Kitab) yang telah diturunkan kepadamu dan kepada(kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan akhirat.´ (Al-Baqarah[2]:4)

Bagi Jung, kepribadian (personality) itu harus mencakup keseluruhan aspek sadar ( consciousness )dan tak sadar ( unconsciousness ) yang ada di dalam diri manusia, maka jelas ego bukanlah

perwakilan dari kepribadian total yang ia sebut sebagai psyche. Dalam psikologinya, egomerupakan pusat bidang kesadaran sekaligus subjek bidang kesadaran. Sebagai subjek, maka ia

berfungsi aktif dalam menghubungkan isi-isi psikis sehingga dapat disadari. Seluruh pengalamankita menyangkut dunia luar maupun dalam harus melalui ego agar disadari. Ego tidaklah mencakupseluruh bidang kesadaran, ego hanyalah µtitik referensi¶ bagi ruang tersebut. Jadi, ego merupakan

bagian dari kepribadian dan bukan seluruh kepribadian.

Menurut Jung, manusia dilahirkan dengan membawa ketotalan ( wholeness ), atau dengan membawa potensi untuk menjadi total, dan tujuan akhir dari hidup setiap manusia adalah untuk mencapaikondisi optimal dari ketotalan:

Personality is the supreme realization of the innate idiosyncrasy of a living being, it is anact of high courage flung in the face of live, the absolute affirmation of all that constitutes

Page 13: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 13/29

1 3

the individual, the most successful adaptation to the universal conditions of existencecoupled with the greatest possible freedom for self-determination. [8]

Jung mendefinisikan bahwa di dalam ruang ketaksadaran itu sendiri terdapat dua jenisketaksadaran, pertama ketaksadaran pribadi ( personal unconscious ), dan kedua adalah ketaksadarankolektif ( collective unconscious ).

Pengalaman-pengalaman yang ditekan ( suppressed ) atau berusaha dilupakan akan mengendap di personal unconscious . Di dalam personal unconscious , segala apa yang diendapkan tadi saling berinteraksi membentuk ide-ide baru, grup dari beberapa ide bisa meng- cluster bersamamembentuk apa yang oleh Jung disebut kompleks ( complex ). Secara umum kompleks ini bersifat

unconscious walaupun elemen-elemennya dapat menjadi conscious sewaktu-waktu.

Adapun collective unconscious merupakan konsepsi yang kontroversial. Ini merupakan cetak biruyang diwariskan bukan saja secara fisik (genetik) tapi juga secara psikis.

The collective unconscious is composed of primordial images (thought-forms or memorytraces from our ancestral past) not only our human past but also our pre-human, animalancestry. [8]

Apa yang diwariskan bukan berupa memori-memori atau ide-ide spesifik, tapi lebih ke prediposisiatau potensial-potensial dari ide-ide tertentu. Collective unconscious mengandung hampir sejumlah

tak terbatas citra-citra (images), atau bentuk-bentuk pemikiran. Isi dari collective unconscious inidisebut Jung sebagai arketipe-arketipe (archetypes) . Jung mengidentifikasi dan mendeskripsikan banyak arketipe, misalkan: ide kelahiran, ide kematian, ide kepahlawanan, ide iblis, ide Tuhan, ideorang bijak, ide binatang, dan sebagainya. Di antara banyak arketipe, yang terpenting dalammembentuk kepribadian dan tingkah laku adalah persona, anima dan animus (syzygy), shadow, dan

self.

Page 14: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 14/29

Page 15: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 15/29

1 5

tentang id, dan ego lebih merupakan alat id untuk menyalurkan hasrat-hasrat internal yang tak jelas bentuk dan sumbernya, ego juga mengambil nilai-nilai eksternal untuk membangun superego agar kepribadian totalnya bisa ¶survive¶ tanpa konflik. Meski gelap bagi Freud, tetapi ia sangat melihat

betapa besarnya pengaruh dari faktor internal ini.

Jung berani untuk melakukan pemetaan faktor internal ini dengan mengajukan gagasankontroversial collective unconscious. Dengan data fenomenologis yang lebih µterbuka¶, Jungmembangun hipotesis ini dengan mencoba menyulam data-data produk saintifik dengan aspek-aspek metafisik. Maka seperti halnya Freud, tentang naluri-naluri (insting) hewani, arketipeshadow-nya Jung sangat mencerminkan masuknya gagasan evolusi Da r win dan informasi-informasi ilmiah dari sains zamannya, terutama fisika. Arketipe Jung sepintas mirip dengan

pengetahuan recollection dari alam idea-nya Plat o[3], atau ilmu tashawwur-nya Ib nu µAr ab i (1165-1240) yang berkaitan dengan alam µkhayal¶ dari nafs. Tetapi konstruksi Jung tidak menyentuh aspek nafs ( soul ) dalam arti yang sebenarnya, selain meletakkan data-data fenomenaspiritual dalam kerangka psikologi psikis.

Dalam paradigma tashawwuf, karena subjek pendidikan Ilahi adalah si nafs dan konstruk jasadinsan hanyalah perpanjangan atau bayangan terbatas dari nafs ini, maka kepribadian si nafs tidak

boleh terberangus oleh aspek jasadiah (tentara dzahir qalb), juga oleh aspek psikis yang bertautandengan tentara batin qalb. Kepribadian nafs adalah kepribadian insan yang sebenarnya yangmenjadi cermin bagi khazanah Ilahi, maka ia harus bisa lepas dari kurungan syahwat dan hawa.

Dalam terminologi Al-Qur¶an, nafs bukanlah ³kertas putih´ yang diturunkan, tapi dalam dadanyatelah membawa catatan amr yang mesti ia ejawantahkan, dan catatan ini berkaitan dengan

persoalan alam idea-nya Plato atau alam khayal-nya Ibnu µArabi. Yang pasti terdapat hubunganantara pengetahuan bawaan si nafs dengan alam tempat ia menjalankan dharma-nya. Fungsi alamsyahadah adalah untuk memancing amr yang µtertulis¶ dalam dada nafs itu keluar dan termanifestasi

di tingkat amaliah jasad, dan yang ia manifestasikan pada dasarnya µperkara besar¶ karenamerupakan Harta Terpendam Ilahi. Ini adalah amanah Ilahi yang sesungguhnya, dan proses menjadisaksi Allah dalam arti yang haq. Dan apa yang disebut bakat atau kemampuan seseorang secara

psikologis hanyalah gaung dari urusan spesifik yang si nafs bawa. Indra tubuh, ego dan aspek psikisnya, juga fikiran hanyalah alat bagi si nafs untuk menjalankan urusannya. Apa yang Jung lihatsecara fenomenologis dan ia definisikan sebagai syzygy, atau aspek anima dan animus dalam

pribadi manusia, juga berkaitan dengan konsepsi ummul-kitab dan kitabul-mubin dari persoalannafs dengan µaql-nya.

Arketipe ( archetype ) yang terlibat langsung dalam proses individuasi atau realisasi diri adalah self,dimana arketipe ini dengan aksi jarak jauhnya (fungsi transenden) memotivasi ego untuk menjadi

pribadi yang utuh, yang meliputi sisi sadar dan sisi tak sadar. Fungsi transenden adalah fungsi kuncidalam proses individuasi dan merupakan cara khas bagaimana arketipe self mulai mewujudkan diri.Fungsi transenden bekerja lewat lambang-lambang, dimana lambang merupakan unsur paling

pokok dalam psikologi analitik, dan dengan cara seperti ini manusia mulai kontak denganketaksadarannya ( unconsciousness )[2]. Maka fenomenologi tentang self adalah fenomenologitentang lambang-lambang dari self. Menurut Jung, fungsi pokok dari lambang adalah bahwalambang menggabungkan yang sadar dan tak sadar sebagai conjunxio oppositorum (perpaduanunsur-unsur yang berlawanan). Lambang adalah sarana untuk mencapai ³tepi laut seberang´ (pantai

Page 16: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 16/29

1 6

yang lain). Lambang menunjuk ke sesuatu yang belum dikenal yang untuk sementara tidak dapatdiungkapkan kecuali lewat lambang. Yang dititikberatkan Jung adalah bahwa lambang itumengandung arah waktu, menunjuk kepada proses-proses yang masih tersembunyi dan yang inginmenjadi tampak dan terwujud.

Lambang paling istimewa bagi self adalah apa yang dalam bahasa Sanskerta disebut mandala . Jungmeneliti lambang-lambang ini selama hampir empat belas tahun, sebelum ia memberanikan dirimenafsirkannya. Jung melakukan penelitian-penelitian ekstensif tentang mandala yang ia temukandi dalam semua kebudayaan, dalam agama-agama Barat dan Timur, juga pada pasien-pasiennya,khususnya lambang-lambang mandala ini muncul pada pasien-pasiennya yang berusia 40 tahun.Konstruk mandala merupakan susunan konsentris dari bangun-bangun geometris, bisa berupa

bangun lingkaran-lingkaran konsentris, atau segiempat-segiempat konsentris, atau perpaduannya.

Banyak kebudayaan arkais menunjukkan struktur mandala dalam tarian-tariannya, upacara-upacara, bangunan-bangunan rumah, dan tempat-tempat religiusnya. Mandala yang paling indah dan palingsempurna terdapat pada kebudayaan Timur, khususnya dalam Buddhisme Tibet, juga pada candi-

candi Hindu dan Buddha. Pada umumnya pada pusat mandala terdapat tokoh-tokoh agama tertentu,seperti Siwa, Buddha, dan Kristus. Jung berpendapat bahwa mandala mempunyai arti µmetafisis¶dan merupakan simbol transformasi atau jendela menuju Keabadian. Karena mandalamelambangkan self, maka self, kata Jung, merupakan Imag o De i (Citra Tuhan).

Dalam dunia tashawwuf, konstruk mandala telah lazim dikenal oleh para Shufi, bentuknya bisa berupa tujuh lingkaran konsentris, empat lingkaran konsentris atau empat bujur sangkar konsentris,atau bisa lebih rumit dari itu. Tujuh lingkaran melambangkan tujuh langit jiwa dengan titik

pusatnya melambangkan Ruh al-Quds. Empat lingkaran konsentris melambangkan tingkatan jiwa jasmaniah, jiwa ruhaniah, jiwa rahmaniah, dan jiwa rabbaniah yang duduk di lantai keempat[12].Makna Rabbaniyah identik dengan makna Brahmana pada agama Hindu yang telah mengalami

pergeseran makna dari kasta (maqamat) kejiwaan menjadi kasta sosial. Dalam dunia suluk, hanyatingkat Rabbaniyah yang bisa bertemu Ruh al-Quds tanpa termusnahkan oleh kuat cahayanya [4].

Page 17: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 17/29

1 7

Intinya, pusat mandala merupakan kutub alam semesta zamannya, seseorang yang telah diperkuatdengan Ruh al-Quds di tingkat Rabbani dan memegang jabatan Quthb . Dan seperti telah kita bahas

bahwa manusia yang memenuhi struktur An-Nuur [24]: 35, artinya yang telah diperkuat denganRuh al-Quds, merupakan Citra Ar-Rahman.

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa self yang didefinisikan Jung tak lain adalah nafs (jiwa, soul ), ini berarti tidak semua self menyandang pangkat Imago Dei, kecuali self yang sudah duduk

Page 18: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 18/29

1 8

di pusat mandala. Dan dengan terputusnya data agama, konsepsi Jung tentang self berhenti di I mago Dei.

Konsepsi transformasi kejiwaan dalam khazanah Islam sebagai agama penyempurna, bisamembantu membuka kembali arah dari persoalan ini dalam khazanah batin agama-agama pra-Islam. Bagi Jung, gagasan individuasi bisa membantu memberi arah pada terapi pasien-pasiennya,tapi simbol-simbol mandala yang dilihat dalam ruang kesadaran ( consious ) pasien sebagai isyaratdari nafs atau self di ruang bawah sadar ( unconscious ), menjanjikan suatu kesadaran dankebahagiaan yang jauh lebih tinggi dari apa yang Jung dan si pasien sadari. Metode terapi Jungtidak memadai untuk memenuhi apa yang diseru dan dituntut oleh self, juga tidak memiliki

perangkat ukur untuk melihat tahapan-tahapan pengorbitan ego menuju self (nafs). Tetapi Jung berpendapat benar bahwa kepribadian yang utuh terletak di self atau jiwa (nafs), dan bukan di ego.Dan pengenalan atas nafs adalah awal pengenalan kepada Tuhan.

4. S tatus Ke cer dasan Sp ir itual SQ

Seperti halnya dalam kasus psikologi analitik, SQ merupakan salah satu produk yangmencerminkan samarnya pengetahuan manusia Barat tentang aspek internal manusia yang terfokusdi self atau nafs, dan SQ sendiri tampak dipengaruhi kuat konstruksi-konstruksi C.G.Jung yangdibangun secara transpersonal. Seperti telah dibahas tadi bahwa urusan yang dibawa setiap nafs

berbeda satu dengan lainnya, maka potensi-potensi yang Sang Pencipta berikan kepada tiap-tiapmanusia yang meliputi seluruh aspek lahir dan batinnya tidak pernah ada yang sama. Ada kaitanerat memang antara bakat fisik manusia dengan amr jiwanya, karena memang si jasad tak lainmerupakan perpanjangan jiwanya, maka urusan si jiwa akan memanjang ke jasad.

³Manusia itu dimudahkan atas suatu yang untuk itu ia dicipta.´ (Rasulullah SAW)

³Carilah pekerjaan yang kamu tidak bekerja.´ (Confucius)

Manusia dimudahkan dalam jalannya masing-masing dan tidak diberi beban melainkan apa yangmampu ia pikul, tapi ego manusia cenderung memilih jalan yang justru ia menjadi bekerja keras disitu, tidak berjalan dengan energi minimalnya. Bukankah alam semesta itu hadir/wujud dalamenergi minimalnya? Dharma atau misi hidup setiap manusia itu bekerja dalam energi minimalnya,dimudahkan untuk apa ia dicipta. Gagasan Lao T zu tentang jalan Tao adalah bicara tentang ini; danalam semesta hidup mengalir mengikuti sungai Tao, ini adalah tasbih, dan setiap insan diwajibkan

bertasbih. Hal yang sama demikian kentara dalam ajaran Zen (ordo Buddha) dan Baghavad G ita

(Veda Hindu) misalnya, demikian pula apa yang diseru dalam setiap agama yang lain termasuk Islam.

Kalimah aslama konstruk dasar dari Al- I slam bermakna ber ser ah -di r i m engi k uti ke henda k-N ya ;kalimah sa b aha konstruk dasar dari tasbih bermakna mengalirkan diri atau menghanyutkan diridalam sungai Kuasa-Nya. Jika manusia mengerjakan dharma-nya, maka segala sesuatu yangmenyangkut urusannya akan dimudahkan di tangannya, dimana itu sulit bagi selain dirinya. Sepertisabda Rasulullah saw.:

Page 19: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 19/29

1 9

³Bila urusan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya´.

Swadharma setiap insan itu terkait dengan shirathal-mustaqiim -nya masing-masing. Rabb yangdicari berada di atas jalan itu (Hud [11]: 56), dan yang menjadi kuncinya ada dalam diri nafs-nyasendiri. Setiap manusia akan menemukan Tuhannya lewat pintu jiwanya masing-masing, karena didalam nafs terdapat Kuasa-Nya, Qudrah-Nya; man µar afa nafsahu fa qad µar afa r abb ahu . Jikamanusia bertemu dharma-nya atau kodrat-dirinya, maka kehidupannya dimudahkan. Ini adalahaqa bah , jalan mendaki lagi sukar, karena ia harus membebaskan diri dari perbudakan syahwat danhawa nafsunya. Jika ego manusia tunduk kepada kehendak Allah maka terbuka pintu pengenalan kenafs ( self ) nya, dan jika Ruh al-Quds telah Allah nyalakan di dalam qalb si nafs maka terang apinyaakan menampakkan amr si nafs yang tertulis dalam dadanya.

Apa yang terdeteksi secara fisik berupa gelombang otak, cahaya aura, atau akumulasi energi dicakra-cakra tubuh, berasal dari cahaya jasadi dan psikis, belum sampai menyentuh ke cahaya jiwa(nafs). Fisik manusia dibangun dari material alam mulk, nafs berasal dari alam malakut, dan aspek

psikis manusia berasal dari entitas barzakh antara kedua alam tadi. Cahaya dan energi psikis di atas

merupakan permukaan dari esensi cahaya nafs. Karena itu kesehatan yang bersifat fisik dan psikissemata akan cukup tercermin di aura, cakra-cakra dan gelombang-gelombang otak tertentu.Penyakit fisik datang dari pikiran yang tidak jernih. Dalam ajaran Buddha, pikiran tidak akan jernih

jika ada kekhawatiran, dan kekhawatiran itu datang dari hawa nafsu dan syahwat. Pikiran itu terkaitmind (fu¶ad), dan Plato mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan dalam terapi medisadalah memperbaiki mind -nya dan cara berpikirnya lebih dahulu.

Pikiran yang tak jernih bisa mematikan qalb , dan jika qalb mati berarti qalb kehilangan Cahaya Jabarut -nya dan ini berdampak lumpuhnya si nafs dalam diri manusia. Jika nafs dalam diri manusialumpuh maka lumpuh pula kekuatan amr dalam dirinya, sehingga aksi fungsi transenden ke ruangkesadaran tidak terjadi. Orang yang sehat qalb-nya dari dosa-dosa dan penyakit hati akan sehat pula

nafs-nya, dan jika si nafs sehat ia akan membimbing raga untuk menemukan obat bagi penyakitfisiknya, dan ini perlu waktu:

³Barang siapa sehat qalb-nya maka akan sehat jasmaninya´ (Rasulullah SAW).

Arah dari setiap agama itu pada hakikatnya adalah demi transformasi aspek batin. Demikian puladengan dharma insan yang bermakna mengerjakan urusan-urusan dunia yang cocok dengan jiwanyaagar tak terjadi konflik batin, dan kebersihan batin yang jernih tanpa distorsi nafsu itu akan sangat

berguna dalam melihat kebenaran Ilahiah dan sekaligus membuka jalan. Berdharma artinyamenyelamatkan qalb : jika seseorang telah bekerja pada dharma -nya (pada orbitnya) maka di situtidak ada pertentangan antara mana urusan dunia dan mana urusan akhirat; semua menjadi

bermakna akhirat dan menyenangkan bathinnya. Orang yang menjalankan dharma-nya,kebahagiaannya tidak bisa dinilai dari luar dirinya, apalagi diukur oleh kacamata syahwat dan

pikiran yang telah terbius oleh waham kelezatan duniawi. Orang bisa memandang bahwa ia tengah bekerja keras dan menderita, padahal bagi dirinya merupakan berkah dan kebahagiaan, bagi ia penderitaan hidup itu pada hakikatnya tidak ada.

Dengan mengerjakan misi hidupnya atau qudrah dirinya ( dharma yoga ) maka qalb orang ituterselamatkan dari penyakit fikiran, dan jika qalb selamat (qalbun salim) ia akan µmelihat¶

Page 20: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 20/29

2 0

Tuhannya. Kata Al-Ghazali, satu-satunya perangkat dalam diri manusia untuk ber- ma¶rifatullah adalah qalb -nya. Qalb adalah r asa si j iwa (nafs) dan bukan rasa psikis (emosi) yang dapattersentuh oleh observasi psikologis, ia adalah makhluk ruhani. Lebih jauh Al-Ghazali berkata

bahwa jika seseorang tidak mengenal qalb-nya maka tidak akan mengenal nafs-nya; jika nafs tidak dikenal maka dharma tak dikenal; jika dharma tak dijalankan maka terputus jalan untuk menujuSang Pencipta; dan jika ia terputus jalan maka kesadarannya tidak akan melampaui alam-alam,sehingga kebijakan-kebijakan Ilahi dalam kehidupan semesta tak terpahami (oleh akal bawahnya).Maka dikatakan Allah SWT bahwa hanya Ulul -Albaa b (orang yang memiliki akal jiwa/ lubb ) yang

bisa memahami ayat-ayat-Nya, dan lubb itu tidak menyala jika cahaya qalb padam.

Inteligensia atau kecerdasan fisik kekuatannya hanya menyentuh sejauh alam fisik. Jika kitamencoba menggunakan kecerdasan fisik untuk menggeneralisasi atau menginduksi imajinasi kealam malakut, maka hal ini seperti nasib elemen-elemen vektor yang jika dioperasikan

bagaimanapun dengan hukum-hukum ruang vektor, tidak akan melompat keluar dari ruangvektornya. Akibatnya ³pantai yang lain´ selalu tak diketemukan. Kecerdasan µbawah¶ hanyalah

bayangan dari kecerdasan jiwa (kecerdasan µatas¶) yang mestinya bisa dilahirkan dengan jalan

mujahadah dalam tazkiyyatun-nafs.

Lantas apa sebenarnya kecerdasan itu? Apa makna dari IQ, EQ, dan sekarang SQ? Dan jika melihatstruktur dasar manusia yang terdiri dari jasad, jiwa, dan Ruh al-Quds, apakah seseorang bisalangsung mengklasifikasi adanya kecerdasan jasadi, kecerdasan jiwa, dan kecerdasan Ruh al-Quds?

Menurut Ibnu µArabi dan beberapa shufi yang lainnya, bahwa alam semesta itu ³mengenal´ AllahSWT, alam memahami status dirinya di depan Tuhan. Maka kita melihat bahwa apa pun yangmewujud di alam syahadah ini memandang kepada Sang Pewujud, ini sebuah ³kesadaran´ dansebuah ³kecerdasan´.

Sebenarnya yang membuat materi itu memiliki kecerdasan karena di dalam dirinya hadir KuasaTuhan, sentuhan µjari¶-Nya terhadap µain segala sesuatu itulah yang membuat segala sesuatumenjadi memiliki wujud, baik di alam mulk ini, terlebih wujud-wujud yang eksis di alam malakut.Maka semua yang Dia wujudkan akan memiliki kecerdasan karena di dalam dirinya ada al-haq,

bukankah hakikat segala sesuatu itu al-haq? Secara fisis saja sebuah batu itu mati tampaknya, padahal jika diteropong secara sub atomik maka tampak penuh dinamika, penuh kehidupan,masing-masing partikel bergerak pada orbitnya, memiliki energi, mereka hidup dalam dharma-nyamasing-masing, mereka melihat kepada Penciptanya dan mereka mengerjakan itu demi ridha-Nya.Secara fisika, hanya dalam suhu nol mutlak (nol derajat Kelvin = -273 C) maka semua aktivitasterhenti, tapi adakah dimensi di situ? Otak kita adalah materi yang secara intrinsik memiliki³kecerdasan´, tapi pada orang yang mati (hilang ruh dan nafs-nya) apakah otaknya memiliki

kecerdasan insani? Seperti halnya pada binatang, yang membuat menjadi memiliki kecerdasankarena adanya ruh hewani, tapi apakah seekor ternak memiliki kecerdasan insani yang kitamaksud?

Kecerdasan jasadiah sendiri pada dasarnya berasal dari cahaya nafs dalam tubuh jasad yang bertemu dengan aspek ruh yang menghidupkan jasad. Pertemuan nafs yang hidup dengan potensikecerdasan lubb-nya dengan potensi kecerdasan lubb-nya dengan tubuh yang memiliki ruh, selain

Page 21: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 21/29

Page 22: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 22/29

22

Konsep Ruh Al-Quds dalam Al-Quran identik dengan konsep µ H oly Spirit ( H oly Ghost) µ dalamBible, sebagai entitas yang hadir dari Alam Jabarut, dan ini sering dipertukarkan dengan entitasyang hadir dari alam malakut tertinggi yaitu Jibril a.s. sebagai Ruh Al-Amin (Asy-Syu¶araa [26]:193) yang membawa anugrah-anugrah tertinggi bagi manusia.

Makna api sebagai pelita dalam An-Nuur [24]: 35 sama dengan makna kehadiran lidah-lidah api diHari Pentakosta dalam Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul 2: 1-13) yang membaptis dua-belassahabat Isa Al-Masih a.s. sebagai para utusan bagi kenabiannya, sesuai dengan yang beliau alaihis-salam janjikan (Yohanes 14: 15-17). Apa yang dinisbatkan kepada martabat insan adalah aspek nafsdan jasadnya, adapun sekali lagi, aspek Ar-Ruh bernisbat ke martabat Ilahi. Trilogi Tuhan, Ruh-Al-Quds, dan an-nafs, menggambarkan turunnya ( tanazzul ) urusan Ilahi atas manusia-manusia terpilih,dimana urusan ( amr dharma ) tersebut oleh Ruh Al-Quds dibawa dan diletakkan di inti jiwa, bukandi aspek psikis terlebih di pikiran jasadiyyah.

Penggunaan istilah spiritual pada konstruksi SQ (Spiritual Quotient) sebagai suatu ratio atau ukuranyang brain-based tampak menjadi paradoks, karena entitas spiritual yang bersifat immaterial dan

tak terbatas diukur oleh kecerdasan yang bersifat material (neurological basis) dan terbatas.

Konsepsi self Jung berbeda dengan konsepsi self SQ. Jung meletakan self sebagai sub ordinatmanusia yang harus direalisasi, merupakan arketipe terpenting di kedalaman unconsiousness yangharus disadari agar kepribadian total ( psychê ) sebagai ³kepribadian target´ menjadi terwujud.Adapun SQ meletakan self sebagai psychê yang hadir sejak awal dan terus-menerus melakukan

penyempurnaan diri. SQ melihat adanya paradoks dalam konsep individuasi Jung:

Jung after thought the Self only become accessible to people after the mid-life crisis. At that point, in conjunction with his µtranscedent function¶, the self archetype synthesized opposites in the personality, such as thinking and feeling. The Self archetype and the

transcendent function were the symbol and process of self-transformation. But Jung thought self-transformation most appropriate to later life, whereas associate it with spiritual intelligence and think it potentially active throughout life. I n terms very similar to what I have been saying about SQ, Jung felt the Self archetype could not be dissociated from the

psychologically integrating role played by the pursuit of meaning and purpose in life.

Konsep self dan proses individuasi dalam psikologi analitik Jung secara umum sejalan dengan proses realisasi-nafs (jiwa) dalam terminologi quraniyyah. Adalah wajar terjadi kesesuaian karenaJung melakukan studi 14 tahun atas simbol mandala berdasarkan literatur-literatur dimensi batin

banyak agama, dimana faktanya Jung menemukan bahwa simbol-simbol mandala ini sering muncul pada pasien-pasien yang mengalami konflik batin (konflik jati-diri) pada usia 40-tahunan.

Al-Quran menyinggung ihwal pertumbuhan pribadi insan hingga baligh-nya dan ihwal usia 40-tahunan, dimana manusia sudah ha r us mela k u k an p ro ses tau bat (Al-Ahqaaf [46] : 15). Dengan

proses taubat maka fit r ah insani dalam a r ti yang haqiqi ak an terb uk a (Ar-R uum [30] : 30 -31),dimana fitrah ini terkait dengan persoalan swabhawa-swadharma dan qadha-qadar , dan ini terletak di nafs manusia yang harus direalisasi. J ik a manusia melup ak an Allah SW T, atau m enom or dua k an ur usan T uhannya , maka Dia ak an m em buat si manusia ter seb ut lup a ak an nafsnya (A l-H asy r [ 59 ]: 18-19), dan lumpuhlah si nafs itu dari berkata-kata (nathiqah) ihwal fitrah

Page 23: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 23/29

23

dirinya padahal ke sa k sian tentang perk a r a ³ misi hidu p ´ ini telah diam b il si nafs sebe lum ia dimasu kk an ke r ahim ibu (Al-¶Ar aaf [7]: 172).

Ibnu µArabi rahimahullah menyinggung ihwal usia 40 tahun ini ketika beliau menafsirkan maknadari ³sapi betina´ yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, dan yang berwarna kuning tua(Al-Baqarah [2]: 68-71):

Kuning tua adalah warna insan (Bani Israil, pada waktu itu). Yang dimaksud dengan tidak terlalu tua artinya tidak melewati ³umur kesiapan´ (istidaad), karena si nafs telah terpadatioleh waham-waham, kebiasaan-kebiasaan, dan keyakinan-keyakinan lama yang melekatkuat, sebagaimana dikatakan bahwa seorang shufi di atas 40 tahun telah ³dingin´. Juga tidak terlalu muda, artinya masih belum matang dan belum memiliki ³kesiapan´, masih sulituntuk mendapatkan didikan yang ada dalam riyadhah karena tabiat keanakan masih melekatkuat dalam dirinya.[11]

Seperti telah dibahas, bahwa Jung tidak berani melakukan identifikasi psikologis lebih lanjut atasselfnya kecuali menyematkan pangkat paripurna terhadap self sebagai Imago Dei. Jung kehilanganelemen penghubung yang mengkaitkan antara self sebagai makhluk dengan Dei (Tuhan) sebagai

pencipta self. Meskipun Jung menunjuk figur Kristus dan Buddha sebagai contoh dari Imago Dei,ia tidak menemukan konsepsi yang menghubungkan status holy Spirit dengan self dan Tuhan. Dititik ini proses-proses rekonstruksi tentang ³hakikat manusia´ menjadi terhenti ketika data-dataagama yang digunakannya dalam proses analisis-sintesis, terbatas. Jika struktur insan sebagaiCahaya Ilahi, atau ³struktur status´ yang menampakkan rahasia Ilahi tidak dipahami, maka

persoalan hubungan spirit-self dan psikis-self menjadi tidak jelas. Samarnya persoalan ini padakonstruksi SQ menimbulkan paradoks seperti kalimat ³spiritual intelligence is the soul¶sintelligence´ sementara pengukuran-pengukuran dilakukan di tingkat psikis bukan di fundamennya.

Zohar dan Marshall menggunakan mandala teratai atau lotus sebagai model bagi self, di manadalam filsafat Timur lotus merupakan lambang integrasi, simbol tertinggi dari ketotalan(wholeness ). Mereka mengklaim bahwa esensi dari SQ yang mereka konstruk merupakankecerdasan tertinggi ( the ultimate intelligence ) yang merepresentasikan suatu dinamika pencapaianketotalan self. Konsepsi SQ membagi self kedalam tiga bagian (tiga lapis) mandala lotus :

(1) Lapis terluar dari self ( outer petals ) mereka identifikasi berdasarkan pemahaman baratmodern, yaitu dalam persepektif ego sadar ( conscious ego ). Cara pandang ego yang bersifatrasional dikaitkan dengan tract-tract neural otak dan program-program yang bersifat serial.Pada prinsipnya, lapis terluar ini mereka identifikasi dengan attitudes dan functions

psikologi analitik Jung, dan enam tipe kepribadian dari psikolog Amerika J.L.Ho lland .

(2) Lapis menengah lotus (lapis transisi) merupakan associative unconscious yangdihubungkan dengan konsepsi Jung tentang personal dan collective unconscious. Merekamenghubungkan aspek ini dengan geometri paralel dari jaringan neural otak, suatu proses

pemahaman yang tidak berfikir secara rasional. Adapun faktor penghubung antara lapisterluar self ( conscious ego ) dengan associative middle (unconsciousness) adalah motivasi.Ego tidak bisa memperbaiki dan mentransformasi dirinya sendiri, ego merupakan sumber daya bagi lapis terdalam ketaksadaran. Bagi mereka, proses transformasi ego terjadi melalui

Page 24: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 24/29

24

energi psikis, dimana energi ini terkait dengan konsentrasi energi di cakra-cakra tubuhdalam konsepsi Yoga Kundalini Hindu. Energi psikis ini merespons motivasi-motivasi

personal. Maka motif-motif menjadi elemen penting dalam membangkitkan kecerdasanspiritual SQ. Cakra-cakra energi ini juga menghubungkan lapisan unconscious dengan pusat(centre) terdalam dari self. Lapis menengah ini merupakan kolam motif-motif, energi-energi, citra-citra, asosiasi-asosiasi, dan arketipe-arketipe yang mempengaruhi pola pikir,kepribadian, dan tingkah laku, dari arah ³dalam´. Bagi mereka , lingkup ego berkaitandengan IQ dan bagaimana cara kita mengidentifikasi sesuatu. Adapun lingkup associativemiddle berkaitan dengan EQ dan bagaimana cara kita merasakan sesuatu.

(3) Bagian pusat dari lotus disebut µ bud µ. Pusat dari self ini merupakan fokus utama darikonstruksi SQ, karena berkaitan dengan pengalaman-pengalaman tentang penyatuanrealitas-realitas. Pengalaman-pengalaman tersebut, menurut Zohar dan Marshall, berkaitandengan hadirnya osilasi simultan 40 Hz yang melintas di neural-neural otak, dimana osilasi

pada frekuensi ini berfungsi menyatukan pikiran-pikiran, emosi-emosi, simbol-simbol,asosiasi-asosiasi, dan persepsi-persepsi, sehingga self dalam kondisi terintegrasi. Menurut

mereka, berdasarkan seluruh tradisi-tradisi mistik Timur dan Barat, bahwa ada aspek self yang berada diluar lingkup bentuk-bentuk, ini disebut sebagai sumber (source), atau Tuhan.Segala apa yang manifest di self-SQ, baik itu berwujud fisik maupun psikis yang tak disadari, berasal dari suatu sumber yang berada di balik semua yang manifest. Sumber inidalam kerangka sains abad duapuluh dikaitkan dengan Quantum Vacuum yang merupakan

ground state dari energi alam semesta. Secara fisika kuantum, self merupakan ko-sumber dari segala yang manifes di realitas fisik.

Page 25: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 25/29

25

Apa yang Zohar dan Marshall sebut sebagai kecerdasan spiritual (SQ) adalah suatu statuskecerdasan manusia ketika ketiga aspek dari self tersebut ( ego, unconsciousness, dan centre )mengalami integrasi dan menyatu secara psikis. Bagi mereka, pengetahuan tentang pusat self merupakan kunci untuk membangkitkan dan menggunakan SQ, sebaliknya ketidakmengenalanihwal pusat ini merupakan sebab utama dari ketumpulan spiritual. Dan, proses individuasi Jungyang bernuansa spiritual merupakan tujuan dari SQ. Energi psikis terdalam dari pusat lotus

berkaitan dengan Cakra Hindu ke-tujuh, cakra mahkota:

The Crown Chakra, located outside the body, above the head, it is often depicted inreligious paintings of the Western tradition as halo. I t is pure, luminous energy, sheer light,one light, beyond names and forms, beyond thought and experience, beyond even conceptsof ³being´ and ³non-being´. Represented by a thousand-petalled lotus shedding rays of lunar light, the crown chakra realizes the pure union of the human soul with whatever wecall µGod¶.

Thought the energies of the crown chakra can create new symbols and forms, this chakra

itself is beyond all existing symbol and form. We can experience this pure energy in spontaneous mystical experience of U nity, and it is very commonly reported in near deathexperiences. Dante describes such an experience in his Paradiso.( [9], p.158 )

Sebenarnya yang terobservasi secara fisik berupa cakra mahkota dan aura tubuh masih terkaitsirkulasi chi (Qi) tubuh yang sangat dipengaruhi dan dikendalikan oleh jalan pikiran jasadiah. Auramasih dalam lingkup cahaya material jasad yang teramplifikasi, karena itu wajar jika konsentrasienergi cakra-cakra tubuh akan terintensifikasi oleh emosi-emosi. Jadi cakra mahkota belummenyentuh cahaya jiwa (nafs) yang sebenarnya, yang bersifat malakut. Dalam ajaran BudhismeZen, bahwa pusat terdalam dari lotus merupakan suatu tempat diluar kemungkinan apapun yang

bisa kita bayangkan (a place beyond all imagining).

Makna pusat spiritual dari mandala lotus Zen semakin dipersempit lagi ketika diukur berdasarkan basis neurologi. Dalam membangun model selfnya, Zohar & Marshall memaksakan suatuidentifikasi sains atas atribut-atribut dan entitas metafisika atau malakut.

I believe this fuller model of self can be described only by combining the insights of modernWestern psychology, those of the Eastern philosophies, and many from twentieth century

science, ( [9], p.124)

U ntil the late twentieth century only this kind of language desribed the unitive energy found at the centre of the self and of the existence. But such accounts don¶t speak to the modern

mind. Today such questions demand ¶scientific¶ answers, brain phenomena that we canµweight and measure¶, experiments that we can read about.

Neurologically, that the brain¶s unitive experience emanates from synchronous 40 H zneural ascillations that travel across the whole brain. They provide a µpond¶ or µbackground¶ on which more excited brain waves can µripple¶, to generate the rich panoplyof our conscious and unconscious mental experience. These oscillations are the µcentre¶ of the self, the neurological source from which ³ I ́ emerge. They are the neurological ground

Page 26: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 26/29

26

of our unifying, contextualizing, transforming spiritual intelligence. I t is through theseoscillations that we place our experience within a framework of meaning and value, and determine a purpose for our lives. They are a unifying source of psychic energy running through all our disparate mental experience ([9], p. 159)

F or the physics that best describes the centre of the cosmos we must turn to quantum field theory, the late twentieth century adaptation of quantum physics. Quantum field theorydescribes all existing things as being states or patterns of dynamic, oscillating energy. The

grounds state of all being is a still µocean¶ or background state of unexcited energy called the quantum vacuum.

This vacuum is scientific version of the Buddha¶s handkerchief, the One Thing which, whentied into many knots, appears as many manifestations. All things that exist are excitations of the quantum vacuum, and the vacuum therefore exists as the centre within all things.Vacuum energy both underlies and permeates the cosmos. Because we ourselves are a part of this cosmos, vacuum energy ultimately underlies and permeates the self. We are µwaves¶

on the µocean¶ of the vacuum; the vacuum is the ultimate centre and source of the self. Whenthe self is trully centred, it is centred in the gorund of all being. On our lotus of the Self diagram, the quantum vacuum is the µmud¶ out of which the stem of the lotus grows. ([9], p.160).

5. Re sum e dan Ke sim p ulan

Terapi-terapi klinis dalam lingkup psikologi Barat lebih banyak bergerak di tingkat ego, umumnyamencoba untuk menata gejala-gejala psikis di tingkat fenomenal bukan di sumbernya. Sumber

penyakit psikis merupakan medan kontinum yang dibangun oleh dua kutub, kutub atas berpusat diego sadar dan kutub bawah berpusat di dasar ketaksadaran yang paling dalam. Dua kutub ini salingmenginduksi sehingga cenderung saling menguatkan dan saling membesarkan satu sama lain.Beberapa alat psikologi modern mencoba merecall sumber-sumber penyakit psikis dari kedalamanketaksadaran. Freud dan Jung menyadari dan ³melihat´ bahwa kekuatan ³penghancur´ terbesar

justru berasal dari sumber-sumber tertentu di kedalaman ketaksadaran.

Samarnya pengetahuan tentang struktur manusia di peradaban Barat modern mengakibatkan para psikolog Barat hingga dewasa ini belum mampu merumuskan konsepsi terapi di tingkat bawahsadar. Apa yang menjadi sumber penyakit di kedalaman ketaksadaran merupakan konstruksi dari

produk interaksi antara kontaminan-kontaminan yang ditenggelamkan ego ke lautan ketaksadaran

dengan daya dari memori psikis tertentu yang dibawa jiwa (nafs). Jung mengaitkan memori psikisini terutama dengan arketipe shadow , meskipun Freud tidak setuju dengan gagasan Jung tentangcollective unconscious tapi ia setuju dengan ide racial memory .

Konsep fitrah dalam Al-Qur¶an bukan berarti setiap bayi seperti kertas putih yang sama, merekamemang tidak mewarisi dosa tetapi daya-daya psikis orang tuanya secara potensial di bawa si bayi.Kondisi psikis kedua orang tuanya saat terjadi pembuahan hingga pertumbuhan janin di rahim siibu diwariskan di lapis psikis si bayi. Struktur genetik (material) akan beresonansi dengan fluktuasi

Page 27: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 27/29

27

psikis dan pikiran (non material), elemen penghubung sisi material dengan non material dalam halini adalah entitas chi dan cahaya material. Sebagai catatan, cahaya material (terkait aura tubuh)merupakan elemen kelima (the fifth elemen) produk penyatuan keempat elemen dasar (tanah, api,air, udara) oleh nafas ruh. Dan apa yang disebut fitrah itu sendiri, seperti telah kita bahas, berkaitandengan swabhawa si nafs.

Aspek olah jiwa (suluk) atau dimensi batin dari agama-agama sebenarnya untuk tujuan transformasidari ³arah dalam,´ mengubah sayyi¶ah-sayyi¶ah menjadi hasanah-hasanah (Al-Furqaan [25]: 70-71). Apa yang disebut dengan kecerdasan, di tingkat apapun merupakan produk dari transformasi-transformasi diri, terutama transformasi jiwa. Dalam konsep Al-Qur¶an, kecerdasan seseorangdalam suatu lingkup dharma berbanding lurus dengan tingkat kesucian jiwa yang diperoleh lewat

jalan taubat (Al-Mu¶min [40]: 13). Jika jiwa tumbuh maka akal jiwa (lubb) akan tumbuh juga,sehingga hiduplah akal luar dan akal dalamnya, sejalan dengan apa yang dikatakan RasulullahSAW:

³Jika seorang manusia berbuat dosa maka akan hilanglah sebagian akalnya dan tak kembali

lagi untuk selama-lamanya´ (Al-Hadits)

Menurut Zohar dan Marshall, adalah tidak mungkin untuk dapat memahami secara dalam ihwalkecerdasan spiritual (SQ) tanpa meninjau isu-isu seperti: Where do we come from? What is our origin in time? H ow big is the story of which we are a part? What are we rooted in? H ow long dowe last? Where are the ultimate boundaries of our human existence? What is the source of our intelligence? ([9], p. 115). Mereka membangun model self (versi SQ) yang diharapkan bisa paraleldengan isu-isu di atas. Kecerobohan terjadi ketika mereka mengidentifikasi entitas pusat (centre)dari self dengan quantum vacuum .

Keadaan vakum merupakan µlautan¶ energi dasar yang berkaitan dengan manisfestasi dan

kristalisasi wujud-wujud di alam syahadah (mulk) sebagai realitas-realitas eksternal, bolehdikatakan sebagai hakikat dari segala apa yang manifes secara fisik (alam semesta fisik). Sementarahakikat dari jiwa (nafs atau self dalam arti yang sebenarnya) merupakan ³quantum vacuum´ yangterletak di alam malakut, bukan di alam mulk. Simbol lotus dalam terminologi Zen merupakansumber dari segala yang manifes, mencakup seluruh µlangit¶ dan µbumi¶.

Dalam konsepsi agama, yang disebut dengan semesta alam mencakup jabarut, malakut, dan mulk.Bunga lotus melambangkan manifestasi malakut dan mulk sebagai aspek yang ³tampak´, sementaraaspek ³tak tampak´nya berupa air yang mengalir di dalam tubuh lotus, melambangkan alam jabarutyang bernisbat ke Martabat Ilahi. Pusat dari lotus merupakan ³aspek langit´ atau aspek malakutyang memang berhadap-hadapan dan dipasangkan dengan ³aspek bumi´ atau aspek fisik. Dan yang

disebut dengan Tao oleh Lao Tzu dalam Kitab Tao Tee Ching merupakan aliran Hukum Ilahi yangmenganak sungai alam semesta dan sekaligus mengsinkronkan antara hukum-hukum yang bekerjadi alam malakut dengan hukum-hukum yang bekerja di alam fisik. Dan tampaklah bahwa segalasesuatu yang manifes di alam fisik merupakan fraktal dari persoalan langit dan bumi, perempuandan laki-laki, yin dan yang.

Jika isu-isu yang dikemukakan Zohar dan Marshall diatas sebagai syarat untuk membangkitkankecerdasan spiritual (SQ), maka sains yang hanya menyentuh alam fisik secara terbatas tidak bisa

Page 28: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 28/29

Page 29: Struktur Insan Dalam Alquran

8/8/2019 Struktur Insan Dalam Alquran

http://slidepdf.com/reader/full/struktur-insan-dalam-alquran 29/29

29

³Tiap-tiap sesuatu bekerja menurut caranya (orbitnya) masing-masing, maka Rabbmumengetahui siapa-siapa yang terpimpin jalannya (huwa ahda sabiila). Dan mereka bertanyakepadamu ihwal Ar-Ruh, katakanlah bahwa Ar-Ruh itu dari amr Rabbku, dan tidak kamudiberi pengetahuan tentang ini kecuali sedikit´ (Al-Israa [17]: 84-85).

Dari ayat di atas, jelas bahwa aspek Ar-Ruh atau Ruh Al-Quds ( H oly Spirit ) dihubungkan denganorbit diri atau misi hidup tiap-tiap insan yang unik satu sama lain. Dan rahasia dari Ar-Ruh initerletak di nafs, dan seperti Al-Ghazali katakan bahwa jika qalb tak dikenal maka nafs tak dikenal.Siapa yang seolah-olah melupakan Allah, maka Allah buat dia lupa akan nafsnya, sehinggatertutuplah jalan untuk mengenal Dia. Bar ang sia p a tida k meng enal nafsnya ma k a ia tida k ak an m eng enal Tuhannya .[]

Re f ere nsi

[1] Koswara, E., (1991). Teori-teori Kepribadian. Eresco, Bandung.

[2] Jung, C.G., (1987). Menjadi Diri Sendiri, Pendekatan Psikologi Analitis. Terjemahan A.Cremers, Gramedia, Jakarta.

[3] Adlin, A., dan I. Suryolaksono, (2000). Reduksi Konsepsi Manusia: Tinjauan Umum Pada EraPramodernisme, Modernisme, dan Postmodernisme. Journal of Psyché, 1, 15-50.

[4] Jamaluddin-T., Z.A., (1992). Catatan Kuliah Serambi Suluk. PICTS-YPP, Bandung.

[5] Al-Ghazali, (1985). Kitab Ajaibul Qulub, Ihya Ulumuddin, Terjemah Ismail Ya¶qub, Faizan,Jakarta.

[6] Jamaluddin-T., Z.A., (1997). Misykat Cahaya-cahaya. PICTS-YPP, Bandung.

[7] Jamaluddin-T., Z.A., (1994). Mata Air Agama-agama. PICTS-YPP, Bandung.

[8] Hall, C.S., dan G. Lindzey, (1985). Theories of Personality. John Willey & Sons, New York.

[9] Zohar, D., dan I. Marshall, (2000). SQ, Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence.Bloomsbury, London.

[10] Suhrawardi, S.Y., (1992). Hikayat-hikayat Mistis Suhrawardi Al-Maqtul. Terjemahan Mizan,Bandung.

[11] Tafsir Al-Qur¶an Ibnu µArabi

[12] Sastra Jendra, PICTS-YPP, Bandung.