isi os kalazion

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan. Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya. 1.2 Rumusan Masalah I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi kalazion? I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan kalazion?

Upload: ai-niech-inoel

Post on 07-Aug-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan. Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya. 1.2 Rumusan Masalah I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi kalazion? I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan kalazion? 1.3 Tujuan I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi kalazion. I.3.2 Mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan kalazion. 1.4 Manfaat 1.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu penyakit mata pada khususnya.1.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

BAB II

2

STATUS PASIEN 2.1 Identitas Pasien Nama Jenis Kelamin Umur Alamat Pendidikan Pekerjaan Status Suku Bangsa No. RM 2.2 Anamnesis1. Keluhan Utama : Benjolan di kelopak mata kanan atas 2. Riwayat Penyakit Sekarang :

: Ny. Y : Perempuan : 49 tahun : Ds.sukun ,Kepanjen : SMA : IRT : Menikah : Jawa : 249522

Tanggal Periksa : 21 Desember 2012

Pasien datang ke poli mata dengan keluhan ada benjolan di kelopak mata kanan. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya Benjolan berukuran kecil dan terasa sakit namun lama kelamaan benjolan tersebut lebih besar dan tidak sakit tetapi terasa mengganjal dan tidak nyaman. Pasien juga mengeluhkan mata mbrebes. Pasien tidak merasakan adanya penurunan penglihatan.3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengalami sakit yang sama Hipertensi (-), DM (-) 4. Riwayat Penyakit Keluarga Hipertensi (-), DM (-)5. Riwayat Pengobatan : Belum pernah dibawa berobat 6. Riwayat Kebiasaan

:

Tidak ada keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama

: Pasien suka makan telor

2.3 Status Oftalmologis

3

TABEL 1. PEMERIKSAAN MATA OD 5/6 N/P Ortophoria Pemeriksaan Mata Visus TIO Kedudukan Pergerakan Hiperemi (-), Edema (+) edema berbatas tegas di palpebra superior dengan ukuran 4 mm dengan konsistensi padat dan mobile, Sikatriks (-) Hiperemi (-) CI (), PCI (), jaringan fibrovaskular (-) Putih Jernih, Edema(-), infiltrate (-), Arkus senilis (-) cukup Normal Sentral, round, Reflek cahaya (+), 3 mm Jernih Tidak dilakukan Tidak dilakukan2.4 Diagnosis

OS 5/6 N/P Ortophoria

Palpebra

Hiperemi (-),edema (-) spasme (-), Sikatriks(-),

Hiperemi (-)CI (), PCI Konjungtiva Sklera Kornea COA Iris Pupil Lensa Vitreus Retina (), jaringan fibrovaskular (-) Putih Jernih, Edema (-), infiltrate (-), Arkus senilis (-) cukup Normal Sentral, round,Reflek cahaya (+) 3 mm Jernih Tidak dilakukan Tidak dilakukan

OD Kalazion palpebra Superior2.5 Penatalaksanaan

4

1. Surgery insisi dan OS Eskokleasi Kalazion 2. Gentamicin salep 4 x sehari ue OS 3. Asam mefenamat 3 x 500 mg2.6 Rencana Monitoring

1. keluhan secara subyektif 2. ukuran kalazion 3. pengukuran tajam penglihatan 2.7 KIE 1. Memberikan pengertian pada pasien tentang penyakitnya2. Menjelaskan prosedur terapi yang bisa dilakukan

3. Menjelaskan komplikasi yang dapat muncul 4. Menjelaskan prognosis penyakit pasien 2.8 Prognosis Ad vitam Ad Functionam Ad Sanationam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

5

BAB III TELAAH KASUS 3.1. Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata Kelopak mata atau palpebra merupakan alat pelindung mata. Kelopak mata melindungi mata dengan cara menutup mata bila terdapat rangsangan dari luar, selain itu juga membasahi mata agar tidak kering (Ilyas, 2009). Kelopak mata dibagian depan dilapisi oleh kulit yang tipis sehingga memudahkan kelopak bergerak bebas saat mengedip. Di bagian belakang dilapisi konjungtiva tarsal yang sangat licin. Pada kelopak mata terdapat bagian-bagian berupa kelenjar-kelenjar dan otot. Kelenjar yang terdapat pada kelopak mata di antaranya adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo palpebra, seperti pada Gambar 1.

GAMBAR 1. ANATOMI PALPEBRAa. Skin. b. Orbicularis oculi. b. Marginal fasciculus of Orbicularis (ciliary bundle). c. Levator palpebr. d. Conjunctiva. e. Tarsus. f. Tarsal gland. g. Sebaceous gland. h. Eyelashes. i. Small hairs of skin. Sweat glands. k. Posterior tarsal glands (Gray Anatomi)

6

Gerakan kelopak mata diatur oleh dua muskulus yaitu muskulus orbikularis okuli dan muskulus levator palpebra. Muskulus orbikularis okuli melingkari kelopak mata yang berfungsi untuk menutup kelopak mata yang dipersarafi oleh syaraf fasial atau N VII. Muskulus levator palpebra berjalan dari tepi foramen optik, dan berakhir ditepi tarsus superior subkutis sulkus palpebra. Kerja muskulus ini adalah membuka kelopak mata dan dipersyarafi oleh syaraf levator palpebra N III. Pembuluh darah yang memvaskularisasi palpebrae adalah arteri Palpebra. (Ilyas, 2009) Tebal tepi kelopak mata kira- kira 2 mm dan terdapat bulu mata yang tersusun dalam dua hingga tiga baris. Bulu mata atas lebih panjang, bengkok, dan lebih banyak. Tepi belakang menempel pada permukaan bola mata dengan erat. Pada tepi kelopak akan tampak muara kecil kelenjar meibom yaitu kelenjar yang menghasilkan sebum atau minyak. Pada bagian medial kelopak bawah dengan mudah dapat dilihat suatu lubang kecil yang disebut punctum lakrimal dimana air mata keluar masuk rongga hidung. Terdapat beberapa kelenjar pada kelopak mata, seperti: yang berada di depan kelenjar zeis di pangkal rambut bulu mata, kelenjar moll merupakan kelenjar keringat kelopak dan yang berada di belakang kelenjar meibom di dalam tarsus palpebra (Ilyas, 2009). 3.2 Kalazion 3.2.1 Definisi Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada mata. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dengan hordeolum karena tidaka adanya tanda- tanda radang akut (Sullivan et all, 2002).

7

GAMBAR 2. KALAZION PALPEBRA SUPERIOR (A) DAN KALAZION PALPEBRA INFERIOR (B) 3.2.2 Epidemiologi Kalazion bisa terjadi pada semua umur, kasus pada anak- anak mungkin juga bisa terjadi. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan. 3.2.3 Penyebab Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab kalazion adalah idiopatik (Sullivan et al, 2002), tetapi ada yang menyebutkan bahwa penyebabnya adalah berhubungan dengan blefaritis kronik. Blefaritis adalah peradangan palpebra dengan gejala utama tepi kelopak meradang yang disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun. (Ilyas, 2009) Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea. (Lang, 2000) 3.2.4 Patofisiologi Kalazion memiliki gejala adanya benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan

8

bentuk bola mata akibat tekanan dari kalazion tersebut sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata.(Ilyas, 2009) Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. 3.2.5 Gejala Klinis Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Gejala klinis dari kalazion menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:-

benjolan pada kelopak mata tidak hiperemi tidak ada nyeri tekan pseudoptosis tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena penekanan yang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata pada anak muda diabsorbsi spontan

-

-

9

GAMBAR 3. KALAZION PALPEBRA SUPERIOR 3.2.6 Diagnosa Diagnose kalazion yaitu dengan melakukan anamnesa identitas, keluhan dari kalazion yang disebutkan sebelumnya, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan, dan riwayat kebiasaan. Setelah dilakukan anamnesa dilakukan pemeriksaan mata seperti visus, tekanan intra ocular, kedudukan bola mata, pergerakan, palpebra, konjungtiva, sclera, kornea, camera okuli anterior, iris, pupil, serta lensa. Pemeriksaan laboratorium jarang diminta, tetapi pemeriksaan histologist menunjukkan proliferasi endotel asinus, dan respon radang granulomatosa yang melibatkan sel- sel kelenjar jenis Langerhans. Biopsi diindikasikan pada kalazion berulang karena tampilan karsinoma kelenjar meibom dapat mirip tampilan kalazion.(Sullivan et all, 2002)

3.2.7 Diagnosis Banding

10

HORDEOLUM1.

Pengertian Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diobati dengan hanya kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.(Ilyas, 2009) 2. Klasifikasi

Hordeolum dikenal dalam bentuk (Ilyas, 2009):1.

Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.

2.

GAMBAR 4. HORDEOLUM INTERNA

11

GAMBAR 5. HORDEOLUM EKSTERNA3.

Etiologi Penyebab hordeolum pada umumnya adalah infeksi dari Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. (Sullivan et all, 2002)

4.

Patofisiologi Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.(Ilyas, 2009)

5.

Gejala Klinis Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya ikut membesar. Hordeolum sering membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. (Ilyas, 2009) Gejala klinis hordeolum menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:1. 2. 3. 4.

Pembengkakan Rasa nyeri pada kelopak mata Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata Riwayat penyakit yang sama Eritema Edema Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata Seperti gambaran absces kecil

Tanda hordeolum menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:1. 2. 3. 4.

12

GAMBAR 6. HORDEOLUM EKSTERNA 6. Pengobatan Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat dapat diberikan kompres hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi antibiotik lokal terutama bila rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar aurikel. Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersamasama. Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi.5 Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesia topikal dengan pentokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi bila :1.

Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.(Ilyas, 2009)

2.

13

7. Komplikasi

Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra. 8. Prognosis Hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang bersih. Hordeolum Internal terkadang berkembang menjadi kalazion, yang mungkin memerlukan steroid topikal atau bahkan insisi dan kuretase.(Ilyas, 2009) 3.2.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan dari kalazion Menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:1.

Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15 menit (4 kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan pengobatan konservatif.

2.

Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai penyebabnya. Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak ada bukti infeksi Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari kalazion dalam beberapa minggu kemudian.

3.

4.

Eksisi kalazion1. 2.

Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra. Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi pada kelopak mata. Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)

3. 4.

14

5.

Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi.

Eskokleasi Kalazion Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain. Obat anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga konjungitva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.(Ilyas, 2009)

GAMBAR 7. PROSES ESKOKLEASI KALAZION DENGAN MENGGUNAKAN KLEM KALAZION 3.2.9 Komplikasi Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit. 3.2.10 Prognosa

15

Terapi bisanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi, drainage yang kurang adekuat mungkin mengakibatkan lokal rekurensi. Kalazion yang tidak diobati kadang-kadang terdrainase secara spontan, namun biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut intermitten. Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk menghindari kesalahan diagnosis dengan kemungkinan keganasan.(Ilyas, 2009)

16

BAB VI PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada mata. 2. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan mata didapatkan adanya benjolan pada kelopak mata inferior, tidak hiperemi, tidak nyeri tekan dan tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler, yang dapat disimpulkan dengan diagnose OS kalazion palpebra inferior.3. Terapi yang diberikan kepada pasien adalah dengan dilakukan

insisi dan eskokleasi kalazion.4.

Kemudian KIE untuk kontrol dan monitoring adanya keluhan, ukuran kalazion dan adanya kekambuhan. 4.2 Saran Pemberian KIE kepada masyarakat tentang kalazion serta komplikasi yang terjadi bila tidak ditangani dengan baik sehingga dapat menggangu penglihatan dan bisa menjadi keganasan.

17

DAFTAR PUSTAKA Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta : FKUI press Ilyas, Sidarta. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI press Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. ButterworthHeinemann, Boston. Lang G. 2000. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme. Stuttgart New York. Vaughan D. 2009. Opthalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC