hubungan adversity quotient dengan orientasi masa …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf ·...

65
i HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN REMAJA DI PANTI ASUHAN SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Michael Yogi Krisnahari 1511412074 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: others

Post on 12-Sep-2019

20 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

i

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN

ORIENTASI MASA DEPAN REMAJA

DI PANTI ASUHAN

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Michael Yogi Krisnahari

1511412074

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi dengan judul “Hubungan Adversity

Quotient dengan Orientasi Masa depan Remaja di Panti Asuhan” ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Page 3: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Hubungan Adversity Quotient dengan Orientasi Masa

depan Remaja di Panti Asuhan” ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji

Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada

hari Selasa, 15 Agustus 2017

MOTTO DAN PERUNTUKAN

Motto

“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa

depan. Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang

terlaksana” (Amsal 19:20-21)

Page 4: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

iv

MOTTO DAN PERUNTUKAN

Motto

“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa

depan. Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang

terlaksana” (Amsal 19:20-21)

Peruntukan

Penulis peruntukkan karya sederhana ini untuk:

Ibu Theresia Wagiyah, Ayah Yohanes Hani Heru

Priyadi, Kedua adik tercinta Antonius Fery

Wicaksono dan Margeretha Intan Permatasari Serta

seluruh teman-teman Psikologi UNNES angkatan

2012.

Page 5: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala

rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Hubungan Adversity Quotient dengan Orientasi Masa Depan

Remaja di Panti Asuhan” berkat bantuan motivasi, dukungan, dan doa dari berbagai

pihak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih setulus hati kepada:

1. Prof Dr Fakhruddin M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Semarang.

2. Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si. Ketua Sidang Skripsi

3. Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si. Sekretaris Sidang Skripsi

4. Drs. Sugeng Haryadi, S.Psi., M.S.,Ketua Jurusan Psikologi FIP UNNES

5. Sugiariyanti, S.Psi., M.A. Dosen Penguji I

6. Moh.Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. Dosen Penguji II/Pembimbing atas bimbingan

serta masukan selama proses penulisan skripsi ini.

7. Rahmawati Prihastuty, S.Psi., M.Si. Dosen Penguji III/Pembimbing atas

bimbingan serta masukan selama proses penulisan skripsi ini.

8. Siti Nuzulia, S.Psi., M.Si. Dosen Wali Rombel Dua serta seluruh Dosen dan Staf

di Jurusan Psikologi yang telah berkenan untuk berbagi pengetahuan dan

pengalaman kepada penulis.

Page 6: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

vi

9. Semua subjek penelitian bantuan dan kesediaannya mengisi skala penelitian.

10. Kedua orang tua penulis, Ibu Wagiyah , Bapak Heru Priyadi dan kedua adikku

untuk doa, nasihat, dan kasih sayang kepada penulis serta seluruh keluarga.

11. Randi, Ulil, Okik, Koto, Dwi Wahyu, Ridho, Fatimah dan teman-teman Psikologi

UNNES angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat dan masukan penulis.

12. Serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya

dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Penulis

Page 7: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

vii

ABSTRAK

Krisnahari, Michael Yogi. 2017. Hubungan Adversity Quotient dengan Orientasi

Masa depan Remaja di Panti Asuhan. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Moh.Iqbal Mabruri, S.Psi.,

M.Si dan Rahmawati Prihastuty, S.Psi., M.Si

Kata Kunci: adversity quotient, orientasi masa depan, remaja di panti asuhan.

Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sering digunakan untuk

membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang

tidak tinggal bersama dengan keluarga. Remaja pada kenyataannya tidak semuanya

tinggal dengan keluarga. Remaja terpaksa tinggal di panti asuhan misalnya karena

masalah dalam keluarga seperti meninggalnya orang tua atau kesulitan dalam hal

ekonomi. Permasalahan masa depan remaja di Panti Asuhan yang terlihat di PA

Wikrama Putra Semarang antara lain, banyak remaja yang tidak mau bersekolah,

sebagian besar remaja masih bingung dan sulit menentukan masa depan mereka,

keterbatasan biaya jika melanjutkan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Salah satu

faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan ialah adversity quotient.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Populasi penelitian

ini adalah remaja yang tinggal di Panti Asuhan, dengan sampel 212 remaja. Sampel

diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data

menggunakan dua buah Skala Psikologi, yaitu Skala Adversity Quotient yang

Page 8: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

viii

berjumlah 40 aitem, dengan koefisien validitas sebesar 0,237-0,523 dan tingkat

reliabilitas sebesar 0,848. Sedangkan pada Skala Orientasi Masa Depan yang

berjumlah 40 aitem, dengan koefisien validitas 0,274-0,575 dan tingkat reliabilitas

0,891

Hasil penelitian menunjukkan adversity quotient remaja di panti asuhan berada

dalam kategori tinggi dengan aspek yang berkontribusi paling besar adalah aspek

endurance. Kondisi orientasi masa depan yang dimiliki remaja di panti asuhan berada

dalam kategori tinggi dengan aspek yang memiliki kontribusi paling besar adalah aspek

motivasi. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Rank

Spearman dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,619 dengan p = 0,000 (p<0,05).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu “ada

hubungan positif antara adversity quotient dengan orientasi masa depan remaja di panti

asuhan” diterima”.

Page 9: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

MOTTO DAN PERUNTUKAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 11

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 11

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 12

2. LANDASAN TEORI

2.1 Orientasi Masa Depan .......................................................................... 13

2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan ........................................................ 13

Page 10: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

x

2.1.2 Aspek - aspek Orientasi Masa Depan .................................................. 14

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan ................. 17

2.2 Adversity Quotient ............................................................................... 20

2.2.1 Pengertian Adversity Quotient ............................................................. 20

2.2.2 Aspek – aspek Adversity Quotient ....................................................... 22

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Adversity Quotient .................................. 26

2.2.4 Karakter Manusia Berdasarkan Tinggi rendahnya

Adversity Quotient ................................................................................ 29

2.3 Remaja ................................................................................................ 31

2.3.2 Pengertian Remaja .............................................................................. 31

2.3.3 Rentang Usia Remaja ......................................................................... 32

2.3.4 Tugas Perkembangan remaja ............................................................... 33

2.4 Hubungan Adversity Quotient dengan Orientasi Masa Depan pada

Remaja di Panti Asuhan ....................................................................... 35

2.5 Kerangka Berfikir ................................................................................ 38

2.6 Hipotesis .............................................................................................. 39

3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ................................................. 40

3.1.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 40

3.1.2 Desain Penelitian .................................................................................. 41

Page 11: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

xi

3.2 Variabel Penelitian ............................................................................... 41

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................ 41

3.2.2 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 42

3.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian ................................................... 42

3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................ 43

3.4.1 Populasi ................................................................................................ 43

3.4.2 Sampel .................................................................................................. 44

3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 45

3.5.1 Penyusunan Instrumen Penelitian ...................................................... 45

3.5.1.1 Skala Orientasi Masa Depan .............................................................. 45

3.5.1.2 Skala Adversity Quotient ...................................................................... 47

3.6 Validitas dan Reliabilitas ..................................................................... 49

3.6.1 Validitas ............................................................................................... 49

3.6.2 Reliabilitas ........................................................................................... 50

3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................ 52

3.7.1 Uji Asumsi ........................................................................................... 52

3.7.1.1`Uji Normalitas ..................................................................................... 52

3.7.1.2 Uji Linearitas ....................................................................................... 52

3.7.2 Uji Hipotesis ........................................................................................ 52

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Penelitian ............................................................................. 53

Page 12: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

xii

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ................................................................. 53

4.1.2 Pemilihan Subjek Penelitian ................................................................ 54

4.2 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 55

4.2.1 Pengumpulan Data Penelitian .............................................................. 55

4.2.2 Pelaksanaan Skoring ............................................................................ 56

4.3 Hasil Penelitian .................................................................................... 57

4.3.1 Analisis Deskriptif ............................................................................... 57

4.3.2 Gambaran Orientasi Masa Depan Remaja di Panti Asuhan ................ 58

4.3.2.1Gambaran Umum Orientasi Masa Depan Remaja di

Panti Asuhan ........................................................................................ 58

4.3.2.2 Gambaran Spesifik Orientasi Masa Depan Remaja di Panti

Asuhan ................................................................................................. 60

4.3.2.2.1 Orientasi Masa Depan Berdasarkan Motivasi ................................. 60

4.3.2.2.2 Orientasi Masa Depan Berdasarkan Perencanaan .......................... 62

4.3.2.2.3 Orientasi Masa Depan Berdasarkan Evaluasi ................................. 64

4.3.3 Gambaran Adversity Quotient Remaja di panti Asuhan ...................... 68

4.3.3.1 Gambaran Umum Adversity Qoutient Remaja di Panti Asuhan.......... 6

4.3.3.2 Gambaran Spesifik Adversity Quotient Remaja di Panti Asuhan ........ 71

4.3.3.2.1 Gambaran Adversity Quotient Berdasarkan Control ....................... 71

4.3.3.2.2 Gambaran Adversity Quotient Berdasarkan Origin-Ownership ...... 73

4.3.3.2.3 Gambaran Adversity Quotient Berdasarkan Reach.......................... 75

Page 13: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

xiii

4.3.3.2.4 Gambaran Adversity Quotient Berdasarkan Endurance ................. 77

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis .................................................................... 81

4.4.1 Hasil Uji Asumsi .................................................................................. 81

4.4.1.1 Hasil Uji Liniearitas ............................................................................ 81

4.4.1.2 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 83

4.4.2 Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 84

4.5 Pembahasan .......................................................................................... 84

4.5.1 Pembahasan Analisis Statistik Deskriptif Orientasi Masa Depan dan

Adversity Quotient Remaja di Panti Asuhan ........................................ 84

4.5.1.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Orientasi Masa Depan Remaja

di Panti Asuhan .................................................................................... 84

4.5.1.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Adversity Quotient Remaja

di panti Asuhan .................................................................................... 89

4.5.2 Pembahasan Analisis Statistik Inferensial Adversity Quotient dan

Orientasi masa Depan Remaja di Panti Asuhan................................... 92

4.6 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 97

5. PENUTUP

5.1 Simpulan .............................................................................................. 98

5.2 Saran .................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 101

LAMPIRAN ..................................................................................................... 104

Page 14: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Blue Print Skala Orientasi Masa Depan. ............................................. 46

3.2. Skor Skala Orientasi Masa Depan. ........................................................... 47

3.3. Blue Print Try Out Skala Adversity Quotient. ..................................... 48

3.4. Skor Skala Adversity Quotient. ............................................................ 49

3.5. Reliabilitas Skala Orientasi Masa Depan. ............................................ 51

3.6. Reliabilitas Skala Adversity Quotient .................................................. 51

3.7. Interpretasi Reliabilitas. .......................................................................... 51

4.1. Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritis .................. 52

4.2. Statistik Deskriptif Orientasi Masa Depan.............................................. 58

4.3. Gambaran Umum Orientasi Masa Depan ............................................... 59

4.4. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Orientasi Masa Depan Berdasarkan

Aspek Motivasi ....................................................................................... 61

4.5. Gambaran Spesifik Orientasi Masa Depan Berdasarkan Aspek Motivasi

................................................................................................................. 61

4.6. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Orientasi Masa Depan Berdasarkan

Aspek Perencanaan ................................................................................. 63

Page 15: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

xv

4.7. Gambaran Spesifik Orientasi Masa Depan Berdasarkan Aspek Perencanaan

................................................................................................................. 63

4.8. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Orientasi Masa Depan Berdasarkan

Aspek Evaluasi ........................................................................................ 65

4.9. Gambaran Spesifik Orientasi Masa Depan

Berdasarkan Aspek Evaluasi ................................................................... 65

4.10. Ringkasan Deskriptif Spesifik Orientasi Masa Depan Remaja di

Panti Asuhan ........................................................................................... . 67

4.11. Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Orientasi Masa Depan........... 68

4.12. Statistik Deskriptif Adversity Quotient ................................................... 69

4.13. Gambaran Umum Adversity Quotient ..................................................... 70

4.14. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Adversity Quotient

Berdasarkan Aspek Control .................................................................... 72

4.15. Gambaran Spesifik Adversity Quotient Berdasarkan Aspek Control ...... 72

4.16. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Adversity Quotient

Berdasarkan Aspek Origin-Ownership ................................................... 74

4.17. Gambaran Spesifik Adversity Quotient Berdasarkan Aspek

Origin-Ownership ................................................................................... 74

4.18. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Adversity Quotient

Berdasarkan Aspek Reach ...................................................................... 76

Page 16: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

xvi

4.19. Gambaran Spesifik Adversity Quotient Berdasarkan Aspek Reach........ 76

4.20. Gambaran Spesifik Adversity Quotient Berdasarkan Aspek

Endurance .............................................................................................. 78

4.21. Gambaran Spesifik Adversity Quotient Berdasarkan Aspek Reach........ 78

4.22. Ringkasan Deskriptif Spesifik Adversity Quotient Remaja

di Panti Asuhan ....................................................................................... 80

4.23. Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Adversity Quotient ................ 81

4.24. Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 82

4.25. Hasil Uji Linieritas .................................................................................. 83

4.26. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................. 85

Page 17: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berfikir ..................................................................................... 30

4.1 Diagram Gambaran Umum Orientasi Masa Depan ................................... 60

4.2 Diagram Gambaran Spesifik Aspek Motivasi ........................................... 62

4.3 Diagram Gambaran Spesifik Aspek Perencanaan ..................................... 64

4.4 Diagram Gambaran Spesifik Aspek Evaluasi ............................................ 66

4.5 Diagram Gambaran Ringkasan Spesifik Orientasi Masa Depan Remaja di

Panti Asuhan .............................................................................................. 67

4.6 Diagram Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Orientasi Masa Depan

Remaja di Panti Asuhan ............................................................................. 68

4.7 Diagram Gambaran Umum Adversity Quotient ......................................... 71

4.8 Diagram Gambaran Spesifik Aspek Control ............................................. 73

4.9 Diagram Gambaran Spesifik Aspek Origin-Ownership ............................ 75

4.10 Diagram Gambaran Spesifik Aspek Reach ................................................ 77

4.11 Diagram Gambaran Spesifik Aspek Endurance ........................................ 79

4.12 Diagram Ringkasan Deskriptif Spesifik Adversity Quotient Remaja di

Panti Asuhan .............................................................................................. 80

Page 18: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

xviii

4.13 Diagram Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Adversity Quotient Remaja

di Panti Asuhan .......................................................................................... 81

Page 19: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 : Skala Penelitian ......................................................................................... 106

2 : Hasil Tabulasi Data .................................................................................... 121

4 : Hasil Uji Validitas dan reabilitas ............................................................... 133

5 : Hasil Uji Asumsi dan Hipotesis ................................................................. 139

6 : Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ........................................... 141

Page 20: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sering digunakan untuk

membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang

tidak tinggal bersama dengan keluarga. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

No.4 Tahun 1979 pasal 2 ayat 1, tampak jelas terlihat bahwa setiap anak berhak untuk

mendapat kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang

baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan

berkembang wajar, penghuni panti asuhan bukan saja anak-anak, tetapi mulai dari

anak-anak hingga dewasa. Penghuni panti asuhan tersebut adalah orang- orang yang

mengalami berbagai permasalahan sosial.(bankdata.kpai.go.id diakses pada 22

Agustus 2017).

Panti Asuhan memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak asuh dengan

kebutuhan yang diperlukan oleh mereka, misalnya kebutuhan pendidikan, kesehatan,

pembinaan jasmani dan rohani, agar kelak mereka mampu hidup layak dan hidup

mandiri di tengah-tengah masyarakat. Pelayanan dan pemenuhan kebutuhan anak asuh

di panti asuhan diharapkan agar anak asuh dapat belajar dan berusaha mandiri supaya

tidak terbiasa menggantungkan orang lain setelah keluar dari panti asuhan nantinya.

Di Indonesia Panti asuhan berada dibawah pengawasan Dinas Sosial. Data dari

Departemen Sosial Republik Indonesia pada tahun 2014 ada jutaan anak yang masih

Page 21: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

2

dalam kondisi rentan, seperti anak terlantar (3.488.309); balita terlantar (1.178.824

anak); anak rawan terlantar (10.322.674 anak); anak nakal (193.155 anak); dan anak

cacat (367.520 anak). Ini menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia masih memiliki

banyak anak terlantar yang kurang diperhatikan oleh Negara. Selain itu menunjukkan

jumlah anak terlantar berusia 6-18 tahun mencapai 3.156.365 atau hampir 5,4% dari

jumlah anak Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 2.614.949 anak tinggal di

pedesaan dan jumlah 541415 anak tinggal di perkotaan. Sedangkan anak yang

tergolong rawan keterlantaran diperkirakan mencapai jumlah 10.349.240 anak. Jumlah

tersebut 7.320.786 anak tinggal di pedesaan dan 3.046.454 anak tinggal di perkotaan.

Kondisi tersebut menuntut perhatian dan upaya pemerintah agar penanganan anak

terlantar terus dilakukan melalui berbagai program Kesejahteraan Sosial Anak

Terlantar baik melalui panti atau nonpanti. (https://id.wikipedia.org/wiki/Panti_asuhan

diakses pada 22 Agustus 2017)

Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari anak-anak menuju masa

dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang

cepat pada laki-laki maupun perempuan. Transisi perkembangan pada masa remaja

berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian

kematangan masa dewasa sudah dicapai. Hurlock (1999 : 246) juga menyatakan pada

masa itu merupakan masa dewasa awal, dimana pada usia tersebut individu memiliki

tugas perkembangan yaitu individu sudah harus memiliki pemikiran dan perencanaan

untuk kehidupannya di masa depan. Sedangkan Anna Freud dalam Hurlock (1999:248)

Page 22: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

3

berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi

perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga

terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka.

Pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Peran keluarga juga penting didalam perkembangan remaja. Meskipun remaja

tampaknya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya,

namun keluarga dan orang tua tetap menjadi konteks kehidupan yang penting dalam

kehidupan remaja. Pertama, orang tua dapat memotivasi anak untuk menjadi lebih

tertarik atau memberi nilai lebih pada suatu area kehidupan. Selain itu suasana rumah

dan relasi antar orang tua juga mempengaruhi orientasi masa depan remaja. Kedua,

konteks keluarga juga dapat menjadi landasan untuk menumbuhkan internalitas dan

sikap optimistik remaja dalam menghadapi masa depan. Terakhir, remaja belajar

berbagai keterampilan merencanakan dan strategi-strategi untuk menghadapi berbagai

masalah yang mungkin timbul melalui interaksinya dengan orang tua Nurmi (1989:14).

Remaja pada kenyataannya tidak semuanya tinggal dengan keluarga. Remaja

terpaksa tinggal di panti asuhan misalnya karena masalah dalam keluarga seperti

meninggalnya orang tua atau kesulitan dalam hal ekonomi. Selain itu banyak anak yang

dititipkan oleh kedua orang tuanya ke panti asuhan agar anaknya paling tidak bisa lulus

SLTA. Karena tinggal di Panti Asuhan maka peran keluarga yang mempengaruhi

orientasi masa depan remaja tidak bisa dijalankan secara penuh.

Page 23: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

4

Sementara itu, dalam masa perkembangan kehidupan, remaja Panti Asuhan

tidak terlepas dari berbagai tuntutan yang harus mereka hadapi. Pada masa ini remaja

Panti Asuhan dituntut juga untuk memikirkan apa yang akan mereka lakukan tentang

masa depan mereka. Salah satu letak permasalahannya, yaitu ketika remaja dituntut

membuat suatu keputusan tentang masa depan mereka Nurmi (1989:16). Bagi remaja

yang tinggal di Panti Asuhan mereka sudah harus mulai memikirkan apa yang harus

mereka lakukan dan rencanakan dalam hal pendidikan. Kemudian setelah selesai

menempuh pendidikan apa yang akan mereka lakukan kedepannya.

Remaja mulai memutuskan masa depannya terkait dengan masa depan

pendidikan, masa depan pekerjaan dan membangun keluarga. Dan di antara orientasi

masa depan yang mulai diperhatikan pada usia remaja lebih terfokuskan dalam bidang

pendidikan. Hal ini dinyatakan oleh Eccles (dalam Santrock, 2004:146), dimana usia

remaja merupakan usia kritis karena remaja mulai memikirkan tentang prestasi yang

dihasilkannya, dan prestasi ini terkait dengan bidang akademis mereka. Suatu prestasi

dalam bidang akademis menjadi hal yang serius untuk diperhatikan, bahkan mereka

sudah mampu membuat perkiraan kesuksesan dan kegagalan mereka ketika mereka

memasuki usia dewasa.

Kehidupan yang dijalani oleh remaja yang tinggal dengan keluarga akan

berbeda dengan remaja yang tinggal di Panti Asuhan. Remaja di Panti Asuhan tidak

menjalani kehidupan sehari-hari dengan adanya orang tua. Mereka hidup di Panti

Asuhan bersama para pengasuh panti Asuhan dan teman-teman yang bernasib sama.

Page 24: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

5

Bisa dikatakan orang tua mereka adalah para pengasuh panti Asuhan itu sendiri tetapi

hal itu masih kurang karena jumlah pengasuh panti asuhan yang tidak sebanding

dengan jumlah anak yang tinggal di Panti Asuhan. Oleh sebab itu remaja yang berada

di Panti Asuhan kurang mendapatkan perhatian, serta pengawasan dari orang tua

dibandingkan dengan remaja yang tinggal dengan orang tua.

Observasi serta wawancara awal pada 12 April 2016 yang dilakukan peneliti di

Panti Asuhan Wikrama Putra Semarang. Jumlah penghuni panti asuhan tersebut ada 69

orang terdiri dari balita sampai dewasa. Berdasarkan wawancara dengan pemimpin

pengasuh panti asuhan didapatkan informasi bahwa latar belakang anak yang tinggal

disana bermacam-macam mulai dari anak yatim piatu, anak yang ditelantarkan dan

anak dari luar pernikahan. Sebagian besar penghuni panti asuhan tersebut adalah anak

yang ditelantarkan sehingga asal usul maupun siapa orang tuanya tidak jelas.

Berdasarkan keterangan dari pimpinan panti asuhan dari 69 anak hanya 16 anak

yang menempuh pendidikan di tingkat SMP, 12 anak yang menempuh pendidikan

SMA/SMK dan 3 anak yang menempuh pendidikan S1. Panti Asuhan tersebut tidak

memiliki pengasuh tetap karena keterbatasan biaya. Dalam mengurus panti asuhan

tersebut pemimpin panti asuhan hanya dibantu oleh suami, kerabat serta para relawan.

Namun pemimpin panti asuhan tetap memberikan arahan serta nasehat untuk masa

depan mereka. Pemimpin panti asuhan juga memberikan informasi mengenai

pendidikan, memberikan saran sekolah yang tepat, mendengarkan dan

Page 25: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

6

mempertimbangkan pendapat para remaja agar tetap percaya diri, menilai setiap

tindakan dan memperhatikan perkembangan pendidikan mereka.

Berkenaan dengan adversity quotient yang rendah di Panti Asuhan Pemimpin

Panti Asuhan mengatakan:

Hambatan yang dihadapi remaja disini biasanya sulit menentukan cita-

cita mereka. Banyak dari mereka ketika menginjak usia remaja lebih

memikirkan asal usul mereka dan orang tua mereka. Sebagian remaja

disini tidak mau sekolah mas. Kadang saya juga bingung nanti masa depan

mereka seperti apa kalau tidak sekolah.(Untung Sudono, wawancara 12

April 2016)

Subjek penelitian lain berada di Panti Asuhan Santo Thomas Ungaran yang

berada di bawah naungan Yayasan Santa Maria Abdi Kristus. Berdasarkan wawancara

serta observasi awal pada 9 September 2016 di Panti Asuhan tersebut terdapat 70 anak

yang terdiri dari anak-anak sampai usia remaja. Semua anak yang berada di Panti

Asuhan tersebut sudah bersekolah mulai dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK. Anak-anak

yang berada di Panti Asuhan tersebut memliki latar belakang yang beragam mulai dari

anak yatim piatu, anak yang terlantar, dan anak yang memliki orang tua lengkap tetapi

tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anak mereka. Panti Asuhan Santo Thomas

dibagi menjadi tiga tempat yang tersebar di daerah Ungaran dan Bergas Kidul

Kabupaten Semarang. Pusat dari Panti Asuhan tersebut berada di Ungaran, jadi ketika

Page 26: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

7

ada acara ataupun kegiatan dari program Panti Asuhan semua anak dikumpulkan di

tempat tersebut. Pengurus Panti Asuhan kebanyakan adalah para suster dari Biarawati

Abdi Kristus dan beberapa orang yang dipekerjakan untuk membantu para suster dalam

mengurus Panti Asuhan.

Berkenaan dengan kondisi Panti Asuhan Santo Thomas yang salah satunya

berada di Bergas Kidul salah satu suster pengasuh mengatakan:

“Ya begini mas keadaan panti asuhan disini masih dalam tahap

pembangunan jadi berantakan seperti ini. Baru akan dibangun beberapa

kamar lagi agar bias menampung banyak anak. Jadi yang tinggal di sini

semuanya anak perempuan. Kalau berangkat dan pergi sekolah diantar

jemput menggunakan angkot karena sekolahnya kan di bawah Ungaran

sana mas”.(Suster Andre, wawancara 9 September 2016)

Hari berikutnya penulis bertemu dengan Pimpinan Panti Asuhan di pusat Panti

Asuhan Santo Thomas yang berada di Ungaran, beliau mengatakan:

“Panti Asuhan kami sebenarnya ada tiga mas yang satu di sini dan dua

lainnya berada di Bergas Kidul tapi pusatnya ada disini jadi kalau ada

kegiatan apapun anak-anak dikumpulkan disini. Anak-anak yang tinggal

di sini ada sekitar 70 orang. Semuanya bersekolah mulai dari SD, SMP

dan SMA. Kalau yang SD dan SMP nya di sini mas tapi kalau yang SMA

sekolah di SMA 1 Ungaran”. (Suster Angelina, wawancara 10 September

2016)

Page 27: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

8

Cukup banyak remaja yang dibesarkan di panti asuhan dengan berbagai alasan

yang berbeda-beda dan mengalami pemasalahan terkait masa depan mereka. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sahuleka (2003:86) ada beberapa hal positif dari panti

asuhan, antara lain panti asuhan merupakan tempat bernaung bagi anak-anak maupun

remaja yang terlantar dimana mereka mendapatkan bimbingan dalam bidang

pendidikan dan pekerjaan maupun dalam pembentukan karakter dan penyesuaian diri

di masyarakat, dan merupakan suatu lingkungan theurapeutic bagi anak- anak serta

remaja yang membutuhkan. Akan tetapi panti asuhan juga memiliki hal-hal negatif

karena kehidupan panti asuhan memungkinkan remaja mengalami penurunan emosi

yang mengakibatkan gangguan kepribadian seperti sikap menarik diri, tidak mampu

membentuk hubungan yang hangat dan dekat dengan orang lain, kurang dapat

menyesuaikan diri, sehingga hubungan mereka bersifat dangkal dan tanpa perasaan.

Sahuleka (2003:90)

Permasalahan masa depan remaja di Panti Asuhan yang terlihat di PA Wikrama

Putra Semarang antara lain, banyak remaja yang tidak mau bersekolah, sebagian besar

remaja masih bingung dan sulit menentukan masa depan mereka, keterbatasan biaya

jika melanjutkan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Selain permasalahan tersebut

terdapat beberapa permasalahan emosi yang biasa menganggu orientasi masa depan

remaja seperti susah diberi nasehat oleh pengasuh, merasa iri ketika melihat remaja

lain bersama keluarga dan mulai mencari tahu asal – usul serta orang tua mereka

Page 28: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

9

Remaja yang tinggal di Panti Asuhan dituntut supaya bisa hidup dengan

mandiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Walaupun mereka tinggal di Panti

Asuhan mereka juga mengutamakan pendidikan mereka agar kelak bisa menjadi orang

yang lebih baik ketika keluar dari Panti Asuhan. Remaja yang tinggal di Panti Asuhan

meskipun mereka tidak mendapat kasih sayang dari orang tua secara langsung,

keterbatasan biaya dan fasilitas hidup pasti mereka memliki cita-cita yang ingin di

capai. Pada dasarnya remaja yang tinggal di Panti Asuhan juga memiliki pandangan

sendiri terhadap orientasi masa depan mereka.

Adversity Quotient remaja yang tinggal di Panti Asuhan dengan remaja yang

tinggal dengan keluarga akan terlihat berbeda. Remaja yang tinggal dengan keluarga

segala kebutuhan hidup akan dipenuhi oleh orang tua mereka sedangkan remaja yang

tinggal hanya mengandalkan uang dari para donatur. Oleh sebab itu remaja yang

tinggal di Panti Asuhan yang dari awal sudah memiliki beban yaitu tidak bisa tinggal

dan merasakan kasih sayang orang tua akan berjuang untuk masa depannya seperti apa

nanti.

Adversity Quotient menurut Stoltz (2005: 9) diartikan sebagai kecerdasan

seseorang dalam menghadapi rintangan atau kesulitan secara teratur. Adversity quotient

membantu individu memperkuat kemampuan dan ketekunan dalam menghadapi

tantangan hidup sehari-hari seraya tetap berpegang teguh pada prinsip dan impian tanpa

memperdulikan apa yang sedang terjadi. Kondisi yang sulit yang dihadapi remaja di

Panti Asuhan menyebabkan dilema adversitas. Suatu dilema adversitas yang dialami

Page 29: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

10

oleh remaja yang tinggal di Panti Asuhan misalnya disaat mereka membutuhkan

dukungan dari orangtua untuk menentukan masa depannya seperti apa tetapi mereka

harus memikirkannya masa depan mereka seperti apa sendiri.

Stoltz (2005:41) mengatakan bahwa semakin besar adversity quotient yang

dimiliki seseorang, maka ia akan semakin kuat untuk bertahan menghadapi kesulitan

dan terus berkembang dengan mengaktualisasikan seluruh potensi. Remaja yang

tinggal di Panti Asuhan yang memiliki segala keterbatasan dan tidak ada dukungan dari

orang tua akan mengupayakan masa depan mereka agar lebih baik. Remaja yang

memiliki adversity quotient tinggi akan memiliki orientasi masa depan yang lebih baik.

Remaja yang tinggal di Panti Asuhan idealnya memiliki orientasi masa depan

yang baik. Meskipun tinggal di Panti Asuhan mereka harus memiliki orientasi masa

depan serta impian yang akan diwujudkan di masa depan. Tinggal di panti asuhan

mereka akan diusahakan oleh para pengurus panti asuhan agar bisa menempuh dunia

pendidikan sampai dengan tingkat SMA/SMK atau bahkan sampai tingkat perguruan

tinggi. Harapan dari pengurus panti asuhan dengan mereka bisa mendapatkan

pendidikan, masa depan mereka akan lebih baik.

Pada kenyataannya tidak semua remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki

orientasi masa depan yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemimpin panti

asuhan diketahui bahwa remaja di panti asuhan belum memiliki orientasi masa depan

yang baik. Beberapa remaja panti asuhan masih bingung dan tidak tahu apa yang akan

dilakukan setelah lulus sekolah. Selain itu remaja di panti Asuhan kesulitan menyusun

Page 30: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

11

rencana untuk mewujudkan impian di masa yang akan datang. Adanya beberapa

hambatan seperti mereka ingin mengetahui asal-usul keluarga mereka juga

mempengaruhi dalam menentukan orientasi masa depan

Berkenaan permasalahan orientasi masa depan remaja panti asuhan salah satu

remaja di panti asuhan mengatakan:

Sejauh ini saya memang masih terus mengikuti kegiatan sekolah dengan

baik meskipun prestasi saya di sekolah biasa-biasa saja. Saat ini saya

mulai terus memikirkan siapa orang tua saya. Hal inilah yang terkadang

mengganggu saya bahkan mengganggu kegiatan saya di sekolah. Untuk

orientasi masa depan saya belum memikirkan dan belum tahu apa yang

akan saya lakukan kedepannya (DP, wawancara 3 Agustus 2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Yosiana (2015:377) dalam penelitian yang

berjudul ”Hubungan Antara Orientasi Masa Depan dan Daya Juang Terhadap Kesiapan

Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di

Universitas” menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara orientasi masa depan

dan daya juang terhadap kesiapan kerja pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda. Hal tersebut juga

berkaitan dengan penelitian ini yang ingin mengungkap orientasi masa depan remaja

dan hubungannya dengan adversity quotient.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardhani (2014:10) dalam

penelitian yang berjudul “Hubungan Kemandirian dengan Adversity Intelligence pada

Page 31: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

12

Remaja Tuna Daksa di SLB-D YPAC Surakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan

ada hubungan positif antara adversity intelligence dengan kemandirian. Artinya

semakin tinggi adversity intelligence, semakin tinggi pula kemandirian pada remaja

tuna daksa di SLB-D YPAC. Dengan kata lain semakin tinggi adversity quotient yang

dimiliki remaja di Panti Asuhan maka sikap kemandirian akan semakin matang untuk

membentuk orientasi masa depan.

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan

antara adversity quotient dengan orientasi masa depan. Semakin tinggi adversity

quetient yang dimiliki seseorang maka akan lebih baik orientasi masa depan seseorang.

Oleh karena itu penting untuk dilakukan penelitian bagaimana adversity quotient

berhubungan dengan orientasi masa depan remaja yang tinggal di Panti Asuhan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka, penulis perlu menguji penelitian yang

berjudul “Hubungan antara Adversity Quotient dengan Orientasi Masa Depan Remaja

di Panti Asuhan”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran orientasi masa depan remaja di Panti Asuhan?

2. Bagaimana gambaran adversity quotient remaja di Panti Asuhan?

3. Apakah ada hubungan antara adversity quotient dengan orientasi masa depan

remaja di Panti Asuhan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui adanya gambaran orientasi masa depan remaja di Panti Asuhan.

Page 32: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

13

2. Mengetahui adanya gambaran adversity quotient remaja di Panti Asuhan.

3. Menguji adanya hubungan antara antara adversity quotient dengan orientasi

masa depan remaja di Panti Asuhan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dalam bidang ilmu

Psikologi dan secara praktis dapat memberi informasi dan gambaran mengenai

adversity quotient dan orientasi masa depan remaja di Panti Asuhan

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada remaja yang tinggal di Panti Asuhan pentingnya

mulai memikirkan orientasi masa depan sehingga mereka bisa menyusun tujuan dan

rencana yang akan diwujudkan dimasa yang akan datang.

Page 33: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

14

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Orientasi Masa Depan

2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan

Chaplin (2006:246) menganggap bahwa orientasi masa depan sebagai suatu

fenomena kognitif motivasional yang kompleks, orientasi masa depan berkaitan erat

dengan skema kognitif, yaitu suatu organisasi perceptual dari pengalaman masa lalu

beserta kaitannya dengan pengalaman masa kini dan masa yang akan datang.

Orientasi yang ada pada dasarnya merupakan dasar, acuan, atau gambaran,

mengarah pada orientasi masa depan. Seginer menjelaskan bahwa orientasi masa depan

adalah kecenderungan individu untuk memikirkan masa depannya (Seginer, 2009:3).

Hurlock (1999:211) mengemukakan bahwa orientasi masa depan merupakan

salah satu fenomena perkembangan kognitif yang terjadi pada masa remaja. Sebagai

individu yang sedang mengalami proses peralihan dari masa anak-anak mencapai

kedewasaan, remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada

persiapannya memenuhi tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa. Oleh

karena itu, remaja mulai memikirkan tantang masa depan mereka secara sungguh-

sungguh. Remaja mulai memberikan perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan

kehidupan yang akan dijalaninya sebagia manusia dewasa di masa mendatang.

Page 34: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

15

Menurut Nurmi (1989:3) Orientasi masa depan merupakan gambaran yang

dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan. Gambaran ini

memungkinkan individu untuk menentukan tujuan-tujuannya, dan mengevaluasi

sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat direalisasikan.

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa orientasi masa depan

adalah gambaran masa depan yang miliki individu untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini

seseorang mulai memikirkan langkah-langkah apa saja untuk mencapai tujuan di masa

depan.

2.1.2 Aspek - Aspek Orientasi Masa Depan

Orientasi masa depan dilihat sebagai tiga proses psikologis yaitu

motivasi,perencanaan, dan evaluasi. Proses itu berlangsung secara bertahap dan saling

berinteraksi satu sama lainya. Individu menentukan tujuan mereka dengan

mempertimbangkan minat, nilai, dan harapan dimasa depan. Selanjutnya mereka akan

melakukan upaya untuk merealisasikan tujuan tersebut dengan melakukan berbagai

perencanaan yang telah dibuat sebelumnya (Nurmi,1991:4). Ketiga proses ini akan

dijelaskan lebih detail sebagai berikut:

1. Motivasi

Tahap motivasional merupakan dimensi awal dari hasil proses pembentukan

orientasi masa depan. Tahap ini mencakup motif, minat dan tujuan yang berkaitan

dengan orientasi masa depan. Pada mulanya individu menetapkan tujuan berdasarkan

perbandingan antara motif umum dan penilaian, serta pengetahuan yang telah dimiliki

Page 35: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

16

tentang perkembangan sepanjang rentang hidup yang dapat di antisipasi. Ketika

keadaan masa depan beserta faktor pendukungnya telah menjadi sesuatu yang

diharapkan dapat terwujud, maka pengetahuan yang menunjang terwujudnya harapan

tersebut menjadi dasar penting bagi perkembangan motivasi dalam orientasi masa

depan.

2. Perencanaan

Perencanaan merupakan kedua dari hasil proses pembentukan orientasi masa

depan individu. yaitu bagaimana individu membuat perencanaan tentang perwujudan

minat dan tujuan mereka. Tahap perencanaan menekankan bagaimana individu

merencanakan realisasi dari tujuan dan minat mereka dalam konteks masa depan.

Nurmi menjelaskan bahwa perencanaan dicirikan sebagai suatu proses yang terdiri dari

tiga subtahap, yaitu :

a. Penentuan subtujuan. Individu akan membentuk suatu representasi dari

tujuan-tujuannya dan konteks masa depan di mana tujuan tersebut dapat

terwujud.

b. Penyusunan rencana. Individu membuat rencana dan menetapkan strategi

untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Dalam menyusun suatu

rencana, individu dituntut menemukan cara-cara yang dapat

mengarahkannya pada pencapaian tujuan dan menentukan cara mana yang

paling efisien.

Page 36: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

17

c. Melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun. Individu harus

melaksanakan perencanaan yang telat dibuat dan dituntut melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan dapat

dilakukan dengan membandingkan tujuan yang telah ditetapkan dengan

konteks yang sesungguhnya di masa depan.

3. Evaluasi

Evaluasi merupakan dimensi akhir dari hasil proses pembentukan orientasi

masa depan. Tahap evaluasi ini adalah derajat dimana minat dan tujuan diharapkan

dapat terealisir. Nurmi memandang evaluasi sebagai proses yang melibatkan

pengamatan dan melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta

memberikan penguat bagi diri sendiri. Jadi, meskipun tujuan dan perencanaan orientasi

masa depan belum diwujudkan, tetapi pada tahap ini individu telah harus melakukan

evaluasi terhadap kemungkinan-kemungkinan terwujudnya tujuan dan rencana

tersebut.

Dalam mewujudkan tujuan dan rencana dari orientasi masa depan, proses

evaluasi melibatkan causal attributions; yang didasari oleh evaluasi kognitif individu

mengenai kesempatan yang dimiliki dalam mengendalikan masa depannya, dan affects;

berkaitan dengan kondisi-kondisi yang muncul sewaktu- waktu dan tanpa disadari.

Berkaitan dengan aspek orientasi masa depan dapat disimpulkan bahwa

orientasi masa depan dilihat sebagai tiga proses psikologis yaitu motivasi, perencanaan

dan evaluasi. Motivasi mencakup motif, minat, dan tujuan berkaitan dengan orientasi

Page 37: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

18

masa depan. Perencanaan dicirikan sebagai proses yang terdiri dari tiga subtahap yaitu

penentuan subtujuan, penyusunan rencana, dan melakukan rencana dan strategi yang

telah disusun. Sedangkan evaluasi adalah derajat dimana minat dan tujuan diharapkan

dapat terealisasi.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan

Secara garis besar menurut Seginer (2009:11) ada dua faktor yang

mempengaruhi perkembangan orientasi masa depan, kedua faktor itu adalah faktor

individu (person related factor) dan faktor konteks sosial (social contex-related

factor).

1. Faktor internal individu

Beberapa faktor ini adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

(internal). Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Konsep diri

Individu dengan konsep diri yang positif dan percaya dengan kemampuan

mereka cenderung untuk lebih internal dalam pemikiran mereka mengenai masa depan

dibandingkan individu dengan konsep diri yang rendah. Konsep diri juga dapat

mempengaruhi penetapan tujuan. Salah satu bentuk darikonsep diri yang dapat

mempengaruhi orientasi masa depan adalah diri ideal. Diri ideal terdiri atas konsep

individu mengenai diri ideal mereka yang berhubungan dengan lingkungannya dapat

berfungsi sebagai motivator untuk dapat mencapai tujuan jangka panjang.

b. Perkembangan kognitif

Page 38: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

19

Penelitian mengenai hubungan kematangan kognitif dan orientasi masa depan

memberikan hasil yang berbeda-beda. Beberapa ahli menjelaskan perkembangan

kognitif dapat mempengaruhi rencana masa depan remaja.Hal ini karena masa remaja

berada dalam tahap formal operation. dalam tahap ini remaja mampu mengenali

berbagai kemungkinan. Selain itu, dalam tahap ini kemampuan metakognisi remaja

berkembang dan kemampuan ini sangat memungkinkan remaja untuk memikirkan

kemungkinan yang terjadi dimasa depan dalam pencapaian tujuan dan memberikan

solusinya. Kematangan kognitif sangat erat kaitanya dengan kemampuan intelektual

menjadi salah satu faktor individu yang mempengaruhi orientasi masa depan.

2. Faktor Kontekstual

Berikut ini adalah faktor-faktor kontekstual yang dapat mempengaruhi orientasi

masa depan :

a. Jenis kelamin

Berdasarkan tinjauan literatur ditemukan adanya perbedaan jenis kelamin yang

signifikan antara domain-domain pada orientasi masa depan, tetapi pola perbedaan

yang muncul akan berubah seiring berjalannya waktu. Pada penelitian yang dilakukan

oleh Nurmi (1991), ditemukan bahwa perempuan lebih berorientasi ke arah masa depan

keluarga sedangkan laki-laki lebih berorientasi ke arah masa depan karir.

b. Status Sosial Ekonomi

Kemiskinan dan status sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan

perkembangan orientasi masa depan yang menyebabkannya menjadi terbatas. Sejalan

Page 39: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

20

dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Nurmi, menunjukkan bahwa

individu yang memiliki latar belakang status sosial ekonomi yang tinggi cenderung

untuk memiliki pemikiran mengenai masa depan karir yang lebih jauh dibandingkan

individu dengan latar belakang sosial ekonomi rendah.

c. Usia

Pada remaja wanita yang duduk dibangku sekolah menegah pertama, menengah

keatas dan kuliah menemukan terdapat perbedaan orientasi masa depan beradasarkan

kelompok usia pada semua dominan kehidupan prospektif (karir, keluarga dan

pendidikan).

d. Teman Sebaya

Teman sebaya dapat mempengaruhi orientasi masa depan dengan cara yang

bervariasi. Teman sebaya berarti teman sepermainan dengan jenjang usia yang sama

dan berada pada tingkat perkembangan yang sama, dimana teman sebaya dapat saling

bertukar informasi pada pemikiran mengenai tugas perkembangannya. Kelompok

teman sebaya (peer group) juga memberikan individu kesempatan untuk

membandingkan tingkah lakunya dengan temannya yang lain.

e. Hubungan dengan Orang Tua

Semakin positif hubungan orang tua dengan remaja maka akan semakin

mendorong remaja memikirkan masa depan. Keluarga merupakan model bagi remaja

dan merupakan wadah yang tepat dalam menyelesaikan tugas perkembangan yang

sedang dihadapi ataupun akan dihadapi. Kondisi keluarga dan interaksi antara orang

Page 40: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

21

tua dengan anak mempengaruhi orientasi masa depan setidak-tidaknya dalam tiga hal

pertama orang tua menetapkan standar normatif, sekaligus mempengaruhi

perkembangan minat, nilai, dan tujuan hidup anaknya. Ketiga, dukungan orang tua

membantu anak untuk mengembangkan sikap optimis dan internal terhadap masa

depan.

Berdasarkan pemaparan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi orientasi

masa depan dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yaitu faktor individu (person

related factor) dan faktor konteks sosial (social contex-related factor). Faktor internal

individu berkaitan dengan hal berasal dari dalam diri individu tersebut yang meliputi

konsep diri dan perkembangan kognitif. Sedangkan faktor kontekstual berkaitan

dengan beberapa hal meliputi jenis kelamin, status sosial ekonomi, usia, teman sebaya,

dan hubungan dengan orang tua.

2.2 Adversity Quotient

2.2.1 Pengertian Adversity Quotient

Menurut bahasa, kata adversity berasal dari bahasa Inggris yang berarti

kegagalan atau kemalangan. Adversity sendiri bila diartikan dalam bahasa Indonesia

bermakna kesulitan atau kemalangan, dan dapat diartikan sebagai suatu kondisi

ketidakbahagiaan, kesulitan, atau ketidakberuntungan. Dalam kajian psikologi

didefinisikan sebagai tantangan dalam kehidupan.

Nashori (2007: 47) berpendapat bahwa adversity quotient merupakan

kemampuan seseorang dalam menggunakan kecerdasannya untuk mengarahkan,

Page 41: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

22

mengubah cara berfikir dan tindakannya ketika menghadapi hambatan dan kesulitan

yang bisa menyengsarakan dirinya.

Leman (2007: 115) mendefinisikan adversity quotient secara ringkas, yaitu

sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah. Beberapa definisi di atas

yang cukup beragam, terdapat fokus atau titik tekan, yaitu kemampuan yang dimiliki

seseorang, baik fisik ataupun psikis dalam menghadapi problematika atau

permasalahan yang sedang dialami.

Sebagaimana yang diungkapkan Stoltz (2005: 9) adversity quotient sebagai

kecerdasan seseorang dalam menghadapi rintangan atau kesulitan secara teratur.

Adversity quotient membantu individu memperkuat kemampuan dan ketekunan dalam

menghadapi tantangan hidup sehari-hari seraya tetap berpegang teguh pada prinsip dan

impian tanpa memperdulikan apa yang sedang terjadi.

Menurut Stoltz (2005: 12), kesuksesan seseorang dalam menjalani kehidupan

terutama ditentukan oleh tingkat adversity quotient. Adversity quotient tersebut

terwujud dalam tiga bentuk, yaitu :

a. Kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua

segi kesuksesan.

b. Suatu ukuran untuk mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan, dan

c. Serangkaian alat untuk memperbaiki respon seseorang terhadap kesulitan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adversity quotient

merupakan suatu kemampuan individu untuk dapat bertahan dalam menghadapi segala

Page 42: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

23

macam kesulitan sampai menemukan jalan keluar, memecahkan berbagai macam

permasalahan, mereduksi hambatan dan rintangan dengan mengubah cara berfikir dan

sikap terhadap kesulitan tersebut.

2.2.2 Aspek – Aspek Adversity Qoutient

Menurut Stoltz (2007:143), Adversity quotient merupakan suatu kemampuan

yang terdiri dari empat dimensi yang disingkat dengan sebutan CO2RE yaitu dimensi

control, origin and ownership, reach, dan endurance. Berikut ini merupakan

penjelasan dari keempat dimensi tersebut:

a. Control (kendali diri)

Dimensi ini mempertanyakan: berapa banyak kendali seseorang rasakan

terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan? Kata kuncinya adalah

merasakan. Dimensi ini merupakan salah satu awal yang paling penting dan tambahan

untuk teori optimism Seligman. Perbedaan antara respon adversity quotient (AQ) yang

rendah dan adversity quotient yang tinggi dalam dimensi ini cukup dramatis. Individu

yang adversity quotient-nya lebih tinggi merasakan kendali yang lebih besar atas

peristiwa dalam hidup daripada yang AQ lebih rendah. Akibatnya, mereka akan

mengambil tindakan, yang akan menghasilkan lebih banyak kendali lagi. Individu yang

AQ-nya lebih tinggi cenderung melakukan pendakian dan relatif kebal terhadap

ketidakberdayaan. Seolah-olah mereka dilindungi oleh suatu medan gaya yang tidak

dapat ditembus yang mereka tidak jatuh ke dalam keputusasaan yang tidak berdasar.

Page 43: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

24

Individu dengan AQ yang tinggi merasakan tingkat kendali, bahkan yang

terkecil sekalipun, akan membawa pengaruh yang radikal dan sangat kuat pada

tindakan-tindakan dan pikiran-pikiran yang mengikutinya.Sementara orang yang AQ-

nya lebih rendah cenderung berkemah atau berhenti.

b. Origin-Ownership (asal-usul dan pengakuan)

Dimensi ini mempertanyakan siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan

(origin). Dan sampai sejauh manakah individu mengakui akibat-akibat kesulitan itu.

Individu yang AQ-nya rendah cenderung menempatkan rasa bersalah yang tidak

semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi, melihat dirinya sebagai

penyebab asal-usul kesulitan tersebut.

Rasa bersalah memiliki dua fungsi penting. Pertama, rasa bersalahdapat

membantu individu untuk belajar dengan cenderung merenungkan diri, belajar dan

menyesuaikan tingkah laku (melakukan perbaikan diri. yang kedua, rasa bersalah dapat

mejurus pada penyesalan yang dapat memaksa individu untuk meneliti batinnya sendiri

apakah ia telah melukai hati orang lain. Penyesalan merupakan motivator yang sangat

kuat. Bila digunakan dengan sewajarnya, penyesalan dapat membantu menyembuhkan

kerusakan yang nyata, dirasakan, atau yang mungkin dapat timbul dalam suatu

hubungan. Sebaliknya jika penyesalan terlampau banyak dapat sangat melemahkan

semangat dan menjadi destruktif.

Mempermasalahkan diri sendiri itu penting dan efektif, tapi hanya sampai tahap

tertentu yaitu jangan sampai melampaui peran individu dalam menimbulkan kesulitan.

Page 44: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

25

Individu yang AQ-nya tinggi akan mengelak dari peristiwa-peristiwa buruk, selalu

menyalahkan orang lain dan tidak akan belajar apa-apa.

Ownership menyatakan bahwa individu tidak terlalu menyalahkan diri sendiri,

tetapi tetap merasa bertanggung jawab untuk mengatasi kesulitan yang dialami.

Individu yang memiliki ownership tinggi akan mengambil tanggung jawab untuk

memperbaiki keadaan apapun penyebabnya. Adapaun individu yang memiliki

ownership sedang memiliki cukup tanggung jawab atas kesulitan yang terjadi, tapi

mungkin akan menyalahkan diri sendiri atau orang lain ketika ia lelah. Sedangkan

individu yang memiliki ownership yang rendah akan menyangkal tanggung jawab

dan menyalahkan orang lain atas kesulitan yang terjadi.

c. Reach (jangkauan)

Dimensi ini mempertanyakan: sejauh manakah kesulitan akan menjangkau

bagian-bagian lain dari kehidupan individu? Respon-respon dengan AQ yang rendah

akan membuat kesulitan memasuki segi-segi lain dari kehidupan seseorang. Semakin

rendah Reach anda maka semakin besar kemungkinannya anda menganggap peristiwa-

peristiwa buruk sebagai rencana, dengan membiarkannya meluas, seraya menyedot

kebahagiaan dan ketenangan pikiran individu saat prosesnya berlangsung.

Semakin tinggi Reach semakin besar kemungkinannya anda membatasi

jangkauan masalah pada peristiwa yang sedang dihadapi. Suatu penolakan untuk

kunjungan penjajakan hanyalah sebuah penolakan-tidak lebih tidak kurang. Penilaian

kinerja yang ketat adalah penilaian kinerja yang ketat, jika tidak dianggap sebagai

Page 45: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

26

sebuah pengalaman belajar. Konflik adalah konflik, suatu peristiwa yang mungkin

akan melibatkan komitmen dan tindakan lebih lanjut. Kesalahpahaman dengan orang

yang dikasihi, meskipun menyakitkan, adalah kesalahpahaman, bukan tanda bahwa

hidup akan hancur.

d. Endurance (daya tahan)

Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang berkaitan: Berapa lamakah

kesulitan akan berlangsung? Dan berapa lamakah penyebab kesulitan itu akan

berlangsung. Semakin rendah Endurance maka semakin besar kemungkinan individu

menganggap kesulitan dan penyebab-penyebabnya akan berlangsung lama. Individu

yang melihat kemampuannya sebagai penyebab (penyebab yang stabil) cenderung

kurang bertahan dibandingkan dengan orang-orang yang mengaitkan kegagalan

dengan usaha (penyebab yang sifatnya sementara) yang mereka lakukan seperti: ini

selalu terjadi, segala sesuatunya tidak akan pernah membaik, saya tidak pandai

menyesuaikan kebutuhan, biasanya selalu begini caranya, hidup saya hancur, hidup

saya sangat buruk.

Berdasarkan aspek-aspek yang Adversity Quotient dapat disimpulkan bahwa

Adversity quotient merupakan suatu kemampuan yang terdiri dari empat dimensi yang

disingkat dengan sebutan CO2RE yaitu dimensi control, origin and ownership, reach,

dan endurance. Keempat aspek tersebut memiliki kesamaan yaitu berkaitan dengan

kesulitan yang kita hadapi. Dimensi control menekankan pada kendali diri kita

menghadapi kesulitan. Dimensi origin mempertanyakan apa atau siapa sumber dari

Page 46: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

27

kesulitan tersebut dan ownership tidak menyalahkan diri sendiri. Dimensi reach

mempertanyakan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari

kehidupan individu. Sedangkan endurance untuk mengetahui sejauh manakah

kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan individu.

2.2.3 Faktor – Faktor yang Memengaruhi Adversity Quotient

Menurut Stoltz (2007: 156) Faktor - faktor yang ada dalam pohon kesuksesan

tersebut yang dianggap mempengaruhi adversity quotient seseorang, diantaranya:

a. Faktor Internal

1) Genetika

Warisan genetis tidak akan menentukan nasib seseorang tetapi pasti ada

pengaruh dari faktor ini. Beberapa riset-riset terbaru menyatakan bahwa genetika

sangat mungkin mendasari perilaku. Yang paling terkenal adalah kajian tentang ratusan

anak kembar identik yang tinggal terpisah sejak lahir dan dibesarkan di lingkungan

yang berbeda. Saat mereka dewasa, ternyata ditemukan kemiripan-kemiripan dalam

perilaku.

2) Keyakinan

Keyakinan mempengaruhi seseorang dalam menghadapi suatu masalah serta

membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup.

3) Bakat

Page 47: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

28

Kemampuan dan kecerdasan seseorang dalam menghadapi suatu kondisi yang

tidak menguntungkan bagi dirinya salah satunya dipengaruhi oleh bakat. Bakat adalah

gabungan pengetahuan, kompetensi, pengalaman, dan keterampilan.

4) Hasrat atau kemauan

Untuk mencapai kesuksesan dalam hidup diperlukan tenaga pendorong yang

berupa keinginan atau disebut hasrat.Hasrat menggambarkan motivasi, antusias,

gairah, dorongan, ambisi, dan semangat.

5) Karakter

Seseorang yang berkarakter baik, semangat, tangguh, dan cerdas akan memiliki

kemampuan untuk mencapai sukses. Karakter merupakan bagian yang penting bagi

kita untuk meraih kesuksesan dan hidup berdampingan secara damai.

6) Kinerja

Merupakan bagian yang mudah dilihat orang lain sehingga seringkali hal ini

sering dievaluasi dan dinilai. Salah satu keberhasilan seseorang dalam menghadapi

masalah dan meraih tujuan hidup dapat diukur lewat kinerja.

7) Kecerdasan

Bentuk-bentuk kecerdasan kini dipilah menjadi beberapa bidang yang sering

disebut sebagai multiple intelligence. Bidang kecerdasan yang dominan biasanya

mempengaruhi karier, pekerjaan, pelajaran, dan hobi.

8) Kesehatan

Page 48: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

29

Kesehatan emosi dan fisik dapat mempengaruhi seseorang dalam menggapai

kesuksesan. Seseorang yang dalam keadaan sakit akan mengalihkan perhatiannya dari

masalah yang dihadapi. Kondisi fisik dan psikis yang prima akan mendukung

seseorang dalam menyelesaikan masalah.

b. Faktor Eksternal

1) Pendidikan

Pendidikan dapat membentuk kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat,

perkembangan watak, keterampilan, hasrat, dan kinerja yang dihasilkan. Penelitian

yang dilakukan Gest. Dkk menyebutkan bahwa meskipun seseorang tidak menyukai

kemalangan atau kesengsaraan yang diakibatkan oleh pola hubungan dengan orang tua,

namun permasalahan orang tua secara langsung ikut berperan dalam perkembangan

ketahanan remaja. Salah satu sarana dalam pembentukan sikap dan perilaku adalah

melalui pendidikan.

2) Lingkungan

Lingkungan tempat individu tinggal dapat mempengaruhi bagaimana individu

beradaptasi dan memberikan respon kesulitan yang dihadapinya. Individu yang

terbiasa hidup dalam lingkungan sulit akan memiliki adversity quotient yang lebih

tinggi. Menurut Stoltz, individu yang terbiasa berada di lingkungan yang sulit akan

memiliki adversity quotient yang lebih besar karena pengalaman dan kemampuan

beradaptasi yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Page 49: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

30

Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi adversity quotient dapat

disimpulkan bahwa secara garis besar dibedakan menjadi dua faktor. Pertama faktor

internal yaitu faktor yang secara langsung berasal dari dalam diri seseorang seperti

genetika, keyakinan, bakat, karakter, kinerja, kecerdasan, dan kesehatan. Kedua faktor

eksternal yang berkaitan dengan faktor yang berasal dari luar diri individu yaitu

pendidikan dan lingkungan.

2.2.4 Karakter Manusia Berdasarkan Tinggi Rendahnya Adversity Quotient

Dalam merespon suatu kesulitan terdapat tiga kelompok tipe manusia ditinjau

dari tingkat kemampuannya (Stolzt, 2005: 18) :

a. Quitters

Quitters, mereka yang berhenti adalah seseorang yang memilih untuk keluar,

menghindari kewajiban, mundur dan berhenti apabila menghadapi kesulitan. Quitters

(mereka yang berhenti), orang-orang jenis ini berhenti di tengah proses pendakian,

gampang putus asa, menyerah. Orang dengan tipe ini cukup puas dengan pemenuhan

kebutuhan dasar atau fisiologis saja dan cenderung pasif, memilih untuk keluar

menghindari perjalanan, selanjutnya mundur dan berhenti. Para quitters menolak

menerima tawaran keberhasilan yang disertai dengan tantangan dan rintangan. Orang

yang seperti ini akan banyak kehilangan kesempatan berharga dalam kehidupan.

Dalam hirarki Maslow tipe ini berada pada pemenuhan kebutuhan fisiologis yang

letaknya paling dasar dalam bentuk piramida.

b. Campers

Page 50: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

31

Campers atau satis-ficer (dari kata satisfied = puas dan suffice = mencukupi) .

Golongan ini puas dengan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan diri. Tipe

ini merupakan golongan yang sedikit lebih banyak, yaitu mengusahkan terpenuhinya

kebutuhan keamanan dan rasa aman pada skala hirarki Maslow. Kelompok ini juga

tidak tinggi kapasitasnya untuk perubahan karena terdorong oleh ketakutan dan hanya

mencari keamanan dan kenyamanan. Campers setidaknya telah melangkah dan

menanggapi tantangan, tetapi setelah mencapai tahap tertentu, campers berhenti

meskipun masih ada kesempatan untuk lebih berkembang lagi. Berbeda dengan

quitters, campers sekurang-kurangnya telah menanggapi tantangan yang dihadapinya

sehingga telah mencapai tingkat tertentu.

c. Climbers

Climbers (pendaki) mereka yang selalu optimis, melihat peluang-peluang,

melihat celah, melihat senoktah harapan di balik keputusasaan, selalu bergairah untuk

maju. Nokta kecil yang dianggap sepele, bagi para Climbers mampu dijadikannya

sebagai cahaya pencerah kesuksesan. Climbers merupakan kelompok orang yang

selalu berupaya mencapai puncak kebutuhan aktualisasi diri pada skala hirarki

Maslow. Climbers adalah tipe manusia yang berjuang seumur hidup, tidak perduli

sebesar apapun kesulitan yang datang. Climbers tidak dikendalikan oleh lingkungan,

tetapi dengan berbagai kreatifitasnya tipe ini berusaha mengendalikan lingkungannya.

Climbers akan selalu memikirkan berbagai alternatif permasalahan dan menganggap

kesulitan dan rintangan yang ada justru menjadi peluang untuk lebih maju,

Page 51: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

32

berkembang, dan mempelajari lebih banyak lagi tentang kesulitan hidup. Tipe ini akan

selalu siap menghadapi berbagai rintangan dan menyukai tantangan yang diakibatkan

oleh adanya perubahan-perubahan.

Kemampuan quitters, campers, dan climbers dalam menghadapi tantangan

kesulitan dapat dijelaskan bahwa quitters memang tidak selamanya ditakdirkan untuk

selalu kehilangan kesempatan namun dengan berbagai bantuan, quitters akan mendapat

dorongan untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan yang sedang ia hadapi.

Kehidupan climbers memang menghadapi dan mengatasi rintangan yang tiada

hentinya. Kesuksesan yang diraih berkaitan langsung dengan kemampuan dalam

menghadapi dan mengatasi kesulitan, setelah yang lainnya meyerah, inilah indikator-

indikator adversity quotient yang tinggi.

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Menurut Hurlock (1999:206) adolescence atau remaja berasal dari kata Latin

adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa masa remaja terjadi pada

usia 13-18 tahun pada wanita dan 14-18 tahun untuk remaja pria, dan bila remaja

tersebut bersekolah maka adalah yang duduk di bangku SMP dan SMU.

Santrock (2007: 22) menjelaskan bahwa “remaja diartikan sebagai masa

perkembangan transisi dari masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan

biologis, kognitif dan sosial emosional”. Ia melanjutkan masa remaja awal kira-kira

Page 52: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

33

sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan

pubertas.

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa

latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”

(Aksara, 2011: 9).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja adalah

trasnsisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan

biologis, kognitif dan sosial emosional yang tumbuh untuk mencapai kematangan.

Masa remaja apabila bersekolah akan berada di tingkat SMP dan SMA.

2.3.2 Rentang Usia Remaja

Menentukan rentang usia remaja menurut para ahli berbeda-beda. Masa remaja

menurut Mappiare, 1982 (dalam Aksara, 2011: 9) berlangsung antara umur 12 tahun

hingga 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun hingga 22 tahun bagi pria. Rentang usia

remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun

adalah remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai dengan usia 21/22 tahun adalah remaja

akhir.

Menurut Hurlock (1999:205) membagi masa remaja menjadi dua yaitu masa

remaja awal yaitu 13-16 atau 17 tahun dan remaja akhir yaitu usia 16-18 tahun dan

sudah matang secara hukum.

Page 53: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

34

Sedangkan menurut Sarwono (2006:204) usia remaja terutama di Indonesia

dibagi menjadi tiga yaitu: remaja awal dengan rentang usia 12-15 tahun, remaja madya

dengan rentang usia 15-18 tahun dan remaja akhir 18-24 tahun.

Berdasarkan gambaran rentang usia remaja berdasarkan para ahli dapat

disimpulkan bahwa masa remaja memiliki rentang usia 11-24 tahun yang dibagi

menjadi tiga yaitu: remaja awal 11-15 tahun, remaja madya 16-18 dan remaja akhir 19-

23 tahun.

2.4.3 Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu

periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase

bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Havighurst dalam

Hurlock (1980:10) diantaranya :

1. Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria

maupun wanita, maksudnya adalah remaja dapat berinteraksi secara

sosial,dengan membina persahabatan maupun pertemanan dengan teman

sebaya secara harmonis, baik dengan pria maupun dengan wanita.

2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita. Dalam hal ini remaja harus sudah

dapat memahami peran yang dilakukannya agar tidak bertentangan dengan

jenis kelaminnya.

Page 54: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

35

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

Menerima keadaan fisik adalah salah satu cara remaja memahami dan

mengenali dirinya. Pandangan diri yang positif terhadap kondisi fisik dan

kondisi tubuhnya sangat diperlukan dalam pembentukan kepercayaan diri

remaja.

4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

Artinya remaja dapat bekerja sama dan bertingkah laku secara sosial,

bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan dengan tidak melanggar

aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa

lainnya. Pada masa ini berarti remaja diharapkan dapat melepaskan

diri dari kedekatan dan ketergantungannya pada orang tua, dan dapat

secara mandiri dalam bertindak dan mengambil keputusan.

6. Mempersiapkan karier ekonomi. Karier dan ekonomi sebaiknya

dipersiapkan sejak dini, yaitu sejak masa remaja. Perencanaan karir sejak

dini dilakukan agar remaja tidak lagi bingung dalam menghadapi pekerjaan

di masa yang akan datang.

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. Sejak remaja, penting sekali

memiliki pengetahuan tentang perkawinan dan membina keluarga. Karena

selain dituntut untuk berkomitmen, remaja juga dituntut untuk dapat

bertanggung jawab dalam membina keluarga.

Page 55: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

36

8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku mengembangkan ideologi. Adanya nilai-nilai yang dan

sistematis yang dianut membuat remaja lebih berwawasan luas dan

memiliki pegangan untuk berperilaku untuk mengembangkan ideologi

dan pemikirannya.

Berdasarkan penjelasan mengenai tugas perkembangan pada remaja dapat

disimpulkan bahwa dari beberapa tugas perkembangan remaja salah satunya adalah

mempersiapkan karir dan membina keluarga. Kedua hal tersebut termasuk dalam ruang

lingkup orientasi masa depan, jadi orientasi masa depan penting bagi seorang remaja.

2.4 Hubungan Adversity Quotient dengan Orientasi Masa Depan Remaja di Panti

Asuhan

Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sering digunakan untuk

membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang

tidak tinggal bersama dengan keluarga. Panti Asuhan memberikan pelayanan

kesejahteraan kepada anak asuh dengan kebutuhan yang diperlukan oleh mereka,

misalnya kebutuhan pendidikan, kesehatan, pembinaan jasmani dan rohani, agar kelak

mereka mampu hidup layak dan hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat. Latar

belakang anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan bermacam-macam mulai dari anak

yatim piatu, anak-anak jalanan, anak yang diterlantarkan orang tuanya, dan anak-anak

yang memiliki orang tua lengkap tetapi tidak mampu membiayai sekolah anaknya.

Page 56: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

37

Saat masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan

yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan

dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka. Pembentukan cita-cita

merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Remaja juga mulai memikirkan

orientasi masa depan yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu: orientasi masa depan

dibidang pendidikan, pekerjaan dan keluarga. Bagi remaja yang tinggal di Panti

Asuhan mereka sudah harus mulai memikirkan apa yang harus mereka lakukan dan

rencanakan dalam hal pendidikan. Kemudian stelah selesai menempuh pendidikan apa

yang akan mereka lakukan kedepannya.

Penelitian mengenai hubungan antara tingkat adversity intelligence dengan

sikap menghadapi masa depan pada remaja yang tinggal di Panti Asuhan Yayasan

Wachid Hasyim Surabaya pernah dilakukan oleh Kustanti dan Erin Ratna (2007). Hasil

dari penelitian Kustanti dan Erin Ratna menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif

antara tingkat adversity intelligence dengan sikap menghadapi masa depan pada remaja

yang tinggal di panti asuhan yayasan Wachid Hasyim Surabaya. Semakin tinggi tingkat

adversity intelligence, maka akan semakin positif pula sikap menghadapi masa depan.

Hasil dari penelitian tersebut mendukung adanya keterkaitan adversity quotient dengan

orientasi masa depan.

Selain itu penelitian lain dengan judul “Pengaruh pelatihan perencanaan diri

terhadap orientasi masa depan remaja di panti asuhan Kabupaten Cianjur” yang

dilakukan oleh Efri Widianti, Imas Rafiyah, dan Aat Sriati pada tahun 2008. Hasil

Page 57: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

38

penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan orientasi masa depan remaja

yang tinggal di panti asuhan sebelum dan setelah pelatihan. Orientasi masa depan

remaja yang tinggal di panti asuhan sebelum dan setelah pelatihan menunjukkan

perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan orientasi masa depan

dapat mengubah sikap, perilaku, dan pengetahuan remaja yang tinggal di panti asuhan.

Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan

mempertimbangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan individu

sesuai dengan keinginan yang bersangkutan.

Remaja yang tinggal di Panti Asuhan dengan remaja yang tinggal dengan

keluarga akan terlihat berbeda dalam daya juangnya. Remaja yang tinggal dengan

keluarga segala kebutuhan hidup akan dipenuhi oleh orang tua mereka sedangkan

remaja yang tinggal hanya mengandalkan uang dari para donatur. Oleh sebab itu remaja

yang tinggal di Panti Asuhan yang dari awal sudah memiliki beban yaitu tidak bisa

tinggal dan merasakan kasih sayang orang tua akan berjuang untuk masa depannya

seperti apa nanti. Semakin tinggi adversity quotient yang dimiliki seseorang maka

oreintasi masa depannya akan lebih baik.

Page 58: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

39

2.5 Kerangka Berpikir

Gambar 3.4:

Hubungan AQ dengan Orientasi Masa Depan Remaja di Panti Asuhan

REMAJA

Tinggal dengan Orang tua di rumah

1. Kebutuhan fisik dan

psikologis dipenuhi oleh

orang tua

2. Diasuh oleh orang tua &

keluarga

3. Mendapatkan arahan

orientasi masa depan dari

orang tua & keluarga

Tinggal di Panti asuhan

1. Kebutuhan fisik dan

psikologis dipenuhi oleh

pengasuh & donatur

2. Diasuh oleh pengasuh Panti

Asuhan

3. Mendapatkan arahan

orientasi masa depan dari

pengasuh Panti Asuhan

Permasalahan Remaja yang tinggal

di Panti Asuhan

1. Sulit menentukan masa depan

2. Kurangnya motivasi

3. Sulit menyesuaikan diri

Adversity Quotient Orientasi Masa Depan

Page 59: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

40

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa remaja di Panti Asuhan

memiliki perbedaan dengan remaja yang tinggal dengan orang tua yaitu dalam hal

pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan mendapatkan arahan langsung dari orang tua

tentang orientasi masa depan. Sementara itu permasalahan remaja yang tinggal di Panti

Asuhan antara lain sulit menentukan masa depan, mengalami penurunan emosi dan

sulit menyesuaikan diri. Remaja yang memiliki daya juang tinggi dalam mengatasi

permasalahan akan memiliki orientasi masa depan yang lebih baik dan sebaliknya

apabila daya juang rendah maka orientasi masa depannya akan kurang baik.

2.6 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “ada hubungan positif antara

adversity quotient dengan orientasi masa depan remaja di panti asuhan”. Semakin

tinggi adversty quotient, semakin tinggi pula orientasi masa depan remaja di panti

asuhan.

Page 60: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

100

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka diperoleh simpulan sebagai

berikut:

1. Orientasi masa depan remaja di Panti Asuhan berada pada kategori tinggi.

Aspek yang paling berkontribusi terhadap tinggi rendahnya orientasi masa

depan adalah aspek Motivasi (Motivation) yaitu motif, minat, dan tujuan yang

berkaitan dengan orientasi masa depan.

2. Adversity Quotient remaja di Panti Asuhan berada pada kategori tinggi. Aspek

yang paling berkontribusi terhadap tinggi rendahnya adversity quotient adalah

aspek Endurance yaitu daya tahan individu untuk mengatasi kesulitan.

3. Terdapat hubungan positif signifikan antara adversity quotient dengan orientasi

masa depan remaja di Panti Asuhan.

5.2 Saran

Merujuk pada simpulan penelitian di atas, peneliti mengajukan beberapa

saran sebagai berikut:

Page 61: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

101

1. Bagi Subjek Penelitian (Remaja di Panti Asuhan)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi masa depan berada

dalam kategori tinggi. Aspek yang paling berkontribusi yaitu aspek Motivasi

sedangkan aspek Perencanaan berada dalam kategori rendah. Remaja di panti Asuhan

diharapkan sudah mulai merencanakan untuk mewujudkan impian dimasa yang akan

datang serta usaha yang harus direalisasikan untuk mewujudkan impian tersebut.

Dengan memiliki perencanaan orientasi masa depan yang baik maka remaja di panti

Asuhan tidak akan mengalami kebingungan dan tahu apa yang harus dilakukan untuk

mewujudkan impian tersebut.

2. Bagi Instansi (Panti Asuhan)

Untuk instansi yang terkait dalam hal ini Panti Asuhan agar menekankan

pentingnya orientasi masa depan. Pengasuh Panti Asuhan bisa mengarahkan keinginan

remaja Panti Asuhan masa depannya seperti apa, memberikan informasi yang berkaitan

dengan masa depan mereka seperti apa dan memberikan dukungan kepada remaja di

Panti Asuhan. Diharapkan remaja di Panti Asuhan dapat mengetahui orientasi masa

depannya sejak dini agar tidak mengalami kebingungan dalam menentukan masa

depan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, diharapkan peneliti perlu

pengkajian lebih dalam dengan teori-teori baru agar dasar penelitian yang dilakukan

lebih kuat dan hasil yang didapatkan juga lebih mendalam. Selain itu untuk mencari

Page 62: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

102

keterkaitan antar variabel adversity quotient dengan orientasi masa depan yang lebih

mendalam agar dasar penelitian lebih kuat. Kekurangan penelitian ini memberikan

peluang bagi peneliti selanjutnya yang berniat mengembangkan penelitian serupa

mampu mencapai hasil yang lebih sempurna.

Page 63: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

103

DAFTAR PUSTAKA

Ahyani, Latifah. 2016. Meningkatkan adversity quotient (daya juang) pada anak-anak

panti asuhan melalui penguatan sosial support. Skripsi. Fakultas Psikologi

Muria Kudus

Aksara. A, M. & Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta

Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik(EdsVI).

Jakarta: Rineka Cipta

_______, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, Saifudin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

_______. 2007. Metode Penelitian . Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi . (Diterjemahkan Oleh Kartono).Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Diyah, Arfidianingrum, Siti Nuzulia, R.A Fadhallah. 2013. Hubungan antara adversity

intelligence dengan work-family conflict pada ibu yang bekerja sebagai

perawat. Journal of Developmental and Clinical Psychology

Hurlock, EB. 1999. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Alih Bahasa : Istiwidayanti dan Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta

: Erlangga.

Kusumawardhani, Arifah. 2014. Hubungan kemandirian dengan adversity intelligence

pada remaja tuna daksa di slb-d ypac Surakarta. Fakultas Psikologi

Universitas Diponegoro.

Leman. 2007. Memahami Adversity Quotient. Anima (Indonesian Psychological

Journal).

Nashori. 2007. Adversity Quotient: Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta:PT Grasindo.

Page 64: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

104

Nur, Yosiana Agusta. 2015. Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dan Daya Juang

Terhadap Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik Di Universitas Mulawarman. eJournal Psikologi,

Volume 3 , Nomor 1.

Nurmi, J.E. 1989. Adolescent’ s Orientation to the Future : Development of Interest

and Plans , andrelated A tributions and effect in the life-span Context .

Helsinki. The Finish Society of Science and Letters.

_______.1991. How do adolescents see their future? A review of the development

of future orientation and planning. Helsinski Academic Press, Inc.

Sahuleka, J. M. 2003. Panti Asuhan sebagai Suatu Lingkungan bagi Perkembangan

Anak. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Santrock, John, W. 2004. Educational Psychology. New York: McGraw-Hill Co.

_______. 2007. Remaja. Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: CV Rajawali

Seginer, R. 2009. Future Orientation of Developmental and Ecological Perspectives.

Springer: Israel.

Steinberg, L. 2002. Adolescence. New York: Mc Graw Hill

Stoltz, P. G. 2005. Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang .

Alih Bahasa : Hermaya. Jakarta : Grasindo

_______. 2007. Adversity Quotient . Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Gramedia

Indonesia.

Tangkeallo, G., Rijanto P., dan Kartika S. 2014. Hubungan antara Self-Efficacy dengan

Orientasi Masa Depan Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Psikologi. Vol. 10 (1)

: 25-32.

Trommsdoroff. G. 2005. An Analysis Of Future Orientation And Some Of Its

Social Determinants . International Journal Of Psychology. Vol. 5 No.2.

Usha Parvathy, Praseeda M. 2014. Relationship between Adversity Quotient and

Academic Problems among Student Teachers . Journal Of Humanities And

Social Science. Vol. 19.

Page 65: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ORIENTASI MASA …lib.unnes.ac.id/30202/1/1511412074.pdf · membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal

105

Wahyuni, Elok Sri. 2013. Hubungan adversity quotient dengan kecemasan menghadapi

masa depan remaja jalanan yang tinggal di lingkungan pondok sosial

(liponsos) wonorejo Surabaya. Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya.

Widianti, Efri, Imas Rafiyah, Aat Sriati.2008. Pengaruh Pelatihan Perencanaan Diri

Terhadap Orientasi Masa Depan Remaja Di Panti Asuhan Kabupaten

Cianjur. Volume 10 No. XIX