hipopion

31
BAB 1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bilik mata depan adalah ruang yang terdapat antara kornea dan iris. Sedangkan bilik mata belakang adalah ruang yang lebih kecil yang terdapat diantara iris dan lensa. Kedua ruangan ini diisi oleh cairan aqueous. Berbagai perubahan yang terjadi pada mata dapat menyebabkan perubahan dari cairan aqueous dan bilik mata depan. Karena itu gambaran klinis pada bilik mata depan dapat membantu dalam menegakan diagnosa penyakit, juga dalam memantau respons pasien terhadap terapi. Reaksi inflamasi iris dan badan siliar akan memberikan gambaran Anterior chamber cell and flare di bilik mata depan. Diartikan sebagai kumpulan sel dan peningkatan protein (flare) di aqueous humor. Kumpulan sel biasanya terdiri dari sel darah putih, disebut juga hipopion. Kadang bisa juga terdiri dari sel darah merah, disebut sebagai hifema. Kumpulan sel ini akan mengendap di bagian inferior, membentuk lapisan yang dapat terlihat di bilik mata depan. Sel darah di bilik mata depan merupakan hasil pelepasan sel darah akibat dilatasi pembuluh darah di iris dan badan siliar. Adanya sel di bilik mata depan memberikan gambaran penyakit 1

Upload: umma-rangkuti

Post on 31-Dec-2015

180 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: hipopion

BAB 1. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Bilik mata depan adalah ruang yang terdapat antara kornea dan iris. Sedangkan bilik

mata belakang adalah ruang yang lebih kecil yang terdapat diantara iris dan lensa. Kedua

ruangan ini diisi oleh cairan aqueous. Berbagai perubahan yang terjadi pada mata dapat

menyebabkan perubahan dari cairan aqueous dan bilik mata depan. Karena itu gambaran

klinis pada bilik mata depan dapat membantu dalam menegakan diagnosa penyakit, juga

dalam memantau respons pasien terhadap terapi.

Reaksi inflamasi iris dan badan siliar akan memberikan gambaran Anterior chamber

cell and flare di bilik mata depan. Diartikan sebagai kumpulan sel dan peningkatan protein

(flare) di aqueous humor. Kumpulan sel biasanya terdiri dari sel darah putih, disebut juga

hipopion. Kadang bisa juga terdiri dari sel darah merah, disebut sebagai hifema. Kumpulan

sel ini akan mengendap di bagian inferior, membentuk lapisan yang dapat terlihat di bilik

mata depan.

Sel darah di bilik mata depan merupakan hasil pelepasan sel darah akibat dilatasi pembuluh

darah di iris dan badan siliar. Adanya sel di bilik mata depan memberikan gambaran penyakit

yang onsetnya akut. Sedangkan flare adalah akumulasi dari protein di bilik mata depan.

Dapat menetap, bahkan setelah sel darah tidak ditemukan lagi. Mungkin disebabkan karena

adanya kebocoran persisten dari blood-aqueous barrier. Maka dari itu, presentasi flare sendiri

tidak dapat dijadikan pegangan sebagai gejala inflamasi yang masih aktif.

1. 2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah

a) Untuk mengetahui definisi hipopion

b) Untuk mengetahui etiologi hipopion

1

Page 2: hipopion

c) Untuk mengetahui factor-faktor resiko terjadinya hipopion

d) Untuk mengathui epidemiologi hipoppion

e) Untuk mengetahui patofisiologi hipopion

f) Untuk mengetahui gejala klinis hipopion

g) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjanghipopion

h) Untuk mengetahui diagnosis hipopion

i) Untuk mengetahui diagnosis banding hipopion

j) Untuk mengetahui komplikasi hipopion

k) Untuk mengetahui penatalaksanaan hipopion

1.3 Manfaat penulisan

Manfaat yang bisa didapatkan dari penulisan ini adalah dapat mengetahui mengenai

definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi,

penatalaksanaan, serta prognosis dari hipopion.

2

Page 3: hipopion

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Anatomi Bilik Mata Depan

Bilik mata depan atau disebut juga segmen anterior terdiri dari Uvea anterior dan lensa

mata, sedangkan di bagian anterior dibatasi oleh kornea.

Gambar 2.1. Anataomi bola mata dan bilik mata depan10

2.1.1 Kornea

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah

jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada

persambungan ini disebut sulkus skleraris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,52

mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 12,5 mm dari anterior ke

posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda.9

3

Page 4: hipopion

Gambar 2.2 Anatomi Kornea10

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam:

1. Lapisan epitel

· Tebalnya 40 μm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;

satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

· Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis

sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel

basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan makula okluden;

ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

· Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi

gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

· Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membran Bowman

· Lapisan Bowman adalah lapisan yang terkuat dan terbentuk dari lapisan fibril kolagen yang

tersusun secara random.

· Ketebalan lapisan ini sekitar 8-14 mikro meter. Bila terjadi luka yang mengenai bagian ini

maka akan digantikan dengan jaringan parut karena tidak memiliki daya regenerasi

4

Page 5: hipopion

Gambar 2. 3. Lapisan Kornea10

3. Jaringan Stroma

· Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang

lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen

ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-

kadang sampai 15 bulan.

Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara

serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam

perkembangan embrio atau sesudah trauma. Jenis kolagen yang dibentuk adalah tipe I, III dan

VI.

Transparansi kornea juga ditentukan dengan menjaga kandungan air di stroma

sebesar 78%.

4. Membran Descement

· Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

5

Page 6: hipopion

· Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm.

5. Endotel

· Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm. Endotel

melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.

· Sel endotel mempunyai fungsi transport aktif air dan ion yang menyebabkan stroma

menjadi relatif dehidrasi sehingga terut menjaga kejernihan kornea

2.1.2 Uvea anterior (iris dan badan siliaris)

Uvea terdiri dari 3 bagian yaitu:

· Iris dengan lubang di tengah yang disebut pupil. Pupil berfungsi mengendalikan

cahaya yang masuk dengan mengecil (miosis) yang merupakan suatu akibat dari aktivitas

parasimpatis melalui N. III dan juga bias melebar (midriasis) oleh aktivitas saraf simpatis.

· Badan siliaris, berfungsi untuk menghasilkan aquos humour. Aquos humour

berfungsi untuk mengendalikan tekanan bola mta (selain badan kaca). Pada terapi gloukoma,

yaitu dengan cara mengendalikan badan siliaris.

· Choroid berada Di sebelah dalam dibatasi oleh membran Brunch dan luar dibatasi

oleh sclera. Retina terletak pada sebelum membrane Brunch.

2.1.3 Lensa Mata

Berbentuk bikonveks, avaskular, dengan ketebalan 4mm dan diameter 9mm. kekuatan

refraksi lensa adalah 20 Dioptri. Lensa terdiri darei 65% air dan 35% protein.

6

Page 7: hipopion

2.2 Definisi

Hipopion didefinisikan sebagai pus steril yang terdapat pada bilik mata depan.

Hipopion dapat terlihat sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata

depan karena adanya gravitasi

Derajat Jumah sel Efek tyndall

0 Normal <5 sel/ lapang

pandang

Nola tau sedikit

1 5-10 sel/lapang pandang Ringan

2 11-20 sel/lapang pandang Sedang

3 21-50 sel/ lapang pandang Aagak berat

4 Hipopion

Tabel. 2.1 Derajat jumlah sel dan efek Tyndall pada BMD

2. 3 Etiologi

Hipopion merupakan reaksi inflamasi di bilik mata depan. Karena itu semua penyakit

yang berhubungan dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya hipopion. Hipopion

7

Page 8: hipopion

dapat timbul pasca bedah, trauma dan disebabkan karena adanya infeksi. Pembedahan dengan

komplikasi hipopion contohnya keratoplasty.

Hipopion dapat timbul setelah operasi atau trauma disebabkan karena adalanya

infeksi. Misalnya pada keratitis. Bakteria, jamur, amoba maupun herpes simplex dapat

menyebabkan terjadinya hipopion. Bakteri patogen yang umumnya ditemukan adalah

Streptococcus dan Staphylococcus Aureus. Selain itu, bakteri gram negative yang pernah

dilaporkan menyebabkan infeksi pascabedah yakni Alcaligens xylosoxidans.

Hipopion karena infeksi jamur jarang ditemukan dan salah satunya disebabkan oleh

Candida. Beberapa keadaan yang dapat memberikan gambaran hipopion, diantaranya:

2.3.1 Keratitis dan Ulkus Kornea

Apabila terjadi peradangan hebat tapi belum terjadi perforasi dari ulkus, maka toksin

dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar, dengan melalui membran

Descemet, endotel kornea ke cairan bilik mata depan. Dengan demikian iris dan badan siliar

mengalami peradangan dan timbulah kekeruhan di cairan bilik mata depan disusul dengan

terbentuknya hipopion.

2.3.2 Uveitis Anterior

Peradangan yang terjadi dari iris dan badan siliar menyebabkan penurunan

permeabilitas dari blood-aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel

radang dalam cairan aqueous. Dari proses tersebut dapat terbentuk hipopion. Uveitis dengan

hipopion antara lain dapat didadasari oleh leprosy, leukemia, sifillis, toksokariasis, infeksi

bakteri endogen dan timbunan protein lensa.\\

2.3.3 Endoftalmitis dan Panoftalmitis

Hipopion merupakan salah satu manifestasi klinis endoktalmitis karena terjadinya

infeksi.

8

Page 9: hipopion

2.3.4 Sindrom Behcet

Hipopion merupakan salah satu gejala yang termasuk dalam sindrom behcet. Sindrom

ini terdiri dari trias yang meliputi inflamasi ocular, ulkus oral dan ulkus genital Manifestasi

infestasi ocular terbanyak adalah berupa hipopion.

2.3.5 Rifabutin

Merupakan terapi profilaksis untuk Mycobacterium avium complex (MAC) pada

penderita dengan HIV-aids. Uveitis merupakan efek samping yang dapat terjadi pada

pemakaian Rifabutin. Selang waktu antara mulainya terapi rifabutin den munculnya hipopion

berkisar antara 2 minggu hingga 7 bulan.

2.3.6 Trauma

Corpus alienum, toxic lens syndrome, post operasi dengan infeksi sekunder.

2.3.7 Penyebab non infeksius

Selain sindrom Behcet dan penyakit lain yang mendasari hipopion antara lain sistemik

lupus eritomatosus (SLE), limfoma, leukemia, sarkoidosis. Selain itu, hipopion juga dpat

muncul sebagai salah satu dari TASS (Toxic Anterior Segment Syndrome) yang dapat terjadi

setelah proses pembedahan. TASS muncul karena agen toksis non infeksius terkait proses

pembedahan, seperti:

OVD (Ophthalmic Viscosurgical Devices)

Talcum pada sarung tangan

Salep mata topical

Perubahan pH dan osmolaritas cairan intraokuler

Detergen

Lidocain gel dan gel anstetik

Antiseptic topical

9

Page 10: hipopion

Kontaminan pada pemasangan IOL

Di samping hal tersebut, hipopion juga dapat muncul setelah injeksi intravitreal Triamsinolon

asetonid seperti pada pasien Uveitis.

2.4 Faktor resiko

Factor resiko terjadinya hipopion antara lain.:

· Pembedahan pada mata yang melibatkan manipulasi pada segmen anterior mata. Misalnya

pada PRK, LASIK (Laseer In Situ Keratomileusis), dan operasi ekstraksi lensa dengan

pemasangan IOL pada katarak ·Defek epithelial yang cukup luas

· Penggunaan kortikosteroid

· Pengguanaan bandage contact lens pasca bedah.

· Penggunaan flukonazol pada terapi infeksi oprtunistik MAC dengan Rifabutin.

2.5 Epidemiologi

Hipopion merupakan salah satu tanda atau gejala yang terjadi pada sindrom Behcet

yang terdiri dari trias berupa lesi pada mukosa oral, ulserasi pada genital dan iritis hipopion

terjadi pada 41% kasus keratitis bacterial.

2. 6 Patofisiologi

Struktur yang berhubungan dengan hipopion adalah iris dan badan siliar. Radang iris

dan badan siliar menyebabkan penurunan permeabilitas dari bloodaqueous barrier sehingga

terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam cairan aqueous, sehingga

memberikan gambaran hipopion. Hipopion juga dapat muncul sebagai manifestasi ocular

pada ALL sebagai hasil infiltrasi langsung sel leukemik akibat dari respon hematologis yang

abnormal terhadap infeksi oportunis.

10

Page 11: hipopion

Adanya pus di bilik mata depan biasanya memberikan gambaran lapisan putih.

Karena pus bersifat lebih berat dari cairan Aquous, maka pus akan mengendap dibagian

bawah bilik mata depan. Kuantitas dari hipopion biasanya berhubungan dengan virulensi dari

organism penyebab dan daya tahan dari jarinfan yang terinfeksi itu sendiri. Beberapa

organism menghasilkan pus lebih banyak dan lebih cepat seperti Pneumokokkus,

Pseudomonas aeruginosa, Streptokokkyus pyogene, dan Gonokokku. Hipopion yang

berwarna kehijauan biasanya disebabkan oleh infeksi Pseudomonas. Sedangkan hipopion

yang berwarna kekuningan bisanya disebabkan oleh jamur.

Hipopion pada ulkus fungal biasanya dapat terinfeksi karena jamur dapat menembus

membran Descemet. Bakteri memproduksi hipopion lebih cepat dari jamur sedangkan infeksi

virus tidak menyebabkan hipopion. Apabila ditemukan hipopion pada infeksi virus, biasanya

disebabkan adanya infeksi sekunder oleh bakteri.

2. 7 Manifestasi Klinis

Gejala subyektif yang biasanya menyertai hipopion adalah rasa sakit, iritasi, gatal dan

fotofobia pada mata yang terinfeksi. Beberapa mengalami penurunan visus atau lapang

pandang, tergantung dari beratnya penyakit utama yang diderita.

Gejala obyektif biasanya ditemukan aqueous cell and flare, eksudat fibrinous, sinekia

posterior dan keratitis presipitat.

2. 8 Diagnosis

Diagnosis hipopion ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan menggunakan

slit lamp. Pada anamnesa, ditanyakan adanya riwayat infeksi, pemakaian lensa kontak,

trauma, pemakaian obat serta riwayat operasi.

11

Page 12: hipopion

Pada pemeriksaan dengan slit lamp, ditemukan lapisan berwarna putih yang bersifat

opaque pada bagian inferior dari bilik mata depan. Jarang sekali hipopion ini ditemukan pada

bagian lain dari bilik mata depan. Aspirasi jarum pada bilik mata depan oleh oftalmologis

dapat dibutuuhkan untuk mengidentifikasi organisme penyebab pada infeksi yang resisten.

Hipopion biasanya dinilai berdasarkan tingginya, diukur dari dasar bilik mata depan

dengan satuan milimeter. Atau bisa juga dengan hitungan kasar, misalnya. ringan, moderat,

setengah bilik mata depan dan seluruh mata depan.

Anamnesis

Gejala subyektif yang biasanya menyertai hipopion adalah rasa sakit, iritasi, gatal dan

fotofobia pada mata yang terkena. Ada juga pasien yang mengalami penurunan ketajman

penglihatan, fotofobia, dan penyempitan lapang pandang. Keluhan bergantung pada parahnya

penyakit yang mendasari. Kelopak mata dapat bengkak dan terdapat kemosis pada infeksi

yang berat.

Pemeriksaan

Gejala obyektif biasanya ditemukan aqueous cell and flare, eksudat fibrinous, sinekia

posterior dan keratitis presipitat. Pada pemeriksaan dengan slit lamp, ditemukan lapisan

bewarna putih pada bagian inferior dari bilik mata depan. Hipopion biasanya dinilai

berdasarkan tingginya, diukur dari dasar bilik mata depan dengan satuan millimeter, warna,

keutuhan kornea, posisi, dan kekentalannya. Atau dapat juga dengan hitungan kasar,

misalnya ringan, moderat, setengah bilik mata depan dan seluruh mata depan. Menurut posisi,

hipopion dapat muncul sebagai inverse hypopyon.

Cara terbaik untuk menilai hipopion adalah dengan terlebih dahulu meminta pasien

duduk beberapa saat supaya hipopion dapat mengendap sempurna. Selanjutnya pasien

diminta melihat ke bawah dan sinar diarahkan dari bagian atas-depan iris.

12

Page 13: hipopion

Hipopion dapat timbul sebagai manifestasi klinis dari TASS yang teridir dari tanda

dan gejala:

Penurunan tajam penglihatan

Edema kornea

Hipopion

Pupil fixed

Hipopion dapat muncul sebagai tanda endoftalmitis infeksi maupun steril karena

injeksi Triamsinolon intravitreal. Endoftalmitis memerlukan penanganan emergensi

sedangkan hipopionsteril dapat hilang tanpa tatalaksana apapun. Karena itu, keduanya harus

dibedakan dengan Head Tilt test. Tes ini dilakukan dengan merubah posisi kepala penderita

dari tegak menjadi miring ke lateral. Setelah itu dilakukan penilaian sebagai berikut:

Pada hipopion karena endoftalmitis infeksi, cairan putih pada bilik mata depan tidak

berubah posisi atau berubah posisi sangat lambat

Pada hipopionoleh inflamasi steril, terdapat perubahan posisi cairan pada BMD.

2. 9 Diagnosa Banding

Hipopion harus dibedakan dari:

2.9.1 Pseudohipopion

Pseudohipopion ditemukan pada retinoblastoma, injeksi steroid okular dan ghost cell

glaucoma. Pseudohipopion termasuk dalam kelompok sindrom masquerade. Untuk

membedakan harus dilakukan pemeriksaan dengan pupil yang telah dilebarkan dengan

midriatik. Sindrom Masquerade disebabkan oleh iridoskisis, atrofi iris esensial, limfoma

maligna, leukemi, sarkoma sel retikulum, retinoblastoma, pseudoeksfoliatif dan tumor

metastasis.

13

Page 14: hipopion

2.9.2 Ghost Cell Glaucoma

Merupakan glaukoma sekunder sudut terbuka dimana trabecular meshwork

mengalami obstruksi oleh sel darah merah yang terdegenerasi, disebut “ghost cells”.

Biasanya didahului oleh trauma.

2.9.3 Metastase

Merukapan suatu adanya metastasis, dimana metastasis tersebut menuju ke bilik mata

depan, misalnya dari leukemia dan Ca mammae.

2.10 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipopion tergantung dari ringan atau beratnya penyakit yang

mendasarinya. Sel darah putih biasanya akan di reabsorpsi. Tetapi bila hipopion memberikan

gambaran yang berat seperti pada Endoftalmitis dan tidak memberikan resppon terhadap

pemberian kortikosteroid maka bisa dilakukan Anterior Chamber Parecentesis yang juga

memiliki manfaat diagnostik.

Parasentesis diagnostic dilakukan dengan cara:

1. Aplikasi anestesi topical pada kornea dan cul de sac konjungtiva

14

Page 15: hipopion

2. Sterilisasi dengan povidone iodine 5%

3. Mata distabilkan dengan forsep\

4. Parasentesis dilakukan sebanyak 0,1-0,2mL dengan menggunakan jarum tuberculin 25G

atau 30G dengan hati-hati agar tidak melukai lensa.

Hasil aspirasi cairan BMD tersebut dapat dipakai untuk berbagai keperluan diagnostic

terutama untuk mengetahui mikroorganisme penyebab yang mungkin terlibat sehubungan

dengan penentuan antibiotic atau antifungi yang kan digunakan utnuk terapi.

Pada kasus hipopion yang berat, terutama dengan disertai peningktan TIO, maka

dilakukan parasentesis dengan slit llamp atau posisi supine menggunakan pisau V-lance 20

G. Indikasi parasentesis ini adalah sebagai berikut22:

· Hifema total tanpa adanya tanda absorbs setelah beberapa hari

· Ulkus kornea yang tidak respons terhadap terapi konvensional

· Hipopion dengan disertai gloukoma sekunder

· Gloukoma sekunder karena katarak hipermatur, katarak traumatic dan iridosiklitis.

Penanganan hippopion membutuhkan konsultasi segera ke spesialis mata. Penangan

dapat berupa drainase, antibiotic topical, intravitreal, maupun parenteral. Terapi yang lebih

spesifik biasanya bergantung dari penyakit utama yang menyebabkan hipopion.

Terapi yang lebih spesifik biasanya tergantung dari penyakit utama yang

menyebabkan hipopion. Apabila terjadi inflamasi, dapat diberikan kortikosteroid. Anti

inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan dosis sebagai berikut:

Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1%.

Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler

Dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml)

Prednisolone succinate 25 mg (1 ml)

Triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml)

15

Page 16: hipopion

Methylprednisolone acetate 20 mg

Cycloplegic dapat diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dengan

memobilisasi iris, mencegah terjadinya perlengketan iris dengan lensa anterior (sinekia

posterior), yang akan mengarahkan terjadinya iris bombe dan peningkatan tekanan

intraocular, menstabilkan blood-aqueous barrier dan mencegah terjadinya protein leakage

(flare) yang lebih jauh. Agent cycloplegics yang biasa dipergunakan adalah atropine 0,5%,

1%, 2%, homatropine 2%, 5%, Scopolamine 0,25%, dan cyclopentolate 0,5%, 1%, dan 2%.8

Bila didapatkan infeksi sekunder seperti yang terjasi setelah trauma kornea, diberikan

terapi sesuai penyebab. Infeksi oleh bakteri dengan gentamisin. Infeksi sekunder pada kornea

oleh jamur lebih sulit diterapi secara topical karena antifungi yang efektif tidak banyak,

bioavailibilitas rendah, toksisitas okuler tinggi dan kemampuan menembus kornea intak yang

kurang.

Hipopion yang muncul akibat keratitis fungal dapat diterapi dengan Natamicyn

topical dan bila tidak berhasil maka dapat diberikan Amfoterisin B intrakameral. Hipopion

pada ulkus karena jamur membutuhkan waktu lebih lama untuk terbentuk, kental, bewarna

kekuningan dan mengandung jamur. Penanganan hipopion pada ulkus kornea pada dasarnya

adalah sama dengan ulkus lain dan seharusnya ditangani sebagai suatu kegawatan. Pasien

MRS dan diberi antibiotic tetes atau dapat pula injeksi antibiotik subkonjungtival. Bila

memungkinkan, bandage lens dan occusert juga digunakan. Semua kasus hipopion

seharusnya mendapat terapi Atropin sulfat 1% dalam bentuk salep. Secara garis besar,

penanganan hipopion pada ulkus kornea berupa:

· MRS

· Atropinisasi

· Kombinasi sinergis dua antibiotic berspektrum luas dalam bentuk tetes mata

· Corneal scrapping

16

Page 17: hipopion

· Bila etiologi telah diketahui secara pasti, maka antibiotic diganti dengan pengobatan yang

sesuai dengan kausanya.

2. 11 Komplikasi Klinis

Komplikasi hipopion dapat berupa endoftalmitis kronik dan kehilangan penglihatan secara

permanen. Selain itu struktur dari hipopion yang mengandung fibrin, merupakan reaksi tubuh

terhadap inflamasi. Tetapi fibrin-fibrin ini dapat menyebabkan terjadinya perlengketan antara

iris dan lensa (sinekia posterior) Bila seluruh pinggir iris melekat pada lensa disebut seklusio

pupil, sehingga cairan dari cop tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke coa, iris terdorong

ke depan, disebut iris bombe dan menyebabkan sudut coa sempit sehingga timbul glaukoma

sekunder. Peradangan di badan silier dapat juga menyebabkan kekeruhan dalam badan kaca

oleh sel-sel radang, yang tampak sebagai kekeruhan seperti debu. Peradangan ini

menyebabkan metabolisme lensa terganggu dan dapat menimbulkan kekeruhan lensa, hingga

terjadi katarak.

Pada kasus yang sudah lanjut, kekeruhan badan kaca pun mengalami jaringan

organisasi dan tampak sebagai membrana yang terdiri dari jaringan ikat dengan

neovaskularisasi yang berasal dari sistem retina, disebut retinitis proliferans. Bila membrane

ini mengkerut, dapat menarik retina sehingga robek dan cairan badan kaca masuk kedalam

celah retina potensial melalui robekan tersebut sehingga mengakibatkan ablasi retina. Bila

membrana ini mengkerut, dapat menarik retina sehingga robek dan cairan badan kaca melalui

robekan itu masuk ke dalam celah retina potensial dan mengakibatkan ablasi retina.

17

Page 18: hipopion

2.12 Prognosis

Hipopion adalah gejala klinis yang muncul sebagai suatu respon inflamasi yang berat.

Sel darah putih dapat diserap sendiri atau diabsorpsi sepenuhnya. Tetapi prognosis

bergantung pada proses yang mendasari (penyakit) dan komplikasi yang dapat terjadi.

18

Page 19: hipopion

BAB 3. KESIMPULAN

Hipopion didefinisikan sebagai pus steril yang terdapat pada bilik mata depan yang

terlihat sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan. · Hipopion

merupakan reaksi inflamasi di bilik mata depan. Karena itu semua penyakit yang

berhubungan dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya hipopion.

Etilogi hipopion merupakan proses inflamasi baik karena trauma, bedah, penyakit

infeksi lain yang ,mendasari baik lokal seperti keratitis, ulkus kornea, uveitis, dan

endoftalmitis maupun infeksi sistemik, serta agen toksik non infeksi dan penyakit non infksi

lain seperti sindrom behcet. Faktor resiko timbulnya hipopion antara lain riwayat infeksi

mata, riwayat trauma dan pembedahan.

Patofisiologi struktur yang berhubungan dengan hipopion adalah iris dan badan siliar.

Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan permeabilitas dari blood-aqueous

barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam cairan aqueous,

sehingga memberikan gambaran hipopion.

Diagnosa hipopion ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan menggunakan

slit lamp, serta pemeriksaan penunjang lain terkait penyakit lain yang mendasari terjadinya

hipopion. Diagnosis banding hipopion berupa pseudohipopion (merupakan tanda

keganasan), Ghost cell gloucoma, dan metastase.

Penatalaksanaan hipopion biasanya tergantung dari jenis dan derajat penyakit yang

mendasarinya. Bila proses inflamsi akut sudah diatasi, biasanya hipopion akan direabsorpsi.

Tetapi bila hipopion memberikan gambaran yang berat seperti pada endoftalmitis, maka

dapat dilakukan parasentesis.

Komplikasi hipopion dapa berupa endoftalmitis kronik dan kehilangan penglihatan

secara permanen. Apabila berkelanjutan, hipopion dapatmmenyebabkan komplikasi berupa

19

Page 20: hipopion

glaukoma sekunder, katarak, retinitis proliferans dan pada kasus yang berat dapat

menyebabkan ablasi retina.

Prognosa dari hipopion bergantung pada proses yang mendasari dan komplikasi-

komplasi yang sudah munculdari penyakit yang menjadi keluhan utama.

20

Page 21: hipopion

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993

2. Ilyas, Sidarta. DSM. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2001.

3. Ilyas S. Tukak (Ulkus) Kornea. Dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI,

Jakarta, 2010. 159-167

4. Vaughan, Daniel., Riordan-Eva, Paul., Asbury, Taylor. 2004. Vaughan & Ashbury’s

General Opthalmology. New York: McGraw-Hill Professional

5. Prajna dan Rathinam. 2007. Hypopion in Leprosy Uveitis. J Postgrad Med vol 53:46-47

6. Wang, Hsin-Hui, dkk. 2007. Rifabutin-induced Hypopion Uveitis in Patients with AIDS

Infected with Mycobacterium avium Complex. J Chin Med Assoc. Vol 70(3):136-138

21