hikmah ibadah haji

12
7 Hikmah dari ibadah haji Ibadah haji adalah rukun islam yang kelima sekaligus yang terakhir, dan ibadah ini di lakukan di tanah suci atau bisa di bilang di mekkah. ibadah ini di lakukan jika kita mampu, mampu dalam hal materi dan juga kesehatan karena jika kesehatan kita terganggu maka kita tidak di izinkan pergi ke mekkah itu karena perjalanannya yang cukup jauh dan lama. Di bawah ini 7 hikmah dari ibadah haji 1. Menjadi tetamu Allah Kaabah atau Baitullah itu dikatakan juga sebagai 'Rumah Allah'. Walau bagaimana pun haruslah difahami bahawa bukanlah Allah itu bertempat atau tinggal disitu. Sesungguhnya Allah itu ada dimana mana. Ia dikatakan sebagai 'Rumah Allah' kerana mengambil apa yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim a.s. oleh yang demikian orang yang mengerjakan haji adalah merupakan tetamu istimewa Allah. Dan sudah menjadi kebiasaan setiap tetamu mendapat layanan yang istimewa dari tuan rumah. Rasulullah bersabda: "Orang yang mengerjakan haji dan orang yang mengerjakan umrah adalah tetamu Allah Azza wa jalla dan para pengunjung-Nya. Jika mereka meminta kepada-Nya nescaya diberi-Nya. Jika mereka meminta ampun nescaya diterima-Nya doa mereka. Dan jika mereka meminta syafaat nescaya mereka diberi syafaat." (Ibnu Majah) 2. Mendapat tarbiah langsung daripada Allah Di kalangan mereka yang pernah mengerjakan haji, mereka mengatakan bahawa Ibadah Haji adalah kemuncak ujian daripada Allah s.w.t. Ini disebabkan jumlah orang yang sama-sama mengerjakan ibadah tersebut adalah terlalu ramai hingga menjangkau angka jutaan orang. Rasulullah bersabda: "Bahwa Allah Azza wa jalla telah menjanjikan akan 'Rumah' ini, akan berhaji kepadanya tiap-tiap tahun enam ratus ribu. Jika kurang nescaya dicukupkan mereka oleh Allah dari para malaikat." Sabda Rasulullah laga, "Dari umrah pertama hingga umrah yang kedua menjadi penebus dosa yang terjadi diantara keduanya,sedangkan haji yang mabrur (haji yang terima) itu tidak ada balasannya kecuali syurga." (Bukhari dan Muslim) 3. Membersihkan dosa Mengerjakan Ibadah Haji merupakan kesempatan untuk bertaubat dan meminta ampun kepada Allah. Terdapat beberapa tempat dalam mengerjakan ibadah haji itu merupakan tempat yang mustajab untuk berdoa dan bertaubat. Malah ibadah haji itu sendiri jika dikerjakan dengan sempurna tidak dicampuri dengan perbuatan-perbuatan keji maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya sehingga ia suci bersih seperti baru lahir ke dunia ini. Rasulullah bersabda:

Upload: taufik-rahman

Post on 12-Apr-2017

485 views

Category:

Social Media


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hikmah ibadah haji

7 Hikmah dari ibadah haji

Ibadah haji adalah rukun islam yang kelima sekaligus yang terakhir, dan ibadah ini di lakukan di tanah suci atau bisa di bilang di mekkah. ibadah ini di lakukan jika kita mampu, mampu dalam hal materi dan juga kesehatan karena jika kesehatan kita terganggu maka kita tidak di izinkan pergi ke mekkah itu karena perjalanannya yang cukup jauh dan lama. Di bawah ini 7 hikmah dari ibadah haji

1. Menjadi tetamu Allah

Kaabah atau Baitullah itu dikatakan juga sebagai 'Rumah Allah'. Walau bagaimana pun haruslah difahami bahawa bukanlah Allah itu bertempat atau tinggal disitu. Sesungguhnya Allah itu ada dimana mana. Ia dikatakan sebagai 'Rumah Allah' kerana mengambil apa yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim a.s. oleh yang demikian orang yang mengerjakan haji adalah merupakan tetamu istimewa Allah. Dan sudah menjadi kebiasaan setiap tetamu mendapat layanan yang istimewa dari tuan rumah. Rasulullah bersabda: "Orang yang mengerjakan haji dan orang yang mengerjakan umrah adalah tetamu Allah Azza wa jalla dan para pengunjung-Nya. Jika mereka meminta kepada-Nya nescaya diberi-Nya. Jika mereka meminta ampun nescaya diterima-Nya doa mereka. Dan jika mereka meminta syafaat nescaya mereka diberi syafaat." (Ibnu Majah)

2. Mendapat tarbiah langsung daripada AllahDi kalangan mereka yang pernah mengerjakan haji, mereka mengatakan bahawa Ibadah Haji adalah kemuncak ujian daripada Allah s.w.t. Ini disebabkan jumlah orang yang sama-sama mengerjakan ibadah tersebut adalah terlalu ramai hingga menjangkau angka jutaan orang. Rasulullah bersabda: "Bahwa Allah Azza wa jalla telah menjanjikan akan 'Rumah' ini, akan berhaji kepadanya tiap-tiap tahun enam ratus ribu. Jika kurang nescaya dicukupkan mereka oleh Allah dari para malaikat." Sabda Rasulullah laga, "Dari umrah pertama hingga umrah yang kedua menjadi penebus dosa yang terjadi diantara keduanya,sedangkan haji yang mabrur (haji yang terima) itu tidak ada balasannya kecuali syurga." (Bukhari dan Muslim)

3. Membersihkan dosaMengerjakan Ibadah Haji merupakan kesempatan untuk bertaubat dan meminta ampun kepada Allah. Terdapat beberapa tempat dalam mengerjakan ibadah haji itu merupakan tempat yang mustajab untuk berdoa dan bertaubat. Malah ibadah haji itu sendiri jika dikerjakan dengan sempurna tidak dicampuri dengan perbuatan-perbuatan keji maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya sehingga ia suci bersih seperti baru lahir ke dunia ini. Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang melakukan Ibadah Haji ke Baitullah dengan tidak mengucapkan perkataan keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke negerinya dengan fitrah jiwanya yang suci ibarat bayi baru lahir daripada perut ibunya." (Bukhari Muslim)

4. Memperteguhkan imanIbadah Haji secara tidak langsung telah menghimpunkan manusia Islam dari seluruh pelusuk dunia. Mereka terdiri dari berbagai bangsa, warna kulit dan bahasa pertuturan. Hal ini membuka pandangan dan fikiran tentang kebenaran Al-Quran yang diterangkan semua dengan jelas dan nyata. Firman -Nya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal." (Al-Hujurat 13) "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainan bahasamu dan warna kulitmu." (Ar-Rumm 22)

5. Iktibar dari pada peristiwa orang-orang solehTanah suci Mekah adalah merupakan lembah yang menyimpan banyak rentetan peristiwa-peristiwa bersejarah. Diantaranya sejarah nabi-nabi dan rasul, para sahabat Rasulullah,para tabiin, tabi’ut tabiin dan salafus soleh yang mengiringi mereka. Sesungguhnya peristiwa tersebut boleh diambil iktibar atau pengajaran untuk membangun jiwa seseorang. Rasulullah bersabda: "Sahabat-sahabatku itu laksana bintang-bintang dilangit, jika

Page 2: Hikmah ibadah haji

kamu mengikut sahabat-sahabatku niscaya kamu akan mendapat petunjuk." Di antara peristiwa yang terjadi ialah:

Pertemuan di antara Nabi Adam a.s. dengan Siti Hawa di Padang Arafah.Siti Hajar dan Nabi Ismail ditinggalkan di tengah padang pasir yg kering kontang di antara Bukit Safa dan Marwah.

Pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. menyembelih Nabi Ismail sebagi menurut perintah Allah.

Nabi Ismail a.s. dan Nabi Ibrahim mendirikan Kaabah.

Lahirnya seorang anak yatim yang miskin dan serba kekurangan. Tidak tahu membaca dan menulis tetapi mempunyai akhlak yang terpuji hingga mendapat gelaran 'Al-Amin.

Medan Badar dan Uhud sewajarnya mengingati seseorang kepada kegigihan Rasulullah dan para sahabat menegakkan agama Allah.

6. Merasa bayangan Padang MahsyarBagi orang yang belum mengerjakan haji tentunya belum pernah melihat dan mengikuti perhimpunan ratusan ribu manusia yang berkeadaan sama tiada beda. Itu semua dapat dirasai ketika mengerjakan haji. Perhimpunan di Padang Arafah menghilangkan status dan perbedaan hidup manusia sehingga tidak dapat kenal siapa kaya, hartawan, rakyat biasa, raja atau sebagainya. Semua mereka sama dengan memakai pakaian seledang kain putih tanpa jahit. Firman Allah s.w.t: "Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah siapa yang paling taqwa." (Al-Hujurat-13)

7. Syiar perpaduan umat IslamIbadah Haji adalah merupakan syiar perpaduan umat Islam. Ini kerana mereka yang pergi ke Tanah Suci Makkah itu hanya mempunyai satu tujuan dan matlamat iaitu menunaikan perintah Allah atau kewajipan Rukun Islam yang kelima. Dalam memenuhi tujuan tersebut mereka melakukan perbuatan yang sama,memakai pakaian yang sama, mengikut tertib yang sama malah boleh dikatakan semuanya sama. Ini menggambarkan perpaduan dan satu hati umat Islam. Dan gambaran inilah yang semestinya diamalkan dalam kehidupan seharian umat Islam apabila mereka kembali ke negara asal masing-masing.

Referensi:http://haji.okezone.com/read/2011/12/12/398/541439/hikmah-ibadah-haji

Page 3: Hikmah ibadah haji

Kenapa jama’ah Haji berihram ? – Hikmah Ibadah Haji & Umrah (1)Posted by: siti sari September 2, 2014 in Artikel, Haji, Umrah

Rasulullah SAW pernah bersabda tentang jenis-jenis haji pada akhir zaman, “Pada akhir zaman nanti, manusia yang keluar (dari rumahnya untuk) melaksanakan ibadah haji terdiri atas empat macam (manusia). Para pejabat haji untuk berpesiar, pedagang untuk berniaga, orang miskin untuk mengemis, dan ulama untuk memperoleh kebanggaan.”

Melihat realitas muslim zaman sekarang, hadits ini ada benarnya. Sadar atau tidak, ada segelintir orang yang kurang ‘berniat’ karena Allah saat melakukan ibadah ini. Semoga kita termasuk orang-orang yang berniat pergi Haji karena Allah SWT semata. Untuk melakukan niat mendekatkan diri pada-Nya, sangat diperlukan akan pemahaman dan penghayatan akan ibadah ini. Ritual haji seperti Tawaf, Sa’I, atau memakai kain ihram tampak diluar rasional manusia. sehingga yang dibutuhkan bagi kita sebagai manusia yang lemah adalah percaya. Percaya kepada Allah, berserah diri kepada Allah, dan yakin bahwa ritual-ritual ibadah Haji memiliki pelajaran dan peringatan bagi pelakunya menuju kebenaran.

Kita selalu melihat bagaimana Ka’bah dikunjungi oleh berjuta-juta umat islam. Manusia terlihat sangat kecil di depan Ka’bah, bak sebutir pasir di padang pasir. Pernahkah kita berfikir bagaimana para jama’ah haji melakukan tawaf ditengah-tengah manusia ?. melakukan ibadah Haji bukan hanya menitikberatkan masalah ketuhanan, yaitu Allah dan kita (manusia). Namun juga memiliki makna pelajaran dan peringatan akan hidup berkemanusian yang lebih baik. Melakukan ibadah haji dengan sempurna diperlukan fisik yang sehat, mental yang lapang, dan jiwa rohani yang khusyuk hanya kepada Allah SWT. Untuk itu, sebaiknya kita mengetahui hikmah-hikmah dalam rukun haji :

1. Hikmah Kain Ihram

Pakaian ihram berwarna putih ini memiliki makna persamaan nilai kemanusiaan yang tidak membedakan antara satu dengan yang lain. Tidak melihat latar belakang status social ekonomi yang berbeda. Oleh karena itu, kita selayaknya bersikap tenggang rasa dan sadar membutuhkan orang lain.

Pakaian melambangkan pola, status, dan perbedaan tertentu pada setiap individu. Kita seringkali menilai seseorang dari pakaiannya. Itu berarti, pakaian tidak hanya melindungi dan memperindah tubuh. Namun, juga memberi kesan kepribadian diri. Dengan mengganti pakaian ihram, memberi pengaruh psikologis membuang sifat kejam dan licik sehingga hidup semakin bahagia.

Jadi ihram sebagai tanda kesucian dan siap diri untuk melaksanakan ibadah haji. Memakai kain ihram disertai larangan-larangan yang wajib dipatuhi. Dengan begitu, hikmah yang diambil adalah kepatuhan, kepasrahan, dan kerendahan hati kepada Allah SWT sebagai sikap seorang muslim.

2. Hikmah Tawaf

Tawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad pula. Ka’bah merupakan pusat ibadah kita. Putaran Tawaf sebanyak 7 kali merupakan cerminan rotasi bumi terhadap matahari yang menyebabkan pergantian siang dan malam hari. Dengan kita lain, kita dapat menangkap pesan waktu yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin, seperti dalam firman Allah dalam surah

Page 4: Hikmah ibadah haji

al-‘Ashr. Ketika melakukan ritual ini, perbanyak berdzikir dan berdoa kepada Allah, dekatkan diri kepada Allah, mengoreksi perilaku yang pernah dilakukan, sehingga berusaha tidak menyia-nyiakan waktu di dunia.

Hikmah Tawaf lainnya adalah menumbuhkan persaudaraan dan sikap solidaritas. Ketika Tawaf, jama’ah berusaha melakukannya dengan khusyuk dan membaca puji-pujian kepada Allah dan Rasulullah, berdoa, dan berusaha tidak menyakiti orang lain. Pikiran yang hanya mengingat kepada Allah membuat jama’ah merasa berjumpa dengan-Nya. Jama’ah akan bertemu dengan manusia-manusia dari berbagai Negara dan suku, tentu saja hal ini adalah sebuah pembelajaran. Tawaaf memberikan kesan kebersamaan menuju satu tujuan yang sama. Jama’ah akan bertemu dengan orang paling baik atau sebaliknya bertemu dengan orang paling jahat. Namun, jama’ah harus bisa mengendalikan emosi dan nafsunya. Saat Tawaf, jama’ah akan bersimpuh dihadapan Allah dan merendah pasrah kepada-Nya, Sang Mahakaya. Untuk kesempurnaan, jama’ah sebaiknya melakukan Tawaf fisik dan hati. Kerinduan pada Rumah Allah terus berlanjut hingga jama’ah tiba di tanah air. Kerinduan untuk diundang kembali di Rumah-Nya.

Dalam Kitab Usfuriah dikisahkan bahwa ketika Allah hendak menjadikan khalifah di muka bumi, para malaikat bertanya, “akankah Engkau ciptakan makhluk yang akan merusak di sana dan mengalirkan darah ? Padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji kebesaran-Mu.” Mendengar ucapan malaikat itu, Allah murka. Dia berfirman, “Aku tahu apa yang tidak kalian ketahui.” Maka gentarlah malaikat, lalu mereka bertawaf mengelilingi ‘Arasy’ tujuh kali.

Ja’far al-Shadiq, tokoh besar dalam dunia tasawuf, berpesan kepada para jama’ah haji, “Bertawaflah dengan hatimu bersama para malaikat di sekitar Arasy, sebagaimana kamu bertawaf dengan jasadmu bersama manusia di sekitar Baitullah. Keluarlah dari kelalaianmu dan dari kegelinciranmu ketika engkau keluar ke Mina. Janganlah mengharapkan apa pun yang tidak halal dan tidak layak bagimu.”

Rujukan :

Segala Hal tentang Haji dan Umroh, Erlangga

Mustofa W Hasyim dan Ahmad Munif, 1999, Cet. 3, Haji sebuah perjalanan Air Mata, Yogjakarta: Yayasan Bentang Budaya

Jonih Rahmat, 2012, Cet. 3, Malaikat Cinta, Jakarta: PT. Gramedia

DR. M. Dien majid, 2008, Berhaji di Masa Kolonial, Jakarta : CV. Sejahtera

Page 5: Hikmah ibadah haji

MEMAHAMI MAKNA SIMBOL-SIMBOL IBADAH HAJI DAN MENGAKTUALISASIKAN (Edisi 5) MEMAHAMI  MAKNA SIMBOL-SIMBOL IBADAH HAJI DAN MENGAKTUALISASIKAN

 A. MUKADDIMAH

Dewasa ini, ibadah haji menjadi ibadah primadona dan dambaan bagi setiap muslim di seluruh dunia. Bagaimana tidak? Indonesia, meskipun telah dilanda krisis financial beberapa tahun terakhir ini, namun jumlah peminat calon jamaah haji semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data resmi Departemen Agama RI tahun ini, jumlah calon jamaah haji tidak kurang dari 221 ribu. Ini merupakan jumlah terbanyak dibandingkan tahun-tahun sebe-lumnya. Bahkan menurut informasi jumlah calon jamaah yang tercatat sebagai calon daftar tunggu (waiting list) jumlahnya jauh lebih besar beberapa kali lipat dikomparasikan dengan jamaah yang berangkat tahun ini, 2010. Ini semua membawa konsekwensi logis, bahwa peminat baru calon haji, harus menunggu 4 hingga 5 tahun yang akan  datang.  Jumlah  tersebut  di  atas  belum termasuk jama’ah non pemerintah dan jamaah ibadah umrah yang diberangkatkan setiap bulan oleh Biro-biro perjalanan haji dan umrah.

Sebagai bangsa Indonesia, tentunya kita merasa senang  dan  gembira  karena  banyak diantara saudara-saudara kita, setanah air mendapatkan panggilan melalui seruan dan do’a nabi Ibrahim as yang diabadikan dalam Al Qur’an surat Al Haj: 27-28. “Dan berserulah kepada  manusia  untuk mengerjakan  haji,  niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak”.

Namun demikian, kita juga berharap kepada para tamu-tamu Allah itu (Dzuyufurrahman) setelah mereka kembali ke Indonesia bisa membawa perubahan-perubahan signifikan dan mampu mempengaruhi situasi dan kondisi sosial masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang beradab, bermoral tinggi dan berakhlaq mulia. Untuk mencapai   kesempurnaan   ibadah   haji dengan mendapat predikat haji mabrur memang diperlukan pemahaman yang komprehensif dan paripurna serta keikhlasan.

Para calon jamaah haji, sebaiknya tidak hanya memahami dan mengerti tentang syarat, rukun dan wajib haji saja, akan tetapi alangkah baiknya jika mereka memahami dan mengetahui sejarah dan makna simbol-simbol yang terkandung dalam ibadah haji. Dengan mengetahui dan memahaminya, diharapkan para hujjaj setelah pulang melaksanakan ibadah haji dapat mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam simbol-simbol tersebut.

Mengetahui  hikmah-hikmah  yang  terselip dalam setiap pelaksanaan ibadah haji memang bukan suatu persyaratan dan kewajiban bagi seorang calon jamaah haji, akan tetapi paling tidak, ia akan menjadi pelengkap kesempurnaan pelaksanaan ibadah haji itu sendiri. Diantara simbol-simbol yang terkandung dalam ibadah haji :

 Pertama, Pakaian Ihram

Memakai pakaian ihram merupakan salah satu rukun haji. Setiap orang yang ingin melaksa-nakan ibadah harus memakai kain ihram yang terdiri dari dua lembar kain putih tanpa jahitan. Apabila tidak memakainya, maka hajinya batal alias tidak sah.

Secara  etimologi  kata  ihram  berasal  dari Ahrama – yuhrimu – ihroman yang berarti mengharamkan, mengalahkan dan memasuki tanah suci. Oleh sebab itu, seorang yang sedang berpakaian ihram dalam melaksanakan haji diha-ramkan melakukan pelanggaran yang telah ditentukan oleh Allah dan RasulNya, seperti merusak tanaman / pohon, membunuh binatang, berkelahi dan melakukan tindakan lain yang dilarang oleh agama.

Dengan memahami makna simbol “pakaian ihram” diharapkan para hujjaj (orang yang telah

Page 6: Hikmah ibadah haji

menyandang gelar haji) setelah pulang dari tanah suci tidak lagi melakukan larangan-larangan agama atau dengan kata lain, para hujjaj seharusnya melarang dan mengharamkan dirinya dari perbuatan yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya seperti, korupsi, menyuap, berkelahi/tawuran, menghina orang, mendustakan rakyat, menghambur-hamburkan uang rakyat, dan sebagainya.

Kedua, Wukuf di Arafah

Wukuf di padang Arafah merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan ibadah haji. Saking pentingnya, sehingga Nabi saw berpesan kepada para sahabat : “Haji itu hanya di Arafah” (HR. Lima orang ahli hadits). Dan dalam riwayat lain : “Barang siapa yang ketinggalan di Arafah pada malam (10 bulan haji) maka batal hajinya”. (HR. Darulqutni).

Padang Arafah merupakan gambaran miniatur padang Mahsyar, tempat dikumpulkan umat manusia dihari kiamat, sejak dari nabi Adam as hingga umat akhir zaman untuk dimintai pertang-gungjawaban mereka selama hidup di dunia.

Menurut penuturan Al Qur’an surat Taha : 125-126 dan Al Isra’ : 97 dan riwayat yang lain bahwa manusia ketika dibangkitkan dari alam qubur dan dikumpulkan di Padang Mahsyar, rupa mereka sesuai dengan amalan mereka di dunia. Diatara mereka ada yang buta, bisu, tuli dan menyerupai binatang.

Untuk itu, kita khususnya para hujjaj hen-daknya bertafakkur dan merenungkan makna simbol wukuf di Padang Arafah. Dan tidak kalah penting, untuk mengingat cuplikan khutbah Nabi saw pada haji wada’ (haji terakhir nabi). “Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya Tuhanmu satu dan nenek moyangmu satu, kalian berasal dari Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. Orang yang paling Mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian”.

Ketiga, Melempar Jumrah

Melempar jumrah atau kerikil merupakan salah) satu dari tiga wajib haji. Menurut riwayat yang shahih bahwa ketika Nabi Ibrahim as disuruh Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail as syaitan selalu menggoda agar Nabi Ibrahim as mengurung-kan niatnya. Oleh sebab itu, Nabi Ibrahim melemparnya dengan batu beberapa kali sehingga syaitan tersebut lari menjauh.

Hikmah apa yang bisa kita petik dari pelajaran Nabi Ibrahim as tersebut di atas. Bagi seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji, seharusnya mampu melempar dan membuang sifat-sifat jahat yang dimiliki syaitan seperti berbuat keji dan mungkar. Hal ini telah dijelaskan dalam Al Qur’an

Surat  Nur ayat 21: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar”.

 Keempat, Sa’i (Lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah)

Menurut bahasa, Sa’i berasal dari kata Sa’aa-yas’aa-sa’yan yang berarti bertindak, berbuat, berusaha (berikhtiar), sedangkan Shafa berarti suci, bersih dan Marwah berarti santun. Kalau kita gabungkan dari ketiga kata tersebut di atas, maka memiliki makna bertindak, berbuat dan berusaha dengan cara yang bersih dan santun untuk mendapatkan sesuatu.Menurut sejarah, Sa’i dari bukit Shafa dan Marwah dilakukan pertama kali oleh Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim as. Pada saat itu, ia ingin mendapatkan air untuk anaknya, Ismail yang sedang menangis. Setelah 7 kali bolak-balik antara Shafa dan Marwah baru mendapatkan air tersebut.

PENUTUP

Setelah mengetahui dan memahami makna simbol-simbol yang terkandung dalam ritual ibadah haji, sepantasnya bagi para hujjaj memiliki sifat-sifat yang terpuji dan mengaplikasikan nilai-nilai ritual ibadah haji dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian ia akan mendapatkan predikat sebagai haji mabrur. Bukan hanya sekedar gelar “Pak Haji” atau “Bu Haji”

Wallahu’alam bishowab.

Oleh : DR. H. MARWAZI, M.Ag.

Page 7: Hikmah ibadah haji

Tawaf – Makna dan Hikmah Yang Terkandung DidalamnyaIbadah haji maupun umroh merupakan ibadah fisik, namun demikian banyak makna kebaikan yang tersirat maupun yang tersurat yang bisa kita ambil dalam pelaksanaan ibadah ini. Sungguh sangat disayangkan apabila kita tidak mampu mengambil hikmah dan pelajaran dalam setiap prosesi ritual yang ada didalam rukun-rukun pelaksanaannya. Hanya lelah saja yang akan didapatkan dan kesia-siaan. Itulah mengapa Rasululloh pernah mengatakan dalam sabdanya yang terkenal…“Haji yang mabrur tiada lain balasan yang akan diperolehnya melainkan syurga.”

Di antara rukun-rukun ibadah haji, tawaf merupakan rukun yang tidak mudah ditangkap simbolisme yang terkandung di dalamnya. Bergerak mengelilingi Ka’bah tujuh kali, memiliki makna yang sangat dalam bagi hidup dan kehidupan setiap manusia dalam totalitas dimensinya, bukan hanya dalam konteks ritual atau kepentingan akhirat semata.

Tawaf, mengandung makna bahwa gerak hidup setiap manusia, bukanlah sekedar untuk hidup itu sendiri, melainkan segala gerak hidup itu terjadi dan menuju kepada Allah SWT. Allah SWT sebagai pusat pusaran gerak manusia, sebagai pusat orbit gerakan kehidupan manusia.

Secara singkat, simbolisasi dari tawaf berdasarkan pemaknaan di atas, adalah bahwa setiap manusia harus memiliki kesadaran yang kuat mengenai pemahaman yang benar dan lurus dari mana kehidupan ini berasal dan ke mana akan menuju, yaitu dari dan menuju Allah. Tawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran dimulai dan diakhiri dari Rukun Hajar Aswad, sedangkan Ka’bah berada disebelah kiri. Ka’bah adalah pusat/kiblat ibadah umat islam. Disinilah, di baitullah ini kita menjadi tamu Allah SWT.

Putaran tawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang dan malam, yang menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun. Subhanalloh…inilah kebesaran Allah SWT, semuanya bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi sudah menjadi sunnatullah.

Tawaf melambangkan nilai-nilai tauhid. Dalam tawaf manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mendekatkan diri kepada Allah SWT bukan hanya satu kali saja, tetapi berulang kali dan setiap waktu dalam kehidupan, sebagaimana dilambangkan dalam ibadah tawaf yang dilakukan tujuh kali putaran. Ini melambangkan agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah selama tujuh hari dalam seminggu, bermakna manusia harus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT setiap saat dan setiap hari dalam kehidupannya.

Tawaf tersebut dilakukan dengan penuh penghayatan akan kehadiran Allah SWT, berzikir , berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Ini melambangkan agar setiap manusia harus selalu beribadah kepada Allah SWT dengan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap hari, mengingat kepada-Nya, berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada-Nya.

Tidak ada hari yang lepas daripada ibadah, zikir, berdoa dan memohon ampun. Inilah kehidupan beribadah seorang muslim. Maksud tawaf ini sesuai dengan lafadz doa iftitah yang dilakukan dalam shalat “ inna shalaati wa nusukiy wamahyaaya wa mamaatiy lillahi robbil ‘alamiin “, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah SWT, Tuhan seluruh alam “.

Dalam tawaf, kita diwajibkan untuk mengucup Batu Hitam Hajar Aswad atau dengan cara memberi isyarat lambaian tangan ( istislam ) kepadanya, sebagaimana yang dilakukan oleh baginda Rasulullah S.A.W. Ini bermakna dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, umat Islam harus mengikuti sunnah dan contoh yang dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW.

Mengucup batu hitam tersebut juga merupakan lambang bahwa ibadah harus dilakukan dengan penuh kecintaan kepada Allah S.W.T. Ibadah dilakukan bukan untuk tujuan dunia, bukan tujuan sementara tetapi hanya dengan tujuan mengharapkan keridhaan Allah SWT dengan penuh rasa cinta kepada-Nya.

Tawaf adalah Wujud Ketaatan Seorang Hamba

Coba kita perhatikan, setiap benda tersusun dari atom. Termasuk tubuh kita. Atom terdiri atas sebuah inti atom dan beberapa elektron. Seluruh elektron di dalam atom bergerak mengelilingi inti atom persis seperti tawaf

Page 8: Hikmah ibadah haji

mengelilingi Ka’bah! Subahanallah! Jagad raya (makro cosmos) juga semua bertawaf mengelilingi pusatnya masing-masing. Bulan bertawaf mengelilingi bumi. Bumi bertawaf mengelilngi matahari. Matahari bertawaf mengelilingi pusat galaksi. Subhanallah! Semua makhluk yang ada di jagad raya ini bertawaf (taat) kepada Allah SWT. Ini adalah sunnatulloh yang telah diatur oleh-Nya.

Karena itu, saat anda melaksanakan tawaf, tekadkan dalam hati anda bahwa anda sedang dan akan terus melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Jika ini dilakukan, insyaAllah ritual rukun ibadah haji ini akan mengantarkan anda menjadi haji mabrur sehingga akan memberikan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan anda.

Manusia dan Jagad Raya Bertawaf Mengikuti Sunnatulloh

Dalam pelaksanaannya, tawaf dilakukan dengan cara mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, berjalan memutar berlawanan dengan arah jarum jam, mulai dari Hajar Aswad, sementara posisi Ka’bah berada disisi kiri. Pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak anda mengapa tawaf dilakukan dengan berjalan kekiri? Berlawanan dengan arah jarum jam? Mengapa posisi Ka’bah disebelah kiri orang-orang yang bertawaf? Apa makna dan hikmah yang terkandung dari semua itu?

Baiklah, untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya saya ajak anda untuk memperhatikan fakta yang terjadi di alam raya ini. Planet-planet termasuk matahari, berjalan pada rotasinya dengan berputar dari kanan ke kiri, terbalik dengan arah jarum jam. Bahkan, galaksi Bimasakti pun berjalan dari kanan ke kiri, elektron-elektron juga demikian.

Mari kita perhatikan juga fakta ilmiah yang terjadi didalam tubuh kita, darah bersirkulasi dari jantung ke seluruh tubuh dari arah kanan ke kiri. Jadi, alam raya seakan melakukan tawaf kepada Penciptanya. Tawaf adalah gerakan dan perputaran yang merupakan sunnatulloh yang berlaku di alam raya ini. Seluruh alam bertawaf dan bertasbih kepada Sang Pencipta, kemudian hal itu disebut gerak atau rotasi, itulah tawaf.

Allah SWT berfirman : “Tidak ada satu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka” (QS. Al Isra: 44)

Kita manusia dan bumi yang kita diami ini hanyalah satu bagian dari milyaran galaksi, semua itu ada di langit dunia. Allah SWT berfirman : “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.” (QS. Al Dzariyat: 47)

Semua langit berhubungan dengan langit sesudahnya seperti lingkaran di padang pasir. Begitu seterusnya sampai langit ketujuh. Setiap bintang dan planet memiliki galaksi dan rotasi ke arah kiri. Semua tidak pernah melampaui garis edarnya dalam berputar. Jarak antara bintang-bintang dan planet- planet sangat jauh.

Jarak antara bumi dan matahari sekitar 386 juta kilometer. Sedangkan jarak bulan dan bumi sekitar 150 juta kilometer. Jarak yang jauh ini tidak seberapa dibandingkan jarak yang ada di alam raya ini. Jarak antara satu bintang dan bintang yang lain diperkirakan sekitar empat tahun perjalanan cahaya. Sementara kecepatan cahaya adalah 360.000 kilometer/detik.

Jika dipikirkan, dengan tawaf seorang muslim berarti mengikuti irama alam semesta dan mengikuti malaikat yang tawaf di Baitul Ma’mur di langit ketujuh. Bisa jadi tawaf yang mengindikasikan perputaran waktu ini merupakan isyarat bagi jama’ah haji agar mengatur segala urusannya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyia-nyiakan waktu dengan tidak melepaskan diri sedetikpun dari pusat orbit kita yaitu Allah SWT.

Pandanglah bumi ini. Kita akan menyadari posisi kita dan akhirnya menyadari betapa kecilnya diri kita. Lihatlah planet dan galaksi, semua tampak begitu besar dan luas. Orang-orang yang berakal pasti akan berkata, “Bumi ini hanyalah noktah yang berenang di angkasa.” Ia pastilah akan berkata didalam hatinya “Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia.”

Seharusnya, semua itu dapat mendorong kita untuk tunduk dan merendahkan diri kepada Allah SWT. Seluruh alam semesta bertawaf menyembah Allah SWT dan kita bergerak bersamanya. Alam semesta pun tunduk kepada-Nya. Dalam tawaf kita mengikuti alam semesta menghadap Allah SWT. Kita berputar mengikuti aturan-Nya dalam irama sunnatulloh. Kita seharusnya juga berusaha mengikuti iramanya di bumi ini agar tidak terjadi ketimpangan di alam semesta dan lebih khusus lagi ketimpangan dalam perjalanan hidup kita.

Page 9: Hikmah ibadah haji

Dengan melakukan tawaf, kita harus dapat bertanya kepada diri sendiri sudahkah seluruh aktivitas kehidupan kita dalam tujuh hari mengikuti irama sunnatulloh ini sebagai wujud ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT? Jika belum, segeralah kembali kepada irama maha besar ini, agar hidup kita seimbang dan tidak berantakan.

Sebagaimana tawaf yang dilakukan sebanyak tujuh kali ini. Sudahkah kita dapat mendekatkan diri dan berzikir kepadaNya dengan penuh kecintaan dan mengharapkan keridhaan-Nya? Apakah pelaksanan aktivitas kehidupan dan ibadah yang kita lakukan selama ini masih disertai dengan riya’, dan tujuan mencari kesenangan dunia yang semu dan sementara?

Sudahkan hidup kita seluruhnya merupakan wujud daripada ibadah kepada Allah SWT atau hanya untuk mencari kepuasan dunia dan hawa nafsu semata? Apakah kerja yang kita lakukan, segala aktivitas yang kita laksanakan dalam kehidupan ini bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT ataukah tujuan yang lainnya? Segeralah renungkan pertanyaan-pertanyaan penting ini.

Seorang pemikir Islam dari Pakistan, Muhammad Iqbal dalam syairnya berkata : “ Rahasia Ka’bah adalah persatuan. Karena seluruh manusia menyatu dalam putaran. Untuk mengabdi dan menyembah Tuhan. Sebab agama hanya akan menjelma dalam dua cara, yaitu penyerahan diri dalam beribadah dengan menghayati kebesaran Tuhan di setiap saat “.

Mari kita renungkan Firman Allah SWT berikut ini:

Allah SWT berfirman: “Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah (garis edarnya), sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari dapat mendahuli bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang, masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS Yaasin ayat 39-40)

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron 190-191)

Maha benar Allah SWT dengan segala firman-Nya. Semoga kita dapat menghayati dan mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari prosesi tawaf yang dilakukan dalam ibadah haji maupun umroh ini agar kita selalu dekat dengan Allah SWT sebagai pusat orbit kita, sehingga kehidupan kita bisa seimbang sesuai dengan irama sunnatulloh jagad raya ini.

Aamiin Yaa Mujiibassailiin

3rd August 2014 12:41 pm Ahmad Wajidi Comments Off on Tawaf – Makna dan Hikmah Yang Terkandung Didalamnya