hidup dalam komunlt as penyembahan-...
TRANSCRIPT
HIDUP DALAm KOmUnlT AS
Penyembahan-Persembahan
Judul HIDUP DALAM KOMUNITAS PENYEMBAHAN-PERSEMBAHAN
Ahmad Rivai Harahap, Andreas A. Yewangoe, Anicetus B.
Sinaga, Anwar Tjen, Batara Sihombing, Bonar Hasudungan
Lumbantobing, Carry Nadeak, Darwin Lumbantobing,
Dirgos Lumbantobing, Djendi Kumar, D.M. Peter Lim,
Jadiaman Peranginangin, Jaharianson Saragih, Jan S.
Aritonang, Ihon P.E. Simorangkir, Jimmy Simangunsong,Iojor Resmi Mamita Lumbanbatu, [ontor Situmorang,
J.R. Hutauruk, Parluhutan Manalu, Patut Sipahutar, Rasid
Rachman, Ridwan Lubis, R.E. Nainggolan, Robinson
Rajagukguk, Sahat M. Lumbantobing, Tahir Widjaja, dan
Togar S. Simatupang
@ 2018 Forum Komunikasi dan Kajian Karunia
Penulis
Copyright
Penyunting Estomihi Hutagalung, Irvan Hutasoit, dan Ianter Lubis
Penyunting bahasa: Syarif Oppusunggu dan Dominggus J. Saekoko
Penata sampul
dan letak
Cetakan
ISBN
Tim YKBK
1.-2018
978-602-1006-46-7
Ayat-ayat Alkitab, kecuali ada catatan khusus, dikutip dari Alkitab
Perjanjian Lama (TB 1974) dan Alkitab Perjanjian Baru (TB edisi 2, 1997),© Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Sumber foto isi, Carry Nadeak dan Patut Sipahutar
Sumber Foto Sampul, Https:! lus-east.manta.joyent.com/condenast/public/cnt-services/production120
15/11/24/56549cc6659c4b4874865504_mu-cang-chai-vietnam-cr-getty.jpg
Penerbitan buku ini atas kerja sarna antara
Yayasan Komunikasi Bina Kasih dan
FORUM KOMUNIKASI DAN KAJIAN KARUNIA
Iln. Belanak VI No. 26-B, Iati Rawamangun, Jakarta 13200
Email: [email protected]; FB: FKK Karunia
HP/WA: 08119931977; 08161346475
YAYASAN KOMUNIKASI BINA KASIH[ln. Letjen. Suprapto 30 D-E, Cempaka Putih, Jakarta 10510TIp.: 021-4209586; E-mail: [email protected]: www.penerbitbinakasih.com(Anggota IKAPI DKI Jakarta)
,.,,
Daftar lsi
Kata Sambutan v
• Dr. Naek L. Tobing
• Pdt. Oberlin Siahaan, S. Th.
• Pdt. Willem T.P. Simarmata, M.A.
• Pdt. Sonia Parera-Hummel, M. Th,
• Pdt. Henriette Hutabarat Lebang
Daftar lsi xxv
Singkatan xxviii
Kata Pengantar xxix
Prakata , xxxiii
Bagian Pertama: EMPAT DEKADE PELAYANAN dan PEMIKlRAN
Kristalisasi Hidup dalam Penyembahan -PersembahanCarry Nadeak
Hidup dalam Komunitas Penyembahan-Persembahan• Pdt. Patut Sipahutar, M.Th.
3......................
26
Bagian Dua: BIBLlKA
Penyembahan -Persembahan Abraham• Pdt. Dr. [ontor Situmorang
89.................................................
Persembahan 105
• Bonar Hasudungan Lumbantobing
Persepuluhan = Wajib Memberi 10%? 124
• Pdt. Anwar Tjen, Ph.D.
Penyembahan dan Persembahan: Suatu Refleksi atasPerjumpaan Mesias dengan Zakheus 133
• Pdt. Dr. [adiaman Peranginangin
Sikap Penyembahan-Persembahan dalam PemberianDana Menurut Paulus 141
• Pdt. Dr. Batara Sihombing
xxvi HIDUP DALAM KOMUNITAS PENYEMBAHAN-PERSEMBAHANJ---.-- -~~- --~ --_._ - -_._--_._._---- _"-------- _---
Ibadah dan Persembahan yang Sejati Menurut
Roma 12:1-2 168• Pdt. Robinson Rajagukguk, MST., Th.M., Ph.D.
Bagian Tiga: HISTORlKA dan SISTEMATlKA
Salib dan Kebangkitan Kristus 205• Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe
Penyembahan-Persembahan dalam Konteks Pergumulan
Marthin Luther, 1483-1546 215• Pdt. Dr. [R. Hutauruk
Penyembahan dan Persembahan: Kajian Historis dan Teologis
Berdasarkan Tradisi Wesleyan 251• Pdt. Tahir Widjaja, M. tn.
"Mernberi dari Kekurangannya, Semua yang Dimilikinya":
Analisis Hubungan Penyembahan dan Persembahan di dalam
Sejarah GKPI 268• Pdt. Prof Dr. Jan S. Aritonang
Kelutheran Gereja-gereja Anggota LWF Indonesia dan SumbanganGKPI dalam Rumusan yang Lebih Eksplisit mengenai Hubungan
antara Taurat dan Injil 277• Pdt. lhon P.E. Simorangkir, D.Th.
Bagian Empat: LITURGI dan PRAKTlKA
Penyembahan dan Persembahan dalam Pemahaman
Gereja Ortodoks 303• Episkopos Dr. Parluhutan Afanaiu, M. Th., MMin.
Liturgi tentang Persembahan 328• Pdt. Dr. Rasid Racliman
Peranan Musik dan Liturgi Gereja dalam Penyembahan
dan Persembahan Iernaat 334• Pdt. Togar S. Simatupnng, M.7h.
Spiritualitas dan Korelasinya dengan Penyernbahan-
Persembahan .. 349• Pdt. Dr. [aharianson Saragil,
lDAFTAR
PersekutBerjema;
• Pd
Hidup P
kepada ~• Pa
Penyem• Pt
Penyem• - D
Puja Ba• H
PeranarKerukuPerspek
• D
Penyen• p
Gereja,dalamil
• 1
Peny;ej~Penghl
•
lDAFTAR lSI xxvii
Persekutuan Penyembahan-Persembahan: Pola HidupBerjemaat yang Kontekstual 361
• Pdt. Dirgos Lumbantobing M. Th.
Hidup Perempuan dalam Penyembahan dan Persembahankepada Tuhan 381
• Pdt. lojor Resmi Mamita Lumbanbatu, M. Th.
Bagian Lima: AGAMA-AGAMA dan MASYARAKA T
Penyembahan dan Persembahan: Tinjauan Sosiologi Agama• Prof Dr. Ridwan Lubis
Penyembahan-Persembahan dalam Agama Hindu 412• Djendi Kumar
Puja Bakti dan Berdana Fondasi Dasar Ajaran Buddha 431• Pdt. D.M. Peter Lim, 5.Ag, M.BA, M.Sc.
Peranan "Penyembahan- Persembahan" dalam OptimalisasiKerukunan U mat Beragama di Indonesia: Tinjauan dariPerspektif Islam 437
• Drs. Ahmad Rivai Harahap, MA.
Penyembahan-Persembahan dan Interreligious Prayer 455• Pdt. Jimmy Simangunsong, 5. Th.
Gereja di Tengah Pluralitas Agama: Dialog Umat Beragamadalam Pluralitas Agama 477
• Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing
Penyejahteraan Paskah bagi Habatakon: Terobosan terhadapPenghayatan Misi Kristen Baru 496
• Mgr. Dr. Anicetus B. Sinaga
Persembahan Warga Gereja di Tengah Masyarakat danBangsa 540
• Dr. R.E. Nainggolan
Korupsi Politik dan Kekudusan Sosial: Studi terhadap PerjuanganMakna Kekudusan Sosial John Wesley 550
• Pdt. Dr. Sahat M. Lumbantobing
Biodata Penulis 570
397
"Mernberi dari KekurangannSemua yang Dimilikinya"
Analisis Hubungan Penyembahan dan
Persembahan di dalam Sejarah GKPI
Pdt. Prof Dr. Jan S. Aritonang
Pengantar
Dari pengamatan sepintas, sebenarnya tidak ada perbedaan ~~.n...uuC1.-J
antara pemahaman GKPI dan gereja-gereja lain tentang penyemdan persembahan. Seperti kita baea pada Kisah Para Rasul mapada beberapa surat para rasul yang dimuat di PB, jemaat-jemaatten sejak berdiri telah biasa melakukan penyembahan (devosi,jaan, peribadahan) maupun memberi persembahan. Kebiasaan itu,masuk memadukan penyembahan dengan persembahan, berakar padaPL dan dilanjutkan oleh gereja-gereja Kristen pada umumnya sampaisekarang, walaupun istilahnya ataupun frekuensinya bisa berbeda-beda.
Tulisan keeil ini tidak akan membahas seluk-beluk penyembahandan persembahan di dalam Alkitab (PL maupun PB), karena sudah ada
sejumlah penulis dan tulisan lain yang mengkajinya. Di samping itu elimajalah Suara GKPI edisi Oktober dan November 2014 telah dimuatjuga dua buah tulisan, pemenang (juara I dan III kategori PenatualAwam) Lomba Karya Tulis dalam rangka Yubileum 50 Tahun GKPI,yang membahas seeara eukup lengkap seluk-beluk penyembahan danpersembahan di dalam Alkitab dan di dalam konteks globalisasi.' Juga
Drammes Lumbantobing, "GKPI sebagai Persekutuan Penyembahan dan Persembahan.
dalam Suara GKPI Oktober 2014, him. 44-50, dan Mangapul Halornoan Sibarani, "GKPI
sebagai Persekutuan Penyembahan dan Persembahan', dalam Suara GKPI November
,.........,, aupun 1akan diul.Idi dalan
termasuk. Itu p
tertulis. Dalarjenak situasi 1dan HKBP hi
pemahaman c
(
Gereja Kristehutar menjactusional buka90 % warga dBatak tentanjngaruh juga (nya. Karena i
tentang penyjenak pemah:
2014, him.
an yang m:
pernah dip
I jemaat. SeD
(Kis 2:47; F
2Biblika yan
Lihat a.!. U
Jakarta: BPBPK Gunu
Silas Press,
"',lY.LV~"~~ DARI KEKURANGANNYA, SEMUA YANG DIMILIKINYA" 269
akan dibahas seluk-beluk penyembahan dan persembahan diSejarah Gereja Umum, karena sudah diminta beberapa penulis
mengkaji hal ini di lingkungan Reformasi (Luther dan Calvin),
, dan Ortodoks.Kajian teologis, terutama tentang persembahan, yang bersifat teo-maupun praktis, yang sudah dihasilkan sejumlah penulis, juga ti-
oW< akan diulangi." Di sini hanya akan dikaji pemahaman dan praksisGKPI di dalam 50 tahun sejarahnya atas penyembahan dan persernbah-aU, termasuk latar belakangnya di lingkungan masyarakat Batak praKristen. Itu pun pastilah tidak lengkap, karena keterbatasan sumbertertulis. Dalam rangka penelusuran atas topik ini, akan dilihat juga se-jenak situasi bermasyarakat dan bergereja, khususnya di Tanah Batak,d~n HKBP hingga 1960-an, yang menjadi latar belakang dan kontekseemahaman dan praksis GKPI tentang dua hal itu .
.,:I;
Penyembahan dan Persembahandi Masyarakat dan Gereja-gereja Batak
iampai.-beda.ibahanahada
situ dilimuatnatua! .GKPl,
Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), tempat Pdt. Patut Sipa-hutar menjadi Bishop pada periode 2010-2015, secara forrnal-insti-tusional bukanlah Gereja Batak. Namun, dernikian, de facto lebih dari90 % warga dan pelayannya adalah orang Batak, sehingga pemahamanBatak tentang penyembahan dan persembahan sedikit-banyak berpe-ngaruh juga di GKPI, sama seperti di gereja-gereja Batak pada umum-~ya. Karena itu, sebelum kita mengkaji pemahaman dan praksis GKPItentang penyembahan dan persembahan, ada baiknya kita melihat se-jenak pemahaman orang Batak ten tang itu.
2014, hlm, 53-58. Di dalam tulisan O. Lumbantobing memang ada pernyataan/penjelas-an yang masih perlu dikaji lebih lanjut, yaitu: ': .. kata 'mernuji' atau 'mernuliakan' tidakpernah dipakai dalam PB sehubungan dengan penyembahan bersama dalam pertemuanjemaat. Semuanya dipakai dalam ibadah pribadi melalui ucapan syukur dan hidup saleh(Kis 2:47; Rm 15:5-6 ... dst)" Namun, hal itu tidak akan dibahas di sini; baiklah para ahli
Biblika yang menanggapi atau mengkajinya.Lihat a.1.Ulrich Beyer et a.l., Memberi dengan Sukacita= Tafsir dan Teologi Persernbahan-Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008); V. S. Azariah, Memberi secara Kristen (terj.) (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1982); dan Wayne Watts, Karunia Mempersembahkan (terj.) (Jepara:Silas Press, 1985).
270 Bagian Tiga: HISTORIKA DAN SISTEMA
Orang Batak-ketika masih menganut agama suku menyeDebata Mulajadi na Balan dan sejumlah dewata lainnya-sudahpaham dan terlatih melakukan penyembahan dan memberi persern .an. Ada beberapa istilah dan ungkapan menyangkut penyemngan kat a dasar samba: antara lain, samba-samba, manomba, mbahon, marsomba, parsombaonan, samba Debata, dan sombaon>melakukan ritual penyembahan, mereka juga membawa persem(mamele, pasahatpelean).
Ketika gereja-gereja Batak terbentuk (dimulai dengankebiasaan melakukan penyembahan dan memberi persembahan jdilanjutkan dan diberi tempat, kendati istilah yang digunakan tidaklalu sama. Kegiatan penyembahan, terutama pada hari Minggu,disebut marsomba, melainkan marminggu. Tempat peribadahanpenyembahan juga tidak disebut parsombaonan atau bale pasagitbale pangaminan (sebutan di kalangan Parmalim), melainkanparmingguan at au bagas gareja. Penyembahan atau ibadah di luarMinggu atau di luar gedung gereja lazimnya disebut partangiangan; se-mentara di kalangan agama suku (termasuk Parmalim) istilah yang l'e...bih lazim adalah partonggoan, walaupun martangiang sinonim denganmartonggo". Sementara itu orang Batak yang sudah menjadi Kristenjuga tetap suka dan sering mengucapkan ungkapan "samba marhuid-hula" sebagai bagian dari falsafah Dalihan na Tolu dan memberi sam~a-samba sebagai jambar juhut kepada hula-hula, walaupun tidak semualagi mereka sepenuhnya mengamini bahwa hula-hula adalah Deba.iana tarida. r:
Khusus tentang persembahan, gereja-gereja Batak (termasukGKPI) masih lazim menggunakan istilah pelean, term asuk di dalambuku Agenda (Tata lbadah), tetapi tidak menggunakan istilah mame!rketika memberi persembahan, melainkan pasahatihon] pelean. Gereja,;,.
gereja dan orang Kristen Batak juga sangat paham bahwa yang diberipelean hanyalah Tuhan Allah (Bapa, Anak, dan Roh Kudus). lni ber-beda dari orang Batak yang masih menganut agan1a suku, yang masiJJmamele atau pasahatlhon] pelean kepada arwah leluhur selain kepada
3 J. Warneck, Kamus Batak Toba - Indonesia (terj. P. Leo Joosten) (Medan: Bina Media Pe-
rintis, 2009), 311.
4 Bnd ibid., him. 353: martonggo = berdoa dalarn animisme; berdoa kepada dewa.
ische·Misshalliran ill
reka KristJllernberi 1juga sang,nyembahcsetiap keg(gedung gan. Merekdtserahka:{gereja-N~demi "un
dnnia"s. I
maat darilab. perseratau uan§khusus (IHuria Batyang disebila di antpenginjiledang dan;
Khuspasca perieon sem:lagi dilalauntuk hal
Demik
GKPI,
DARI KEKURANGANNYA, SEMUA YANG DIMILIKINYA" 271
Debata Mulajadi na Bolon dan para dewata lain. Tentang apa yang di-! persJmbahkan, ada juga kesamaan. Di gereja-gereja Batak (termasuk
GKP~)'selain persembahan dalam bentuk uang, ada juga dalam bentukbara1jlgat au natura (padi/beras dan hasil bumi lainnya, ternak, kerajin-antangan, atau barang-barang lain), yang lazim disebut silua; istilah ini
jugatligunakan di lingkungan agama suku Batak.Para Missionar (penginjil Barat), terutama yang diutus oleh Rhein-
ische Missions-Gesellscha]t (RMG) at au zending Barmen, sejak awal ke-
hadi~an mereka (1861, dst) mendorong orang Batak yang berhasil me-reka Kristenkan agar menyembah atau melakukan penyembahan danmemberi persembahan kepada Tuhan Allah Tritunggal itu saja. Merekajuga sangat sadar dan sangat giat menanamkan pengertian bahwa pe-nye9bahan menyatu dengan persembahan. ltulah sebabnya, di dalamsetiaWkegiatan penyembahan at au peribadahan, baik di rumah ibadah(gedilinggereja) n1aupun di rumah-rumah, dikumpulkan persembah-an. Mereka juga menekankan bahwa-walaupun itu dikumpulkan dandiserahkan kepada Tuhan-Tuhan berkenan mengizinkan umat -Nya(gereja-Nya) memanfaatkan persembahan itu untuk keperluan gereja,derni "untuk kejayaan Kerajaan-Mu di tengah Gereja-Mu di seluruhdunia'". Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, ketika jemaat-je-maat dari Huria Batak (terutama HKBP) semakin Inapan, ditentukan-lahpersernbahan wajib, berupa iuran tahunan dalam wujud padi/berasatau uang yang senilai dengan itu. Untuk acara-acara dan pelayanankhusus (Baptisan, Naik Sidi, dan Pernikahan, bahkan Pemakaman)Huria Batak juga mendorong warganya memberi persembahan khusus,yang disebut hamauliateon (ungkapan syukur). Karena itu tak heranbilad1i antara sekian banyak gereja di dunia ini yang berdiri di lapanganpenginjilan, Huria Batak menjadi terkenal dalam kemandirian di bi-dangIdana.
Khusus di HKBP, terutama sejak mandiri (manjujung baringinna)
pasca perwalian dan pengasuhan RMG, iuran tahunan dan hamaulia-
teen semakin menjadi kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar, apa-lagi dilalaikan. Tidak jarang warga jemaat tidak mendapat pelayananuntuk hal-hal tersebut di at as bila belum memenuhi kewajiban tersebut.
Demikian sebagian rumusan doa persembahan di Age/lda gereja- gereja Barak (HKBP,GKPl, dll). .
272
Tidak heran bila kemudian banyak warga jemaat menjadi resahgalau, seakan-akan penyembahan kepada Tuhan harus diimbalipembayaran tertentu. Sementara itu, di dalam peribadahan, khdi gedung gereja pada hari Minggu, dengan alasan bahwa gerejabutuhkan banyak dana untuk menutupi berbagai pengeluaran danwajiban, kantong persembahan (durung-durung) yang diedarkancukup satu atau dua, melainkan tiga, bahkan kadang- kadang empatsebelum marjamita dan satu setelah itu). Kecenderungan dan kenini menjadi salah satu alasan dan pendorong bagi sejumlah wargauntuk keluar, lalu membentuk gereja baru, dalam hal ini GKPI.
Penyembahan dan Persembahan dalam Sejarah GKPI
Sebagaimana telah dituturkan dalam sejumlah tulisan, termasuk Yuburn 50 Tahun GKPI, pada tahun-tahun awal berdirinya GKPI semuntuk beribadah atau melakukan penyembahan sangat bernyalala." Pada waktu itu masih sangat sedikit jemaat GKPI yang memilikirumah ibadah (gedung gereja) yang memadai, apalagi permanen; seba-gian besar masih darurat, bahkan tidak sedikit yang masih meminjamtempat. Ibadah di luar hari Minggu (lazim disebut partangiangan atauevangelisasi) diadakan di rumah warga jemaat yang juga sebagian rna-sih sangat sederhana, dan nyaris tanpa konsumsi, kecuali sekadar kopidan air teh dan lampet gadong (kue basah dari ubi/singkong). Banding-kan dengan kegiatan sejenis pada saat ini, apalagi di perkotaan, yangsering harus dibarengi jamuan makan Iengkap.
Kadang-kadang ada juga gangguan, bahkan ancaman dan tuduh-an bahwa GKPI adalah gereja pemberontak, antek PKI, dsb. Tetapi,semua itu tidak menyurutkan semangat anggota untuk datang berbon-dong-bondong. Para pelayan, termasuk pemberita firman (pendetaataupun penatua/sintua) melayani dengan bersemangat, bahkan takjarang berkurban materi", sehingga warga merasa sungguh-sungguhdisirami dan disegarkan oleh firman Tuhan. Dari sinilah lahir ungkapan
6 Lihat a.!. Jan S. Aritonang, Yubileum 50 Tahun GKPI (P. Siantar: Kolportase GKPI, 2014),71-73,249.
7 Pdt. Dr. Andar Lumbantobing, Bishop pertama GKPI, misalnya, menjual sedan FiatmUikpribadinya untuk menutupi biaya operasional GKPI pada tahun-tahun pertama. Sejak1970-an barulah GKPI berhasil membeli mobil dinas untuk beliau gunakan.
perhiasanrbapak ji
credit carebeberap
yanglumayanna dan tu juangedung atau rrpara warga daisekaligus merrIaan. sebagai 1
juga dipahamiSebagaim
penyembahanterlepas dari Sl
memang sangwarga berparnyembahan d:anutama GK:
Iebih sering cutama pendeidornya pernbberkurangnyaGKPI, menu:[umlah dan p
tian Iingkungkian menuru:mangampir)GKPI pada ar
Pada durwarga sediki t
8 M.H. Sibar
MEMBER! DARI KEKURANGANNYA, SEMUA YANG DIMILIKINYA" 273
- --~~~- - -~~~--~~--~--~-- --~--------- --- --- ---------- --------------
-"sabas na mar-GKPI".<
_ Perasaan sabas atau puas ini-kendati bisa ditafsirkan sebagai bersi-fat subjektif dan" human-oriented", bukan "God oriented"-pada gilir--annyamendorong banyak warga GKPI untuk memberi persembahan.tanpabanyak perhitungan laba-rugi. Tidak sedikit ibu-ibu menanggal-Jan perhiasannya dan menyerahkannya melalui kantong persembahan.-apak-bapak juga tidak ragu-ragu merogoh koceknya (waktu itu belum
:adacredit card yang siap untuk digesek). Karena itu, tidak heran bila-dalambeberapa tahun saja sudah berdiri seiumlah gedung gereja GKPI
'yang lumayan kokoh dan rnegah. Tentu bisa dipersoalkan, apakah mak-rna dan tujuan bergereja atau menyembah Tuhan adalah mendirikangedung atau menyediakan hal-hallahiriah-bendawi. Namun dernikian,
rparawarga dan pelayan melihat kesernpatan berhimpun dan beribadah,~sekaligusmemberi persembahan yang didorong oleh sukacita dan kere-laan, sebagai ungkapan penyembahan kepada Tuhan. Kesempatan itujugadipaharni sebagai forum pembinaan dan pelayanan pastoral.
Sebagaimana diamati dan dipahami M.H. Sibarani", sernangatpenyembahan dan persembahan pada awal berdirinya GKPI tidak;terlepas dari sernboyan "Imamat Am Orang Percaya" yang sejak semula~memangsangat ditekankan di GKPI; semboyan itu mendorong semuatwarga berpartisipasi dalam pembangunan persekutuan melalui pe-nyembahan dan persembahan. Dan memang harus ditekankan: kekuat-
.an utama GKPI pada awal berdirinya ada pada warga gereja (waktu itulebih sering disebut kaum awam), bukan para pelayan tahbisan (ter-
'utarna pendeta). Namun demikian, seiring dengan sernakin mengen--dornya pemberlakuan semboyan "Imamat Am" itu, dan menurun atau
;berkurangnya partisipasi warga gereja sejak dasawarsa ketiga dari usiaGKPI, menu run pulalah semangat penyembahan dan persembahan.
oJumlahdan persentase pengunjung kebaktian NIinggu maupun kebak-tianlingkungan (sektor, wijk) at au partangiangan atau evangelisasi jugakian menurun. Semangat untuk mernberi persernbahan (sampai terasamangnnzpir) juga rnenurun, sementara kebutuhan material-finansialGKPI pada aras Jemaat hingga Pusat (sekarang: Sinode) kian meningkat.
[ Pada dua-tiga dasawarsa pertama usia GKPI, penurunan semangatrarga sedikit-banyak bisa diatasi oleh dukungan dan bantuan sejumlah
,.ra J\I.H. Sibarani, art. cit., him. 55.
274 Bagian Tiga: HISTORIKA DAN SIS
u penggabungann
flak sangat baru. Sudberabad-abad yang tyang ditetapkan tahu
. Pokok-pokok PE
bunyi sebagai beriku1. Ibadah pada he
pengabdian kepdalam dan melanya (bnd Yos 2,
biasakan (1Timtempat, dan car
tian dalam berjtPersembahan aAllah yang memumat-Nya (Kej 4dinilai, karena itgai ungkapan cii
mitra GKPI di luar negeri. Banyak hal yang dilakukan dan -~v'.u:n.
garakan GKPI, antara lain Panti Asuhan "Mamre", Yayasan P .an Tunanetra, Yayasan Dana Agape yang menyalurkanmengelola Sopo Agape di Tomok dan Wisma Agape diPengembangan Masyarakat (Pengmas), bahkan juga pembinaanpara pelayan (terutama pendeta), didanai oleh mitra luar negen,lembaga (antara lain VEM/UEM, LWF, Kindernot Hilfe, BroWelt, EKD Bonn-Beuel dan Kleve) maupun sahabat-sahabatan (antara lain Dr. Deichmann). Pada waktu itu GKPI bangga danbuai karen a menerima banyak bantuan material- finansial, bahkC!njUgasejumlah personel (terutama dari Overseas Missionary FelloWshiplOMF). Tetapi, ketika bantuan luar negeri semakin berkurang~dansekarang sudah sangat minim-mau tak mau GKPI harus menggalak_kan penggalangan sumber daya sendiri,
Ada beberapa faktor penyebab menurunnya dukungan luar ne-geri. Selain semakin kecilnya sumber dan jumlah dana yang <Jimilikidan digalang para mitra itu di negeri mereka, juga karena sejumlahmismanagement (salah-urus) dan penyimpangan atau penyelew~nganyang pernah terjadi di GKPI (antara lain dana untuk Pengmas; pem-binaan pendeta, dan pengadaan at au pengelolaan aset) yang rneng-akibatkan menurunnya trust (kepercayaan) terhadap GKPI. Upayauntuk memulihkan trust ini pada dasawarsa terakhir (200S-20IS) di-lakukan berbarengan dengan meningkatkan kesadaran dan semangatpenyembahan-persembahan, termasuklah melalui sistem sentralisasikeuangan, yang diharapkan dapat terlaksana secara penuh mulai 2015.Sernua ini, tentu memerlukan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja cer-gas (cepat dan ligat), dibarengi kejujuran dan integritas, terutama illkalangan pelayan dan pengerja GKPI.
Penutup
Di dalam proposal (kerangka acuan) penulisan buku penghargaan iniantara lain dikatakan: Pdt. Patut Sipahutar, M.Th., dalam kapasitas-nya sebagai Bishop GKPI, menyosialisasikan suatu istilah "Penyem-bahan-Persernbahan". Istilah ini pada awalnya aneh, unik, dan barn.Sebenarnya, tidak ada yang aneh, unik, dan sarna sekali baru dalaIllkedua istilah ini, atau yang sinonim dengan itu, maupun perpaduan
Judul tulisan ke .ada padanya", yangminkan kesatuan ai
ladankan oleh jand:ini sangat sering diepara warga dan pel:orang kecil, lebih kdorong untuk memtu, tenaga, pernikirspemeliharaan Tuhalkurang ditekankan;reja lain-adalah pedalam Mal 3:10. Ke(belum mampu men
Bnd salah satu kesirPenyembahan dan Pdan secara irnplisit tl
275
atal1 penggabungannya; pemikiran teologis yang melandasinya pun ti-dak sangat baru. Sudah sangat banyak tulisan yang mengkajinya sejakberabad-abad yang lalu. Pokok-pokok Pemahaman Iman (P3I) GKPI,yang ditetapkan tahun 1993, juga mengemukakan hal itu.?
Pokok-pokok Pemaharnan Iman GKPI, Bab X, butir 1 dan 12, ber-
bunyi sebagai berikut:1. lbadah pada hakikatnya adalah penyembahan, pernujaan, dan
pengabdian kepada Tuhan. Manusia beribadah kepada Tuhan didalam dan melalui seluruh keberadaan, gerak hidup dan kegiatan-nya (bnd Yos 24:15) dan itu harus terus-rnenerus dilatih dan di-biasakan (1Tirn 4:7h). Secara khusus manusia menetapkan waktu,tempat, dan cara beribadah, agar dapat lebih mernusatkan perha-tian dalam berj umpa dengan Allah.
2. Persembahan adalah ungkapan syukur umat terhadap perbuatanAllah yang mernbebaskan, rnemelihara, menuntun dan mernberkatiumat- Nya (Kej 4:3-4 ... dst). Pernberian Allah tidak dapat diukur dandinilai, karena itu kita memberi persernbahan dengan sukacita seba-gai ungkapan cinta-kasih kita kepada Tuhan (Mrk 12:41-44 ... dst),
Judul tulisan kecil ini, "Memberi clari kekurangannya, sernua yangada padanya", yang merupakan kutipan dari Mrk 12:44, juga mencer-minkan kesatuan an tara penyembahan dan persembahan yang dite-ladankan oleh janda miskin, dan yang disaksikan Tuhan Yesus. Nasini sangat sering diacu pada awal berdirinya GKPI, karena di satu sisipara warga dan pelayan GKPI mernahami diri mereka sebagai orang-orang kecil, lebih kurang sarna dengan janda miskin itu, namun ter-dorong untuk mempersernbahkan semua yang ada pada mereka: wak-tu, tenaga, pemikiran dan harta, karena mengalarni kasih sayang danpemeliharaan Tuhan atas mereka. Belakangan nas ini menjadi sernakin
kurang ditekankan; yang lebih ditekankan-sama seperti di banyak ge-reja lain-adalah persepuluhan, sebagaimana dikernukakan antara laindalarn IVla13:10. Kedua nas ini tentu tidak perlu dipertentaugkan: kalaubelum mampll mernberi sernua yang ada, minimal mernpersembahkan
9 j{jld suluh saru kesimpulan M.H. Sibaruni, art. cit., him. 57: "CKPI scbaga. Persekutuuni\'IlI't'mbahan dan Persembuhun ... bukuulah sesuatu yang b.uu. la sudah huclir sejuk uwnldun sccura implisit terlihut di dulam P3[-Gt-:Pi."
276 Bagian Tiga: HISTORIKA DAN SISTEMA
sepersepuluh dari penghasilan, dan tidak perlu terjebak dalamhaman bahwa penyembahan (ibadah) cukuplah sepersepuluh daritu dan perhatian.
Pdt. Patut Sipahutar sendiri, jauh sebelum menjadi Bishop GKPI,sudah berulang kali mengemukakan kesatuan penyembahan denganpersembahan, walaupun dengan artikulasi yang tidak persis sarna, to
Yang mungkin agak baru adalah penekanan atas keduanya secara ber.barengan, seakan-akan hendak berkata: "Anda tidak mungkin me-nyembah Tuhan bila tidak sekaligus memberi persembahan kepada-Nya." Atau dalam bentuk lebih positif: "Bila Anda hendak menyembahTuhan, Anda juga harus memberi persembahan kepada-Nya (entah itudalam bentuk uang, tenaga, waktu, pemikiran, dsb), sebab persembah-an adalah wujud konkret dari penyembahan."
Beliau menyegarkan-ulang penggabungan kedua hal ini karena(mungkin) melihat adanya kemunduran kualitas penyembahan mau-pun persembahan di GKPI dalam beberapa waktu terakhir ini. Padahal,
banyaknya hal yang harus dikerjakan GKPI pada masa kini dan di masamendatang, sebagaimana terlihat dan terjabar dalam Grand Strategyatau Rencana Strategis GKPI 2016-2030, membutuhkan pengerahansemua potensi yang ada di GKPI, termasuk kesungguhan dalam pe-nyembahan dan persembahan. Semoga semangat-awal yang menan-dai kehidupan dan kiprah GKPI pada dasawarsa-dasawarsa pertamausianya, dapat dipulihkan, bahkan ditingkatkan sehingga apa-apa yangtertuang dalam Rencana Strategis itu tidak tinggal wacana, melainkanmewujud nyata.
10 Lihat a.l. catatan dalarn Aritonang, Yubileum 50 Tahun GKPI, him. 175, termasuk c.k. 93.
KcA,
danRum
a
Tulisan ini c;
Bishop Eme.Tahun Keptmimpin GKpayakan kenagar saya daSaya memalstudi adalahrinduan aga,perlengkapi I
kiran dan k:perlu tents c;
perkembanglGKPI-d
Lumbantobiiberdedikasi I
diri sebagai (rut teladan ]semangat "Iv.gereja denga.