hak cipta dilindungi undang-undang - unja...barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud...

21

Upload: others

Post on 30-Jun-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
Page 2: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

All Right Reserved

© 2013, Indonesia: Pontianak

Tim Penyunting Pelaksana:

Supriyanto, SP, M.Sc.

M. Pramulya, SP, M.Si.

Desain Sampul:

Cici Kasdiran

Cetakan pertama: Maret 2013

Penerbit: TOP Indonesia

Alamat: Jalan Purnama Agung VII

Pondok Agung Permata Y35, Pontianak Kalimantan Barat

Email: [email protected], [email protected]

ISBN 978-602-17664-1-5

Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku

Tanpa seizin tertulis dari penerbit

Sanksi Pelanggaran Pasal 72:

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal

49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau

barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah)

Page 3: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 v

DAFTAR ISI

SAMBUTAN DEKAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

AGRIBISNIS

PENGARUH MODEL PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN DAN

KESEJAHTERAAN PETANI BERKELANJUTAN

Dr. Ir. Suandi, M.Si. 3

MODEL STRUKTURAL SISTEM PENGENDALI PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI BERKELANJUTAN: KASUS PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

Safrial Hafids 15

KEARIFAN LOKAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEBERLANJUTAN

PERLINDUNGAN PANGAN PETANI (Desa Baru Pangkalan Jambu

Kec. Pangkalan Jambu, Kab. Merangin, Provini Jambi)

Rosyani, Elwamendri dan Dewi Sri Nurchaini 39

DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP

PENDAPATAN WILAYAH DESA (PDRB) DI PROVINSI JAMBI

(Smallholders Oil Palm Estate Impact against Village Gross Regional Domestik

Product (GRDP) in Jambi Province)

Ir. Armen Mara, M.Si. dan Ir. Yanuar Fitri, M.Si. 51

PERANAN PERKEBUNAN BESAR KELAPA SAWIT DALAM

PENINGKATAN EKONOMI DESA DI PROVINSI JAMBI (The Role of Oil

Palm Large Estates in Rural Economic Improvement in Jambi Province)

Ir. Armen Mara, M.Si., Ir. Yanuar Fitri, M.Si. dan Fuad Mukhlis, S.P., M.Si. 63

PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN PADA PETANI PADI DI

KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Kausar 77

Page 4: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 xiii

PERSILANGAN DIALEL

Dwi Wahyuni Ganefianti, SriHendrastuti Hidayat, Muhamad Syukur,

Hermansyah dan Ardhan Adriansyah 405

KARAKTERISASI PLANTLET ANGGREK SPATHOGLOTTIS PLICATA

BLUME. HASIL IRADIASI SINAR GAMMA

Atra Romeida, Surjono Hadi Sutjahyo, Agus Purwito, Dewi Sukma dan

Rustikawati 417

PERAKITAN VARIETAS KEDELAI BERPOTENSI TINGGI DAN EFISIEN

PUPUK FOSFOR (P)

Dewi Suryati, Ali Munawar, Dwi Wahyuni Ganefianti, Alnopri, Riwandi, M.

Chozin, Hasanudin dan Dwinardi Apriyanto 425

RESPON BEBERAPA GALUR RUMPUT PALISADE (BRACHIARIA

BRIZANTHA (A.RICH.) STAPF.) INTRODUKSI TERHADAP BERBAGAI

TAKARAN PUPUK NITROGEN DI LAHAN KERING

Yakup dan karnadi Gozali 433

PERCEPATAN PENGEMBANGAN DURIAN UNGGUL (DURIO

ZIBETHINUS MURR. C.V. SELAT) MELALUI TEKNIK KULTUR

JARINGAN: PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP

PROLIFERASI KALUS DARI EKSPLAN DAUN MUDA

Zulkarnain, Neliyati dan Lizawati 441

SELEKSI MUTAN PERTAMA (M1) AKSESI BERAS MERAH LOKAL

BANGKA DENGAN PERLAKUAN DOSIS RADIASI SINAR GAMMA 200

GRAY

Mustikarini E.D., Zasari M. dan Kartika 457

SELEKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA TANAH SALIN

Rosmayati, Nini Rahmawati dan Isman Nuriadi 467

RESPON GENETIK BEBERAPA GALUR INBRED JAGUNG TERHADAP

CEKAMAN KEKERINGAN YANG DIINDUKSI OLEH PEG PADA FASE

PERKECAMBAHAN (Genetic Response of Maize Inbred Lines to Drought

Stress Induced by PEG on Germination Stage)

P.K. Dewi Hayati dan Dini Hervani 475

PENGARUH MUTASI FISIK MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA

TERHADAP KERAGAAN BUNGA MATAHARI (HELIANTHUS ANNUS L.)

(Physical Mutation with Irradiation Gamma Ray Influence on Sunflower

(Helianthus annuus L.) Performance

M.Haikal Catur Saputra, Juang Gema Kartika dan Syarifah Iis Aisyah 483

IDENTIFIKASI MORFOLOGI BUAH SALAK SUMATRA UTARA

(SALACCA SUMATRANA BECC.) DI BEBERAPA DAERAH KABUPATEN

TAPANULI SELATAN

Eva Sartini Bayu, Luthfi A.M. Siregar, Yusuf Husni dan

Hilda Mei Yeni Harahap 497

Page 5: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 ix

FERMENTASI SILASE LIMBAH IKAN GABUS DENGAN

MENGGUNAKAN METODE KIMIAWI DAN MIKROBIOLOGI

Siti Hanggita R.J. dan Rodiana Nopianti 775

PENINGKATAN ASAM AMINO ONGGOK MELALUI FERMENTASI

DENGAN CAIRAN RUMEN

Wiwaha Anas Sumaja 785

EVALUASI TATA RUANG (RDTRK) BERDASARKAN PETA DAERAH

BAHAYA DAN RESIKO BANJIR KOTA SINTANG (Land Use Planned

Evaluation (RDTRK) on Sintang City Area Using Flood Hazard and Risk

Analysis, West Borneo)

M. Pramulya 793

EVALUASI KEBUTUHAN LISIN PADA AYAM BROILER (1-21 HARI)

BERDASARKAN TEKNIK SUPLEMENTASI

Samadi 805

KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DI SEMPADAN SUNGAI DAN

KEBUN KELAPA SAWIT DI DESA BULUH CINA, KAMPAR

Defri Yoza, Yossi Oktorini dan Tuti Arlita 815

PENANGGULANGAN LIMBAH KELAPA SAWIT MELALUI PEMAN-

FAATN PELEPAH SAWIT SEBAGAI PAKAN BERKUALITAS UNTUK

PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI

R.A. Muthalib, Afreni Hamidah dan Endri Musnandar 825

LIFE CYCLE ANALYSIS (LCA) TANAMAN SAGU SEBAGAI SUMBER

ENERGI TERBARUKAN: ANALISIS ENERGI PADA PROSES EKSTRAKSI

TEPUNG SAGU DI MASYARAKAT Kalimantan BARAT

Sholahuddin 835

PENGGUNAAN TAHI MINYAK SEBAGAI PENGGANTI JAGUNG

DALAM RANSUM AYAM PEDAGING

Zubaidah dan Noferdiman 843

SIFAT FISIKO-KIMIA PAKN PELLET BERBASIS PELEPAH SAWIT

(Physico-Chemical Characteristics of Pelletized Feed Containing of Oil Palm

Fronds)

Yatno, J. Andayani, Nelson, T. Kaswari and B. Rosadi 851

TEPUNG CACING TUBIFEX SEBAGAI ATRAKTAN UNTUK

DOMESTIKASI IKAN SEMAH TERHADAP PAKAN BUATAN

Hendry Yanto 861

Page 6: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 441

PERCEPATAN PENGEMBANGAN DURIAN UNGGUL (Durio zibethinus Murr. cv.

Selat) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN: PENGARUH ZAT PENGATUR

TUMBUH TERHADAP PROLIFERASI KALUS DARI EKSPLAN DAUN MUDA

Zulkarnain, Neliyati dan Lizawati

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Email: [email protected]

ABSTRAK

Durian Selat merupakan salah satu Buah Unggul Tropika yang memiliki bernilai ekonomi

tinggi karena memiliki cita rasa manis dan tekstur daging buah halus tidak berserat dengan

aroma tidak terlampau tajam. Hingga saat ini pengembangan durian Selat masih

mengandalkan bibit yang berasal dari biji atau hasil penyetekan dan penyambungan. Metoda

perbanyakan demikian memiliki keterbatasan dalam hal jumlah bahan induk dan juga jumlah

progeni yang dihasilkan, di samping karakter anak yang belum tentu sama dengan induknya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, upaya yang dapat ditempuh adalah memanfaatkan teknik

kultur jaringan tanaman yang telah banyak digunakan untuk pengadaan bibit berbagai

tanaman, dan telah terbukti sangat menguntungkan secara ekonomis. Sehubungan dengan itu,

penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan satu paket teknologi yang efisien dalam

menghasilkan bibit durian Selat secara massal, cepat dan seragam. Penelitian ini terdiri atas 2

tahap percobaan, yaitu induksi proliferasi kalus dan induksi sifat-sifat embriogenik dari kalus

yang diproliferasikan. Pada tahap induksi kalus dilakukan uji terhadap sumber eksplan, yaitu

daun muda dan tangkai daun yang dikulturkan pada medium WPM dengan berbagai

konsentrasi Pikoram + BAP dan 2,4-D + TDZ. Dari percobaan ini diperoleh jenis eksplan

yang responsif dan kombinasi zat pengatur tumbuh yang efektif untuk induksi kalus. Kalus

yang terbentuk selanjutnya disubkulturkan pada medium dengan komposisi zat pengatur yang

sama namun dilengkapi dengan berbagai konsentrasi asam amino untuk menginduksi

munculnya sifat-sifat embriogenik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) proliferasi kalus

dipengaruhi oleh macam dan takaran serta kombinasi auksin dan sitokinin yang diberikan ke

dalam medium kultur, 2) Pikloram 3,0 mgL-1 tanpa BAP dan 2,4-D 4,0 mgL-1 + TDZ 1,0

mgL-1 mampu mendorong terjadinya proliferasi kalus pada eksplan yang dikulturkan, dan 3)

kalus yang diregenerasikan memperlihatkan karakteristik yang sama, namun ciri-ciri

embriogenik belum terlihat meskipun diperkirakan sudah ada tanda-tanda yang mengarah

pada sifat-sifat embriogenik.

Kata-kata kunci: kultur jaringan, kultur in vitro, mikropropagasi, hormon tanaman, auksin,

sitokinin, tanaman buah-buahan.

PENDAHULUAN

Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman tropis berasal dari Asia

Tenggara, telah menyebar dari Sri Langka, India sampai ke Papua New Guinea. Di Indonesia

dan Malaysia durian umumnya ditanam di pekarangan, sedangkan di Thailand durian

Page 7: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

442 Volume 2

merupakan komoditas komersial yang telah dikelola secara agribisnis dalam bentuk

perkebunan yang dipelihara secara intensif.

Saat ini permintaan dan harga durian tergolong tinggi, hal ini memberi jaminan bahwa

durian yang masyarakat sering menyebutnya ”Raja Buah-Buahan” bisa memberikan

keuntungan yang cukup menjanjikan. Volume permintaan yang tinggi akan durian sering

tidak terpenuhi karena masih sedikitnya sentra penanaman durian di Indonesia, sehingga

prospek pengembangan durian sangat cerah.

Salah satu jenis durian yang telah dilepas sebagai varietas Nasional oleh Menteri

Pertanian pada tahun 2005 adalah Durian Selat yang berasal dari Provinsi Jambi. Durian Selat

memiliki aroma, cita rasa dan tekstur daging buah khas, yang tidak kalah dengan varietas

durian import. Oleh karena itu Provinsi Jambi telah memberikan perhatian yang serius bagi

pengembangan Durian Selat.

Perbanyakan durian Selat saat ini dilakukan secara generatif menggunakan biji atau

secara vegetatif menggunakan sambung pucuk. Metoda ini terkendala oleh terbatasnya

jumlah pohon induk yang dapat dijadikan sebagai sumber setek. Di samping itu, jumlah

tanaman yang diregenerasikan juga sangat terbatas, yakni satu sambungan hanya

menghasilkan satu tanaman anak (Hartmann et al., 1990), sehingga menjadikan metoda

perbanyakan ini tidak ekonomis untuk skala komersial. Bahkan, perbanyakan vegetatif dapat

menurunkan produksi sebagai akibat akumulasi infeksi berbagai cendawan, bakteri dan virus

dari generasi ke generasi (Goleniowski et al., 2003). Sebagai akibatnya adalah jumlah

propagula yang dihasilkan juga sangat terbatas dengan kesehatan yang kurang terjamin,

sehingga perbanyakan tanaman dengan cara setek tidak dapat diandalkan untuk

memperbanyak tanaman durian dalam skala industri.

Untuk mengatasi masalah tersebut dapat ditempuh melalui aplikasi kultur jaringan.

Menurut Taji et al. (1997) kultur jaringan merupakan alternatif penyediaan bibit dalam skala

besar, seragam, cepat dan bebas penyakit. Perbanyakan melalui teknik kultur jaringan dapat

dilakukan melalui organogenesis dan embriogenesis somatik. Embriogenesis somatik

merupakan suatu proses di mana sel somatik (baik haploid maupun diploid) berkembang

membentuk tumbuhan baru melalui tahap perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui

fusi gamet. Istilah embrio somatik pertama kali digunakan oleh Tolkin pada tahun 1964

(Purnamaningsih, 2002) yang menggambarkan pembentukan organisme dari suatu sel atau

kumpulan sel somatik. Embrio somatik dapat dicirikan dari strukturnya yang bipolar, yaitu

mempunyai dua calon meristem, yaitu meristem akar dan meristem tunas. Dengan memiliki

struktur tersebut maka perbanyakan melalui embriosomatik lebih menguntungkan daripada

Page 8: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 443

pembentukan tunas adventif yang unipolar. Di samping strukturnya, tahap perkembangan

embrio somatik menyerupai embrio zigotik. Secara spesifik tahap perkembangan tersebut

dimulai dari fase globular, fase hati, fase torpedo, dan planlet (Gaj, 2001).

Induksi embriogenesis somatik banyak mendapat perhatian karena jumlah propagula

yang dihasilkan tidak terbatas dan dapat diperoleh dalam waktu yang lebih singkat. Di

samping itu, untuk mendukung program pemuliaan tanaman melalui rekayasa genetika,

penggunaan embrio somatik dapat mempercepat keberhasilan dengan peluang transformasi

yang lebih tinggi karena embrio somatik dapat berasal dari satu sel somatik. Untuk

penyimpanan jangka pendek maupun jangka panjang, embrio somatik dianggap merupakan

bahan tanaman yang ideal karena bila diregenerasikan dapat membentuk bibit somatik.

Embrio somatik dapat terbentuk melalui dua jalur, yaitu secara langsung maupun tidak

langsung (melewati fase kalus). Keberhasilan akan tercapai apabila kalus atau sel yang

digunakan bersifat embriogenik yang dicirikan oleh sel yang berukuran kecil, sitoplasma

padat, inti besar, vakuola kecil-kecil dan mengandung butir pati. Embrio somatik dapat

dihasilkan dalam jumlah besar dari kultur kalus, namun untuk tujuan perbanyakan dalam

skala besar, jumlahnya kadang-kadang dapat lebih ditingkatkan melalui inisisasi sel

embrionik dari kultur suspensi yang berasal dari kalus primer (Wiendi et al., 1991).

Penelitian embryogenesis somatik telah banyak dilakukaan pada tanaman budidaya

seperti bawang putih (Luciani et al., 2006), Dioscorea alata (Belarmino dan Gonzales, 2008),

peach (de-Alencar Maciel et al., 2010), Agapanthus praecox ssp. Minimus (Yaacob et al.,

2012) dan kakao (Quainoo dan Dwomo, 2012). Sementara itu Irawati (2005) melaporkan

pembentukan kalus embriogenik pada eksplan daun Caladium hibrida yang dikulturkan pada

medium MS yang mengandung 30 gL-1 sukrosa dan 10 gL-1 bacto agar + 1 mgL-1 2,4-D.

Embriogenesis somatik telah pula berhasil diinduksi pada tanaman Alstroemeria (Khaleghi et

al., 2008), Dianthus caryophyllus (Karami et al., 2007; Ali et al., 2008) dan Bauhinia variegata

(Banerjee et al., 2012). Embriogenesis somatik telah pula dilaporkan pada tanaman kopi, namun

tingkat keberhasilannya relatif rendah dan masih mengalami kesulitan dalam meregenerasikan

menjadi planlet (Neuenschwander dan Baumann, 1992; Priyono, 1993; Sreenath et al., 1995).

Usaha perbanyakan durian melalui kultur jaringan belum banyak dilaporkan. Hasil

penelitian Suharti (2002) menunjukkan bahwa kalus terinduksi pada eksplan yang di

tumbuhkan pada medium MS yang diberi perlakuan 2,4-D dan BAP dengan perbandingan

1:10. Kalus bewarna putih, friable, cepat membesar hingga delapan minggu setelah

penanaman ukurannya telah mencapai 6 kali ukuran awal, namun sub kultur pada medium

MS yang mengandung BAP tinggi yaitu hingga 5 ppm belum ada respons dari kalus untuk

Page 9: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

444 Volume 2

terdiferensiasi menjadi organ. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut tentang induksi embryogenesis somatik tanaman durian dalam rangka mengatasi

masalah ketersedian bibit durian baik lokal maupun nasional.

Tujuan secara umum dari penelitian ini adalah untuk merakit satu paket teknologi

(protokol) perbanyakan bibit tanaman durian kultivar Selat secara massal, cepat dan seragam

serta berkesinambungan. Sementara tujuan penelitian secara spesifik adalah: 1) mendapatkan

waktu inisiasi pembentukan kalus yang paling cepat, 2) mendapatkan jumlah kalus

embriogenik tertinggi, 3) mendapatkan waktu inisiasi pembentukan embrio somatik yang

paling cepat, dan 4) jumlah embrio somatik tertinggi.

METODE PENELITIAN

Perlakuan dan rancangan

Penelitian ini terdiri atas dua seri percobaan yang dilakukan secara paralel sebagai

berikut:

Percobaan Seri 1: Pengujian zat pengatur tumbuh Pikloram + BAP

Percobaan ini terdiri atas 2 faktor, yaitu Pikloram (1,0; 2,0 ; 3,0 ; 4,0; 5,0 mgL-1) yang

dikombinasikan dengan BAP (0 ; 0,5 ; 1,0 mgL-1). Dari ke dua faktor tersebut diperoleh 15

kombinasi perlakuan, di mana setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali dan setiap ulangan

terdiri atas 4 botol dan setiap botol terdapat 1 eksplan. Percobaan ini menggunakan

Rancangan Acak Lengkap pola faktorial.

Percobaan Seri 2: Pengujian zat pengatur tumbuh 2,4-D + TDZ

Percobaan ini terdiri atas 2 faktor, yaitu 2,4-D (0,0; 0,5 ; 1,0 ; 2,0; 3,0; 4,0 mgL-1) yang

dikombinasikan dengan TDZ (0 ; 0,5 ; 1,0 mgL-1). Dari ke dua faktor tersebut diperoleh 15

kombinasi perlakuan, di mana setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali dan setiap ulangan

terdiri atas 4 botol dan setiap botol terdapat 1 eksplan. Sama seperti percobaan Seri 1,

percobaan ini juga menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial.

Kultur dari kedua seri percobaan tersebut dipelihara dalam ruangan gelap dengan suhu

25 ± 1oC selama satu minggu, selanjutnya diinkubasi dengan pencahayaan 1000 lux

penyinaran 16 jam per hari. Pengamatan dilakukan setelah kultur berumur 1 minggu sampai

12 minggu. Peubah yang diamati adalah jumlah eksplan yang membentuk kalus, rentang

waktu terbentuknya kalus (dari sejak inisiasi kultur), karakteristik kalus (warna dan struktur),

Page 10: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 445

yang terbentuk dari masing-masing eksplan dan persentase kalus embriogenik yang terbentuk

dari semua kalus. Untuk melihat kalus sifat-sifat embriogenik dari kalus dilakukan

pengamatan mikroskopik.

Data kuantitatif yang diperoleh disajikan dan dianalisis dengan cara pengurutan nilai

tengah (Zulkarnain, 2009). Sementara itu untuk parameter yang tidak dapat diukur secara

kuantitatif, dilakukan pengamatan secara kualitatif dan analisis dilakukan secara deskriptif. Di

samping diuji secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, hasil pengamatan

yang berupa data kualitatif disajikan dalam bentuk visual berupa gambar/foto.

Pelaksanaan Percobaan

• Persiapan eksplan

Bahan tanaman yang digunakan untuk eksplan adalah durian (Durio zibethinus Murr.

cv. Selat) diperoleh dari pohon induk tunggal (PIT) milik petani yang berada di Desa Selat,

Kabupaten Muaro Jambi. Eksplan yang diambil adalah daun muda dan tangkai daun muda.

Eksplan disterilkan dengan mencuci pada air mengalir, selanjutnya direndam dalam larutan

anti bakteri (Agrept) dan anti jamur (Benlate) dengan konsentasi 2 g 100 mL-1 air selama 30

menit, lalu dibilas tiga kali dan dilanjutkan sterilisasi bertingkat dalam larutan NaOCl

1,575% selama 30 menit, NaOCl 1,05% selama 10 menit dan NaOCl 0,52 % selama 5 menit.

Selanjutnya eksplan dicuci dengan air steril sampai bersih, lalu bagian pelukaan dipotong

dalam air steril untuk selanjutnya siap dijadikan sebagai eksplan dan ditanam pada masing-

masing perlakuan.

• Persiapan media perlakuan

Medium yang digunakan adalah medium dengan komposisi WPM (Lloyd dan McCown,

1980) yang dilengkapi dengan vitamin dan sukrosa. Masing-masing dari larutan stok WPM

dimasukkan ke dalam gelas piala berisi lebih-kurang 200 mL air suling dan aduk secara

konstan. Selanjutnya ditambahkan zat pengatur tumbuh Pikloram + BAP dan 2,4-D + TDZ

dengan konsentrasi sesuai perlakuan. Sukrosa ditambahkan sebanyak 30 g, dan volume

larutan dijadikan 1 L dengan penambahan air suling. Kemasaman medium ditetapkan 5,8

0,02 dengan menambahkan NaOH 1 M atau HCl 0,5 M. Untuk membuat medium padat

digunakan Bacto agar sebanyak 8 g, yang dilarutkan dengan pemanasan sebelum medium

tersebut dibagi-bagi ke dalam botol kultur dan selanjutnya media disterilkan dengan otoklaf

pada tekanan 1,1 kg cm-1 (103 kPa) pada suhu 121oC selama 20 menit.

Page 11: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

446 Volume 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengujian awal terhadap berbagai sumber eksplan menunjukkan bahwa eksplan

yang bersumber dari potongan helai daun muda memperlihatkan respon yang lebih baik

dibandingkan dengan eksplan yang berasal dari tangkai daun. Oleh karena itu, pada penelitian

ini digunakan potongan helai daun muda sebagai sumber eksplan.

Pengaruh Pikloram + BAP terhadap perkembangan eksplan

Eksplan berupa potongan daun muda tanaman durian cv. Selat yang dikulturkan pada

medium WPM yang dilengkapi dengan berbagai tingkat konsentrasi Pikloram + BAP

umumnya memperlihatkan adanya respon perkembangan yang ditandai oleh kondisinya yang

tetap segar, baik disertai maupun tanpa pembentukan kalus, sampai dengan akhir masa

penelitian. Persentase eksplan yang memperlihatkan respon selanjutnya disajikan pada

Gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh pemberian Pikloram + BAP terhadap rata-rata persentase eksplan yang

memperlihatkan respon perkembangan.

Dari Gambar 1 terungkap bahwa, baik konsentrasi Pikloram maupun BAP secara

sendiri-sendiri memperlihatkan pengaruh yang berkorelasi erat dengan tingkat persentase

eksplan yang memberikan respon perkembangan. Terungkap dari penelitian ini, bahwa

semakin tinggi konsentrasi Pikloram maupun BAP yang diberikan, maka persentase eksplan

yang memberikan respon perkembangan juga semakin meningkat.

Page 12: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 447

Pengaruh Pikloram + BAP terhadap jumlah eksplan yang membentuk kalus

Eksplan yang hidup terus berkembang meregenerasikan kalus yang semakin hari

semakin bertambah banyak. Namun demikian tidak semua eksplan yang hidup mampu

meregenerasikan kalus. Sebagian di antaranya tidak memperlihatkan perkembangan lebih

lanjut, sedangkan sebagian lagi meregenerasikan kalus setelah berumur 4 minggu setelah

tanam. Rata-rata persentase eksplan yang membentuk kalus disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh pemberian Pikloram + BAP terhadap persentase eksplan yang

membentuk kalus.

Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa, Pikloram yang diberikan pada medium mampu

meningkatkan pembentukan kalus hanya sampai pada konsentrasi 3,0 mgL-1 (16,67%),

sedangkan pada tingkat konsentrasi di atas 3,0 mgL-1 pemberian Pikloram dapat menghambat

pembentukan kalus. Berbeda dengan Pikloram, kehadiran BAP di dalam medium kultur justru

dapat menekan pembentukan kalus, di mana persentase eksplan yang membentuk kalus

semakin sedikit seiring dengan meningkatnya konsentrasi BAP.

Pengaruh Pikloram + BAP terhadap kecepatan pembentukan kalus

Dari 15 kombinasi perlakuan yang diuji, tidak semuanya meregenerasikan kalus

meskipun seluruh eksplan yang dikulturkan memperlihatkan adanya respon terhadap

perlakuan yang diuji. Kalus sudah mulai terlihat berproliferasi pada permukaan eksplan

setelah 34 - 43 hari inisiasi kultur. Rata-rata kecepatan pembentukan kalus pada eksplan yang

dikulturkan pada medium WPM yang dilengkapi dengan berbagai tingkat konsentrasi

Pikloram + BAP disajikan pada Gambar 3.

Page 13: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

448 Volume 2

Gambar 3. Pengaruh pemberian Pikloram + BAP terhadap kecepatan pembentukan kalus

(hari setelah tanam).

Dari Gambar 3 di atas terungkap bahwa, dengan hadirnya Pikloram di dalam medium

kultur proliferasi kalus tercepat ditunjukkan oleh perlakuan Pikoloram dengan konsentrasi 4,0

mgL-1, yakni rata-rata 35,50 hari setelah inisiasi. Sementara itu pada perlakuan BAP

proliferasi kalus tercepat diperoleh pada perlakuan BAP konsentrasi 0,5 mgL-1, yakni rata-rata

35,83 hari setelah inisiasi kultur.

Pengaruh Pikloram + BAP terhadap karakteristik kalus

Kalus yang berproliferasi dari permukaan eksplan secara umum memperlihatkan

karakteristik yang sama, yaitu berwarna putih kekuningan hingga kuning kecoklatan, dengan

struktur yang didominasi oleh struktur yang remah. Selengkapnya karakteristik kalus yang

diregenerasikan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh pemberian Pikloram + BAP terhadap warna dan struktur kalus yang

diproliferasikan.

Pikloram (mgL-1) BAP (mgL-1)

0,0 0,5 1,0

1,0 - putih kekuningan dan

remah

putih kekuningan dan

kompak

2,0 putih dan remah - -

3,0 putih, kekuningan, hijau

kecoklatan dan remah

putih, kekuningan,

kecoklatan dan remah -

4,0 putih dan remah putih dan remah putih dan remah

5,0 putih kekuningan dan

remah serta kompak - -

Page 14: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 449

Pengaruh 2,4-D + TDZ terhadap perkembangan eksplan

Sama halnya dengan perlakuan Pikloram + BAP, eksplan yang dikulturkan pada

medium dengan berbagai konsentrasi 2,4-D + TDZ juga memperlihatkan respon

perkembangan, baik disertai maupun tanpa pembentukan kalus. Persentase eksplan yang

memperlihatkan respon selanjutnya disajikan (Gambar 4).

Gambar 4. Pengaruh pemberian 2,4-D + TDZ terhadap persentase eksplan yang

memperlihatkan respon perkembangan.

Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa, baik 2,4-D maupun BAP keduanya

memperlihatkan pengaruh terhadap perkembangan kultur. Namun demikian pemberian 2,4-D

yang dapat meningkatkan persentase eksplan yang memberikan respon terhadap perlakuan

hanya sampai tingkat konsentrasi 3,0 mgL-1. Sementara itu, pemberian TDZ tidak

berpengaruh terhadap perkembangan kultur, bahkan cenderung menghambat perkembangan

kultur.

Pengaruh 2,4-D + TDZ terhadap jumlah eksplan yang membentuk kalus

Sama halnya pada perlakuan Pikloram + BAP, tidak semua eksplan yang dikulturkan

pada medium dengan 2,4-D + TDZ mampu meregenerasikan kalus. Sebagian di antaranya

tidak memperlihatkan perkembangan lebih lanjut, sedangkan sebagian lagi meregenerasikan

kalus dengan karakteristik yang hampir sama antar perlakuan. Rata-rata persentase eksplan

yang membentuk kalus disajikan pada Gambar 5.

Sementara itu pada faktor 2,4-D terungkap persentase eksplan yang berkalus meningkat

pada pemberian 2,4-D sebanyak 3,0 mgL-1, namun tidak ada peningkatan yang berarti pada

konsentrasi lebih dari 3,0 mgL-1. Sedangkan pada faktor TDZ, peningkatan persentase eksplan

Page 15: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

450 Volume 2

berkalus terjadi pada pemberian TDZ 0,5 mgL-1, namun tidak ada peningkatan pada

pemberian lebih dari 0,5 mgL-1.

Gambar 5. Pengaruh pemberian 2,4-D + TDZ terhadap persentase eksplan yang membentuk

kalus.

Pengaruh 2,4-D + TDZ terhadap kecepatan pembentukan kalus

Dari 15 kombinasi perlakuan yang diuji, tidak semuanya meregenerasikan kalus

meskipun seluruh eksplan yang dikulturkan memperlihatkan adanya respon terhadap

perlakuan yang dicobakan. Kalus sudah mulai terlihat berproliferasi pada permukaan eksplan

setelah 10 hari inisiasi kultur. Rata-rata kecepatan pembentukan kalus pada eksplan yang

dikulturkan pada medium WPM yang dilengkapi dengan berbagai tingkat konsentrasi 2,4-D +

TDZ disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh pemberian 2,4-D + TDZ terhadap rata-rata kecepatan pembentukan

kalus (hari setelah tanam).

Page 16: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 451

Pada faktor tunggal 2,4-D terungkap bahwa, proliferasi kalus tercepat ditunjukkan oleh

perlakuan konsentrasi 2,0 mgL-1, yakni rata-rata 10,00 hari setelah inisiasi. Sementara itu

pada perlakuan TDZ proliferasi kalus tercepat diperoleh pada konsentrasi 0,5 mgL-1, yakni

rata-rata 19,33 hari setelah inisiasi kultur.

Pengaruh 2,4-D + TDZ terhadap karakteristik kalus

Sepertihalnya pada pengujian Pikloram + BAP, kalus yang berproliferasi pada

permukaan eksplan yang dikulturkan pada medium yang dilengkapi dengan zat pengatur

tumbuh 2,4-D + TDZ juga memperlihatkan karakteristik yang relatif sama, yaitu berwarna

putih kekuningan hingga kuning kecoklatan, dengan struktur yang didominasi oleh struktur

yang remah. Selengkapnya karakteristik kalus yang diregenerasikan pada eksplan daun muda

durian yang dikulturkan pada masing-masing perlakuan yang diuji disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh pemberian 2,4-D + TDZ terhadap warna dan struktur kalus yang

diproliferasikan.

2,4-D (mgL-1) TDZ (mgL-1)

0,0 0,5 1,0

1,0 - - -

2,0 - Kuning kecoklatan dan

remah -

3,0 putih kekuningan dan

remah

kuning kecoklatan dan

remah hingga kompak

putih kekuningan dan

remah

4,0 - - kekuningan dan

kompak

5,0 putih kekuningan dan

remah hingga kompak

putih kekuningan dan

remah hingga kompak

putih kekuningan dan

remah hingga kompak

Pembahasan

Respon eksplan yang dikulturkan dalam sistem in vitro tidak selalu sama dan sangat

ditentukan oleh tipe eksplan, kondisi lingkungan kultur, komposisi medium, dan kehadiran zat

pengatur tumbuh - terutam auksin dan sitokinin - di dalam medium kultur. Kombinasi dari

dua atau lebih faktor tersebut seringkali menjadi faktor kritis dan sangat dibutuhkan untuk

menginduksi dan meningkatkan respon jaringan yang dikulturkan. Menurut Laslo and Vicaș

(2008), keseimbangan zat pengatur tumbuh endogen terhadap eksogen sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Ditambahkan oleh Winarto et al. (2010)

Page 17: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

452 Volume 2

bahwa penambahan zat pengatur tumbuh eksogen ke dalam medium dapat mempengaruhi

kinerja zat pengatur tumbuh endogen yang ada di dalam jaringan eksplan. Oleh karenanya

jenis dan takaran zat pengatur tumbuh yang diberikan pada medium sangat penting untuk

diperhatikan guna menginduksi perkembangan eksplan ke arah yang dikehendaki.

Salah satu bentuk perkembangan eksplan yang seringkali dijumpai di dalam sistem

kultur in vitro adalah terjadinya proliferasi kalus dari permukaan eksplan yang dikulturkan.

Gamborg dan Shyluk (1981) menyatakan bahwa regenerasi kalus pada kultur in vitro adalah

konsekuensi dari perkembangan acak dan tidak merata dari sel-sel yang yang belum

terspesialisasi dan hilangnya struktur dari sel-sel yang terorganisasi. Pada percobaan ini,

persentase eksplan yang membentuk kalus lebih tinggi bilamana eksplan tersebut dikulturkan

pada medium yang dilengkapi dengan Pikloram 2,0 mg L-1 tanpa BAP (37,50% eksplan

membentuk kalus). Sementara itu pada perlakuan 2,4-D + TDZ persentase eksplan yang

membentuk kalus tertinggi diperoleh pada perlakuan 2,4-D 4 5,0 mg L-1 tanpa BAP. Hal ini

menunjukkan bahwa kehadiran Pikloram maupun 2,4-D di dalam medium kultur sangat

penting guna menstimulir proliferasi kalus pada eksplan yang dikulturkan.

Pemberian zat pengatur tumbuh merupakan langkah yang sangat penting untuk

mengoptimalkan induksi pembentukan kalus (Lim et al., 2009). Pada penelitian ini proliferasi

kalus terjadi dalam kurun waktu lebih-kurang 6 minggu setelah inisiasi kultur. Proliferasi

kalus tercepat diperlihatkan oleh perlakuan 2,4-D 2,0 mgL-1 plus TDZ 0,5 mgL-1, yakni rata-

rata 10 hari setelah inisiasi kultur. Sedangkan pada perlakuan Pikloram dan BAP proliferasi

kalus tercepat terjadi pada kombinasi Pikloram 4 mgL-1 plus BAP 0,5 – 1,0 mgL-1, yakni rata-

rata 34 hari setelah inisiasi kultur. Pembentukan kalus berawal dari sekitar permukaan luka

yang selanjutnya semakin berkembang dan menutupi permukaan eksplan.

Warna kalus yang muncul yaitu putih kekuningan dan putih lehijauan dengan struktur

yang remah dan sebagian kecil kompak. Hal ini mengindikasikan bahwa kalus yang

berproliferasi pada permukaan eksplan daun tanaman durian cv. Selat berpotensi

memunculkan sifat-sifat embriogenik yang apabila disubkulturkan pada medium yang tepat

akan beregenerasi menjadi embrio lengkap. Kalus dengan karakteristik yang serupa yang

kemudian berkembang menjadi kalus berwarna putih dengan struktur kompak, sebelum

akhirnya meregenerasikan struktur globular berwarna hijau, juga dilaporkan oleh Sha-Valli-

Khan et al. (2002) pada kultur in vitro tanaman Bixa arellana. Pembentukan struktur globular

berwarna hijau ini merupakan tanda-tanda awal dari embriogenesis sebagaimana dilaporkan

oleh Sudhersan dan Abo-El Nil (2002) dan Zulkarnain (2003) pada kultur in vitro Swainsona

formosa. Namun perkembangann kalus dalam penelitian yang dilaporkan ini belum

Page 18: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 453

memperlihatkan tanda-tanda ke arah pembentukan embrio somatik. Hal ini diduga karena

singkatnya batas waktu untuk mengamati perkembangan eksplan lebih lanjut dan perlu

adanya keterlibatan faktor lain untuk menginduksi timbulnya sifat-sifat embriogenik.

Upaya mendapatkan kalus yang embriogenik dapat dilakukan dengan memodifikasi

sejumlah faktor lingkungan, terutama komposisi medium. Selain itu massa kalus yang

berhasil diproliferasikan perlu disubkultur pada medium baru yang masih segar karena

pemeliharaan kultur yang terlalu lama pada media yang tetap akan menyebabkan terjadinya

defisiensi unsur hara dan air akibat evapotranspirasi di dalam wadah kultur. Oleh karenanya,

tindakan subkultur menjadi sangat penting guna menjaga kehidupan massa kalus yang

berkesinambungan. Untuk itu Dodds dan Robert (1985) mengajurkan untuk melakukan

subkultur dengan ukuran kalus antara 5 – 10 mm atau seberat 20 - 100 mg supaya ada

pertumbuhan yang cepat pada medium baru. Subkultur dapat pula dilakukan 28 hari sekali (2

- 6 minggu sekali). Namun waktu yang tepat untuk memindahkan kultur, tergantung dari

kecepatan pertumbuhan kalus.

Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan besarnya peluang untuk

mendapatkan kalus yang bersiat embriogenik dari eksplan daun mudah tanaman durian cv

Selat dengan pemberian zat pengatur tumbuh, terutama Pikloram dan 2,4-D pada konsentrasi

masing-masing 3,0 hingga 5,0 mgL-1 yang dikombinasikan dengan BAP atau TDZ

konsentrasi 1,0 hingga 3,0 mgL-1. Diharapkan melalui teknik kultur jaringan upaya

mendapatkan tanaman durian cv. Selat yang seragam, bebas dari penyakit dan dalam jumlah

besar dapat terwujud. Taji et al. (2002) menyatakan bahwa embriogenesis somatik memiliki

arti penting dalam teknik kultur jaringan yang ditujukan untuk perbanyakan tanaman. Akan

tetapi proses ini dibatasi oleh banyak faktor karena embrio somatik hanya akan berkembang

dari massa kalus yang embriogenik, dan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kalus

dengan sifat-sifat embriogenik ada kalanya sangat lama. Di samping itu, faktor-faktor lain

seperti hormon tanaman, hara dan kondisi lingkungan harus dioptimasi terlebih dahulu agar

embriogenesis dapat berlangsung.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

Page 19: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

454 Volume 2

1. Induksi proliferasi kalus pada eksplan potongan daun muda durian cv. Selat di dalam

sistem in vitro dipengaruhi oleh macam dan takaran serta kombinasi auksin dan sitokinin

yang diberikan, di mana pemberian Pikloram 3,0 mgL-1 tanpa BAP dan 2,4-D 4,0 mgL-1 +

TDZ 1,0 mgL-1 merupakan kombinasi zat pengatur tumbuh yang mampu mendorong

terjadinya proliferasi kalus pada sebagian besar eksplan yang dikulturkan.

2. Semua kalus yang diregenerasikan pada permukaan eksplan memperlihatkan karakteristik

yang sama, namun ciri-ciri embriogenik belum terlihat meskipun diperkirakan sudah ada

tanda-tanda yang mengarah pada sifat-sifat embriogenik.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan untuk keberhasilan kultur jaringan durian cv.

Selat, disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlu waktu yang lebih lama untuk melihat perkembangan kalus sehingga benar-benar

dapat dipastikan sifat-sifat embriogeniknya yang dimanifestasikan dalam bentuk

pertumbuhan embrio somatik.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji parameter-parameter lain yang

berperan penting dalam induksi kalus embriogenik dari berbagai sumber eksplan yang lain

selain potongan daun muda dan tangkai daun.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A., H. Afrasiab, S. Naz, M. Rouf dan J. Iqbal. 2008. An efficient protocol for in vitro

propagation of carnation (Dianthus caryophyllus). Pakistan Journal of Botany 40:

111-121.

Banerjee, P., S. Maity dan N. Banerjee. 2012. High frequency somatic embryogenesis and

plantlet regeneration of Bauhinia variegata, a multipurpose tree legume. Indian

Journal of Fundamental and Applied Life Sciences 2: 87-95.

Belarmino, M. M. dan J. R. Gonzales. 2008. Somatic embryogenesis and plant regeneration in

purple food yam (Dioscorea alata L.). Annals of Tropical Research 30: 22-33.

de-Alencar Maciel, S., P. C. P. F. Junior, R. A. da-Silva dan J. E. Scherwinski-Pereira. 2010.

Morpho-anatomical characterization of embryogenic calluses from immature zygotic

embryo of peach palm during somatic embryogenesis. Acta Scientiarum 32: 263-267.

Dodds, J. H. dan L. W. Roberts. 1985. Experiments in Plant Tissue Culture. Cambridge

University Press, Cambridge.

Gaj, M. D. 2001. Direct somatic embryogenesis as a rapid and efficient system for in vitro

regeneration of Arabidopsis thaliana. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 64: 39-46.

Gamborg, O. L. dan J. P. Shyluk. 1981. Nutrition, media and characteristic of plant cell and

tissue culture. Dalam T. A. Thorpe [ed.], Plant Tissue Culture: Method and

Application in Agriculture, 21-44. Academic Press, Inc., New York.

Page 20: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

Volume 2 455

Goleniowski, M. E., C. Flamarique dan P. Bima. 2003. Micropropagation of oregano

(Origanum vulgare x aplii) from meristem tips. In Vitro Cellular and Developmental

Biology - Plant 39: 125-128.

Hartmann, H. T., D. E. Kester dan F. T. Davis-Jr. 1990. Plant Propagation: Principles and

Practices. Prentice-Hall International, Inc, Englewood Clifts, New Jersey.

Irawati. 2005. Pembentukan kalus dan embryogenesis kultur pelepah daun dan daun

Caladium hibrida. Berita Biologi 7: 257-261.

Karami, O., M. Esna-Ashari, K. Piri dan P. Almasi. 2007. Efficient regeneration of carnation

(Dianthus caryophyllus L.) via somatic embryogenesis. Propagation of Ornamental

Plants 7: 3-8.

Khaleghi, A., A. Khalighi, P. Azadi dan M. Mii. 2008. Induction of embryogenic callus and

plant regeneration from nodes of greenhouse grown plants of Alstroemeria cv. Fuego.

Journal of Food, Agriculture and Environment 6: 374-377.

Laslo, V. dan S. Vicaș. 2008. The influence of certain phytohormons on organogenesis

process for in vitro culture of apricot (Armeniaca vulgaris). Analele Universităţii din

Oradea, Fascicula: Protecţia Mediului 13: 200-205.

Lim, Z. X., A. P. K. Ling dan S. Hussein. 2009. Callus Induction of Ocimum sanctum and

estimation of its total flavonoids content. Asian Journal of Agricultural Sciences 1: 55-

61.

Lloyd, G. B. dan B. H. McCown. 1980. Commercially feasible micropropagation of mountain

laurel (Kalmia latifolia) by use of shoot tip culture. Proceedings of the International

Plant Propagators' Society 30: 412-427.

Luciani, G. F., A. K. Mary, C. Pellegrini dan N. R. Curvetto. 2006. Effects of explants and

growth regulators in garlic callus formation and plant regeneration. Plant Cell, Tissue

and Organ Culture 87: 139–143.

Neuenschwander, B. dan T. W. Baumann. 1992. A novel type of somatic embryogenesis in

Coffea Arabica. Plant Cell Report 10: 608-612.

Priyono. 1993. Embriogenesis somatik langsung pada kultur in vitro eksplan daun kopi

arabika (Coffea arabica). Jurnal Pertanian Indonesia 3: 16-20.

Purnamaningsih, R. 2002. Regenerasi tanaman melalui embriogenesis somatik dan beberapa

gen yang mengendalikannya. Buletin AgroBio 5: 51-58.

Quainoo, A. K. dan B. I. Dwomo. 2012. The effect of TDZ and 2, 4-D concentrations on the

Induction of somatic embryo and embryogenesis in different cocoa genotypes. Journal

of Plant Studies 1: 72-78.

Sha-Valli-Khan, P. S., E. Prakash dan K. R. Rao. 2002. Callus induction and plantlet

regeneration in Bixa arellana L., an annatto-yielding tree. In Vitro Cellular and

Developmental Biology - Plant 38: 186-200.

Sreenath, H. L., H. M. Shanta, K. H. Babu dan M. M. Naidu. 1995. Somatic embryogenesis

from integument (perisperm) cultures of coffee. Plant Cell Report 14: 670-673.

Sudhersan, C. dan M. AboEl-Nil. 2002. Somatic embryogenesis on Sturt's desert pea

(Swainsona formosa). Scientific Correspondence 83: 1074-1076.

Page 21: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang - UNJA...barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2013

456 Volume 2

Suharti, N. 2002. Penggunaan bebeberapa senyawa anti jamur dan bakteri dalam

mengantisipasi kontaminasi pada kultur in vitro tanaman durian. Laporan Penelitian.

Lembaga Penelitian Universitas Andalas, Padang.

Taji, A. M., W. A. Dodd dan R. R. Williams. 1997. Plant Tissue Culture Practice. University

of New England, Armidale.

Wiendi, N. M. A., G. A. Wattimena dan L. V. Gunawan. 1991. Perbanyakan Tanaman:

Bioteknologi Tanaman I. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Winarto, B., N. A. Mattjik, A. Purwito dan B. Marwoto. 2010. Aplikasi 24-D dan TDZ pada

regenerasi kalus dari anther Anthurium. Jurnal Hortikultura 20: 1-9.

Yaacob, J. S., A. I. M. Yussof, R. M. Taha dan S. Mohajer. 2012. Somatic embryogenesis and

plant regeneration from bulb, leaf and root explants of African blue lily (Agapanthus

praecox ssp. minimus). Australian Journal of Crop Science 6: 1462-1470.

Zulkarnain. 2003. Breeding Strategies in Sturt"s Desert Pea (Swainsona formosa (G.Don) J.

Thompson) using In Vitro and In Vivo Techniques. PhD Dissertation, The University

of New England, Armidale, Australia.

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman: Solusi Perbanyakan Tanaman Secara Modern.

Bumi Aksara, Jakarta.