haji_tanda memperoleh haji mabrur

3
HAJI, JIHAD, DAN PENGORBANAN Prolog Hari ini dan ke depan, kaum Muslimin insya Allah akan mengawali bulan Dzulhijah 1436 H. Di mana di dalamnya terdapat 10 Hari pertama yang terkandung sekian keutamaan. Sepuluh hari yang sarat dengan kebaikan. Kebaikan padanya bernilai utama di sisi Allah. Dari Ibnu Abbas radhiallahu „anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda, : : . “Tidak ada amal pada hari-hari, yang lebih utama daripada amal-amal di sepuluh hari ini.” Mereka berkata, “Tidak pula jihad?” Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang berangkat menghadapi musuh dengan jiwa dan hartanya lalu dia tidak pulang dengan sesuatu (dari keduanya atau mati syahid).” (HR. al-Bukhari, no. 969). A. Ibadah Haji Amalan yang Utama Salah satu ibadah utama di hari-hari ini adalah ibadah haji di tanah suci yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Begitu identiknya haji dengan hari dan bulan ini sehingga orang-orang mengatakan hari raya haji dan bulan haji. Haji adalah ibadah tua seumur bapak para nabi, Ibrahim ‘alaihissalam. Dialah pembangun Ka’bah Baitullah dan setelah itu dia mengumumkan haji ke seluruh penjuru bumi. Firman Allah Subhanahu Wata‟ala, “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (Ali Imran: 96). Firman Allah Subhanahu Wata‟ala, “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (Al-Hajj: 27). B. Hikmah disyariatkannya ibadah Haji. Haji termasuk ibadah yang terakhir diwajibkan kepada kaum Muslimin yaitu pada tahun 9 Hijriyah. Oleh karenanya, haji memerlukan segala perkara yang diperlukan oleh empat rukun sebelumnya. Haji memerlukan landasan iman yang tertanam dalam syahadat, ia memerlukan tenaga jasmani dan harta yang ada pada shalat dan zakat, dan ia memerlukan sikap menahan diri yang dikandung oleh puasa. Maka dari itu, ibadah haji sarat dengan nilai-nilai luhur, padat dengan jihad dan pengorbanan, penuh dengan pendidikan dan penempaan diri. Kita menengok kepada syarat wajib haji, ia adalah istitha‟ah. Firman Allah Subhanahu Wata‟ala, “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali Imran: 97).

Upload: joko35

Post on 11-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

HAJI_Tanda Memperoleh Haji Mabrur

TRANSCRIPT

Page 1: HAJI_Tanda Memperoleh Haji Mabrur

HAJI, JIHAD, DAN PENGORBANAN

Prolog Hari ini dan ke depan, kaum Muslimin insya Allah akan mengawali

bulan Dzulhijah 1436 H. Di mana di dalamnya terdapat 10 Hari pertama yang terkandung sekian keutamaan. Sepuluh hari yang sarat dengan kebaikan. Kebaikan padanya bernilai utama di sisi Allah.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu „anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda,

: :

.

“Tidak ada amal pada hari-hari, yang lebih utama daripada amal-amal di sepuluh hari ini.” Mereka berkata, “Tidak pula jihad?” Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang berangkat menghadapi musuh dengan jiwa dan hartanya lalu dia tidak pulang dengan sesuatu (dari keduanya atau mati syahid).” (HR. al-Bukhari, no. 969).

A. Ibadah Haji Amalan yang Utama

Salah satu ibadah utama di hari-hari ini adalah ibadah haji di tanah suci yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Begitu identiknya haji dengan hari dan bulan ini sehingga orang-orang mengatakan hari raya haji dan bulan haji.

Haji adalah ibadah tua seumur bapak para nabi, Ibrahim ‘alaihissalam. Dialah pembangun Ka’bah Baitullah dan setelah itu dia mengumumkan haji ke seluruh penjuru bumi.

Firman Allah Subhanahu Wata‟ala,

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula

dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (Ali Imran: 96).

Firman Allah Subhanahu Wata‟ala,

“Dan berserulah kepada manusia untuk

mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (Al-Hajj: 27).

B. Hikmah disyariatkannya ibadah Haji.

Haji termasuk ibadah yang terakhir diwajibkan kepada kaum Muslimin yaitu pada tahun 9 Hijriyah. Oleh karenanya, haji memerlukan segala perkara yang diperlukan oleh empat rukun sebelumnya.

Haji memerlukan landasan iman yang tertanam dalam syahadat, ia memerlukan tenaga jasmani dan harta yang ada pada shalat dan zakat, dan ia

memerlukan sikap menahan diri yang dikandung oleh puasa.

Maka dari itu, ibadah haji sarat dengan nilai-nilai luhur, padat dengan jihad dan pengorbanan, penuh dengan pendidikan dan penempaan diri. Kita menengok kepada syarat wajib haji, ia adalah istitha‟ah.

Firman Allah Subhanahu Wata‟ala,

“Mengerjakan haji adalah kewajiban

manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali Imran: 97).

Page 2: HAJI_Tanda Memperoleh Haji Mabrur

‘Isthitho’ah”, Kesanggupan atau kemampuan menurut para ulama adalah kesanggupan finansial, kesanggupan tenaga dan kesanggupan jalan Serta kesiapan dalam beribadah.

a. Finansial, harta yang telah diraih itu, yang merupakan ketergantungan dan kecintaan jiwa, mesti dirogoh dari kantong untuk membiayai diri, dari harta yang halal bukan yang haram. Fenomena Haji Abidin, Haji Shokeh, Haji Badal , dll.

b. Kesiapan Jasmani, di mana modal

utamanya adalah sehat. Rangkaian manasik haji: thawaf, sa‟i, wukuf, melempar jumrah dan lain-lain. Semua ini merupakan ibadah-ibadah yang menuntut aktivitas fisik yang melelahkan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan ber-talbiyah, ditambah dengan kepadatan manusia yang memiliki beragam bahasa dan tradisi, berkumpul di satu tempat, di waktu yang sama, ditambah lagi cuaca yang kadang-kadang berbeda jauh dengan cuaca di negeri sendiri. Semua itu tidak jarang menimbulkan problem tersendiri yang menuntut usaha keras dan kesabaran dalam menyikapinya, Maka tidak berlebihan jika Rasulullah Saw mendudukkan haji dalam deretan amalan-amalan utama setelah iman dan jihad di jalan Allah.

Dari Abu Hurairah radhiallahu „anhu

:

:

. : :

. : : .

“Bahwa Rasulullah Saw ditanya tentang amal apakah yang paling utama? Beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Beliau ditanya, “Lalu apa?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Beliau ditanya, “Lalu apa?” Beliau menjawab, “Haji mabrur.” (HR. al-Bukhari).

c. Kesiapan Melaksanakan Aturan Dan

Tatanan Manasik Haji. Haji merupakan pendidikan jihad agar jiwa menghormati dan menghargai batasan-batasan Allah, Alquran yang lain mengajarkan orang yang berhaji agar menghindari perkara-perkara yang dapat mengurangi atau menghapus keutamaan ibadah haji. Firman Allah Subhanahu Wata‟ala,

“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh bersetubuh, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam

masa mengerjakan haji.” (Al-Baqarah: 197).

Diantara Hikmahnya: 1. Haji dapat melebur dosa-dosa

pelakunya sehingga dia pulang dalam keadaan sama dengan pada saat dilahirkan oleh ibunya. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,

. “Barangsiapa berhaji karena Allah, lalu dia tidak melakukan bersetubuh dan tidak melakukan perbuatan fasik, niscaya dia pulang seperti hari di mana dia dilahirkan oleh ibunya.” (Muttafaq „alaihi)

Juga sabda Nabi SAW kepada Amr bin

al-Ash RA pada saat dia masuk Islam,

!

. “Apakah kamu belum mengetahui wahai Amr, bahwa Islam menghapus apa yang sebelumnya, hijrah menghapus apa yang sebelumnya, dan haji menghapus apa yang sebelumnya.” (HR. Muslim, Mukhtashar Shahih Muslim, no. 64).

Page 3: HAJI_Tanda Memperoleh Haji Mabrur

2. Haji bertujuan melatih dan mendidik pengorbanan yang dimiliki untuk mendapatkan kebaikan dan kemaslahatan baik untuk dirinya dan orang lain. Firman Allah Subhanahu Wata‟ala,

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya, dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (Al-Hajj: 28).

C. Haji Mabrur

Tidak semua yang mampu menjalankan haji otomatis langsung dijamin masuk surga dan terhindar dari siksa api neraka. Kenapa? Karena hanya haji yang mabrur sajalah yang mendapat jaminan masuk surga.

Rasulullah Saw;,

“Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada pahala bagi haji mabrur kecuali surga,” (Muttafaq Alaihi).

Kata “mabrur” berasal dari kata “Birr” yang berarti ketaatan. Pengarang kitab Riyadhus Shalihin, Al Imam An-Nawawi Rahimahullah menyatakan bahwa “haji yang mabrur adalah haji yang tidak ternodai oleh dosa.” Definisi haji yang mabrur tersebut juga didukung oleh Imam Al-Qurthubi yang menyatakan bahwa “haji yang mabrur adalah haji yang tidak dikotori oleh maksiat.” Indikasi haji Mabrur 1. Haji yang tidak lagi melakukan maksiat atau

dosa seperti yang biasa dilakukan sebelum

berhaji. Pendapat inilah yang diusung oleh

Imam Al-Qurthubi yang mengatakan, “Haji

mabrur adalah haji yang tidak lagi gemar

bermaksiat setelah pulang haji.”

2. Haji yang melakukan perubahan ke arah

yang lebih baik dalam hal Keyakinan

(aqidah) dan Ibadah-nya. Dengan ditandai:

a. Aqidah: . Bukanlah haji yang mabrur

jika setelah berhaji ia masih melakukan

syirik. Ia lebih takut kepada manusia

daripada kepada Allah. Serta masih

menganggap ada syariat yang lebih

utama selain syariat Islam.

b. Ibadah: haji yang mabrur adalah haji

semakin meningkat kuantitas dan

kualitas ibadahnya setelah berhaji. Jika

semula ia enggan mendirikan shalat

berjamaah, maka setelah berhaji ia rutin

menjalankan shalat secara berjamaah.

Jika semula ia enggan tadarus Quran,

maka setelah berhaji ia jadi rajin

membaca Quran. 3. Terjadi perubahan dalam hal muamalah dan

akhlak. Muamalah adalah hal-hal yang

terkait dengan hubungan sesama manusia.

Rasulullah mengajarkan kita bahwa haji

yang mabrur adalah haji yang, “Suka

bersedekah dengan bentuk memberi makan

dan memiliki tutur kata yang baik,” (HR

Hakim, Hadist Hasan).

Doa agar haji mabrur, sebagaimana

diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar

bahwa umat Islam dianjurkan untuk membaca

dengan penuh harap dan rasa takut dengan

berdo’a: “Allahumaj’al hajjan mabruron, wa

sa’yan masykuron, wa dzanban maghfuran,”

(Semoga Allah menganugerahkan haji yang mabrur,

usaha yang disyukuri dan dosa yang diampuni).

Semoga saudara-saudara kita yang berangkat haji dikaruniai Haji Mabrur yang memberi pengaruh baik dalam kehidupan dan perilaku mereka, dan bagi saudara-saudara kita yang belum berangkat semoga Allah memudahkan jalannya agar mereka juga bisa menyaksikan keagungan-Nya melalui ibadah yang agung ini.