haji_tanda memperoleh haji mabrur
DESCRIPTION
HAJI_Tanda Memperoleh Haji MabrurTRANSCRIPT
HAJI, JIHAD, DAN PENGORBANAN
Prolog Hari ini dan ke depan, kaum Muslimin insya Allah akan mengawali
bulan Dzulhijah 1436 H. Di mana di dalamnya terdapat 10 Hari pertama yang terkandung sekian keutamaan. Sepuluh hari yang sarat dengan kebaikan. Kebaikan padanya bernilai utama di sisi Allah.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu „anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda,
: :
.
“Tidak ada amal pada hari-hari, yang lebih utama daripada amal-amal di sepuluh hari ini.” Mereka berkata, “Tidak pula jihad?” Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang berangkat menghadapi musuh dengan jiwa dan hartanya lalu dia tidak pulang dengan sesuatu (dari keduanya atau mati syahid).” (HR. al-Bukhari, no. 969).
A. Ibadah Haji Amalan yang Utama
Salah satu ibadah utama di hari-hari ini adalah ibadah haji di tanah suci yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Begitu identiknya haji dengan hari dan bulan ini sehingga orang-orang mengatakan hari raya haji dan bulan haji.
Haji adalah ibadah tua seumur bapak para nabi, Ibrahim ‘alaihissalam. Dialah pembangun Ka’bah Baitullah dan setelah itu dia mengumumkan haji ke seluruh penjuru bumi.
Firman Allah Subhanahu Wata‟ala,
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula
dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (Ali Imran: 96).
Firman Allah Subhanahu Wata‟ala,
“Dan berserulah kepada manusia untuk
mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (Al-Hajj: 27).
B. Hikmah disyariatkannya ibadah Haji.
Haji termasuk ibadah yang terakhir diwajibkan kepada kaum Muslimin yaitu pada tahun 9 Hijriyah. Oleh karenanya, haji memerlukan segala perkara yang diperlukan oleh empat rukun sebelumnya.
Haji memerlukan landasan iman yang tertanam dalam syahadat, ia memerlukan tenaga jasmani dan harta yang ada pada shalat dan zakat, dan ia
memerlukan sikap menahan diri yang dikandung oleh puasa.
Maka dari itu, ibadah haji sarat dengan nilai-nilai luhur, padat dengan jihad dan pengorbanan, penuh dengan pendidikan dan penempaan diri. Kita menengok kepada syarat wajib haji, ia adalah istitha‟ah.
Firman Allah Subhanahu Wata‟ala,
“Mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali Imran: 97).
‘Isthitho’ah”, Kesanggupan atau kemampuan menurut para ulama adalah kesanggupan finansial, kesanggupan tenaga dan kesanggupan jalan Serta kesiapan dalam beribadah.
a. Finansial, harta yang telah diraih itu, yang merupakan ketergantungan dan kecintaan jiwa, mesti dirogoh dari kantong untuk membiayai diri, dari harta yang halal bukan yang haram. Fenomena Haji Abidin, Haji Shokeh, Haji Badal , dll.
b. Kesiapan Jasmani, di mana modal
utamanya adalah sehat. Rangkaian manasik haji: thawaf, sa‟i, wukuf, melempar jumrah dan lain-lain. Semua ini merupakan ibadah-ibadah yang menuntut aktivitas fisik yang melelahkan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan ber-talbiyah, ditambah dengan kepadatan manusia yang memiliki beragam bahasa dan tradisi, berkumpul di satu tempat, di waktu yang sama, ditambah lagi cuaca yang kadang-kadang berbeda jauh dengan cuaca di negeri sendiri. Semua itu tidak jarang menimbulkan problem tersendiri yang menuntut usaha keras dan kesabaran dalam menyikapinya, Maka tidak berlebihan jika Rasulullah Saw mendudukkan haji dalam deretan amalan-amalan utama setelah iman dan jihad di jalan Allah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu „anhu
:
:
. : :
. : : .
“Bahwa Rasulullah Saw ditanya tentang amal apakah yang paling utama? Beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Beliau ditanya, “Lalu apa?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Beliau ditanya, “Lalu apa?” Beliau menjawab, “Haji mabrur.” (HR. al-Bukhari).
c. Kesiapan Melaksanakan Aturan Dan
Tatanan Manasik Haji. Haji merupakan pendidikan jihad agar jiwa menghormati dan menghargai batasan-batasan Allah, Alquran yang lain mengajarkan orang yang berhaji agar menghindari perkara-perkara yang dapat mengurangi atau menghapus keutamaan ibadah haji. Firman Allah Subhanahu Wata‟ala,
“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh bersetubuh, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam
masa mengerjakan haji.” (Al-Baqarah: 197).
Diantara Hikmahnya: 1. Haji dapat melebur dosa-dosa
pelakunya sehingga dia pulang dalam keadaan sama dengan pada saat dilahirkan oleh ibunya. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
. “Barangsiapa berhaji karena Allah, lalu dia tidak melakukan bersetubuh dan tidak melakukan perbuatan fasik, niscaya dia pulang seperti hari di mana dia dilahirkan oleh ibunya.” (Muttafaq „alaihi)
Juga sabda Nabi SAW kepada Amr bin
al-Ash RA pada saat dia masuk Islam,
!
. “Apakah kamu belum mengetahui wahai Amr, bahwa Islam menghapus apa yang sebelumnya, hijrah menghapus apa yang sebelumnya, dan haji menghapus apa yang sebelumnya.” (HR. Muslim, Mukhtashar Shahih Muslim, no. 64).
2. Haji bertujuan melatih dan mendidik pengorbanan yang dimiliki untuk mendapatkan kebaikan dan kemaslahatan baik untuk dirinya dan orang lain. Firman Allah Subhanahu Wata‟ala,
“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya, dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (Al-Hajj: 28).
C. Haji Mabrur
Tidak semua yang mampu menjalankan haji otomatis langsung dijamin masuk surga dan terhindar dari siksa api neraka. Kenapa? Karena hanya haji yang mabrur sajalah yang mendapat jaminan masuk surga.
Rasulullah Saw;,
“Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada pahala bagi haji mabrur kecuali surga,” (Muttafaq Alaihi).
Kata “mabrur” berasal dari kata “Birr” yang berarti ketaatan. Pengarang kitab Riyadhus Shalihin, Al Imam An-Nawawi Rahimahullah menyatakan bahwa “haji yang mabrur adalah haji yang tidak ternodai oleh dosa.” Definisi haji yang mabrur tersebut juga didukung oleh Imam Al-Qurthubi yang menyatakan bahwa “haji yang mabrur adalah haji yang tidak dikotori oleh maksiat.” Indikasi haji Mabrur 1. Haji yang tidak lagi melakukan maksiat atau
dosa seperti yang biasa dilakukan sebelum
berhaji. Pendapat inilah yang diusung oleh
Imam Al-Qurthubi yang mengatakan, “Haji
mabrur adalah haji yang tidak lagi gemar
bermaksiat setelah pulang haji.”
2. Haji yang melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik dalam hal Keyakinan
(aqidah) dan Ibadah-nya. Dengan ditandai:
a. Aqidah: . Bukanlah haji yang mabrur
jika setelah berhaji ia masih melakukan
syirik. Ia lebih takut kepada manusia
daripada kepada Allah. Serta masih
menganggap ada syariat yang lebih
utama selain syariat Islam.
b. Ibadah: haji yang mabrur adalah haji
semakin meningkat kuantitas dan
kualitas ibadahnya setelah berhaji. Jika
semula ia enggan mendirikan shalat
berjamaah, maka setelah berhaji ia rutin
menjalankan shalat secara berjamaah.
Jika semula ia enggan tadarus Quran,
maka setelah berhaji ia jadi rajin
membaca Quran. 3. Terjadi perubahan dalam hal muamalah dan
akhlak. Muamalah adalah hal-hal yang
terkait dengan hubungan sesama manusia.
Rasulullah mengajarkan kita bahwa haji
yang mabrur adalah haji yang, “Suka
bersedekah dengan bentuk memberi makan
dan memiliki tutur kata yang baik,” (HR
Hakim, Hadist Hasan).
Doa agar haji mabrur, sebagaimana
diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar
bahwa umat Islam dianjurkan untuk membaca
dengan penuh harap dan rasa takut dengan
berdo’a: “Allahumaj’al hajjan mabruron, wa
sa’yan masykuron, wa dzanban maghfuran,”
(Semoga Allah menganugerahkan haji yang mabrur,
usaha yang disyukuri dan dosa yang diampuni).
Semoga saudara-saudara kita yang berangkat haji dikaruniai Haji Mabrur yang memberi pengaruh baik dalam kehidupan dan perilaku mereka, dan bagi saudara-saudara kita yang belum berangkat semoga Allah memudahkan jalannya agar mereka juga bisa menyaksikan keagungan-Nya melalui ibadah yang agung ini.