gna

32
Ameer Ridhwan Osman NIM: 11-2013-051 Pembimbing: dr. Rita Tresnawati, Sp.A LAPORAN KASUS GROMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS

Upload: abuuwais90

Post on 16-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bjhiuhn

TRANSCRIPT

Slide 1

Ameer Ridhwan OsmanNIM: 11-2013-051Pembimbing: dr. Rita Tresnawati, Sp.ALAPORAN KASUSGROMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS

Anamnesis

Riwayat penyakit sekarangPasien mengeluh nyeri kepala hebat sejak 1 hari SMRS. Nyeri kepala dirasakan seperti berdenyut-denyut,dirasai di hampir seluruh bahagian kepala. Nyeri kepala awalnya dirasakan sejak 4 hari SMRS, namun cuma ringan. Nyeri kepala hebat ini disertai dengan muntah sebanyak kurang lebih 4 kali, keluar isi makanan. 8 jam sebelum datang ke UGD, pasien sempat muntah keluar darah sebanyak 1 kali, isi muntah kira-kira 2 gelas aqua (400cc).

Pasien sempat dikejarkan ke RS Sartika Asih dan disana, pasien mengalami kejang sebanyak 4 kali. Lama kejang kurang lebih 5 menit setiap kali kejang. Kejang cuma berlaku di wajah. Selain itu, sejak 1 minggu SMRS, pasien mengalami bengkak-bengkak. Bengkak terutama dibagian bawah mata dan perut kelihatan membuncit. Bengkak masih kelihatan saat pasien datang ke UGD RS Rajawali.

Keluhan demam disangkal sewaktu pasien datang ke UGD. Pasien juga mengatakan bahwa dia terasa sedikit sesak. Batuk- batuk disangkal pasien. BAB normal manakala BAK dikatakan sedikit oleh pasien dan keluarnya berwarna merah seperti air cucian daging.

Riwayat penyakit dahulupasien mengalami panas badan kira-kira 1 bulan SMRS. Pasien juga mengeluh mengalami gatal-gatal badan di bahagian dada, perut dan kedua tungkai bawah 2 minggu SMRS. Riwayat penyakit ginjal disangkal.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan sistemis

Pemeriksaan toraks

Pemeriksaan jantung

Pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan penunjang

foto toraks:Gambaran kardiomegali dengan edema paru ringan kanan bawahFoto BNO:Kesan: hepatomegali

Daftar masalah

Diagnosis kerjaDIAGNOSIS KERJAGromerulonefritis akut post streptococcusEnsefalopati hipertensiEdema paruAnemia ringanDemam tifoid

DIAGNOSIS BANDINGSindroma nefrotikGromerulonefritis kronis eksaserbasi akut

Pemeriksaan anjuranPemeriksaan serologis ASLOPemeriksaan komplemen C3 serum

penatalaksanaanSupportifIstirahat Terapi diit pemberian garam dibatasi sebanyak 0,5-1 g/ hariPembatasan asupan cairan (pasang IV line, pengawasan cairan masuk dan cairan keluar)

Medika mentosaDomperidone 60 ml susp Fl No. IS 2 dd 11/2 cthAmoxicillin 60 ml syrup forte FL No. IS 4 dd 1 cthLasix 2 ml amp No. II intravena

Prognosis Prognosis baik jika tidak ada komplikasi yang memperberat.

Pembahasan Pada pasien anak laki-laki berusia 11 tahun 6 bulan ini, ditemukan beberapa gejala yang mengarah ke diagnosis gromerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS).Keluhan nyeri kepala hebat merupakan salah satu gejala dari ensefalopati hipertensi, komplikasi dari GNAPS itu sendiri.Antara gejala lain dari ensefalopati hipertensi juga adalah rasa mual dan muntah, juga ada pada pasien ini.

Pada pasien ini, ditemukan edema infraorbital (gejala utama dari GNAPS)Keluhan bengkak pada mata sering dirasai saat pasien baru bangun tidur. ini karena faktor dari gravitasi dan dengan adanya jaringan longgar di bahagian infraorbital menjadi sebab utama mengapa bahagian tersebut mudah membengkak jika terjadi overload cairan dalam badan.

Gejala edema dan hipertensi saling berkait rapat karena retensi cairan (natrium dan air) akibat daripada perubahan fungsi gromerulusnya.Peningkatan dari aldosteron juga dapat berperan pada retensi natrium dan air. Dapat juga ditemukan gejala edema paru pada pasien ini akibat bendungan sirkulasi yang bisa diidentifikasi pada pemeriksaan fisik; ditemukan ronki basah halus disertai perasaan sesak oleh pasien dan pada foto toraks.

Bendungan ini juga menyebabkan terjadinya hepatomegali seperti yang bisa ditemukan pada pasien ini.Manakala penurunan laju filtrasi dari gromerulus ini dapat dilihat dengan berkurangnya volume BAK nya (oliguria).

Ditemukan juga gejala hematuria makroskopik dimana pasien mengatakan kencingnya berwarna seperti air cucian daging. Ini karena terjadinya kerusakan pada kapiler gromerulus.Hematuria makroskopik biasanya ditemukan pada awal minggu pertama perjalanan penyakit dan berlangsung dalam beberapa hari. Manakala hematuria mikroskopis bisa berlangsung lebih lama, umumnya menghilang dalam waktu 6 bulan.

Sedimen eritrosit akan ditemukan diakibatkan kecederaan pada tubuli ginjal.Kerusakan tubuli ginjal juga bisa ditandai dengan adanya proteinuria (+1 sampai +4), namun pada pasien ini tidak ditemukan proteinuria.

Anjuran pemeriksaan komplemen C3 dapat dilakukan dan biasanya akan ditemukan penurunan C3 yang mencolok pada pasien GNAPS dengan kadar 20-40 mg/dL (harga normal 50-140 mg/dL). Kadar normal kembali dalam waktu 6-8 minggu. Pengamatan itu memastikan diagnosa, karena pada GNA yang lain yang juga menunjukkan penurunan komplemen C3, ternyata berlangsung lebih lama.

Adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan melakukan biakan tenggorokan atau kulit. Biakan mungkin negative apabila telah diberi antimikroba. Pemeriksaan serologis seperti ASTO dapat dilakukan untuk membuktikan adanya infeksi dari streptokokus.

Terapi untuk GNAPS termasuklah istirahat, diet, pemberian antibiotic dan simtomatik lainnya. Istirahat di tempat tidur dianjurkan terutama bila dijumpai komplikasi yang biasanya timbul dalam minggu pertama perjalanan penyakit GNAPS.Manakala pada terapi diit, hendaklah diperhatikan jumlah pemberian garam terutama pasien dengan edema paru. Pemberian garam dibatasi sebanyak 0,5-1 g/hari pada pasien dengan edema paru ringan, manakala makanan tanpa garam untuk edema paru berat.

Pemberian antibiotic biasa diberikan untuk eradikasi kuman. Terapi medikamentosa golongan penisilin diberikan untuk eradikasi kuman, yaitu amoksisilin 50 mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Jika pasie alergi terhadap penisilin, dapat diberikan eritromisin dosis 30 mg /KgBB/ hari.

Pada pasien ini, didapatkan gejala seperti hepatomegali dan edema paru yang menunjukkan adanya bendungan sirkulasi.Asupan cairan haruslah dibatasi. Dapat juga diberikan diuretic seperti furosemid. Pembatasan cairan atau pemberian diuretic ini dapat mengembalikan jumlah volume sirkulasi sekaligus dapat menurunkan tekanan darah pada pasien ini dan mengurangi tanda hepatomegali dan edema paru sedikit demi sedikit

TERIMA KASIH