genteng massokka-kebumen

Upload: dyah-wulandhari-marganingrum

Post on 20-Jul-2015

977 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

2012MAKALAH INDUSTRI GENTENG MASSOKKA-KEBUMEN

MUKHAMAD ADITYA KURNIAWAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI1/1/2012

LOGO IPDNMAKALAH INDUSTRI GENTENG PRESS MASSOKKA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT

OLEH MUKHAMAD ADITYA KURNIAWAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, Hidayah, serta Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul Industri Genteng Press Massokka Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat ini dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas pada semester satu, mata kuliah ini. Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan semua pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memebrikan dukungan kepada penulis demi menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan hati yang lapang dan tulus penyusun menerima kritik dan saran, semoga karya tulis ini akan memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan menjadi referensi yang berguna bagi pembuatan makalah selanjutnya. Semoga bantuan dan jasa yang telah diberikan semua pihak akan menjadi amal baik dan mendapatkan barokah dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Bandung, 5 Februari 2012

Penulis

DAFTTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................. Kata Pengantar ................................................................................................................ Daftar Isi .......................................................................................................................... BAB I. Pendahuluan A. Latar Belakang ............................................................................................... B. Rumusan Masalah ......................................................................................... C. Tujuan ............................................................................................................ D. Manfaat ......................................................................................................... BAB II. ISI A. Sejarah Genteng Massokka .............................................................................

i ii iii

1 7 7 7

8

B. Proses Produksi Genteng Massokka ............................................................... 11 C. Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan ...................................................... 16 D. Solusi Akan Dampak Negatif yang Ditimbulkan .............................................. 21 Bab III. PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................................... B. Saran ................................................................................................................... 26 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 28 DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... 29

LAMPIRAN ....................................................................................................................... 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional dilaksanakan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di segala bidang dengan menitikberatkan pada pembangunan dalam bidang ekonomi. Hasil pembangunan tersebut harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata.

Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi tersebut seyogyanya dapat memperluas ketersediaan kebutuhan penduduk seperti kebutuhan sandang, papan dan pangan. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan adanya pemberdayaan manusia dan potensi alam. Lingkungan alam merupakan satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya demikian erat, sehingga keadaan alam berpengaruh terhadap berbagai hal dalam kehidupan manusia seperti misalnya tingkah laku manusia dalam

bermasyarakat, pola makan, kesehatan, laju kematian, tingkat fertilitas dan lain-lain. Keadaan alam dan tanah juga berhubungan erat dengan sistem mata pencaharian penduduk. Alam merupakan tumpuan kehidupan bagi penduduk pedesaan, terutama para petani yang bergelut dengan alam setiap hari demi menyambung dan mempertahankan hidup. Pendapatan dan pekerjaan usaha pertanian yang musiman membawa konsekuensi pada permintaan pasar kerja. Permintaan tenaga kerja pertanian sangat besar pada saat musim penghujan

yang bertepatan dengan masa tanam tetapi ketika musim telah berganti menjadi musim kemarau maka permintaan tenaga kerja menurun. Pola musiman inilah yang menyebabkan pekerjaan di luar sektor pertanian menjadi penting seperti munculnya industri yang berkembang di Indonesia. Industri merupakan suatu usaha manusia dalam menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari sumber daya lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia. Industrialisasi adalah proses meningkatnya kemampuan suatu masyarakat dan bangsa secara keseluruhan untuk memproduksi aneka rupa barang kebutuhan masyarakat. Industrialisasi membantu masyarakat dalam memperoleh penghasilan dan telah merangsang penduduk untuk melepaskan cara hidup mereka yang berorientasi pada tradisi serta mendorong mereka untuk berhubungan dengan dunia luar. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa industri kecil dan kerajinan rumah tangga pada hakekatnya masih bertahan pada sektor perekonomian Indonesia, bahkan dari waktu ke waktu senantiasa menunjukkan perkembangan yang meningkat. Salah satunya adalah sentra industri genteng press di Kota Kebumen. Industri genteng press di Kota Kebumen menghasilkan produksi genteng yang bermanfaat dalam kehidupan manusia yaitu sebagai penutup atap rumah yang terbuat dari tanah liat dan telah melalui proses pencetakan dan pembakaran. Proses pencetakan sesuai dengan jenis genteng yang diinginkan, terdapat berbagai bentuk genteng seperti flam atau plentong, garuda, kodok, mantili, good year, glazur, dan turbo.

Proses pembuatan genteng press di Kota Kebumen melalui tahap-tahap sederhana yang dimulai dengan penggalian bahan baku tanah liat atau lempung, kemudian tanah liat yang telah digali diangkut sampai ke tempat produksi genteng press. Tanah liat tersebut kemudian disiram atau dicampurkan dengan air sambil diaduk-aduk supaya air bisa meresap dan selanjutnya tanah liat didiamkan selama kurang lebih satu malam. Tanah liat dan air yang telah tercampur kemudian digiling dengan molen. Penggilingan dapat dilakukan lebih dari dua kali untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Tanah yang sudah digiling kemudian dicetak dengan menggunakan alat press sesuai dengan jenis-jenis genteng yang ingin diproduksi. Hasil pencetakan genteng press diletakkan di atas tempelang yaitu alat yang terbuat dari kayu yang fungsinya sebagai tempat genteng yang masih basah, tempelang tersebut kemudian disusun ke sebuah plangkan. Penjemuran dilakukan di bawah sinar matahari langsung sekitar 12 jam pada musim kemarau agar cepat kering, sedangkan pada musim penghujan biasanya penjemuran bisa sampai satu minggu lebih. Genteng yang sudah kering kemudian disisik atau dirapikan bagian tepinya dengan pisau, kemudian dilakukan proses pembakaran menggunakan tungku pembakaran atau pawon. Proses pembakaran menggunakan limbah kayu Tempat Penimbunan Kayu (TPK), sekam padi, klethek atau kulit randu dan batu bara yang dilakukan selama 12 jam-24 jam, tergantung kapasitas tungku pembakaran. Genteng telah siap untuk dipasarkan setelah melalui proses pembakaran.

Industri genteng press merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Kota Kebumen sehingga pengelolaannya sudah benar-benar diperhatikan. Daerah pemasaran produk genteng berdasarkan pembagian wilayah, meliputi wilayah barat, utara, timur, dan selatan, Meliputi Purwodadi, Semarang, Kendal, Weleri, Batang, Pekalongan, Comal, Rembang dan Pati, Blora, Rembang, Jatirogo, Sragen, Solo, dan Yogyakarta. Kota Kebumen merupakan salah satu daerah yang memproduksi genteng di Jawa Tengah. Daerah tersebut terkenal sebagai daerah sentra industri genteng press dan merupakan salah satu produk unggulan. Industri genteng press di Kota Kebumen mulai berkembang sejak terjadinya peralihan cara pembuatan genteng press dari manual menjadi teknik press yaitu pada tahun 1990 dengan pelopornya Bapak Fahmi Syarif. Pengrajin industri genteng press tersebut mempunyai wadah yang dikenal dengan Massokka yaitu suatu kelompok pengusaha perusahaan genteng di Kota Kebumen yang saling mendukung dan di dalamnya terdapat sebuah kerjasama untuk

pengembangan usahanya. Perkembangan industri genteng press di Kota Kebumen mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya, oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengkaji hal tersebut dalam bentuk tulisan ilmiah berupa makalah. Makalah yang berjudul Industri Genteng Press dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, Lingkungan

Masyarakat Desa Sruweng, Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen ini menjelaskan mengenai perkembangan industri genteng press serta pengaruh

yang ditimbulkannya bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Sruweng. Makalah ini juga menjelaskan batasan temporalnya yaitu mengenai perkembangan industri genteng press tahun 1990 hingga sekarang. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah Genteng Massokka? 2. Bagaimana proses produksi Genteng Massoka? 3. Apa dampak sosial, ekonomi, dan lingkunan perusahaan Genteng Massokka di dalam masyarakat? 4. Bagaimana caranya menyelesaikan dampak negati yang ditimbulkan?

C. Tujuan 1. Mengetahui sejarah berkembangnya Genteng Massoka. 2. Mengetahui proses produksi Genteng Massokka. 3. Mengetahui apa saja dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan akan adanya perusahaan Genteng Massokka di dalam kehidupan masyarakat. 4. Mengetahui solusi dari segala dampak negatif yang ditimbulkan.

D. Manfaat 1. Mencegah segala dampak negati yang akan terjadi. 2. Memanfaatkan hasil produksi dengan sebaik-baiknya.

E. Metode Penelitian Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Sejarawan berusaha merekonstruksi peristiwa masa lampau dengan menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakan sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis. Metode tersebut digunakan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan

sejarah, menilai secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasilnya dalam bentuk tulisan ilmiah. Empat tahapan dalam penerapan metode sejarah kritis adalah sebagai berikut: 1. Heuristik Heuristik adalah pengumpulan sumber baik primer maupun sekunder yang digunakan dalam penulisan sejarah. Bahan-bahan yang dikumpulkan adalah sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas. a). Sumber primer yang diperoleh dari arsip atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. b). Sumber sekunder digunakan untuk melengkapi data yang tidak ditemukan dari sumber primer. Sumber tersebut antara lain buku-buku, laporan-laporan penelitian dan karya ilmiah, seperti karya tulis atau makalah yang berhubungan dengan penelitian. c). Pengumpulan sumber lainnya adalah pengumpulan sumber lisan (oral history). Sumber tersebut memberikan informasi kemungkinan yang tidak terbatas dan untuk memperolah data lebih representatif serta untuk mengungkapkan keterangan-keterangan penting yang tidak ditemukan dalam sumber tertulis. 2. Kritik Sumber Kegunaan kritik sumber adalah mengumpulkan informasi yang dapat diperoleh dari sumber sejarah, baik kritik intern maupun ekstern. Kritik ekstern bertugas menjawab pertanyaan mengenai keaslian suatu sumber, sedangkan kritik intern bertujuan membuktikan bahwa informasi dan kesaksian yang diberikan oleh sebuah sumber itu merupakan informasi yang memang dapat dipercaya kebenarannya. 3. Interpretasi (sintesa) Interpretasi adalah suatu usaha untuk memahami fakta, memilah dan menetapkan fakta yang bisa digunakan maupun yang tidak, serta menyusun fakta tersebut berdasarkan kronologi peristiwa yang saling berkaitan.

4. Historiografi Historiografi merupakan tahap akhir dalam penelitian berupa penulisan sejarah. Karya ilmiah ini harus mampu merekonstruksi perkembangan industri genteng press dan pengaruhnya bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Kebumen secara lengkap, sehingga permasalahan pada industri genteng press tersebut dapat terungkap secara kronologis.

F. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi yang berjudul Industri Genteng Press dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat terdiri dari tiga bab, yaitu sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Sejarah singkat mengenai industri genteng, khususnya Genteng Massokka, Dampak sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang dirimbulkan, serta solusi dari dampak negatif yang terjadi Bab V : Penutup yang meliputi kesimpulan jawaban dari permasalahan yang telah dikaji.

BAB II ISI A. SEJARAH GENTENG MASSOKKA Industri genteng di Kabupaten Kebumen memiliki sejarah panjang. Sampai saat ini, keberadaan industri masih menjadi sandaran untuk menghidupi ribuan warga. Untuk mengetahui sejarah genteng Sokka, wartawan Suara Merdeka Supriyanto melaporkannya. Jauh sebelum mengenal genteng, sebagian masyarakat di Kabupaten Kebumen telah memiliki keterampilan membuat tembikar. Hal itu didukung jenis tanah di Sokka, Wonosari, Sruweng, dan Klirong yang bagus untuk bahan tembikar. Sebelum abad ke-20, sudah banyak warga yang membuat gerabah untuk alat-alat rumah tangga seperti tungku, gentong, padasan, blengker, jambangan, kendil, cowek, dan jubek dari tanah liat. Bahkan sampai saat ini, keahlian turun-temurun yang konon hasil interaksi dengan kebudayaan China itu masih bertahan. Warisan keahlian membuat gerabah diteruskan masyarakat Gebangsari Kecamatan Klirong yang terkenal sentra gerabah Kebumen. Kerajinan genteng muncul sekitar tahun 1920-an. Saat itu, Pemerintah kolonial Belanda melakukan penelitian untuk memetakan daerah-daerah yang memiliki tanah bagus untuk bahan atap bangunan. Saat itu, dibentuklah Balai Keramik di Bandung. Kebumen merupakan salah satu dari sejumlah daerah yang memiliki potensi sentra genteng. Genteng-genteng tersebut untuk memenuhi pembangunan infrastruktur termasuk untuk dijadikan atap pabrik gula. Bahkan di Kebumen juga terdapat dua pabrik gula, yakni di Prembun yang bekasnya jadi Pos Polisi Prembun dan di Kebumen yang saat ini menjadi RSUD. Pengenalan genteng sebagai atap juga dilakukan oleh tim kesehatan Belanda. Misi kesehatan dilakukan karena saat itu terjadi wabah pes. Saat itu, banyak tenaga kerja pribumi yang tidak bisa maksimal karena terserang penyakit tersebut. Terungkap, sebagian besar rumah yang saat itu masih beratap rumbia menjadi penyebab penularan pes. Sebab atap sering dijadikan sarang tikus penyebab pes. Untuk pertama kali, Belanda mendirikan sebuah pabrik genteng di Kebumen persisnya di Pejagoan. Namun saat ini, bekas pabrik sudah tidak bisa

dilihat karena sudah menjadi gedung SMP Negeri 1 Pejagoan. Pabrik hancur saat perang kemerdekaan. Orang Jawa pertama yang membuat kerajinan genteng adalah H Ahmad. Namun pembuatan genteng masih belum menggunakan mesin. Produksi genteng masih manual. Namun dari sinilah cikal bakal industri genteng di Kebumen. Setelah itu, H Abu Ngamar salah satu anak H Ahmad mendirikan pabrik genteng di Sokka, 200 meter dari Stasiun Sokka di Pejagoan. Atas bantuan kawannya guru teknik Belanda, mesin pabrik didatangkan dari Jerman. Produk banyak digunakan untuk atap pabrik gula di Jawa. Merek genteng yang legendaris itu adalah AB Sokka. Sampai saat ini, di bekas lokasi pabrik di Dusun Sokka, Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan masih dapat ditemui lima cerobong pembakaran genteng. Namun cerobong tersebut sudah tak dipakai. Di kawasan itu juga tampak deretan ruang penyimpanan genteng, termasuk dari bekas-bekas rel dari dalam pabrik yang tersambung menuju Stasiun Sokka. Untuk menelusuri jejak sejarah genteng Sokka, Suara Merdeka menemui salah satu cucu Abu Ngamar yang bernama Abu Ahmar (63) di kediamannya RT 1 RW 5 Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan. Rumahnya 200 meter dari pabrik genteng kuno itu. Abu Ahmar adalah salah satu keturunan Abu Ngamar yang paham betul soal sejarah genteng Sokka. Bahkan dia kerap dijadikan rujukan bagi para mahasiswa yang tengah menyusun skripsi tentang genteng Kebumen. Abu Ahmar menceritakan, sekitar tahun 1940 sebagian bangunan pabrik AB Sokka hancur akibat perang. Meski cerobongnya tidak ikut roboh, namun selama satu dasa warsa AB Sokka terguncang akibat revolusi fisik. Usaha itu bangkit kembali setelah masa kemerdekaan. Selanjutnya berbagai macam perusahaan-perusahaan industri genteng semakin banyak bermunculan, hingga timbullah Genteng Massokka yang didirrikan oleh H.Masudi, kemudian dikelola oleh krunya Fahmi Syarif yang sekarang menjabat menjadi manager di Perusahaan Massokka. Perusahaan tersebut sekarang ini bertempat di Jalan Raya Jabres No.203 Km 06 Sruweng Kebumen, Jawa Tengah, 54362. Semakin lama industri genteng Massokka ini semakin maju dan berkembang serta memiliki produk-produk yang berkualitas bagus.

B. PROSES PRODUKSI GENTENG MASSOKKA Bahan Baku: 1. Tanah Liat 2. Pasir Halus 3. Air 4. Minyak Tanah atau Solar 5. Kayu Bakar Peralatan: 1. Mesin Molen 2. Mesin Pres 3. Tatakan 4. Rak Penyimpanan 5. Rak Pengeringan 6. Tungku Pembakaran

TAHAPAN AWAL Proses pembuatan genteng diawali dengan pengolahan bahan mentah berupa tanah. Pengambilan tanah sebagai bahan baku genteng harus berasaskan kelestarian lingkungan. Bagian lapisan paling atas dari tanah yaitu bunga tanah tidak digunakan sebagai bahan pembuat genteng, hal ini dikarenakan kandungan humus dan unsur hara yang sangat baik untuk tanaman. Pengambilan tanah dilakukan dengan cara menyingkirkan lapisan bunga tanah, dan tanah yang diambil adalah tanah dibagian bawah bunga tanah yaitu kurang lebih kedalaman 25 cm dari permukaan tanah. Pengambilan pun dijaga supaya tidak lebih dari kedalaman satu meter sebagai upaya terhadap pelestarian lingkungan. Proses selanjutnya adalah pembersihan tanah dari material-material pengotor seperti batu, plastik, sampah dll. Setelah cukup bersih tanah kemudian diaduk dengan menambahkan air.

PENGOLAHAN TANAH LIAT

Setelah didapatkan tanah liat, proses selanjutnya adalah penggilingan. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperoleh tanah liat yang homogen dengan partikel-partikel yang lebih halus dan merata. Proses penggilingan dilakukan dengan cara memasukkan tanah liat ke dalam mesin penggiling tanah atau lebih dikenal dengan nama molen, pada proses ini juga ditambahkan sedikit pasir laut. Tujuan penambahan pasir laut adalah supaya tanah tidak terlalu lembek sehingga mempermudah proses penggilingan. Penggilingan berlangsung dalam waktu yang singkat dengan output berupa tanah liat yang telah tercetak kotak-kotak sesuai dengan ukuran genteng yang akan dibuat. Kotak-kotak tanah liat ini biasa dinamakan keweh. Keweh inilah yang pada nantinya merupakan bahan baku sebagai pembuatan genteng.

PENCETAKAN GENTENG Proses selanjutnya adalah pencetakan genteng. Pencetakan genteng dilakukan dengan cara memasukkan keweh ke dalam mesin cetak berupa mesin press ulir. Sebelum dimasukkan, pipihkan dulu kuweh dengan cara dipukulpukul dengan kayu atau biasa dikenal dengan gebleg. Tujuan dari gebleg adalah mendapatkan keweh yang padat dan juga sesuai dengan ukuran mesin press. Output dari mesin press ini berupa genteng basah dengan bentuk yang masih belum rapi. Proses selanjutnya adalah perapihan dimana bagian tepi genteng diratakan dan dibersihkan dari sisa-sisa tanah liat yang masih menempel akibat proses pengepressan.

PENGERINGAN Ada beberapa tahap yang harus dilalui dalam proses pengeringan genteng. Yang pertama adalah proses pengeringan dengan cara dianginanginkan. Dimana genteng hasil pengepressan diletakan di dalam rak dalam waktu 2 hari. Proses pengeringan selanjutnya

adalah pengeringan dengan menggunakan sinar matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan cara menjemur genteng secara langsung di bawah terik matahari selama kurang lebih 6 jam.

PROSES PENGERINGAN Pengeringan genteng selanjutnya berlangsung di dalam tungku. Pengeringan dalam tungku berlangsung selama 2 hari atau 48 jam. Pengeringan dilakukan dengan cara memasukkan genteng ke dalam tungku kemudian dipanaskan dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu. Pengeringan ini merupakan pengeringan tahap akhir. Pengeringan ini juga sebagai pra pembakaran. Proses selanjutnya adalah pembakaran. Pembakaran berlangsung selama 12 jam dimana suhu ditingkatkan sampai dengan kurang lebih 800 derajat celcius kemudian ditahan pada suhu tersebut.

PENGGLASURAN Output dari tungku adalah genteng yang siap pakai, setelah disortir terlebih dahulu tentunya. Untuk genteng ini biasa dinamakan genteng natural, tergantung dari jenisnya. Pada proses kali ini adalah proses untuk pembuatan genteng morando, so dinamakan genteng morando natural. Untuk proses selanjutnya adalah pengglasuran. Glassur berasal dari kata glass yang berarti kaca secara harfiah dapat juga dikatakan proses pengglasuran adalah penambahan lapisan kaca pada permukaan genteng, relatif sama dengan proses coating. Tujuan dari pengglasuran adalah supaya kenampakan genteng yang lebih indah dan artistik. Disamping itu dengan adanya lapisan glassur juga dapat menghindarkan genteng dari lumut. Bahan utama glassur adalah lead oksid atau pbo dengan penambahan matrik berupa fritz atau tepung kaca, penambahan sedikit kwarsa akan meningkatkan kekerasan. Bahan bahan glasur diaduk dengan air sebagai bahan pelarut sampai merata. Adonan bahan glasur kemudian dituangkan ke atas permukaan genteng dengan ketebalan tertentu. Diamkan beberapa saat kemudian masukkan kedalam tungku untuk proses pembakaran tahap 2.

PEMBAKARAN TAHAP II Proses selanjutnya adalah pembakaran tahap ke 2. Genteng natural yang telah dilapisi bahan glazur segera dimasukkan ke dalam tungku untuk mengalami proses pembakaran. Pembakaran tahap 1 dan 2 relatif sama yang membedakan adalah pada proses pembakaran tahap 2 tidak didahului dengan penggarangan. Pembakaran tahap 2 berlangsung selama 13 jam dengan suhu pembakaran dijaga supaya konstan pada suhu 900 derajat celcius.

TAHAPAN TERAKHIR Tahap yang terakhir pada proses produksi genteng glasur adalah finishing. Output dari pembakaran tahap 2 berupa genteng glasur yang

belum rapi, oleh karena itu diperlukan finishing sebelum genteng siap dipasarkan. Finishing yang dilakukan meliputi pengikiran pada tepi genteng, pengikiran bertujuan untuk merapikan permukaan genteng. Kemudian pengecatan yang bertujuan untuk menutupi bagian samping genteng yang tidak dapat tertutup oleh lapisan glasur. Dan yang terakhir adalah pengepakan, genteng diikat dengan striping band dengan jumlah sepuluh, selain supaya rapi pengepakan ini juga akan memudahkan pengangkutan genteng.

C. DAMPAK SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

D. SOLUSI AKAN DAMPAK NEGATIF YANG DITIMBULKAN

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA Colin Mac Andrews Ichlasul Amal. 2003 Hubungan Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Pusat-Daerah dalam

Haja, Anita Rahman. 2010. Polusi Lingkungan Perusahaan Genteng Kondisi Hiperkes di Indonesia saat ini. [http://ikmfkuii.000space.com/opini.php?subaction=showfull&id=127130468 2&archive=&start_from=&ucat=6&, diakses pada Sabtu, 4 Februari 2012, pukul 14.30 WIB].

Huda.

2011.

Proses

Pembuatan

Genteng.

[http://galleryhud.wordpress/proses-

pembuatan-genteng/, diakses pada Sabtu, 4 Februari 2012, pukul 15.30 WIB]

Jaya,

Ruddy. 2011. Proses Pembuatan Genteng. [http://ruddyjaya.blogspot.com/2011/04/proses-pembuatan-gentengkramik.html, diakses pada Sabtu, 4 Februari 2012, pukul 14.12 WIB].

Litasari, Anugrah. 2010. Industri Genteng Press dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat. Grobogan [(http://artikelmedia.blogspot.com/2010/05/industri-genteng-press-dan-pengaruhnya-terhadapkehidupan-sosial-ekonomi-masyarakat.html), diakses pada Sabtu, 4 Februari 2012, pukul 15.00 WIB]

Makmun, Sukron. 2010. Dampak Lingkungan Genteng Sokka. [http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/06/01/111421/DampakLingkungan-Genteng-Sokka, diakses pada Sabtu, 4 Februari 2012, pukul 14.37 WIB].

LAMPIRAN