gametogenesis

33
BAB I PENDAHULUAN Standar kompetensi : Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui proses pembentukan gamet jantan dan gamet betina serta proses ovulasi pada betina. Kompetensi dasar : Mahasiswa dapat menguraikan: 1.1 Spermatogenesis 1.2 Oogenesis 1.3 Pembentukan Telur 1.4 Tipe Telur 1.5 Proses Ovulasi 1.1 Latar Belakang Reproduksi atau pembiakan ialah memperbanyak diri atau berketurunan. Bertujuan untuk mempertahankan kehadiran spesies di alam. Bila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia menggunakan proses pembelahan meiosis. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid 1

Upload: laily-munawarah

Post on 05-Dec-2014

824 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Berisi tentang gametogenesis, proses mitosis dan meiosis yang terjadi pada spermatogenesis, dan oogenesis. selain itu, ada tipe telur, dan proses ovulasi.

TRANSCRIPT

Page 1: GAMETOGENESIS

BAB I

PENDAHULUAN

Standar kompetensi : Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui proses

pembentukan gamet jantan dan gamet betina serta proses

ovulasi pada betina.

Kompetensi dasar : Mahasiswa dapat menguraikan:

1.1 Spermatogenesis

1.2 Oogenesis

1.3 Pembentukan Telur

1.4 Tipe Telur

1.5 Proses Ovulasi

1.1 Latar Belakang

Reproduksi atau pembiakan ialah memperbanyak diri atau berketurunan.

Bertujuan untuk mempertahankan kehadiran spesies di alam. Bila ada sel tubuh

kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui

proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama

dalam proses reproduksi manusia menggunakan proses pembelahan meiosis.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa mitosis menghasilkan sel baru

yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid

(2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom

pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis

dibedakan menjadi 2, yaitu Spermatogenesis dan Oogenesis.

Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sperma atau sel gamet

jantan didalam alat kelamin jantan ( testis ), tepatnya berlangsung ditubulus

seminiferus dan diatur oleh hormone gonadotropin dan testosterone. Pada proses

ini akan dihasilkan 4 sel spermatozoa, yang masing – masing bersifat haploid dan

dilengkapi dengan bulu cambuk ( flagel ). Sedangkan Oogenesis merupakan

proses pembentukan sel – sel gamet betina ( ovum ) didalam ovarium hewan.

Pada hasil ini akan dihasilkan 4 sel telur tetapi hanya satu saja yang fungsional,

sebab selnya mengandung plasma dan inti yang berkromosom tunggal, sedangkan

1

Page 2: GAMETOGENESIS

3 sel telur lainnya letal atau mengalami kematian sehingga tetap melekat pada

salah satu kutub dan berubah menjadi sel kutub ( polosit ).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana proses gametogenesis?

2. Bagaimana proses spermatogenesis?

3. Bagaimana proses oogenesis?

4. Bagaimana proses pembentukan Telur?

5. Apa saja tipe Telur?

6. Bagaimana proses ovulasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui proses gametogenesis.

2. Mengetahui proses spermatogenesis.

3. Mengetahui proses oogenesis.

4. Mengetahui proses pembentukan telur.

5. Mengetahui mecam-macam telur.

6. Mengetahui proses ovulasi.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami gunakan adalah menggunakan metode

kepustakaan yang bahannya diambil dari beberapa buku dan bahan – bahan

pustaka lainnya sebagai referensi dalam penulisan makalah ini dan juga media

internet yang pencarian bahan dalam bentuk jurnal melalui media elektronik yang

berhubungan dengan pokok bahasan yang diangkat.

2

Page 3: GAMETOGENESIS

BAB II

GAMETOGENESIS

2.1 Gametogenesis

Gamet dihasilkan dalam gonad. Gamet jantan: spermatozoon (jamak:

spermatozoa) dihasilkan dalam gonad jantan, disebut testis. Gamet betina : ovum

(jamak: ova), dihasilkan dalam gonad betina, disebut ovarium. (Yatim;1994:15)

Perkembangan berawal dari pembuahan (fertilisasi), proses penyatuan

gamet pria, sperma, dan gamet wanita, oosit, untuk menghasilkan zigot. Gamet

berasal dari sel germinativum primordial (SGP, primordial germ cell) yang

terbentuk di epiblas selama minggu ke dua dan yang bergerak menuju dinding

yolk sac. Selama minggu keempat, sel-sel ini mulai bermigrasi dari yolk sac

menuju gonad yang sedang terbentuk, tempat sel-sel ini sampai pada akhir

minggu kelima. Pembelahan mitotik meningkatkan jumlah sel ini sewaktu

bermigrasi dan juga ketika tiba di gonad. Sebagai persiapan untuk fertilisasi, sel

germinativum mengalami gametogenesis yang mencakup meiosis, untuk

mengurangi jumlah kromosom, dan sitodiferensiasi, untuk menentukan

pematangannya. (Sadler;2010:15)

Gametogenesis terdiri dari 4 tahap, yaitu:

1. Perbanyakan

2. Pertumbuhan

3. Pematangan

4. Perubahan bentuk

Tahap perbanyakan (poliferasi) berlangsung secara mitosis berulang-

ulang. Gametagium (sel induk gamet) membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4

menjadi 8, dan seterusnya. Gametangium ini akan tumbuh membesar menjadi

gametosit I. Gametosit I mengalami tahap pematangan, berlangsung secara

meiosis. Akhir meiosis I terbentuk gametosit II, dan akhir meiosis II terbentuk

gametid. Gametid mengalami tahap perubahan bentuk (transformasi) menjadi

gamet. (Yatim;1994:15)

3

Page 4: GAMETOGENESIS

Dalam proses gametogenesis ini terjadi dua pembelahan yaitu mitosis dan

meiosis.

a. Mitosis

Mitosis adalah proses pembelahan satu sel untuk menghasilkan dua sel

anak secara genetik identik dengan sel induk. Setiap sel anak menerima

komplemen lengkap 46 kromosom. Sebelum suatu sel mengalami mitosis, setiap

kromosom mereplikasikan DNA. Selama fase replikasi ini, kromosom menjadi

snagat panjang, tersebar difus ke seluruh nucleus dan tidak dapat dikenali dengan

mikroskop cahaya. Proses mitosis ini dimulai, kromosom mulai membentuk

kumparan, berkontraksi, dan memadat; proses-proses ini menandai dimulainya

profase. Setiap kromosom sekarang terdiri dari dua subunit parallel kromatid yang

disatukan oleh suatu daerah sempit (sentromer) yang terdapat dikeduanya.

Sepanjang profase, kromosom memadat, memendek, dan menebal, tetapi hanya

saat prometafase kromatid dapat dibedakan. Selama metaphase, kromosom-

kromosom berjajar dalam suatu bidang ekuator, dan struktur gandanya tampak

jelas. Masing-masing kromosom diikat oleh mikrotubulus yang berjalan drai

sentromer ke sentriol, membentuk gelendong mitotik. Tidak lama kemudian

sentromer masng-masing kromosom membelah, menadai awal anaphase, diikuti

oleh migrasi kromatid ke kutub gelendong yang berlawanan. Akhirnya, selamam

telofase, kumparan kromosom mengurai dan memanjang, selubung nucleus

kembali terbentuk, dan sitoplasma membelah. Masing-masing sel anak menerima

separuh dari bahan kromosom ganda sehingga mempertahankan jumlah

kromosom yang sama seperti sel induk. (Sadler;2010:17)

Mitosis Meiosis

4

Page 5: GAMETOGENESIS

b. Meiosis

Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk

menghasilkan gamet pria dan gamet wanita, yaitu masing-masing sperma dan sel

telur. Meiosis memerlukan dua pembelahan sel, yaitu meiosis I dan meiosis II,

untuk mengurangi jumlah kromosom menjadi jumlah haploid 23. Seperti pada

mitosis, sel germinativum pria dan wanita (spermatosit dan oosit primer) pada

awal meiosis I mereplikasikan DNA merekasehingga setiap 46 kromosom

tersebut digandakan menjadi sister cromatid. Namun, berbeda dengan mitosis,

kromosom-kromosom homolog kemudian bergabung membentuk pasangan-

pasangan, suatu proses yang disebut sinapsis. Pembentukan pasangan bersifat

eksak dan titik dmei titik kecuali kombinasi XY. Pasangan-pasangan homolog

kemudian berpisah menjadi dua sel anak. Segera sesudahnya, terjadi meiosis II

yang memisahkan kromosom ganda (sister cromatid) tersebut. Karena itu, setiap

gamet mengandung 23 kromosom.

Proses penting pada meiosis I adalah crossover, yaitu pertukaran segmen

kromatid antara pasangan kromosom yang homolog. Segmen-segmen kromatin

putus dan dipertukarkan sewaktu kromosom homolog memisah. Sewaktu terjadi

pemisahan, titik-titik pertukara menyatu untuk sementara dan membentuk struktur

seperti huruf X (kiasma). Umumnya terjadi sekitar 30 sampai 40 crossover (satu

atau dua per kromosom) antara gen-gen yang terpisah jauh dari satu kromosom

pada setiap pembelahan meiotik I.

Akibat pembelahan meiotik, (a) variabilitas genetik ditingkatkan melalui

tukar-silang yang menyebabkan redistribusi bahan genetik, dan melalui distribusi

acak kromosom homolog ke sel anak; dan (b) setiap sel germinativum

mengandung jumlah kromosom yang haploid sehingga saat pembuahan humlah

diploid 46 terpulihkan.

Selama meiosis, satu oosit primer menghasilkan empat sel anak, masing-

masing dengan 22 kromosom plus 1 kromosom X. namun, hanya satu dari sel

anak ini berkembang menjadi gamet dewasa, oosit; tiga sisanya badan polar,

hanya mendapat sedikit sitoplasma dan mengalami degenerasi pada

perkembangan selanjutnya. Demikian juga, satu spermatosit primer menghasilkan

5

Page 6: GAMETOGENESIS

empat sel anak, dua dengan dengan 22 kromosom plus 1 kromosom X dan dua

dengan 22 kromosom plus 1 kromosom Y. namun, berbeda dengan pembentukan

oosit, keempat sel tersebut berkembang menjadi gamet matang. (Sadler;2010:17)

2.2 Spermatogenesis

Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan

spermatozoa (sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan

spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel

ini membelah secara mitosis menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar,

kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama

besar. Spermatid adalah sebuah sel bundar dengan sejumlah besar protoplasma

dan merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Proses ini

berlangsung dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar 72 hari. Proses

spermatogenesis sangat bergantung pada mekanisme hormonal tubuh (Budiyanto,

2009).

Spermatozoa (sperma) yang normal memiliki kepala dan ekor, di mana

kepala mengandung materi genetik DNA, dan ekor yang merupakan alat

pergerakan sperma. Sperma yang matang memiliki kepala dengan bentuk lonjong

dan datar serta memiliki ekor bergelombang yang berguna mendorong sperma

memasuki air mani. Kepala sperma mengandung inti yang memiliki kromosom

dan juga memiliki struktur yang disebut akrosom. Akrosom mampu menembus

lapisan jelly yang mengelilingi telur dan membuahinya bila perlu. Sperma

diproduksi oleh organ yang bernama testis dalam kantung zakar. Hal ini

menyebabkan testis terasa lebih dingin dibandingkan anggota tubuh lainnya.

Pembentukan sperma berjalan lambat pada suhu normal, tapi terus-menerus

terjadi pada suhu yang lebih rendah dalam kantung zakar (Budiyanto, 2009).

Pada gonad laki-laki (testis), sel Sertoli digambarkan sebagai system

pembantu pematangan sel sperma (spermatozoa). Sel Sertoli yang tidak bisa

membelah diri lagi dan masih aktif dalam pertukaran zat, di dalam tubulus

seminiferus membentuk epitel benih, yang mengakomodasi spermatogonium

(Rohen, 2009: 9).

6

Page 7: GAMETOGENESIS

Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel induk spermatozoa atau

spermatogonium. Selain itu juga terdapat sel Sertoli yang berfungsi memberi

makan spermatozoa juga sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus.

Sel Leydig berfungsi menghasilkan testosteron (Budiyanto, 2009).

Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer. Sel

spermatosit primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit

sekunder membelah lagi menghasilkan spermatid. Spermatid berdeferensiasi

menjadi spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP

(Androgen Binding Protein) testosteron tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan

menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hiposis agar

menghentikan sekresi FSH dan LH (Budiyanto, 2009).

Kemudian spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan

cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan

kelenjar Cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut

dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat

mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa. Pada laki-laki, spermatogenesis

terjadi seumur hidup dan pelepasan spermatozoa dapat terjadi setiap saat

(Budiyanto, 2009).

Pada akhir proses, terjadi pertumbuhan dan perkembangan atau

diferensiasi yang rumit, tetapi bukan pembelahan sel, yaitu mengubah spermatid

menjadi sperma yang fungsional. Nukleus mengecil dan menjadi kepala sperma,

sedangkan sebagian besar sitoplasma dibuang. Sperma ini mengandung enzim

yang memegang peranan dalam menembus membran sel telur (Budiyanto, 2009).

Spermatogenesis terjadi secara diklik di semua bagian tubulus seminiferus.

Di setiap satu bagian tubulus, berbagai tahapan tersebut berlangsung secara

berurutan. Pada bagian tubulus yang berdekatan, sel cenderung berada dalam satu

tahapan lebih maju atau lebih dini. Pada manusia, perkembangan spermatogonium

menjadi sperma matang membutuhkan waktu 16 hari. Spermatogenesis

dipengaruhi oleh hormon gonadotropin, Follicle Stimulating Hormone (FSH),

Luteinizing hormone (LH), dan hormon testosterone (Budiyanto, 2009).

7

Page 8: GAMETOGENESIS

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sperma diproduksi oleh tubulus

seminiferus. Hal yang mengagumkan dari kerja tubulus seminiferus ini adalah

mampu memproduksi sperma setiap hari sekitar 100 juta spermatozoa. Jumlah

yang normal spermatozoa berkisar antara 35 – 200 juta, tetapi mungkin pada

seseorang hanya memproduksi kurang dari 20 juta, maka orang tersebut dapat

dikatakan kurang subur. Biasanya faktor usia sangat berpengaruh terhadap

produksi sperma. Seorang laki-laki yang berusia lebih dari 55 tahun produksi

spermanya berangsur-angsur menurun. Pada usia di atas 90 tahun, seseorang akan

kehilangan tingkat kesuburan (Budiyanto, 2009).

Selain usia, faktor lain yang mengurangi kesuburan adalah frekuensi

melakukan hubungan kelamin. Seseorang yang sering melakukan hubungan

kelamin akan berkurang kesuburannya. Hal ini disebabkan karena sperma belum

sempat dewasa sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Berkebalikan dengan hal

itu, apabila sperma tidak pernah dikeluarkan maka spermatozoa yang telah tua

akan mati lalu diserap oleh tubuh (Budiyanto, 2009).

1. Struktur Sperma

Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus.

Gambar Struktur Sperma Manusia (http://budisma.web.id diakses 4 Februari 2013).

Struktur spermatozoa terseb ut terlihat mempunyai bentuk mirip seperti

kecebong (anak katak yang baru menetas), terdapat bagian kepala dan ekor, dapat

terlihat bahwa sel-sel sperma memiliki struktur sebagai berikut:

1) Kepala

8

Page 9: GAMETOGENESIS

Pada bagian ini terdapat inti sel. Bagian kepala dilengkapi dengan

suatu bagian yang disebut dengan akrosom, yaitu bagian ujung kepala sperma

yang berbentuk agak runcing dan menghasilkan enzim hialuronidase yang

berfungsi untuk menembus dinding sel telur. Di bagian kepala ini terdapat 22

kromosom tubuh dan 1 kromosom kelamin yaitu kromosom X atau Y,

kromosom X untuk membentuk bayi berkelamin perempuan, sedangkan

kromosom Y untuk membentuk bayi berkelamin laki-laki. Kromosom kelamin

laki-laki inilah nantinya yang akan menentukan jenis kelamin pada seorang

bayi (Budiyanto, 2009).

2) Bagian tengah

Bagian tengah mengandung mitokondria yang berfungsi untuk

pembentukan energi. Energi tersebut berfungsi untuk pergerakan dan

kehidupan sel sperma. Bahan bakar dalam pembentukan energi ini adalah

fruktosa (Budiyanto, 2009).

3) Ekor

Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak.

Fungsinya adalah untuk alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel

telur. Pergerakan sel ini maju didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan

menyerupai sirip belakang ikan (Budiyanto, 2009).

Pembentukan sperma dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicel

Stimulating Hormone) dan LH (Lutenizing Hormone). Pembentukan FSH dan

LH dikendalikan oleh hormon gonadotropin yaitu hormon yang disekresikan

oleh kelenjar hipothalamus dari otak. Proses spermatogenesis juga dibantu

oleh hormon testosteron. Sperma yang sudah terbentuk di dalam testis seperti

pada proses di atas, kemudian akan disalurkan ke bagian epididimis dan

kemudian ke vas deferens, dan bercampur dengan sekret dari kelenjar prostat

dan cowperi (Budiyanto, 2009).

Siklus spermatogenesis yang telah dijelaskan berlangsung selama 64

hari di dalam kanalikuli testis dan waktunya konstan, sedangkan waktu

diferensiasi dan penyimpanannya di epididimis bervariasidan biasanya

berlangsung selama 12 hari. Di epididimis juga , epitel ikut berperan pada

9

Page 10: GAMETOGENESIS

penyimpanan dan pematangan sel sperma yang dengan sendirinya akan mati

dalam 24-36 jam (Rohen, 2009: 12).

Sperma yang berada di epididmis belum mampu membuahi

gerakannya baru pertama kali terjadi melalui percampuran sekret dari kelenjar

prostat dan vesikula seminalis di dalam ejakulat. Kemampuan membuahi yang

sebenarnya baru dicapai di dalam uterus dan saluran telur, melalui proses

kapasitasi, yakni terjadinya perubahan senyawa lipid dan glikoprotein

membrane sitoplasma sperma sehingga memungkinkan terjadinya proses

invasi ke dalam sel telur beserta penggelembungan inti setelah terjadinya

invasi atau impregnasi (Rohen, 2009: 12).

Gambar Tahap Spermatogenesis

(Sumber: http://budisma.web.id diakses 4 Februari 2013).

2. Hormon Reproduksi Pada Pria

10

Page 11: GAMETOGENESIS

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa

hormon. Hormon-hormon tersebut adalah sebagai berikut:

1) Testosteron

Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap

pertumbuhan seks sekunder pria seperti pertumbuhan rambut di wajah (kumis

dan jenggot), pertambahan massa otot, dan perubahan suara. Hormon ini

diproduksi di testis, yaitu di sel Leydig. Produksinya dipengaruhi oleh

FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang dihasilkan oleh hipofisis. Hormon

ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma,

terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.

Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer pada saat

embrio, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin

sekunder serta mendorong spermatogenesis (Budiyanto, 2009).

2) Luteinizing Hormone/LH

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH

adalah merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada

masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin

sekunder. Pada pria, awal pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun terjadi

peningkatan tinggi dan berat badan yang relatif cepat bersamaan dengan

pertambahan lingkar bahu dan pertambahan panjang penis dan testis. Rambut

pubis dan kumis serta jenggot mulai tumbuh. Pada masa ini, pria akan

mengalami mimpi basah (Budiyanto, 2009).

3) Follicle Stimulating Hormone/FSH

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH berfungsi

untuk merangsang sel Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein)

yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis.

Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.

Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2

hari (Budiyanto, 2009).

4) Estrogen

11

Page 12: GAMETOGENESIS

Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-

sel Sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat

testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada

tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma

(Budiyanto, 2009).

5) Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur metabolisme testis.

Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada

spermatogenesis (Budiyanto, 2009).

6) Hormon Gonadotropin

Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini

berfungsi untuk merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) agar

mengeluarkan hormon FSH dan LH (Budiyanto, 2009).

2.3 Oogenesis

Proses pembentukan ovum di dalam ovarium disebut oogenesis. Ketika

gonad berdiferensiasi jadi ovarium germ cells primordial itu berproliferasi

membentuk oogonia (tunggal: oogonium), yang jumlahnya ditaksir sekitar

600.000 butir (Baker & 0 1976 dalam Yatim;1994:81)

Yatim (1994:80), menyebutkan bahwa seperti halnya pada proses

spermatogenesis, proses oogenesis juga memiliki tahapan, yaitu:

1. Proliferasi (perbanyakan)

2. Meiosis

3. Transformasi atau pematangan

Sadler (2010:28-30), menjelaskan bahwa pada wanita genetik, setelah tiba

di gonad sel germinativum primordial berdeferensiasi menjadi oogonia. Sel-

sel ini mengalami sejumlah pembelahan mitotik, dan pada akhir bulan ketiga

sel-sel ini tersusun dalam kelompok-kelompok yang dikelilingi oleh satu

lapisan sel epitel gepeng.

Sebagian besar oogonia terus membelah dengan mitosis, tetapi sebagian

diantaranya terhenti pembelahannya pada tahap profase meiosis I dan membentuk

12

Page 13: GAMETOGENESIS

oosit primer, dan selama beberapa bulan kemudian, jumlah oogonia meningkat

pesat, dan pada akhir bulan kelima perkembangan prenatal, jumlah total sel

germinativum di ovarium mencapai maksimal, diperkirakan 7 juta. Pada waktu

ini, sel-sel mulai mati, dan banyak oogonia serta oosit primer menjadi atretik.

Pada bulan ketujuh, sebagian besar oogonia telah mengalami degenerasi kecuali

beberapa yang terletak dekat dengan permukaan. Semua oosit primer yang

bertahap hidup telah masuk ke tahap profase meiosis I, dan sebagian besar

diantaranya masing-masing dibungkus oleh satu lapisan sel epitel gepeng. Oosit

primer, bersama dengan sel epital gepeng disekitarnya, dikenal sebagai folikel

primordial.

Menjelang kelahiran, semua oosit primer telah memulai profase

meiosis I, tetapi sel-sel ini tidak melanjutka pembelahan ke tahap metaphase

namun masuk ke stadium diploten, suatu tahap istirahat selama profase

yang ditandai oleh adanya jala-jala kromatin. Oosit primer tetap tertahan di

profase dan tidak menuntaskan pembelahan meiotik pertama mereka

sebelum pubertas tercapai. Keadaan ini ditimbulka oleh oocyte maturation

inhibition (OMI), suatu peptida kecil yang dikeluarkan oleh sel folikular.

Saat pubertas, terbentuk cadangan folikel yang terus tumbuh dan

dipertahankan oleh pasokan folikel primordial. Setiap bulan 15 sampai 20 folikel

yang terpilih dari cadangan tersebut memulai proses pematangan, melewati tiga

stadium: (1) primer atau pre-antral, (2) sekunder atau antral, dan (3) pre-ovulasi

(folikel graaf). Stadium antral adalah stadium yang paling lama, sedangkan

stadium pre-ovulasi berlangsung selama sekita 37 jam sebelum ovulasi.

Pada setiap siklus ovarium, sejumlah folikel mulai berkembang, tetapi

biasanya hanya satu yang mencapai kematangan sempurna. Yang lain

berdegenerasi dan menjadi atretik. Ketika folikel sekumder telah matang,

lonjakan luteining hormone (LH) akan memicu fase pertumbuhan preevolusi.

Meiosis I tertuntaskan sehingga terbentuk dua sel anak dengan ukuran

berbeda, masing-masing dengan 23 kromosom berstuktur ganda. Satu sel, oosit

sekunder, mendapat sebagian besar sitoplasma; yang lain, badan polar pertama,

hampir tidak mendapat sitoplasma sama sekali. Badan polar pertama terletak

13

Page 14: GAMETOGENESIS

antar zona pelusida dan membrane oosit sekunder di ruang perivitelina. Sel

kemudian masuk ke meiosis II tetapi terhenti pada tahap metaphase sekitar

3 jam sebelum ovulasi. Meiosis II diselesaikan hanya jika oosit dibuahi; jika

tidak, sel akan mengalami degenerasi sekitar 24 jam setellah ovulasi. Badan

polar pertama juga mengalami pembelahan kedua.

2.4 Pembentukan Telur

Pembentukan telur merupakan suatu fungsi dari sistem reproduksi hewan

betina yang terdiri dari ovarium dan oviduct serta melewati 2 proses yaitu

pertumbuhan dan pematangan sel germinal dan diposisi material tak hidup seperti

yolk, albumen dan cangkang telur. Hal ini biasa dijumpai pada unggas, misalnya

ayam. Proses pembentukan telur dimulai ketika ovarium selesai mengovulasikan

telur dan jatuh kemudian ditangkap oleh infundibulum dan masuk ke lubang

ostium. Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan mempunyai panjang

sekitar 9 cm. Infundibulum berbentuk seperti corong atau fimbria dan menerima

telur yang telah diovulasikan. Pada bagian kalasiferos merupakan tempat

terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang tersusun dari dua tali mirip

ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke kutub-kutub telur.

Pada bagian leher infundibulum (neck of infundibulum) yang merupakan bagian

kalasiferos juga merupakan tempat penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan

pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina. Penyimpanan ini terjadi pada

saat kopulasi hingga saat fertilisasi, kalau telur yang kita inginkan fertil.

Selanjutnya masuk ke magnum, magnum merupakan saluran kelanjutan dari

oviduk dan merupakan bagian terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum

dengan magnum tidak dapat terlihat dari luar. Magnum mempunyai panjang

sekitar 33 cm dan tempat disekresikan albumen telur. Proses perkembangan telur

dalam magnum sekitar 3 jam (Yuwanta, 2010).

Setelah itu masuk ke ithmus, panjang ithmus sekitar 10 cm dan merupakan

tempat terbentuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang banyak tersusun

dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari masuknya

mikroorganisme ke dalam telur. Membran sel yang terbentuk terdiri dari membran

14

Page 15: GAMETOGENESIS

sel dalam dan membran sel luar, di dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam

albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25 jam. Dua lapisan membran sel

telur saling berhimpit dan ada bagian yang memisah/melebar membentuk bagian

yang disebut rongga udara (air cell), air cell akan berkembang mencapi 1,8 cm.

Rongga udara bisa digunakan untuk mengetahui umur telur dan besar telur

(Yuwanta, 2010).

Selanjutnya masuk ke uterus, di uterus terjadi proses pembentukan

kerabang telur yang terbentuk dari garam-garam kalsium. Uterus (shell gland)

mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan merupakan tempat

perkembangan telur paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18 sampai 20 jam.

Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyempurnaan telur

dengan disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan air melalui dinding.

Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20% sampai 25%. Pembentukan

kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna dominan dari kerabang

telur adalah putih dan coklat, yang pewarnaannya tergantung pada genetik setiap

individu. Pigmen kerabang (oopirin) dibawa oleh darah (50 –70%) dan

disekresikan saat 5 jam sebelum peneluran. Pembentukan kerabang berakhir

dengan terbentuknya kutikula yang disekresikan sel mukosa uterus berupa

material organik dan juga mukus untuk membentuk lapisan selubung menyelimuti

telur yang akan mempermudah perputaran telur masuk ke vagina. Kemudian telur

masuk ke vagina, vagina memiliki panjang sekitar 12 cm. Telur masuk ke bagian

vagina setelah pembentukan oleh kelenjar kerabang sempurna (di dalam uterus).

Pada vagina telur hanya dalam waktu singkat dan dilapisi oleh mucus yang

berguna untuk menyumbat pori-pori kerabang sehingga invasi bakteri dapat

dicegah. Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka (Yuwanta, 2010)..

15

Page 16: GAMETOGENESIS

Sistem Reproduksi Unggas

2.5 Tipe Telur

Yatim (1994:90-91) menyebutkn tipe telur menurut susunan deutoplasma, ada

4 macam, yaitu:

1. homolecital

2. mediolecithal

3. megalecithal

4. centrolecithal

Homolecithal disebut juga oligolecithal atau isolecithal. Deutoplasma

sedikit, tersebar rata di seluruh sitoplasma (ooplasma). Terdapat pada Amphioxus

dan Metatheria dan Eutheria.

Mediolecithal berdeutoplasma sedang berupa lapisan di daerah kutub

vegetal telur. Terdapat pada Amphibia.

Megalecithal disebut juga telolechital. Deutoplasma banyak sekali,

membentuk lapisan yang mengisi hampir semua telur, sedangkan inti dan sedikit

sitoplasma menempati hanya daerah puncak kutub animal. Terdapat pada Pisces,

Reptilia, Aves, Monotremata.

16

Page 17: GAMETOGENESIS

Centrolecithal memiliki deutoplasma relative banyak dibandingkan

dengan volume telur, tapi terletak di bagian tengah. Sitoplasma berada sebelah

luar. Terdapat pada Insecta.

Tipe telur

Tipe telur menurut kromosom kelaminnya, yaitu:

Pada umumnya Vertebrata yang bersistem kromosom kelamin XY,

oogonium mengandung kromosom XX. Karena itu selesai meiosis setiap telur

mengandung satu kromosom X. masam telur yang terjadi menurut kromosom

kelamin hanya satu : ovum-X.

Pada Aves yang bersistem ZW, oogonium mengandung susunan

kromosom kelamin ZW. Dengan demikian selesai meiosis ada dua macam ovum

terbentuk (kemungkinan), yaitu ovum-Z dan ovum-Y. (Yatim;1994:91)

2.6 Proses Ovulasi

Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang

kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk

oosit primer. Kemudian oosit primer mengalami meiosis I, yang akan

menghasilkan oosit sekunder dan badan polar I (polosit primer). Selanjutnya, oosit

sekunder meneruskan tahap meiosis II dan menghasilkan satu sel besar yang

disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder).

Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya,

17

Page 18: GAMETOGENESIS

ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari

oogenesis setiap satu oogonium (Betharia, 2004).

Dengan datangnya pubertas (masa remaja), alat reproduktip wanita mulai

mengalami ritme seks 28 hari yang disebut haid atau menstruasi. Haid adalah

peristiwa keluarnya darah dari vagina. Darah haid ini berasal dari rongga rahim

dan timbul akibat terlepasnya selaput lendir rahim yang mnegalami proses

kemunduran dan kerusakan. Selaput lendir ini dipersiapkan untuk menerima sel

telur yang telah dibuahi. Karenanya dalam darah haid selain darah biasa terdapat

pula sisa-sisa penghancuran dari jaringan selaput lendir rahim. Lama pendarahan

haid rata-rata berlangsung antara 2-6 hari. Jangka waktu dari hari pertama haid

sampai hari pertama haid berikutnya disebut daut atau siklus haid. Daur hidup

haid dianggap normal apabila berlangsung antara 21 sampai 40-45 hari lamanya

dan dikatakan teratur bilamana perbedaan dalam siklus haid tidak lebih dari satu

mingu lamanya. (Suryo;2010:71)

Ovulasi terbagi atas 3 fase yaitu:

a. Fase pra-ovulasi

Tahap pra-ovulasi aialah jangka waktu antara hari pertama haid sampai

saat ovulasi. (Suryo;2010:71)

Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga

mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit

sekunder hingga terjadi ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon

gonadotropin yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH

merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu

oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14

hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di

dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.

Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel

penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi

juga di sebut sebagai fase poliferasi (Betharia, 2004).

18

Page 19: GAMETOGENESIS

Ovarium

b. Fase ovulasi

Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari

ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk di buahi. Pada saat

mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi

hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi

umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari

hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH.

Dan LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat

inilah disebut ovulasi dan umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14 (Betharia,

2004).

19

Page 20: GAMETOGENESIS

c. Fase pasca-ovulasi

Tahap pasca-ovulasi ialah jangka waktu antara ovulasi sampai hari

pertama haid berikutnya. (Suryo;2010:71)

Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit

sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi

korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak

sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu

progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding

dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah

pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan

pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga

estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada

uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan. Proses pasca-ovulasi ini

berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26

tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan.

Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang

rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada

kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH,

sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi

berikutnya (Betharia, 2004).

20

Page 21: GAMETOGENESIS

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Gametogenesis adalah proses pembentukan sel kelamin atau sel gamet

baik jantan yaitu spermatozoa maupun betina yaitu ovum.

2. Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pematangan

spermatozoa (sel gamet jantan) di dalam testis.

3. Oogenesis adalah proses pembentukan dan pematangan ovum (sel gamet

betina) di dalam ovarium.

4. Proses pembentukan telur adalah proses pertumbuhan dan pematangan sel-

sel germinal (germ cells).

5. Tipe telur menurut susunan deutoplasma, ada 4 macam, yaitu homolecital,

mediolecithal, megalecithal, dan centrolecithal.

6. Ovulasi adalah proses pelepasan ovum matang dari oviduct menuju tuba

fallopi yang siap dibuahi.

7. Proses ovulasi terdiri atas 3 fase atau tahapan, yaitu fase pra-ovulasi, fase

ovulasi, dan fase pasca-ovulasi.

3.2 Saran

1. Perlunya pengkajian yang lebih mendalam lagi tentang masalah

perkembangan embrio, terutama tentang gametogenesis.

2. Penerapan konsep pembelajaran embriologi dalam kehidupan sehari-hari.

3. Keberadaan referensi dan acuan sumber pembelajaran yang lebih

sistematis dan rinci.

21

Page 22: GAMETOGENESIS

DAFTAR PUSTAKA

Betharia, Diajeng. 2004. http://xa.yimg.com, diakses 4 Februari 2013

Budiyanto. 2012. http://budisma.web.id, diakses 4 Pebruari 2013.

Rohen,Johannes W dan Elke Lutjen-Drecoll.Embriologi Fungsional,Edisi 2. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran,EGC.

Sadler,T.W.2010. Embriologi Kedokteran Langman, Edisi 10.Alih bahasa dr.Brahm U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suryo. 2010. Genetika Manusia.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito : Bandung.

Yuwanta, Tri. 2010. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/abstrak/bibk09.pdf. diakses 6 Februari 2013

22