fip pgsd mtk pefri derianto

245
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN CAMPURAN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA DI KELAS V SDN 09 AIR TAWAR BARAT PADANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar OLEH PEFRI DERIANTO NIM. 11861 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013

Upload: pefri-derianto

Post on 14-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN CAMPURAN

    DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

    INDONESIA DI KELAS V SDN 09 AIR TAWAR BARAT PADANG

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    OLEH

    PEFRI DERIANTO

    NIM. 11861

    PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS NEGERI PADANG

    2013

  • PERSEMBAHAN

    Dan demikianlah kami telah menurunkannya (Al-Quran) yang merupakan ayat-ayat yang nyata; sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki

    (Quran Surah Al-Hajj ayat 16)

    Bagi Tanah Airku Indonesia

    Baktiku

    Buat Almamater Tercinta

    Universitas Negeri Padang

    Sebuah Kasih Sayang

    Untuk Keluarga Terkasihku

    Bapak Gusmanto & Ibu Kasmiati

    Serta Adikku Deri Seftian

    Tim Sukses

    Dra. Yetti Ariani, M.Pd dan Masniladevi, S.Pd. M.Pd Sebagai Dosen

    Pembimbing yang Telah Banyak Memberikan Bantuan

    Sehingga Skripsi Ini Dapat Terselesaikan

    Keluarga Besar PGSD UNP Terkhusus untuk R05

    Keluarga Besar KSR PMI Unit UNP Terkhusus untuk Angkatan XVI

    Special Thanks to

    Keluarga Besar SDN 09 Air Tawar Barat Padang

    Keluarga Besar MTFC Walet 3

    Wassalam

    Pefri Derianto

  • ABSTRAK

    Pefri Derianto, 2013. Peningkatan Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan

    Campuran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika

    Realistik Indonesia di Kelas V SDN 09 Air Tawar Barat

    Padang

    Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya nilai hasil belajar penjumlahan

    pecahan campuran di kelas V SD. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan belum

    berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Tujuan penelitian ini untuk

    mendeskripsikan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil

    belajar penjumlahan pecahan campuran dengan pendekatan pendidikan matematika

    realistik Indonesia.

    Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan

    menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian siswa kelas V

    SD dengan jumlah 26 siswa. Penelitian dilaksanakan II siklus dan setiap siklus terdiri

    dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

    Hasil penelitian menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II, perencanaan

    pembelajaran memperoleh nilai rata-rata dari 71,43 % menjadi 89,29 %. Aktivitas

    guru dari 65 % menjadi 87,5 %, aktivitas siswa dari 65 % menjadi 87,5 %, serta hasil

    belajar siswa dari 62,06 terjadi peningkatan menjadi 82,05. Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia dapat

    meningkatkan hasil belajar penjumlahan pecahan campuran di kelas V SDN 09 Air

    Tawar Barat Padang.

    i

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

    kekuatan lahir dan batin kepada diri kami, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan

    tepat waktunya dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan

    Campuran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia di

    Kelas V SDN 09 Air Tawar Barat Padang. Shalawat dan salam semoga

    dilimpahkan oleh Allah SWT kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang

    senantiasa kita jadikan sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari.

    Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari

    berbagai pihak kepada penulis, maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin

    mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

    1. Bapak Drs. Syafri Ahmad, M.Pd sebagai ketua jurusan PGSD FIP UNP dan

    sebagai tim penguji yang telah memberi masukan terhadap penulisan skripsi ini

    2. Ibu Masniladevi, S.Pd, M.Pd sebagai sekretaris jurusan PGSD FIP UNP dan

    sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

    bimbingan, arahan dan dukungan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini

    3. Bapak Drs. Mansur Lubis, M.Pd dan Ibu Dra. Elfia Sukma, M.Pd sebagai Ketua

    dan Sekretaris UPP I PGSD UNP, beserta Bapak dan Ibu staf pengajar yang telah

    memberikan ilmu selama perkuliahan demi terselesaikan sripsi ini

    ii

  • 4. Ibu Dra. Yetti Ariani, M.Pd sebagai pembimbing I yang telah meluangkan waktu

    untuk memberikan bimbingan, arahan dan dukungan yang membangun kepada

    penulis dalam penyusunan skripsi ini

    5. Ibu Dra. Hj. Silvinia, M.Ed dan Ibu Dra. Mulyani Zen, M.Si sebagai tim penguji

    yang telah memberi masukan terhadap penulisan skripsi ini

    6. Ibu Dra. Hj. Harnawita, M.Pd sebagai Kepala Sekolah SDN 09 Air Tawar Barat

    Padang yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk

    melakukan penelitian

    7. Ibu Venti Aswiza, A.Ma sebagai wali kelas V sekaligus majelis guru serta staf

    yang bertugas di SDN 09 Air Tawar Barat Padang yang telah memberikan

    fasilitas dan kemudahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini

    8. Penyemangatku Bapak Gusmanto dan Ibu Kasmiati tercinta serta adikku Deri

    Seftian yang selalu memberi motivasi dan doa setulus hati demi keberhasilanku

    9. Serta rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD (R05) yang telah banyak memberikan

    masukan dan dukungan, baik selama perkuliahan maupun dalam penyelesaian

    skripsi ini

    10. Teman seperjuangan praktek lapangan kependidikan di SDN 09 Air Tawar Barat

    Padang (Amah Nurita, Hani Fannisa, Melisa Noviani, Mona Revilia, Silvia

    Hayusti, dan Lusyanna) dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

    sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

    Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun sebagai

    manusia yang tidak luput dari kesalahan, penulis mohon maaf seandainya dalam

    iii

  • skripsi ini masih terdapat kesalahan atau kekurangan. Atas bantuan dan bimbingan

    yang telah penulis terima selama ini, penulis berdoa semoga Allah SWT selalu

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

    Terakhir penulis menyampaikan harapan, semoga skripsi yang penulis susun ini

    dapat bermanfaat, dan berguna serta mendapatkan perbaikan yang bersifat

    membangun bagi perkembangan dunia pendidikan kedepan.

    Padang, Juni 2013

    Penulis

    iv

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL

    PERSEMBAHAN

    PERSETUJUAN SKRIPSI

    PENGESAHAN SKRIPSI

    SURAT PERNYATAAN

    ABSTRAK ........................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

    BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI

    A. KAJIAN TEORI ........................................................................... 9

    1. Hakekat Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan Campuran ....... 9

    a. Pengertian Hasil Belajar ................................................... 9

    b. Penjumlahan Pecahan Campuran ..................................... 10

    1. Pengertian pecahan campuran .................................. 10

    2. Cara pembelajaran penjumlahan pecahan campuran 10

    2. Hakekat Pendekatan PMRI .................................................... 13

    a. Pengertian Pendekatan ..................................................... 13

    b. Pengertian PMRI .............................................................. 14

    c. Karateristik PMRI ............................................................ 16

    d. Prinsip-prinsip Pendekatan PMRI .................................... 20

    e. Kelebihan Pendekatan PMRI ........................................... 22

    v

  • f. Pembelajaran Penjumlahan Pecahan Campuran

    dengan Pendekatan PMRI ................................................ 23

    3. Hakekat Siswa Kelas V SD .................................................... 26

    B. KERANGKA TEORI ................................................................... 28

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian .......................................................................... 30

    1. Tempat Penelitia ..................................................................... 30

    2. Subjek Penelitian .................................................................... 31

    3. Waktu dan Lama Penelitian ................................................... 31

    B. Rencana Penelitian ....................................................................... 31

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................. 31

    a. Pendekatan penelitian ....................................................... 31

    b. Jenis penelitian ................................................................. 32

    2. Alur Penelitian ....................................................................... 33

    3. Prosedur Penelitian ................................................................. 35

    C. Data dan Sumber Data ................................................................. 39

    1. Data Penelitian ....................................................................... 39

    2. Sumber Data ........................................................................... 39

    D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................. 40

    1. Teknik Pengumpulan data ...................................................... 40

    2. Instrumen Penelitian ............................................................... 41

    E. Analisis Data ................................................................................ 42

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL PENELITIAN .................................................................. 44

    1. Siklus I Pertemuan 1 .............................................................. 44

    a. Perencanaan ...................................................................... 44

    b. Pelaksanaan ...................................................................... 47

    c. Pengamatan ...................................................................... 49

    d. Refleksi ............................................................................ 52

    2. Siklus I Pertemuan 2 .............................................................. 57

    a. Perencanaan ...................................................................... 57

    b. Pelaksanaan ...................................................................... 58

    c. Pengamatan ...................................................................... 60

    d. Refleksi ............................................................................ 64

    3. Siklus II Pertemuan 1 ............................................................. 68

    vi

  • a. Perencanaan ...................................................................... 68

    b. Pelaksanaan ...................................................................... 69

    c. Pengamatan ...................................................................... 71

    d. Refleksi ............................................................................ 74

    4. Siklus II Pertemuan 2 ............................................................. 77

    a. Perencanaan ...................................................................... 78

    b. Pelaksanaan ...................................................................... 79

    c. Pengamatan ...................................................................... 80

    d. Refleksi ............................................................................ 84

    B. PEMBAHASAN .......................................................................... 86

    1. Siklus I ................................................................................... 86

    a. Perencanaan ...................................................................... 86

    b. Pelaksanaan ...................................................................... 88

    c. Hasil belajar ..................................................................... 90

    2. Siklus II .................................................................................. 91

    a. Perencanaan ...................................................................... 91

    b. Pelaksanaan ...................................................................... 93

    c. Hasil Belajar ..................................................................... 93

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ...................................................................................... 95

    B. Saran ............................................................................................. 96

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    vii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Nilai Ulangan Penjumlahan Pecahan Campuran Kelas V Semester 2 SDN

    09 Air Tawar Barat Padang .......................................................................... 3

    3. Kriteria Rentang Keberhasilan ........................................................................ 43

    viii

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1.Menyatakan 1 (bilangan bulat)........................................................................ 11

    2.2.Menyatakan 2 (bilangan bulat)........................................................................ 11

    2.3.Menyatakan (bilangan pecahan) ................................................................... 11

    2.4.Menyatakan dan (bilangan pecahan) ......................................................... 11

    2.5.Menyatakan bilangan 1 .................................................................................. 24

    2.6.Pembentukan Peragaan Bilangan 1 ............................................................... 25

    ix

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. RPP Siklus I Pertemuan 1 .............................................................................. 101

    2. Hasil Penilaian RPP Siklus I Pertemuan 1 ..................................................... 108

    3. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 1 ........................... 112

    4. Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 1 ........................................... 116

    5. Hasil Penilaian Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1 .................................... 119

    6. Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ................................... 122

    7. Kunci Jawaban Penilaian Kognitif Siklus I Pertemuan 1 .............................. 125

    8. Hasil Penilaian Kognitif Siklus I Pertemuan 1 .............................................. 126

    9. Hasil Penilaian Afektif Siklus I Pertemuan 1 ................................................ 127

    10. Hasil Penilaian Psikomotor Siklus I Pertemuan 1 ......................................... 129

    11. RPP Siklus I Pertemuan 2 .............................................................................. 131

    12. Hasil Penilaian RPP Siklus I Pertemuan 2 ..................................................... 138

    13. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 2 ........................... 142

    14. Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 2 ........................................... 146

    15. Hasil Penilaian Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2 .................................... 149

    16. Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ................................... 152

    17. Kunci Jawaban Penilaian Kognitif Siklus I Pertemuan 2 .............................. 155

    18. Hasil Penilaian Kognitif Siklus I Pertemuan 2 .............................................. 156

    19. Hasil Penilaian Afektif Siklus I Pertemuan 2 ................................................ 157

    20. Hasil Penilaian Psikomotor Siklus I Pertemuan 2 ......................................... 159

    21. RPP Siklus II Pertemuan 1 ............................................................................. 161

    22. Hasil Penilaian RPP Siklus II Pertemuan 1 ................................................... 168

    23. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 1 ......................... 172

    24. Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 1.......................................... 176

    25. Hasil Penilaian Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1 ................................... 179

    26. Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ................................. 182

    x

  • 27. Kunci Jawaban Penilaian Kognitif Siklus II Pertemuan 1 ............................. 185

    28. Hasil Penilaian Kognitif Siklus II Pertemuan 1 ............................................. 186

    29. Hasil Penilaian Afektif Siklus II Pertemuan 1 ............................................... 187

    30. Hasil Penilaian Psikomotor Siklus II Pertemuan 1 ........................................ 189

    31. RPP Siklus II Pertemuan 2 ............................................................................. 191

    32. Hasil Penilaian RPP Siklus II Pertemuan 2 ................................................... 198

    33. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 2 ......................... 202

    34. Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 2.......................................... 206

    35. Hasil Penilaian Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2 ................................... 209

    36. Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ................................. 212

    37. Kunci Jawaban Penilaian Kognitif Siklus II Pertemuan 2 ............................. 215

    38. Hasil Penilaian Kognitif Siklus II Pertemuan 2 ............................................. 216

    39. Hasil Penilaian Afektif Siklus II Pertemuan 2 ............................................... 217

    40. Hasil Penilaian Psikomotor Siklus II Pertemuan 2 ........................................ 219

    41. a. Rekapitulasi Nilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................. 221

    b. Rekapitulasi Nilai Pelaksanaan Aktivitas Guru ......................................... 221

    c. Rekapitulasi Nilai Pelaksanaan Aktivitas Siswa ........................................ 221

    42. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siklus I pertemuan 1 .................................... 222

    43. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siklus I pertemuan 2 ................................... 223

    44. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siklus I ....................................................... 224

    45. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siklus II pertemuan 1 ................................. 225

    46. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siklus II pertemuan 2 ................................. 226

    47. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siklus II ...................................................... 227

    48. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siklus I II ................................................. 228

    49. Nama-nama Anggota Kelompok..................................................................... 229

    xi

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penjumlahan pecahan campuran merupakan materi yang akan diajarkan di

    tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Materi penjumlahan pecahan

    campuran harus sudah dikuasai oleh siswa kelas V semester 2 SD. Sebagaimana

    yang telah dijelaskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) (2006: 428) dengan Kompetensi

    Dasar (KD) 5.2 yaitu menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk

    pecahan. Membelajarkan penjumlahan pecahan campuran yang berhubungan

    langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa merupakan salah satu cara yang

    dapat dilakukan sesuai permasalahan yang ditemui oleh siswa.

    Penjumlahan pecahan campuran dapat dilakukan dengan menjumlahkan dua

    atau tiga pecahan campuran. Misalnya, 1 + 2 = ..., dan 1 + 2 =. Untuk

    memudahkan siswa dalam melakukan penjumlahan pecahan campuran

    diperlukannya sebuah alat yang dapat dimanipulasi oleh siswa, karena pada

    umumnya siswa kelas V SD rata-rata berumur 10-11 tahun. Siswa pada umur ini

    belum dapat memahami secara penuh pada pembelajaran yang bersifat abstrak

    maka dari itu materi pembelajaran harus dikonkretkan. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Piaget (dalam Danim, dkk, 2010: 78) menjelaskan bahwa usia 7-11

    tahun merupakan pada tahap operasional konkret.

    1

  • Oleh sebab itu, agar siswa dapat memahami materi penjumlahan pecahan

    campuran, pembelajaran dapat dimulai dengan menggunakan benda-benda

    konkret. Mengkonkretkan materi pembelajaran yang bersifat abstrak akan

    memudahkan siswa untuk mengembangkan kemampuannya guna menciptakan

    pembelajaran yang aktif, menyenangkan serta bermakna bagi siswa.

    Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V SDN 09 Air

    Tawar Barat Padang tentang pengalaman mengajarnya di kelas V sehubungan

    dengan materi penjumlahan pecahan campuran, maka didapat informasi bahwa

    siswa mengalami kesulitan dalam menjumlahkan pecahan campuran tersebut,

    seperti: 1 + 2 = ( 1 + 2 ) + ( + ) = 3 + ( ) = 3 + ( ) = 3 , akan tetapi apa

    yang dikerjakan oleh siswa tidak sesuai dengan konsep, seperti: 1 + 2 = 3 , hal

    ini dikarenakan selama proses pembelajaran guru hanya menitik beratkan pada

    hasil.

    Selain itu, jika dilihat dari hasil ulangan penjumlahan pecahan campuran

    masih rendah, dengan dibuktikan nilai ulangan tahun pelajaran 2010/2011 dan

    tahun pelajaran 2011/2012 tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

    yang telah ditetapkan yaitu 70. Pada halaman berikut ini merupakan daftar nilai

    ulangan Kelas V Semester 2 pada materi penjumlahan pecahan campuran.

    2

  • Tabel 1. Nilai Ulangan Penjumlahan Pecahan Campuran

    Kelas V Semester 2 SDN 09 Air Tawar Barat Padang

    Sumber data : Data Sekunder Mata Pelajaran Matematika

    Kelas V SDN 09 Air Tawar Barat Padang

    Tahun Pelajaran 2010/2011 Tahun Pelajaran 2011/2012

    No Kode Siswa Nilai Ketuntasan Kode Siswa Nilai Ketuntasan

    1 AFA 70 Tuntas AAJ 85 Tuntas

    2 AQY 60 Tidak Tuntas AHF 85 Tuntas

    3 AS 1 60 Tidak Tuntas AP 70 Tuntas

    4 AS 2 75 Tuntas ATH 60 Tidak Tuntas

    5 ASR 80 Tuntas AZF 50 Tidak Tuntas

    6 BHF 85 Tuntas DL 25 Tidak Tuntas

    7 EA 45 Tidak Tuntas DR 60 Tidak Tuntas

    8 FFA 45 Tidak Tuntas FD 60 Tidak Tuntas

    9 FQ 30 Tidak Tuntas FDS 45 Tidak Tuntas

    10 IM 70 Tuntas FMJ 75 Tuntas

    11 JMP 25 Tidak Tuntas HP 75 Tuntas

    12 MAS 25 Tidak Tuntas IRS 35 Tidak Tuntas

    13 MAF 1 25 Tidak Tuntas JAR 40 Tidak Tuntas

    14 MAF 2 70 Tuntas KF 45 Tidak Tuntas

    15 MHZH 70 Tuntas KFY 70 Tuntas

    16 MR 60 Tidak Tuntas MF 45 Tidak Tuntas

    17 NK 70 Tuntas NRU 75 Tuntas

    18 NMF 75 Tuntas ORS 60 Tidak Tuntas

    19 PL 55 Tidak Tuntas RAF 60 Tidak Tuntas

    20 RA 35 Tidak Tuntas RI 80 Tuntas

    21 RD 60 Tidak Tuntas RNS 80 Tuntas

    22 RI 60 Tidak Tuntas RR 70 Tuntas

    23 RNL 60 Tidak Tuntas RS 55 Tidak Tuntas

    24 TLW 45 Tidak Tuntas S 55 Tidak Tuntas

    25 VA 80 Tuntas W 70 Tuntas

    26 - - - WWS 60 Tidak Tuntas

    27 - - - ZS 95 Tuntas

    Jumlah 1435

    Jumlah 1685

    Rata-rata 57,4 Rata-rata 62,41

    Nilai Tertinggi 85 Nilai Tertinggi 95

    Nilai Terendah 25 Nilai Terendah 25

    Tuntas 10 Tuntas 12

    Tidak Tuntas 15 Tidak Tuntas 15

    3

  • Dilihat dari tabel di atas pada tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah 25

    siswa diperoleh nilai di atas KKM sebanyak 10 siswa dan di bawah KKM 15 siswa

    dengan persentase ketuntasan belajar 40 %, begitu juga pada tahun pelajaran

    2011/2012 dengan jumlah 27 siswa diperoleh nilai di atas KKM sebanyak 12

    siswa dan 15 siswa di bawah KKM dengan persentase ketuntasan belajar 44,44 %.

    Artinya persentase ketuntasan belajar penjumlahan pecahan campuran masih

    rendah bila dibandingkan dengan standar ketuntasan belajar menurut Depdikbud

    (dalam Trianto, 2011: 241) mengatakan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya

    (ketuntasan klasikal) jika kelas tersebut terdapat 85 % siswa yang telah tuntas

    belajarnya.

    Hal ini disebabkan selama kegiatan pembelajaran, guru tidak memberikan hal-

    hal yang real atau permasalah realistik dalam kehidupan sehari-hari siswa sebagai

    titik awal pembelajaran. Selain itu, pembelajaran penjumlahan pecahan campuran

    guru tidak menekankan keterampilan proses (doing mathematics) dalam

    pembelajarannya akan tetapi guru hanya menitik beratkan pada hasil. Sehingga

    pemahaman materi penjumlahan pecahan campuran tidak dapat dikuasai oleh

    siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

    Oleh karena itu, untuk memudahkan siswa dalam memahami materi

    penjumlahan pecahan campuran dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

    sehari-hari siswa, pembelajaran dapat dilakukan dengan penekanan yang beranjak

    dari permasalahan yang realistik dan menekankan pada penggunaan suatu situasi

    4

  • yang dapat dibayangkan (imagineable) oleh siswa. Hal ini mengacu pada

    karateristik PMR yang dikemukakan oleh Treffers (dalam Wijaya, 2012: 21-23)

    yaitu: 1) penggunaan konteks, 2) penggunaan model untuk matematisasi progresif,

    3) pemanfaatan hasil konstruksi siswa, 4) interaktivitas, 5) keterkaitan.

    Dengan menggunakan pendekatan PMRI dalam pembelajaran penjumlahan

    pecahan campuran akan lebih bermakna bagi siswa karena siswa akan lebih aktif

    dan kreatif untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang diberikan sehingga

    penggunaan pendekatan PMRI berpotensi untuk meningkatkan hasil belajar

    penjumlahan pecahan campuran siswa kelas V SDN 09 Air Tawar Barat Padang.

    Hal ini merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Teja (2012) bahwa

    pendekatan pendidikan matematika realistik dapat meningkatkan pemahaman

    konsep dan hasil belajar pembagian bilangan pecahan biasa dengan bilangan

    pecahan biasa. Sejalan dengan pendapat CORD (dalam Wijaya, 2012: 20)

    menegaskan bahwa suatu pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika

    proses pembelajaran dilaksanakan dalam suatu konteks atau pembelajaran

    menggunakan masalah realistik.

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti mengangkat

    sebuah judul Peningkatan Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan Campuran dengan

    Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia di Kelas V SDN 09 Air

    Tawar Barat Padang.

    5

  • B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian

    terdahulu, secara umum rumusan permasalahannya adalah:

    Bagaimanakah Peningkatan Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan Campuran

    dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia di Kelas V SDN

    09 Air Tawar Barat Padang.

    Secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran penjumlahan pecahan campuran

    dengan pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia di kelas V SDN

    09 Air Tawar Barat Padang?

    2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran penjumlahan pecahan campuran

    dengan pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia di kelas V SDN

    09 Air Tawar Barat Padang?

    3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar penjumlahan pecahan campuran

    dengan pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia di kelas V SDN

    09 Air Tawar Barat Padang?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penulisan

    penelitian tindakan kelas ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan dan

    meningkatkan hasil belajar penjumlahan pecahan campuran dengan pendekatan

    pendidikan matematika realistik Indonesia di kelas V SDN 09 Air Tawar Barat

    Padang.

    6

  • Sedangkan secara khusus tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah

    untuk mendeskripsikan:

    1. Perencanaan pembelajaran penjumlahan pecahan campuran dengan

    pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia di kelas V SDN 09 Air

    Tawar Barat Padang

    2. Pelaksanaan pembelajaran penjumlahan pecahan campuran dengan

    pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia di kelas V SDN 09 Air

    Tawar Barat Padang

    3. Hasil belajar penjumlahan pecahan campuran dengan pendekatan pendidikan

    matematika realistik Indonesia di kelas V SDN 09 Air Tawar Barat Padang .

    D. Manfaat Penelitian

    Sesuai dengan tujuan penulisan di atas, maka hasil penulisan penelitian

    tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada semua pihak,

    terutama bagi:

    1. Peneliti, meningkatkan semangat profesional peneliti dalam membelajarkan

    siswa mengenai penjumlahan pecahan campuran dengan menggunakan

    pendekatan PMRI serta menjadi bahan masukan untuk mengembangkan dan

    meningkatkan proses pembelajaran di kelas menjadi lebih baik lagi, sehingga

    terciptanya guru profesional dan berfungsi sesuai dengan bidang yang

    diembannya.

    2. Siswa, dengan menggunakan pendekatan PMRI dalam pembelajaran

    penjumlahan pecahan campuran, diharapkan siswa tidak lagi mengalami

    7

  • kendala-kendala dalam memahami permasalahan pembelajaran di kelas

    karena PMRI memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan

    kreatif dengan masalah realistik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

    siswa sebagai titik awal pembelajaran.

    3. Guru, dengan menggunakan pendekatan PMRI dalam pembelajarannya akan

    menggali potensi yang dimiliki sehingga guru akan lebih kreatif dalam

    mengajar serta mendapatkan pengetahuan dan variasi baru dalam mengajar di

    kelas. Selain itu, pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa terutama untuk mengembangkan pendekatan

    PMRI pada mata pelajaran matematika di SD.

    8

  • BAB II

    KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI

    A. KAJIAN TEORI

    1. Hakekat Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan Campuran

    a. Pengertian Hasil Belajar

    Belajar merupakan kebutuhan setiap manusia, baik secara formal

    maupun non formal. Dari proses belajar yang dilakukan akan diperoleh

    sebuah hasil belajar. Dengan perkataan lain, hasil belajar merupakan

    keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses

    pembelajaran yang telah ditetapkan. Aunurrahman, (2010: 37-38)

    mengatakan setelah dari proses pembelajaran diharapkan terjadi

    perubahan tingkah laku ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir

    (kognitif), nilai dan sikap (afektif), termasuk perubahan aspek emosional,

    dan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik (psikomotor).

    Selanjutnya Gagne (dalam Dahar, 2011: 118) mengungkapkan bahwa

    lima kemampuan seperti keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap,

    informasi verbal, keterampilan motorik merupakan sebuah hasil belajar.

    Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana (2009: 3) menyatakan hasil

    belajar adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar

    dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan

    psikomotoris.

    9

  • Berdasarkan pendapat dari para ahli yang mengacu pada pendapat

    Sudjana dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian akhir

    dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh diri individu baik dari segi

    pemahaman atau pengetahuan terhadap materi yang telah diberikan (aspek

    kognitif), segi nilai dan sikap (aspek afektif), dan pengalamannya (aspek

    psikomotor).

    b. Penjumlahan Pecahan Campuran

    1. Pengertian pecahan campuran

    Pecahan campuran dikenalkan pada siswa melalui peragaan gambar

    dan teknik pembagian bersusun, atau dikenal dengan istilah mengubah

    pecahan biasa menjadi pecahan campuran atau sebaliknya. Mutijah, dkk,

    (2009: 97) menyatakan pecahan campuran adalah pecahan yang

    pembilangnya lebih besar dari penyebutnya. Sejalan dengan Prabawanto,

    dkk, (2007: 158) menyatakan bilangan-bilangan pecahan yang

    mempunyai pembilangnya lebih besar dari penyebutnya, atau bilangan

    yang lebih besar dari 1 dinamakan bilangan pecahan campuran.

    2. Cara pembelajaran penjumlahan pecahan campuran

    Sutawidjaja, dkk (1991: 187) menyatakan dalam pembelajaran

    penjumlahan pecahan campuran, sejak awal siswa harus diberi pengertian

    bahwa pecahan campuran adalah nama lain dari pecahan biasa sehingga

    pecahan campuran itu selalu dapat dinyatakan sebagai pecahan biasa.

    10

  • Contoh: => pecahan biasa, => dapat dinyatakan sebagai pecahan

    campuran. Penjumlahan pecahan campuran dapat dilakukan dengan

    menjumlahkan dua pecahan campuran berpenyebut sama atau

    menjumlahkan dua pecahan campuran berpenyebut tidak sama, misalnya:

    1 + 2 =, atau 1 + 2 =, dan seterusnya.

    Mutijah, dkk, (2009: 101) menyebutkan untuk menjumlahkan dua

    pecahan campuran dapat dilakukan dengan jumlahkan bilangan bulat

    dengan bilangan bulat dan pecahan dengan pecahan. Contoh pembelajaran

    penjumlahan pecahan campuran dengan menggunakan kertas karton

    dengan ukuran sama yang telah di arsir. Untuk menjumlahkan dua pecahan

    campuran dapat dilakukan seperti contoh berikut: masing-masing persegi

    menyatakan satu satuan. Arsiran menyatakan daerah bagian masing-masing

    suatu pecahan.

    dan

    Gambar. 2.1 menyatakan

    1 (bilanga bulat)

    Gambar. 2.2 menyatakan

    2 (bilangan bulat)

    Gambar. 2.3 menyatakan

    (bilangan pecahan)

    Gambar. 2.4 menyatakan dan

    (bilangan pecahan)

    11

  • Untuk menentukan hasil 1 + 2 dan 1 + 2 gunakan kertas karton

    yang telah diarsir seperti permasalahan yang diberikan.

    1. 1 + 2 =

    1 =

    2 =

    1 + 2 =

    = 1 + 2 + ( + )

    = 3 +

    = 3 +

    = 3

    = 3

    +

    12

  • 2. 1 + 2 =

    1 =

    2 =

    1 + 2 =

    = 1 + 2 + ( + )

    = 3 + ( + )

    = 3 + ( )

    = 3 +

    = 3

    2. Hakekat Pendekatan PMRI

    a. Pengertian Pendekatan

    Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah

    pendekatan (approach). Menurut Lufri (2007: 24) pendekatan

    menekankan kepada strategi dalam perencanaan pembelajaran dan bersifat

    aksiomatis yang menyatakan pendirian, filosofis, dan keyakinan yang

    berkaitan dengan serangkaian asumsi.

    13

  • Sementara Sanjaya (2006: 127) menjelaskan bahwa pendekatan

    (approach) dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

    terhadap proses pembelajaran. Sejalan dengan Sudrajat (2008: 1)

    mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah sebagai titik tolak

    atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

    pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

    umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari

    metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

    Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa

    pendekatan adalah suatu usaha atau cara yang terencana dari awal proses

    pembelajaran untuk memperoleh tujuan yang akan dicapai. Guru sebagai

    fasilitator diharapkan dapat memilih pendekatan pembelajaran yang tepat

    agar konsep yang disajikan dapat diterima oleh siswa dengan baik.

    b. Pengertian PMRI

    Pada dasarnya PMR atau yang lebih dikenal dengan PMRI dalam

    pembelajarannya menggunakan konteks atau melibatkan masalah

    realistik, karena penggunaan konteks dapat membuat konsep matematika

    menjadi lebih bermakna bagi siswa karena konteks dapat menyajikan

    konsep matematika abstrak dalam representasi yang mudah dipahami

    siswa. Menurut van den Heuvel-Panhuizen (dalam Wijaya, 2012: 32)

    mengemukakan konteks dalam pendidikan matematika realistik

    dipandang secara luas. Artinya konteks merujuk pada fenomena

    14

  • kehidupan sehari-hari, cerita rekaan atau fantasi, atau bisa juga masalah

    matematika secara langsung.

    Menurut Zulkardi (2010: 4) menyatakan bahwa:

    PMRI adalah pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang

    real atau pernah dialami siswa, menekankan keterampilan proses

    (doing mathematics), berdiskusi dan berkolaborasi,

    berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka

    menemukan sendiri (student inventing) sebagai kebalikan dari

    (teacher telling) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu

    untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun

    kelompok.

    Dari penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

    PMRI adalah pendekatan yang pembelajaranya dapat dilakukan dengan

    mengaitkan lingkungan sekitar yang dimulai dari permasalahan nyata

    bagi siswa dengan menekankan keterampilan proses dalam

    menyelesaikan suatu masalah yang diberikan. Masalah nyata yang

    ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan sebagai titik

    awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan bahwa matematika

    tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari siswa.

    Dengan kata lain, benda-benda nyata yang akrab dengan siswa dapat

    digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran penjumlahan pecahan

    campuran. PMRI memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

    dengan dunia nyata dan membangun kembali ide-ide dan konsep

    matematikanya sesuai dengan yang didapatkannya selama proses

    pembelajaran berlangsung. Dengan demikian peneliti menggunakan

    15

  • pendekatan PMRI yang telah di paparkan oleh Ariyadi sebagai

    pendekatan dalam pembelajaran penjumlahan pecahan campuran.

    c. Karateristik PMRI

    Menurut Freudenthal (dalam Zainal Abidin, 2010: 6-7) PMR memiliki

    lima karateristik, diuraikan sebagai berikut:

    (1) Menggunakan masalah kontekstual (the use of context), (2)

    Menggunakan instrumental vertikal seperti model, skema, diagram,

    dan simbol-simbol (use models, bridging by vertical instrument), (3)

    Menggunakan konstribusi siswa (student contribution), (4) Proses

    pembelajaran yang interaktif (interactivity), (5) Terkait dengan topik

    lainnya (intertwining).

    (1) Menggunakan masalah kontekstual (the use of context).

    Pembelajaran diawali dengan menggunakan masalah kontekstual

    sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman sebelumnya

    dan pengetahuan awal yang dimiliki langsung, tidak dimulai dari sistem

    formal. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai materi awal dalam

    pembelajaran harus sesuai dengan realitas atau lingkungan yang dihadapi

    siswa dalam kesehariannya yang sudah dipahami atau mudah

    dibayangkan.

    (2) Menggunakan instrumen vertikal seperti model, skema, diagram,

    dan simbol-simbol (use models, bridging by vertical instrument). Istilah

    model berkaitan dengan situasi dan model matematika yang dibangun

    sendiri oleh siswa (self developed models), yang merupakan jembatan

    bagi siswa untuk membuat sendiri model-model dari situasi nyata ke

    16

  • abstrak atau dari situasi informal ke formal. Artinya siswa membuat

    model sendiri dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang

    merupakan keterkaitan antara model situasi nyata yang relevan dengan

    lingkungan siswa ke dalam model matematika.

    (3) Menggunakan konstribusi siswa (student contribution). Siswa

    diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan berbagai

    strategi informal yang dapat mengarahkan pada pengkonstruksian

    berbagai prosedur untuk memecahkan masalah. Dengan kata lain,

    konstribusi yang besar dalam proses pembelajaran diharapkan datang

    dari siswa, bukan dari guru. Artinya semua pikiran atau pendapat siswa

    sangat diperhatikan dan dihargai.

    (4) Proses pembelajaran yang interaktif (interactivity).

    Mengoptimalkan proses belajar mengajar melalui interaksi antar siswa,

    siswa dengan guru, dan siswa dengan sarana dan prasarana merupakan

    hal penting dalam PMR. Bentuk-bentuk interaksi seperti: negosiasi,

    penjelasan, pembenaran, persetujuan, pertanyaan atau refleksi digunakan

    untuk mencapai bentuk pengetahuan matematika formal dari bentuk-

    bentuk pengetahuan matematika informal yang ditemukan sendiri oleh

    siswa.

    (5) Terkait dengan topik lainnya (intertwining). Berbagai struktur dan

    konsep dalam matematika saling keterkaitan, sehingga keterkaitan atau

    17

  • pengintegrasian antar topik atau materi pelajaran perlu dieksplorasi untuk

    mendukung agar pembelajaran lebih bermakna.

    Treffers (dalam Wijaya, 2012: 21-23) merumuskan lima karateristik

    pendidikan matematika realistik, yaitu: (1) penggunaan konteks, (2)

    penggunaan model untuk matematisasi progresif, (3) pemanfaatan hasil

    konstruksi siswa, (4) interaktivitas, (5) keterkaitan.

    (1) Penggunaan Konteks. Konteks atau permasalahan realistik

    digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak

    harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan,

    penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna

    dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa. Dengan kata lain, siswa

    dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi

    permasalahan. Hasil eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan untuk

    menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang diberikan, tetapi juga

    diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi penyelesaian masalah

    yang bisa digunakan.

    (2) Penggunaan Model untuk Matematisasi Progresif. Model

    digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif. Penggunaan

    model berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan

    matematika tingkat konkret menuju pengetahuan matematika tingkat

    formal. Perlu dipahami dari kata model adalah bahwa model tidak

    merujuk pada alat peraga. Model merupakan suatu alat vertikal

    18

  • dalam matematika yang tidak bisa dilepaskan dari proses matematisasi

    (yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal), karena model

    merupakan tahapan proses transisi level informal menuju level

    matematika formal.

    (3) Pemanfaatan Hasil konstruksi Siswa. Siswa mempunyai kebebasan

    untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan

    akan diperoleh strategi yang bervariasi. Selain untuk membantu siswa

    dalam memahami konsep matematika, hasil kerja dan konstruksi siswa

    juga dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa.

    (4) Interaktivitas. Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan

    bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dengan

    gagasan mereka. Pemanfaatan interaksi dalam pembelajaran matematika

    bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif

    siswa secara simultan. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi berupa

    negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setujuh,

    pertanyaan/refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk

    informal siswa.

    (5) Keterkaitan. Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat

    parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan.

    Oleh karena itu, konsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada

    siswa secara terpisah satu sama lain. Pendidikan matematika realistik

    menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika

    19

  • sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.

    Melaui keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan bisa

    mengenal dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara

    bersamaan.

    Berdasarkan karateristik PMRI yang telah diuraikan di atas, maka

    peneliti menggunakan karateristik PMRI sebagai proses pembelajaran

    seperti yang dikemukakan oleh Treffers (dalam Wijaya), diantaranya:

    1) penggunaan konteks, 2) penggunaan model untuk matematisasi

    progresif, 3) pemanfaatan hasil konstruksi siswa, 4) interaktivitas,

    5) keterkaitan.

    d. Prinsip-Prinsip Pendekatan PMRI

    Gravemeijer (dalam Zainal Abidin, 2010: 5) mengemukakan bahwa

    ada tiga prinsip kunci utama dalam PMR. Ketiga prinsip tersebut

    dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

    (1) Penemuan kembali secara terbimbing dan proses matematisasi

    secara progresif (guided reinvention and progressive

    mathematizing). Prinsip ini menghendaki bahwa, dalam PMR

    melalui penyelesaian masalah kontekstual yang diberikan guru di

    awal pembelajaran, dengan bimbingan dan petunjuk guru yang

    diberikan secara terbatas, siswa diarahkan sedemikian rupa sehingga

    seakan-akan siswa mengalami proses menemukan kembali konsep,

    prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika, sebagimana ketika

    konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika itu

    ditemukan. (2) Fenomena yang bersifat mendidik (didactical

    phenomenology). Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomena

    didaktik, yang menghendaki bahwa di dalam menentukan suatu

    materi matematika untuk diajarkan dengan pendekatan PMR,

    didasarkan atas dua alasan, yaitu: 1) untuk mengungkapkan berbagai

    20

  • macam aplikasi materi itu yang harus diantisipasi dalam

    pembelajaran dan, 2) untuk dipertimbangkan pantas tidaknya materi

    itu digunakan sebagai poin-poin untuk suatu proses matematisasi

    secara progresif. (3) Mengembangkan sendiri model-model (self

    developed models). Prinsip ini berfungsi sebagai jembatan antara

    pengetahuan matematika informal dengan pengetahuan matematika

    formal. Dalam menyelesaikan masalah kontekstual, siswa diberi

    kebebasan untuk membangun sendiri model matematika terkait

    dengan masalah kontekstual yang dipecahkan.

    Berkaitan dengan penggunaan masalah kontekstual yang realistik,

    menurut De Lange (dalam Supinah, dkk, 2008: 18-19) ada beberapa

    prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:

    (1) Titik awal pembelajaran harus benar-benar hal yang realistik,

    sesuai dengan pengalaman siswa, termasuk cara matematis yang

    sudah dimiliki siswa, supaya siswa dapat melibatkan dirinya dalam

    kegiatan belajar secara bermakna. (2) Disamping harus realistik bagi

    siswa, titik awal itu harus dapat dipertanggung jawabkan dari segi

    tujuan pembelajaran dan urutan belajar. (3) Urutan pembelajaran

    harus memuat bagian yang melibatkan aktivitas yang diharapkan

    memberikan kesempatan kepada siswa, atau membantu siswa, untuk

    menciptakan dan menjelaskan model simbolik dari kegiatan

    matematis informalnya. (4) Untuk melaksanakan ketiga prinsip

    tersebut, siswa harus terlibat secara interaktif, menjelaskan, dan

    memberikan alasan pekerjaannya memecahkan masalah kontekstual

    (solusi yang diperoleh), memahami pekerjaan (solusi) temannya,

    menjelaskan dalam diskusi kelas sikapnya setuju atau tidak setuju

    dengan solusi temannya, menanyakan alternatif pemecahan masalah,

    dan merefleksikan solusi-solusi itu. (5) Struktur dan konsep-konsep

    matematis yang muncul dari pemecahan masalah realistik itu

    mengarah ke intertwining (pengaitan) antara bagian-bagian materi.

    Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat

    disimpulkan bahwa pada dasarnya prinsip-prinsip yang mendasari PMRI

    adalah pembelajaran dimulai dari masalah sehari-hari (realistic

    contextual), siswa diharapkan dapat membuat model sesuai dengan

    21

  • caranya dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

    kembali ide-ide matematika yang dapat digunakan untuk permasalahan

    yang lebih lanjut. Dengan demikian, PMRI juga dapat memberikan

    perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Hal ini sesuai

    dengan ide yang terdapat pada KTSP 2006.

    e. Kelebihan Pendekatan PMRI

    Berdasarkan pengalaman Ade (dalam Nofriani, 2011: 16) dalam uji

    coba pembelajaran matematika secara realistik ditemukan beberapa

    kelebihan, diantaranya:

    (a) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena

    menggunakan realitas yang ada disekitar siswa, (b) Karena siswa

    membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak lupa dengan

    materi, (c) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap

    jawaban ada nilainya, (d) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan

    berani mengemukakan pendapat, (e) Pendidikan budi pekerti, misal:

    saling kerja sama dan menghormati teman yang sedang berbicara.

    Menurut Suwarsono (dalam Zainal Abidin, 2010: 9) terdapat beberapa

    kekuatan atau kelebihan dari pembelajaran matematika realistik, yaitu:

    (a) Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang

    jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan

    sehari-hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia. (b)

    Pembelajaran matematika realistik memberi pengertian yang jelas

    kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang

    dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh

    mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut. (c) Pembelajaran

    matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa

    bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal

    dan tidak harus sama antara yang satu dengan orang yang lain. Setiap

    orang bisa menemukan atau menggunakan cara sendiri, asalkan orang

    itu sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal atau masalah tersebut.

    Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu

    22

  • dengan cara penyelesaian yang lain, akan bisa diperoleh cara

    penyelesaiannya yang paling tepat, sesuai dengan tujuan dari proses

    penyelesaian masalah tersebut. (d) Pembelajaran matematika realistik

    memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa dalam

    mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan suatu yang

    utama dan orang harus menjalani prose itu dan barusaha untuk

    menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan

    pihak lain yang sudah lebih tahu (misal guru). Tanpa kemauan untuk

    menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak

    akan tercapai.

    Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

    kelebihan pendidikan matematika realistik Indonesia adalah pembelajaran

    yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa dikarenakan selama proses

    pembelajaran diharapkan siswa dapat berpikir secara aktif dan kreatif

    untuk menggali potensi yang dimilikinya dan siswa terlibat secara

    langsung didalam pembelajaran. Selain itu, guru juga terlibat secara aktif

    sebagai fasilitator untuk membimbing siswa dalam menyelesaikan

    masalah, sehingga siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang

    dihadapinya.

    f. Pembelajaran Penjumlahan Pecahan Campuran dengan Pendekatan

    PMRI

    Pembelajaran dengan pendekatan PMRI diawali dengan memberikan

    masalah kontekstual sehingga memungkinkan siswa menggunakan

    pengalaman sebelumnya secara langsung. Kemudian memberi kesempatan

    kepada siswa untuk berkreasi dan mengembangkan idenya dalam

    menemukan dan mengidentifikasi sebuah masalah yang diberikan.

    23

  • Berdasarkan karateristik PMRI yang telah diuraikan tersebut, peneliti

    menerapkan karateristik PMRI sebagai pelaksanaan pembelajaran

    penjumlahan pecahan campuran yang dikemukakan oleh Treffers (dalam

    Wijaya).

    Penggunaan konteks, pada karateristik ini guru memberikan

    permasalahan realistik yang berhubungan dengan penjumlahan pecahan

    campuran. Contoh: Andi membeli gula pasir 1 kg dan beras 2 kg di

    warung dekat rumah. Pada karateristik ini pembelajaraan matematika

    realistik yang terlihat adalah adanya pengaitan dan penggunaan masalah

    kontekstual yang dijadikan dasar awal pembelajaran matematika formal

    sampai pada pembentukan konsep.

    Penggunaan model untuk matematisasi progresif, pada karateristik

    ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

    model sebagai jembatan (brigde) dari pengetahuan dan matematika tingkat

    konkret menuju pengetahuan matematika tingkat formal.

    Contoh:

    Gambar. 2.5 menyatakan

    bilangan 1

    24

  • Pemanfaatan hasil konstruksi siswa, pada karateristik ini guru

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengkonstruksian

    berbagai prosedur untuk memecahakan masalah dimana setiap pemikiran

    siswa atau pendapat siswa sangat diperhatikan dan dihargai. Selain itu

    siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan

    masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi.

    Misal pecahan campuran berikut ini 1 dapat dicontohkan sebagai

    berikut: = menunjukkan bilangan 1 (bilangan bulat)

    = menunjukkan bilangan (bilangan pecahan)

    = menunjukkan bilangan 1

    Gambar. 2.6 pembentukan peragaan bilangan 1

    Interaktivitas, pada karateristik ini siswa diberi kesempatan untuk

    mengkomunikasikan ide-ide mereka melalui proses belajar yang interaktif

    dimana dalam proses belajar dapat dilakukan secara bersamaan merupakan

    suatu proses sosial. Guru bertindak sebagai pembimbing, langkah ini

    dilakukan untuk melatih siswa untuk saling berinteraksi antara siswa,

    siswa dengan guru sehingga proses belajar lebih bermakna ketika saling

    mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.

    25

  • Keterkaitan, pada karateristik ini guru membimbing siswa untuk

    mengaitkan/mengaplikasikan konsep penjumlahan pecahan campuran

    yang terdapat dalam permasalahan dikehidupan sehari-hari. Misalnya:

    Andi disuruh Ibu membeli gula pasir 1 kg dan membeli minyak goreng

    2 kg di warung. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa materi

    penjumlahan pecahan campuran tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-

    hari siswa.

    3. Hakekat Siswa Kelas V SD

    Anak usia SD memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang

    usianya lebih muda, ia senang bermain, bergerak, senang bekerja dalam

    kelompok dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu,

    guru hendaknya mengembangkan pelajaran yang mengandung unsur

    permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar

    dalam kelompok serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam

    pembelajaran.

    Pada pembelajarannya dibidang studi matematika, konsep-konsep

    matematika tidak dapat diajarkan melalui defenisi, tetapi melalui contoh-

    contoh yang relevan. Pemahaman suatu konsep dapat dilakukan dengan

    pemberian contoh-contoh yang dapat diterima kebenarannya secara intuitif.

    Artinya siswa dapat menerima kebenaran itu dengan pemikiran yang sejalan

    dengan pengalaman yang sudah dimilikinya.

    26

  • Yusuf (2001: 24) mengungkapkan masa usia SD sering disebut sebagai

    masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian

    bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik. Pada umumnya,

    siswa kelas V SD rata-rata berumur 10-11 tahun. Siswa pada umur ini belum

    dapat memahami secara penuh pada pembelajaran yang bersifat abstrak maka

    dari itu materi pembelajaran harus dikonkretkan. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Piaget (dalam Danim, dkk, 2010: 78) bahwa usia 7-11 tahun

    merupakan pada tahap operasional konkret. Dengan kata lain dapat diartikan

    bahwa siswa dapat melakukan suatu operasi dan penalaran logis jika

    pengaplikasiannya dilakukan dengan contoh konkret.

    Senada dengan Yusuf (2001: 178) menegaskan bahwa pada periode ini

    ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu

    mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan

    (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan

    yang berkaitan dengan perhitungan (angka), seperti menambah, mengurangi,

    mengalikan, dan membagi. Selanjutnya Yusuf (2001: 25) mengungkapkan

    bahwa:

    Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah: a) adanya minat

    terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini

    menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan

    pekerjaan-pekerjaan yang praktis, b) amat realistik, ingin mengetahui,

    ingin belajar, c) terfokus pada mata pelajaran yang diminati (bakat-

    bakat khusus), d) umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang

    dewasa untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya, e)

    anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat

    (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah, f) anak gemar membentuk

    27

  • kelompok teman sebaya untuk bermain bersama. Dari penjelasan

    tersebut, itulah yang dikatakan sebagai masa kelas-kelas tinggi sekolah

    dasar.

    Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

    siswa kelas V SD merupakan usia masa sekolah dasar pada tahap operasional

    konkret dimana dalam pembelajaran memerlukan benda-benda konkret untuk

    memudahkan dalam kegiatan belajar dan siswa lebih mengingat materi yang

    diajarkan oleh gurunya dibandingkan dengan guru saat pembelajaran tidak

    menggunakan benda konkret.

    B. KERANGKA TEORI

    Pada PTK ini peneliti mengkaji tentang pembelajaran penjumlahan pecahan

    campuran di kelas V SDN 09 Air Tawar Barat Padang. Pendekatan yang

    digunakan adalah PMRI yang memiliki lima karateristik, yaitu: (1) penggunaan

    konteks , (2) penggunaan model untuk matematisasi progresif, (3) pemanfaatan

    hasil konstruksi siswa, (4) interaktivitas, (5) keterkaitan.

    Dalam proses pembelajaran siswa menyelesaikan masalah penjumlahan

    pecahan campuran menggunakan alat peraga yang telah disediakan yaitu berupa

    kertas karton yang dibentuk bidang datar sejenis dan memiliki ukuran sama atau

    menggunakan plastik trasparan yang akan diarsir sesuai dengan kebutuhan untuk

    menemukan jawaban sesuai dengan soal yang diberikan. Untuk lebih jelasnya

    kerangka teori dapat dilihat pada gambar berikut.

    28

  • Bagan/ Struktur Kerangka Teori

    Kerangka Teori

    Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan Campuran

    di Kelas V SDN 09 Air Tawar Barat Padang Masih Rendah

    Materi:

    Penjumlahan

    Pecahan Campuran

    1. Dengan berpenyebut sama

    2. Dengan

    berpenyebut beda

    Karateristik Pendekatan PMR menurut Treffers

    (dalam Wijaya):

    1. Penggunaan konteks 2. Penggunaan model untuk matematisasi

    progresif

    3. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa 4. Interaktivitas

    5. Keterkaitan

    Proses Pembelajaran Penjumlahan Pecahan

    Campuran dengan Pendekatan PMRI

    Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan Campuran dengan Pendekatan

    Pendidikan Matematika Realistik Indonesia di Kelas V

    SDN 09 Air Tawar Barat Padang Meningkat

    29

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas V SDN 09 Air

    Tawar Barat Padang sebagai tempat penelitian berdasarkan pertimbangan

    sebagai berikut:

    a. Kepala sekolah dan guru bersedia menerima pembaharuan pembelajaran

    untuk meningkatkan hasil belajar matematika

    b. Berdasarkan wawancara pengalaman mengajar guru kelas V SDN 09 Air

    Tawar Barat Padang pada tahun pelajaran 2010/2011 dan 2011/2012,

    guru mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran

    penjumlahan pecahan campuran dan peneliti menyimpulkan bahwa siswa

    kelas V SD tersebut kesulitan dan tidak dapat memahami materi

    penjumlahan pecahan campuran yang telah diajarkan

    c. Selain itu, guru kelas V SD tersebut mengatakan ingin sekali dalam

    pembelajaran matematika di kelasnya dapat bervariasi dengan

    menggunakan sebuah pendekatan pembelajaran, dan disini peneliti

    menawarkan sebuah pendekatan yang cocok dalam pembelajaran

    matematika yaitu PMRI

    30

  • 2. Subjek Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di SDN 09 Air Tawar Barat Padang, adapun subjek

    penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V dengan jumlah siswa 26 orang,

    terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan dengan prestasi dan

    kemampuan akademik yang berbeda-beda. Adapun yang terlibat dalam

    penelitian ini adalah: (1) peneliti sebagai guru praktis dan, (2) observer terdiri

    dari 2 orang yaitu guru kelas dan teman sejawat. Penelitian ini menekankan

    kepada penggunaan pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia

    dengan materi penjumlahan pecahan campuran untuk meningkatkan hasil

    belajar siswa.

    3. Waktu dan Lama Penelitian

    Waktu penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran Januari-Juli

    2012-2013. Lamanya penelitian ini adalah 6 bulan terhitung dari waktu

    perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian. Penelitian ini terdiri dari

    siklus I dengan 2x pertemuan dan siklus II dengan 2x pertemuan.

    B. Rencana Penelitian

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    a) Pendekatan Penelitian

    Penelitian yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan hasil

    belajar pada materi penjumlahan pecahan campuran dengan pendekatan

    PMRI di kelas V SDN 09 Air Tawar Barat Padang. Pendekatan yang

    31

  • digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan

    kuantitatif.

    Zuriah (2009: 83) menjelaskan bahwa:

    Pendekatan kualitatif (qualitative design) adalah pendekatan penelitian

    yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme, digunakan untuk

    meneliti dalam situasi yang wajar atau dalam latar alami (natural

    setting) dimana memerlukan ketajaman analisis, objektivitas, sistematis,

    dan sistemik sehingga diperoleh ketepatan dalam interpretasi, analisis

    data bersifat deskriptif-analitis yang berarti interpretasi terhadap isi

    dibuat dan disusun secara sistemik atau menyeluruh dan sistematis.

    Selanjutnya, Zuriah (2009: 91) menjelaskan bahwa:

    Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang berlandaskan

    pada filsafat positivisme, lebih banyak menggunakan logico-hipotetiko-

    verifikatif dengan berpikir deduktif untuk menurunkan hipotesis,

    kemudian melakukan pengujian di lapangan, lebih menekankan pada

    indeks-indeks dan pengukuran empiris, analisis data bersifat statistik

    atau menggunakan bilangan (numeric) agar mengandung makna yang

    lebih tepat.

    b) Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK

    memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan

    mutu pembelajaran apabila pelaksanaan dilakukan dengan baik dan benar

    sesuai prosedur yang telah ditentukan. Sanjaya (2012: 26) menyatakan

    bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan

    (action research), dan penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada

    umumnya.

    Selanjutnya Arikunto, dkk (2012: 3) menegaskan bahwa Penelitian

    tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

    berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah

    32

  • kelas secara bersama. Dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas, guru

    dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa di dalam

    pembelajaran baik dibidang studi matematika maupun bidang studi lainnya,

    sehingga guru dapat melakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan

    hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi sesuai dengan tujuan KTSP.

    Berdasarkan dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

    penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru dengan

    berkolaborasi dengan orang lain bertugas sebagai pengamat yang bertujuan

    untuk saling memberikan masukan guna menemukan solusi pemecahan

    masalah yang ditemukan selama dilakukannya tindakan dalam pembelajaran.

    2. Alur Penelitian

    Adapun model alur dalam PTK ini menggunakan model siklus yang

    dikembangkan oleh Arikunto (2012: 16). Penelitian dilaksanakan sebanyak dua

    siklus dengan dua tindakan disetiap siklusnya, dimana setiap siklusnya terdapat

    tahapan dalam setiap siklusnya, diantaranya adalah: a) tahap perencanaan, b)

    tahap pelaksanaan, c) tahap pengamatan dan, d) tahap refleksi.

    Alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan seperti bagan pada

    halaman berikut.

    33

  • Alur Penelitian Tindakan

    Peningkatan Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan Campuran dengan Pendekatan Pendidikan

    Matematika Realistik Indonesia di Kelas V SDN 09 Air Tawar Barat Padang

    Studi Pendahuluan

    Studi pendahuluan observasi latar SD, guru dan proses pembelajaran penjumlahan

    pecahan campuran

    Siklus I

    Pelaksanaan

    dan

    Pengamatan

    Pelaksanaan

    dan

    Pengamatan

    Refleksi I

    Siklus II

    Perencanaan I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I

    Karateristik PMR untuk penjumlahan pecahan

    campuran menurut Treffers (dalam Wijaya):

    1. Penggunaan konteks

    2. Penggunaan model untuk matematisasi

    progresif

    3. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa

    4. Interaktivitas

    5. keterkaitan

    Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran II Perencanaan II

    Belum Berhasil

    Laporan Berhasil Refleksi II

    Karateristik PMR untuk penjumlahan pecahan

    campuran menurut Treffers (dalam Wijaya):

    1. Penggunaan konteks

    2. Penggunaan model untuk matematisasi

    progresif

    3. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa

    4. Interaktivitas

    5. keterkaitan

    Bagan alur PTK menurut Arikunto (2012: 16)

    34

  • 3. Prosedur Penelitian

    Prosedur yang ditempuh dalam penyelesaian penelitian ini terdiri dari

    beberapa tahap. Penelitian dilakukan dengan diawali studi pendahuluan berupa

    wawancara terhadap guru kelas pada pembelajaran penjumlahan pecahan

    campuran di kelas V SDN 09 Air Tawar Barat Padang. Dilakukannya studi

    pendahuluan untuk mengetahui dan memperoleh informasi permasalahan yang

    dihadapi guru dalam pembelajaran penjumlahan pecahan campuran di kelas V.

    Setelah dilakukannya wawancara kepada guru kelas V ditemukan adanya

    permasalahan yang dihadapi oleh guru selama kegiatan pembelajaran

    berlangsung, yaitu guru dalam pembelajaran penjumlahan pecahan campuran

    tidak menggunakan masalah real atau masalah realistik yang berhubungan

    langsung dikehidupan sehari-hari siswa tetapi guru hanya menitik beratkan

    pada hasil kerja siswa.

    a) Tahap Perencanaan

    Sesuai dengan rumusan masalah dari hasil studi pendahuluan yang telah

    dilakukan, peneliti membuat rencana tindakan yang akan dilakukan.

    Tindakan itu berupa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI

    pada materi penjumlahan pecahan campuran, yaitu dengan melakukan

    pembelajaran menggunakan alat peraga bangun datar yang terbuat dari

    kertas karton dengan ukuran yang sama dan sejenis serta diarsir sesuai

    dengan kebutuhan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

    1. Menetapkan jadwal selama penelitian

    35

  • 2. Mengkaji KTSP matematika kelas V semester 2 serta penunjang

    belajar yang lainnya

    3. Membuat RPP yang terdiri dari Identitas (satuan pendidikan, mata

    pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu), SK, KD, Indikator, Tujuan

    Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran (kegiatan

    awal, kegiatan inti, kegiatan akhir), Sumber/Media pembelajaran dan

    Penilaian (evaluasi)

    4. Menyusun lembaran observasi untuk mencatat semua kegiatan dalam

    proses pembelajaran, baik aktivitas guru maupun siswa

    5. Membuat instrumen penilaian berupa tugas-tugas, LKS atau latihan

    yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan materi yang akan

    dipelajari

    6. Membuat tes untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar siswa.

    b) Tahap Pelaksanaan

    Kegiatan ini merupakan kegiatan inti dalam siklus penelitian tindakan

    kelas. Tahap ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran penjumlahan

    pecahan campuran dengan menggunakan pendekatan PMRI. Kegiatan

    pembelajaran untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman

    konsep penjumlahan pecahan campuran, kegiatan ini dilakukan oleh peneliti

    sebagai guru praktisi dan guru kelas sebagai observer I dan teman sejawat

    sebagai obsever II. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan setiap

    siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Siklus dalam tindakan akan

    36

  • dilakukan secara berulang sampai kriteria yang telah ditetapkan tercapai.

    Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

    1. Peneliti menjadi guru praktisi melaksanakan pembelajaran

    penjumlahan pecahan campuran dengan menggunakan pendekatan

    PMRI sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

    2. Observer I dan observer II melakukan pengamatan dengan

    menggunakan format observasi dan dokumentasi.

    3. Peneliti dan guru melakukan diskusi terhadap tindakan yang telah

    dilakukan, kemudian melakukan refleksi. Hasil dimanfaatkan untuk

    penyempurnaan kearah perbaikan selanjutnya.

    c) Tahap Pengamatan

    Kegiatan pengamatan ini dilakukan untuk mengamati aktifitas siswa

    secara langsung dalam proses pembelajaran penjumlahan pecahan campuran

    dengan pendekatan PMRI. Pelaksanaan kegiatan bersamaan dengan

    pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh observer pada waktu guru praktisi

    melaksanakan tindakan belajar.

    Dalam kegiatan ini observer berusaha mengenal dan mendokumentasikan

    semua indikator dari proses hasil perubahan yang terjadi. Keseluruhan hasil

    pengamatan ini dilakukan terus menerus dari siklus I sampai siklus II.

    Kegiatan pengamatan dilakukan oleh guru kelas V sebagai observer I dan

    teman sejawat sebagai observer II. Guru kelas V mengisi lembar pengamatan

    proses pembelajaran PMRI dari aspek guru, sedangkan teman sejawat

    37

  • mengisi lembar pengamatan proses pembelajaran PMRI dari aspek siswa.

    Sementara yang mengamati proses pembelajaran dari siswa adalah peneliti

    sendiri. Kendala atau kelemahan yang ditemukan pada siklus I akan

    diperbaiki pada siklus II, dan kekuatan yang ditemui pada siklus I

    direkomendasikan pada siklus II berdasarkan kelemahan.

    d) Tahap Refleksi

    Refleksi dilakukan setiap tindakan berakhir, pada tahap ini peneliti dan

    observer melakukan diskusi dari hasil pengamatan yang telah dilaksanakan.

    Dengan mengevaluasi kekurangan dan kendala yang didapatkan selama

    siklus dilakukan, sehingga dapat dipastikan untuk melakukan siklus

    berikutnya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sesuai dengan

    indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Peneliti dan observer

    berdiskusi tindakan yang telah dilakukan antaranya: a) kesinambungan

    antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaan yang dilakukan, b)

    kekurangan atau kendala yang didapatkan selam proses pembelajaran dan

    akan diperbaiki pada siklus berikutnya, c) perkembangan siswa yang dicapai,

    d) rencana pembelajaran selanjutnya, apabila berbeda dengan lembar

    pengamatan maka diperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Dan apabila

    telah berhasil rencana yang telah diperbaiki, maka pembelajaran dicukupkan.

    38

  • C. Data dan Sumber Data

    1. Data Penelitian

    Data yang diperoleh sebagai bahan sumber penelitian berupa hasil

    pengamatan dari pembelajaran penjumlahan pecahan campuran. Data tersebut

    berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil belajar yang berupa

    informasi sebagai berikut:

    a. Perencanaan pembelajaran atau RPP yang berhubungan dengan perilaku

    guru dalam proses pembelajaran penjumlahan pecahan campuran

    b. Pelaksanaan pembelajaran penjumlahan pecahan campuran dengan

    menggunakan pendekatan PMRI, yang berupa evaluasi proses maupun

    evaluasi hasil yang berhubungan dengan perilaku guru dan siswa yang

    meliputi interaksi pembelajaran antara guru dan siswa, antar siswa dan

    siswa dalam pembelajaran

    c. Hasil tes siswa baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan

    pembelajaran pecahan campuran.

    2. Sumber Data

    Sumber data penelitian ini adalah proses kegiatan belajar mengajar dalam

    pembelajaran penjumlahan pecahan campuran dengan pendekatan PMRI yang

    meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan

    perilaku guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Data diperoleh

    dari subjek penelitian yaitu guru dan siswa kelas V SDN 09 Air Tawar Barat

    Padang.

    39

  • D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

    1. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam melakukan pengumpulan data penelitian dilakukan dengan

    mengumpulkan data melalui observasi, tes dan, dokumentasi. Agar lebih

    jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

    a) Observasi

    Untuk mengahasilkan sebuah data dalam penelitin ini, peneliti

    melakukan proses observasi secara langsung baik mengamati, melihat, dan

    mencatat kegiatan yang dilakukan dari segi siswa maupun guru untuk

    memperoleh informasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan yang

    dilakuan peneliti menggunakan format pengamatan yang sengaja dirancang

    untuk melihat perkembangan yang terjadi, mengamati keaktifan dan,

    antusias siswa dan guru selama proses pembelajaran dilakukan.

    Pengamatan dilakukan peneliti mulai dari awal pembelajaran sampai

    akhir pembelajaran matematika yang sedang berlangsung. Bagian-bagian

    yang menjadi pembelajaran akan diberi tanda ceklis () pada kolom yang

    tertera pada lembar pengamatan untuk memperoleh sebuah data yang akan

    dijadikan sebagai data pendukung nantinya. Adapun lembar pengamatan

    akan diisi oleh guru kelas yang bertindak sebagai observer dan peneleti

    bertindak sebagai guru praktisi selama proses pembelajaran dengan

    pendekatan PMRI berlangsung.

    40

  • b) Tes

    Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil

    belajar siswa baik hasil belajar kognitif, afektif, maupun psikomotor yang

    dilakukan pada setiap akhir siklus, guna melihat kemampuan dan

    peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh selama pemberian tindakan.

    Tes yang dilakukan digunakan sebagai penguat data observasi di kelas

    terutama pada penguasaan materi pembelajaran dari sudut siswa. Tes juga

    digunakan sebagai gambaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

    memahami materi penjumlahan pecahan campuran.

    c) Dokumentasi

    Pada teknik dokumentasi, upaya yang dilakukan peneliti dalam

    penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data berupa foto-foto

    pelaksanaan penelitian selama kegiatan berlangsung, RPP, nilai hasil belajar

    siswa, dan dokumentasi lainnya yang mendukung selama pembelajaran

    penjumlahan pecahan campuran dengan pendekatan PMRI.

    2. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu pelaksanaan

    penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa: a) lembar

    penilaian RPP, b) lembar observasi aktivitas guru, c) lembar observasi aktivitas

    siswa, d) LKS dan, e) tes hasil belajar siswa serta foto-foto pada saat

    pembelajaran berlangsung.

    41

  • E. Analisis Data

    Dalam penelitian ini, data penelitian diambil dengan menggunakan model

    analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif yang ditawarkan oleh

    Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011: 246) yakni analisis data kualitatif

    dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

    pengumpulan data dalam periode tertentu dilakukan secara interaktif dan

    berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

    Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa analisis data kualitatif dimulai

    dari hasil pengamatan tentang rancangan pembelajaran selama proses

    pembelajaran berlangsung serta menelaah mulai dari pengumpulan data sampai

    seluruh data yang diinginkan terkumpul. Selanjutnya Miles and Huberman (dalam

    Sugiyono, 2011: 247-252) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif dilakukan

    dengan langkah-langkah seperti berikut: (1) reduksi data (data reduction), (2)

    penyajian data (data display), (3) Conclusion Drawing/verification.

    (1) Reduksi Data (Data Reduction). Mereduksi data berarti merangkum,

    memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

    dicari tema dan polanya. Mereduksi data merupakan proses berfikir

    sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman

    wawasan yang tinggi dan dapat mendiskusikannya dengan teman atau

    orang lain yang lebih ahli. (2) Penyajian Data (Data Display). Setelah

    data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

    Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

    hubungan antar kategori, flowchart, dengan teks yang bersifat naratif,

    grafik, matrik, network (jejaring kerja), dan chart. (3) Conclusion

    Drawing/verification. Dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

    kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah

    merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

    42

  • Sugiyono (2011: 243) menjelaskan analisis data kuantitatif yaitu diarahkan

    untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan

    dengan teknik analisis data menggunakan metode statistik. Untuk mengetahui

    sejauh mana hasil belajar siswa diadakan tes akhir. Tes akhir ini dilakukan setelah

    materi pembelajaran berakhir.

    Untuk menghitung data kuantitatif yang berkaitan dengan hasil belajar siswa

    dianalisis dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Trianto (2010: 241)

    yakni:

    Untuk ketuntasan belajar

    KB = x 100 %

    Keterangan:

    KB = Ketuntasan Belajar

    T = Jumlah skor yang diperoleh siswa

    T1 = Jumlah skor total

    Menurut Sudijono (2011: 35) kriteria rentang keberhasilan sebagai berikut:

    Tabel 3. Kriteria Rentang Keberhasilan

    Nilai Angka Predikat

    1. 80 % - 100 % 2. 66 % - 79 % 3. 56 % - 65 % 4. 46 % ke bawah

    Baik Sekali

    Baik

    Cukup

    Kurang

    43

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 09 Air Tawar Barat Padang pada

    materi penjumlahan pecahan campuran semester II tahun pelajaran Januari-Juli

    2012/2013. Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi dua siklus dimana setiap

    siklusnya terdapat dua kali pertemuan. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V

    yang bertindak sebagai observer I dan teman sejawat sebagai observer II, sedangkan

    peneliti sendiri sebagai guru praktisi.

    Dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti menyesuaikan dengan langkah-

    langkah pembelajaran yang telah dibuat. Berikut ini deskripsi pembelajaran untuk

    meningkatkan hasil belajar penjumlahan pecahan campuran dengan pendekatan

    pendidikan matematika realistik Indonesia sebanyak dua siklus. Adapun perincian

    tiap siklusnya adalah sebagai berikut:

    A. HASIL PENELITIAN

    1. Siklus I Pertemuan 1

    a. Perencanaan

    Materi pembelajaran yang dilaksanakan di kelas V semester II sesuai

    pada KTSP 2006 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit pada siklus I adalah

    penjumlahan pecahan campuran pada materi penjumlahan pecahan

    campuran bilangan bulat dengan pembilang satu berpenyebut sama dengan

    menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia.

    44

  • Dengan kompetensi dasar yaitu menjumlahkan dan mengurangkan

    berbagai bentuk pecahan.

    Indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah: 1)

    menemukan jawaban dari permasalahan realistik yang berhubungan

    dengan penjumlahan dua pecahan campuran berpenyebut sama, 2)

    mendemonstrasikan model matematika penjumlahan pecahan campuran, 3)

    membuktikan penyelesaian jawaban dari permasalahan penjumlahan

    pecahan campuran, 4) menyimpulkan cara penyelesaian dari jawaban yang

    didapat pada penjumlahan pecahan campuran. Untuk mencapai indikator

    yang telah ditentukan maka disini peneliti selaku guru praktisi mencoba

    untuk menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia

    dalam pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang

    telah ditentukan.

    Adapun langkah-langkah pembelajaran pertama kegiatan awal yaitu

    mengkondisikan kelas, apersepsi dengan tanya jawab tentang materi KPK

    dua bilangan, menyampaikan tujuan pembelajaran dan, membagikan LKS

    dan media pembelajaran kepada 5 kelompok terdiri dari 5-6 anggota yang

    telah dibentuk oleh guru. Dapat dilihat pada lampiran 49 (hal. 229).

    Kegiatan inti antara lain: Eksplorasi, penggunaan konteks, a)

    mengaitkan materi penjumlahan pecahan campuran dengan pengetahuan

    awal yang dimiliki siswa, b) menugaskan siswa untuk bekerja

    menyelesaikan LKS tentang penjumlahan pecahan campuran secara

    45

  • berkelompok Elaborasi, c) memotivasi siswa untuk menyelesaikan

    permasalahan realistik penjumlahan pecahan campuran yang terdapat pada

    LKS, penggunaan model untuk matematisasi progresif, d) siswa

    memodelkan permasalahan penjumlahan pecahan campuran pada LKS, e)

    siswa bekerja dalam kelompok untuk membuat model matematika dengan

    memanfaatkan kertas warna yang telah disediakan, f) siswa menemukan

    model matematika dari permasalahan penjumlahan pecahan campuran

    dikelompoknya.

    Pemanfaatan hasil konstruksi siswa, g) meminta kepada kelompok

    untuk memberikan lambang matematika pada setiap gambar pecahan yang

    dibuat, h) memberi kesempatan kepada kelompok untuk menyelesaikan

    masalah dengan menggunakan strateginya masing-masing, i) memberi

    kesempatan kepada kelompok untuk berbeda pendapat dengan

    mengemukakan gagasan baru.

    Interaktivitas, j) memberi kesempatan kepada salah satu kelompok

    untuk mempersentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, k) memberi

    kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan kerja sama agar terjadinya

    pertukaran ide/gagasan di dalam diskusi kelas, Komfirmasi, l) siswa

    diminta untuk menjelaskan kembali cara-cara menyelesaikan penjumlahan

    pecahan campuran, keterkaitan, m) siswa mencontohkan masalah realistik

    penjumlahan pecahan campuran yang berhubungan dengan kehidupan

    sehari-harinya.

    46

  • Kegiatan akhir, a) mengumpul LKS, b) memberi tindak lanjut berupa

    latihan soal, c) menyampaikan pesan-pesan moral kepada siswa, d)

    mengkondisikan kelas untuk mengakhiri pelajaran.

    b. Pelaksanaan

    Pelaksanaan pembelajaran penjumlahan pecahan campuran dengan

    pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia di kelas V SDN 09

    Air Tawar Barat Padang. Pada siklus I dilakukan sebanyak 2x pertemuan.

    Pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2013 mulai pukul 07.30-

    08.40 WIB dengan jumlah 26 siswa. Pembelajaran dilakukan dengan tiga

    tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir sesuai dengan

    RPP yang telah dibuat, dapat dilihat pada lampiran 1 (hal. 101-107).

    a) Kegiatan awal

    Kegiatan diawali dengan membuka pelajaran dengan

    mengkondisikan kelas (menyiapkan media pembelajaran, mengatur

    tempat duduk siswa, berdoa dan, absensi). Melakukan tanya jawab

    tentang materi KPK dua bilangan, menyampaikan tujuan pembelajaran

    serta membagikan LKS dan media pembelajaran kepada 5 kelompok

    terdiri dari 5-6 anggota yang telah dibentuk oleh guru, dapat dilihat

    pada lampiran 49 (hal. 229).

    b) Kegiatan inti

    Eksplorasi, penggunaan konteks, pada kegiatan ini guru

    mengaitkan materi penjumlahan pecahan campuran dengan

    47

  • pengetahuan yang telah dimiliki siswa selanjutnya menugaskan siswa

    untuk bekerja menyelesaikan LKS 1 tentang penjumlahan pecahan

    campuran secara berkelompok.

    Elaborasi, pada kegiatan ini guru memotivasi siswa untuk

    menyelesaikan permasalahan realistik penjumlahan pecahan campuran

    yang terdapat pada LKS. Penggunaan model untuk matematisasi

    progresif, siswa memodelkan permasalahan penjumlahan pecahan

    campuran pada LKS, dan siswa bekerja dalam kelompok dengan

    memanfaatkan kertas warna yang telah disediakan. Pemanfaatan hasil

    konstruksi siswa, kelompok memberikan lambang matematika pada

    setiap gambar pecahan campuran yang dibuat.

    Interaktivitas, memberikan kesempatan kepada salah satu

    kelompok untuk mempersentasikan hasil kerja kelompok di depan

    kelas, memberi kesempatan kepada siswa untuk berinterak