fertilisasi

Download Fertilisasi

If you can't read please download the document

Upload: kimhabibi-fejervaryacancrivora

Post on 03-Jan-2016

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SPH2

TRANSCRIPT

II. PENDAHULUANE. Latar BelakangIkan nilem (Osteochilus hasselti) hidup di perairan air tawar. Di Indonesia, ikan ini terdapat di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan, di luar Indonesia terdapat di Malaysia dan Siam. Ikan nilem mempunyai tubuh hampir serupa dengan ikan mas, hanya kepalanya relative lebih kecil. Hewan yang proses pembuahan telurnya terjadi di luar tubuh hewan betina mudah untuk dipelajari. Ikan nilem (Osteochillus hasselti C.V.) termasuk kelas Cyprinidae yang melakukan fertilisasi eksternal dan bersifat monospermik dapat dibedakan antara jantan dan betina sehingga mudah diambil telur dan sperma masaknya. Telur ikan bersifat transparan sehingga mudah dilakukan pengamatan, dapat diinduksi untuk memperoleh ikan betina masak telur dan mudah diovoposisikan, siklus reproduksi pendek serta telur maupun sperma yang dihasilkan dari setiap siklus reproduksi sangat banyak. Ikan nilem (Osteochilus hasselti) tergolong dalam keluarga Cyprinidae seperti ikan mas dan ikan tawes. Ikan nilem atau dalam bahasa latin disebut Osteochillus hasselti termasuk ikan bertulang keras (Osteichthyes). Ikan nilem hidup di air tawar dan dapat hidup dengan baik pada daerah dengan ketinggian sekitar 500 800 meter di atas permukaan laut dan lebih suka di perairan jernih. Ukuran tubuh ikan dewasa antara 15-20 cm dengan berat berkisar antara 100-200 gram. Praktikum kali ini menggunakan ikan nilem karena mudah didapat dan harganya murah. Fertilisasi dan perkembangan embrio ikan dilakukan dengan perlakuan berbeda-beda bertujuan untuk mengetahui jumlah konsentrasi ovum dan sperma yang sesuai agar terjadi fertilisasi. Tingkat pengenceran milt bervariasi juga bertujuan untuk mengetahui lamanya spermatozoid menembus dinding ovum. Tingkat pengenceran dan lamanya waktu untuk fertilisasi digunakan sebagai variabel dalam praktikum fertilisasi dan perkembangan embrio ikan kali ini. Praktikum dilakukan dengan perlakuan waktu yang berbeda dan pengenceran yang berbeda bertujuan untuk mengetahui pada waktu dan pengenceran berapa ovum dan telur dapat melakukan fertilisasi.

B. TujuanTujuan praktikum kali ini adalah mengetahui tahap-tahap fertilisasi, pewaktuan setiap proses fertilisasi, dan dapat menentukan ratio spermatozoa dan ovum pada fertilisasi ikan. .

III. TINJAUAN PUSTAKASpermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang sangat terdiferensiasi, satu-satunya sel yang memiliki jumlah sitoplasma yang terperas, nyaris habis. Fungsi spermatozoa ada dua yaitu mengantarkan satu set material genetis jantan ke betina dan mengaktifkan program perkembangan telur. Secara definisi yang dimaksudkan dengan telur adalah apa saja yang dimulai dari satu sel tunggal dan dilepaskan dari folikel dalam ovarium pada saat ovulasi yang kemudian menjadi terbuahi dan berkembang menjadi embrio (Sistina, 2000). Pembuahan atau fertilisasi adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami (Huttner, 1980). Fertilisasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu fertilisasi eksternal dan fertilisasi internal. Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik) terjadi karena gamet-gametnya dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi. Sedangkan fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat) terjadi karena sperma dimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi. Setelah pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan sperma lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya untuk mengaktivasi telur (Pattern, 1992). Perkembangan embrio merupakan suatu kelanjutan hasil fertilisasi dari hasil sel telur dan sel sperma yang kemudian setelah dibuahi akan mengalami proses pembentukan pola-pola pembelahan telur yang disebut cleavage. Sel telur membelah secara berturut-turut hingga mencapai fase diferensiasi menjadi bentuk dewasa pada tahap organogenesis. Pertumbuhan menjadi sistem organ yang kompleks dan saling tergantung merupakan suatu hal yang terinci dalam sistem biologis yang semuanya akan termodifikasi secara sempurna (Harvey, 1979). Perkembangan embrio pada Ikan Nilem (Osteochillus hassselti) betina dimulai setelah telur dibuahi oleh inti spermatozoon yang semua haploid, menjadi inti zigot yang diploid. Zigot inilah yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pembelahan segmentasi melalui proses mitosis yang cepat. Zigot yang tersegmen-segmen menjadi bagian yang kecil (cleavage), bermula dari satu sel kemudian membelah menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, hingga 32 sel yang disebut fase morula (Djuhanda,1981).

III. MATERI DAN METODEA. MateriAlat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baskom inkubasi 2 buah, piring kecil, spuit injeksi tanpa jarum 1 ml dan 10 ml, beaker glass 100 ml, cawan petri, saringan teh, mikroskop, haemocytometer, sendok kecil, aerator, glass object, pipet plastik, pipet tetes, baki, dan tabel pengamatan. Bahan-bahan yang digunakan adalah Ikan Nilem jantan dan betina yang masak kelamin, ovaprim, larutan NBF, label, tissue, larutan Ringer, dan air.

B. Metode1. Ikan Nilem (Osteochillus hasselti dan ) distripping. 2. Milt dari Ikan Nilem jantan diambil dengan spuit injeksi dan diletakkan di piring. 3. Telur dari Ikan Nilem betina diambil dengan menggunakan sendok dan diletakkan dalam saringan teh. 4. Fertilisasi dilakukan dengan cara: - Campurkan milt pada pengenceran 100x dan telur - Semprotkan air untuk aktivator sperma. - Goyang selama t menit (waktu yang telah ditentukan). - Pindah ke baskom pemeliharaan. 5. Diamati perubahan selnya:

Saat praktikum: % telur yang terbuahi - telur pada setiap tahapan perkembangan dari 10 telur yang daiamati dari setiap

perlakuan. - Dokumentasikan setiap tahap perkembangan.

Saat pengamatan: - % larva (semua kelompok). - Mengukur diameter telur dan kepala sperma (perwakilan dari rombongan). v Rombongan I, III, dan V

Kelompok 1 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 1 Kelompok 2 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 2 Kelompok 3 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 3 Kelompok 4 = 100 telur + 10 ml sperma pengenceran 1000x selama 5 Kelompok 5 = 100 telur + 10 ml sperma pengenceran 10000x selama 5 Dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali untuk setiap kelompok v Rombongan II, IV, dan VIII

Kelompok 1 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 1 & 4 Kelompok 2 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 2 & 4 Kelompok 3 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 3 & 4 Kelompok 4 = 100 telur + 10 ml sperma pengenceran 1000x selama 5 Kelompok 5 = 100 telur + 10 ml sperma pengenceran 10000x selama 5 Untuk kelompok 4 dan 5 dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali v Rombongan VI

Kelompok 1 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 1 & 4 Kelompok 2 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 2 & 4 Kelompok 3 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 3 & 4 Kelompok 4 = 100 telur + 10 ml sperma pengenceran 1000x selama 5 Untuk kelompok IV dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali v Rombongan VII

Kelompok 1 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 1 Kelompok 2 = 100 telur + 1ml sperma pengenceran 100x selama 2 Kelompok 3 = 100 telur + 1 ml sperma pengenceran 100x selama 3 Kelompok 4 = 100 telur + 10 ml sperma pengenceran 1000x selama 5 Dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali untuk setiap rombongan B. Pembahasan Pembuahan atau fertilisasi adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami (Huttner, 1980). Menurut Rugh (1962), waktu yang diperlukan ikan nilem melakukan pembelahan segmentasi sampai fase gastrula :

No. Tingkat Perkembangan Waktu yang diperlukan 1. Telur menjadi transparan 10 menit setelah fertilisasi 2. Cleavage pertama 1 jam setelah fertilisasi 3. Cleavage kedua 1 1,5 jam setelah fertilisasi 4. Cleavage ketiga 2 jam setelah fertilisasi 5. Cleavage ke-empat 3 jam setelah fertilisasi 6. Cleavage ke-lima 3 3,5 jam setelah fertilisasi 7. Cleavage ke-enam 4 jam setelah fertilisasi 8. Blastula 6 8 jam setelah fertilisasi 9. Gastrula (setelah blastodiskus mencapai 1/3 bulatan telur), terbentuk blastopor sebagai area yolk yang tidak terbungkus 12 16 jam setelah fertilisasi

Hasil pengamatan berdasarkan tingkat pengenceran yang dilakukan dari masing-masing kelompok adalah berbeda. Tingkat pengenceran 1.000 x misalnya pada 5 menit pertama terjadi hylock dan pengenceran 10.000 x juga terjadi hylock. Tingkat pengenceran 1.000 x pada 5 menit kedua terbentuk 16 sel sedangkan pada tingkat pengenceran 10.000 x terbentuk 32 sel. Kemudian pada waktu 10 menit, tingkat pengenceran 1.000 x masih terbentuk hylock sedangkan pengenceran 10.000 x masih terbentuk 2 sel Grafik antara tingkat pengenceran dengan jumlah telur terbuahi0501001501.00010.000Tingkat pengenceran (kali)telur yang terbuahi (%) Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pengenceran 1.000x ke pengenceran 10.000x ada peningkatan. Pola grafik dari grafik di atas adalah korelasi positif.