fakultaskeguruandanilmupendidikan …/penggunaan...belajar operasi hitung pecahan matematika pada...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAANPENGGUNAANPENGGUNAANPENGGUNAANMODELMODELMODELMODEL QUANTUMQUANTUMQUANTUMQUANTUMUNTUKUNTUKUNTUKUNTUKMENINGKATKANMENINGKATKANMENINGKATKANMENINGKATKAN
MINATMINATMINATMINAT BELAJARBELAJARBELAJARBELAJAROPERASIOPERASIOPERASIOPERASI HITUNGHITUNGHITUNGHITUNG PECAHANPECAHANPECAHANPECAHANMATEMATIKAMATEMATIKAMATEMATIKAMATEMATIKA PADAPADAPADAPADA
SISWASISWASISWASISWAKELASKELASKELASKELAS VVVV SDSDSDSD NNNN 03030303 TOHUDANTOHUDANTOHUDANTOHUDANCOLOMADUCOLOMADUCOLOMADUCOLOMADUKARANGANYARKARANGANYARKARANGANYARKARANGANYAR
TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN PELAJARANPELAJARANPELAJARANPELAJARAN 2011/20122011/20122011/20122011/2012
SKRIPSISKRIPSISKRIPSISKRIPSI
DisusunDisusunDisusunDisusun Oleh:Oleh:Oleh:Oleh:
SSSSITIITIITIITI MUNAWAROHMUNAWAROHMUNAWAROHMUNAWAROH
K7108228K7108228K7108228K7108228
FAKULTASFAKULTASFAKULTASFAKULTAS KEGURUANKEGURUANKEGURUANKEGURUAN DANDANDANDAN ILMUILMUILMUILMU PENDIDIKANPENDIDIKANPENDIDIKANPENDIDIKAN
UNIVERSITASUNIVERSITASUNIVERSITASUNIVERSITAS SEBELASSEBELASSEBELASSEBELAS MARETMARETMARETMARET
SURAKARTASURAKARTASURAKARTASURAKARTA
2012012012012222
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAANPENGGUNAANPENGGUNAANPENGGUNAANMODELMODELMODELMODEL QUANTUMQUANTUMQUANTUMQUANTUMUNTUKUNTUKUNTUKUNTUKMENINGKATKANMENINGKATKANMENINGKATKANMENINGKATKAN
MINATMINATMINATMINAT BELAJARBELAJARBELAJARBELAJAROPERASIOPERASIOPERASIOPERASI HITUNGHITUNGHITUNGHITUNG PECAHANPECAHANPECAHANPECAHANMATEMATIKAMATEMATIKAMATEMATIKAMATEMATIKA PADAPADAPADAPADA
SISWASISWASISWASISWAKELASKELASKELASKELAS VVVV SDSDSDSD NNNN 03030303 TOHUDANTOHUDANTOHUDANTOHUDANCOLOMADUCOLOMADUCOLOMADUCOLOMADUKARANGANYARKARANGANYARKARANGANYARKARANGANYAR
TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN PELAJARANPELAJARANPELAJARANPELAJARAN 2011/20122011/20122011/20122011/2012
Oleh:Oleh:Oleh:Oleh:
SSSSITIITIITIITI MUNAWAROHMUNAWAROHMUNAWAROHMUNAWAROH
K7108228K7108228K7108228K7108228
SkripsiSkripsiSkripsiSkripsi
DiajukanDiajukanDiajukanDiajukan untukuntukuntukuntuk memenuhimemenuhimemenuhimemenuhi salahsalahsalahsalah satusatusatusatu persyaratanpersyaratanpersyaratanpersyaratan mendapatkanmendapatkanmendapatkanmendapatkan gelargelargelargelar
SarjanaSarjanaSarjanaSarjana PendidikanPendidikanPendidikanPendidikan ProgramProgramProgramProgram PendidikanPendidikanPendidikanPendidikan GuruGuruGuruGuru SekolahSekolahSekolahSekolah DasarDasarDasarDasar
JurusanJurusanJurusanJurusan IlmuIlmuIlmuIlmu PendidikanPendidikanPendidikanPendidikan
FAKULTASFAKULTASFAKULTASFAKULTAS KEGURUANKEGURUANKEGURUANKEGURUAN DANDANDANDAN ILMUILMUILMUILMU PENDIDIKANPENDIDIKANPENDIDIKANPENDIDIKAN
UNIVERSITASUNIVERSITASUNIVERSITASUNIVERSITAS SEBELASSEBELASSEBELASSEBELAS MARETMARETMARETMARET
SURAKARTASURAKARTASURAKARTASURAKARTA
2012012012012222
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAK
Siti Munawaroh, PenggunaanPenggunaanPenggunaanPenggunaan ModelModelModelModel QuantumQuantumQuantumQuantum UntukUntukUntukUntuk MeningkatkanMeningkatkanMeningkatkanMeningkatkan MinatMinatMinatMinatBelajarBelajarBelajarBelajar OperasiOperasiOperasiOperasi HitungHitungHitungHitung PecahanPecahanPecahanPecahan MatematikaMatematikaMatematikaMatematika PadaPadaPadaPada KelasKelasKelasKelas VVVV SDSDSDSD NNNN 03030303TohudanTohudanTohudanTohudan ColomaduColomaduColomaduColomadu KaranganyarKaranganyarKaranganyarKaranganyar TahunTahunTahunTahun PelajaranPelajaranPelajaranPelajaran 2011/20122011/20122011/20122011/2012. Skripsi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat belajarsiswa pada mata pelajaran matematika pokok bahasan pecahan dengandigunakannya model quantum dalam pembelajaran matematika pada siswa kelasV SD N 03 Tohudan Colomadu Karanganyar.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitiandilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan di dalamsetiap siklus berisi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, danrefleksi. Subjek penelitian yaitu siswa kelas V SD N 03 Tohudan ColomaduKaranganyar yang berjumlah 29 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu denganmenggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakanteknik triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitianini adalah model Kemmis dan Mc Taggart dengan empat langkah danpengulangannya yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Prosedur penelitian menggunakan model siklus yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model quantum dapatmeningkatkan minat belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I dan dari siklus I kesiklus II. Pada Pra tindakan hasil angket menunjukkan 41% (10 siswa) dari 24siswa memiliki minat belajar tinggi. Pada siklus I hasil angket menunjukkan 62%(18 siswa) dari 29 siswa memiliki minat belajar tinggi. Pada siklus II hasil angketmenunjukkan 81% (22 siswa) dari 27 siswa memiliki minat belajar tinggi.Penelitian ini dikatakan berhasil karena berdasarkan hasil angket 75% siswa yanghadir sudah masuk dalam kriteria minat belajar tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan modelquantum dapat meningkatkan minat belajar operasi hitung pecahan matematikapada siswa kelas V SD N 03 Tohudan Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran2011/ 2012.
KataKataKataKata kuncikuncikuncikunci: model quantum, minat belajar operasi hitung pecahan matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACTABSTRACTABSTRACTABSTRACT
Siti Munawaroh, TheTheTheThe UseUseUseUse ofofofof QuantumQuantumQuantumQuantum ModelModelModelModel forforforfor IIIIncreasingncreasingncreasingncreasing InterestInterestInterestInterest ininininLearningLearningLearningLearning MathematicsMathematicsMathematicsMathematics FractionalFractionalFractionalFractional CountingCountingCountingCounting OperationOperationOperationOperation ClassClassClassClass VVVV SDSDSDSD NNNN 03030303TohudanTohudanTohudanTohudan ColomaduColomaduColomaduColomadu KaranganyarKaranganyarKaranganyarKaranganyar LessonLessonLessonLesson YearYearYearYear 2011/20122011/20122011/20122011/2012. Skripsi, Faculty ofTeacher Training and Education Sebelas Maret University of Surakarta. June2012.
This research is aimed to know the increasing of student interest inmathematics learning subject fractional counting operation used quantum modelsin class V SD N 03 Tohudan Colomadu Karanganyar.
This research is a classroom research based on action (PTK). Theresearch is done by two cycles. Every cycle consists of two meetings contain ofplanning, action, observation, and reflection. Research subjects are students inclass V SD N 03 Tohudan Colomadu Karanganyar totaling 29 students. Thesource of the data was obtained from the teachers and the students. The techniqueof data collection was in the form of questionnaires, interviews, anddocumentation. The data validity used method of triangulation technique. Thetechnique of analyzing data was a model Kemmis and Mc Taggart with four stepsand repetition planning, action, observation, and reflection. The researchprocedure used cycle model which relates each other.
The results showed that the use of quantum models can increase thestudents interest in learning from pre action to cycle I and from cycle I to cycle II.The result of questionnaires in pre action showed that 10 students (41%) of 24students have high interest in learning. In cycle I, the questionnaires showed that18 students (62%) of 29 students have high interest learning. In addition in cycleII, the students interest in learning are increasing, 22 students (81%) of 27students. This research is successful because 75% of all students have highinterest in learning.
The conclusion of the research is that the use of quantum models canincrease the students interest in learning mathematics fractional countingoperation class V SD N 03 Tohudan Colomadu Karanganyar lesson year2011/2012.
KeywordKeywordKeywordKeyword: quantum model, interest in learning mathematics fractional countingoperation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO
Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya keputusasaanadalah tidak mengakui adanya kebesaran Tuhan.
(Q.S Yusuf: 87)
Orang yang mempunyai cita-cita kecil seringkali memperbesar hambatan-hambatan kecil, orang yang mempunyai cita-cita besar akan memperkecilhambatan-hambatan yang ada.
(K.H. M. Dian Nafi, M.Pd.)
Science without religion is lame, religion without science is blind.
(Albert Enstein)
Kita tidak akan pernah menemukan lautan yang baru kecuali jika kita memilikikeberanian untuk tidak melihat pantai.
(Billi. P. S. Lim)
Yakinlah dengan kemampuan Anda mengajar dan kemampuan siswa Anda belajar,maka akan terjadi hal-hal menakjubkan.
(Bobbi DePorter)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN
Dalam syukurku atas limpahan karunia dari zat yang paling berhak atas segalapersembahan, ku persembahkan karya sederhana ini untuk:
� Bapak dan Ibu
Kata-kata takkan pernah cukup untuk menterjemahkan kehangatan, kemurniancinta dan kasih sayang yang diberikan kepada putrimu ini. Terimakasih atas doa
dan dukungan yang selalu ada dan selalu mengalir dalam denyut nadiku.
� Kakakku
Doa yang selalu dipanjatkan demi keberhasilan satu sama lain, terimakasih kakak.
� Teman-temanku S1 PGSD 2008
Terimakasih untuk kebersamaan dan kenangan yang tak terlupakan.
� Almamaterku tercinta Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Terimakasih atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada penulissemoga dapat bermanfaat di masa depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATAKATAKATAKATA PENGANTARPENGANTARPENGANTARPENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atasberkat, rahmat, dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapatmenyelesaikan skripsi penelitian tindakan kelas dengan judul “PENGGUNAANMODEL QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAROPERASI HITUNG PECAHAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 03 TOHUDAN COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN2011/2012”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar SarjanaStrata 1.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari motivasi, saran, danbantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis sampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
5. Dra. Mg. Dwijiastuti, M.Pd. selaku pembimbing satu yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis yang sangat bermanfaat dalam proses pembuatan
skripsi ini.
6. Karsono, S.Sn, M.Sn. selaku pembimbing dua yang senantiasa membimbing
dengan sabar serta memberi ilmu pengetahuan kepada penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTAR ISIISIISIISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Halaman Peryataan ........................................................................................... ii
Halaman Pengajuan .......................................................................................... iii
Halaman Persetujuan ........................................................................................ iv
Halaman Pengesahan ........................................................................................ v
Halaman Abstrak .............................................................................................. vi
Halaman Motto ................................................................................................. viii
Halaman Persembahan ..................................................................................... ix
Kata Pengantar .................................................................................................. x
Daftar Isi ........................................................................................................... xii
Daftar Gambar .................................................................................................. xv
Daftar Tabel ...................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................... 6
A. Kajian Pustaka ...................................................................................... 6
1. Hakikat Minat Belajar Operasi Hitung Pecahan Matematika ........ 6
a. Pengertian Minat ...................................................................... 6
b. Ciri-ciri Minat .......................................................................... 7
c. Aspek-aspek Minat .................................................................. 8
d. Kondisi yang Mempengaruhi Minat ........................................ 9
e. Pengaruh Minat Pada Perilaku di Sekolah ............................... 10
f. Indikator Minat Belajar ............................................................ 12
g. Pengertian Belajar .................................................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Pengertian Minat Belajar .......................................................... 14
i. Hakikat Matematika di SD ....................................................... 15
j. Pengertian Matematika ............................................................ 16
k. Hakikat Operasi Hitung Pecahan ............................................. 17
l. Meningkatkan Minat Belajar Matematika Pada Anak ............. 21
m. Evaluasi Belajar Matematika ................................................... 22
2. Hakikat Model Quantum ................................................................ 23
a. Pengertian Model Quantum ...................................................... 23
b. Prinsip Dasar Model Quantum ................................................. 24
c. Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum ....................... 25
d. Keunggulan Model Quantum.................................................... 25
e. Kelemahan Model Quantum ..................................................... 27
B. Penelitian Yang Relevan ....................................................................... 28
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 29
D. Hipotesis Tindakan................................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 31
1. Tempat Penelitian ........................................................................... 31
2. Waktu Penelitian ............................................................................. 31
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................................. 33
1. Bentuk Penelitian ........................................................................... 33
2. Strategi Penelitian ........................................................................... 33
C. Subjek Penelitian .................................................................................. 33
D. Sumber Data ......................................................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 34
F. Validitas Data ........................................................................................ 36
G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 36
H. Indikator Kinerja ................................................................................... 38
I. Prosedur Penelitian ................................................................................ 38
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN .................................... 41
A. Deskripsi PraTindakan ......................................................................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................................. 45
1. Siklus 1 ............................................................................................. 45
2. Siklus 2 ............................................................................................. 53
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus ........................................... 60
D. Pembahasan .......................................................................................... 62
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................... 88
A. Simpulan ............................................................................................... 88
B. Implikasi ............................................................................................... 88
C. Saran ..................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 92
Lampiran ........................................................................................................... 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTARGAMBARGAMBARGAMBARGAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir ........................................................................... 30
Gambar 2. Model Proses PTK ........................................................................... 37
Gambar 3. Histogram Perbandingan Aspek Minat Belajar Siswa
dari Pra Tindakan Hingga Siklus II.................................................. 60
Gambar 4. Histogram Perbandingan Penilaian Kinerja Peneliti
dari Pra Tindakan Hingga Siklus II................................................... 61
Gambar 5. Histogram Persentase Peningkatan Minat Belajar Siswa ................ 62
Gambar 6. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 1 ......................................... 64
Gambar 7. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 2 ......................................... 65
Gambar 8. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 3 ......................................... 66
Gambar 9. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 4 ......................................... 68
Gambar 10. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 5 ....................................... 69
Gambar 11. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 6 ....................................... 70
Gambar 12. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 7 ....................................... 72
Gambar 13. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 8 ....................................... 73
Gambar 14. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 9 ....................................... 75
Gambar 15. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 10 ..................................... 76
Gambar 16. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 11 ..................................... 77
Gambar 17. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 12 ..................................... 78
Gambar 18. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 13 ..................................... 79
Gambar 19. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 14 ..................................... 80
Gambar 20. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 15 ..................................... 81
Gambar 21. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 16 ..................................... 82
Gambar 22. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 17 ..................................... 83
Gambar 23. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 18 ..................................... 84
Gambar 24. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 19 ..................................... 85
Gambar 25. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 20 ..................................... 86
Gambar 26. Histogram Hasil Wawancara Siswa................................................ 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTAR TABELTABELTABELTABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................. 32
Tabel 2. Hasil Angket PraTindakan .................................................................. 44
Tabel 3. Hasil Angket Siklus 1 ......................................................................... 52
Tabel 4. Hasil Angket Siklus 2 ......................................................................... 59
Tabel 5. Hasil Angket Minat Belajar Siswa ..................................................... 60
Tabel 6. Hasil Penilaian Kinerja Guru ............................................................. 61
Tabel 7. Hasil Tindakan Tiap Siklus ................................................................ 62
Tabel 8. Analisis Pernyataan Nomor 1 Dalam Angket Minat Belajar ............. 63
Tabel 9. Analisis Pernyataan Nomor 2 Dalam Angket Minat Belajar .............. 65
Tabel 10. Analisis Pernyataan Nomor 3 Dalam Angket Minat Belajar ............ 66
Tabel 11. Analisis Pernyataan Nomor 4 Dalam Angket Minat Belajar ............ 67
Tabel 12. Analisis Pernyataan Nomor 5 Dalam Angket Minat Belajar ............ 69
Tabel 13. Analisis Pernyataan Nomor 6 Dalam Angket Minat Belajar ............ 70
Tabel 14. Analisis Pernyataan Nomor 7 Dalam Angket Minat Belajar ............ 71
Tabel 15. Analisis Pernyataan Nomor 8 Dalam Angket Minat Belajar ............ 73
Tabel 16. Analisis Pernyataan Nomor 9 Dalam Angket Minat Belajar ............. 74
Tabel 17. Analisis Pernyataan Nomor 10 Dalam Angket Minat Belajar ........... 76
Tabel 18. Analisis Pernyataan Nomor 11 Dalam Angket Minat Belajar ........... 77
Tabel 19. Analisis Pernyataan Nomor 12 Dalam Angket Minat Belajar ........... 78
Tabel 20. Analisis Pernyataan Nomor 13 Dalam Angket Minat Belajar ........... 79
Tabel 21. Analisis Pernyataan Nomor 14 Dalam Angket Minat Belajar ........... 80
Tabel 22. Analisis Pernyataan Nomor 15 Dalam Angket Minat Belajar ........... 81
Tabel 23. Analisis Pernyataan Nomor 16 Dalam Angket Minat Belajar ........... 82
Tabel 24. Analisis Pernyataan Nomor 17 Dalam Angket Minat Belajar ........... 83
Tabel 25. Analisis Pernyataan Nomor 18 Dalam Angket Minat Belajar ........... 84
Tabel 26. Analisis Pernyataan Nomor 19 Dalam Angket Minat Belajar ........... 85
Tabel 27. Analisis Pernyataan Nomor 20 Dalam Angket Minat Belajar ........... 86
Tabel 28. Hasil Wawancara Siswa ..................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTAR LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keterangan dari SD ............................................................................. 95
2. Agenda Penelitian ........................................................................................ 96
3. Daftar Presensi Siswa ................................................................................... 97
4. Silabus Pembelajaran .................................................................................... 98
5. RPP Siklus 1 Pertemuan Ke-1 ...................................................................... 99
1. RPP Siklus 1 Pertemuan Ke-2 ..................................................................... 104
2. RPP Siklus 2 Pertemuan Ke-1 ..................................................................... 109
3. RPP Siklus 2 Pertemuan Ke-2 ..................................................................... 114
4. Kisi-kisi Penyusunan Angket Minat Belajar Matematika ........................... 122
5. Angket Minat Belajar .................................................................................. 123
6. Pedoman Wawancara .................................................................................. 127
7. Contoh Hasil Angket Pra Tindakan ........................................................... 129
8. Contoh Hasil Angket Siklus 1 .................................................................... 133
9. Contoh Hasil Angket Siklus 2...................................................................... 137
10. Hasil Wawancara Siklus 1 ......................................................................... 141
11. Hasil Wawancara Siklus 2 .......................................................................... 145
12. APKG 1 dan APKG 2 Siklus 1 Pertemuan Ke-1 ........................................ 149
13. APKG 1 dan APKG 2 Siklus 1 Pertemuan Ke-2 ........................................ 156
14. APKG 1 dan APKG 2 Siklus 2 Pertemuan Ke-1 ........................................ 163
15. APKG 1 dan APKG 2 Siklus 2 Pertemuan Ke-2 ........................................ 170
16. Daftar Persentase Setiap Butir Pernyataan .................................................. 177
17. Foto-foto Aktivitas Siswa ............................................................................ 180
18. Hasil Angket Siswa Pada Setiap Tindakan ................................................ 185
19. Surat Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi
20. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Ijin Penyusunan Skripsi
21. Surat Permohonan Ijin Observasi
22. Surat Permohonan Ijin Research
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BABBABBABBAB IIII
PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
A.A.A.A. LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang
Pentingnya manfaat matematika membuat banyak pihak menaruh
perhatian terhadap keterampilan penguasaan matematika melalui proses
pendidikan. Beberapa pihak berupaya untuk dapat meningkatkan penguasaan
matematika di kalangan siswa melalui berbagai model pembelajaran. Penggunaan
model pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar dimungkinkan dapat
mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika.
Pelajaran matematika seringkali dipandang oleh siswa sebagai pelajaran
yang sulit, menakutkan, dan membosankan. Terlebih lagi pada pokok bahasan
operasi hitung pecahan, siswa mengalami kesulitan belajar serta kurang berminat
dalam mempelajarinya. Konsentrasi, perhatian, dan daya ingat siswa dalam
belajar kurang, sehingga siswa sering merasa bosan dan tidak bersemangat dalam
mengikuti pelajaran.
Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting
untuk dikuasai, sebagai bekal untuk mempelajari bahan matematika berikutnya.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa Sekolah Dasar
mengalami kesulitan memahami pecahan dan operasinya, serta guru yang
menyatakan mengalami kesulitan untuk mengajarkan pecahan. Guru cenderung
menggunakan cara mekanistik, yaitu memberikan aturan secara langsung untuk
dihafal, diingat dan diterapkan. Perubahan cara mengajar tidak banyak dilakukan
oleh guru karena secara empirik guru selalu menggunakan cara yang sama dalam
mengajarkan konsep pecahan kepada siswa (Gatot Muhsetyo, 2008: 4.20).
Kenyataan proses pembelajaran yang terjadi di SD Negeri 03 Tohudan,
pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung pecahan disampaikan guru
melalui proses pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Akibatnya siswa
mengalami pemahaman yang abstrak. Siswa mampu mengerjakan soal pecahan
setelah dijelaskan guru, tetapi pada hari berikutnya sudah lupa cara mengerjakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
operasi hitung pecahan. Hal ini terjadi karena guru menyampaikan materi
pelajaran melalui metode ceramah yang konvensional, yang menyebabkan siswa
tidak benar-benar paham terhadap materi pecahan. Oleh karena itu diperlukan
aplikasi model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan minat belajar
siswa.
Kenyataan mengenai kurangnya minat belajar matematika yang terjadi di
SD N 03 Tohudan dapat dilihat dari tidak adanya sikap antusias siswa ketika
pelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran perasaan senang, perhatian, minat,
dan konsentrasi siswa masih kurang. Hal ini terbukti pada waktu pra tindakan
sebelum siklus berlangsung, siswa kelas V SD N 03 Tohudan mengisi angket
minat belajar dan hasilnya yaitu hanya ada 10 siswa yang memiliki minat belajar
tinggi dan 14 siswa yang memiliki minat belajar cukup lihat lampiran halaman
185. Hal ini menunjukkan bahwa 59% siswa masih ada yang memiliki minat
belajar kurang. Pada saat kegiatan berlangsung ada 5 siswa yang tidak mengisi
angket di antaranya disebabkan oleh 2 siswa latihan untuk mengikuti lomba siswa
berprestasi dan 3 siswa lainnya tidak masuk sekolah tanpa keterangan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa dan guru kelas
V SD N 03 Tohudan, faktor-faktor penyebab minat belajar siswa rendah, antara
lain: Pertama, guru lebih menekankan pada terselesaikannya sejumlah materi
pembelajaran yang ditetapkan pada silabus dengan alokasi waktu yang tersedia.
Faktor kedua, siswa hanya dijadikan obyek, artinya siswa hanya menerima
informasi tanpa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Fakor ketiga,
guru selalu mendominasi proses pembelajaran dengan metode ceramah. Keempat,
komunikasi yang terjadi hanya satu arah, kurang adanya interaksi timbal balik
antara guru dengan siswa. Kelima, minat belajar siswa kurang.
Berdasarkan kenyataan di atas, untuk meningkatkan minat dan
mengurangi persepsi negatif terhadap matematika, maka dibutuhkan ketertarikan
dan rasa senang siswa dalam mempelajari matematika. Ketertarikan dan rasa
senang tersebut sering dirumuskan sebagai minat belajar matematika. Minat dapat
dapat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni (Hurlock, 2005:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
116). Dalyono menambahkan bahwa minat dapat timbul karena daya tarik dari
luar dan juga datang dari hati sanubari (2005: 56).
Pada waktu observasi di kelas V SD N 03 Tohudan, terlihat kenyataan
bahwa guru tidak menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam
menjelaskan operasi hitung pecahan. Tanpa menggunakan model pembelajaran
yang inovatif dapat menyebabkan siswa kurang tertarik, cenderung pasif dan
bosan untuk mengikuti proses belajar mengajar, akibatnya penguasaan pada
pelajaran tidak optimal. Oleh karena itu, untuk memperbaiki proses belajar
dengan tujuan mencapai penguasaan pelajaran yang optimal perlu menggunakan
model pembelajaran yang inovatif di kelas V SD N 03 Tohudan.
Pembelajaran inovatif memiliki beragam model. Model-model tersebut di
antaranya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kontekstual,
model pembelajaran berbasis masalah, dan model pembelajaran quantum (M.G
Dwijiastuti, 2008: 151-211). Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat
digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas V SD N 03 Tohudan,
pada pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung pecahan adalah model
pembelajaran quantum.
Model pembelajaran quantum merupakan suatu model yang menarik bagi
siswa dalam pembelajaran matematika. Model Quantum Teaching adalah
penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Model Quantum
Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang
memaksimalkan moment belajar. Melalui konsep Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan yang melandasi model quantum dapat
membuat siswa menjadi lebih tertarik dan berminat untuk belajar matematika
(DePorter, 2005: 10).
Berdasarkan masalah rendahnya minat belajar di SD N 03 Tohudan karena
model pembelajaran yang kurang menarik, maka penggunaan model quantum
dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi masalah minat belajar. Oleh
karena itu, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan
meningkatkan minat belajar siswa kelas V SD N 03 Tohudan terhadap operasi
hitung pecahan matematika dengan penerapan model pembelajaran quantum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk berusaha
menerapkan model pembelajaran quantum ke dalam penelitian tindakan kelas
untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika materi pecahan. Untuk
membatasi permasalahan maka penelitian ini dirumuskan dalam judul
““““Penggunaan Model Quantum Untuk Meningkatkan Minat Belajar Operasi
Hitung Pecahan Matematika Pada Siswa Kelas V (SD N 03 Tohudan Colomadu
Karanganyar) Tahun Pelajaran 2011/2012””””.... Diharapkan pembelajaran dengan
menggunakan model quantum dapat meningkatkan minat belajar siswa pada
operasi hitung pecahan matematika.
B.B.B.B. RRRRumusanumusanumusanumusan MasalahMasalahMasalahMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah penggunaan model quantum dapat meningkatkan minat belajar pelajaran
matematika pokok bahasan operasi hitung pecahan pada siswa kelas V SD N 03
Tohudan Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012?
C.C.C.C. TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah memperbaiki proses pembelajaran dengan
menerapkan model quantum untuk meningkatkan minat belajar siswa SD N 03
Tohudan Colomadu Karanganyar pada pelajaran matematika. Khususnya pokok
bahasan operasi hitung pecahan pada siswa kelas V Tahun Pelajaran 2011/2012.
D.D.D.D. ManfaatManfaatManfaatManfaat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan mengenai minat belajar siswa dalam mata
pelajaran matematika.
b.Menambah wawasan baru, pengembangan teori, dan model pembelajaran
quantum terhadap minat belajar matematika.
c. Sebagai referensi untuk kegiatan penelitian selanjutnya yang sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa:
1) Meningkatnya kualitas pembelajaran matematika pokok bahasan operasi
hitung pecahan.
2) Meningkatnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika.
b. Manfaat bagi guru:
1) Meningkatnya kemampuan guru dalam mengajar matematika.
2) Dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerapan model pembelajaran
yang tepat dalam mengatasi minat belajar siswa.
c. Manfaat bagi sekolah:
1) Meningkatnya kualitas pembelajaran matematika.
2) Untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran di sekolah.
d. Manfaat bagi peneliti:
1) Menambah pengetahuan tentang operasi hitung pecahan matematika.
2) Menambah pengetahuan mengenai minat belajar siswa.
3) Memperoleh pengetahuan bahwa penggunaan model pembelajaran
quantum dalam operasi hitung pecahan matematika dapat meningkatkan
minat belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BABBABBABBAB IIIIIIII
LANDASANLANDASANLANDASANLANDASAN TEORITEORITEORITEORI
A.A.A.A. KajianKajianKajianKajian TeoriTeoriTeoriTeori
1. Hakikat Minat Belajar
a. Pengertian Minat
Minat adalah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian
individu pada objek tertentu. Minat berhubungan dengan sesuatu yang
menyenangkan dan dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Sifat-sifat
minat, antara lain: minat bersifat individual ada perbedaan minat seseorang
dan orang lain, minat erat kaitannya dengan motivasi. Minat merupakan
sesuatu yang dipelajari bukan bawaan dari lahir dan dapat berubah tergantung
kebutuhan serta pengalaman. Untuk menumbuhkan minat bagi siswa, guru
perlu menyertakan siswa dalam kegiatan yang menyenangkan bagi siswa
(Yudrik Jahja, 2011: 63).
Dalam Mathematics Educational Research Journal (Carmichael, et.all.,
2009: 133) terdapat beberapa pendapat mengenai minat, antara lain:
“Dewey described interest as “the annihilation of the distance between theperson and the materials and result of his action”. More recently, interesthas been conceptualised as an affect with both state and trait properties.At the trait level, interest is viewed as a predisposition to attend to certaintasks (Ainley, et.all., 2002)”.
Berdasarkan jurnal tersebut dapat diketahui bahwa Dewey
mendeskripsikan minat sebagai ketiadaan jarak antara manusia, benda-benda
dan tindakan yang dilakukannya. Lebih jauh Ainley dkk mempunyai pendapat
bahwa minat dapat dikonseptualisasikan sebagai sebuah akibat, baik itu akibat
yang sifatnya tetap atau berubah-ubah. Pada titik tertentu minat dipandang
sebagai sebuah pilihan menyelesaikan suatu masalah tertentu.
Demikian pula menurut Getzel minat adalah suatu disposisi yang
terorganisasikan melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh obyek khusus, aktivitas, pemahaman dan keterampilan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
tujuan perhatian dan pencapaian. Hal yang penting dalam minat adalah
intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki
intensitas tinggi. Jika seseorang berminat terhadap sesuatu maka orang tersebut
akan melakukan langkah-langkah konkrit untuk mencapai hal tersebut (Mimin
Haryati, 2010: 39). Kegiatan belajar disertai pula minat dan perasaan senang
siswa terhadap pelajaran (W.S Winkel, 2004: 195).
Minat memegang peranan penting dalam diri seseorang, sebagai contoh
anak yang berminat terhadap suatu kegiatan baik itu bekerja atau belajar akan
berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ada tidaknya
minat terhadap pelajaran tertentu dapat dilihat dari cara anak mengikuti
pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya
dalam pelajaran (Abu Ahmadi, et.all., 2004: 83). Minat mempunyai fungsi
sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi, minat juga dapat
menambah kegembiraan pada setiap hal yang ditekuni oleh seseorang.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa minat
merupakan suatu kecenderungan sikap atau tindakan seseorang yang
melibatkan perhatian, pengalaman, emosi, serta perasaannya yang didasarkan
pada keinginan murni yang dibentuk oleh suatu kegiatan dan pengalaman.
b. Ciri-ciri Minat
Minat merupakan kondisi psikis yang akan mewarnai aktivitas
seseorang dalam mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan di perlukan proses
pembelajaran yang dapat menarik minat suatu individu. Seseorang dapat di
katakan berminat terhadap suatu aktivitas mempunyai ciri-ciri tertentu.
Beberapa ciri-ciri minat menurut Hurlock di antaranya: yang pertama, minat
tumbuh bersama dengan perkembangan fisik dan mental. Kedua, minat
tergantung pada kesiapan belajar. Ketiga, minat tergantung pada kesempatan
belajar. Keempat, perkembangan minat mungkin terbatas. Kelima, minat
dipengaruhi budaya. Keenam, minat berbobot emosional. Ketujuh, minat itu
egosentris (2005: 115).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Adapun penjelasan dari masing-masing ciri-ciri minat, yaitu: 1) Minat
tumbuh bersama dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua
bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Saat pertumbuhan
terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. 2) Minat
tergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak belum bisa dikatakan mempunyai
minat sebelum mereka siap secara fisik maupun mental. 3) Minat tergantung
pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar tergantung pada lingkungan dan
minat anak. Semakin luas lingkup sosial anak maka anak akan menjadi tertarik
pada minat orang-orang yang di kenal. 4) Perkembangan minat mungkin
terbatas. Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang
terbatas akan membatasi minat anak. Misalnya anak yang cacat fisik tidak
mungkin mempunyai minat yang sama pada olahraga seperti temannya yang
memiliki fisik normal. 5) Minat dipengaruhi budaya. Anak-anak mendapat
kesempatan belajar sesuai dengan kelompok budayanya. 6) Minat berbobot
emosional. Bobot emosional yang tidak menyenangkan akan melemahkan
minat dan bobot emosional yang menyenangkan akan memperkuat minat. 7)
Minat itu egosentris. Sepanjang masa anak-anak, minat itu egosentris.
Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika sering dilandasi pemikiran
bahwa matematika adalah langkah untuk mencapai kedudukan di dunia usaha.
c. Aspek-aspek Minat
Menurut Hurlock, minat memiliki dua aspek, yaitu: aspek kognitif dan
aspek afektif. Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan anak
mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun
aspek kognitif minat didasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang
dipelajari di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, serta dari berbagai media
massa (2005: 116).
Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek
kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan
minat. Aspek ini berkembang dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru,
teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut. Aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
afektif lebih penting daripada aspek kognitif karena aspek afektif mempunyai
peran lebih besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif.
d. Kondisi yang Mempengaruhi Minat
Siswa yang mempunyai minat tinggi saat proses pembelajaran
berlangsung sebenarnya sedang berada pada kondisi tertentu, sehingga dapat
membuatnya berminat pada aktivitas tersebut. Terdapat beberapa kondisi yang
dapat mempengaruhi minat seseorang, menurut Hurlock di antaranya: Pertama,
pengalaman dini di sekolah. Kedua, pengaruh orang tua. Ketiga, sikap saudara
kandung. Keempat, sikap teman sebaya. Kelima, penerimaan oleh kelompok
teman sebaya. Keenam, keberhasilan akademik. Ketujuh, sikap terhadap
pekerjaan. Kedelapan, hubungan guru dengan murid. Kesembilan, suasana
emosional di sekolah (2005: 139).
Penjelasan lebih lanjut mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi
minat seseorang, yaitu: 1) Pengalaman dini di sekolah, pengalaman di
kelompok bermain anak-anak mempermudah penyesuaian dan menjadikan
pengalaman dini sekolah yang menyenangkan. 2) Pengaruh orang tua, sikap
orang tua sangat mempengaruhi minat anak terhadap sekolah secara umum dan
kesadaran akan pentingnya pendidikan. 3) Sikap saudara kanduung, saudara
kandung mempunyai pengaruh terhadap sikap anak sekolah. 4) Sikap teman
sebaya, minat dan sikap terhadap kegiatan sekolah secara umum sangat
dipengaruhi oleh teman sebaya. 5) Penerimaan oleh kelompok teman sebaya,
untuk dapat diterima di antara teman sebaya, anak belajar bahwa ia harus
menerima minat dan nilai dari kelompok. 6) Keberhasilan akademik, bila
keberhasilan akademik merupakan lambang status, maka kegagalan akan
mengurangi minat anak pada sekolah. 7) Sikap terhadap pekerjaan, adanya
kenaikan kelas maka lebih banyak tuntutan untuk membuat pekerjaan rumah,
ini bisa menimbulkan rasa tidak suka pada anak. 8) Hubungan guru dengan
murid, guru yang memiliki hubungan baik dengan murid akan mendorong
sikap yang lebih positif kepada murid. 9) Suasana emosional di sekolah,
suasana emosional sekolah dipengaruhi sikap guru dan jenis disiplin yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
digunakan. Guru yang menggunakan disiplin yang demokratis mendorong
sikap yang lebih positif pada siswa dibandingkan guru yang otoriter.
e. Pengaruh Minat Pada Perilaku di Sekolah
Anak yang merasa tertarik dengan kegiatan akademik dan ekstrakurikuler
di sekolah, maka dia akan berusaha menyelesaikan semua tugas dan kegiatan di
sekolah dengan baik, serta mempunyai hubungan baik dengan para guru dan
teman-temannya. Dalam arti kata anak yang tertarik dengan kegiatan di
sekolah akan berusaha mematuhi peraturan dan perintah serta tidak membuat
onar di sekolah. Sebaliknya, anak yang merasa bosan atau sesungguhnya tidak
menyukai sekolah, menunjukkan perilaku yang menjengkelkan para guru dan
teman sekelasnya yang akan meningkatkan rasa tidak suka anak terhadap
kegiatan di sekolah.
Menurut Hurlock terdapat berbagai cara anak menunjukkan sikap mereka
terhadap sekolah (2005: 140-143), antara lain:
1) Takut Sekolah
Takut sekolah merupakan keengganan untuk bersekolah. Rasa takut
sekolah ditimbulkan beberapa aspek situasi sekolah, seperti terlihat dari rasa
cemas yang meningkat bila tiba saatnya pergi ke sekolah. Rasa takut ini
merupakan sebagian dari kecemasan umum akibat rasa takut berpisah dari ibu
dan ketergantugan kuat pada ibu atau pengganti ibu serta ketidakmampuan
berdiri sendiri.
Takut sekolah terkadang terjadi pada anak-anak yang lebih besar,
namun pada umumnya takut sekolah paling umum terjadi selama masa taman
kanak-kanak dan empat kelas pertama. Anak-anak yang lebih besar
menemukan bahwa rasa takut sekolah dianggap kekanak-kanakan. Oleh karena
itu, mereka biasanya memproyeksikan takut sekolah pada hal-hal lain, di
antaranya: tidak ingin berangkat ke sekolah karena tidak siap menghadapi
ulangan, tidak disukai oleh guru kelasnya, teman sekelasnya selalu
mengganggunya atau menolak bermain bersama. Tanpa disadari bahwa takut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sekolah sebenarnya berasal dari kesulitan dalam diri anak tersebut bukan pada
sekolah.
2) Membolos
Terdapat dua jenis membolos: yang pertama anak absen dari sekolah
tanpa sebab yang pasti, tanpa izin orang tua dan tanpa izin dari pihak sekolah.
Anak pergi dengan sesuka hati tanpa izin. Pada jenis membolos kedua, seorang
anak meninggalkan sekolah sepengetahuan dan seizin orang tua. Biasanya hal
ini terjadi pada anak-anak yang berasal dari sosial ekonomi rendah. Orang tua
hanya sedikit menghargai pendidikan atau hanya ingin anaknya membantu di
rumah atau meninggalkan sekolah sesegera mungkin untuk mencari pekerjaan.
3) Perilaku Mengganggu
Anak yang bosan dengan sekolah cenderung menjadi nakal dan berbuat
onar. Hal ini disebabkan oleh kurangnya minat belajar dan tidak berminat
dengan kegiatan di sekolah. Anak menghabiskan waktu dengan mengganggu
anak lain dan merepotkan guru. Mereka bukannya tidak mengetahui peraturan
sekolah, melainkan karena dengan sengaja melanggarnya untuk membalas
dendam karena tidak diterima di lingkungan teman sebaya atau karena sikap
guru yang tidak menyenangkan.
4) Prestasi Kurang
Anak yang kurang berprestasi di sekolah adalah anak yang hasil
akademiknya berada di bawah kemampuan akademik anak tersebut
berdasarkan pengukuran dengan tes intelegensi standar. Beberapa siswa kurang
berprestasi secara umum, mereka bekerja di bawah kapasitas dalam semua
mata pelajaran, beberapa di antaranya berprestasi di bawah kemampuan
mereka dalam beberapa mata pelajaran tertentu. Penyebab primer prestasi
kurang adalah perlawanan dan permusuhan terhadap belajar. Kurangnya
prestasi juga umum bila sikap teman sebaya terhadap pendidikan negatif.
5) Prestasi Berlebihan
Prestasi berlebihan berarti prestasi di atas kemampuan individu. Di
sekolah, anak yang berprestasi berlebihan adalah anak yang prestasi
akademiknya di atas kemampuan mereka yang di ukur dengan tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Terdapat bukti bahwa jika keberhasilan akademik sangat di hargai oleh
orang tua, guru, dan anggota kelompok teman sebaya. Anak yang merasa tidak
mampu atau yang mempunyai rasa dendam karena tidak mendapatkan
penerimaan yang diinginkan, mungkin berprestasi berlebihan untuk: 1)
menunjukkan kelebihannya pada yang lain, 2) beruaha mendapatkan rasa
simpatik dari guru “terlalu rajin” atau mereka mungkin berbuat curang. Apa
saja metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang diharapkan dapat
meningkatkan penerimaan, tidak terdapat bukti bahwa minat mereka semata-
mata pada pelajaran. Minat mereka lebih tertuju pada gengsi yang dapat di
peroleh.
f. Indikator Minat Belajar
Sepanjang masa kanak-kanak, minat merupakan sumber motivasi yang
kuat untuk belajar. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik
permainan maupun pekerjaan akan berusaha lebih keras untuk belajar
dibandingkan dengan anak yang kurang berminat atau merasa bosan (Hurlock,
2005: 114). Berkaitan dengan minat siswa, maka indikator adalah sebagai alat
pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat (Nurhidayati, 2006:
329). Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tiga indikator, yaitu:
perasaan senang, perhatian, dan konsentrasi.
Perasaan senang, siswa yang memiliki perasaan senang terhadap
pelajaran matematika, maka ia berusaha terus menerus untuk mempelajari ilmu
yang berhubungan dengan matematika. Tidak ada perasaan terpaksa untuk
mempelajari bidang tersebut. Terutama pada saat pelajaran matematika siswa
merasa senang terhadap proses pembelajaran yang telah di rancang oleh guru,
sehingga tidak ada perasaan terpaksa atau takut dalam belajar matematika.
Perhatian, adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat.
Perhatian merupakan aktivitas siswa terhadap pengamatan dan
mengesampingkan hal lain. Anak yang memiliki minat pada objek tertentu
maka dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran matematika, maka ia berusaha
untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.
Konsentrasi, selain adanya perasaan senang dan perhatian dalam belajar.
Konsentrasi juga merupakan salah satu indikator minat. Konsentrasi
mempunyai peranan penting dalam minat belajar siswa. Siswa yang
berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran maka kemungkinan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal sangat besar.
g. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari
luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak
dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan,
hasil belajarnya pun tidak langsung kelihatan, tanpa orang tersebut melakukan
sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar
(W.S Winkel, 2004: 58).
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan
mengokohkan kepribadian (Suyono, et.all, 2011: 6). Belajar merupakan suatu
proses perbaikan diri untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
seseorang.
Demikian pula menurut Klein belajar terjadi tidak hanya karena proses
kematangan dari dalam saja, melainkan juga karena pengalaman yang
perolehannya bersifat eksistensial. Belajar berasal dari pengalaman-
pengalaman yang dapat membuat diri individu mempunyai kemampuan di
bidang tertentu (Conny R Semiawan, 2002 : 2).
Sementara itu menurut Sumadi Suryabrata, pengertian belajar yaitu
bahwa belajar itu adalah aktivitas yang membawa perubahan. Perubahan pada
intinya adalah didapatkannya kecakapan baru dan terjadi karena usaha. Melalui
belajar seseorang dapat mendapatkan kecakapan baru dan perubahan yang
lebih baik (2008: 232).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Lebih jauh tentang belajar, Dalyono memandang belajar adalah suatu
usaha. Belajar adalah perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh,
dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik,
mental, dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya. Demikian pula
aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan
sebagainya. Belajar mempunyai tujuan mengadakan perubahan tingkah laku
dari dalam diri seseorang, mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi yang
baik, mengubah sikap dari negatif menjadi positif, dengan belajar dapat
menambah keterampilan dan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang
ilmu (2005: 48-49).
Sementara itu menurut Nasution, tujuan belajar yang paling utama
adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni
membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini
dikenal sebagai transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu
memungkinkan kita untuk meamahami hal-hal lain (2000: 3).
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa
faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu faktor internal dan
faktor ekstern. Faktor internal berasal dari dalam diri, meliputi: kesehatan,
inteligensi, bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar siswa. Faktor eksternal
berasal dari luar diri, antara lain: keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan sekitar (M. Dalyono, 2005: 55).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai hakikat belajar maka
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
individu dalam upaya perbaikan diri, meningkatkan keterampilan, dan
memperoleh pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
h. Pengertian Minat Belajar
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar
adalah aspek psikologis seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa
gejala, seperti perasaan senang dan perhatian untuk melakukan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
perubahan tingkah laku melalui kegiatan pembelajaran. Dengan adanya
perhatian, kemauan serta diiringi kesadaran demi keberhasilan proses belajar.
Minat belajar dapat mempengaruhi kualitas belajar dalam bidang studi
tertentu. Jika seseorang berminat terhadap mata pelajaran tertentu, maka
pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan ia belajar lebih giat dan berprestasi pada bidang tersebut
(Mahmud, 2010: 99). Minat belajar matematika merupakan perhatian dan
kesukaan pada matematika. Sehingga menimbulkan keingintahuan,
ketertarikan, serta keinginan untuk belajar matematika. Dengan kata lain,
semakin tinggi minat seseorang akan semakin tinggi kesadaran untuk belajar
mendapatkan nilai tertinggi atau prestasi yang diharapkan.
i. Hakikat Matematika di SD
Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar pada umumnya
hanya ada sedikit siswa yang memberi perhatian pada sejarah atau
perkembangan matematika, karena cenderung melihat matematika hanya
berkaitan dengan angka (Judith Muschla dan Gary Robert Muschla, 2009: 95).
Gerakan untuk memperbaiki matematika di sekolah dasar selalu terjadi dan
mengalir dari waktu ke waktu. Isi, metode pembelajaran, urutan pembelajaran,
dan cara evaluasi pembelajaran dimodifikasi sedemikian rupa untuk
tercapainya tujuan pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan hakikat
matematika di sekolah dasar menurut (Gatot Muhsetyo, 2008: 1.5-1.8).
Tiga faktor utama yang melandasi gerakan perubahan dalam
pembelajaran matematika adalah keberadaan dan perkembangan teori-teori
belajar, psikologi belajar, dan filsafat pendidikan. Ketiganya memberi warna
dan arah perubahan terutama dalam memandang dan melaksanakan
pembelajaran, serta memposisikan guru dan peserta didik.
Seiring dengan berkembangnya srategi pembelajaran dari berpusat
pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada peserta didik (student
centered) maka berkembang pula cara pandang terhadap bagaimana peserta
didik belajar dan memperoleh pengetahuan. Kenyataan bahwa peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
adalah makhluk hidup yang mempunyai kemampuan berfikir, maka tentu
mereka mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
belajar dan lingkungan hidup. Peserta didik secara individual atau
berkelompok, dapat membangun sendiri pengetahuan mereka dari berbagai
sumber belajar yang ada di sekitarnya, tidak hanya berasal dari guru. Aliran
ini disebut aliran konstruktivisme.
Dampak dari berkembangnya aliran konstruktivisme adalah
munculnya kesadaran tentang pentingnya kekuatan atau tenaga matematikal
(mathematical power). Kekuatan matematikal antara lain terdiri dari
kemampuan untuk 1) mengkaji, menduga, dan memberi alasan secara logis, 2)
menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, 3) mengkomunikasikan tentang
dan melalui matematika, 4) mengaitkan ide-ide antara matematika dan
kegiatan intelektual yang lain, 5) mengembangkan percaya diri, watak atau
karakter untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi
kuantitatif dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Hal-hal
yang dapat menumbuhkan kesadaran tentang kekuatan matematikal adalah
ketekunan/keuletan, minat (interest), keingintahuan (curiosity), dan daya
temu atau daya cipta (inventiness).
Untuk mendukung usaha pembelajaran yang mampu menumbuhkan
kekuatan matematikal, diperlukan guru yang profesional dan kompeten. Guru
yang profesional dan kompeten adalah guru yang menguasai materi
pembelajaran matematika, memahami bagaimana anak-anak belajar,
menguasai pembelajaran yang mampu mencerdaskan peserta didik, dan
mempunyai kepribadian yang dinamis dalam membuat keputusan
perencanaan pelaksanaan pembelajaran.
j. Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan.
Matematika timbul karena pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide,
proses, dan penalaran (Ruseffendi, 1991: 260-261).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Sementara itu menurut Johnson dan Myklebust matematika adalah
bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah
untuk memudahkan berfikir. Menurut Paling matematika adalah suatu cara
untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi, suatu cara untuk
menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi, suatu cara
menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan
memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan
hubungan-hubungan. Sedangkan menurut Learner matematika selain sebagai
bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan
manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai
elemen dan kuantitas (Mulyono Abdurrahman, 2003: 252).
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman
belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana
sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika
yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian
kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang
sesuai dengan: 1) topik yang sedang dibicarakan, 2) tingkat perkembangan
intelektual peserta didik, 3) prinsip dan teori belajar, 4) keterlibatan aktif
peserta didik, 5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik, serta 6)
pengembangan dan pemahaman penalaran matematis (Gatot Muhsetyo, 2008:
1.26).
Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
matematika adalah suatu ilmu yang terstruktur dengan menggunakan bahasa-
bahasa simbolis yang universal untuk memudahkan berfikir dan menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapi.
k. Pengertian Operasi Hitung Pecahan
Operasi hitung campuran adalah operasi atau pengerjaan hitungan
yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu operasi.
Penyelesaian pengerjaan operasi hitung campuran merujuk pada perjanjian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tertentu, yaitu penjumlahan dan pengurangan setingkat. Hal ini berarti operasi
hitung yang ditulis terlebih dahulu, operasi itu dikerjakan lebih dahulu.
Begitu pula halnya dengan perkalian dan pembagian setingkat, kecuali
terdapat tanda dalam kurung (Heruman, 2008: 30).
Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam
ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan,
yang biasanya ditandai dengan arsiran (Heruman, 2008: 43). Bagian inilah
yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang
dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.
Istilah persen adalah nama lain dari perseratusan, sehingga kata persen
dapat digunakan untuk mengganti kata perseratus. Pecahan 1/4 dapat
dinyatakan sebagai 25/100 , dan dalam bentuk desimal ditulis 0,25 keduanya
dibaca sama, yaitu dua puluh lima perseratus atau 25 persen, ditulis 25%.
Persen bukan merupakan konsep baru, artinya persen hanyalah merupakan
istilah dan notasi baru (Gatot Muhsetyo, 2008: 4.66-4.67).
Berikut ini akan dijelaskan beberapa kesulitan yang mungkin dihadapi
atau dialami oleh siswa dan guru untuk membantu menyelesaikan masalah
menurut (Gatot Muhsetyo, 2008: 4.67-4.70)
1. Kesulitan mengkaitkan pecahan dan persen, misalnya dalam mengisi
jawaban:
, , ,
Usaha guru untuk membantu siswa adalah memberikan
bimbingan kepada mereka untuk memahami kesamaan makna persen
dengan perseratus, artinya mencari nama lain suatu pecahan tetapi
penyebutnya adalah 100, sehingga translasi kesejajaran dapat dibuat,
yaitu:
2. Menyatakan suatu bilangan sebagai persen dari bilangan yang lain, yaitu:
adalah berapa persen dari b?
Untuk membantu siswa menyelesaikan masalah ini, guru perlu
memberikan tekanan translasi kesejajaran bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
a adalah c% dari b 0 adalah b% dari c.
Contoh:
1. 15 berapa persen dari 25?
Jawab:
15= ......% x 25 =
Karena 25 x 4 = 100, maka 60%
Jadi 15 adalah 60% dari 25
3. Kesulitan menyatakan suatu bilangan pecahan dalam persen karena penyebut
pecahan bukan merupakan faktor dari 100. Untuk membantu siswa dalam
menyelesaikan masalah ini, guru perlu membimbing siswa untuk
menggunakan pembagian biasa, kemudian disederhanakan sehingga diperoleh
penyebut 100.
Contoh:
1. =.....%
Jawab: = 0,375 = = = 37,5 %
4. Kesulitan mengkaitkan dengan keadaan yang realistik, yaitu permasalahan
yang terkait dengan keadaan sehari-hari siswa, contoh:
1. Suatu toko memberikan potongan harga sebesar 25%. Jika harga satu baju
adalah 60.000 rupiah maka seseorang harus membayar berapa untuk membeli
satu baju?
Jawab:
75% 25%
60.000 rupiah dinyatakan sebagai empat bagian yang sama, masing-masing
bagian senilai 15.000 rupiah potongan pembayaran = 75% dari 60.000 rupiah
x 60.000 rupiah = x 60.000 rupiah = 45.000 rupiah.
Selain pecahan persen, dalam penelitian ini juga disampaikan materi
pecahan desimal. Kata desimal berasal dari Bahasa Latin decem yang artinya
sepuluh. Penggunaan sepuluh diduga dipengaruhi jumlah jari tangan kiri dan jari
tangan kanan (atau kaki kiri dan kaki kanan), dan menandai banyaknya lambang
dasar yang disebut angka (digit). Sistem numerasi desimal adalah sistem numerasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
yang berbasis sepuluh, artinya bilangan 10 dipakai sebagai acuan pokok dalam
melambangkan dan menyebut bilangan (Gatot Muhsetyo, 2008: 4.51).
Banyak siswa SD mengalami kesulitan untuk memahami dan
membedakan makna dan pecahan desimal. Berikut ini akan dibahas mengenai
beberapa kemungkinan kesulitan siswa Sekolah Dasar dalam memahami konsep
pecahan desimal menurut (Gatot Muhsetyo: 4.69-4.66) :
1. Siswa kurang memahami makna antara lain 2,25 dan 2 sebagai pernyataan
yang sama suatu bilangan. Siswa cenderung menyatakan desimal sebagai
bilangan dan pecahan sebagai daerah yang terbagi. Sesungguhnya pecahan
desimal adalah dua sistem notasi yang dikembangkan berbeda untuk
menyatakan secara praktis, orang lebih mudah mengingat daripada 0,25
untuk menyatakan bagian. Untuk membantu siswa memahami dan menguasai
hubungan antara pecahan dan desimal, gunakan berbagai model atau bahan
manipulatif yang sesuai dengan bentuk desimal, misalnya:
a.
3 bagian dari 10 bagian yang sama atau 0,3.
2. Banyak siswa belum memahami perhitungan yang melibatkan notasi pecahan
dan notasi desimal. Untuk menyelesaikan kesulitan siswa ini, model-model
yang dijelaskan pada bagian I dapat digunakan untuk memperagakan dan
mentranslasikan dari kalimat pecahan ke kalimat desimal, contoh:
+ = 0,2 + 0,3 = 0,5
3. Siswa belum terampil mengganti nama pecahan menjadi desimal dengan
menggunakan pembagian. Untuk membantu siswa, berilah contoh nyata
pecahan yang dapat diganti menjadi desimal berakhir, kemudian
dikembangkan ke pecahan yang dapat diganti menjadi desimal berulang.
Contoh:
= 0,25, = 0,5 = 0,50 = 0,500, = 0,4 = 0,40 = 0,400.
Menurut Soenarjo mengubah pecahan ke bentuk persen serta sebaliknya,
mempunyai sub materi sebagai berikut: mengubah pecahan ke bentuk persen,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
mengubah persen ke bentuk pecahan, menggunakan persen dalam perhitungan
(2008: 130-135).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa operasi hitung
pecahan merupakan cara-cara dalam menyelesaikan materi pecahan dengan
menggunakan kaidah tertentu.
l. Meningkatkan Minat Belajar Matematika Pada Anak
Prestasi dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang. Anak yang
berminat pada matematika misalnya akan berusaha keras untuk memperoleh nilai
baik dalam mata pelajaran itu, sedangkan anak yang kurang berminat cenderung
kurang berhasil dalam bidang ini (Hurlock, 2002: 166). Anak yang mencapai
suatu prestasi belajar matematika, sebenarnya merupakan hasil kecerdasan dan
minat terhadap matematika. Jadi seorang anak tidak mungkin sukses dalam
belajar matematika tanpa adanya minat terhadap matematika. Minat dapat timbul
pada seseorang, jika menarik perhatian terhadap suatu objek.
Dalam Journal of Research in Educational Psychology (Roebken, 2007:698) berpendapat:
“Students who pursue both a strong mastery and a strong performanceorientation, are more satisfied with their educational experience and theiroverall undergraduate experience, achieve higher performance outcomes,integrate their knowledge gained in different courses more frequently,examine their own point of view more often than students with a masteryor a work avoidance/ performance orientation”.
Berdasarkan jurnal tersebut dapat diketahui bahwa siswa-siswa yang
mempunyai tujuan akan terus menerus berusaha untuk memperoleh keahlian dan
pengarahan dalam melakukan tindakan, kebanyakan mereka merasa puas dengan
pengalaman belajar yang telah didapat. Kesuksesan diraih siswa melalui proses
belajar.
Minat belajar merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses
pembelajaran matematika. Minat yang timbul dari kebutuhan anak merupakan
faktor penting bagi anak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Oleh karena
itu minat belajar anak harus diperhatikan dengan cermat. Dengan adanya minat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
belajar pada anak dapat memudahkan membimbing dan mengarahkan anak untuk
belajar matematika.
Guru sebagai tenaga pengajar di kelas hendaknya berusaha sedapat
mungkin untuk membangkitkan minat belajar pada anak didiknya dengan
berbagai cara. Misalnya dengan memperkenalkan kepada anak berbagai kegiatan
belajar, seperti bermain sambil belajar matematika, menggunakan alat peraga
yang menarik atau memanipulasi alat peraga, menggunakan bermacam-macam
metode pembelajaran pada saaat mengajar matematika, mengaitkan pembelajaran
matematika dengan dunia anak. Penggunaan alat peraga dapat disesuaikan dengan
benda-benda permainan anak, misalnya kelereng, bola dan sebagainya.
m. Evaluasi Belajar Matematika
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional bidang pendidikan
yang berkaitan dengan prosedur, mekanisme, dan instrumen penilaian proses dan
hasil peserta didik. Secara umum Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP)
mengemukakan bahwa penilaian pendidikan adalah proses rangkaian kegiatan
untuk menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga hasil
penilaian tersebut dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan (Endang Poerwanti, 2009: 2.19).
Berkaitan dengan penilaian menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
(BNSP), maka dalam penelitian ini menggunakan penilaian proses. Proses
penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar
dari peserta didik. Menurut Griffin dan Nix dalam Mimin Haryati (2010: 15)
penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik seseorang atau sesuatu. Penilaian proses pada aspek afektif dilakukan
pada akhir siklus dengan menggunakan alat ukur berupa angket, pedoman
wawancara, dan dokumentasi. Menurut Mimin Haryati prosedur dalam penilaian
aspek afektif yaitu dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi
operasional. Definisi konseptual kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator,
indikator ini menjadi isi pedoman angket atau kuesioner. Adapun langkah-langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pembuatan instrumen minat adalah sebagai berikut: 1) pilih ranah afektif yang
akan dipilih misalnya sikap atau minat, 2) tentukan indikator minat, 3) pilih tipe
skala yang digunakan, 4) telaah instrumen oleh sejawat, 5) perbaiki instrumen, 6)
siapkan inventori laporan diri, 7) tentukan skor inventori, 8) buat hasil analisis
inventori skala sikap atau minat (Mimin Haryati, 2010: 39-40).
Berdasarkan acuan tersebut di atas, maka evaluasi belajar matematika
pokok bahasan operasi hitung pecahan dilaksanakan pada proses pembelajaran
dengan menggunakan soal-soal evaluasi. Namun evaluasi ini merupakan data
yang direduksi, karena variabel terikat yang diteliti dalam penelitian ini
merupakan variabel minat. Minat termasuk dalam aspek afektif, maka peneliti
mengukur minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan angket, pedoman wawancara, dan dokumentasi pada akhir siklus.
2. Hakikat Model Quantum
a. Pengertian Model Quantum
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala
sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan, asosiasi, sampai seajuh mana
anda mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu
pula proses belajar berlangsung. Model quantum adalah penggubahan belajar
yang meriah, dengan segala nuansanya. Model quantum juga menyertakan
segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.
Model quantum berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas,
interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (DePorter,
et.all, 2005: 3).
Model quantum analog dengan sebuah simfoni. Simfoni adalah orkes
besar dengan komposisi musik yang lengkap. Model quantum merupakan
pembelajaran dengan komponen yang lengkap dengan sajian yang
menyenangkan dan menciptakan pengalaman belajar secara menyeluruh.
Model simfoni bisa diterapkan dalam quantum teaching. Terdapat beberapa
unsur yang ada di dalamnya. Di antara unsur tersebut terbagi menjadi dua
kategori, yaitu: konteks dan isi. Konteks adalah latar belakang pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
yang dimiliki oleh seorang guru, bagaimana setiap frasa musik dimainkan. Isi
merupakan keakraban ruang orkestra, semangat konduktor dan para pemain
musiknya, keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerja sama dan
interpretasi dari maestro terhadap lembaran musik. Unsur-unsur ini berpadu
dan menciptakan pengalaman belajar secara menyeluruh (Miftahul A’la, 2010:
32-33).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model quantum adalah suatu pendekatan untuk menciptakan lingkungan belajar
yang efektif, menyenangkan, meriah, sehingga memudahkan proses belajar.
Model quantum teaching analog dengan sebuah simfoni. Saat menggubah
kesuksesan siswa, unsur-unsur yang sama tersusun dengan baik: suasana,
lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan fasilitasi.
b. Prinsip Dasar Model Quantum
Prinsip dasar yang terdapat dalam pembelajaran quantum adalah
mengajar dengan menyesuaikan dan membawa siswa ke dunia mereka, serta
proses pembelajaran orkestra simfoni; segalanya dari lingkungan, segalanya
bertujuan, pengalaman mendahului pemberian nama, akuilah setiap usaha, jika
layak dipelajari maka layak pula dirayakan (DePorter, 2005: 6). Segalanya
berbicara, segalanya dari lingkungan kelas mengirim pesan tentang belajar.
Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan, perayaan memberikan umpan
balik mengenai kemajuan dan meningkatkan persepsi positif dengan belajar.
Prinsip-prinsip utama pembelajaran quantum, di antaranya: segalanya
berbicara, segalanya bertujuan, berangkat dari pengalaman, hargai setiap usaha,
rayakan setiap keberhasilan (Sri Anitah, 2009: 77). Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa prinsip utama pembelajaran quantum adalah
bagaimana caranya guru membuat suasana kelas menjadi kondusif,
menyenangkan dan menghargai setiap usaha siswa.
c. Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Kerangka perencanaan pembelajaran quantum dikenal dengan
singkatan “TANDUR” yang termuat dalam (DePorter, 2005: 10). Di bawah ini
adalah tinjauan mengenai TANDUR dan maknanya:
1) Tumbuhkan, artinya tumbuhkan minat belajar siswa dengan cara
memuaskan keingintahuannya yang tercakup dalam kalimat “ Apakah
Manfaatnya Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.
2) Alami, artinya ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat
dimengerti semua siswa.
3) Namai, artinya sedia kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah
masukan untuk peserta didik.
4) Demonstrasikan, artinya sediakan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu.
5) Ulangi, artinya tunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan
menegaskan dengan kalimat, “ Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.
6) Rayakan, artinya pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan
pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
d. Keunggulan Model Quantum
Selain prinsip dan kerangka, model quantum juga memiliki keunggulan.
Ada delapan prinsip keunggulan, yang disebut dengan kunci keunggulan model
quantum, De Pottermenguraikan delapan kunci keunggulan itu sebagai berikut
(2005: 48):
1) Integritas. Maksudnya yaitu bersikap jujur, tulus dan menyeluruh. Hal ini
dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar yang pada akhirnya
mencapai tujuan belajar yang optimal.
2) Kegagalan awal kesuksesan. Dalam pembelajaran perlu dimengerti dan
diakui bahwa kegagalan dapat memberikan informasi yang lebih jelas.
Janganlah memberi hukuman kepada anak yang telah gagal, karena
kegagalan merupakan tanda bahwa anak sedang dalam proses belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3) Bicaralah dengan niat baik. Perlu dikembangkan keterampilan berbicara
dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur. Niat
baik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar.
4) Hidup di saat ini. Pusatkan perhatian pada saat sekarang, dan manfaatkan
waktu sebaik-baiknya. Hal ini dapat melatih perhatian anak terhadap proses
pembelajaran.
5) Komitmen. Dalam pembelajaran penuhi kewajiban dan lakukan apa yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas. Baik guru maupun
siswa harus mengikuti visi misi dan tetap pada aturan yang telah ditetapkan.
Hal ini dapat mengajarkan kedisiplinan terhadap anak.
6) Tanggung jawab. Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa
tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan
bermutu. Dalam hal ini dapat melatih siswa untuk dapat diandalkan dan
bertanggung jawab.
7) Bersikap luwes atau fleksibel. Sikap terbuka terhadap perubahan dapat
membantu anak memperoleh hasil yang diinginkan. Guru harus pandai-
pandai membaca lingkungan demi proses pembelajaran yang menyenangkan
dan efektif.
8) Keseimbangan. Menjaga keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa.
Keseimbangan membutuhkan penyesuaian secara terus menerus sehingga
diperlukan sikap dan tindakan cermat dari guru dan siswa. Dalam hal ini
dapat melatih kecermatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model quantum berlangsung.
Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran
quantum merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Model quantum dianggap dapat membawa angin segar dan
pembaruan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Dengan beberapa keunggulan
model quantum di atas diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Tujuan yang paling penting, yaitu dengan menggunakan model quantum dalam
proses pembelajaran dapat membuat siswa menjadi antusias, aktif, menarik dan
menyenangkan. Sehingga dapat membuat minat belajar siswa menjadi tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
e. Kelemahan model quantum
Berdasarkan analisis mengenai teori model quantum, maka dapat
ditemukan beberapa kelemahan, sebagai berikut:
1) Suasana yang ada di lapangan kurang mendukung untuk membangun
suasana yang memberdayakan atau menggairahkan dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model quantum.
2) Sikap kurang percaya diri guru untuk dapat melakukan pembelajaran
dengan model quantum. Hal ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan potensi dirinya semaksimal
mungkin.
3) Dalam menarik keterlibatan peserta didik guru harus bisa membangun
hubungan dengan cara menjalin rasa simpati dan saling pengertian yang
terkadang harus melalui proses lama.
4) Untuk menciptakan suasana yang mendukung, perlu perencanaan yang baik
demi mendukung proses belajar yang menyenangkan, hidup dan penuh
semangat. Lingkungan kelas seperti ini akan mempengaruhi kemampuan
peserta didik untuk berkonsentrasi dalam menyerap informasi. Dalam hal ini
guru harus benar-benar matang dalam perencanaan.
Beberapa kelemahan model quantum yang ada di atas dapat menjadi
perhatian bagi peneliti dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan model quantum. Supaya pembelajaran berhasil, maka guru harus
benar-benar matang dalam perencanaan. Jika proses pembelajaran
menggunakan model quantum berhasil maka dapat meningkatkan minat siswa
dalam belajar. Dalam meneliti, peneliti menerapkan model quantum tipe
TANDUR, adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajarannya dipaparkan
sebelumnya pada halaman 25.
B.B.B.B. PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian YangYangYangYang RelevanRelevanRelevanRelevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis, di antaranya penelitian yang di lakukan oleh Dinasti
Anisia Rizki (2011) berjudul Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Pokok Bahasan Perjuangan
Mempersiapkan kemerdekaan Indonesia Peserta Didik Kelas V SDIT Insan Kamil
Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Dari hasil penelitian diperoleh
simpulan bahwa penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan
hasil belajar IPS pokok bahasan perjuangan mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia yaitu sebesar 96,15 %. Kemiripan dengan penelitian ini adalah sama-
sama menggunakan model quantum dalam proses pembelajaran, perbedaannya
yaitu penelitian yang dilakukan oleh dinasti untuk meningkatkan hasil belajar IPS
sedangkan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar operasi
hitung matematika.
Senada dengan Dinasti maka penelitian Any Jamila Fatmasari (2010)
memiliki kesamaan variabel penelitian dengan penulis yaitu variabel minat belajar.
Penelitian Any berjudul Meningkatkan Minat Belajar IPA Melalui Pendekatan
Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar Tahun
Pelajaran 2009/2010. Dari hasil penelitian diperoleh data 74% siswa mempunyai
minat belajar tinggi setelah diterapkan Pendekatan Keterampilan Proses dalam
proses pembelajaran. Kemiripan dengan penelitian ini adalah sama-sama berupaya
meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran, perbedaannya
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Any menggunakan pendekatan keterampilan
proses sedangkan dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran
quantum.
Selanjutnya penulis mencantumkan penelitian yang relevan dengan materi
pembelajaran, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Firsty Mariana (2011) dengan
judul Peningkatan Kemampuan Berhitung Pecahan Melalui Model Pembelajaran
Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD N Menganti 04 Kesugihan Cilacap Tahun
Pelajaran 2010/2011. Kemiripan dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan materi pembelajaran pecahan, perbedaannya yaitu dalam penelitian
yang dilakukan oleh firsty materi pecahan kelas IV SD N Menganti 04 sedangkan
dalam penelitian ini materi pecahan kelas V SD N Tohudan 03. Dalam
penelitiannya kemampuan berhitung pecahan dapat meningkat dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual. Hal ini terlihat dari hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
siswa yang mencapai nilai rata-rata kelas 70 dan siswa yang mendapat nilai diatas
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) 60 mencapai 85 % dari siswa keseluruhan.
C.C.C.C. KerangkaKerangkaKerangkaKerangka BerpikirBerpikirBerpikirBerpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disusun suatu kerangka berfikir. Pada kondisi awal siswa mengalami minat belajar
matematika yang masih kurang. Hal demikian terjadi karena guru masih
menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang
kurang inovatif dalam pembelajaran matematika. Guru tidak menggunakan model
pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan perasaan senang, perhatian, dan
konsentrasi siswa dalam belajar. Jika perasaan senang, perhatian, dan konsentrasi
siswa meningkat maka minat belajar siswa dalam belajar matematika pokok
bahasan operasi hitung pecahan juga meningkat.
Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu tindakan untuk
meningkatkan minat belajar matematika materi pecahan kelas V SD N 03
Tohudan. Peneliti memiliki alternatif yaitu diperlukan adanya suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Di antara berbagai
model pembelajaran, model quantum adalah suatu model yang diharapkan dapat
membantu meningkatkan minat belajar siswa pada pokok bahasan operasi hitung
pecahan matematika.
Pada kondisi akhir diharapkan terdapat peningkatan minat belajar operasi
hitung pecahan dengan menggunakan model quantum. Peningkatan ini ditandai
dengan target akhir sebanyak 75% dari siswa kelas V SD N 03 Tohudan
mempunyai minat belajar tinggi ditandai dengan banyaknya pernyataan positif
siswa terhadap matematika materi pecahan. Dari hal-hal tersebut maka penulis
menyusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini divisualisasikan pada gambar 1:
Kondisi Awal
Kondisi siswa kelas V SD N 03Tohudan:1. Minat belajar siswa kurang
pada saat pelajaran.2. Siswa ramai pada saat pelajaran3. Siswa bosan dengan strategi
pembelajaran yang monotonyaitu metode ceramah.
Minat belajarkurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 1. Kerangka berpikir
D.D.D.D. HIPOTESISHIPOTESISHIPOTESISHIPOTESIS
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: “Penggunaan
model quantum dapat meningkatkan minat belajar operasi hitung pecahan
matematika pada siswa kelas V SD N 03 Tohudan Colomadu Karanganyar”.
BABBABBABBAB IIIIIIIIIIII
METODMETODMETODMETODEEEE PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN
A.A.A.A.TempatTempatTempatTempat dandandandanWaktuWaktuWaktuWaktu PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Kondisi Akhir
Tindakan
Tindakan
KondisiAkhir
Diatasi menggunakan kerangka modelquantum:• Tumbuhkan, menumbuhkan motivasisiswa untuk belajar.
• Alami, siswa mengidentifikasi operasihitung pecahan.
• Namai, memberi nama operasi hitungpecahan.
• Demonstrasikan, siswamendemonstrasikan materi pecahansesuai instruksi dari guru.
• Ulangi, mengulangi materi yang telahdipelajari dengan pemantapan konsepatau dengan memecahkan soal.
• Rayakan, memberi penguatan positifdan penghargaan kepada siswa.
Melalui model quantum 75% siswamempunyai minat belajar tinggi.
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 03 Tohudan Colomadu
Karanganyar dengan alamat Jalan Adi Sumarmo, Colomadu, Karanganyar.
Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan. Di antaranya keberadaan
sekolah memudahkan peneliti untuk memperoleh data, serta waktu dan biaya yang
terjangkau oleh peneliti. Selain itu, di Sekolah Dasar Negeri 03 Tohudan
Colomadu Karanganyar menurut observasi sewaktu Praktek Pengalaman
Lapangan berlangsung pada bulan September sampai November 2011, minat
belajar siswa kelas lima pada mata pelajaran matematika masih kurang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012 selama 6 bulan, yakni mulai Januari 2012 sampai dengan Juni 2012.
Tahap persiapan terdiri dari penyusunan proposal, perbaikan proposal, menyusun
instrumen, seminar proposal, dan perijinan dilaksanakan pada bulan Januari
sampai bulan Maret 2012. Tahap pelaksanaan/ aplikasi tindakan siklus I dan
siklus II dilaksanakan pada bulan April 2012. Tahap pasca tindakan terdiri dari
analisis data, penyusunan laporan, pengajuan laporan, seminar untuk validasi hasil,
perbaikan laporan, penggandaan, penjilidan, dan pengiriman laporan
dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2012. Waktu penelitian tersebut
ditunjukkan lebih rinci pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
NO Jenis KegiatanBulan
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B.B.B.B. BentukBentukBentukBentuk dandandandan StrategiStrategiStrategiStrategi PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
1. Bentuk Penelitian
Data yang akan dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan maka bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
A TahapPersiapan
1. PenyusunanProposal
2. PerbaikanProposal
3. MenyusunInstrumena. RPP
b. LembarAngket
c. Panduanwawancara
4. SeminarProposal
5. Perijinan
B AplikasiTindakan
1. Siklus I
2. Siklus II
C Pasca Tindakan
1. Analisis Data
2. MenyusunLaporan
3. PengajuanLaporan
4. Seminar untukvalidasi hasil
5. PerbaikanLaporan
6. Penggandaan,Penjilidan danPengirimanLaporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
adalah deskriptif kualitatif. Bentuk penelitian deskriptif kualitatif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki suatu keadaan atau kondisi yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:
3). Jenis penelitiannya yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Suharsimi Arikunto, 2010: 130).
2. Strategi Penelitian
Pada strategi penelitian ini langkah-langkah yang diambil adalah strategi
tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu
sekolah. Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning). Dalam tahap ini peneliti membuat rencana penelitian
berupa instrumen-instrumen: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, angket
minat belajar siswa, dan panduan wawancara.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting). Pada tahap acting peneliti melaksanakan
tindakan sesuai perencanaan tertulis yang sudah dibuat sebelumnya, yaitu
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model quantum.
c. Pengamatan (Observing). Dalam pengamatan guru kelas V sebagai pengamat
mengamati proses pembelajaran saat menggunakan model quantum
berlangsung.
d. Refleksi (Reflecting). Pada tahap refleksi peneliti dan pengamat berdiskusi
terhadap hasil pengamatan sebagai pertimbangan untuk perbaikan proses
pembelajaran pada siklus berikutnya.
C.C.C.C. SubjekSubjekSubjekSubjek PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang menerima tindakan, dalam penelitian
ini subjek penelitiannya yaitu siswa kelas V SD Negeri 03 Tohudan Colomadu
Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012 semester genap sebanyak 29 siswa,
terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan (Imam Makruf, 2011: 150).
Subjek erat kaitannya dengan objek, maka dalam penelitian ini terdapat objek
penelitian. Objek penelitian yaitu suatu kegiatan yang akan diteliti dan dievaluasi,
objek dalam penelitian ini yaitu minat belajar matematika pokok bahasan pecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
(Suharsimi Arikunto, 2010: 38). Selain subjek dan objek penelitian, terdapat juga
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel
penyebab, variabel bebas atau independent variable (X), sedangkan variabel
akibat disebut variabel tidak bebas , variabel terikat atau dependent variable (Y)
(Suharsimi Arikunto, 2010: 162). Dalam penelitian ini menggunakan independent
variable model quantum, serta menggunakan dependent variable minat belajar.
D.D.D.D. SumberSumberSumberSumber DataDataDataData
Data yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini
diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam
sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Informan atau narasumber, yaitu guru dan siswa kelas V SD Negeri 03
Tohudan.
2. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan model quantum di kelas
V SD N 03 Tohudan Colomadu Karanganyar berupa angket minat belajar
siswa, lembar observasi, hasil wawancara dan tes hasil belajar siswa.
E.E.E.E. TeknikTeknikTeknikTeknik PengumpulanPengumpulanPengumpulanPengumpulan DataDataDataData
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi yang masing-masing secara
singkat diuraikan sebagai berikut:
1) Angket adalah bentuk tanya jawab secara tertulis, dengan mengajukan daftar
pernyataan. Berdasarkan jawaban-jawaban yang diperoleh dapat diketahui
keadaan jiwa seseorang atau sejumlah orang (M. Dalyono, 2005: 11).
Selanjutnya, menurut (Suharsimi Arikunto, 2010: 268) prosedur sebelum
membuat kuesioner atau angket, antara lain:
a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
b) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
c) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan
tunggal.
d) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk
menentukan teknik analisisnya.
Angket dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan pilihan
jawaban 5 alternatif jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak
Setuju), N (Netral), S (Setuju), SS (Sangat Setuju). Masing-masing alternatif
jawaban bernilai 1, 2, 3, 4, 5. Penentuan nilai skor pada jawaban didasarkan
pada indikator variabel yang tercantum dalam penggolongan pernyataan
dalam angket minat berdasarkan kriteria dan indikator halaman 125.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa,
maka digunakan teknik pengumpulan data melalui angket. Angket diberikan
kepada siswa untuk mendapatkan informasi kondisi minat belajar siswa yang
bersangkutan.
2) Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperolah data dari orang yang diwawancarai (Suharsimi Arikunto, 2010:
198). Dalam penelitian ini tidak semua siswa diwawancarai, tetapi hanya
beberapa siswa. Wawancara dilakukan untuk mengetahui anggapan siswa
terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Sistem penskoran pada wawancara ini, yaitu terdapat 5 pertanyaan
dalam lembar wawancara, masing-masing pertanyaan menggunakan skala
nilai 1- 4. Skor 4 untuk nilai tertinggi sedangkan skor 1 untuk nilai terendah
pada masing-masing pertanyaan. Selanjutnya skor pada masing-masing
pertanyaan dijumlahkan untuk mengetahui kategori minat siswa. Skor
tertinggi yaitu 20, sedangkan skor terendah 5. Adapun klasifikasi minat
belajar siswa tinggi atau rendah terdapat dalam lampiran halaman 127.
3) Dokumentasi menurut (Suharsimi Arikunto, 2010: 274) yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, dsb. Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki data-data
yang telah didapatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi dalam
penelitian ini adalah pengumpulan data dari arsip yaitu berupa proses belajar
mengajar. Dalam hal ini, yaitu: 1) Hasil angket untuk mengetahui
peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika. 2) Hasil
wawancara untuk mengetahui persepsi siswa terhadap proses pembelajaran
yang telah berlangsung. 3) Video dan foto-foto aktivitas siswa saat mengikuti
pelajaran.
F.F.F.F. ValiditasValiditasValiditasValiditas DataDataDataData
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi,
sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah
(Suharsimi Arikunto, 2010: 211). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data
adalah dengan menggunakan triangulasi. Di dalam penelitian ini untuk menguji
kesahihan data digunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi
data yang berupa informasi dari guru dan siswa serta dokumen video tentang
tindakan yang diterapkan. Triangulasi metode pengumpulan data berupa dari hasil
angket dan wawancara.
G.G.G.G. TeknikTeknikTeknikTeknik AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis DataDataDataData
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
Kemmis dan Mc Taggart (Suharsimi Arikunto, 2010: 137-140). Model penelitian
tindakan kelas yang dimaksud menggambarkan adanya empat langkah dan
pengulangannya. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning), dalam tahap menyusun rancangan, peneliti
menentukan titik-titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian
khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan
untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan
berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. Pelaksanaan tindakan (Acting), yaitu implementasi atau penerapan isi
rancangan di dalam tindakan, yaitu menggunakan tindakan di kelas. Hal yang
perlu diingat adalah bahwa pada tahap pelaksanaan tindakan ini guru harus
ingat dan taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi juga
berlaku wajar. Tentu saja membuat modifikasi tetap diperbolehkan, selama
tidak mengubah prinsip, dan hindari kekakuan.
3. Pengamatan (Observing), yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti pada saat pelaksanaan tindakan
berlangsung.
4. Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah terjadi. Ketika guru pelaku tindakan mengatakan kepada pengamat
tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang
belum.
Proses analisis tersebut dapat divisualisasikan seperti pada gambar 2.
Gambar 2. Model Proses PTK
Berdasarkan acuan tersebut, penulis melakukan analisis sebagai berikut:
1. Membandingkan minat belajar siswa sebelum menggunakan model quantum
dan sesudahnya.
2. Menyimpulkan bagaimana peningkatan minat belajar siswa setelah
menggunakan model quantum dalam proses pembelajaran.
PPPP
AAAARRRR
PPPP
OOOOOOOO
RRRR AAAASiklus1
Siklus 2
dst
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
H.H.H.H. IndikatorIndikatorIndikatorIndikator KinerjaKinerjaKinerjaKinerja
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini diharapkan dengan
menerapkan model quantum untuk meningkatkan minat belajar operasi hitung
pecahan matematika pada siswa kelas V (SD N 03 Tohudan Colomadu
Karanganyar) Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat meningkat minimal 75% dari 29
siswa mempunyai minat belajar tinggi.
I.I.I.I. ProsedurProsedurProsedurProsedur PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
1. Siklus 1
Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan 2 x pertemuan
dengan alokasi waktu 1 x pertemuan adalah 2 x 35 menit. Pada siklus I
pembelajaran menggunakan model quantum. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Perencanaan
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk 2 x pertemuan.
2) Menyiapkan pedoman wawancara untuk siswa
3) Mempersiapkan angket untuk mengetahui minat belajar siswa dalam
proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan model
quantum untuk menyampaikan materi operasi hitung pecahan. Dalam
pembelajaran ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Pada siklus I penerapan
model quantum disajikan dengan didukung penggunaan media kertas gambar
untuk menumbuhkan minat belajar siswa. Media yang di pakai pada pertemuan
ke-1 siklus I ini yaitu media gambar berupa gambar lingkaran dengan warna yang
berbeda yang dibagi menjadi beberapa bagian berfungsi untuk mengenalkan
pecahan biasa kepada anak.
Media yang digunakan untuk mengenalkan pecahan persen kepada anak
yaitu dengan menggunakan media gambar. Kertas manilla berwarna kuning
dengan ukuran 25x15 cm didalamnya terdapat 10 buah lingkaran, sebagian di arsir.
Untuk kerja kelompok dan demonstrasi peneliti membuat media beberapa gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
bunga yang belum lengkap. Hal ini ditujukan peneliti supaya anak dapat
melengkapi bagian bunga yang belum lengkap dan mengisi bagian bunga dengan
soal dan jawaban pecahan biasa menjadi pecahan persen.
Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran berupa lisan maupun tertulis
untuk meningkatkan minat belajar siswa selama proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran diselingi permainan dan nyanyian untuk mengantisipasi
kejenuhan siswa. Pada pertemuan kedua siklus 1, di akhir pembelajaran siswa
mengisi angket yang disediakan oleh peneliti untuk mengetahui peningkatan
minat belajar siswa terhadap materi pecahan serta beberapa siswa diwawancarai
oleh guru.
c. Pengamatan
Dalam penelitian ini guru kelas V bertindak sebagai pengamat. Pengamatan
guru kelas terhadap peneliti juga dilakukan dalam bentuk lembar penilaian APKG
I dan APKG II. Hasil dari pengamatan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
perbaikan pada siklus berikutnya. Peneliti sebagai pengajar mengamati aktivitas
siswa saat pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan yaitu ketika pembelajaran
dengan menggunakan model quantum berlangsung.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru kelas V sebagai pengamat,
berupa data pengamatan untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan.
Data pengamatan untuk kinerja peneliti berupa lembar penilaian APKG I dan
APKG II. Data pengamatan terhadap siswa berupa hasil angket minat belajar,
hasil wawancara dan rekaman proses pembelajaran. Kekurangan maupun
ketercapaian pembelajaran untuk menyimpulkan data atau informasi yang berhasil
dikumpulkan sebagai pertimbangan pembelajaran siklus berikutnya.
2. Siklus II
Siklus II merupakan merupakan hasil refleksi pada siklus I. Pada siklus II
dilaksanakan pada tanggal 24 dan 26 April 2012. Peneliti melakukan
pembelajaran 2 x pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 35 menit. Pada siklus
II proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a. Perencanaan
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk 2 x pertemuan.
2) Menyiapkan pedoman wawancara untuk siswa.
3) Mempersiapkan angket untuk mengetahui minat belajar siswa dalam
proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II peneliti menggunakan model
quantum dengan cara melibatkan siswa dalam kegiatan yang lebih menarik bagi
siswa. Peneliti menyampaikan materi pelajaran mengubah pecahan biasa menjadi
pecahan desimal dan sebaliknya dengan menggunakan media gambar. Media
gambar yang dipakai pada pertemuan ini adalah kertas manilla yang di buat
menjadi kartu. Beberapa kartu di dalamnya tertulis angka-angka. Media ini
digunakan oleh peneliti untuk mengenalkan pecahan desimal kepada anak.
Pada akhir pembelajaran pertemuan kedua siklus II siswa mengisi angket
untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa terhadap operasi hitung
pecahan. Guru memilih empat siswa secara acak untuk mengisi pedoman
wawancara. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung.
c. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada siklus II sama dengan yang dilakukan
pada siklus I, yaitu mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dalam
pembelajaran. Guru kelas lima mengamati kinerja peneliti dalam bentuk lembar
penilaian APKG I dan APKG II. Peneliti mengamati aktivitas dan perkembangan
minat siswa melalui hasil angket, wawancara dan rekaman proses pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II dilaksanakan dengan cara membandingkan data
hasil pengamatan siklus I. Minat belajar siswa mengalami peningkatan atau
penurunan. Jika dari hasil refleksi siklus II minat belajar siswa meningkat yaitu
75% siswa mempunyai minat belajar tinggi, maka penelitian ini dikatakan
berhasil. Jika belum berhasil dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BABBABBABBAB IVIVIVIV
HASILHASILHASILHASIL TINDAKANTINDAKANTINDAKANTINDAKAN DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN
A.A.A.A. DeskripsiDeskripsiDeskripsiDeskripsi PraTindakanPraTindakanPraTindakanPraTindakan
Kondisi awal proses pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan di
kelas V SD N 03 Tohudan disampaikan guru melalui model pembelajaran yang
masih konvensional. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa hanya
mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru. Guru hanya menyampaikan
pelajaran dengan cara menjelaskan dan menyampaikan materi pelajaran saja tanpa
disertai kegiatan atau aktivitas yang menarik bagi siswa. Sehingga proses
pembelajaran hanya berjalan satu arah dan tidak ada komunikasi timbal balik
antara guru dengan siswa.
Siswa ramai, merasa bosan dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Hal
ini disebabkan karena metode mengajar guru yang hanya mengandalkan metode
ceramah. Siswa tidak mempunyai perasaan senang dan tidak dapat berkonsentrasi
saat pelajaran. Hal ini disebabkan karena tidak ada aktivitas yang dapat membuat
siswa tertarik dan aktif dalam pelajaran. Suatu kegiatan yang tidak menantang
individu disebut membosankan. Kebosanan terdiri atas perasaan jemu dan
ketidakpuaasan individu terhadap suatu kegiatan. Kebosanan merupakan
kebalikan dari minat.
Pada kondisi awal siswa mengalami minat belajar matematika yang masih
kurang. Hanya ada beberapa siswa yang memperhatikan saat pelajaran
berlangsung. Sebagian siswa masih banyak yang ramai, menganggu teman yang
lain, dan tidak memperhatikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang tertarik
dalam mengikuti pelajaran matematika, sehingga menyebabkan minat belajar anak
dalam pelajaran matematika masih kurang. Hal yang demikian terjadi karena guru
masih menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah
yang kurang inovatif dalam pembelajaran matematika. Guru tidak menggunakan
model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan perasaan senang, perhatian,
dan konsentrasi siswa dalam belajar. Jika perasaan senang, perhatian, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
konsentrasi siswa dalam belajar meningkat maka minat siswa dalam belajar
matematika juga akan meningkat.
Berdasarkan deskripsi di atas, maka perlu dilakukan suatu pengamatan
atau observasi langsung terhadap subjek penelitian. Observasi dilaksanakan untuk
mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan aktivitas siswa
pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan oleh peneliti pada
waktu pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) pada bulan september
sampai november 2011 dengan mengamati proses belajar di kelas V SD N 03
Tohudan. Selanjutnya, peneliti melakukan observasi awal sebelum penelitian
berlangsung untuk memastikan permasalahan yang akan di ambil dalam penelitian
tindakan kelas ini.
Langkah awal penelitian yang dilakukan, yaitu pada hari Selasa, 14
Februari 2012. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini, yaitu peneliti
melakukan wawancara dengan guru kelas V SD N 03 Tohudan tentang kendala-
kendala dalam mengajarkan materi pecahan kepada anak. Wawancara
dilaksanakan secara tidak terstrukur atau berbentuk percakapan biasa antara
peneliti dengan guru kelas V. Dari hasil wawancara diperoleh garis besar kendala
yang dialami, yaitu: 1) guru kelas V mengalami kesulitan dalam menerapkan
model pembelajaran yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran matematika
pokok bahasan pecahan. 2) siswa mengalami pemahaman yang abstrak terhadap
materi pecahan, artinya siswa tidak benar-benar paham dan jika mengerjakan soal
pecahan di hari berikutnya, siswa sudah lupa cara mengerjakan operasi hitung
pecahan.
Selanjutnya, wawancara dilakukan oleh peneliti dengan beberapa siswa
kelas V SD N 03 Tohudan, yaitu bersama siswa dengan inisial: “F M D A”, “J M
F”, “S R”, dan “R K”. Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan, dapat
diambil data mengenai beberapa pendapat siswa tentang materi pecahan
matematika, yaitu: 1) F M D A berpendapat bahwa “pelajaran matematika itu
susah bu, apalagi pecahan membuat saya jadi pusing”. 2) J M F berpendapat
bahwa “ ahh, matematika tuh gampang bu, saya paling suka sama pecahan
desimal”. 3) S R mempunyai pendapat “ pelajaran matematika biasa aja bu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kadang susah kadang juga mudah tapi anak-anak putra itu lho bu waktu pelajaran
rame terus. 4) R K mempunyai pendapat “ materi pecahan mudah kok bu, tapi
anak laki-laki sering usil dan rame waktu pelajaran”.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan siswa dan
guru kelas V SD N 03 Tohudan peneliti menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan
proses pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan minat belajar siswa
masih kurang. Untuk membuktikan bahwa minat belajar siswa masih kurang,
maka peneliti melakukan tindakan selanjutnya yaitu melakukan pra tindakan
sebelum siklus berlangsung. Pada kegiatan ini siswa mengisi angket minat belajar
yang sudah disediakan oleh peneliti.
Angket dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan pilihan
jawaban 5 alternatif jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju),
N (Netral), S (Setuju), SS (Sangat Setuju). Masing-masing alternatif jawaban
bernilai 1, 2, 3, 4, 5. Penentuan alternatif nilai skor pada jawaban didasarkan pada
indikator variabel yang telah tercantum dalam penggolongan pernyataan dalam
angket minat berdasarkan kriteria dan indikator halaman 125. Angket diberikan
kepada siswa untuk mendapatkan klasifikasi minat belajar siswa yang
bersangkutan.
Pada pra tindakan sebelum siklus berlangsung, siswa kelas V SD N 03
Tohudan mengisi angket minat belajar dan hasilnya yaitu hanya ada 10 siswa
yang memiliki minat belajar tinggi dan 14 siswa yang memiliki minat belajar
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa 59% siswa yang hadir masih ada yang
memiliki minat belajar kurang. Pada saat kegiatan berlangsung ada 5 siswa yang
tidak mengisi angket di antaranya disebabkan oleh 2 siswa latihan untuk
mengikuti lomba siswa berprestasi dan 3 siswa lainnya tidak masuk sekolah tanpa
keterangan. Data hasil angket pra tindakan terdapat pada lampiran halaman 180
serta dimuat dalam tabel 2 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 2. Hasil Angket Minat Belajar Pra Tindakan
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa rata-rata hasil angket minat belajar
siswa sudah cukup baik, sudah menjangkau pada kategori minat belajar tinggi,
NomorAbsen
PerasaanSenang Perhatian Konsentrasi
Rata-rataPersentaseHasil Angket
KategoriMinat
1. 40 24 16 80 Sedang2. 40 32 16 88 Tinggi3. - - - - -4. 44 24 12 80 Tinggi5. - - - - -6. 37 30 15 82 Tinggi7. 36 21 15 72 Sedang8. 38 27 14 79 Sedang9. 33 24 14 71 Sedang10. 31 26 19 76 Sedang11. 40 22 8 70 Sedang12. 39 27 18 84 Tinggi13. 40 26 18 84 Tinggi14. 32 30 13 75 Sedang15. 34 23 16 73 Sedang16. 34 24 13 71 Sedang17. 43 24 13 80 Sedang18. 38 31 7 76 Sedang19. - - - - -20. 42 26 13 81 Tinggi21. 43 30 13 87 Tinggi22. 37 27 18 82 Tinggi23. 34 28 14 76 Sedang24. 38 23 12 73 Sedang25. - - - - -26. 39 30 15 84 Tinggi27. 40 25 17 82 Tinggi28. 31 26 11 68 Sedang29 - - - - -
Rata-ratakelas 29 26 15 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
yaitu 41% siswa yang hadir sudah memiliki minat belajar tinggi. Namun, jika
dilihat dari kondisi siswa pada saat mengikuti pelajaran berlangsung,
menunjukkan bahwa pada kondisi awal ini dapat dikatakan belum dapat mencapai
tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan minat belajar siswa.
B.B.B.B. DeskripsiDeskripsiDeskripsiDeskripsi HasilHasilHasilHasil TindakanTindakanTindakanTindakan TiapTiapTiapTiap SiklusSiklusSiklusSiklus
1. Siklus 1
a. Pertemuan Ke-1
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran,
peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika
pokok bahasan pecahan persen dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran @35 menit.
Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tercantum standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi
pelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media
dan sumber belajar, serta alat penilaian. Masing-masing butir/item dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran dijelaskan secara rinci dalam lampiran halaman 99.
Setelah peneliti menyiapkan rencana pembelajaran, hal lain yang perlu
disiapkan adalah membuat media pembelajaran. Media yang di pakai pada
pertemuan ke-1 siklus ke-1 ini yaitu media gambar. Peneliti membuat media
gambar berupa gambar lingkaran 4 buah masing lingkaran mempunyai diameter
15 cm. Dua buah lingkaran utuh berwarna kuning dan hijau. Dua lingkaran
lainnya hijau dan merah, lingkaran hijau dibagi menjadi 8 bagian dan lingkaran
merah dibagi menjadi 4 bagian. Dua lingkaran utuh berfungsi sebagai warna dasar,
sedangkan dua lingkaran yang telah dibagi menjadi beberapa bagian berfungsi
untuk mengenalkan pecahan biasa kepada anak.
Kemudian peneliti membuat media untuk mengenalkan pecahan persen
kepada anak yaitu dengan menggunakan media gambar. Kertas manilla berwarna
kuning dengan ukuran 25x15 cm didalamnya terdapat 10 buah lingkaran, sebagian
di arsir. Untuk kerja kelompok dan demonstrasi peneliti membuat media beberapa
gambar bunga yang belum lengkap. Hal ini ditujukan peneliti supaya anak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
melengkapi bagian bunga yang belum lengkap dan mengisi bagian bunga dengan
soal dan jawaban pecahan biasa menjadi pecahan persen.
Selain membuat media pembelajaran juga perlu menyiapkan skenario
pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan pada saat apersepsi. Kegiatan
apersepsi sangat penting bagi anak untuk meningkatkan kesiapan, motivasi dan
semangat anak sebelum pelajaran dimulai. Pada kegiatan apersepsi peneliti
berencana untuk menyanyikan teks lagu Belajar Bersama dinyanyikan dengan
melodi lagu Naik Delman dengan teks lagu yang berbeda.
Kemudian jika persiapan untuk melaksanakan pembelajaran sudah selesai,
maka hal yang perlu dikerjakan selanjutnya yaitu konsultasi rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan guru kelas. Konsultasi ini dilakukan oleh peneliti untuk
mendapatkan tujuan yang maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan ke-1
menggunakan model quantum untuk menyampaikan materi operasi hitung
pecahan. Dalam pembelajaran ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Pada siklus
I penggunaan model quantum dengan cara menggunakan media kertas gambar
untuk menumbuhkan minat belajar siswa. Selanjutnya guru bersama siswa
membuat gambar lingkaran dan persegi yang dibagi menjadi beberapa bagian dan
menamai bagian tersebut sebagai pembilang dan penyebut.
Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran berupa lisan maupun tertulis
untuk meningkatkan minat belajar siswa selama proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran diselingi permainan dan nyanyian untuk mengantisipasi
kejenuhan siswa.
Kegiatan awal guru menyiapkan kondisi dan kesiapan siswa, kemudian
berdoa dan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru melakukan apersepsi
bersama siswa dengan menyanyikan lagu Belajar Bersama menggunakan melodi
lagu Naik Delman. Adapun teks lagu tersebut dituliskan di bawah ini:
Pada hari kamis
Aku berangkat sekolah
Naik sepeda kesayangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Ku sampai sekolah
Ku duduk di kelas
Untuk belajar pecahan
Ku belajar pecahan
Bersama bu guru
Hai...matematika ternyata lah tidak sulit
Matematika itu sangat menyenangkan
Hai...matematika ternyata lah tidak sulit
Matematika itu sangat menyenangkan
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti, pada kegiatan inti terdapat tiga
bagian yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan eksplorasi adalah
kegiatan di mana guru menggali kemampuan dan pengetahuan siswa, komponen
model quantum yang di pakai yaitu tumbuhkan, alami dan namai. Tumbuhkan
minat dan kemampuan siswa untuk belajar pecahan biasa di ubah menjadi persen
melalui tanya jawab. Kemampuan anak digali melalui penjelasan guru mengenai
pecahan biasa diubah menjadi pecahan persen menggunakan media gambar.
Siswa mengalami dengan cara membuat gambar dengan beberapa bagian yang
diarsir dan menentukan nilai pecahan yang ada pada gambar tersebut. Namai, guru
bersama siswa menamai kegiatan yang telah dilaksanakan melalui media dengan
pecahan persen.
Elaborasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi yang telah di dapat
oleh siswa pada kegiatan eksplorasi untuk dibahas bersama. Pada kegiatan ini
komponen model quantum yang digunakan yaitu demonstrasi. Siswa dibagi
menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Setiap
kelompok mendapat dua bunga, yang masing-masing bunga terdapat 5 sisi. Tugas
kelompok, yaitu siswa mengisi ke lima sisi bunga dengan soal pecahan biasa di
ubah menjadi persen. Selanjutnya jawaban pecahan persen ditulis di sisi bunga
yang satu. Antar kelompok menukar bagian bunga yang berisi soal untuk
dikerjakan. Selanjutnya mencari jawaban yang sudah disediakan oleh kelompok
pembuat soal. Selanjutnya tiap kelompok menempelkan bunga yang berisi soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pecahan biasa diubah menjadi persen disesuaikan dengan bunga yang berisi
jawaban.
Tahap selanjutnya yaitu konfirmasi, kegiatan yang ada di dalamnya yaitu
mengkonfirmasi kegiatan yang sudah dilakukan. Pada tahap ini, komponen model
quantum yang digunakan yaitu ulangi dan rayakan. Ulangi, siswa bersama guru
mengulangi pelajaran yang telah dilaksanakan dengan cara mengklarifikasi hasil
kerja siswa secara bersama-sama. Kemudian guru bersama siswa merayakan
bersama atas keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan
tepuk tangan bersama.
Pada akhir pembelajaran, kegiatan penutup yang dilakukan oleh peneliti
yaitu membuat kesimpulan bersama mengenai materi pecahan. Guru mengakhiri
pelajaran matematika dengan salam penutup.
3) Pengamatan
Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai pengajar
dan guru kelas lima sebagai pengamat. Peneliti mengamati semua aktivitas siswa
saat mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model quantum melalui
rekaman pembelajaran. Rekaman saat pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat
peneliti.
Selain pengamatan terhadap siswa, perlu dilaksanakan pengamatan
terhadap peneliti. Untuk menjaga kinerja peneliti dalam mengajar, pengamat
melakukan penilaian terhadap peneliti. Penilaian terhadap peneliti dilakukan oleh
guru kelas lima yaitu Ibu Wardatul Jannah dengan cara mengisi lembar APKG 1
dan APKG 2. Lembar APKG 1 (Alat Penilaian Kemampuan Guru1) berisi
penilaian guru kelas lima terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
dibuat oleh peneliti. Lembar APKG 2 (Alat Penilaian Kemampuan Guru 2) berisi
penilaian guru kelas lima terhadap kinerja peneliti saat melaksanakan proses
pembelajaran
Pengamatan terhadap siswa dan peneliti sangat penting dilakukan untuk
mengetahui dan mengontrol peningkatan antar pertemuan. Pengamatan ini sangat
penting karena sebagai dasar untuk melakukan kegiatan berikutnya, yaitu refleksi.
4) Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru kelas V sebagai pengamat,
berupa data pengamatan untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan.
Pada tahap ini peneliti memperoleh hasil penelitian siswa aktif saat diskusi
kelompok. Setiap kelompok dapat bekerja sama antar anggota kelompok, namun
ada 1 kelompok yang terdiri dari 6 anggota kelompok, 2 di antaranya tidak ikut
aktif dalam diskusi kelompok. Hal ini disebabkan oleh masih ada anak yang mau
belajar secara kelompok hanya dengan teman yang dianggap akrab dengannya.
Beberapa anak masih ada yang membeda-bedakan teman.
Pada refleksi ini peneliti memperoleh penilaian dari guru kelas lima pada
setiap pertemuan. Hasilnya berupa lembar penilaian APKG 1 dan APKG 2.
Hasilnya yaitu APKG 1 rata-rata nilai 3,13 sedangkan APKG 2 rata-rata nilai 3,15.
Rincian lebih lengkap mengenai masing-masing sub penilaian dicantumkan
dalam lampiran halaman 149.
Berdasarkan data yang didapat pada pertemuan ke-1 siklus I, masih
terdapat beberapa kekurangan peneliti sebagai pengajar, di antaranya: nilai
kesesuaian materi dengan alokasi waktu, mengaitkan materi dengan pengetahuan
lain yang relevan, menguasai kelas, serta menghasilkan pesan yang menarik masih
kurang. Selain itu juga aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
masih kurang, masih ada beberapa siswa yang tidak aktif saat diskusi kelompok.
Untuk itu peneliti perlu melakukan refleksi agar mendapatkan hasil yang lebih
baik pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan Ke-2
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan pecahan persen dengan
alokasi waktu 2 jam pelajaran @35 menit. Hal lain yang perlu disiapkan yaitu
membuat media pembelajaran. Media pembelajaran pada pertemuan ke-2 siklus 1
ini dibuat untuk tugas kelompok. Media yang digunakan adalah dengan media
gambar. Peneliti membuat dua gambar vas bunga yang di dalamnya terdapat
beberapa bunga, yang masing-masing sisi bunga terdapat soal. Bagian bunga yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
masih kosong disediakan untuk jawaban. Media ini di buat oleh peneliti untuk
memantapkan konsep pecahan persen yang telah di dapat oleh siswa pada
pertemuan sebelumnya.
Kegiatan apersepsi yaitu menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini. Alasan
peneliti memilih lagu tersebut dalam kegiatan apersepsi karena pada pertemuan
ke-2 siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 21 April 2012. Bertepatan dengan
peringatan hari Kartini. Untuk itu agar dapat menambah semangat belajar, siswa
bersama guru menyanyikan lagu tersebut.
Tahap perencanaan selanjutnya adalah konsultasi rencana pelaksanaan
pembelajaran. Jika guru kelas sudah mempersilahkan peneliti untuk mengajar,
maka rencana pelaksanaan pembelajaran sudah dianggap benar oleh guru kelas
lima.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke-2 siklus I ini dilaksanakan
pada jam ke 4-5 setelah apel peringatan hari Kartini. Pada pelaksanaannya siswa
menggunakan pakaian bebas dan beberapa siswa mengenakan kebaya. Dalam
kondisi siswa yang seperti itu, peneliti kesulitan untuk mengkondisikan kelas. Hal
ini juga dipengaruhi oleh atmosfer di sekolah. Kelas lain tidak ada yang pelajaran,
sedangkan kelas lima pelajaran sendiri. Namun, karena guru kelas pada hari
sebelumnya sudah memberi tahu kepada siswa bahwa akan tetap pelajaran seperti
biasa, maka akhirnya siswa dapat mengikuti proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan
komponen model quantum yaitu “TANDUR”. Peneliti menumbuhkan minat siswa
melalui tanya jawab. Siswa mengalami dan menamai melalui penjelasan guru
mengenai peta konsep pecahan persen yang belum sempurna. Kemudian siswa
mendemonstrasikan media yang telah disiapkan peneliti untuk melengkapi
jawaban sesuai soal yang sudah ditempel. Guru dan siswa mengulangi pelajaran
yang sudah di dapat dengan cara mengklarifikasi pekerjaan siswa secara bersama-
sama. Setelah itu, guru bersama siswa merayakan keberhasilan proses
pembelajaran dengan cara menyanyikan lagu Di Sini Senang Di Sana Senang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pada pertemuan kedua siklus I, di akhir pembelajaran siswa mengisi
angket yang disediakan oleh peneliti untuk mengetahui peningkatan minat belajar
siswa terhadap materi pecahan serta beberapa siswa diwawancarai oleh guru.
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai pengajar terhadap siswa kelas
lima sebagai subjek penelitian. Peneliti mengamati aktivitas siswa melalui
rekaman pembelajaran dan melalui angket minat belajar yang telah diisi oleh
siswa. Melalui angket peneliti dapat mengamati peningkatan minat belajar siswa
dari pra tindakan ke siklus I.
Guru kelas lima bertindak sebagai pengamat, mengamati kinerja peneliti
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru kelas lima mengamati peneliti
melalui lembar APKG 1 dan lembar APKG 2.
Pengamatan terhadap siswa dan peneliti sangat penting dilakukan untuk
mengetahui dan mengontrol peningkatan antar pertemuan. Pengamatan ini sangat
penting karena sebagai dasar untuk melakukan kegiatan berikutnya, yaitu refleksi.
4) Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru kelas V sebagai pengamat pada
akhir setiap pertemuan. Hasilnya berupa data pengamatan untuk menelaah hasil
tindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini peneliti memperoleh penilaian dari
guru kelas lima berupa lembar penilaian APKG 1 dan APKG 2. Hasilnya yaitu
APKG 1 rata-rata nilai 3,2 sedangkan APKG 2 rata-rata nilai 3,3. Rincian lebih
lengkap mengenai masing-masing sub penilaian dicantumkan dalam lampiran
halaman 156.
Penilaian terhadap pendapat siswa dilakukan dengan cara membagikan
pedoman wawancara yang diisi oleh empat siswa setiap akhir siklus, diberikan
secara acak. Hasilnya yaitu satu siswa mempunyai minat belajar rendah, satu
siswa mempunyai minat belajar sedang, dan dua siswa mempunyai minat belajar
tinggi. Adapun hasil angket siswa dapat diperjelas dalam pembahasan.
Selanjutnya peneliti membagikan angket kepada semua siswa kelas V yang
hadir . Hasil angket belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 3. Hasil Angket Siklus I
NomorAbsen Perasaan
Senang Perhatian Konsentrasi
Rata-rataPersentaseHasil Angket
KategoriMinat
1. 36 23 10 69 Sedang2. 38 35 17 90 Tinggi3. 41 27 15 83 Tinggi4. 45 28 12 85 Tinggi5. 40 27 16 83 Tinggi6. 41 28 17 84 Tinggi7. 40 25 15 80 Sedang8. 39 31 16 86 Tinggi9. 32 28 13 73 Sedang10. 32 29 19 81 Tinggi11. 35 25 15 75 Sedang12. 40 30 17 87 Tinggi13. 36 29 15 81 Tinggi14. 35 24 14 73 Sedang15. 41 27 17 85 Tinggi16. 28 21 13 62 Sedang17. 36 27 16 79 Sedang18. 38 27 17 82 Tinggi19. 32 22 15 69 Sedang20. 40 29 13 82 Tinggi21. 37 29 19 85 Tinggi22. 38 25 18 81 Tinggi23. 39 27 14 81 Tinggi24. 34 23 12 70 Sedang25. 38 26 18 82 Tinggi26. 40 20 16 76 Sedang27. 40 25 17 82 Tinggi28. 32 20 12 64 Sedang29 34 32 14 81 Tinggi
Rata-ratakelas 37 26 15 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Berdasarkan data yang diperoleh pada pertemuan ke-2 siklus I terlihat
bahwa terdapat peningkatan kinerja peneliti, rata-rata nilai setiap aspek meningkat.
Demikian halnya dengan peningkatan minat belajar siswa dari 41% pada waktu
pra tindakan menjadi 62% saat siklus I siswa sudah mempunyai minat belajar
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa target capaian penelitian 75% siswa memiliki
minat belajar tinggi belum tercapai. Maka peneliti melanjutkan ke siklus
berikutnya.
SiklusSiklusSiklusSiklus IIIIIIII
Pertemuan ke-1
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan pecahan desimal dengan
alokasi waktu 2 jam pelajaran @35 menit. Pada pertemuan ke-1 siklus 2 materi
yang akan dipelajari yaitu mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal.
Media yang di pakai pada pertemuan ke-1 siklus II ini yaitu media kartu.
Peneliti membuat media kartu yang berukuran 4x5 cm yang di dalamnya tertulis
angka-angka. Media ini disiapkan oleh peneliti untuk mengenalkan pecahan
desimal kepada anak. Selain membuat media pembelajaran juga perlu menyiapkan
skenario pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan pada saat apersepsi.
Kegiatan apersepsi sangat penting bagi anak untuk meningkatkan kesiapan,
motivasi dan semangat anak sebelum pelajaran dimulai. Pada kegiatan apersepsi
peneliti berencana untuk menyanyikan lagu Belajar Pecahan dinyanyikan dengan
melodi laguMenanam Jagung dengan teks lagu yang berbeda.
Tahap perencanaan selanjutnya adalah konsultasi. Konsultasi dilakukan
oleh peneliti dengan guru kelas lima. Hal yang dikonsultasikan adalah rencana
pelaksanaan pembelajaran. Jika guru kelas sudah mempersilahkan peneliti untuk
mengajar, maka rencana pelaksanaan pembelajaran sudah dianggap benar oleh
guru kelas lima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2) Pelaksanaan
Pada pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-1 siklus II dilakukan secara
individu dan tidak dibentuk kelompok. Pelaksanaan pembelajaran materi pecahan
melalui 3 tahap kegiatan pembelajaran, yaitu: kegiatan awal, inti, dan kegiatan
penutup. Penerapan model quantum terletak pada kegiatan inti pembelajaran.
Kegiatan awal dilaksanakan dengan berdoa, mengabsen kehadiran siswa,
memeriksa kesiapan siswa, dan apersepsi. Apersepsi dilakukan untuk
menumbuhkan minat belajar siswa. Kegiatan apersepsi yang dilakukan dalam
proses pembelajaran, yaitu menyanyikan lagu Belajar Pecahan dengan melodi
lagu Menanam Jagung, dengan penggubahan sebagai berikut:
Ayo kawan kita belajar
Belajar pecahan bersama-sama
Ambil bukumu, ambil pulpenmu
Kita belajar tak jemu-jemu
Hitung, hitung mari berhitung
Berhitung pecahan bersama-sama
Hitung, hitung dihitung lagi
Kalau menghitung harus teliti
Tahap selanjutnya yaitu kegiatan inti pembelajaran. Dalam tahap ini
peneliti menerapkan komponen model quantum: “TANDUR”. Tumbuhkan minat
siswa untuk belajar melalui tanya jawab seputar materi yang akan diajarkan.
Alami, siswa mengalami melalui penjelasan guru mengenai pecahan desimal
menggunakan media kartu. Namai, siswa bersama guru menamai media kartu
yang berisi tulisan angka sebagai pecahan desimal. Demonstrasikan, siswa
mendemonstrasikan media kartu, sesuai dengan instruksi dari guru. Ulangi, siswa
mengerjakan soal evaluasi secara individu. Rayakan, siswa bersama guru
merayakan keberhasilan pembelajaran dengan tepuk tangan dan menyanyikan
lagu Di Sini Senang Di Sana Senang secara bersama-sama.
3) Pengamatan
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti sebagai
pengajar melalui rekaman pembelajaran. Rekaman dilakukan oleh teman sejawat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
peneliti. Pengamatan juga dilakukan melalui hasil evaluasi siswa. Data hasil
evaluasi siswa tidak dicantumkan dalam laporan ini, karena data ini merupakan
data reduksi. Data reduksi adalah data dari proses pembelajaran, sebagai data
pendukung dari variabel terikat dalam penelitian ini.
Pengamatan guru kelas lima terhadap peneliti dilakukan dengan mengisi
lembar APKG 1 dan lembar APKG 2. Hal ini perlu dilakukan untuk mengontrol
kinerja peneliti dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Pengamatan terhadap siswa dan peneliti sangat penting dilakukan untuk
mengetahui dan mengontrol peningkatan pada setiap pertemuan. Pengamatan ini
sangat penting sebagai bukti untuk melakukan tahap berikutnya, yaitu tahap
refleksi.
4) Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru kelas V sebagai pengamat,
berupa data pengamatan untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan.
Pada tahap ini peneliti memperoleh hasil penelitian, yaitu siswa ramai saat guru
menjelaskan konsep pecahan desimal. Namun, ketika siswa diberi kegiatan untuk
mendemonstrasikan media, siswa tertarik dan memperhatikan pelajaran. Saat
mengerjakan soal evaluasi siswa sangat serius dalam pengerjaannya. Pada akhir
pembelajaran siswa terlihat antusias dalam menyanyikan lagu sebagai salah satu
bentuk penguatan guru kepada siswa dalam bentuk rayakan.
Pada refleksi ini peneliti memperoleh penilaian dari guru kelas lima pada
setiap pertemuan. Hasilnya berupa lembar penilaian APKG 1 dan APKG 2.
Hasilnya yaitu APKG 1 rata-rata nilai 3,57 sedangkan APKG 2 rata-rata nilai 3,5.
Rincian lebih lengkap mengenai masing-masing sub penilaian dicantumkan dalam
lampiran halaman 170.
Berdasarkan data yang didapat pada pertemuan ke-1 siklus II terdapat
peningkatan kinerja peneliti dalam melaksanakan pembelajaran. Peningkatan juga
terjadi pada siswa, saat pelajaran dilaksanakan secara individu. Situasi kelas bisa
lebih terkondisi. Siswa megikuti proses pembelajaran dengan lebih serius
dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Pertemuan ke-2
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan pembelajaran peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan pecahan desimal
dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran @35 meni, menyiapkan media
pembelajaran, skenario pembelajaran, dan menyiapkan kegiatan apersepsi. Media
pembelajaran menggunakan media kartu. Skenario pembelajaran menerapkan
model quantum. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menyanyikan lagu Pagi
Yang Indah menggunakan melodi lagu yang terdapat dalam Senam Sribu.
Media yang di pakai pada pertemuan ke-1 siklus II ini yaitu media kartu.
Peneliti membuat media kartu yang berukuran 4x5 cm yang di dalamnya tertulis
angka-angka. Media ini disiapkan oleh peneliti untuk siswa mendemonstrasikan
pecahan desimal diubah menjadi pecahan biasa.
Persiapan untuk melaksanakan pembelajaran sudah selesai, maka hal yang
perlu dikerjakan selanjutnya yaitu konsultasi rencana pelaksanaan pembelajaran
dengan guru kelas. Konsultasi ini dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan
tujuan yang maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-2 siklus II dilaksanakan pada jam
ke-2 sampai jam ke-3. Alokasi waktu 2 jam pelajaran@35 menit, dengan pokok
bahasan pecahan desimal.
Kegiatan awal: melakukan absensi, pemberian motivasi belajar dalam
bentuk nyanyian Pagi Yang Indah, lagu tersebut dinyanyikan dengan melodi lagu
yang terdapat dalam Senam SRIBU. Adapun teks lagu tersebut, sebagai berikut:
Pagi ini pagi yang indah
Mentari terbit di ufuk timur
Ku belajar matematika
Ku merasa senang sekali
Desimal persen aku pahami
Soal sulit pasti ku bisa
Ku belajar sambil berdendang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Kini hatiku menjadi riang
Pagi ini pagi yang cerah
Pagi ini yang indah
Pagi ini pagi yang cerah
Pagi ini yang indah
Kegiatan inti guru bersama siswa belajar bersama materi pecahan pokok
bahasan mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa. Dalam tahap ini
peneliti menerapkan komponen model quantum: “TANDUR”. Guru
menyampaikan pembelajaran menggunakan peta konsep yang belum sempurna
(tumbuhkan). Beberapa siswa ditugasi untuk mengambil soal pecahan desimal
diubah menjadi pecahan biasa (alami). Siswa mengklarifikasi soal-soal (namai).
Masing-masing siswa bersaing untuk segera menempelkan soal dengan jawaban
yang sudah disediakan (demonstrasikan). Guru bersama siswa mengklarifikasi
hasil kerja siswa, kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi individu (ulangi).
Guru memberi penghargaan dan penguatan positif kepada anak dalam bentuk
tepuk tangan dan nyanyian Di Sini Senang Di Sana Senang.
Kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan serta salam
penutup. Pada akhir pembelajaran pertemuan kedua siklus II siswa mengisi angket
untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa terhadap operasi hitung
pecahan serta guru mewawancarai beberapa siswa untuk mengetahui persepsi
siswa terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung.
3) Pengamatan
Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai pengajar
dan guru kelas lima sebagai pengamat. Dalam pengamatan peneliti mengamati
perkembangan siswa pada setiap pertemuan. Peneliti mengamati semua aktivitas
siswa saat mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model quantum
melalui rekaman pembelajaran. Rekaman saat pembelajaran dilakukan oleh teman
sejawat peneliti.
Selain pengamatan terhadap siswa, perlu dilaksanakan pengamatan
terhadap peneliti. Untuk menjaga kinerja peneliti dalam mengajar, pengamat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
melakukan penilaian terhadap peneliti. Penilaian terhadap peneliti dilakukan oleh
guru kelas lima dengan cara mengisi lembar APKG 1 dan APKG 2.
Pengamatan terhadap siswa dan peneliti sangat penting dilakukan untuk
mengetahui dan mengontrol peningkatan antar pertemuan. Pengamatan ini sangat
penting sebagai bukti untuk melakukan tahap berikutnya, yaitu tahap refleksi.
4) Refleksi
Pada refleksi ini peneliti memperoleh penilaian dari guru kelas lima
berupa lembar penilaian APKG 1 dan APKG 2. Hasilnya yaitu APKG 1 rata-rata
nilai 3,55 sedangkan APKG 2 rata-rata nilai 3,44. Rincian lebih lengkap mengenai
masing-masing sub penilaian dicantumkan dalam lampiran halaman 170.
Penilaian terhadap pendapat siswa mengenai pelajaran yang telah
berlangsung dilakukan oleh peneliti dengan cara membagikan pedoman
wawancara. Setiap akhir siklus pedoman wawancara hanya diisi oleh empat siswa
yang diberikan secara acak. Hasilnya yaitu keempat siswa mempunyai minat
belajar tinggi. Adapun hasil angket siswa dapat diperjelas dalam pembahasan.
Berdasarkan data yang diambil pada pertemuan ke-2 siklus II terdapat
peningkatan yang signifikan terhadap kinerja peneliti. Peningkatan kinerja peneliti
dapat terlihat dari rata-rata APKG 1 dan APKG 2 siklus 1 3,16 dan 3,2 menjadi
3,56 dan 3,47. Selain itu juga empat siswa yang dipilih secara acak untuk mengisi
pedoman wawancara pada akhir siklus mengalami peningkatan minat belajar.
Hasil pedoman wawancara, yaitu pada siklus I hanya dua siswa yang memiliki
minat belajar tinggi, sedangkan pada siklus II keempat siswa yang mengisi
pedoman wawancara mempunyai minat belajar tinggi. Begitupun dengan hasil
angket menunjukkan peningkatan pada siklus I 62% siswa memiliki minat belajar
tinggi, pada siklus II meningkat menjadi 81% siswa memiliki minat belajar tinggi.
Target capaian penelitian 75% siswa mempunyai minat belajar tinggi sudah
tercapai, maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Hasil angket belajar pada siklus II dicantumkan dalam tabel 4 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4. Hasil Angket Minat Belajar Siswa Siklus II
C.C.C.C. PerbandinganPerbandinganPerbandinganPerbandingan HasilHasilHasilHasil TindakanTindakanTindakanTindakan TiapTiapTiapTiap SiklusSiklusSiklusSiklus
NomorAbsen
PerasaanSenang Perhatian Konsentrasi
Rata-rataPersentaseHasil Angket
KategoriMinat
1. 45 26 16 87 Tinggi2. 37 35 16 88 Tinggi3. - - - - -4. 40 26 16 82 Tinggi5. 41 28 17 86 Tinggi6. 41 31 16 88 Tinggi7. 41 22 20 83 Tinggi8. 33 35 17 85 Tinggi9. 36 30 17 83 Tinggi10. 32 31 20 83 Tinggi11. 34 27 19 82 Tinggi12. 42 31 91 82 Tinggi13. 36 31 14 81 Tinggi14. 40 28 19 87 Tinggi15. 40 27 17 84 Tinggi16. 37 27 14 78 Sedang17. 38 27 17 82 Tinggi18. 39 30 18 87 Tinggi19. 2 21 14 37 Rendah20. 42 25 16 83 Tinggi21. 38 26 16 80 Sedang22. 38 28 19 85 Tinggi23. 49 18 16 83 Tinggi24. 36 25 14 75 Sedang25. 42 31 18 91 Tinggi26. 41 34 20 95 Tinggi27. - - - - -28. 25 24 12 61 Sedang29 34 30 16 81 Tinggi
Rata-ratakelas 37 28 17 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada kondisi awal, siklus I, dan
siklus II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan minat belajar melalui proses
pembelajaran dengan menggunakan model quantum. Hal tersebut dapat dilihat
dalam tabel 5 dan gambar 3 berikut ini.
Tabel 5. Hasil Angket Minat Belajar Siswa
Berdasarkan tabel 5 dapat diperjelas melalui gambar 3 di bawah ini:
Gambar 3. Histogram Perbandingan Aspek Minat Belajar dari Pra Tindakan
Hingga Siklus II.
Berdasarkan grafik perbandingan di atas terlihat bahwa masing-masing
aspek amatan dalam minat mengalami peningkatan dari pra tindakan sampai
siklus II. Rata-rata hasil angket minat belajar siswa pun mengalami perubahan,
dari 78 menurun ke 76, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 81.
Rata-rata Persentase Nilai Minat BelajarSiswa
Nomor Aspek Pengamatan Pra Tindakan Siklus I Siklus II1. Perasaan Senang 29 37 372. Perhatian 26 26 283. Konsentrasi 15 15 17
Rata-rata Persentase 78 76 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Minat belajar siswa meningkat, begitupun dengan penilaian hasil kinerja
peneliti dalam bentuk lembar APKG 1 dan APKG 2. Peningkatan tersebut dapat
dilihat pada tabel 6 dan gambar 4 sebagai perbandingannya:
Tabel 6. Hasil Penilaian Kinerja Guru
Berikut histogram perbandingannya:
Gambar 4. Histogram Perbandingan Penilaian Kinerja Peneliti dari Siklus I
Hingga Siklus II.
Berdasarkan grafik perbandingan di atas dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan kinerja peneliti dari siklus I sampai siklus II. Rata-rata nilai APKG 1
siklus I 3,16 pada siklus II meningkat menjadi 3,55. Rata-rata nilai APKG 2 siklus
I 3,2 pada siklus II meningkat menjadi 3, 44.
Rata-rata Penilaian Siklus I Siklus IIAPKG 1 3,16 3,55APKG 2 3,2 3,44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
D.D.D.D. PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II
dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan minat belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 7 dan gambar 5 berikut:
Tabel 7. Hasil Tindakan Tiap Siklus
Berdasarkan tabel 7 dapat diperjelas melalui gambar 5 di bawah ini:
Gambar 5. Histogram Persentase Peningkatan Minat Belajar Siswa
Pada tabel dan histogram di atas terbukti bahwa minat belajar siswa
meningkat pada setiap tindakan. Kondisi awal saat pra tindakan hanya ada 41%
siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, kemudian pada siklus I meningkat
menjadi 62%, pada siklus II meningkat menjadi 81%.
Kategori Minat (%)
Rata-rata Nilai Angket Minat Tinggi Minat Sedang Minat RendahPra Tindakan 41% 59% 0%
Siklus I 62% 38% 0%Siklus II 81% 15% 4%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Presentase kenaikan pada pra tindakan ke siklus I mengalami kenaikan
sebesar 21%, kenaikan persentase pada siklus I ke siklus II sebesar 19%.
Perubahan persentase pada setiap tindakan terjadi karena penggunaan model
quantum pada setiap siklus diterapkan dengan variasi yang berbeda dengan tetap
berlandaskan pada prinsip TANDUR. Variasi yang dimaksudkan dalam hal ini
yaitu penggunaan media pembelajaran yang berbeda pada setiap pertemuan,
kegiatan atau skenario pembelajaran yang berbeda pada setiap pertemuan. Variasi
berbeda ini dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada akhir pertemuan setiap
siklus, sehingga pada pertemuan berikutnya proses kegiatan pembelajaran bisa
lebih maksimal serta dapat membuat siswa lebih tertarik, merasa senang, serta
minat belajarnya meningkat.
Minat belajar siswa mengalami peningkatan, disertai menurunnya
persentase siswa yang mempunyai minat belajar sedang. Saat pra tindakan jumlah
siswa yang mempunyai minat belajar sedang mencapai 59%. Jumlah tersebut
menurun pada siklus I menjadi 38%. Kemudian pada siklus II jumlah siswa yang
mempunyai minat belajar sedang lebih berkurang, yaitu hanya ada 15% siswa
yang mempunyai minat belajar sedang. Namun, pada siklus II muncul satu anak
dengan kriteria minat belajar rendah dengan persentase 4%. Walaupun demikian,
secara keseluruhan terjadi peningkatan minat belajar tinggi disertai penurunan
minat belajar sedang.
Berikut ini akan dibahas mengenai analisis setiap butir pernyataan dalam
angket minat belajar. Setiap pembahasan terdiri dari tabel dan histogram
perbandingan persentase skala pilihan jawaban pada setiap tindakan.
Berikut ini penjelasan masing-masing butir pernyataan dalam angket:
Tabel.8 Analisis Pernyataan Nomor 1 Dalam Angket Minat Belajar
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
1). Belajar matematika sangat bermanfaat bagi saya.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 0% 0% 0%TS 0% 0% 0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Berdasarkan Tabel.8 dapat diperjelas melalui gambar 6 di bawah ini:
Gambar 6. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 1
Pernyataan nomor 1 dalam angket minat belajar merupakan pernyataan
positif yang masuk dalam aspek perasaan senang dengan indikator siswa
mempunyai pendapat positif terhadap pelajaran matematika. Berdasarkan kisi-
kisi tersebut maka perubahan persentase yang baik pada setiap tindakan adalah
menurunnya persentase dari skala pilihan jawaban SS, S, N, TS, STS. Begitu pula
semakin meningkatnya persentase dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dari
skala pilihan jawaban STS, TS, N, S, SS. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
pernyataan nomor 1 dalam angket mengalami perubahan persentase yang sesuai
dengan tujuan penelitian ini, yaitu menurunnya persentase anggapan negatif
tentang “belajar matematika sangat bermanfaat bagi saya” dan meningkatnya
persentase anggapan positif tentang pernyataan tersebut.
Berdasarkan tabel 7 dan histogram analisis pernyataan nomor 1 dalam
angket minat belajar dapat diketahui bahwa pada tindakan terakhir yaitu pada
siklus 2 terjadi peningkatan persentase pada skala pilihan jawaban sangat setuju
(SS). Dari skala pilihan jawaban STS, TS, N, S, SS pada pra tindakan, siklus I,
dan siklus II semakin meningkat pada setiap pertemuan. Walaupun pada siklus I
persentase sedikit menurun, tetapi pada akhir siklus persentase semakin
N 0% 0% 3,70%S 37,50% 48,30% 29,60%SS 62,50% 51,70% 66,60%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi positif siswa mengenai “belajar
matematika sangat bermanfaat bagi saya” semakin meningkat pada setiap
pertemuan dengan menggunakan model quantum pada proses pembelajaran.
Selanjutnya, di bawah ini akan dibahas mengenai analisis penyataan
angket nomor 2 yang tertera pada tabel 9 dan gambar 7 berikut ini:
Tabel 9. Analisis Pernyataan Nomor 2 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 9 dapat diperjelas melalui gambar 7 di bawah ini:
Gambar 7. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 2
Pernyataan nomor 2 dalam angket minat belajar “belajar matematika
sangat sulit” merupakan pernyataan negatif yang masuk dalam aspek konsentrasi
dengan indikator konsentrasi siswa saat mengikuti pelajaran matematika di
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
2). Belajar matematika sangat sulit.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2
STS 8,30% 13,80% 25,90%TS 25% 34,50% 33,30%N 33,30% 31% 29,60%S 33,30% 20,70% 11,10%SS 0% 0% 0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sekolah baik. Berdasarkan kisi-kisi tersebut maka persentase hasil yang
diharapkan adalah semakin menurunnya persentase jawaban TS, N, S, SS dan
semakin meningkatnya persentase jawaban STS pada setiap tindakan.
Berdasarkan tabel 9 dan gambar 7 Diatas dapat diketahui bahwa skala
pilihan jawaban TS, N, S, SS semakin menurun dari pra tindakan ke siklus I dan
ke siklus II. Hal ini mengandung arti bahwa terjadi penurunan persentase persepsi
negatif siswa terhadap pernyataan “Belajar matematika sangat sulit”. Selain itu
juga terlihat bahwa terjadi peningkatan persentase untuk skala pilihan jawaban
STS. Hal ini mengandung arti bahwa semakin meningkatnya persepsi positif
siswa terhadap pernyataan tersebut.
Selanjutnya, di bawah ini akan di bahas mengenai analisis pernyataan
nomor 3 dalam angket minat belajar yang tercantum dalam tabel 10 dan gambar 8
berikut ini:
Tabel 10. Analisis Pernyataan Nomor 3 Dalam Angket Minat Belajar
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
3). Menurut saya tidak semua orang harusbelajar matematika.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 20,80% 20,70% 29,60%TS 54,20% 37,90% 29,60%N 12,50% 20,70% 25,90%S 4,20% 17,20% 7,40%SS 8,30% 3,50% 7,40%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan tabel.10 di atas dapat diperjelas pada gambar 8 di bawahini:
Gambar 8. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 3
Pernyataan nomor 3 yaitu pernyataan “ Menurut saya tidak semua orang
harus belajar matematika” merupakan pernyataan negatif yang masuk dalam
aspek perasaan senang dengan indikator siswa mempunyai pendapat yang positif
terhadap pelajaran matematika. Berdasarkan kisi-kisi tersebut maka persentase
yang dianggap berhasil yaitu menurunnya persentase pilihan jawaban N, S, SS.
Serta meningkatnya persentase pilihan jawaban STS, dan TS.
Berdasarkan tabel 10 mendapatkan persentase yang berubah-ubah. Pada
skala pilihan jawaban STS persentase semakin meningkat dari setiap tindakan.
Pilihan jawaban TS meningkat dari pra tindakan ke siklus I, sedangkan pada
siklus II mengalami penurunan. Skala pilihan jawaban N mengalami penurunan
dari setiap tindakan, hal ini berarti sesuai dengan yang diharapkan. Namun pada
skala pilihan jawaban S dan SS mengalami peningkatan pada siklus II, ini berarti
belum sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, pada pernyataan “menurut saya tidak
semua orang harus belajar matematika”, dua skala pilihan jawaban mengalami
perubahan persentase yang sesuai dan tiga pilihan jawaban lainnya mengalami
perubahan persentase yang tidak sesuai. Ini menunjukkan bahwa aspek afektif
dalam diri siswa dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
guru perlu cermat dalam mengatasi kemungkinan yang akan terjadi serta tepat
dalam memilih alternatif untuk menyelesaikan masalah.
Selanjutnya, di bawah ini tercantum analisis pernyataan nomor 4 dalam
angket minat belajar yang akan dimuat dalam tabel 11 dan gambar 9 berikut:
Tabel 11. Analisis Pernyataan Nomor 4 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan Tabel di atas dapat diperjelas melalui gambar 9 berikut ini:
Gambar 9. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 4
Pernyataan nomor 4 dalam angket minat belajar “Pelajaran matematika
sangat membosankan, karena itu saya senang bila ada jam kosong saat pelajaran
matematika.” merupakan pernyataan negatif yang masuk dalam aspek perasaan
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
4). Pelajaran matematika sangat membosankan, karenaitu saya senang bila ada jam kosong saat pelajaran
matematika.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2
STS 29,20% 41,30% 51,80%TS 33,30% 44,80% 33,30%N 25% 6,90% 0%S 12,50% 6,90% 11,10%SS 0% 0% 3,70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
senang dengan indikator siswa mempunyai rasa senang untuk belajar matematika.
Berdasarkan kisi-kisi tersebut maka persentase hasil yang diharapkan adalah
semakin menurunnya persentase jawaban TS, N, S, SS dan semakin
meningkatnya persentase jawaban STS pada setiap tindakan.
Berdasarkan tabel 10 dan gambar 9 di atas dapat diketahui bahwa skala
pilihan jawaban TS, N, S, SS semakin menurun dari pra tindakan ke siklus I dan
ke siklus II. Walaupun pada siklus I sempat mengalami kenaikan, namun pada
akhir siklus sebagian besar perubahan persentase sudah sesuai yang diharapkan.
Hal ini mengandung arti bahwa terjadi penurunan persentase persepsi negatif
siswa terhadap pernyataan “Pelajaran matematika sangat membosankan, karena
itu saya senang bila ada jam kosong saat pelajaran matematika”. Selain itu juga
terlihat bahwa terjadi peningkatan persentase untuk skala pilihan jawaban STS.
Hal ini mengandung arti bahwa semakin meningkatnya persepsi positif siswa
terhadap pernyataan tersebut.
Selanjutnya, di bawah ini akan di bahas mengenai analisis pernyataan
nomor 5 dalam angket minat belajar yang tercantum dalam tabel 12 dan histogram
berikut:
Tabel 12. Analisis Pernyataan Nomor 5 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel di atas dapat diperjelas dalam gambar 10 di bawah ini:
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
5). Saya merasa senang terhadap pembelajaran ini.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 0% 0% 0%TS 0% 0% 0%N 4,20% 10,30% 3,70%S 37,50% 37,90% 33,30%SS 58,30% 51,70% 63%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 10. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 5
Pernyataan nomor 5 dalam angket minat belajar merupakan pernyataan
positif yang masuk dalam aspek perasaan senang dengan indikator siswa
mempunyai pendapat positif terhadap pelajaran matematika. Berdasarkan kisi-
kisi tersebut maka perubahan persentase yang baik pada setiap tindakan adalah
menurunnya persentase dari skala pilihan jawaban SS, S, N, TS, STS. Begitu pula
semakin meningkatnya persentase dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II pada
skala pilihan jawaban STS, TS, N, S, SS.
Berdasarkan tabel 12 dan gambar 10 dapat diketahui bahwa pada tindakan
terakhir yaitu pada siklus 2 terjadi peningkatan persentase pada skala pilihan
jawaban sangat setuju (SS). Dari skala pilihan jawaban STS, TS, N, S, SS pada
pra tindakan, siklus I, dan siklus II semakin meningkat pada setiap pertemuan.
Walaupun pada siklus I persentase sedikit menurun, tetapi pada akhir siklus
persentase semakin meningkat.
Selanjutnya, di bawah ini akan di bahas mengenai analisis penyataan
angket nomor 6 yang tertera pada tabel 13 dan gambar 11 berikut ini:
Tabel 13. Analisis Pernyataan Nomor 6 Dalam Angket Minat Belajar
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
6). Saya senang jika saat pelajaran matematikadibentuk kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan Tabel 13. dapat diperjelas dalam gambar 11 di bawah ini:
Gambar 11. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 6
Pernyataan nomor 6 dalam angket minat belajar merupakan pernyataan
positif yang masuk dalam aspek perasaan senang dengan indikator siswa
mempunyai rasa senang untuk belajar matematika. Berdasarkan kisi-kisi tersebut
maka perubahan persentase yang baik pada setiap tindakan adalah menurunnya
persentase dari skala pilihan jawaban SS, S, N, TS, STS. Begitu pula semakin
meningkatnya persentase dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dari skala
pilihan jawaban STS, TS, N, S, SS.
Berdasarkan tabel 13 dan gambar 11 dapat diketahui bahwa pada tindakan
terakhir yaitu pada siklus 2 terjadi peningkatan persentase pada skala pilihan
jawaban sangat setuju (SS). Dari skala pilihan jawaban STS, TS, N, S, SS pada
pra tindakan, siklus I, dan siklus II semakin meningkat pada setiap pertemuan.
Walaupun pada skala pilihan jawaban S perubahan persentase tidak sesuai yang
diharapkan, namun secara keseluruhan perubahan persentase sudah sesuai. Hal ini
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 0% 0% 3,70%TS 0% 3,50% 7,40%N 8,30% 13,80% 18,50%S 45,80% 44,80% 25,90%SS 45,80% 37,90% 44,40%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
menunjukkan bahwa persepsi positif siswa mengenai “Saya senang jika saat
pelajaran matematika dibentuk kelompok” semakin meningkat pada setiap
pertemuan dengan menggunakan model quantum pada proses pembelajaran.
Selanjutnya, di bawah ini akan di bahas mengenai analisis penyataan
angket nomor 7 yang tertera pada tabel 14 dan gambar 12 berikut ini:
Tabel 14. Analisis Pernyataan Nomor 7 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 14 dapat diperjelas dalam gambar 12 berikut ini:
Gambar 12. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 7
Pernyataan nomor 7 dalam angket minat belajar merupakan pernyataan
positif yang masuk dalam aspek perhatian dengan indikator kesediaan siswa untuk
bertanya. Berdasarkan kisi-kisi tersebut maka perubahan persentase yang baik
pada setiap tindakan adalah menurunnya persentase dari skala pilihan jawaban SS,
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
7). Saya sering bertanya kepada guru saatpelajaran matematika berlangsung.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2
STS 4,20% 0% 0%TS 12,50% 6,90% 11,10%N 20,80% 41,30% 44,40%S 45,80% 37,90% 25,90%SS 16,70% 13,80% 18,50%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
S, N, TS, STS. Begitu pula semakin meningkatnya persentase dari pra tindakan,
siklus I, dan siklus II dari skala pilihan jawaban STS, TS, N, S, SS.
Berdasarkan tabel 14 dan gambar 12 dapat diketahui bahwa pada tindakan
terakhir yaitu pada siklus 2 terjadi peningkatan persentase pada skala pilihan
jawaban sangat setuju (SS). Untuk skala jawaban STS, TS, N, S mengalami
perubahan persentase yang sesuai. Walaupun pada skala pilihan jawaban N
meningkat pada setiap tindakan serta skala pilihan jawaban S menurun pada setiap
tindakan. Tetapi perubahan persentase sudah sesuai karena terbukti pada akhir
siklus persentase skala pilihan jawaban SS meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa pernyataan nomor 7 mendapat respon positif pada siswa, dengan
menggunakan model quantum pada proses pembelajaran, siswa sadar akan
pentingnya bertanya.
Selanjutnya, di bawah ini analisis penyataan angket nomor 8 yang tertera
pada tabel 15 dan gambar 13 berikut ini:
Tabel 15. Analisis Pernyataan Nomor 8 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 15 di atas dapat diperjelas pada gambar 13 berikut ini:
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
8). Cara mengajar guru dapat membuat saya pahamterhadap materi pecahan.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2
STS 0% 0% 0%TS 0% 0% 3,70%N 25% 6,90% 7,40%S 33,30% 51,70% 33,30%SS 41,60% 41,30% 55,50%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 13. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 8
Pernyataan nomor 8 dalam angket minat belajar merupakan pernyataan
positif yang masuk dalam aspek perasaan senang dengan indikator siswa
mempunyai kesan yang baik terhadap guru matematika. Kesan yang baik terhadap
guru sangat penting terhadap minat belajar siswa, karena jika siswa mempunyai
kesan yang baik terhadap guru maka siswa akan berusaha untuk memperhatikan
penjelasan guru sehingga dapat membuat siswa benar-benar menguasai materi
yang sedang dipelajari.
Berdasarkan tabel 15 dan gambar 13 terlihat bahwa pada tindakan terakhir
perubahan persentase yang baik terjadi pada pilihan jawaban N, S, dan SS.
Sedangkan pada skala pilihan jawaban STS dan TS tidak mengalami perubahan
persentase yang signifikan. Pada skala pilihan jawaban N mengalami penurunan
pada setiap tindakan, ini berarti siswa semakin mengerti materi yang diajarkan
oleh guru, sehingga jumlah siswa yang memilih jawaban netral menurun.
Demikian halnya dengan skala pilihan jawaban S yang meningkat dari pra
tindakan ke siklus I, kemudian menurun pada siklus II. Hal ini mengandung arti
bahwa semakin banyak siswa yang memilih jawaban S pada pernyataan “Cara
mengajar guru dapat membuat saya paham terhadap materi pecahan”. Walaupun
pada siklus II mengalami penurunan hal ini pertanda bagus karena pada siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
persentase skala pilihan jawaban SS mengalami peningkatan. Berdasarkan uraian
tersebut dapat diketahui bahwa semakin sedikit siswa yang memilih jawaban S
dan tambahnya siswa yang memilih jawaban SS.
Berdasarkan deskripsi di atas mengenai pernyataan “Cara mengajar guru
dapat membuat saya paham terhadap materi pecahan” dapat diambil kesimpulan
bahwa perubahan persentase yang terjadi pada setiap tindakan menunjukkan siswa
semakin paham terhadap materi pecahan yang disampaikan oleh guru melalui cara
mengajar guru yaitu dengan menggunakan model quantum.
Selanjutnya, di bawah ini akan di bahas mengenai analisis penyataan
angket nomor 9 yang tertera pada tabel 16 dan gambar 14 berikut ini:
Tabel 16. Analisis Pernyataan Nomor 9 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 16 dapat diperjelas melalui gambar 14 berikut ini:
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
9). Pembelajaran ini tidak menarik bagi saya.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 37,50% 20,70% 55,50%TS 45,80% 58,60% 25,90%N 12,50% 13,80% 11,10%S 0% 0% 0%SS 4,20% 6,90% 7,40%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Gambar 14. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 9
Pernyataan nomor 9 “Pembelajaran ini tidak menarik bagi saya”
merupakan pernyataan negatif yang masuk dalam aspek perasaan senang dengan
indikator siswa mempunyai pendapat yang positif terhadap pelajaran matematika.
Berdasarkan kisi-kisi tersebut maka persentase hasil yang diharapkan adalah
semakin menurunnya persentase jawaban TS, N, S, SS dan semakin
meningkatnya persentase jawaban STS pada setiap tindakan.
Berdasarkan tabel 16 dan gambar 14 di atas dapat diketahui bahwa
perubahan persentase pada skala pilihan jawaban STS, TS, N, dan SS sudah
sesuai yang diharapkan. Namun pada pilihan jawaban SS belum sesuai. Walaupun
demikian secara mayoritas perubahan persentase pada setiap skala pilihan
jawaban sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Peneliti
mengharapkan dengan digunakannya model quantum dalam proses pembelajaran
akan membuat siswa menjadi lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran. Hal ini
ditandai dengan menurunnya persentase pada skala pilihan jawaban TS, N, S, SS
dan meningkatnya persentase skala pilihan jawaban SS pada akhir siklus, yaitu
siklus II.
Selanjutnya, berikut ini tercantum analisis pernyataan nomor 10 dalam
angket minat belajar yang tercantum dalam tabel 17 dan gambar 15 berikut ini:
Tabel 17. Analisis Pernyataan Nomor 10 Dalam Angket Minat Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Berdasarkan tabel 17 dapat diperjelas dalam gambar 15 di bawah ini:
Gambar 15. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 10
Pernyataan nomor 10 dalam angket minat belajar “Belajar matematika di
rumah lebih mudah daripada di sekolah” merupakan pernyataan negatif yang
masuk dalam aspek perhatian dengan indikator siswa semangat untuk
mengerjakan tugas matematika.
Berdasarkan tabel 17 dan gambar 15 pernyataan “Belajar matematika di
rumah lebih mudah daripada di sekolah” mengalami perubahan persentase yang
berubah-ubah pada setiap tindakan. Hanya skala pilihan jawaban TS yang
mengalami perubahan persentase sesuai harapan. Hal ini menunjukkan bahwa
aspek afektif dalam diri siswa dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
10). Belajar matematika di rumah lebih mudahdaripada di sekolah.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2
STS 16,70% 17,20% 18,50%TS 33,30% 27,60% 18,50%N 29,20% 41,30% 37%S 20,80% 6,90% 22,20%SS 0% 6,90% 3,70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Untuk itu, guru perlu cermat dalam mengatasi kemungkinan yang akan terjadi
serta tepat dalam memilih alternatif dalam menyelesaikan masalah.
Selanjutnya, di bawah ini akan di bahas mengenai analisis pernyataan
nomor 11 dalam angket minat belajar yang tercantum dalam tabel 18 dan gambar
16 berikut ini:
Tabel 18. Analisis Pernyataan Nomor 11 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan Tabel 18 dapat diperjelas dalam gambar 16 di bawah ini:
Gambar 16. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 11
Pernyataan nomor 11 dalam angket minat belajar “Saya sering tidak
memperhatikan penjelasan guru” merupakan pernyataan negatif yang masuk
dalam aspek konsentrasi dengan indikator konsentrasi siswa saat mengikuti
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
11). Saya sering tidak memperhatikanpenjelasan guru.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 37,50% 34,50% 40,70%TS 33,30% 37,90% 33,30%N 20,80% 13,80% 11,10%S 8,30% 13,80% 7,40%SS 0% 0% 7,40%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pelajaran matematika di sekolah baik. Pengakuan siswa mengenai pernyataan
“Saya sering tidak memperhatikan penjelasan guru” sangat penting untuk
mengetahui kejujuran dan kesadaran siswa tentang pentingnya memperhatikan
penjelasan guru.
Berdasarkan tabel 18 dan gambar 16 terlihat bahwa perubahan persentase
pada masing-masing skala pilihan jawaban sudah menunjukkan hasil yang baik.
Pada skala pilihan jawaban STS di akhir siklus mengalami peningkatan dan pada
pilhan jawaban yang lainnya di akhir siklus mengalami penurunan, walaupun ada
satu pilihan jawaban yang tidak sesuai.
Selanjutnya, di bawah ini tercantum analisis pernyataan nomor 12 dalam
tabel 19 dan gambar 17 berikut:
Tabel 19. Analisis Pernyataan Nomor 12 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 19 dapat diperjelas dalam gambar 17 berikut ini:
Gambar 17. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 12
Pernyataan nomor 12 “belajar matematika sangat sulit” merupakan
pernyataan negatif yang masuk dalam aspek perasaan senang dengan indikator
siswa mempunyai kesan yang baik terhadap guru matematika.
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
12). Guru membuat suasana menjadi tegang padasaat pelajaran berlangsung.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 16,70% 6,90% 33,30%TS 29,20% 41,30% 29,60%N 29,20% 24,10% 18,50%S 12,50% 17,20% 0%SS 12,50% 10,30% 18,50%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Berdasarkan tabel 19 dan gambar 17 terlihat bahwa terlihat bahwa
perubahan persentase pada masing-masing skala pilihan jawaban sudah
menunjukkan hasil yang baik. Pada skala pilihan jawaban STS meningkat, TS, N,
dan S menurun. Walaupun ada satu pilihan jawaban yang tidak sesuai yaitu
pilihan jawaban SS pada akhir siklus meningkat. Hal ini mengandung arti bahwa
sebagian besar siswa berpendapat bahwa pada saat pelajaran guru tidak membuat
suasana belajar menjadi tegang.
Selanjutnya, di bawah ini tercantum analisis pernyataan nomor 13 dalam
tabel 20 dan gambar 18 berikut ini:
Tabel 20. Analisis Pernyataan Nomor 13 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 20 dapat diperjelas melalui gambar 18 berikut ini:
Gambar 18. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 13
Pernyataan nomor 13 “Saya merasa kecewa dengan pelajaran ini”
merupakan pernyataan negatif yang masuk dalam aspek perasaan senang dengan
indikator siswa mempunyai pendapat yang positif terhadap pelajaran matematika.
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
13). Saya merasa kecewa dengan pelajaran ini.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 29,20% 34,50% 77,70%TS 66,60% 48,30% 18,50%N 0% 10,30% 0%S 0% 3,50% 0%SS 4,20% 3,50% 3,70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Berdasarkan kisi-kisi tersebut maka persentase hasil yang diharapkan adalah
semakin menurunnya persentase jawaban TS, N, S, SS dan semakin
meningkatnya persentase jawaban STS pada setiap tindakan.
Berdasarkan tabel 20 dan gambar 18 dapat diketahui bahwa skala pilihan
jawaban TS, N, S, SS semakin menurun pada akhir siklus disertai naiknya
persentase untuk skala pilihan jawaban STS. Hal ini mengandung arti bahwa
semakin meningkatnya persepsi positif dan menurunnya persepsi negatif siswa
terhadap pernyataan tersebut.
Selanjutnya, di bawah ini tercantum analisis pernyataan nomor 14 dalam
tabel 21 dan gambar 19 berikut:
Tabel 21. Analisis Pernyataan Nomor 14 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 21 dapat diperjelas melalui gambar 19 di bawah ini:
Gambar 19. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 14
Pernyataan nomor 14 “Materi pecahan ini sulit bagi saya” merupakan
pernyataan negatif yang masuk dalam aspek konsentrasi dengan indikator
konsentrasi siswa saat mengikuti pelajaran matematika di sekolah baik.
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
14). Materi pecahan ini sulit bagi saya.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 25% 24,10% 44,40%TS 20,80% 20,70% 25,90%N 41,60% 31% 22,20%S 8,30% 13,80% 3,70%SS 4,20% 10,30% 3,70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Berdasarkan kisi-kisi tersebut maka persentase hasil yang diharapkan adalah
semakin menurunnya persentase jawaban N, S, SS dan semakin meningkatnya
persentase jawaban STS dan TS pada setiap tindakan.
Berdasarkan tabel 21 dan gambar 19 terlihat bahwa skala pilihan jawaban
N, S, SS semakin menurun dari pra tindakan ke siklus I dan ke siklus II. Selain itu
juga terlihat bahwa terjadi peningkatan persentase untuk skala pilihan jawaban TS,
dan STS.
Selanjutnya, tercantum analisis pernyataan nomor 15 dalam tabel 22 dan
gambar 20 berikut ini:
Tabel 22. Analisis Pernyataan Nomor 15 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 22 dapat diperjelas melalui gambar 20 dibawah ini:
Gambar 20. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 15
Pernyataan nomor 15 merupakan pernyataan positif yang masuk dalam
aspek perhatian dengan indikator siswa memperhatikan saat pelajaran matematika
berlangsung. Berdasarkan tabel 7 dan histogram gambar 20 dapat diketahui
bahwa pada tindakan terakhir yaitu pada siklus II terjadi peningkatan persentase
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
15). Saya aktif saat diskusi kerja kelompokberlangsung.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 0% 3,50% 3,70%TS 0% 0% 3,70%N 12,50% 13,80% 14,80%S 58,30% 44,80% 37%SS 29,20% 37,90% 40,70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
pada skala pilihan jawaban sangat setuju (SS). Hal ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model quantum dalam proses pembelajaran dapat membuat
siswa aktif dalam kerja kelompok.
Selanjutnya, di bawah ini tercantum penyataan angket nomor 16 dalam
tabel 23. dan histogram berikut:
Tabel 23. Analisis Pernyataan Nomor 16 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 23 dapat diperjelas melalui gambar 21 di bawah ini:
Gambar 21. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 16
Pernyataan nomor 16 merupakan pernyataan positif yang masuk dalam
aspek perhatian dengan indikator siswa semangat untuk mengerjakan tugas
matematika. Berdasarkan tabel 23 dan gambar 21 terlihat bahwa pada tindakan
terakhir yaitu pada siklus II terjadi peningkatan persentase pada skala pilihan
jawaban sangat setuju (SS). Dari skala pilihan jawaban N, S, SS pada pra tindakan,
siklus I, dan siklus II semakin meningkat pada setiap pertemuan dan skala pilihan
jawaban STS dan TS semakin menurun pada akhir siklus. Hal ini menunjukkan
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
16). Saya selalu belajar matematika di rumah,walaupun tidak ada PR.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 0% 3,50% 0%TS 4,20% 6,90% 0%N 8,30% 13,80% 14,80%S 33,30% 34,50% 37%SS 54,20% 41,30% 48,20%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
bahwa dengan menerapkan model quantum dalam proses belajar dapat membuat
siswa semangat untuk belajar matematika di rumah walaupun tidak ada PR.
Selanjutnya, analisis penyataan nomor 17 yang tertera di bawah ini:
Tabel 24. Analisis Pernyataan Nomor 17 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 24 dapat diperjelas dalam gambar 22 berikut ini:
Gambar 22. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 17
Pernyataan nomor 17 dalam angket minat belajar merupakan pernyataan
positif yang masuk dalam aspek perasaan senang dengan indikator siswa
mempunyai pendapat positif terhadap pelajaran matematika. Berdasarkan tabel
24 dan gambar 22 dapat diketahui bahwa pada tindakan terakhir yaitu pada siklus
II terjadi peningkatan persentase pada skala pilihan jawaban sangat setuju (SS).
Persentase pilihan jawaban STS, TS, N, dan S menurun pada akhir siklus. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan menerapkan model quantum dalam proses
pembelajaran dapat membuat siswa paham terhadap materi, sehingga siswa dapat
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
17). Saya bisa mengerjakan semua soal yang diberikanoleh guru dengan benar.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2
STS 8,30% 0% 0%TS 8,30% 10,30% 7,40%N 37,50% 17,20% 22,20%S 33,30% 48,30% 37%SS 12,50% 24,10% 33,30%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Selanjutnya, di bawah ini tercantum penyataan nomor 18 yang tertera pada
tabel dan histogram berikut:
Tabel 25. Analisis Pernyataan Nomor 18 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 25 dapat diperjelas melalui histogram berikut ini:
Gambar 23. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 18
Pernyataan nomor 18 merupakan pernyataan positif yang masuk dalam
aspek perhatian dengan indikator siswa memperhatikan saat pelajaran matematika
berlangsung. Berdasarkan tabel 25 dan gambar 23 dapat diketahui bahwa
perubahan persentase yang terjadi sangat bagus, karena terjadi penurunan
persentase yang signifikan pada skala pilihan jawaban STS, TS, dan N. Selain itu
juga terjadi peningkatan persentase pada akhir siklus pada skala pilihan jawaban S
dan SS. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model quantum
perhatian siswa terhadap pelajaran matematika meningkat.
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
18). Jika ada teman yang mengajak bercanda ataumengobrol pada saat pelajaran matematika, tidak
saya pedulikan.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 12,50% 6,90% 0%TS 45,80% 41,30% 11,10%N 4,20% 17,20% 11,10%S 29,20% 24,10% 37%SS 8,30% 10,30% 40,70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Selanjutnya, di bawah ini tercantum analisis penyataan nomor 2 yang
tertera pada tabel dan gambar berikut:
Tabel 26. Analisis Pernyataan Nomor 19 Dalam Angket Minat Belajar
Berdasarkan tabel 26 dapat diperjelas melalui gambar 24 di bawah ini:
Gambar 24. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 19Pernyataan nomor 19 merupakan pernyataan positif yang masuk dalam
aspek konsentrasi dengan indikator konsentrasi siswa saat mengikuti pelajaran
matematika di sekolah baik. Berdasarkan tabel 26 dan gambar 24 terlihat bahwa
perubahan persentase sangat baik, pada akhir siklus skala pilhan jawaban SS
meningkat tajam disertai penurunan persentase untuk skala pilihan jawaban STS,
TS, N, dan S. Hal ini mengandung arti dengan digunakannya model quantum
dalam proses belajar dapat meningkatkan konsentrasi siswa.
Selanjutnya, di bawah ini tercantum analisis penyataan angket nomor 20
yang tertera pada tabel dan histogram berikut:
Tabel 27. Analisis Pernyataan Nomor 20 Dalam Angket Minat Belajar
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
19). Saya selalu berusaha konsentrasi saat pelajaranmatematika berlangsung.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 4,16% 0% 0%TS 4,16% 3,50% 0%N 4,16% 3,50% 3,70%S 37,50% 41,30% 22,20%SS 50% 51,70% 74,10%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Berdasarkan tabel 27 dapat diperjelas melalui gambar 25 di bawah ini:
Gambar 25. Histogram Analisis Pernyataan Nomor 20
Pernyataan nomor 20 merupakan pernyataan positif yang masuk dalam
aspek perhatian dengan indikator siswa memperhatikan saat pelajaran matematika
berlangsung. Berdasarkan tabel 27 dan gambar 25 terlihat bahwa perubahan
persentase sangat baik, pada akhir siklus skala pilihan jawaban SS meningkat
tajam disertai penurunan persentase untuk skala pilihan jawaban STS, TS, N, dan
S. Hal ini mengandung arti dengan digunakannya model quantum dalam proses
belajar dapat meningkatkan perhatian siswa.
Di bawah ini tercantum hasil wawancara siswa. Penilaian minat belajar
siswa dengan menggunakan pedoman wawancara terdapat pada tabel 28 dan
gambar 26 berikut ini:
Tabel 28. Hasil Wawancara Siswa
Analisis Setiap ButirPernyataan Angket
20). Saya berhasil dalam pelajaran ini, karena usahasaya sendiri.
Skala Pilihan Jawaban Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2STS 0% 0% 0%TS 8,30% 3,50% 7,40%N 16,70% 10,30% 7,40%S 37,50% 37,90% 29,60%SS 37,50% 48,30% 55,50%
Rata-rata Nilai Wa Kategori Minat (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berdasarkan tabel 28 dapat diperjelas melalui gambar 26 di bawah ini:
Gambar 26. Histogram Hasil Wawancara Siswa
Pada tabel 28 dan gambar 26 di atas terlihat minat siswa meningkat pada
setiap siklus. Pada siklus I, dari empat siswa yang mengisi pedoman wawancara
hanya dua siswa yang memiliki minat belajar tinggi, dua lainnya mempunyai
minat belajar sedang dan minat belajar rendah. Pada siklus II keempat siswa yang
mengisi pedoman wawancara mempunyai minat belajar tinggi.
Berdasarkan tabel 28 dapat diketahui bahwa peningkatan siswa yang
memiliki minat belajar tinggi pada siklus I ke siklus II sebesar 50%, sedangkan
penurunan siswa yang memiliki minat belajar sedang dan rendah mengalami
penurunan masing-masing 25% pada siklus I ke siklus II. Data tersebut
menunjukkan bahwa penerapan model quantum dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan minat belajar siswa.
BABBABBABBAB VVVV
SIMPULAN,SIMPULAN,SIMPULAN,SIMPULAN, IMPLIKASIIMPLIKASIIMPLIKASIIMPLIKASI dandandandan SARANSARANSARANSARAN
A.A.A.A. SimpulanSimpulanSimpulanSimpulan
wancara
Minat Tinggi Minat Sedang Minat RendahSiklus I 50% 25% 25%Siklus II 100% 0% 0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua
siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan model quantum dapat meningkatkan
minat belajar operasi hitung pecahan matematika pada siswa kelas V SD N 03
Tohudan Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan hasil dokumentasi pada pra tindakan hasil angket
menunjukkan 41% (10 siswa) dari 24 siswa memiliki minat belajar tinggi. Pada
siklus I hasil angket menunjukkan 62% (18 siswa) dari 29 siswa memiliki minat
belajar tinggi. Pada siklus II hasil angket meningkat menjadi 81% (22 siswa) dari
27 siswa memiliki minat belajar tinggi. Dengan demikian penelitian ini dapat
memenuhi target dari indikator keberhasilan yaitu lebih dari 75% siswa yang
hadir masuk dalam kriteria minat belajar tinggi.
B.B.B.B. ImplikasiImplikasiImplikasiImplikasi
Penelitian Tindakan Kelas ini dengan judul penggunaan model quantum
dapat meningkatkan minat belajar operasi hitung pecahan matematika pada siswa
kelas V SD N 03 Tohudan Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012
yang dilaksanakan dua siklus ternyata dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Penggunaan model quantum dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan indikator-indikator minat. Indikator minat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu perasaan senang, perhatian, dan konsentrasi. Dengan
komponen “TANDUR” Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan dapat meningkatkan perasaan senang, perhatian, dan konsentrasi siswa
dalam belajar matematika pokok bahasan operasi hitung pecahan.
Dalam proses pembelajaran terlihat kemajuan pada siswa, yaitu siswa
yang biasanya ramai dalam mengikuti pelajaran menjadi ramai dan aktif karena
mendemonstrasikan media yang disediakan oleh guru. Siswa aktif oleh kegiatan
yang telah dirancang oleh guru. Skenario pembelajaran dirancang dengan
menerapkan konsep “TANDUR” dalam proses pembelajaran.
Mengingat penggunaan model quantum dapat meningkatkan minat belajar
siswa operasi hitung pecahan matematika, maka diharapkan model quantum tidak
hanya diterapkan dalam pelajaran matematika pokok bahasan pecahan saja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
melainkan dapat diterapkan pada pokok bahasan dan mata pelajaran lain pada
tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar. Hal-hal yang dapat diterapkan guru
untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa sebagai implikasi
dari penelitian ini, yaitu:
1. Guru perlu memeriksa kesiapan belajar siswa.
Sebelum proses pembelajaran berlangsung, kesiapan belajar siswa
sangat penting dilakukan oleh guru. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan
motivasi awal siswa untuk belajar. Salah satu contoh yaitu dengan melakukan
kegiatan apersepsi dalam bentuk nyanyian, tanya jawab, atau
menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
2. Tanamkan pada siswa bahwa tidak ada paksaan untuk belajar.
Guru perlu menanamkan bahwa belajar itu bukan paksaan melainkan
kebutuhan. Tanamkan pada siswa melalui proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat belajar siswa, sehingga siswa dengan sendirinya
menyadari pentingnya belajar tanpa disuruh.
3. Menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan.
Pengalaman belajar yang menyenangkan akan lebih menarik minat
siswa. Jika siswa sudah merasa tertarik terhadap kegiatan yang dianggapnya
menyenangkan, maka siswa akan belajar lebih giat. Pengalaman belajar yang
menyenangkan dapat membuat siswa menjadi lebih paham terhadap materi
pelajaran.
4. Memberikan keteladanan
Guru perlu menunjukkan ketertarikannya pada pembelajaran. Sikap
yang ditunjukkan oleh guru berpengaruh positif terhadap tumbuh kembang
minat siswa.
5. Menggunakan minat siswa yang telah ada
Agar siswa tertarik terhadap pembelajaran guru perlu menggunakan
minat siswa yang sudah ada. Misal siswa ramai saat pelajaran matematika, hal
ini dimanfaatkan oleh guru untuk membuat siswa tidak hanya ramai, tetapi
juga ramai karena aktivitas atau kegiatan yang disediakan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
C.C.C.C. SaranSaranSaranSaran
Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian ini, maka dapat
disarankan ke beberapa pihak, di antaranya:
1. Saran untuk peneliti lain
Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ada, dalam penelitian ini
masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh karena
itu, kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis dapat
disarankan untuk:
a. Menyusun perencanaan dan skenario pembelajaran model quantum yang
benar-benar matang agar mendapatkan hasil yang optimal dalam
melakukan penelitian.
b. Tindakan perbaikan pada setiap siklus dalam penelitian ini masih belum
optimal. Oleh karena itu kepada peneliti lain yang akan melakukan
penelitian yang sejenis untuk benar-benar memperhatikan hasil observasi
dan refleksi dari siklus sebelumnya, sehingga pada siklus berikutnya
benar-benar mendapatkan hasil yang diharapkan.
2. Saran untuk guru
Kepada guru yang akan menerapkan model quantum dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar siswa, perlu untuk lebih
mempelajari karakteristik model quantum. Hal ini bertujuan supaya dalam
implementasinya dapat berjalan lebih efektif untuk meningkatkan minat
belajar siswa. Selain itu juga guru perlu memiliki keteladanan yang positif
dalam pembelajaran demi peningkatan minat belajar siswa.
3. Saran untuk orang tua siswa
Minat belajar anak selain ditentukan oleh proses pembelajaran juga
dipengaruhi oleh keluarga. Orang tua perlu menumbuhkan kebiasaan belajar
yang baik sejak dini untuk membangkitkan minat belajar anak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah. Keteladanan yang baik dari
orang tua dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang minat anak.
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTAR PUSTAKPUSTAKPUSTAKPUSTAKAAAA
A’la Miftahul. (2010). Quantum Teaching. Yogyakarta: Diva Press.
Abdurrahman Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta:PT Rineka Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Ahmadi A, Widodo Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anitah Sri. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: UNS.
Anonim, Jurnal Pendidikan Metode Quantum Teaching Sebagai AlternativePembelajaran.repository.upi.edu/operator/upload/t_ips_0707386_chapter2.pdf (diakses 26 Maret 2012).
Arikunto Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Bobbi DePorter, Mark Reardon, Sarah Singer Nourie. (2005). Quantum Teaching.Bandung: Kaifa.
Carmichael, C., Callingman, R., Watson, J., & Hay, Ian. (2009). FactorsInfluencing The Development of Middle School Student’s Interest inMathematics Literacy. Mathematics Educational Research Journal, 8(1),62-81(diakses 25 Maret 2012).
Fatmasari J.A. (2010). Meningkatkan Minat Belajar IPA Melalui PendekatanKeterampilan Proses Pada Siswa Kelas III SDN Jaten 4 KaranganyarTahun Pelajaran 2009/2010. Surakarta: UNS.
Haryati Mimin. (2010). Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat SatuanPendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth B. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. (2005). Perkembangan Anak Jilid II. Terjemahan MeitasariTjandrasa. Jakarta: Erlangga.
Jahja Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Judith A Muschla, Gary Robert Muschla. (2009). Pedoman Praktis Tugas-tugasMatematika Dengan Aplikasi Kehidupan Nyata Sehari-hari Untuk SD.Jakarta: PT Indeks.
Dalyono M. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dwijiastuti Mg. (2008). Inovasi Pembelajaran SD. Surakarta: UNS.
Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Makruf Imam. (2011). Penelitian Tindakan Kelas Panduan Praktis Bagi GuruProfessional. Surakarta: Tarbiyah IAIN Surakarta.
Mariana Firsty. (2011). Peningkatan Kemampuan Berhitung Pecahan MelaluiModel Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD N Menganti 04
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Kesugihan Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011. Program PJJ S1 PGSDFKIP. UNS.
Muhsetyo Gatot dkk. (2008). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: UniversitasTerbuka.
Nurhidayati. (2006). Jurnal Pendidikan Hubungan Antara Minat Dengan PrestasiBelajar Siswa Dalam Bidang Studi Sejarah Islam.pdf.Idb4.wikispaces.com (diakses 26 Maret 2012).
Poerwanti Endang. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional.
Rizki D.A. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Quantum UntukMeningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Pokok Bahasan PerjuanganMempersiapkan kemerdekaan Indonesia Peserta Didik Kelas V SDITInsan Kamil Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Surakarta: UNS.
Roebken, H. The Influence of Goal Orientation on Student Satisfaction, AcademicEngagement and Achievement. (2007). Journal of Research in EducationalPsychology. Vol.5. Nomor 13. 679-704 (diakses 25 Maret 2012).
Ruseffendi. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru MengembangkanKompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk MeningkatkanCBSA. Bandung: Tarsito.
S. Nasution. (2000). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Semiawan Conny R. (2002). Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini.Jakarta: PT Prenhallindo.
Soenarjo. (2008). Matematika 5 Untuk SD dan MI. Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.
Suryabrata Sumadi. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Suyono, Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Winkel W.S. (2004). Psikologi Pengajaran.Yogyakarta: Media Abadi.