edisi mei 2018 caraka - omiindonesia.org filedia menulis surat kepada pastor superior jendral omi :...

40
MEDIA KOMUNIKASI SKOLASTIKAT OMI EDISI MEI 2018 CARAKA

Upload: dinhtuyen

Post on 29-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

MEDIA KOMUNIKASI SKOLASTIKAT OMI

EDISI MEI 2018

TAHUN PANGGILAN OBLATInstalasi Provinsial BaruPenjubahan dan Perutusan NovisIndahnya Masa SkolastikSukacita dan Kemurahan Hati Hidup OblatMenjadi Misionaris OMI Internasional

CARAKA

Page 2: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

STAF REDAKSI

Penanggung JawabRm. Antonius Widiatmoko OMI

Editor & LayouterFr. Henrikus Prasojo OMIFr. Rezerius Bintang Taruna OMI

DistributorFr. Alvin Adyanto

KontributorSkolastik OMIPPdMSASEM

Alamat RedaksiJl. Nusa Indah II No. 235 Condong Catur - SlemanYogyakarta 55283Telp.: (0274) 881741Email : [email protected]

Redaksi CARAKA me-nerima kontribusi tulisan dari Anda.Teema tulisan bebas, panjang maksimal 4 hala-man A4 dengan spasi 1.5.Harap mencantumkan nama dan foto diri penulis

I am on the cross. I gladly stay on the cross and offer my sufferings to God

for my dear Oblates

- St. Eugene de Mazenod -

“Tahun Panggilan Oblat adalah tanggapan dari seru-an-seruan para Oblat yang digerakkan oleh Roh Kudus. Se-jalan dengan semangat kata-kata Bapa Suci Fransiskus ke-pada kita saat bertemu dengan para peserta Kapitel Umum (07 Oktober 2017), para Oblat ini yakin akan masa depan kita, baik sebagai Oblat berkaul dan dalam banyak bentuk menghidupi kharisma oleh kaum awam dan kaum hidup bakti. Mereka percaya, kita harus terus melayani Gereja le-wat misi-misi paling sulit. Dalam Kongres Panggilan tahun lalu, tiga pesertanya sungguh menantang seluruh yang had-ir dengan berkata bahwa tampaknya kita sudah kehilangan iman dalam Tuhan dan dalam kaum muda: kita ragu-ragu akan Tuhan yang memanggil dan kita tidak percaya bahwa kaum muda dapat menjawab panggilan Tuhan atau kaum muda dapat bermurah hati.” (Surat Superior Jenderal OMI pada Pembukaan Tahun Panggilan Oblat, 08 Desember 2017)

TAHUN PANGGILAN OBLAT

Page 3: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 1

daftar isiDari Meja Redaksi 2

Penjaring Manusia• Malaikat Gabriel, Sang Promotor Panggilan 3

Yang Kualami• “Datang dan Lihatlah, Sukacita dan Kemurahan Hati Hidup Oblat 7• “Tiga Kali Saya Harus Bersujud PadaNya” 10• Mau Tahu Isinya? Yang Penting Bahagia 12• Ayo Bertemu dengan Allah 18• Mission in Indonesia in Oblate Vocation Year 21• Chào Mừng Đến Với Sứ Vụ Việt Nam (Selamat Datang di Misi Việt Nam) 22• Paroki di Pinggir Sungai Serayu 25• Anak jaman Now! 28

Warta Formasi :• Tuhan Menabur benih Panggilan di Tanah Kalimantan 30• Melangkah ke Tahap Selanjutnya 32

Warta OMI 34Aku Ini Hamba Tuhan, Pelantikan Provinsial dan Dewan OMI Indonesia Yang Baru

Kronika 36

S A J I A N U TA M A

Terima kasih atas segala usaha dan doa dari provinsial yang lama, yaitu Romo Antonius Radjabana OMI. Estafet provinsial saat ini telah diberikan kepada Romo Tarsisius Eko Saktio OMI. Semoga OMI provinsi Indonesia semakin berkembang.

Tahun 2017-2019 dijadikan tahun panggilan Oblat. Tanggapan akan panggilan hidup religius semakin lama semakin terlihat buahnya. Tema besar Caraka Edisi Mei 2018 adalah Panggilan Hidup Oblat. Semoga melalui cerita dan berita seputar formasi OMI Indonesia, semakin banyak orang muda yang ikut bergabung menjadi “Oblat, orang yang mempersembahkan diri kepada Tuhan”.

Dia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik hati saya, dan saya ingin meninggalkan pekerjaan saya sebagai petani untuk misi itu... Misi sulit di Laos hanya satu-satunya keinginanku... Saya akan senang sekali menerima ketaatan untuk pergi ke Laos jika Anda mengirim saya ke sana...”

Blessed Louis Leroy OMI

diperingati 18 April

+62 813 9211 0325

Seminari Tinggi OMI

[email protected]

[email protected]

omi-indonesia.org

omiworld.com

Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses di:

Page 4: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

2 | | CARAKA | Mei 2018

Dari Meja Redaksi

Para Sahabat Caraka yang terkasih,Kita sadari, panggilan Tuhan tidak sejelas

sapaan teman-teman kepada kita. Sapaan orang dapat kita dengar dengan telinga fisik kita. Seringkali sapaan itu disampaikan dalam bahasa yang dapat kita mengerti sehingga kita pun juga mudah menjawabnya. Namun panggilan Tuhan ini sungguh lain. Umumnya ia tidak disampaikan secara verbal, suara-Nya pun sangat halus, ia berada di lubuk hati kita yang paling dalam. Karena itu, tak heran jika sering dikatakan bahwa mendengar panggilan Tuhan itu tidak mudah. Dan ya, memang benar, sungguh tidak mudah, apalagi di zaman now sekarang ini. Di zaman now ini, orang cenderung semakin sibuk sampai batin ini pun rasanya dag-dig-dug kejar-kejaran dengan target-target. Namun, tidak mudah tak berarti tidak bisa. Artinya, panggilan Tuhan itu tetap dimungkinkan untuk bisa didengar, dikenali, dipahami oleh kita semua.

Syarat utamanya satu saja, yaitu hati yang hening. Dengan menjadi hening batin, kita menjadi lebih peka untuk mendengarkan apa yang Tuhan sedang ingin katakan di lubuk hati kita terdalam. Maka keheningan ini pun perlu dikondisikan, misalnya dengan tiap hari 15 menit sekedar duduk diam tenang, baca Kitab Suci, syukur-syukur bisa menyambut Ekaristi. Ketika keheningan batin itu tercipta, rasa damai itu lebih mudah dirasakan, pilihan-pilihan akan hidup yang bermakna

lebih mudah dikenali. Belajar dari Tuhan Yesus, hidup yang bermakna itu rupanya adalah hidup yang dibagikan kepada yang lain, bukan disimpan untuk diri sendiri. “Jikalau biji gandum itu tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24).

Menjadi Imam, Bruder, Suster adalah contoh hidup yang dibagikan itu. Untuk tarekat misionaris OMI saat ini, 1 romo OMI rata-rata melayani 4.500 umat. Ini terasa njomplang (berat sebelah) bila dibandingkan dengan 1 romo projo yang rata-rata melayani 1.200 umat bahkan mungkin kurang dari itu. Maka pengetahuan tentang data seperti ini harus diperdengarkan. Siapa pelakunya? Ya kita-kita ini juga, kalau bukan kita mau siapa lagi. Misi OMI di Indonesia masih teramat sangat luas, namun masih sedikit para pekerjanya. Merasa terpanggilkah hai kaum muda dengan situasi ini? Maukah engkau bergabung dengan kami untuk suatu persembahan hidup yang lebih berarti bagi sesama? Para bapak-ibu... ketika anak bapak ibu merasa tersentuh untuk menjawab panggilanNya, apakah dengan murah hati bapak-ibu juga memberikan izin dan restu kepadanya untuk mulai menapaki panggilan khusus sebagai imam, bruder dan suster?

Untuk kemuliaan Tuhan, kebaikan Gereja, dan keselamatan jiwa-jiwa inilah, Kongregasi OMI tahun ini menyelenggarakan Tahun Panggilan Oblat mulai 8 Desember 2017 s/d 25 Januari 2019. Tujuannya adalah memohon rahmat Tuhan agar Ia berkenan mengirim kaum muda untuk bergabung dengan OMI mewartakan Kabar Gembira Keselamatan Tuhan. Tulisan-tulisan Majalah Caraka edisi kali ini semuanya berbicara seputar itu. Selamat menikmati. Tuhan memberkati kita sekalian.

Teriring salam hormat dan doa saya,

Rm. Antonius Widiatmoko OMI

Page 5: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 3

Dag...dig...dug... debar jantung malaikat Gabriel menanti jawaban Maria atas tawaran tugas yang aneh serta tidak mudah dimengerti, yaitu

mengandung dari Roh Kudus. Yang dikandung pun bukan sembarangan anak, melainkan Anak Allah yang akan menjadi juruselamat bagi dunia. Nasib seluruh dunia tergantung pada jawaban Maria. Kalau Maria menjawab “tidak”, maka rencana maha karya Allah menyelamatkan dunia bisa gatot alias gagal total.

Maka malaikat Gabriel harus berjuang meyakinkan Maria akan tugas perutusan yang memang susah dijelaskan pakai logika. Bagaimana logikanya Maria mengandung tanpa pernah disentuh laki-laki? (jaman dulu belum mengenal surrogate mother, dan kecanggihan ilmu reproduksi manusia yang bermacam-macam), bagaimana nasib Maria kalau mengandung di luar nikah dimana hukum Yahudi pada masa itu akan memberi sanksi yang sangat berat, yaitu hukuman rajam bagi siapa saja yang dinyatakan berzinah (Maria mengandung tanpa ada suami besar kemungkinan akan dituduh berzinah)?

Lalu, bagaimana cara Malaikat Gabriel meyakinkan Maria? Malaikat Gabriel sosok yang tenang, tidak mudah panik, dan sangat beriman. Dia hanya mengatakan kepada Maria dan memberi Maria sebuah keyakinan: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi Engkau” (Luk 1:35). Malaikat Gabriel sadar bahwa ia tidak mungkin mengandalkan kemampuannya sendiri: kemampuan persuasinya, logika-akal budinya, dan kepandaiannya merangkai kata-kata yang logis, menarik, dan meyakinkan seperti orang yang sedang kampanye atau jualan jamu. Seluruh daya upayanya itu tidak akan pernah mampu meyakinkan Maria kalau malaikat Gabriel tidak memohon supaya Allah sendiri yang turun tangan memberi kesadaran iman kepada Maria. Sadar akan semuanya itu, Malaikat Gabriel mempercayakan semuanya kepada Allah yang akan mengutus Roh KudusNya untuk memberi Roh Pengertian dan keterbukaan hari Maria menerima kabar sukacita tersebut dalam kacamata iman. Akhirnya, berkat Roh Kudus, Maria mampu mengatakan “sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanMu itu” (Luk 1:38).

“MALAIKAT GABRIEL “

SANG PROMOTOR PANGGILAN

Malaikat Gabriel memberi kabar sukacita kepada Maria

Rm. Aloysius Wahyu Nugroho OMI

Penjaring Manusia

Page 6: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

4 | | CARAKA | Mei 2018

Malaikat Gabriel mengemban tugas penting sebagai pribadi yang menyampaikan panggilan Allah kepada Maria. Dia adalah seorang promotor panggilan. Malaikat Gabriel selain bertugas menyampaikan pesan panggilan Allah kepada Maria, juga harus mampu meyakinkan Maria akan panggilan Tuhan yang indah dan istimewa tersebut.

Tugas seperti malaikat Gabriel itulah yang sekarang saya emban. Sebagaimana malaikat Gabriel tidak mudah menjelaskan kepada Maria tentang panggilan Tuhan, demikian pula tidak mudah bagi saya untuk menjelaskan panggilan Tuhan kepada orang-orang muda. Panggilan bukanlah salah satu cabang disiplin ilmu tertentu dan bukanlah permainan logika dimana satu ditambah satu sama dengan dua. Panggilan adalah sebuah relasi yang sangat pribadi antara orang yang dipanggil dengan pribadi yang memanggil, yaitu Allah sendiri. Maka tidak mudah menjelaskan kepada orang muda mengenai panggilan ini kalau tidak mengalaminya sendiri. Tidak mudah menjelaskan kepada orang muda mengenai tidak menikah tetapi berkelimpahan kasih. Tidak mudah menjelaskan kepada orang muda mengenai

harta berlimpah yang akan didapat meski tidak bermaksud mengejarnya. Tidak mudah menjelaskan kepada orang muda mengenai kepenuhan hidup ketika seluruh hidup diberikan kepada orang lain. Tidak mudah menjelaskan kepada mereka mengenai sukacita hidup dalam komunitas yang mempunyai aturan hidup bersama, dan tidak mudah menjelaskan kepada mereka mengenai hidup yang dibaktikan kepada Allah melalui persembahan hidup yang total (Oblatio). Semakin tidak mudah lagi meyakinkan orangtua yang keberatan kalau anaknya merasa terpanggil dan ingin menjadi religius misionaris OMI, baik sebagai pastor maupun bruder. Menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk meyakinkan orangtua bahwa Tuhan akan memelihara mereka ketika mereka mempersembahkan puteraNya kepada Tuhan.

Seperti itulah tugas seorang promotor panggilan. Saya membayangkan diri seperti Sales sebuah perusahaan yang bertugas menawarkan sebuah produk kepada masyarakat yang nantinya diharapkan akan menjadi konsumen produk tersebut. Seorang sales harus pandai beretorika dengan bahasa yang sangat persuasif

Penjaring Manusia

Sukacita para kandidat dari Kalimantan Barat setelah test seleksi masuk OMI yang diselenggarakan di Pastoran Sepauk, Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat.

Page 7: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 5

supaya orang tertarik untuk datang dan membeli produk tersebut. Namun kalau dibandingkan dengan pekerjaan promotor panggilan, pekerjaan sales jauh lebih mudah karena produknya jelas, bisa dilihat, dan diraba. Sementara panggilan? Panggilan hanya bisa dialami oleh orang yang merasakan adanya sapaan kasih Tuhan dalam dirinya, dan dalam hidupnya. Bagaimana orang bisa mengalami, kalau tertarik saja belum?

Dalam kunjungan ke Kalimantan Barat, ada 2 pemuda yang sejak kecil sudah pengin sekali masuk seminari untuk menjadi Pastor. Kedua orangtuanya melarang karena melihat kualitas pribadi anaknya tersebut lebih baik daripada sadara-saudaranya. Orangtua melihat ada potensi anak tersebut sehingga nantinya bisa meneruskan usaha bisnis keluarganya dan dia lebih bisa diandalkan sebagai jaminan kedua orangtuanya kelak ketika mereka sudah tua. Saya kunjungi keluarga tersebut. Saya bercerita dari pengalaman saya bahwa menjadi religius misionaris OMI samasekali tidak berarti hilang dari keluarga. Justru sampai selamanya, anak tetap 100% anak ayah dan ibu. Anak yang menjadi religius misionaris OMI entah sebagai Pastor ataupun Bruder

justru menjadi yang paling berbakti kepada orangtua. Kok bisa? Karena cinta kepada orangtuanya tidak terbagi oleh cintanya kepada istri dan mertuanya. Bahkan, cinta bakti anak kepada orangtua bukan hanya di dunia ini saja, melainkan sampai di akhirat. Sekedar sharing, ketika ayah saya sakit keras, saya paling punya banyak waktu menungguinya di rumah sakit sampai hampir 3 minggu. Saya tidak punya anak isteri dan dan tidak harus ijin cuti kerja yang sangat repot sehingga saya paling cepat hadir untuk ayah saya di saat-saat kritis hidupnya. Sewaktu ayah meninggal, saya boleh memberi hadiah yang paling indah dan paling diperlukan untuk keselamatan jiwanya. Hadiah terindah dan paling diperlukan tersebut adalah persembahan Ekaristi Kudus dan berkat Tuhan kepada jiwa ayah melalui tangan saya. Inilah kebahagiaan tiada tara yang dialami orangtua saya bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat ketika jiwanya pergi menghadap Tuhan. Ia berangkat kepadaTuhan dengan membawa bekal doa dan berkat yang diberikan Tuhan melalui tangan puteranya. Bagi saya sendiri, saya juga mengalami sukacita yang besar karena sebagai anak, saya boleh berbakti kepada orangtua secara total, penuh, dan tak

Penjaring Manusia

Para kandidat yang mempunyai semangat tinggi untuk bergabung OMI

Page 8: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

6 | | CARAKA | Mei 2018

terbagi.Dalam salah satu test wawancara, saya berjumpa

dengan seorang kandidat OMI yang mempunyai latar belakang sebagai anak tunggal. Ketika saya tanya mengenai masa depan kedua orangtuanya, kandidat tersebut mengatakan sudah dia pertimbangkan dalam permenungan dan doa selama 1 tahun. Secara ekonomi, orangtuanya tidak akan mengalami masalah di hari tuanya. Saudari saudara kandung ayah dan ibunya tersebut juga sangat banyak dan dekat, serta sangat perhatian kepada mereka. Kandidat ini yakin bahwa ketika Tuhan memanggil, pastilah Tuhan sudah punya cara untuk menjaga dan merawat kedua orangtuanya. Jawaban kandidat tersebut menampakkan iman yang dalam akan Tuhan. Memang, hanya pribadi yang mempunyai iman yang mendalamlah yang mampu sampai pada jawaban “ya” atas panggilan Tuhan. Jawaban “ya” tersebut kurang lebih sama dengan jawaban Maria kepada Tuhan melalui malaikat Gabriel.

Maka benarlah apa yang disampaikan Pastor Superior General OMI, Pastor Louis Lougen OMI kepada kami ketika acara kongres promotor panggilan di Aix-en Provence, Perancis bulan Juli 2015. Beliau berpesan

kepada kami, para promotor Panggilan OMI bahwa karya panggilan yang pertama dan utama adalah karya untuk berlutut dan berdoa, mohon dengan penuh kerendahan hati supaya Tuhan yang empunya tuaian berkenan mengirimkan pekerja-pekerja bagi panenanNya yang melimpah.

Maka marilah kita satukan hati di tahun panggilan Oblat ini untuk memohon rahmat panggilan bagi kaum muda kita. Semoga semakin banyak kaum muda yang berani membuka hatinya akan tawaran panggilan dari Tuhan untuk berkarya melayani yang tak terlayani dengan bergabung dalam barisan para misionaris Oblat Maria Imakulata. Terpujilah Yesus Kristus dan Maria Imakulata.

Penjaring Manusia

Pastor Wahyu OMI mempersembahkan Ekaristi untuk keselamatan jiwa ayahnya yang telah berangkat menuju rumah Bapa di Sorga.

Page 9: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 7

Kongregasi Oblat Maria Imakulata (OMI) menetapkan tanggal 08 Desember 2017 hingga

25 Januari 2019 sebagai Tahun Panggilan Oblat. Tema dari Tahun Panggilan Oblat adalah “Datang dan Lihatlah” (Yoh. 1:39), Sukacita dan Kemurahan Hati Hidup Oblat”. Tema ini adalah buah dari diselenggarakannya Kongres Panggilan yang pertama bagi Kongregasi di Aix pada bulan Juli 2015 yang dihadiri oleh 32 Oblat dari seluruh dunia.

Para peserta Kongres mengusulkan kepada Kongregasi untuk mempersembahkan satu tahun yang dikhususkan untuk panggilan Oblat. Usulan ini disambut baik dalam kapitel tahun 2016 silam. Penyelenggaraan “Tahun Panggilan Oblat” dikoordinasi oleh Pastor Cornelius Ngoka OMI sebagai Asisten Jenderal Bidang Formasi.

OMI Provinsi Indonesia menyambut baik Tahun Panggilan Oblat yang ditetapkan oleh Pastor Jendral Louis Lougen OMI. Maka kongregasi menetapkan bahwa misi formasi dan panggilan menjadi prioritas utama seluruh

Oblat. Komitmen ini sebagai kelanjutan dari Triennium 200 tahun OMI. Panggilan dirasakan sangat mendesak karena tuntutan pelayanan yang semakin tinggi dan kebutuhan personil yang banyak dan berkualitas.

Kami menyusun berbagai program untuk menjaring panggilan-panggilan. Program tersebut dikoordinasi oleh Romo Aloysius Wahyu Nugroho OMI sebagai promotor panggilan. Romo Wahyu berkerja sama dengan para awam dari Kalimantan, Jawa dan Sumatra. Para calon OMI akan menerima bimbingan khusus oleh tim promotor panggilan awam bersama dengan Tim. Bagian Formasi mendukung program ini dengan mengadakan misa pembukaan Tahun Panggilan Oblat bersama Novisiat, Pra-Novisiat dan para sahabat awam. Berbagai metode promosi panggilan dilakukan melalui media massa, live in, promosi ke sekolah, aksi panggilan di paroki, mendamping rekoleksi dan assistensi ke paroki OMI. Media massa menjadi salah satu sarana utama promosi melalui mem-posting berbagai ragam peristiwa penting kongregasi di web.

Para Frater bersama Romo Wahyu melaksanakan

“Datang dan Lihatlah”

(Yoh. 1:39)

Sukacita dan Kemurahan Hati Hidup Oblat

Yang Kualami

Page 10: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

8 | | CARAKA | Mei 2018

program-program promosi panggilan yang akan dilaksanakan secara intern dan ekstern. secara intern yaitu melalui program promosi panggilan yang dilaksanakan sendiri dengan paroki dan sekolah-sekolah. Pada momen tertentu seperti Paskah dan Natal para Frater diutus untuk asistensi ke paroki-paroki OMI. Selain untuk membantu pelayanan di Paroki, mereka juga mengadakan promosi panggilan. Secara ekstern yaitu melalui program acara panggilan bersama dengan kongregasi suster, romo, bruder, dan yang lainnya.

Pada bulan Februari 2018, kami ambil bagian dalam acara aksi panggilan yang diadakan oleh Keuskupan Agung Semarang di Seminari Menengah Mertoyudan selama 3 hari. Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Anak Misioner. Para religius mengikuti rekoleksi yang dipimpin oleh Vikjen Romo Sukendar Pr pada hari pertama. Pada hari kedua kami berdinamika dengan OMK. Mereka menjadi rekan dalam acara puncak di hari ketiga. Pada hari ketiga hadir seluruh anak- anak misioner kurang lebih 10.000 anak. Mereka datang ke Seminari Menengah Mertoyur dan dibagi sesuai paroki masing-masing. Anak-anak diperkenalkan dengan berbagai kongregasi yang sudah dipersiapkan oleh masing-masing kongregasi.

Selain acara itu masih banyak agenda-agenda promosi panggilan dalam rangka mengisi Tahun Panggilan Oblat seperti: live in di paroki Sragen pada

13-15 April 2018; Tanggal 21-22 promosi di Paroki Bintaran; 28-29 April 2018 promosi panggilan di Cawas; Joyful gathering 9-11 November 2018 di Santikara. Kami berdoa dan berharap agar banyak kaum muda yang tertarik untuk menjadi religius Oblat Maria Imakulata (OMI). Fokus utama kami adalah mengundang kaum muda untuk melihat, merasakan dan terlibat bersama melalui kesaksian hidup yang murah hati para Oblat. Semoga setiap kaum muda yang diundang oleh Allah menjadi sadar dan mau terbuka untuk menjawab sesegera mungkin melalui tawaran panggilan program-program tersebut.

MENYADARI PANGGILAN TUHAN Panggilan adalah rahmat dari Tuhan. Tuhan

yang mengundang kita untuk ikut berpartipasi mencicipi karya keselamatan yang dikerjakan oleh-Nya. Kita percaya Tuhan telah merencanakan setiap jalan hidup kita yang terbaik, salah satunya ialah menjadi religus.

Pilihan menjadi religius adalah sebuah pilihan khusus dan istemewa. Khusus artinya untuk membedakan dengan panggilan umum yang diambil oleh para awam. Sedangkan istimewa kita dipanggil oleh-Nya untuk menjadi rasul Tuhan. Kita ikut bersama-Nya dengan cara hidup yang spesial dalam rangka ambil bagian dalam karya keselamatan Allah.

Para rasul ambil bagian dalam jabatan yang ada pada Yesus yaitu menjadi Imam, Nabi, dan Raja (KGK no.783). Menjadi Imam artinya sebagai religius kita harus menyalurkan berkat kepada siapa saja yang kita jumpai. Berkat itu adalah buah relasi kita dengan Allah yang terpacar (ter-emanasi). Seorang religius menjadi Nabi yaitu mewartakan, terlibat aktif dalam karya keselamatan Allah. Kita dipanggil menjadi religius Oblat untuk mewartakan Kabar Gembira kepada mereka yang miskin dan tersingkirkan dan memastikan mereka menerima kabar gembira. Menjadi Raja berarti dipanggil untuk melayani.

Dalam Lukas 22:26 tertulis, “Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan”. Yesus adalah teladan kita dalam semangat pelayanan sebagai religius. Kita

Yang Kualami

Keceriaan Frater Prasojo memperkenalkan kongregasi Oblat Maria Imakulata dalam aksi panggilan

Page 11: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 9

dipanggil karena undangan Allah untuk melayani. Yesus sendiri memberi teladan kepada kita, walaupun sebagai Anak Allah Ia mau menderita dan mati di kayu salib untuk keselamatan manusia.

Menjadi religius Oblat berarti menjadi seorang murid Yesus. Seorang murid diundang oleh Yesus untuk datang untuk bersama dengan-Nya. Dalam kita Suci dikatakan demikain:

“Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat”

Tinggal bersama dengan Yesus berarti Yesus membiarkan kita untuk ikut ambil bagian dalam kehidupan-Nya. Ikut ambil bagian maksudnya ialah kita dengan penuh kesadaran membiarkan diri diutus oleh Yesus, bahkan turut ikut bersama dengan-Nya menanggung penderitaan. Itulah pusat hidup seorang religius Oblat, yaitu mengabdi pada Allah, tinggal dalam Yesus dan Yesus tinggal dalam diri kita. Yesus adalah

pokok anggur sedangkan kita adalah rantingnya (bdk Yoh. 15: 4-5).

Dalam menjawab panggilan Allah untuk menjadi seorang Oblat, mari kita bercermin dari St. Eugenius de Mazenod. Eugenius sungguh mencintai Allah dan Gereja-Nya. Cinta mendalam tersebut mendorongnya untuk masuk seminari dan menjadi imam. Ketika menjadi imam, ia mengalami banyak tantangan. Tantangan justru datang dari para rekan-rekan imamnya. Tetapi karena keteguhan hati dan kecintaan yang mendalam kepada Gereja, ia tetap maju untuk melayani demi keselamatan jiwa-jiwa. Moto yang ia pegang adalah “segalanya untuk kemuliaan Allah, kebaikan Gereja dan keselamatan jiwa-jiwa”.

Semoga dengan melihat tulisan singkat ini kita bisa menemukan maksud bahwa kita dipanggil dan diundang untuk datang dan melihat dengan penuh suka cita guna menjawab panggilan Tuhan. Tuhan telah memanggil kita melalui berbagai cara dan sarana seperti promosi panggilan, dan lainnya. Tugas kita adalah mendengarkan panggilan Allah dengan hati yang jernih. Semoga pada Tahun Panggilan Oblat, Kongregasi OMI sungguh diberkati oleh Tuhan sehingga banyak kaum muda datang untuk bergabung sebagai Oblat Maria Imakulata.

I

Yang Kualami

Mgr. Robertus ikut hadir Hari Anak MisionerRm Carolus ikut meramaikan Aksi Panggilan di

Paroki Kidoloji, 2015

Page 12: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

10 | | CARAKA | Mei 2018

Pada tanggal 25 Desember 2017, saya diutus ke Yuniorat OMI Beato Mario Borzaga di Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Bagi yang belum tahu,

Yuniorat OMI adalah Seminari Menengah bagi para calon Oblat. Yuniorat OMI sendiri didirikan pada tanggal 28 Oktober 2016, dengan Romo Bernardus Agus Rukmono OMI sebagai Direkturnya.

Saat ini ada 13 pemuda yang ingin menjadi Bruder dan Imam oblat. Mereka dikategorikan dalam 2 kelompok, yaitu: KPP (Kelas Persiapan Pertama) dan KPA (Kelas Persiapan Atas). Mereka yang berada di tahap KPP berasal dari macam-macam tempat asal, ada yang dari Jawa ada juga yang dari luar Jawa. Selain mendapatkan pembekalan kurikulum Yuniorat OMI, mereka ini juga menjalani masa sekolah mereka di SMU Yos Sudarso Cilacap (nilai Akreditasi Sekolah: A). Sedangkan mereka yang ada di tahap KPA hanya mengikuti kurikulum pendidikan Yuniorat OMI saja sebab mereka sudah menyelesaikan masa SMU mereka di tempat asal mereka masing-masing. Saya gembira melihat semangat para yuniores yang dalam usia relatif muda telah mengambil keputusan untuk mengikuti Tuhan dalam jalan khusus ini. Mereka dianugerahi bakat dan potensi-potensi dari Tuhan yang memanggil mereka.

Selama masa perutusan saya di Yuniorat ini, tiga kali Tuhan meminta saya berlutut di hadapanNya. Tiga hal itu adalah cara Tuhan membantu saya untuk makin maju dalam hidup rohani. Pertama, mengenai cara hidup doa. Ini saya temukan pada bulan pertama saya tinggal di Yuniorat. Saya menemukan “jalan ketidaktahuan” sebagai sesuatu undangan untuk membantu saya makin maju dalam perjalanan panggilan ini. Saya menyadari bahwa jalan panggilan saya adalah jalan ketidaktahuan. Ini adalah misteri pewahyuan pribadi Allah dalam hidup

saya. Pewahyuan diri Allah saya sadari dalam peristiwa-peristiwa biasa: ketika saya mengajar katekismus, tinggal di daerah pastoral Karangsalam dan menerapkan pembelajaran dari fisika atau linguistik.

Dalam semuanya itu, Tuhan mengajar saya bahwa kehidupan itu sendiri mengalir dari dalam, bukan dari luar. Dengan mata kontemplasi, saya melihat kehadiran Tuhan dalam pengalaman hidup sehari-hari yang saya hayati sebagai sebuah doa. Doa yang hidup! Dalam doa seperti ini, saya belajar menerjemahkan cinta melalui kerasulan. Melayani orang miskin sebagaimana mendampingi para yuniores kadang membuat fisik saya lelah. Di situ, saya menemukan bahwa saya adalah seorang pendosa, yang seringkali tidak bisa mencintai dengan lebih baik lagi. Saya sadar bahwa prestasi dan progress pelayanan bukanlah tolok ukur kemajuan hidup rohani saya, melainkan pengenalan yang makin mendalam akan Bapa. Kesadaran ini sungguh suatu berkat dari Tuhan bagi saya. BerkatNya itu diberikannya melulu karena Ia setia mengasihi saya.

Kedua, mengenai kehidupan berkomunitas. Hidup berkomunitas adalah ciri utama kehidupan para Oblat. Sebenarnya kehidupan komunitas di rumah formasi maupun lingkungan masyarakat pada dasarnya sama. Keduanya memiliki musuh bersama yaitu egosentrisme (berpusat pada diri sendiri). Sebagai seorang Bruder yang lebih senior, saya pernah tergoda untuk bersikap egois terhadap adik-adik yuniores. Syukurlah, dengan kesadaran baru bahwa hidup adalah sebuah doa, saya diingatkan untuk mengisi senioritas saya supaya hidup makin diperluas, kualitas cinta makin diperkuat. Senioritas bukanlah power untuk menguasai yang lain, ataupun bersikap determinatif terhadap hidup orang lain. Godaan-godaan dalam wujud klerikalisme,

“Tiga kali Saya Harus Bersujud PadaNya”

Br. Tarchizius Edtwin Sulispriyanto OMI

Yang Kualami

Page 13: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 11

senioritas dan persaingan dalam hidup membiara atau imamat perlu diwaspadai. Klerikalisme adalah pandangan yang menganggap klerus (kaum tertahbis) adalah segala-galanya, sedemikian rupa sehingga peranan dan kontribusi kaum awam tidak dianggap penting. Tidak ada kesetaraan martabat. Hal yang sama juga harus diwaspadai dalam hidup membiara, baik sebagai biarawan maupun biarawati. Penyalahgunaan power (baca: senioritas) dapat mengkerdilkan fungsi hidup membiara, sampai pada tahap kehilangan efektivitas kesaksian hidup di mana orang lupa melayani sesamanya. Demikian juga persaingan dalam hidup membiara dan imamat menimbulkan sikap arogan, mencari ketenaran diri dan menggerogoti iman. Ini semua adalah fakta dan tantangan yang saya jumpai. Apakah saya telah bertindak sama dengan yang saya prihatinkan ini?

Kerasulan di pelosok Karangsalam di mana saya tinggal bersama dan untuk orang miskin ternyata membantu saya untuk keluar dari perangkap senioritas. Bersama orang-orang Karangsalam saya minum air payau, ikut mencari ‘totog’ (kerang air payau), mandi dengan tampungan air hujan. Saya mengakui bahwa imamat dan hidup membiara atau anugerah. Di sini, peranan komunitas menjadi sangat penting, karena dalam dan melalui dukungan komunitas hidup saya diperkaya, diperdalam dan diperbarui. Peranan komunitas itu hadir secara konkret dalam diri para donatur yang memfasilitasi pembuatan filter air payau menjadi air tawar. Peranan komunitas itu juga hadir dalam wujud penerimaan umat atas solusi-solusi yang saya tawarkan untuk mengatasi keprihatinan umat sub stasi Karangsalam. Ada sukacita bahwa Tuhan membimbing saya di jalan yang benar.

Ketiga, mengenai penghayatan ketaatan. Pada bulan ketiga tinggal di Yuniorat, saya ditarik kembali ke komunitas Skolastikat OMI di Yogyakarta. Saya bertanya-tanya, mengapa saya ditarik pulang? Apakah saya telah gagal dalam perutusan saya di Karangsalam? Apakah saya telah menelantarkan para yuniores dalam proses formasi mereka? Saya merasa bingung dengan perutusan seorang bruder. Saya masih berhutang janji hendak membangun penyaringan air payau menjadi air bersih. Saya masih hutang janji untuk merawat umat yang kulitnya sakit terkena kontaminasi asbes dan air hujan (scabies disease). Pelayanan kesehatan untuk anak-

anak di pelosok juga baru terlaksana setengah jalan. Ini tantangan terkait kaul ketaatan. Saya perlu melihat perutusan saya dari sisi ketaatan ini. Jalan panggilan tidak selalu saya ketahui, saya tidak memiliki bantuan lain selain Tuhan. Saya berharap hutang-hutang janji mengenai penyaringan air payau, layanan kesehatan di daerah terpencil dapat terbayar lebih cepat. Sebuah refleksi berbasis ketaatan ini melatih dan menempa formasi diri saya. Di bagian ini saya menemukan bahwa ketidaktahuan saya ini membuat saya berlutut lagi untuk mendengarkan kehendak Allah. Allah menghendaki keselamatan jiwa-jiwa, yakni perubahan Injili hidup orang miskin. Saya yakin bahwa akan ada waktunya di mana Allah mengirim saya kembali kepada umat Karangsalam sampai mereka menerima Kabar Gembira itu, yakni air bersih, kelayakan kesehatan dan perbaikan sosial ekonomi area air payau.

Ketiga poin refleksi di atas memupuk pengenalan saya tentang Allah. Untuk makin mengenal Allah, saya harus berlutut banyak kali di berbagai waktu dan kesempatan, karena panggilan adalah jalan ketidaktahuan dan misteri. Dan justru dalam ketidaktahuan itu, saya menemukan bahwa untuk mencintai dengan benar, seseorang harus terluka demi orang yang ia cintai agar untuk ke dalam Kerajaan Allah. Untuk apa masuk ke dalam Kerajaan Allah, jika tanpa orang-orang yang saya cintai. Bapa memberi saya ”jalan ketidaktahuan” ini untuk mengenalNya lebih baik. Demi ketaatan religius, saya mohon agar Allah melengkapi saya dengan kemampuan baru untuk menuntaskan pekerjaan-pekerjaan yang telah saya janjikan. Biarlah kemudian Allah sendiri yang menyempurnakan apa-apa saja yang telah saya upayakan.

Yang Kualami

Formasi Yuniorat OMI Cilacap

Page 14: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

12 | | CARAKA | Mei 2018

“Aku telah memanggil engkau dengan namamu”. (Yesaya 43:1)

Setiap pribadi hanya perlu menyadari dan menanggapi panggilan hidup dari Tuhan, kemudian menjalaninya dengan penuh kebebasan.

Panggilan Tuhan bagi manusia adalah supaya manusia hidup bahagia, melalui hidup berkeluarga atau hidup bakti (religius). Panggilan hidup bakti adalah rahmat cuma-cuma, rahmat istimewa yang tidak diberikan kepada banyak orang. Rahmat panggilan hidup bakti bukan hanya sekedar tanda kemurahan bagi orang yang terpanggil, tetapi berkat luar biasa bagi anggota keluarganya. Tuhan memanggil dengan banyak cara, yaitu menggunakan menggunakan khotbah, melalui buku bacaan yang baik, melalui pertemuan dengan seseorang atau peristiwa sederhana sehari-hari.

Saat ini saya sedang menjalani masa pendidikan skolastikat sebagai calon imam OMI di Seminari Tinggi Wisma de Mazenod. Ada 12 teman sepanggilan yang sedang menjalani masa skolastikat. Pendidikan di skolastikat membutuhkan waktu kurang lebih 8 tahun. Pada masa ini kami berusaha meningkatkan nilai dan kualitas dalam bidang kepribadian, rohani, intelektual, pastoral dan komunitas. Saya menyadari proses ini tidak semudah pendidikan di luar seminari karena ada banyak kualifikasi yang harus dipenuhi. Dengan kata lain, menjadi imam OMI tidak hanya bermodal panggilan dari Tuhan tetapi diperlukan usaha dan kesetiaan, seperti yang tertulis dalam Matius 22:37, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”.

Bagaimana hidup keseharian di Seminari Tinggi? Inilah yang ingin saya bagikan. BERDOALAH, USAHA MANUSIA SAJA TIDAK CUKUP

Ibadat harian dan perayaan Ekaristi adalah hal pertama yang selalu dilakukan sebagai calon imam religius. Setiap pagi, siang, sore dan malam, kami mempunyai waktu untuk berbincang-bincang dengan Tuhan melalui meditasi dan bacaan rohani. Saat itulah saya mempunyai waktu berharga karena setiap hari bisa mendoakan (keluarga, kenalan dan orang yang meminta doa dari kami) dan menemukan karya kebaikan Tuhan pada saya (setiap hari). Terkadang memang terasa kering, bosan atau jenuh dalam berdoa, tetapi saya tetap setia berdoa karena usaha manusia saja tidak cukup, perlu campur tangan Tuhan untuk menyelesaikan segala sesuatu.

BELAJAR KEHIDUPANKedua, belajar adalah rutinitas di skolastikat

setiap hari. Belajar adalah perutusan utama kami di masa skolastik. Kami belajar di kelas (fakultas Teologi) untuk dibekali secara intelektual, belajar di kampus untuk mengembangkan soft skill dan hard skill, di manapun untuk belajar kehidupan. Banyak orang yang menganggap para religius (walaupun masih frater) mampu melakukan banyak hal. Kenyataannya kami juga masih belajar kehidupan. Saya belajar bukan untuk diri saya sendiri, tetapi demi orang lain disekitar saya. Hal itulah yang mendorong saya untuk belajar dengan serius. Menjadi imam berarti siap untuk membagi-bagikan hidup seperti roti yang dipecah-pecah Yesus.

Mau Tahu Isinya?Yang Penting Bahagia

Yang Kualami

Page 15: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 13

TAK ADA PANGGILAN TANPA MISIKetiga, kami dilatih untuk berpastoral sejak

pendidikan awal. Ada dua jenis pastoral yaitu pastoral teritorial dan pastoral aksidental. Beberapa yang menjadi Jadwal rutin adalah pendampingan umat berkebutuhan khusus (UBK), pendampingan kaum muda (PPdM, UKMK, Antiokh), promosi panggilan, pastoral LAPAS, pastoral pendidikan dan pastoral di stasi-stasi. Kegiatan rutin ini sangat membantu saya untuk mendapatkan bekal untuk menggembalakan dengan baik. Salah satu pembelajaran penting yang saya dapat adalah “pastoral kehadiran”. Kehadiran para religius sangat berharga bagi umat walau tidak melakukan hal-hal yang besar. Kami hadir untuk mendengarkan, untuk merasakan, untuk melihat, untuk hidup bersama dengan umat. Itu semua adalah latihan untuk menjadi rendah hati, untuk di Injili oleh sesama.

TETAP BERSAMA!!!Keempat adalah selalu hidup bersama komunitas.

Setiap anggota komunitas mempunyai ciri khas masing-masing, Mereka juga mendapat sapaan pribadi oleh Tuhan, “Mari, ikutlah Aku” (bdk.Mat 4:19). Setiap anggota komunitas ada yang seperti Rasul Petrus, Yohanes hingga Yudas. Hidup bersama bukanlah hal yang mudah. St. Eugenius menekankan untuk hidup berkomunitas sejak awal pembentukan kongregasi yang diteruskan hingga saat ini. Saat itu, orang pandai, terampil ataupun hebat tetapi tidak dapat hidup bersama, tidak dipilih oleh St. Eugenius. Dia pernah mengatakan, “Di sini, di komunitas kami, kami sepakat untuk tidak melakukan penyesuaian tertentu. Jumlah kami enam orang. Komunitas kami hidup. Tidak ada imam yang lebih bagus di seluruh Keuskupan ini”.

Bagi saya dan kebanyakan orang, OMI unggul dalam hal komunitas. Banyak PR dari kampus, belajar ini dan itu, harus memenuhi tanggung jawab kebidelan rumah tangga, pastoral dan berbagai rutinitas dipikul oleh masing-masing skolastik, tetapi kami tetap mengutamakan hidup bersama. Hidup bersama, bekerja bersama, melayani bersama menjadikan segala sesuatu menjadi ringan. Seperti halnya memilih pasangan hidup untuk berkeluarga, begitu juga saya bersama setiap Oblat dalam komunitas OMI akan menjadi teman seumur

hidup dalam satu komunitas. Hidup berkomunitas setiap hari adalah salah satu hal yang paling berharga.

JADILAH DIRI SENDIRIKelima adalah pengembangan kepribadian. Belajar

untuk mengembangkan kepribadian lebih terjadi dalam peristiwa sehari-hari dan peristiwa spontan. Dinamika hidup di seminari sebagai religius, dinamika hidup bersama umat dan dinamika komunikasi dengan anggota keluarga membentuk kami menjadi lebih dewasa dalam kematangan kepribadian. Setiap hari kami mengolah setiap relasi untuk menjadi lebih baik. Pribadi yang matang, ceria, mempunyai relasi yang sehat membawa kepada pribadi yang lebih berbahagia.

Berbagai pengalaman di atas adalah garis besar yang dapat saya tuliskan. Saya harus mampu menyusun jadwal agar tanggung jawab dapat selesai, menjaga kesehatan mental dan fisik, selalu meningkatkan kualitas pribadi, menyadari keberadaan panggilan Ilahi dan memurnikan motivasi dari hari ke hari. Tidak mudah untuk menjadi seorang Oblat, tetapi saya senang bisa menjadi seorang Oblat. Kejenuhan, kebosanan, kekeringan kadang-kadang muncul dalam hidup berkeluarga dan membiara. Pada saat itulah diperlukan cara untuk tetap setia dan menikmati kejenuhan kemudian mencari sesuatu yang ingin disampaikan Tuhan pada saat itu. Situasi tersebut tidak jauh berbeda dengan kehidupan berkeluarga, hanya memerlukan kesetian dan kasih sayang agar setiap pribadi mampu menjadi wajah Kristus. Bila ada kebimbangan dan ketakutan, saya membaca Matius 28:20, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.

Fr. Rezerius Bintang Taruna OMI

Yang Kualami

Page 16: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

14 | | CARAKA | Mei 2018

Galeri Foto

Romo Wahyu menyiapkan perlengkapan aksi panggilan di Mertoyudan

Keceriaan anak-anak bersama biarawan-biarawati di Sragen dalam aksi minggu panggilan di Sragen

PPdM bersama para frater OMI berdinamika dalam acara regenerasi PPdM

Page 17: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 15

Galeri Foto

Romo Widi bersama teman-teman PPdM yang merayakan ulang tahun bersama di bulan Februari

Para biarawan-biarawati dan panitia siap beraksi dalam aksi panggilan di Mertoyudan

Page 18: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

16 | | CARAKA | Mei 2018

Galeri Foto

Komunitas Formasi OMI Yogyakarta

Rm. Santo, Rm. Widi, Para Frater, Bu Vonny, PPdM, Pranovis dan Novis yang hadir dalam regenerasi PPdM

Page 19: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 17

Galeri Foto

Salah satu peserta Misa UBK yang membacakan bacaan Kitab Suci

wawan hati antara anggota Sasem dengan skolastik OMI

Ramah tamah menjadi sarana kedekatan satu dengan yang lain

Perhatian para Oblat bagi anggota komunitas.Misa peringatan 2 arwah Ibunda Rm. Toro

Rm. Dubois OMI dari Perancis bersama para Oblat se-Indonesia ikut hadir dalam instalasi Rm. Eko Saktio OMI sebagai provinsial baru

selalu ada senyum di manapun berkarya

Page 20: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

18 | | CARAKA | Mei 2018

TANTANGAN BERTEMU DENGAN ALLAH

Pencarian akan Allah di zaman sekarang sangat sulit. Mungkin lebih sulit dari zaman para rasul

dan Bapa-bapa gereja, karena tantangan sekarang makin banyak dan kompleks. Ada banyak hal yang lebih menarik dari pencarian akan Allah, misalnya hiruk pukuk politik menjelang pilkada 2018 dan pilpres 2019; korban meletusnya Gunung Sinabung; konflik US dengan Korea Utara, konflik Israel dan Palestina; perceraian beberapa artis terkenal; korupsi yang dilakukan oleh beberapa tokoh politik; berita-berita olahraga (sepak bola, Tenis lapangan, Badminton,

basket, futsal, voli); dan hal-hal yang berkaitan dengan pemakai atau pengedar narkoba.

Orang sekarang berkomunikasi lewat media virtual (Ig, online, email, twiter, FB, WA, dll). sangat sering, tetapi bertatap muka sangat sulit seakan-akan komunikasi tatap muka tidak penting lagi. Komunikasi yang demikian dianggap klasik dan tidak menarik serta boros waktu,

AYO BERTEMU DENGAN ALLAH!

Fr. Norberus Soleman OMI

tenaga dan ekonomi. Orang bisa saja berkomunikasi dengan orang yang jauh di luar rumah, kampung, desa, kota, pulau, bahkan luar negara. Orang yang asyik dengan gawainyatidak peduli dengan orang yang duduk di sebelahnya. Media komunikasi yang canggih mendekatkan relasi yang jauh, tapi menjauhkan relasi yang dekat. Hanya sedikit orang yang bisa memanfaatkan itu semua untuk mengeratkan relasi, persahabatan, dan iman akan Allah.

Selain itu, orang zaman sekarang seakan-akan tidak membutuhkan Allah lagi. Mereka dapat mengetahui alam semesta dan sejarah manusia melalui ilmu alam, sosiologi, dan psikologi. Filsafat dan teologi menjadi tidak penting lagi. Kesuksesan bidang ilmiah semakin meyakinkan, bahwa segala misteri pasti bisa dipecahkan, termasuk juga misteri Allah.

Orang zaman sekarang, termasuk saya lebih membutuhkan Allah dari pada zaman dulu, karena dunia sekarang semakin terbuka dan luas. Dalam hal ini bukan Allah dalam bentuk rumusan doktrin/atau kata-kata belaka atau pengetahuan yang saya butuhkan, tetapi juga Allah yang hidup. Allah yang hidup itu nyata dalam pertemuan pribadi dengan Allah. Dalam hal ini ada pertanyaan penting, apa yang kita cari? Allah? Atau pengalaman akan Allah? Kita biasanya mencari pengalaman akan Allah. Kita sangat senang menceritakan hal itu kepada orang lain. Itu semua memang berguna untuk mengetahui karya dan cinta kasih Allah dalam hidup kita. Akan tetapi, kalau tidak hati-hati kita bisa jatuh ke dalam nafsu kita sendiri. Kita berusaha mencari pembenaran atas semuanya itu. Dengan kata lain, kita memanfaatkan Allah untuk kepentingan diri kita sendiri. Ini merupakan bentuk penghinaan terhadap

Yang Kualami

Page 21: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 19

Allah. Ini sama halnya dengan seseorang yang menjalin persahabatan dengan orang lain, karena sahabatnya itu pintar, banyak uang dan mau traktir. Sama halnya juga dengan orang yang berpacaran, karena pacarnya kaya, status sosialnya tinggi dan dia ganteng/cantik. Ini sama juga dengan kupu-kupu yang hinggap pada sebuah bunga untuk menghisap manisnya. Itu bisa kita lakukan, tapi dengan berpegang pada ketulusan dan kejujuran.

Alangkah baiknya bila kita langsung mencari Allah dan bukan mencari Allah melalui pengalaman. Ini hanya dapat diberikan oleh Allah. Oleh sebab itu kita perlu menunggu. Di dalam menunggu kesempatan itu, kita perlu mengosongkan diri dan membiarkan Allah menguasai hati, pikiran dan perasaan kita. St. Yohanes dari Salib mengajarkan bahwa kita harus melewati atau mengalami gelapnya malam segala indra kita, ingatan budi, afeksi dan kehendak agar Allah sendiri menguasainya dan memenuhinya.

BERTEMU DENGAN ALLAH BERSAMA MUSAKetika sedang mengembalakan domba di padang

gurun Musa bertemu dengan Allah. Pertemuan ini disajikan dalam berbagai simbol yang tak pernah habis makna dan misterinya sampai sekarang. Pertemuan ini memang pribadi, tapi berkaitan dengan seluruh umat. Dalam konteks kita, kita juga harus menuju padang gurun, di mana kita akan bertemu dengan Allah dalam kesunyian, sendiri, sepi dan panas serta gersang. Kita memang bertemu dengan Tuhan secara pribadi, tetapi untuk kepentingan banyak orang. Perjumpaan dengan

Allah tidak pernah lepas dari konteks di mana kita hidup. Dengan kata lain, panggilan tidak pernah lepas dari perutusan.

SIAPAKAH ALLAH?Musa melihat Allah dalam Api yang bernyala di

atas semak-semak. Akan tetapi, semak-semak itu tidak terbakar. Padahal dari dulu sampai sekarang, api selalu membakar, merusak, menghanguskan dan mematikan. Dalam kasus Musa ini sangat lain. Api menyala di semak-semak, tapi tidak membuat semak-semak itu rusak atau hangus. Ini adalah misteri Allah yang harus diselami oleh Musa dan semua manusia, termasuk kita. Allah adalah Mahakuasa. Ia hadir dan merasuk serta meresap kemana-mana tanpa mengubah dan menghancurkan bentuknya. Begitulah Allah tidak mudah dijelaskan dengan logika saja, karena Ia misteri.

Sebagai seorang frater, saya sering mendapatkan pertanyaan dari umat, khususnya kaum muda. Pertanyaan itu biasanya berkaitan dengan hal-hal yang tak masuk akal menurut mereka. Mengapa frater rela tidak menikah hanya untuk menjadi imam? Bagaimana frater bisa mengendalikan dorongan seksual kalau frater tidak menikah? apakah frater tidak tertarik dengan cewek? mengapa frater rela meninggalkan orang tua sendiri untuk menjadi imam? Itulah berbagai pertanyaan yang umat suguhkan kepada saya. Sejujurnya, saya sendiri sempat bingung mengapa saya demikian. Saya tidak memiliki jawaban sederhana atas pertanyaan-pertanyaan itu. Saya rasa itulah dampak kehadiran Allah

Musa bertemu dengan Allah

Yang Kualami

Page 22: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

20 | | CARAKA | Mei 2018

dalam diri saya. kehadiran Allah yang Mahakuasa di dalam diri saya secara kasat mata tidak mengubah saya, tapi kenyataan segalanya berubah dan berbeda. Tak ada yang tampaknya berubah, tapi segalanya lain. Kekuasaan dan kehadiran Allah hanya dapat dilihat dengan iman.“LEPASKANLAH KASUTMU !”

“lepaskanlah kasutmu dari kakimu karena tempat di mana sekarang engkau berdiri adalah tempat suci.” Mengapa kita memakai kasut? untuk menjaga kaki kita tetap bersih, tidak lecet oleh sepatu, merasa lebih aman dan nyaman serta memperindah penampilan. Kasut juga identik dengan yang jorok, dan berbau. Kadang, kasut juga menjadi lambang dari kedudukan atau status sosial. Di hadapan Allah, kita harus melepas kasut. Di sana tidak ada gengsi, tidak ada status, semuanya serba aman. Oleh sebab itu, kita harus telanjang kaki tanpa memakai sesuatupun untuk melindungi kita. Kita bertemu dengan Allah seperti apa adanya diri kita, “inilah kita!”

ALLAH YANG HIDUPKetika Yahwe berbicara dengan Musa, Ia menamakan

diri-Nya “Allah leluhurmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Yakub”. Apakah Allah yang sama itu juga pernah bertemu dan berbicara kepada kita? Iya. Terkadang, bila kita dalam keadaan yang sangat buruk atau berdosa, kita seperti Musa. Musa menutupi wajahnya, ia takut memandang Allah. Kita merasa malu kepada Allah, bahkan untuk berdoa dan datang ke Gereja juga malu.

Kita patut bersyukur, karena Allah yang hidup dan Maha Pengasih itu tetap memaafkan dan mengasihi kita meskipun kita berdosa. Allah tetap memperhatikan

dan peduli kepada umat-Nya. “Aku memperhatikan kesengsaraan umatKu... Aku mendengar jeritan mereka... Aku mengetahui penderitaan mereka... Aku datang untuk melepaskan mereka dan untuk menuntun mereka keluar dari tanah itu menuju negeri yang baik dan luas, yang berlimpah dengan susu dan madunya. Allah memberi kepastian akan masa depan yang lebih baik bagi umatNya yang sedang dalam kesepian dan putus asa.

AKU BERSERTAMUAllah menyelamatkan Israel dengan perantaraan

Musa. Allah tidak mau bekerja sendiri.“Sekarang Aku akan mengirim engkau ke Firaun agar engkau dapat memimpin umatKu”. Awalnya Musa menolak: “siapakah gerangan aku ini sampai-sampai kau harus menghadap Firaun dan membawa anak-anak Israel keluar dari Mesir ?” Musa telah mencoba dan gagal. Akan tetapi Allah memberi peneguhan, “Aku akan besertamu.”

Allah juga melibatkan kita semua dalam karya keselamatan umatNya. Mungkin kita pernah seperti Musa. Kita sempat menolak tawaran Allah, karena merasa tidak pantas, tidak layak, tidak memiliki apa-apa dan serba kurang. Kita merasa ada banyak orang lain yang lebih baik dari diri kita. Akan tetapi, kita juga tidak bisa menolak panggilan Allah. Untuk itu, mari kita menerima tugas mulia ini dengan setia. Musa telah memberi hidupnya secara total untuk melaksanakan tugas yang diberikan Allah kepadanya. Dalam menjalani semuanya itu ia harus mengalami kegelisahan dan frustrasi, karena keadaan yang tak meyakinkan, keadaan padang gurun, tidak ada sumber daya dan tidak ada pasukan. Ia hanya mendapat kepastian kehadiran Allah, “Aku akan bersertamu”. Tidak ada yang berubah, namun segalanya lain.

Semoga Allah yang sama ini juga melakukan hal yang sama terhadap kita. Mari kita membangun kepercayaan kepada Allah. Sebab Allah setia dan tak pernah lupa akan janji-Nya. Kalau Allah setia, maka kita juga harus setia dalam keadaan apapun bahkan disaat frustrasi, gelisah dan tiada harapan. Bunda Thresa dari Calkuta mengatakan, “kita dipanggil untuk setia, bukan untuk sukses.” Kalaupun sukses itu hanya bonus dari kesetiaan, tapi jangan jadi tujuan.

Yang Kualami

gambaran tentang Yesus dengan kita(diambil dari internet)

Page 23: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 21

In the 36th General Chapter, The Missionary Oblate of Mary Immaculate Congregation has chosen

2018 as the year of prayer for the Vocation of Oblate. In fact, Father Louis Lougen OMI, Superior General and His council selected this year as the year of prayer for the Vocation of Oblate, because of the number of Oblate in the world is gradually decreasing and Oblate Vocation year is also the occasion for the members of the OMI Congregation to have the opportunity to look back on their own vocation and also the occasion to renew the spirit of the Oblate for each Oblate in all Congregation.

In this General Chapter 36, Father Louis Lougen OMI, Superior General called on the Provinces, Delegations and Missions to help each other in matters of training and personnel and finance. In response to this call from the Superior General, Father Bono, Provincial of the Indonesian has received the help of the Mission Viet Nam. And on January 9, 2018 , Father Emmanuel Tran Quang Khuong, Superior Mission Viet Nam, sent two

brother, Paul Khac Tuyen and Joseph Ngo Thanh Tung, go to Indonesia for study Philosophy and Theology. The first mission of our two brothers was to learn the Bahasa Indonesia language, learn the culture, learn the way of life, learn how to work and all the activities of the Fathers and Brothers in Indonesia, besides we and brothers take care a group of student who are for studying in University in Yogyakarta.

Next, we will spend time interacting with people as well as visiting evangelistic sites where the Oblates are working to see the work they are doing as well as learn experiences of Pastoral and spirituality of spread Good News of the Oblates. Recently, we had the opportunity to visit the poor in Kampung Laut with Father Charlie and see He helps the poor Muslim families thhere and We are also see the pastoral care for the brothers and sister who are unfortunated in Scholasticate. Through our trip and through what we see, we feel the enthusiasm of working and engaging, not afraid of the hardship of the Oblates here and especially father Charlie and father Widi and many other brothers.

We feel that the mission of the Fathers and Brothers here have a lot of difficulties. One of the difficulties is the problem of personnel. At present, the Oblates in Indonesia are also lacking of Oblates to serve in the new missions. Therefore, we, the brothers who live and study in Indoneisa also invite many Indonesia young people in Indonesia to be generously join with us to serv4 God, serve the Church and serve the faithful in Indonesia. May the young people together with us can make the Church in Indonesia become great Church day by day.

MISSION IN INDONESIA

IN OBLATE VOCATION YEARFr. Paul Le Khac Tuyen OMI

Fr. Joseph Ngo Thanh Tung OMI

Yang Kualami

Fr. Tuyen & Tung

Page 24: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

22 | | CARAKA | Mei 2018

Ketika mendapat informasi bahwa saya akan menjalani masa exposure di Việt Nam, spontan

dalam diri saya muncul sebuah perasaan ingin tahu.

Rasa tersebut pastinya terkait dengan hal-hal seputar daerah itu, lazimnya seseorang hendak memasuki suatu tempat yang baru. “Bagaimana sih (suasana dan misi) para Oblat di sana” menjadi sebuah pertanyaan umum yang mengungkapkan “kekepoan” tersebut. Sempat juga muncul pikiran aneh-aneh dalam benak saya, “jangan-jangan nanti...., kalau begini kalau begitu.....”. Syukurlah, setelah tiba di Rumah Aspiran dan bertemu dengan para (calon) Oblat, ternyata saya memperoleh kesan pertama yang menggembirakan. Bertemu dengan para saudara

(oblat) di sini, saya merasakan suasana keramahan dan sapaan penuh kedekatan mereka dalam suasana makan malam.

Sekarang, tidak terasa dua bulan lebih telah berlalu saya menjalani pengalaman exposure di sini. Dalam bulan-bulan pertama ini, pengalaman yang saya lalui sebagian besar merupakan pengalaman tinggal bersama para frater dan romo pendamping di Skolastikat Eugenius de Mazenod di kota kecil Lài Thiêu (sekitar satu jam dari Hồ Chí Minh City atau yang kerap dikenal dengan nama Sài Gòn). Selama di sini, saya dianjurkan untuk belajar Bahasa Việt (Tiếng Việt) setiap hari Senin dan Jum’at bersama Bpk. Michel Châu. Hari-hari selanjutnya saya gunakan sebagai pendalaman materi. Sekali-kali saya ikut berangkat ke kampus bersama para frater, mengunjungi keluarga para frater-romo dan berkenalan dengan mereka. Di hari Minggu, para frater (secara bergantian) mengajak saya untuk terlibat dalam kegiatan pastoral mereka bersama dengan anak-anak, kaum muda atau pun orang tua. Karena bulan ini termasuk dalam bulan menjelang Imlek, saya juga diajak untuk merayakan perayaan tersebut bersama dengan sejumlah komunitas (entah kaum muda, keluarga atau pun biarawan-biarawati) sambil menikmati pesta kecil yang mereka adakan. Dalam suasana seperti inilah saya bisa berkenalan dengan banyak orang. Saya merasa gembira karena turut dalam kebersamaan itu sambil belajar bahasa Việt.

Sejatinya, melalui perjumpaan ini, pembelajaran saya akhirnya tidak hanya terbatas pada penguasaan satu dua kosa kata baru. Di dalamnya, saya turut diajak belajar mengetahui dan memahami pola pikir, cara bertindak dan kebiasaan mereka, secara khusus dalam berelasi dan mengekspresikan diri dalam kebersamaan.

Chào Mừng Đến Với Sứ Vụ Việt Nam(Selamat Datang di Misi Việt Nam)

Fr. Petrus Hamonangan Sidabalok OMI

Yang Kualami

Fr. Petrus OMI di Vietnam

Page 25: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 23

Dari sini jugalah kemudian saya mengenal Orang Việt (Người Việt) sebagai masyarakat yang sadar tata krama dan sopan santun. Hal itu salah satunya tampak dalam sapaan yang didasarkan pada usia dan jenis kelamin seseorang. Sapaan untuk teman seusia sesama jenis berbeda dengan sapaan untuk teman yang seusia berbeda jenis kelamin dan berbeda juga sapaan untuk mereka yang usianya di bawah atau di atas kita dengan jenis kelamin yang berbeda. Agak rumit memang. Cara ini dipakai untuk menjaga sopan santun dalam bertutur kata. Dalam beberapa kesempatan kunjungan, sapaan saya mendapat koreksi dari teman frater. Ketika saya hendak menyapa seseorang dengan sebutan Bà [ChàoBà, artinya “Halo Bu” atau “Hai Bu”] (Bà artinya ibu atau bu, berdasarkan usia), teman saya malah meminta saya untuk

menyapanya dengan sebutan Cô [ChàoCô] (bibi). Ketika saya hendak menyapa seseorang dengan sebutan Ông (bapak), malah dia menyuruh saya untuk menyapanya dengan sapaan Anh (abang atau saudara). Begitu juga ketika saya hendak menyapa seseorang dengan sebutan Bạn (teman), dia menyuruh saya untuk menyapanya dengan sapaan Em (adik laki-laki) . Akhirnya, dari pada nantinya dianggap kurang sopan, maka setiap bertemu orang baru, saya terlebih dahulu bertanya kepada teman saya, sapaan apa yang mesti saya gunakan.

Di sela-sela waktu itu, saya juga berkesempatan mengunjungi dua wilayah parokial yang dilayani oleh para oblat. Pertama, Paroki Phước Tín yang terletak di Provinsi Bình Phước dengan P. Dominique Nguyễn Văn Lộc OMI sebagai pastor paroki ditemani seorang pastor rekan dan seorang diakon. Kedua ialah sebuah stasi bernama Ea Tân yang terletak di Paroki Phú Lộc,

Yang Kualami

Prasasti depan Skolastikat, Lai Thieu

Kunjungan Keluarga ke rumah frater

Provinsi Đắk lắk. Stasi ini dilayani oleh P. Dominique Nguyễn Đức Duy OMI bersama seorang frater yang sedang menjalani tahun pastoral (TOP) dan seorang aspiran. Keduanya merupakan tempat yang tenang, jauh dari keramaian kota dan sejuk karena berada di area perkebunan karet (Paroki Phước Tín) dan perkebunan lada, kopi dan buah-buahan (Ea Tân). Namun, karena singkatnya waktu kunjungan saya di dua tempat ini (3 hari), saya hanya berkesempatan mengunjungi beberapa rumah umat dan bertemu dengan orang-orang di sana.

Bagi saya, hal menarik yang saya rasakan dari perjumpaan-perjumpaan ini ialah bahwa meskipun saya hadir sebagai seorang ‘tamu’, namun masyarakat di

PIA-PIRParoki Tân Quy belajar doa Our Father dan Hail Mary

Page 26: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

24 | | CARAKA | Mei 2018

Yang Kualami

sini hadir sebagai ‘keluarga’yang begitu hangat, ramah dan menaruh hormat. Hal ini tampak lewat sapaan dan sejumlah undangan dan ajakan untuk berkunjung ke rumah mereka. Yah, saat ini, untuk bisa berkomunikasi lebih lanjut, saya membutuhkan teman frater atau romo karena bahasa Việt saya masih terbatas, begitu juga dengan mereka. Syukurlah, meskipun bahasa verbal tidak selalu mudah dipahami baik saya atau pun mereka, tetapi hal itu tidak menutup atau pun menghalangi niat kami untuk semakin akrab dan dekat. Bahasa verbal hanyalah salah satu cara berkomunikasi. Ketika bahasa verbal tidak tertangkap sebagaimana dimaksudkan (tidak lagi dapat menjembatani maksud kedua belah pihak dalam berkomunikasi), ternyata masih ada bahasa tubuh simbolik alias bahasa tarzan yang dapat digunakan untuk mengekspresikan maksud atau niat. Bahasa ini hadir sebagai penolong dan ternyata, bahasa semacam ini lebih mengena dalam ingatan, mungkin karena kompleksnya gerak tubuh atau mimik wajah yang ditampilkan (sedemikian rupa) sehingga terkesan sungguh-sungguh

dan mungkin agak gimana gitu. Alhasil, ini bisa berjalan dengan baik.

Kedekatan, keramahan dan kehangatan yang ditawarkan orang-orang yang saya jumpai di sini membuat saya merasa gembira dan bersukacita; baik ketika mengunjungi rumah-rumah para Oblat (rumah aspiran, novisiat, skolastikat, rumah-rumah misi), keluarga-keluarga Oblat maupun bertemu dengan sejumlah umat. Ketika pertama kali bertemu, memang dibutuhkan semacam ‘adaptasi’ singkat dengan mereka. Ada semacam perasaan malu dan canggung. Namun, perasaan itu sirna ketika sudah saling bertegur sapa dan

Kunjungan Bersama dengan anak panti asuhan para Suster-Suster Putri Maria

Pastroal hari minggu mengajar Pia-Pir

di Paroki Tân Quy

Fr. Petrus bersama komunitas Skolastikat OMI Vietnam

mengenal. Dengan suasana seperti ini, jarak tidak lagi menghalangi kedekatan. Sampai saat ini, hal yang kiranya masih menjadi PR saya ialah sebuah tantangan untuk mampu berkomunikasi menggunakan bahasa setempat. Saya berharap, semoga pada bulan-bulan selanjutnya, saya sudah semakin siap untuk bisa berkomunikasi menggunakan BahasaViệt. Semoga semakin banyak pula sukacita dan kegembiraan yang dialami melalui dan dalam setiap perjumpaan. Dengan demikian, sapaan Chào Mừng Đến Với Sứ Vụ Việt Nam (Selamat Datang di Misi Việt Nam) sungguh menjadi sebuah ungkapan syukur yang penuh makna dari perjumpaan-perjumpaan yang terjadi.

Page 27: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 25

Di tepinya sungai Serayu, kala fajar menyingsing….

Alunan lagu “Di Tepi Sungai Serayu” membuat perasaanku semakin bersemangat menjalankan

asistensi di Paroki Santa Maria Imakulata, Banyumas, Purwokerto. Selama Pekan Suci hingga hari paskah ini saya mendapat perutusan dari Komunitas Formasi untuk melaksanakan asistensi membantu Romo Niko Ola, OMI di Paroki ini.

Paroki yang terletak di dekat tepi Sungai Serayu ini memang bukanlah sebuah paroki yang besar. Gerejanya sederhana dan umatnya terbatas. Namun, dalam pengamatan saya pribadi, penghayatan iman mereka tidak kalah dengan paroki-paroki besar yang ada di sekitarnya.

Beberapa contoh pengalaman yang mendukung pengamatan saya ini antara lain (1) Dialog yang terbangun baik dengan warga sekitar, (2) Perayaan Liturgis Pekan

Paroki Di Pinggir Sungai Serayu

Fr. Henrikus Prasojo OMI

Yang Kualami

Fr. Prasojo bertugas di Paroki Santa Maria Imakulata Banyumas pada Misa Paskah

Suci, Trihari suci, dan Paskah yang meriah, (3) Adanya aksi nyata dalam mewujudkan semangat paskah.DIALOG YANG TERBANGUN BAIK

Ketika saya tiba di Paroki, Romo Niko Ola menyampaikan rencana Trihari suci yang akan dilaksanakan oleh segenap umat Paroki. Salah satu yang membuat saya terkejut adalah adanya perarakan Minggu Palma mengelilingi kampung di sekitar bangunan Gereja.

Tentu saja saya terkejut, bahkan merasa khawatir. Hal seperti ini tidak pernah saya saksikan sebelumnya, dan saya khawatir bahwa akan ada suatu kerusuhan akibat intoleransi. Namun kekhawatiran saya itu tidak terjadi. Ternyata segenap umat paroki Banyumas telah membangun dialog yang baik dengan masyarakat sekitar, sehingga masyarakat pun mengizinkan prosesi perarakan itu tanpa merasa terganggu. Selama saya mengikuti prosesi perarakan, saya juga melihat warga masyarakat sekitar melemparkan senyum kepada rombongan umat paroki Banyumas yang melambai-lambaikan daun palma sambil berjalan perlahan mengelilingi kampung.

PERAYAAN LITURGI YANG MERIAHWalaupun umatnya tidak sebanyak paroki-paroki

besar di sekitar, umat Paroki Banyumas menyiapkan Liturgi lingkaran Paskah yang meriah. Koor dipersiapkan dengan baik, petugas passio melagukan kisah sengsara Tuhan dengan bersemangat, doa umat meriah yang dinyanyikan dengan baik, putra altar yang terlatih, dan juga baptisan yang melengkapi seluruh perayaan paskah.

Dengan kreativitas mereka, para OMK bersama kelompok Putra-Putri Altar (PPA) membuat sebuah

Page 28: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

26 | | CARAKA | Mei 2018

Yang Kualami

Perayaan Paskah bersama binaan LAPAS

Tablo Kisah Sengsara Tuhan. Umat menyaksikan tablo tersebut dengan penuh perhatian, dan dalam suasana doa yang khusuk. Terlihat bagaimana kreatifitas kaum muda dapat membantu penghayatan iman umat yang lain pula.

ORANG-ORANG PILIHAN ALLAH,

BUKAN BUANGAN (Bagian ini sudah diterbitkan di Website OMI-

Indonesia.org pada Selasa, 3 April 2018)

“Roh Tuhan ada padaKu.... Dan Ia mengutusKu untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan... Untuk memberitakan bahwa Tahun Rahmat Tuhan sudah datang.” (Lukas 4, 18-19). Kiranya Sabda inilah yang menginspirasi Panitia Paskah Paroki Santa Maria Immaculata Banyumas untuk mengaplikasikan semangat paskah yang boleh mereka alami dari Allah sendiri.

Rasa kekeluargaan yang hangat mengalahkan dinginnya hujan yang mengguyur wilayah Lembaga Pemasyarakatan (LP) Banyumas, Purwokerto pada Senin 2 April 2018. Rombongan yang berjumlah 27 orang datang dari Panitia Paskah Paroki Santa Maria Immaculata(SMI) Banyumas datang mengunjungi LP Banyumas, untuk melaksanakan program Bakti Sosial

Paskah dan juga acara kebersamaan dengan warga binaan LP Banyumas.

Dalam kata sambutannya, Pak Bejo (wakil dari pihak LP) menyampaikan ungkapan terima kasih atas perhatian umat paroki SMI Banyumas terhadap para warga binaan di LP ini. Beliau juga mengungkapkan maaf

karena tidak bisa memfasilitasi keinginan hati umat SMI Banyumas untuk bisa beramah tamah dengan seluruh penghuni LP karena alasan keamanan.

Rencana awal memang panitia menghubungi pihak LP agar bisa beramah tamah dan membagikan rasa kekeluargaan dengan 170 warga binaan di LP, namun seperti apa yang diungkapkan oleh Pak Bejo, pihak LP tidak bisa memenuhi itu pada hari H karena alasan keamanan. Namun pihak LP mengizinkan lima orang tahanan beragama Kristiani untuk melaksanakan kebersamaan bersama kami.

Dalam renungan singkatnya, Romo Niko Ola, OMI selaku pastor paroki menegaskan bahwa kita semua adalah para pilihan Allah. Sejak awal kelahiran kita telah dipilih Allah, maka tidak ada istilah buangan terlebih bagi para warga binaan. Momen menjalani masa hukuman adalah saat yang tepat untuk melihat kembali jati diri sebagai orang pilihan Allah, dan ini hanyalah salah satu cara dari Allah untuk meluruskan hati yang

Page 29: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 27

Yang Kualami

Tim Tablo bersama anak-anak panti asuhan di Paroki Banyumas

sempat berbelok dariNya. Pak Yohanes, seorang warga binaan di LP Banyumas

mensharingkan bahwa ia amat bahagia atas kunjungan dan perhatian dari umat paroki SMI Banyumas ini. Lewat kunjugan ini ia dan teman-teman lain merasa tersapa. Dalam sharingnya, ia merasa dirinya telah diubah oleh Allah sejak masuk LP Banyumas. Selama ia menjalani hidup di LP, ia terdorong untuk mencari kehendak Allah dengan setiap pagi membaca Alkitab dan sebuah buku renungan sabda. Lewat pencarian itu, ia menyadari betul bahwa masa hukuman di LP ini merupakan jeweran dari Tuhan agar ia dapat hidup dengan lebih baik.

Selain acara kebersamaan, umat paroki SMI Banyumas juga menyediakan bingkisan berupa perlengkapan mandi serta pakaian dalam sebagai bentuk bakti sosial. Bingkisan tersebut dibagikan kepada setiap warga binaan di LP Banyumas. Setelah serah terima bingkisan paskah, acara dilanjutkan dengan makan bersama sambil diiringi lagu-lagu populer Indonesia. Suasana kekeluargaan yang hangat ini, memuncak ketika di penghujung acara umat Paroki SMI Banyumas menyanyikan lagu Kemesraan bersama lima teman warga binaan sambil bergandengan tangan.

Begitulah umat Paroki SMI Banyumas mencoba untuk menghidupi wasiat Yesus yang bangkit salah satunya yaitu mewartakan pembebasan kepada para tawanan. Memang mereka tidak bebas dari hukuman yang harus mereka jalani, tetapi lewat kunjungan dan

kebersamaan ini, mereka merasakan adanya pembebasan rohani. Mereka tidak merasa sebagai orang terbuang, mereka tidak merasa sebagai orang yang tersingkir, tetapi mereka merasakan kasih Tuhan lewat kunjungan dan kehadiran dari umat paroki SMI Banyumas ini.

Selain itu, lewat progam Bakti Sosial Paskah ini, umat Paroki SMI Banyumas telah mengamalkan sesuatu yang juga diwasiatkan oleh Santo Eugenius de Mazenod- Bapa Spiritualitas para Oblat yaitu, “Orang Miskin: orang kecil, para tahanan, kaum muda; adalah kelompok yang berharga dalam keluarga besar Kristus, dan mereka tidak boleh diabaikan ataupun ditinggalkan dalam ketidaktahuan mereka!” (Homili St. Eugenius de Mazenod, Paskah 1813).

Page 30: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

28 | | CARAKA | Mei 2018

Anak Jaman Now!Fr. Alvin Adyanto OMI

Media komunikasi, baik tradisional maupun elektronik merupakan hal yang penting dalam

berkomunikasi.

Sekarang semua orang ditarik ke dalam pengaruh media elektronik sehingga pola berpikir dan gaya hidup ikut terpengaruh. Untuk itu perlu ada penyesuaian antara pewartaan iman dengan penggunaan media komunikasi yang baik dan sesuai agar Kerajaan Allah dapat diterima

di dunia yang semakin modern ini.Kursus Audio Visual untuk mendukung gerakan

aksi panggilan merupakan salah satu cara yang ditempuh oleh para frater skolastik OMI. Hal ini dirasa sangat penting karena sekarang dunia kita berada di era digital. Hampir semua orang bahkan yang berada di pelosok pun memiliki televisi, apalagi smartphone. Orang tidak perlu repot-repot beli koran untuk mencari informasi,

Yang Kualami

hasil gambar tangan fr. Alvin Adyanto OMI

Page 31: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 29

karena sudah tersedia di smartphone yang terkoneksi dengan internet. Melalui internet yang merupakan jaringan teknologi komunikasi elektronik tanpa batas ini, terciptalah sebuah virtual community atau dunia maya sehingga ‘dunia’ kini berada dalam genggaman . Tinggal geser ke atas-bawah semua informasi bisa didapatkan tanpa harus membolak-balikkan halaman koran.

Jauh sebelum kami menganggap ini penting, Gereja Katolik sudah jauh lebih dulu menyadari betapa pentingnya media komunikasi untuk digunakan sebagai sarana mendukung pewartaan. Dalam Dekrit Inter Mirifica yang berbicara tentang upaya-upaya komunikasi sosial pada artikel 3 menegaskan bahwa:

“.. pada hakikatnya Gereja berhak menggunakan dan memiliki semua jenis media itu, sejauh diperlukannya atau berguna bagi pendidikan kristen dan bagi seluruh karyanya demi keselamatan manusia. Adapun para Gembala bertugas memberi pengajaran dan bimbingan kepada umat beriman, supaya dengan bantuan upaya-upaya itu mereka mengejar keselamatan dan kesempurnaan mereka sendiri dan segenap keluarga manusia..”

Maka tidak ada salahnya jika berbagai macam media komunikasi khususnya audio-visual digunakan untuk mewartakan iman dan untuk menarik serta menyentuh hati para kaum muda untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan kepada Allah baik itu sebagai imam, bruder atau suster. Mencari panggilan tidak terbatas hanya dengan promosi di mimbar-mimbar gereja atau acara live-in di berbagai komunitas, tetapi bisa melalui media komunikasi elektronik sehingga jangkauannya menjadi lebih jauh dan luas. Oleh karena itu, kami para frater skolastik OMI belajar dan berlatih terus-menerus untuk mengembangkan penggunaan media komunikasi audio-visual seperti yang telah dianjurkan dalam dekrit tersebut.

Dalam kursus audio-visual ini, kami bekerja dalam tim, mulai dari pra-produksi lalu produksi hingga pasca-produksi. Kami yang beranggotakan 4 orang yaitu Fr. Wendi, Fr. Bintang, Fr. Prasojo dan saya sendiri sudah menyepakati pembagian peran dan tugas apa saja yang akan difokuskan selama latihan ini. Fokus dari produk yang ingin kami hasilkan adalah video berdurasi pendek sehingga nantinya dapat diunggah di berbagai aplikasi

Yang Kualami

seperti Instagram, Facebook, Whatsapp, Line, dll. Kursus yang berjalan dalam beberapa hari itu cukup menambah bekal kami untuk melanjutkannya secara mandiri, tentunya kami sendiri perlu untuk menambah wawasan masing-masing sesuai dengan peran dan tugas apa yang telah disepakati dalam kursus itu (kameraman, sutradara, editor).

Secara pribadi, kursus ini membantu saya untuk mengembangkan softskill di samping berkhotbah atau berhomili. Bahkan mungkin bisa membantu saya untuk berkhotbah melalui audio-visual, jadi bukan hanya sekedar mencuplik dari buatan orang lain lalu dijelaskan dengan ditambahkan unsur-unsur rohani-spiritual di dalamnya. Sekaligus ini menjadi tantangan tersendiri bahwa saya sebagai seorang religius apakah mampu untuk berkomunikasi secara baru sehingga banyak orang yang tersapa? Mampukah saya memaksimalkan penggunaan media baru, tanpa mengabaikan pentingnya perjumpaan personal?

Page 32: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

30 | | CARAKA | Mei 2018

Sedikit memperkenal kan diri, saya adalah salah satu OMK (Orang Muda Katolik) dari Kalimatan yang tertarik untuk menjadi seorang Pastor. Saat ini saya

masih menjalani pendidikan di tingkat SMA tepatnya kelas 12 di sebuah SMA yang ada di kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat.

“Ngapa meh kak jadi Pastor jang?, bara meh ilak nai tau bebini, ilak nai tahan nugau di seminari lalu bebini, nya pedak bisik menyanak sidak yang keluar dari seminari ”… (dalam bahasa Dayak yang artinya:

“Kenapa pengin jadi Pastor, Nak? Ingat, nanti kamu tidak bisa beristri, nanti tidak tahan tinggal di Seminari, lalu beristri… lihatlah sudah ada beberapa keluarga mereka yang keluar dari seminari ….”).

Mungkin perkataan dan petanyaan ini selalu ditujukan kepada orang muda yang mulai tertarik untuk menjadi Pastor/Romo terutama saya sendiri, ya… itulah segelintir pertanyaan yang saya harus hadapi ketika kakek, nenek, bapak, ibu, dan keluarga menanyai saya ketika mereka tahu bahwa saya ingin jadi Pastor, terkadang juga sangat menjatuhkan sekali. Lalu bagaimana saya menyikapi hal tersebut??? Tentu saja awal nya saya tidak terlalu menghiraukan akan tetapi perkatan-perkatan itu selalu muncul ketika saya bertemu atau mengobrol dengan mereka membuat saya pada akhir nya pun gerah, saya pasrahkan saja saya seperti orang yang tuli ketika mereka menanyai itu dan sampai sekarang pun saya menulikan diri.

Ketetarikan saya menjadi seorang imam atau pastor bermula ketika saya masih duduk di bangku SMP. Saya ingat pertama kali teman saya mengajak saya untuk kunjungan, saya pikir kunjungan seperti apa ni?’’dalam hati saya berbisik mungkin seru kali ya?’’ ya sudah saya ikutin saja kunjungan tersebut. Kunjungan tersebut ternyata salah satu bagian dari kegiatan OMK (Orang Muda Katolik). Kunjungan pertama adalah ke stasi Kontas. Dalam kegiatan OMK ini, saya diajak untuk merefleksikan iman melalui dinamika bersama. Dari kegiatan inilah, ketertarikan saya menjadi seorang Imam atau Pastor mulai timbul.

Di kampung saya ada sebuah kongregasi suster SdC (suster cinta kasih). Saya diajak teman saya ke tempat tersebut. Di tempat inilah saya mulai membuka diri

Tuhan Menabur Benih Panggilan

di Tanah KalimantanBello Christoper Scoubhar (Kandidat OMI 2018)

Warta Formasi

Page 33: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 31

kepada Tuhan. di tempat ini, saya dapat mebaca buku-buku cerita tentang para nabi dan orang kudus. Ada juga buku tentang pengetahuan umum, tata perayaan liturgi dan masih banyak lagi.

Jujur dari kecil saya sama sekali tidak terpikir untuk menjadi seorang Pastor. Dulu waktu masih kecil , saya pengen jadi seorang dokter. Mungkin ini panggilan bagi saya untuk menjadi seorang Misionaris, saya pun merasa tertantang menjadi seorang Misionaris karena belum ada Misionaris yang berasal dari kampung saya.

Sedikit demi sedikit, saya mulai tertarik, membantu dalam tugas-tugas gereja dikampung kami seperti: lektor, menjadi misdinar, petugas lagu dan koor dan mengikuti turne bersama Pastor atau pemimpin umat. Walaupun belum seberapa, setidak nya saya sudah ikut ambil bagian dalam gereja. Mungkin teman-teman ada yang bertanya di dalam hati teman masing-masing : jikalau gagal menjadi seorang Pastor gimana ya??” Nah itu kembali dari awal lagi, pertimbangkan dengan baik niat untuk menjadi seorang Pastor. Menjadi Pastor bukanlah pilihan yang sembarangan. Terlepas dari itu semua, saya ditantang untuk tidak menyimpan sikap yang mudah menyerah tetapi terus menanamkan sikap pantang menyerah.

Saya ingin menjadi Pastor OMI (Oblat Maria Imakulata). Mengapa saya memilih OMI? Saya memilih

OMI karena paroki saya ialah OMI. Selain itu saya tertarik pada pakaiannya yang kayak Batman. Apa senangnya menjadi Pastor? Bagi saya sendiri kebahagian utama menjadi Seorang Pastor adalah saya bisa merasakan kekayaan spiritual iman saya dan serta hidup untuk melayani, kerena bagi saya hidup akan lebih berarti bila melayani daripada dilayani. Orangtua saya sudah merestui pilihan hidup saya ini dan menyerahkan pilihan ini kepada saya sepenuh nya walaupun agak dengan berat hati dengan keputusan saya menjadi seorang Pastor misionaris.

Warta Formasi

“Bersama Rm. Eko, OMI turne ke stasi Muran, Paroki Sepauk”

4 OMK bersiap mengikuti Tes wawancara dan Akademik di Pastoran Sepauk,3-4 April 2018

Page 34: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

32 | | CARAKA | Mei 2018

Rabu, 4 April 2018 adalah hari yang bahagia untuk komunitas Oblat distrik Formasi Yogyakarta.

Pada hari ini dilangsungkan upacara penerimaan ke dalam hidup religius bagi para Pranovis OMI yang telah menjalani formasi mereka selama 8 bulan. Upacara ini ditandai dengan penerimaan jubah (pakaian biara) pertama mereka. Selain itu, kakak mereka para Novis OMI juga telah menyelesaikan masa Novisiat Kanonik mereka, dan menerima perutusan di tempat karya misi OMI.

Acara dikemas dalam Perayaan Ekaristi bersama keluarga Oblat distrik Formasi. Perayaan Ekaristi ini juga sekaligus merupakan Perayaan Paskahan Komunitas Formasi, sebab sejak menjelang Pekan Suci,

beberapa Oblat sudah pergi ke berbagai tempat untuk melaksanakan asistensi Paskah. Seperti para rasul yang kembali ke Galilea untuk menemui Yesus, para Oblat pun kembali ke komunitas untuk juga menemui Yesus.

Perayaan Ekaristi Penerimaan Jubah dan Pengutusan Novis ini dipimpin oleh Romo Eko Saktio OMI – Provinsial OMI Indonesia. Dalam homilinya, Romo Provinsial memberikan semangat dan pesan-pesan yang berguna bagi para Novis baru dan juga para Novis yang akan menjalani perutusan. Beliau mengajak para Novis untuk menimba semangat Paskah dalam menjalani masa formatio yang akan mereka jalani baik yang baru memulai masa Novisiat, maupun yang akan menjalani perutusan.

Melangkah Ke Tahap Selanjutnya

Warta Formasi

Para Novis angkatan 2018-2019 yang baru saja penjubahan sedang memohon berkat dari Tuhan

Page 35: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 33

Setelah Perayaan Ekaristi selesai, acara dilanjutkan dengan peluncuran buku refleksi yang ditulis oleh para Novis baru. Ada tiga buku yang mereka luncurkan, Ketiganya berisi refleksi murni dari hati para Novis baru selama mereka menjalani masa formatio sebagai Pranovis OMI sebelumnya. Buku-buku tersebut dibagikan kepada para tamu undangan yang hadir dalam acara ini. Dengan tampilan sederhana, para Pranovis membagikan permenungan mereka yang jujur dan inspiratif

Acara berlanjut dengan makan malam dan ramah tamah bersama. Di sela-sela waktu makan, ada tampilan tarian yang dimainkan oleh para Novis angkatan 2018 dan 2017. Ada juga tampilan tarian dari Kalimantan Utara yang dimainkan oleh Della, PPdM dengan Sdr. Langet. Penampilan mereka yang khas dan unik, menyentuh hati para penonton yang menyaksikan tarian asli budaya dayak tersebut.

Sungguh kebersamaan yang meneguhkan. Semua saling mendukung panggilan masing-masing. Sekali lagi Proficiat untuk:

1. Fr. Nov. Evan2. Fr. Nov. Sakai3. Fr. Nov. Rico4. Fr. Nov. Suni5. Fr. Nov. Rizki6. Fr. Nov.Togar7. Fr. Nov. Yuli8. Fr. Nov. Adi9. Fr. Nov. Thomas

Selamat menjalankan misi bagi:1. Br. Nov. Jack di Paroki Santa Maria Immaculata Tarakan2. Fr. Nov. Markus di Paroki Santa Maria Immaculata Kalideres3. Fr. Nov. Natan di Paroki Trinitas Cengkareng4. Fr. Nov. Bene di Paroki Petrus dan Paulus Dahor, Balikpapan5. Fr. Nov. Redwan di Paroki Santa Maria Fatima Penajam6. Fr. Nov. Paiman di Paroki St. Stefanus Malinau7. Fr. Nov. Jerome di Paroki St. Petrus dan Andreas Sepauk Kalimantan Barat8. Fr. Nov. Agung di Paroki St. Yohanes Penginjil Dangkan Silat.Semoga Tuhan senantiasa menyertai dan Bunda Maria mendoakan. Terpujilah Yesus Kristus dan Maria Imakulata

Oleh : Fr. Henrikus Prasojo OMI

Kebahagiaan para Novis angkatan 2017-2018 yang menerima surat perutusan live in di karya paroki.

Warta Formasi

Kebahagiaan para Novis angkatan 2017-2018 yang menerima surat perutusan live in di karya paroki.

Page 36: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

34 | | CARAKA | Mei 2018

Jawaban “ya” yang diberikan Maria kepada Malaikat Agung seakan menjadi inspirasi terdalam Pastor

Tarsisius Eko Saktio, OMI untuk menjawab panggilan menjadi seorang Provinsial OMI Indonesia. Ia sungguh-sungguh taat pada kehendak Bapa sama seperti Maria, bunda yang dicintainya.

Sabtu, 09 Februari 2018, hari cukup cerah, seakan langit dan semesta mendukung sukacita yang dirasakan oleh keluarga besar Oblat Maria Imakulata Provinsi Indonesia. Pada hari ini dilaksanakan pelantikan Provinsial OMI Indonesia yang baru, Pastor Tarsisius Eko Saktio, OMI; beserta Dewan Provinsial yang baru: Pastor Dominikus Pareta, OMI, Pastor F.X. Rudi Rahkito Jati, OMI, Pastor Bernardus Agus Rukmono, OMI, dan Pastor Agustinus Adeodatus Wiyono, OMI. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pastor Paulinus Maryanto, OMI dengan dua Konselebran: Pastor Jacques Chapuis, OMI, dan Pastor Antonius Rajabana, OMI. Gereja Ratu Surga, Kaliori, terlihat penuh dengan orang yang datang dari berbagai daerah, antara lain Cilacap, Banyumas, Jakarta, Balikpapan, dan Sepauk. Dalam kebersamaan, semua hadir untuk mendukung Provinsial dan Dewan yang

baru.Paduan suara yang bersemangat dari Komunitas

Pranovisiat-Novisiat OMI, Yuniorat OMI dan PPdM Cilacap-Yogyakarta menambah suasana meriah Perayaan Ekaristi pada sore hari itu. Lagu-lagu dipilih dengan nuansa Kalimantan Barat, menyesuaikan dengan Pastor Eko yang berasal dari Sejiram, Kalimantan Barat. Beberapa kamera juga nampak siap siaga, tidak mau ketinggalan untuk mengabadikan momen yang terjadi tiga tahun sekali ini.

“Kita semua bersukacita sebab Provinsial yang baru sebagai tanda pemersatu Oblat Indonesia telah terpilih,” begitu ungkap Pastor Aloysius Wahyu Nugroho, OMI dalam Homilinya. Selain itu, kebijaksanaan juga menjadi suatu hal yang penting dalam diri seorang provinsial sebagai pemimpin provinsi

Pastor Eko bercerita, bahwa sesungguhnya dia cukup ragu untuk menerima panggilan sebagai Provinsial OMI. Sehari penuh ia merenung di Gupung Puyanggana

Aku Ini Hamba Tuhan.....”Pelantikan Provinsial dan Dewan OMI Indonesia Yang Baru

Warta OMI

Rm. Tarsisius Eko Saktio OMI,Provinsial Indonesia yang baru

Penumpangan tangan oleh para kolega imam

Page 37: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

CARAKA | Mei 2018 | 35

(tanah garapan milik OMI di Sepauk, Kalimantan Barat), mencoba menemukan jawaban yang terbaik. Akhirnya, teladan Bunda Maria membantunya untuk memilih yang terbaik, yaitu mengatakan “ya” sebagai tanda ketaatan kepada kehendak Allah.

Acara diakhiri dengan makan malam dan ramah tamah bersama. Khas Oblat sekali bahwa setiap Oblat berusaha menjadi dekat dengan semua umat yang dilayaninya. Hal itu nampak ketika makan bersama. Tidak ada Oblat yang duduk makan sendirian atau hanya berdiam. Setiap Oblat makan malam bersama dengan umat, berbaur dengan gayanya masing-masing, dan berbagi sukacita bersama secara lebih otentik. Perjumpaan akrab yang otentik juga merupakan tanda kehadiran Allah dalam diri satu sama lain.

SIMBOL PERSATUAN Upacara pelantikan ini memang merupakan

acara yang cukup penting, sebab kehadiran Provinsial dan Dewan menjadi sebuah symbol persatuan bagi para Oblat. Dalam kaul ketaatan, para Oblat memberikan seluruh persembahan dirinya kepada Tuhan melalui perutusan yang diterima dari Provinsial selaku pemimpin tertinggi di sebuah Provinsi. Santo Eugenius menambahkan bahwa para Provinsial punya tanggung

jawab yang besar untuk menjadi jembatan bagi para Oblat baik itu superior lokal maupun para Oblat yang berkarya di suatu karya.

Jabatan Provinsial tentu saja bagaikan gembala dalam sebuah kawanan. Provinsialah yang menjadi penuntun arah gerak Provinsi dalam periode yang dipercayakan kepadanya. Tentu saja ia tidak bekerja sendiri, tetapi dibantu oleh seluruh oblat yang berkarya bersama dengan provincial. Semoga kehadiran provincial baru ini semakin mengarahkan OMI Indonesia untuk bertumbuh dan berkembang sebagaimana dicita-citakan oleh Santo Eugenius de Mazenod. Terpujilah Yesus Kristus dan Maria Imakulata.

Fr. Henrikus Prasojo, OMI (Sebagian dari artikel ini telah diterbitkan di Website

OMI-Indonesia.org pada Sabtu, 10 Februari 2018)

Warta OMI

ekspresi keceriaan para Oblat dalam kebersamaan

Page 38: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

36 | | CARAKA | Mei 2018

Desember 201721 Romo Wahyu Asistensi Natal ke Loreh, Kalimantan Utara. Romo Widi asistensi Natal ke Muntilan.23 Para Frater Asistensi Natal ke Cilacap 31 Fr. Wendi, Fr. Alvin & Fr. Bintang mengikuti bazar panggilan di Paroki Keluarga Kudus Banteng

Januari 20185 Fr. Petrus Berangkat ke Jakarta kemudian ke Vietnam6-9 Live ini di Paroki Mertoyudan 9 2 Frater dari Vietnam datang ke Indonesia dan belajar di Indonesia13 Fr. Wendi mengikuti kursus Jurnalistik di FTW bersama karyawan kompas25 Perayaan Hari Jadi Kongregasi dirayakan dengan misa bersama komunitas formasi di WDM.

Februari 20186-9 Kongres Provinsi OMI Indonesia dan Instalasi Provinsial Baru OMI Indonesia13 Fr. Prasojo, Fr. Alvin, Fr. Wendi, Fr.Bintang mulai kursus audio visual15 Fr. Prasojo mendampingi rekoleksi kelas 9 di Wisma Wijaya Kaliurang.

TERIMA KASIHpara Sahabat Seminari OMI (SASEM)

atas kepeduliannya terhadap pendidikan para calon imam/bruder OMI selama ini.Anda dapat mengirimkan donasi Anda setiap bulan/tahun

secara tunai atau transfer bank, yaitu melalu:

Bila Anda sudah mengirimkannya, mohon kami diberi kabar di nomor (SMS) 0821 3804 4584

supaya kami dapat mencatat bukti kiriman dan memberitahukannya kembali kepada Anda.

Jangan lupa mencantumkan nomor urut Sasem Anda.

1. BCA Cabang Mangkubumi No. Rek 126 047 1119 a.n. John Francis O’Doherty FX. Rudi Rahkito Jati

2. Bank Mandiri KCP STIE YKPN 13720 No. Rek 137 00 1048262 4 a.n. Andri Atmaka Antonius

KRONIK

17 Perayaan Hari Pengesahan Kongregasi OMI oleh Paus Pius Leo ke XII 25 Regenerasi kepengurusan baru PPDM di WDM

Maret 20184 Penjubahan Novis angkatan 2018-2019 dan pengutusan Novis angkatan 2017- 201813-15 Live in dan aksi panggilan di Sragen23 Fr. Bintang,, Fr. Wendy, Fr. Alvin, Br. Edwin asistensi di Paroki Cilacap, Fr. Prasojo asistensi di Paroki Banyumas. Rm. Widi dan Rm. Wahyu asistensi di Kalimantan Utaraa

April 2018

13-15 Promosi panggilan bersama MUPERKAS Semarang di Paroki St. Maria Fatima Sragen20-21 Fr. Bintang, Fr. Prasojo, Fr. Soleman mengikuti Minggu Panggilan di paroki St. Yusuf Bintaran. 28-29 Romo, Frater, Bruder OMI bersama para suster ADM live in di Paroki St. Maria Assumpta di Cawas, Klaten

Page 39: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

DOA PANGGILAN OBLAT

(08 Desember 2017 – 25 Januari 2019)

Allah Bapa Yang Maha Kudus,

Kami datang kepadaMu karena Yesus meminta kami untuk berdoa agar Engkau mengirim pekerja-pekerja ke ladang-Mu. Engkau sangat mengasihi dunia sehingga Engkau mengutus PuteraMu supaya kami mem-peroleh kepenuhan dalam hidup. PuteraMu mengutus para RasulNya untuk mewartakan Kabar Baik pen-ebusan.Kemudian, dari zaman ke zaman, Engkau mengirimkan para pekerja ke seluruh dunia sehingga setiap orang dapat mengenalMu.

Engkau memilih Santo Eugenius unutuk membentuk keluarga misionaris yang berkobar-kobar mewartakan “Siapa Yesus” di seluruh penjuru dunia dan untuk membentuk komunitas-komunitas Kristiani yang baru. Dunia senantiasa membutuhkan cintaMu. Dunia membutuhkan orang-orang yang akan membantu sesa-manya pada zaman ini untuk “menjadi pertama-tama manusiawi, kemudian Kristiani, dan akhirnya menjadi orang-orang suci.”

Maka kami mohon, ya Bapa, kirimkanlah kepada kami pemuda-pemuda yang murah hati, yang mempunyai kecintaan mendalam kepada Yesus, yang bersedia untuk mempersembahkan seluruh hidupnya kepadaMu, untuk menjadi dekat dengan kaum yang paling miskin dan terlantar demi pewartaan Kabar Gembira.Semoga mereka dikobarkan oleh api semangat yang sama seperti yang Engkau nyalakan dalam diri Santo Eugenius; semoga mereka menjadi bagian dari keluarga para Oblat untuk bersama-sama meneruskan karya keselamatanMu.

Tuhan Yesus, Putra-Mu, berkata kepada kami bahwa segala yang kami mohon padaMu di dalam namaNya akan Engkau kabulkan. Maka kami panjatkan doa ini kepadaMu dalam iman dan keyakinan bahwa Engkau pasti akan mendengarkan permohonan kami.Bunda Maria Imakulata, yang pertama-tama memberikan Putranya kepada dunia, hadirlah bersama kami di saat kami berdoa. Amin.

Page 40: EDISI MEI 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileDia menulis surat kepada Pastor Superior Jendral OMI : “Sebelum saya menjadi OMI, misi di Asia telah menarik ... mendengar panggilan

“Datang dan Lihatlah”(Yoh 1: 39)

Sukacita dan Kemurahan Hati Hidup Oblat

OMImelayani yang tak terlayani

ingin tahu apa itu OMI? hubungi Rm. Aloysius Wahyu Nugroho OMI

+62 813 9228 4896Aloysius Wahyu Nugrohoaloysius_wahyu_nugrohowahyuomi@gmail .com