dr. siti nasihatun, m. pdrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52687... · 2020. 10....
TRANSCRIPT
-
KOMPETENSI DAN KINERJA
WIDYAISWARA: Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat)
di Kementerian Agama
Dr. Siti Nasihatun, M. Pd
Pustakapedia
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA: Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
di Kementerian Agama
©2019, Siti Nasihatun
Hak cipta dilindungi undang-undang
Penulis : Dr. Siti Nasihatun, M.Pd Tata Letak : Tim Pustakapedia
Desain Sampul : Fadhilla
ISBN : 978-602-0780-47-4
Cetakan ke-I, Mei 2019
Diterbitkan oleh:
Pustakapedia
(CV Pustakapedia Indonesia)
Jl. Kertamukti No.80 Pisangan
Ciputat Timur, Tangerang Selatan 15419
Email: [email protected]
Website: http://pustakapedia.com
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk
dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Penulis
-
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt Tuhan yang maha esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan disertasi dengan judul
“Kompetensi dan Kinerja Widyaiswara (Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama))” dengan baik dan tepat waktu. Shalawat teriring salam senantiasa kita sanjungkan kepada insan mulia penghulu
para nabi yaitu nabi agung Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan
umatnya sampai yaumulkiyaamat. Amin
Peneliti juga mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak atas
segala bantuan dan dukungannya mulai dari awal masuk kuliah doktoral
pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai dengan terselesaikannya
penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih penulis secara khusus disampaikan
kepada:
1. Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. H. Jamhari Hasan, MA beserta keluarga besar civitas akademika Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Promotor I dan II, Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA dan Prof. Dr. H. M. Suparta, MA, atas bimbingan dan arahannya selama proses penyusunan
disertasi ini dari awal sampai disertasi ini selesai;
3. Ketua Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Didin Saepudin, MA beserta seluruh dosen dan staff
bagian administrasi Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
4. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. Dr. Abdurrahman Mas’ud, M.Sc, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan
dan Keagamaan Dr. H. Mahsusi, MA beserta jajarannya yang telah
memberikan ijin dan kesempatan berharga kepada penulis untuk mengikuti
program beasiswa doktoral Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S3 dengan tepat waktu;
5. Teman-teman widyaiswara seluruh Indonesia, teman-teman kantor (widyaiswara dan pegawai) di Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan
Keagamaan, dan teman-teman seperjuangan di Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya angkatan 2016/2017 yang selalu
membahagiakan dan menyemangati penulis, semoga Allah swt membalas
segala kebaikan dan keikhlasan mereka;
6. Keluarga besar tercinta, kedua orang tua, mertua, dan kakek nenek penulis, terkhusus suami tercinta A. Tagam Tumangger, beserta ketiga putri kami
terkasih 1) Kaisha Nasywa as-Syagaf Tumangger, 2) Loryn Maliha az-
Zahra Tumangger, dan 3) Gasyda Tertia Mikhayla Tumangger atas segala
keikhlasan dan dukungannya yang tiada henti sehingga penulis dapat
-
ii
menyelesaikan studi doktoral ini. Akhirnya, saya mengharapkan semoga
disertasi penulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama lembaga
kediklatan pemerintah.
Jakarta, 24 April 2019
Penulis,
Siti Nasihatun
-
iii
ABSTRAK
Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak program
Diklat Kewidyaiswaraan terhadap perubahan kompetensi dan kinerja
widyaiswara terutama kompetensi pengelolaan pembelajaran dan kompetensi
substantif serta dampaknya terhadap perolehan angka kredit widyaiswara.
Perolehan angka kredit widyaiswara menjadi tolak ukur kinerja widyaiswara
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Metodologi penelitian evaluasi pasca Diklat ini menggunakan metode
kualitatif evaluation research dengan pendekatan model evaluasi 4 level
Kirkpatric, meliputi: 1) reaction, 2) learning, 3) behavior, dan 4) result.
Evaluasi pasca Diklat berfungsi sebagai alat ukur sejauhmana kompetensi
hasil Diklat dapat diterapkan alumni Diklat dalam melaksanakan pekerjaanya
sekaligus berfungsi sebagai acuan dalam meningkatkan kualitas
penyelenggaraan program Diklat di masa yang akan datang.
Hasil penelitian evaluasi pasca Diklat ini menunjukkan bahwa kegiatan
Diklat kewidyaiswaraan berdampak pada perubahan kompetensi pengelolaan
pembelajaran, kompetensi substantif, dan kinerja widyaiswara secara lebih
baik. Namun demikian, peningkatan kinerja widyaiswara sebagian besar
masih didominasi pada aktualisasi kompetensi pengelolaan pembelajaran.
Untuk peningkatan kinerja widyaiswara aktualisasi kompetensi subtantifnya,
masih belum optimal terutama pada unsur pengembangan profesi seperti
penyusunan karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dan makalah yang
diseminarkan. Kinerja alumni Diklat dapat meningkat, apabila lembaga
mampu menfasilitasi kegiatan pemberdayaannya, dan memberikan
kesempatan yang luas kepada alumni Diklat untuk menerapkan hasil-hasil
Diklat yang diperoleh, serta adanya reward bagi alumni Diklat yang
berprestasi.
Pendidikan dan pelatihan atau “Diklat“ merupakan salah satu upaya
dalam meningkatkan kompetensi seorang pegawai baik dari sikap,
pengetahuan, maupun keterampilannya. Bernardin dan Russel (1993)
menyatakan bahwa secara esensial program Diklat bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi pegawai agar mampu membawa perubahan yang
lebih baik terhadap organisasi, program ataupun hasil. Sependapat dengan
Bernardin dan Russel, Donald Kirkpatrick (1996) juga menyatakan bahwa
dampak dari pelatihan merupakan perubahan yang akan diterima dan
dilaksanakan pegawai secara antusias, seperti kualitas kerja yang lebih baik,
peningkatan produktivitas kerja, kepuasan kerja, dan minimnya
kesalahan/kegagalan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kata Kunci: Widyaiswara, Kompetensi, Kinerja, dan Evaluasi Pasca Diklat.
-
iv
-
v
DAFTAR ISI DISERTASI
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA
(Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
di Kementerian Agama))
Kata Pengantar ……………………………………………………………….i
Abstrak ………………………………………………………..…………….iii
Daftar Isi ……………………………………………………………………..v
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………...1 B. Identifikasi Masalah ………………………………………...16 C. Perumusan Masalah …………………………………………18 D. Pembatasan Masalah ………………………………………..18 E. Tujuan Penelitian ……………………………………….…..21 F. Signifikasi dan Manfaat Penelitian ………………….………21 G. Kajian Pustaka ………………………………………………21 H. Metode Penelitian …………………………………………...28 I. Sistematika Penulisan ……………………………………….38
BAB II : DIKLAT KEWIDYAISWARAAN DAN
KONSEP EVALUASI A. Widyaiswara Tugas Pokok dan Fungsinya ………………….41 B. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kewidyaiswaraan ………59 C. Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Sebagai …………….…74 D. Konsep Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan ……….86 E. Model-Model Evaluasi Program Pelatihan …………………97 F. Konsep Evaluasi Pasca Pendidikan dan Pelatihan ………...122
BAB III : PUSDIKLAT TENAGA TEKNIS PENDIDIKAN DAN
KEAGAMAAN SERTA EVALUASI PROGRAM DIKLAT
KEWIDYAISWARAAN
A. Profil Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan …………………………………………..130
B. Mekanisme Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan …......143 C. Evaluasi Program Diklat Kewidyaiswaraan ……………..146
BAB IV: EVALUASI PASCA DIKLAT WIDYAISWARA A. Kompetensi Widyaiswara ………………………………..175
-
vi
B. Kinerja Widyaiswara …………………………………….180 C. Hasil Evaluasi Pasca Diklat terhadap Perubahan Kompetensi
Pengelolaan Pembelajaran Alumni Diklat …………….…185
D. Hasil Evaluasi Pasca Diklat terhadap Perubahan Kompetensi Substantif Alumni Diklat ………………………….……..205
E. Hasil Evaluasi Pasca Diklat terhadap Perubahan Kinerja Alumni Diklat……………………………………211
F. Faktor Pendukung dan Penghambat ……………………...227
BAB V: KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI/SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………231 B. Rekomendasi/Saran ………………………………………233
Daftar Pustaka
Glosarium
Indeks
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang ada
dalam organisasi (man, machine, money, materials, methods, and
market), atau yang biasa disebut G.R. Terry sebagai the six M’s in
management, tidak terkecuali dalam organisasi pemerintahan.1 Hal ini
sejalan dengan pendapat Notoatmodjo2 yang menyatakan bahwa sebuah
instansi harus didukung oleh sumber daya manusia yang cakap
dikarenakan sumber daya manusia sangat berperan dalam menjalankan
usaha atau kegiatan di dalam instansi tersebut. Sumber daya manusia
dalam organisasi pemerintahan biasa disebut pegawai negeri sipil (PNS)
atau aparatur sipil negara (ASN) memiliki peran penting sebagai subyek
pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional. Aparatur Sipil Negara
(ASN) sebagai sebuah profesi berlandaskan pada prinsip yang salah
satunya adalah mempunyai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas.3 Kinerja PNS yang tinggi dapat dijadikan sebagai salah
satu tolak ukur keberhasilan suatu organisasi pemerintahan dalam
mencapai tujuannya. Selain itu, the right man on the right place juga
menjadi faktor utama pencapaian tujuan organisasi secara maksimal.
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia untuk mengembangkan kompetensi aparatur pemerintahan
sehingga kinerjanya meningkat adalah melalui pendidikan dan pelatihan
1 Goerge Robert Terry (1909-1979) adalah seorang penulis berkebangsaan
Amerika, Professor Bisnis di Ball State University, dan kepala akademi manajemen
ke-14. Tulisan Goerge Robert Terry yang terkenal dalam bidang manajemen adalah
bukunya yang pertama berjudul “principles of management” yang menguraikan
tentang fungsi-fungsi manajemen POAC (planning, organizing, actuating dan
controlling). Melalui buku “Principles of Management, Goerge Robert Terry
mendapatkan penghargaan berupa: The George R. Terry Book Award. Penghargaan
ini merupakan event tahunan terhadap tulisan/buku yang dinilai telah memberikan
kontribusi paling luar biasa untuk kemajuan pengetahuan bidang manajemen dan
diterbitkan selama dua tahun yaitu pada tahun 2010 dan tahun 2011.
(http//en.m.wikiquote.org/wiki/George_R_Terry, diunduh tanggal 27 Oktober 2017). 2 Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), h. 2 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pasal
70.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
2
yang selanjutnya disebut “Diklat”. Diklat merupakan proses
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertujuan untuk 1)
meningkatklan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk
dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai kebutuhan institusi, 2) menciptakan
aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat
persatuan dan kesatuan bangsa, 3) memantapkan sikap dan semangat
pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan
pemberdayaan masyarakat, dan 4) menciptakan kesamaan visi dan
dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan
pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.4 Selain itu,
Diklat juga dapat digunakan untuk menduduki jabatan tertentu dan
pengembangan karir PNS yang bersangkutan. Adapun sasaran Diklat
adalah terwujudnya Aparatur Sipil Negara atau PNS yang memiliki
kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing.
Upaya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dapat diperoleh
melalui berbagai cara, salah satunya melalui kegiatan Diklat. Hal ini
sependapat dengan Handoyo Notoatmojo yang mengemukakan bahwa
Diklat merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia,
terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kepribadian manusia.5 Pendapat tersebut diperkuat oleh Bernandian dan
Russel6, yang menyatakan pendidikan dan pelatihan (Diklat) adalah
setiap usaha memperbaiki kinerja individu pada suatu pekerjaan tertentu
yang menjadi tanggungjawabnya atau berkaitan dengan pekerjaannya.
Siswanto7 dan Tulus
8 juga menyatakan bahwa Diklat perlu diadakan
untuk mendapatkan nilai tambah karyawan yang berkaitan dengan
peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, sikap dan
keterampilan karyawan yang bersangkutan sesuai dengan keinginan
organisasinya. Diklat menjadi suatu upaya strategis lembaga dalam
4 Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS). 5 Handoyo Notoatmojo, Sekali Lagi Tentang Pendidikan Dasar dan
Menengah Kita, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 25. 6 Bernandian dan Russel, Mastery Learnin, (Paris: UNECO, 1993), h. 297.
7 Tulus, Wajah Madrasah dan Sekolah, (Jakarta: Logos wacana Ilmu, 1993),
h. 88. 8 Siswanto, Sistem Peningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas, (Bandung:
Pustaka, 1989), h. 139.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
3
meningkatkan kualitas pegawai dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara efektif dan efisien.
Menurut Hardjanto, pelatihan merupakan bagian dari pendidikan.9
Sebagai bagian dari pendidikan, pelatihan memiliki sifat spesifik,
praktis, dan segera. Spesifik mengandung maksud pelatihan
berhubungan dengan bidang pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan
“Praktis dan segera“ berarti pelatihan yang dilaksanakan merupakan
upaya memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan kerja dalam
waktu yang relatif singkat. Selain itu, materi pelatihan lebih banyak
diberikan dalam bentuk praktek daripada teori. Pelatihan menurut Rivai
biasanya terfokus pada usaha peningkatan kinerja pegawai melalui
penyediaan pembelajaran keahlian-keahlian khusus atau membantu
mereka mengoreksi kelemahan-kelemahan dalam kinerja mereka dan
diberikan instruksi untuk mengembangkan keahlian yang dapat langsung
terpakai pada pekerjaan. Pelatihan diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi pegawai dalam melaksanakan tugas mereka saat ini secara
lebih baik.10
Penyelenggaraan pelatihan/Diklat di suatu organisasi sudah
seharusnya diarahkan pada peningkatan kompetensi pegawai yang pada
akhirnya akan meningkatkan produktifitas dan kualitas kinerja pegawai
yang bersangkutan secara profesional.
Donalson dan Scannnel menyatakan efektifitas pelatihan/Diklat
bukan sekedar mengatakan atau menunjukkan kepada seseorang
bagaimana melakukan sebuah tugas tetapi upaya untuk mentransfer
keterampilan dan pengetahuan sehingga peserta pelatihan menerima dan
melakukan latihan tersebut pada saat melakukan pekerjaannya.11
Dalam
pelatihan/diklat harus mempelajari keterampilan atau teknik-teknik
khusus yang dapat didemonstrasikan dan diobservasi di tempat tugasnya
yang menekankan pada peningkatan kemampuan dalam melaksanakan
tugas saat ini. Upaya untuk mengetahui efektifitas sebuah program
pelatihan/diklat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah
dengan melakukan kegiatan evaluasi, salah satunya evaluasi pasca
pelatihan/diklat.
9 Imam Hardjanto, Manajemen Sumber Daya Aparatur (MSDA), (Malang:
2012), h. 69. 10
Veithzal Rivai, dan Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia
Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 213. 11
Les Donalson dan Edward E Scannel, Pengembangan Sumber Daya
Manusia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1993).
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
4
Evaluasi merupakan salah satu komponen dalam manajemen
program pelatihan yang meliputi: planning, organizing, controlling dan
evaluating.12
Suatu kegiatan pelatihan harus dimulai dan diakhiri dengan
kegiatan evaluasi, sehingga proses pelatihan dapat dinyatakan lengkap
dan menyeluruh. Kegiatan evaluasi diarahkan untuk mengontrol
ketercapaian tujuan, sehingga dapat diketahui efektifan dan efisiensi
kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan. Selain itu, evaluasi juga
memberikan gambaran tentang tingkatan keberhasilan peserta,
hambatan-hambatan yang ada, kelemahan-kelemahan dan kekuatan-
kekuatan yang dirasakan. Suharsimi Arikunto13
mengemukakan bahwa
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan
untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-
informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan
kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Suatu pelatihan yang komprehensif dapat membantu mencapai
tujuan lembaga untuk menciptakan keunggulan yang kompetitif melalui
peningkatan kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap.14
Desain
pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna/users
memegang peranan yang sangat penting bagi peningkatan kinerja
pegawai dan lembaga itu sendiri.15
Hasil pelatihan adalah kemampuan
alumni Diklat yang akan disumbangkan kepada unit kerja (lembaga
diklat) selaku pengguna/users. Eva Riza melakukan penelitian evaluasi
terhadap efektivitas program pendidikan dan latihan (Diklat) berjenjang
12
Fungsi-fungsi manajemen menurut Goerge Robert Terry yang biasa
disingkat POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling) dalam bukunya
“Principles of Management. Lihat juga Makmud Hasyim dalam Tadbir al-Qur’an al-
Karim. Majallah al-Jami’ah al-Islamiyah Li al-Dirasah al-Islamiyah, Jilid 23. Vol. 2,
2015. hlm. 89-110. 13
Suharsimi Arikunto, dan Cepi Safruddin, Evaluasi Program Pendidikan
Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara. 2004), h. 3. 14
Abdus Satar Niazi, “Training Development Strategy ang Its Role in
Organiztional Performance”, dalam Journal of Public Adminixtration and
Governance, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2011, ISSN 1261-7104. 15
Raja Abdul Ghafoor Khan, Furqan Akhmaed Khan, Muhammad Aslam
Khan, “Impact of Training and Development on Organizational Performance”, dalam
Global Journal of Management and Business Research, Volume 11, Issue 7, Version
10, July 2011.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
5
tingkat dasar pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) PAUD yang
hasilnya secara umum menunjukkan adanya peningkatan kinerja alumni
Diklat. Peningkatan terjadi pada kualitas dan kuantitas hasil karya
alumni Diklat terutama dalam penggunaan variasi media pembelajaran
dan lagu berdasarkan tema pembelajaran serta peningkatan efisiensi
biaya dengan cara pemanfaatan bahan-bahan bekas dalam membuat
media pembelajaran. Hasil tertinggi diperoleh dari penyelenggaraan
program Diklat tersebut adalah meningkatnya kualitas komunikasi
alumni Diklat dengan seluruh stakeholder sekolah seperti murid, guru,
kepala sekolah,orang tua dan penjaga sekolah.16
Efektivitas sebuah
Diklat diukur melalui peningkatan kinerja alumninya dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya sehari-hari yang berdampak juga
pada peningkatan kinerja organisasi.
Evaluasi terhadap kinerja dan perilaku alumni peserta Diklat
merupakan evaluasi pasca Diklat untuk mengukur dampak sebuah
pelatihan terhadap alumni, rekan kerja dan lembaga alumni Diklat.
Syafril Ramadhon mengemukakan tujuan evaluasi pasca Diklat adalah
untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kompetensi, tingkat
manfaat, tingkat penerapan materi Diklat dan hambatannya terkait hasil
Diklat di lingkungan kerja alumni Diklat.17
. Donald Rouse menyatakan
bahwa evaluasi mengenai dampak dan efektifitas pelatihan diperlukan
agar kelebihan dan kekurangan dalam program tersebut dapat
diidentifikasi sehingga perbaikan dapat ditindaklanjuti.18
Produk suatu
proses Diklat adalah berupa out put atau alumni Diklat, sedangkan
manfaat produk lebih lanjut adalah berupa out come, yaitu bagaimana
pengaruh Diklat terhadap motivasi yang selanjutnya berdampak pada
kinerja nyata alumni Diklat dan organisasinya.
16
Eva Riza, “Efektivitas Diklat Berjenjang Tingkat Dasar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan PAUD”, dalam Jurnal Pendidikan Usia Dini, Volume 8, Edisi
I, April 2014. 17
Syafril Ramadhon, “Penerapan Model Empat Level Kirkpatrick dalam
Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur di Pusdiklat Migas”, dalam
Jurnal Forum Diklat, Volume 6, Nomor 1, 2013. 18
Donald Rouse, “Employing Kirkpatrick’s Evaluation Framework to
Determine the Effectiveness of Health Information Management Courses and
Program”, dalam Perspectives in Health Information Management, Spring, 2011.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
6
Kirkptrick19
menyatakan bahwa dampak dari pelatihan merupakan
perubahan yang akan diterima dan dilaksanakan alumni peserta Diklat
secara antusias setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Dampak tersebut
seperti kualitas kerja yang lebih baik, produktivitas kerja yang tinggi,
kepuasan dan kenyamanan dalam pekerjaan dan lebih sedikit melakukan
kesalahan dalam pekerjaannya. Menurut Kirkptrick seperti yang dikutip
oleh Hogan,20
mengusulkan ada empat tingkat hasil pelatihan yaitu: 1)
reaksi peserta untuk kurikulum pelatihan dan proses pelatihan (reaction),
2) pengetahuan dan keterampilan akuisisi pada akhir pelatihan
(learning), 3) perubahan perilaku dalam pekerjaan (behavior), dan 4)
peningkatan hasil baik individu atau organisasi (result). Level hasil
(result ) bertujuan untuk mengukur dan menilai dampak dari kegiatan
diklat yang dilakukan oleh lembaga atau unit kerja secara menyeluruh.21
Tiga alasan spesifik yang dikemukakan oleh Kirkpatrick22
dalam
melakukan evaluasi program pelatihan, yaitu: 1) untuk menjustifikasi
19
Donald L. Kirkpatrick and James D. Kirkpatrick, Evaluating Training
Program, Third Edition, (San Fransisco: Berrett-Koehler Publishers Inc, 2005), h.
69. 20
R. Lance Hogan, The Historical Development of Program Evaluation:
Exploring the Past and Presnent, diakses dari:
(http://opensiuc.lib.siu.edu/cgi/viewcontent.cgi/article=1056&context=ojwed,
Eastern Ilionis University). 21
Yasri, Evaluasi dampak Program Diklat Teknis Fungsional Guru
Madrasah Kementerian Agama, dalam Disertasi, 2017, Univesitas Negeri Jakarta, h.
22. 22
Donald Kirkpatrick (15 Maret 1924 - 9 Mei 2014) adalah Profesor Emeritus
di University of Wisconsin di Amerika Serikat dan mantan presiden American
Society for Training and Development (ASTD).22
Kirkpatrick terkenal karena
menciptakan model evaluasi “empat level” sebagai subjek disertasi Ph.D-nya pada
tahun 1954 yang sangat berpengaruh dalam mengevaluasi efektivitas suatu program
pelatihan (training). Gagasan Kirkpatrick dipublikasikan ke khalayak yang lebih luas
pada tahun 1959 dalam serangkaian artikel di Jurnal Pelatihan dan Pengembangan
AS , namun mereka lebih dikenal dari buku yang diterbitkannya pada tahun 1994
berjudul Evaluating Training Programs. Buku lain yang telah ditulisnya tentang
evaluasi pelatihan meliputi Transferring Learning to Behavior and Implementing the
Four Levels. Empat level/tingkat Kirkpatrick dirancang sebagai rangkaian cara untuk
mengevaluasi program pelatihan. Beberapa pakar evaluasi berpendapat bahwa saat
evaluasi dampak akan jauh lebih sulit dan membutuhkan lebih banyak waktu. Untuk
itu, hal yang mungkin dilakukan adalah melihat setiap level evaluasi sebagai skema
kategorisasi (misalnya, tujuan awal mereka) untuk membimbing para pegawai dan
menempatkannya secara tepat sesuai hasil evaluasi". (Evaluation as a Strategic Tool
http://opensiuc.lib.siu.edu/cgi/viewcontent.cgi/article=1056&context=ojwedhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/University_of_Wisconsin&usg=ALkJrhjCkJ_twFQ0q8sjCKQjYX1FkvzntQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/American_Society_for_Training_and_Development&usg=ALkJrhhlzvDjG7p1fw_I4J0NLxoX_TwH4whttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/American_Society_for_Training_and_Development&usg=ALkJrhhlzvDjG7p1fw_I4J0NLxoX_TwH4whttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Course_evaluation&usg=ALkJrhjMRKn0nT4tgTxNSwbXrx4FUnOEVQ
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
7
keberadaan anggaran pelatihan dengan memperlihatkan bagaimana
program pelatihan tersebut berkontribusi pada tujuan dan sasaran
organisasi; 2) untuk menentukan apakah suatu program pelatihan
dilanjutkan atau tidak; serta 3) untuk memperoleh informasi mengenai
bagaimana cara meningkatkan program pelatihan di masa datang.23
Clomedia.com . Editor - 5/17/04). Dalam praktiknya, biasanya evaluator hanya
berhenti pada evaluasi pada level 1 dan 2 dan jarang melanjutkan evaluasi pada level
3 dan 4, di mana hasil evaluasi sangat dibutuhkan karena dapat mengukur data yang
sebenarnya. Saat ini, para evaluator yang menggunakan model Kirkpatrick
menekankan "dimulai dari hasil evaluasi dampak" atau dimulai dari level 4 dan
bergerak mundur untuk lebih mendapatkan data/hasil yang diinginkan sebelum
merencanakan program pelatihan. (Ed Forest: Kirkpatrick Model: Four Levels of
Learning Evaluation, Educational Technology). Bila dilakukan secara strategis,
untuk mencapai tingkat ini tidak harus menjadi lebih mahal atau memakan waktu,
namun tetap akan membantu memastikan kinerja kerja dan perilaku objek evaluasi.
Model evaluasi 4 level Kirkpatrick adalah sebagai berikut:
1) Reaction/Reaksi - apa yang dipikirkan dan dirasakan peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan (seperti: tingkat kepuasan peserta pelatihan dalam bentuk
kebahagiaan dan adanya perasaan puas)
2) Learning/Belajar - peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang dihasilkan, serta perubahan sikap. Evaluasi ini dapat terlihat saat peserta pelatihan
melakukan demonstrasi atau uji pengetahuan selama mengikuti kegiatan
pelatihan.
3) Behavior/Perilaku - transfer pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap dari kelas pelatihan ke pekerjaan yang sesungguhnya (perubahan perilaku kerja karena
program pelatihan). Evaluasi ini terjadi 3-6 bulan pasca pelatihan sedangkan
trainee sedang melakukan pekerjaan. Evaluasi biasanya terjadi melalui observasi.
4) Results/Hasil - hasil akhir yang terjadi setelah mengikuti kegiatan pelatihan (dapat berupa moneter, berbasis kinerja, dll).
Beberapa ahli evaluasi menambahkan level evaluasi Kirkpatrick menjadi 5 (lima)
level evaluasi. Salah satunya JJ Phillips yang berpendapat perlu ditambahkan
evaluasi program level 5 yaitu tingkat Return on Investment (ROI). Evaluasi level 5
ini, pada dasarnya adalah membandingkan tingkat keempat model evaluasi
Kirkpatrick standar dengan keseluruhan biaya pelatihan. (Phillips, J. (1996). How
Much Is The Training Worth? Training and Development, 50(4),20-24). Roger
Kaufman berpendapat bahwa ROI pada dasarnya adalah tipe evaluasi tingkat 4
karena masih berada pada internal organisasi sedangkan level kelima evaluasi
seharusnya berfokus pada dampak organisasi terhadap klien/pelanggan dan
masyarakat eksternal. Diakses dari:
https://en.wikipedia.org/wiki/Donald_Kirkpatrick. 23
Donald L. Kirkpatrick and James D. Kirkpatrick, Evaluating Training
Program The Four Levels, (San Fransisco: Berret-Kohler Publisher Inc, 2006).
http://educationaltechnology.net/kirkpatrick-model-four-levels-learning-evaluation/http://educationaltechnology.net/kirkpatrick-model-four-levels-learning-evaluation/https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Return_on_Investment&usg=ALkJrhiKeWzzXlARe6P0EFz_NYvCmjxRxAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Roger_Kaufman&usg=ALkJrhiH7c4Rl2qt14i9zk2uLTomnvm3sQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Roger_Kaufman&usg=ALkJrhiH7c4Rl2qt14i9zk2uLTomnvm3sQhttps://en.wikipedia.org/wiki/Donald_Kirkpatrick
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
8
Dalam melakukan evaluasi pasca Diklat, model evaluasi
Kirkpatrick telah banyak digunakan dalam konteks institusional sejak
tahun 1959 karena dianggap sangat praktis untuk diaplikasikan. Model
Kickpatrick merupakan model yang banyak diakui memiliki kelebihan
karena sifatnya yang menyeluruh, sederhana, dan dapat diterapkan
dalam berbagai situasi pelatihan.24
Menyeluruh karena dapat
menjangkau semua sisi dari sebuah program pelatihan, sederhana karena
alurnya mudah dipahami dengan kategorisasi yang jelas, dan dari sisi
penggunaan dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis
pelatihan dengan berbagai macam situasi.
Ibrahim25
dari Durham University melalui risetnya berjudul
“Evaluating Training Effectiveness in The Malaysian Public Service”
mengungkapkan bahwa metode evaluasi Kickpatrik hanya sedikit
memberikan indikasi terhadap efektivitas program pelatihan. Hasil
penelitian Ibrahim berbeda oleh Borate dkk26
dari Manipal Institute of
Technology in India, dengan risetnya berjudul “A Case Study Approach
for Evaluation of Employee Training Effectivennes and Development
Program” yang menyatakan bahwa hasil evaluasi model four levels
Kickpatrick memiliki dampak signifikan terhadap program pelatihan.
Model evaluasi Kickpatrick berbeda secara signifikan dengan
model evaluasi Goal Free Evaluation Model yang dikembangkan oleh
Michael Scriven.27
Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan
evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi
tujuan program, tetapi yang perlu diperhatikan dalam program tersebut
adalah bagaimana cara kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi
penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif maupun hal-hal
24
Lin,Y., T., Chen,S.C.& Chuang, H. T, “The Effect of Organizational
Commitment on Employee Reactions to Educational Training: an Evaluation using
the Kirkpatrick Four Level Model”, dalam International Journal of Management,
Volume 28, Nomor 3, Part 2, September 2011. 25
Anesee Ibrahim. Evaluating Training Effectiveness in The Malaysian Public
Service, Durham Theses, 2008, Durham University, diakses dari:
http://etheses.dur.ac.uk/2176. 26
Neeraj S Borate, Gopalkhrisna, dan Sanjay L Borate. “A Case Study
Approach for Evaluation of Employee Training Effectivennes and Development
Program”, dalam Proceedings of the Second International Conference on Global
Bussines, Economics, Finance and Social Sciences (GB14 Conference) Chennai,
India. 2014. 11-13 July 2014 Paper ID_C432. 27
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara.
2009), h. 40.
http://etheses.dur.ac.uk/2176
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
9
negatifnya untuk mengukur keberhasilan suatu program. Model evaluasi
Kickpatrik sangat memperhatikan ketercapaian tujuan program pelatihan
sampai pada dampak/outcome-nya apakah hasil pelatihan memiliki
manfaat terhadap peningkatan kinerja alumni peserta program pelatihan.
Kementerian Agama melalui Pusdiklat Tenaga Teknis pendidikan
dan Keagamaan telah memprogramkan berbagai rumpun dan jenis diklat
untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja pegawai di Kementerian
Agama secara profesional. Keberhasilan penyelenggaraan Diklat
ditentukan oleh berbagai macam faktor, diantaranya penentuan tujuan
Diklat, pengembangan kurikulum, penyusunan program Diklat,
penetapan peserta dan widyaiswara, penyelenggaraan administrasi dan
keuangan, proses pembelajaran dan lingkungan diklat baik fisik maupun
emosional.28
Faktor-faktor tersebut, akan menunjang efektivitas dan
efesiensi penyelenggaraan Diklat apabila berada dalam kerangka sistem
yang saling berkesinambungan yang masing-masing berdiri sebagai
subsistem yang saling terkait antara satu dan lainnya. Salah satu
subsistem Diklat yang sangat berperan dalam penyelenggaraan Diklat
adalah widyaiswara sebagai tenaga pendidik/trainer dalam kegiatan
Diklat.
Widyaiswara merupakan pegawai berstatus PNS yang diangkat
sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dalam tugas,
tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih
PNS pada lembaga Diklat pemerintah.29
Hal ini berarti bahwa
persyaratan untuk menjadi seorang widyaiswara lembaga kediklatan
adalah wajib berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan memenuhi
persyaratan tertentu. Sedangkan jabatan fungsional PNS merupakan
kedudukan seorang PNS yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan haknya dalam satu satuan organisasi serta dalam
pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan
tertentu dan bersifat mandiri.30
Widyaiswara sebagai jabatan fungsional
PNS, sekaligus juga berperan sebagai tenaga kependidikan yang
berkualifikasi pendidik selain guru, dosen, konselor, pamong belajar,
tutor, instruktur dan lainnya yang turut berpartisipasi dalam
28
Tim Penyusun Modul Diklat bagi Penyelenggara Diklat Lembaga
Administrasi Negara (LAN) RI, Konsep Dasar Diklat,. (Jakarta: LAN RI, 2003). 29
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS). 30
Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil, Pasal 2.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
10
penyelenggaraan pendidikan.31
Jabatan fungsional widyaiswara
merupakan jabatan karier yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
pada keahlian dan keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan
profesional.32
Dengan demikian, widyaiswara sebagai jabatan profesi
mensyaratkan adanya seperangkat kompetensi standar sesuai
kualifikasinya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara
profesional dalam mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada
lembaga Diklat pemerintah maupun non pemerintahan.
Widyaiswara sebagai bagian dari profesi pendidik33
mempunyai
tugas dan fungsi untuk mengajar, mendidik dan/atau melatih PNS pada
lembaga diklat pemerintah dan non pemerintah. Untuk dapat
menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional, widyaiswara perlu
membekali diri dengan seperangkat kemampuan/kompetensi sesuai
standar yang dipersyaratkan. Kompetensi widyaiswara harus selalu di
up date dan dikembangkan mengingat sasaran Diklat yang juga selalu
berkembang seiring pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era
globalisasi saat ini. Kegiatan pengembangan pegawai adalah suatu usaha
untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, moral
pegawai sesuai dengan kebutuhan jabatan. Tujuan pengembangan
pegawai adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai
tersebut.34
31
Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
nasional, jabatan widyaiswara tertuang sebagai salah satu tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat selain guru, dosen, konselor, pamong belajar,
tutor, instruktur dan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai pendidik
lainnya. 32
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 3 Tahun 2010
tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya,
Bab II. 33
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan. (Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1). 34
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara 2002), h. 69.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
11
Sejalan dengan itu, kegiatan pengembangan pegawai mempunyai
lingkup yang luas. Sebagaimana Smith35
mengemukakan “Development:
the growth or realization of a person ability through conscious or
unconscious learning”. Hal ini berarti bahwa kegiatan pengembangan
pegawai meliputi seluruh aspek peningkatan kualitas pegawai bukan
hanya pendidikan dan pelatihan (Diklat). Kegiatan pengembangan lebih
terfokus pada kebutuhan jangka panjang umum organisasi. Hasilnya
bersifat tidak langsung dan hanya dapat diukur dalam jangka panjang.
Dalam tahap pengembangan pegawai, Simamora36
mengungkapkan dua
aspek kegiatan penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni
kegiatan pelatihan dan kegiatan pengembangan sumber daya manusia itu
sendiri. Kedua kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan
kompetensi yang dimiliki pegawai agar dapat digunakan secara efektif.
Peranan widyaiswara sebagai ujung tombak kediklatan dalam
proses pembelajaran Diklat, menuntut widyaiswara untuk memiliki
kompetensi dan kinerja yang profesional. Hal ini dibutuhkan agar
widyaiswara dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu
program Diklat di lembaga kediklatan sehingga tujuan program Diklat
dapat tercapai Salah satu upaya meningkatkan kompetensi dan kinerja
widyaiswara adalah melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat)
yang diperuntukaan bagi widyaiswara. Selain dapat meningkatkan
kompetensi widyaiswara, penyelenggaraan Diklat bagi widyaiswara juga
dapat memperlancar komunikasi antar widyaiswara di seluruh Indonesia
serta memperkaya wawasan widyaiswara melalui sharing pengetahuan
dan pengalaman sesama widyaiswara. Menurut data sistem informasi
manajemen pendidikan dan pelatihan (Sim Diklat) Kementerian Agama,
penyelenggaraan Diklat bagi widyaiswara pada periode tahun 2014 s.d.
2016 masih sedikit dilaksanakan.37
Hal ini mengakibatkan keikutsertaan
widyaiswara dalam mengikuti kegiatan Diklat periode tahun 2014 s.d.
35
Andrew Smith, Training and Development In Australia Second Edition,
Reed International Books, (Australia: Australia Pty Buuterworths.. 2000), h. 2,
diakses dari: https://makassar.lan.go.id/index.php/survei/publikasi/artikel/269-
pengembangan-kompetensi-pegawai-negeri-sipil-melalui-pendidikan-dan-pelatihan. 36
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Bagian
Penerbitan STIE YPKN. 1997), h. 342. 37
Data Sistem Informasi Manjemen Diklat (Sim Diklat) Kementerian Agama
selama periode tahun 2014 s.d. 2016. Pada tahun 2016 dari sekitar 80 jenis diklat
yang diselenggarakan, Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan
Kementerian Agama menyelenggarakan 2 diklat fungsional dan 3 diklat substantif
bagi widyaiswara.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
12
2016 tersebut masih sedikit dan belum merata serta terdapat juga
widyaiswara yang belum pernah mengikuti kegiatan Diklat bagi
Widyaiswara.
Data statistik widyaiswara Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama pada tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah widyaiswara
Kementerian Agama sebanyak 343 orang tersebar di 15 (lima belas)
wilayah kerja yaitu 2 (dua) Pusdiklat dan 13 (tiga belas) Balai Diklat
Keagamaan seluruh Indonesia.38
Dari keseluruhan jumlah widyaiswara
tersebut, baru 13 orang widyaiswara yang menjabat sebagai widyaiswara
utama, 181 orang widyaiswara menjabat sebagaia widyaiswara madya,
110 orang menjabat sebagai widyaiswara muda, dan masih ada
widyaiswara yang menjabat widyaiswara pertama sebanyak 29 orang.
Berdasarkan data di atas, jabatan widyaiswara terbanyak ada pada
posisi sebagai widyaiswara madya dan masih terdapat widyaiswara
pertama yang seharusnya sudah dapat naik ke jabatan yang lebih tinggi
mengingat terakhir pengangkatan widyaiswara di Kementerian Agama
pada tahun 2012.39
Seorang widyaiswara pertama hanya dipersyaratkan
memiliki jumlah angka kredit di bawah 200 yang terdiri dari jumlah
kumulatif unsur utama dan penunjang. Sedangkan kenaikan pangkat
seorang widyaiswara dapat dicapai dalam paling sedikit 2 (dua) tahun
sekali apabila angka kredit yang bersangkutan sudah memenuhi
persyaratan.
Salah satu kendala yang dapat menghambat kenaikan pangkat
widyaiswara adalah minimnya alokasi jam mengajar widyaiswara secara
38
Data Statistik Widaiswara Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah widyaiswara Kementerian Agama sebanyak
343 orang.. Widyaiswara tersebut bertugas di Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan
dan Keagamaan, Pusdiklat Tenaga Administrasi, Balai Diklat Keagamaan Aceh,
Balai Diklat Keagamaan Medan, Balai Diklat Keagamaan Padang, Balai Diklat
Keagamaan Palembang, , Balai Diklat Keagamaan Jakarta, Balai Diklat Keagamaan
Jakarta, Balai Diklat Keagamaan Bandung, Balai Diklat Keagamaan Semarang, Balai
Diklat Keagamaan Surabaya, Balai Diklat Keagamaan Banjarmasin, Balai Diklat
Keagamaan Denpasar, Balai Diklat Keagamaan Makassar, Balai Diklat Keagamaan
Manado, dan Balai Diklat Keagamaan Ambon. 39
Penyelenggaraan Diklat Calon Widyaiswara yang dilaksanakan di Pusdiklat
Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama terakhir
dilaksanakan pada tahun 2012. Diklat calon widyaiswara merupakan prasarat
seseorang yang berkedudukan sebagai PNS dapat menduduki jabatan fungsional
widyaiswara yang tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga pendidik, pengajar dan
pelatih di suatu kegiatan diklat lembaga pemerintahan.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
13
tatap muka yang disebabkan terbatasnya jumlah program Diklat yang
diselenggarakan lembaga Diklat. Selain itu, kendala lain yang
menghambat kenaikan pangkat widyaiswara adalah adanya outsourching
lembaga Diklat. Outsourching ini dilakukan karena terbatasnya jumlah
widyaiswara spesialisasi sesuai materi Diklat atau bahkan tidak
tersedianya widyaiswara spesialisasi materi Diklat yang diselenggarakan
lembaga Diklat. Pada beberapa kasus juga diakibatkan karena kurangnya
trust pimpinan terhadap kompetensi widyaiswara sehingga lebih
memilih outsourching. Kendala terbesar yang menghambat kenaikan
pangkat widyaiswara adalah kurangnya perolehan angka kredit
widyaiswara yang bersumber dari sub unsur pengembangan profesi
seperti penyusunan karya tulis ilmiah widyaiswara yang dipublikasikan
baik di jurnal maupun majalah ilmiah.40
Dalam mengukur efektivitas penyelenggaraan program Diklat di
Kementerian Agama, seringkali masih belum digunakan sistem evaluasi
yang komprehensif. Kegiatan evaluasi program Diklat baru sebatas pada
evaluasi formatif saat Diklat berlangsung dan masih didominasi pada
aspek kognitif seperti evaluasi pree test dan post test Diklat. Selain itu,
dilaksanakan juga evaluasi terhadap penyelenggara program Diklat, dan
evaluasi terhadap narasumber/widyaiswaranya yang dilakukan secara
tertulis (paper and pencil test). Kelemahan penggunaan paper and pencil
test (tertulis/tradisional) sebagai satu-satunya alat pengambilan
keputusan diantaranya adalah hanya menilai pengetahuan ilmiah,
penilaian cenderung pada dimensi hasil belajar terbatas (pengetahuan
atau keterampilan), tidak dapat digunakan untuk menilai penalaran
ilmiah mendalam, dan seringkali kurang menunjukkan kemampuan yang
sesungguhnya.41
Kelemahan lain tes tradisional adalah setiap soal yang
digunakan umumnya hanya memiliki satu jawaban, tidak berfokus pada
proses tetapi pada hasil akhir, tidak mengungkap proses berpikir
seseorang dan tidak mengukur semua aspek dalam proses belajar
mengajar. Sedangkan evaluasi pasca diklat yang mengukur pada dampak
diklat (outcome) sampai saat ini masih minim dilakukan dan terkesan
hanya dalam konteks pengumpulan informasi sekunder (belum mencapai
tahap laporan dan tahap pengambilan keputusan/kebijakan).
40
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 3 Tahun 2010
Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. 41
Mokhtari, K. Yellin, D. Bull, K. Montgomery, D., “Portfolio Assessment in
Teacher Education: Impact on Preservice Teachers’ Knowledge and Attitudes”,
dalam Journal of Teacher Education, Volume 47, 1996, h. 4.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
14
Jika hal ini dikaitkan dengan salah satu model evaluasi empat
tahap Kickpatrick yang sering dipakai di dunia pelatihan, maka evaluasi
Diklat bagi widyaiswara di Kementerian Agama baru menerapkan dua
tahap evaluasi yaitu reaction dan learning saja. Untuk dua tahap lainnya
yaitu tahap behaviour dan result masih minim dilakukan dan belum
secara sistematis dan terencana. Sementara, evaluasi behaviour dan
result ini merupakan tolak ukur keberhasilan program diklat dalam
memberikan pembinaan, perbaikan, termasuk menentukan suatu
kebijakan apakah program Diklat dapat dilanjutkan, diperbaiki atau
bahkan dihentikan terkait dampak yang ditimbulkannya. Ketiadaan
evaluasi pasca Diklat ini menyebabkan penyelenggaraan Diklat hanya
terkesan sebagai kegiatan formalitas tuntutan anggaran Kementerian saja
dan kurang memberikan dampak/pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja alumni peserta Diklat.
Selain mengetahui dampak Diklat terhadap peningkatan
kompetensi dan kinerja alumni Diklat, hasil evaluasi pasca Diklat
sesungguhnya juga sebagai bentuk akuntabilitas lembaga Diklat
terhadap penyelenggaraan program Diklat terhadap besarnya alokasi
dana yang digunakan. Apabila hasil evaluasi pasca Diklat menunjukkan
terjadinya peningkatan kinerja yang positif, maka program Diklat dapat
dipandang sebagai upaya strategis yang seharusnya dilakukan secara
berkesinambungan untuk meningkatkan kompetensi aparatur negara.
Namun apabila hasil evaluasi pasca Diklat menunjukkan data
sebaliknya, maka sudah saatnya hasil evaluasi pasca Diklat menjadi
sumber informasi yang dapat digunakan untuk melakukan
reformasi/perubahan dalam berbagai aspek mulai dari perencanaan,
proses maupun evaluasi Diklatnya.
Evaluasi pasca Diklat dapat dijadikan sebagai program prioritas
bagi lembaga kediklatan dalam menganalisis dan mengukur kompetensi
dan kinerja para alumni Diklatnya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara sederhana, fokus analisis evaluasi program Diklat dan
evaluasi pasca Diklat dapat disajikan seperti pada bagan/diagram di
bawah ini.42
42
Riskha Nur Fitriyah, “Kajian Evaluasi Pasca Diklat Dalam Peningkatan
Kualitas Penyelenggaraan Diklat”, dalam artikel website Balai Diklat Keagamaan
Semarang, 2017, diakses dari: http://bdksemarang.kemenag.go.id/kajian-evaluasi-
pasca-diklat-dalam-peningkatan-kualitas-penyelenggaraan-diklat/.
http://bdksemarang.kemenag.go.id/kajian-evaluasi-pasca-diklat-dalam-peningkatan-kualitas-penyelenggaraan-diklat/http://bdksemarang.kemenag.go.id/kajian-evaluasi-pasca-diklat-dalam-peningkatan-kualitas-penyelenggaraan-diklat/
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
15
Gambar 1.1. Skema Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Skema evaluasi pendidikan dan pelatihan (Diklat) pada gambar
1.1 memperlihatkan bahwa hubungan evaluasi Diklat terdiri dari dua
jenis evaluasi yaitu :
a. Evaluasi program Diklat bertujuan untuk mengukur efektifitas penyelenggaraan program Diklat sehingga difokuskan pada analisis
tentang berbagai faktor yang mendukung tercapainya tujuan Diklat.
b. Evaluasi pasca Diklat atau evaluasi dampak Diklat difokuskan pada analisis kompetensi pegawai yang diperoleh selama mengikuti
pelatihan/Diklat serta penerapan hasil Diklat di tempat kerja dalam
rangka meningkatkan kinerja organisasi. Hal-hal yang diperhatikan
dalam evaluasi pasca Diklat antara lain: 1) kemampuan
pendayagunaan alumni Diklat, 2) sejauhmana alumni Diklat
menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya dalam
pelaksanaan tugas-tugas dalam jabatannya, dan 3) sejauhmana
alumni Diklat diberdayakan potensinya dalam jabatannya.
Mengingat pentingnya peran evaluasi pasca Diklat dalam
mengukur peningkatan maupun perubahan kompetensi dan kinerja
alumni mencapai tujuan dan sasaran Diklatnya, maka peneliti bermaksud
untuk melakukan penelitian berjudul “Kompetensi dan Kinerja
Widyaiswara (Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
di Kementerian Agama))”. Penelitian ini akan mengungkap tentang 1)
perubahan kompetensi widyaiswara setelah mengikuti Diklat, dan 2)
perubahan kinerja widyaiswara setelah mengikuti Diklat Bagi
Input
Diklat
Proses
Diklat
Kinerja Organisasi
Meningkat
Kompetensi Pegawai
Meningkat
Evaluasi
Program
Diklat
Evaluasi
Pasca Diklat
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
16
Widyaisara di Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan
Kementerian Agama Jakarta. Perubahan kompetensi widyaiswara pasca
mengikuti kegiatan Diklat Kewidyaiswaraan ini, terutama difokuskan
pada 2 (dua) kompetensi widyaiswara yaitu kompetensi pengelolaan
pembelajaran dan kompetensi substantif, mengingat kedua kompetensi
tersebut dijadikan sebagai tolak ukur produktifitas kinerja widyaiswara
pada perolehan angka kredit kegiatan widyaiswara. Untuk 2 (dua)
kompetensi widyaiswara lainnya, yaitu kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial tetap dievaluasi akan tetapi hanya bersifat sebagai
data pendukung yang melengkapi hasil penelitian evaluasi pasca Diklat
ini.
B. Identifikasi Masalah Kegiatan pelatihan dipandang sebagai awal pengembangan
pegawai yaitu dengan diadakannya proses orientasi untuk kemudian
dilanjutkan secara berkelanjutan selama pegawai tersebut masih berada
di dalam organisasinya. Bentuk orientasi ini dilaksanakan salah satunya
melalui proses pendidikan dan pelatihan (Diklat).43
Pelatihan diarahkan
untuk memperbaiki prestasi kerja saat ini sedangkan pengembangan
adalah untuk mengembangkan keterampilan untuk pekerjaan masa
depan. Kegiatan Diklat sebagai upaya awal pengembangan pegawai
dapat terselenggara secara efektif dan efisien apabila dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi programnya sesuai kebutuhan
users Diklat.
Akan tetapi, pada kenyataannya penyelenggaraan program Diklat
di Kementerian Agama terutama program Diklat bagi
Widyaiswara/Diklat Kewidyaiswaraan masih perlu mendapatkan
perhatian serius dalam berbagai aspeknya, diantaranya:
1. Kompetensi widyaiswara masih perlu ditingkatkan mengingat belum semua widyaiswara memiliki kompetensi standar. Salah satu
upaya dalam meningkatkan kompetensi widyaiswara adalah melalui
keikutsertaaannya dalam program Diklat bagi Widyaiswara.
Penyelenggaraan bagi Widyaiswara masih masih perlu ditingkatkan
baik secara kuantitas maupun kualitas pembelajarannya dengan
mengacu pada 4 (empat) standar kompetensi widyaiswara meliputi
standar pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi substantif;
43
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
Pasal 63 Ayat 4.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
17
2. Kurikulum Diklat bagi Widyaiswara belum sepenuhnya mengakomodir hasil analisis kebutuhan diklat (AKD) dan masih
banyak didominasi pemberian materi tatap muka secara klassikal
dan masih minim praktek atau minim micro teaching;
3. Kemampuan teknis mengajar widyaiswara seperti penerapan metodologi mengajar, kemampuan mengelola kelas, dan
performance widyaiswara di kelas masih perlu ditingkatkan.
Sedangkan kemampuan widyaiswara dalam mengajar menjadi salah
satu tolak ukur jabatan fungsional widyaiswara yang lebih dominan
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
4. Jabatan fungsional widyaiswara, identik dengan jabatan fungsional pendidikk lainnya seperti guru, dosen, instruktur, trainer yang
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya disyaratkan untuk
memenuhi kompetensi standar dengan dibuktikan melalui
kepemilikan serifikat pendidik. Menurut Undang-undang Guru dan
Dosen, pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru
yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh
penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Tunjangan profesi diberikan
setara satu kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah
daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.44
Akan
tetapi, untuk widyaiswara belum memiliki regulasi dari instansi
pembina terkait pemberian tunjangan profesi tersebut, dimana saat
sertifikat lulus uji kompetensi hanya bertujuan untuk memetakan
widyaiswara dan berfungsi sebagai lisensi atas kelayakan seorang
widyaiswara untuk mengajarkan mata diklat tertentu sesuai yang
tertera disertifikatnya.45
5. Masih terdapat widyaiswara yang belum percaya diri dalam kegiatan tatap muka memberikan materi Diklat yang dimungkinkan
kompetensinya yang belum memadai maupun lingkungan kerja
yang kurang mendukung seperti masih terjadi widyaiswara senoir
dan junior yang berdampak pada kesempatan mengajar yang belum
merata.
44
Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal
16. 45
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 6 Tahun
2008 tentang Pedoman Sertifikasi Widyaiswara, Pasal 15.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
18
6. Masih minimnya kegiatan pengembangan dan pemberdayaan widyaiswara yang diprogramkan oleh lembaga Diklat. Masih perlu
ditingkatkan lagi kualitas dan kuantitas kegiatan pengembangan
seperti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
penyusunan kurikulum Diklat, penyusunan modul Diklat,
penyusunan pedoman kediklatan, kegiatan seminar dan bedah buku,
dan kegiatan lain di luar kegiatan tatap muka.
7. Peningkatan kompetensi widyaiswara melalui Diklat seperti Dklat fungsional ahli pertama, muda, madya dan utama masih perlu
diformulasikan kembali agar mampu meningkatkan kompetensi
widyaiswara yang diperlukan secara komprehensif. Seperti halnya
Diklat kepemimpinan pola baru yang saat ini sudah mulai
melakukan pendekatan proyek perubahan di instansi peserta Diklat
sebagai output Diklatnya. Peserta Diklat kepemimpinan pola baru
melaksanakan diklat posision campus (on kampus) dan off campus
yang pelaksanaannya sudah didesain sedemikian rupa untuk
mencapai output Diklat disertai adanya kegiatan bencmarking serta
didampingi tenaga coaching/pembimbing secara intensif. Saat ini,
hanya widyaiswara tenaga administrasi yang berkesempatan
menjadi coaching/pembimbing Diklat dikarenakan dalam
kurikulum Diklatnya seperti Diklat kepemimpinan sudah memuat
kegiatan pembimbingan. Untuk Diklat-diklat teknis di Kementerian
Agama, kurikulum Diklatnya belum mengakomodir kegiatan
pembimbingan sehingga widyaiswara teknis tidak pernah
memperoleh angka kredit dari sub unsur pembimbingan/ coaching.
C. Perumusan Masalah Bagaimana evaluasi pasca Diklat Kewidyaiswaan di Kementerian
Agama?
1. Bagaimana evaluasi pasca Diklat Kewidyaiswaan terhadap perubahan kompetensi pengelolaan pembelajaran widyaiswara?
2. Bagaimana evaluasi pasca Diklat Kewidyaiswaan terhadap perubahan kompetensi substantif widyaiswara?
3. Bagaimana evaluasi pasca Diklat Kewidyaiswaan terhadap perubahan kinerja widyaiswara?
D. Batasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah di atas, pembatasan masalah
penelitian berjudul “Kompetensi dan Kinerja Widyaiswara (Studi
Evaluasi Pasca Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) di Kementerian
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
19
Agama))” adalah pada evaluasi pasca Diklat Fungsional
Kewidyaiswaraan Materi Diklat Calon Penghulu yang diselenggarakan
di Pusdiklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama
Jakarta pada tahun 2016. Jumlah peserta Diklat Fungsional
Kewidyaiswaraan Materi Diklat Calon Penghulu Tahun 2016 sebanyak
31 orang peserta Diklat yang berprofesi sebagai widyaiswara spesialisasi
rumpun keagamaan.
Penelitian evaluasi pasca Diklat ini, dilakukan untuk
mengevaluasi dampak/hasil Diklat tersebut terhadap perubahan
kompetensi widyaiswara dan perubahan kinerja widyaiswara
Kementerian Agama. Kompetensi widyaiswara ada 4 (empat) jenis
meliputi: kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi
kepribadian, sosial dan kompetensi substantif. Akan tetapi, dalam
penelitian ini hanya difokuskan pada 2 (dua) aspek kompetensi
widyaiswara yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran dan
kompetensi substantif saja, mengingat kedua kompetensi tersebut
dijadikan tolak ukur terhadap kinerja widyaiswara dalam perolehan
angka kredit kegiatannya.
Kompetensi pengelolaan pembelajaran widyaiswara merupakan
kemampuan yang harus dimiliki widyaiswara dalam merencanakan,
menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi
pengelolaan pembelajaran ini meliputi kemampuan: a) membuat Garis-
garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)/Rancang Bangun
Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD) dan Satuan Acara Pembelajaran
(SAP)/Rencana Pembelajaran (RP), b) menyusun bahan ajar, c)
menerapkan pembelajaran orang dewasa, d) melakukan komunikasi
yang efektif dengan peserta, e) memotivasi semangat belajar peserta, dan
f) mengevaluasi pembelajaran. Sedangkan Kompetensi substantif adalah
kemampuan yang harus dimiliki widyaiswara di bidang keilmuan dan
keterampilan dalam mata diklat yang diajarkan. Kompetensi substantif
ini meliputi kemampuan: a.) menguasai keilmuan dan keterampilan
mempraktekkan sesuai dengan materi diklat yang diajarkan dan b).
menulis karya tulis ilmiah yang terkait dengan lingkup kediklatan
dan/atau pengembangan spesialisasinya.
Kinerja widyaiswara diukur melalui perolehan angka kredit
kegiatannya. Berdasarkan Perkalan Nomor 26 Tahun 2015 menyatakan
bahwa penilaian angka kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara
merupakan proses untuk mengukur kinerja Widyaiswara dalam
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
20
melaksanakan tugas dan fungsinya.46
Angka kredit adalah satuan nilai
dari setiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan
yang harus dicapai oleh Widyaiswara dalam rangka pembinaan karir
jabatan dan kepangkatannya.47
Angka kredit pada jabatan fungsional
Widyaiswara juga berfungsi sebagai instrumen yang digunakan untuk
mengukur kinerja widyaiswara dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, yaitu mengajar dan melatih serta pengembangan
keprofesionalannya. Perolehan angka kredit widyaiswara ini, sekaligus
dapat memprediksi kemajuan karir widyaiswara yang bersangkutan.
Angka kredit widyaiswara meliputi angka kredit kegiatan unsur
utama dan unsur penunjang. Kegiatan unsur utama meliputi: 1) sub
unsur pendidikan, 2) sub unsur pelaksanaan Dikjartih PNS, 3) sub unsur
evaluasi dan pengembangan diklat, serta 4) sub unsur pengembangan
profesi. Sedangkan kegiatan unsur penunjang merupakan kegiatan yang
mendukung pelaksanaan tugas pokok Widyaiswara yang meliputi: 1)
peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang kediklatan, 2)
keanggotaan dalam organisasi profesi, 3) pembimbingan kepada
widyaiswara di bawah jenjang jabatannya, 4) penulisan artikel pada
surat kabar, 5) penulisan artikel pada Website, 6) perolehan ijazah/gelar
kesarjanaan lainnya, dan 7) perolehan penghargaan atau tanda jasa.
Dalam setiap tahun, seorang widyaiswara harus dapat
mengumpulkan angka kredit dari unsur utama sub unsur pelaksanaan
dikjartih, evaluasi dan pengembangan diklat, serta pengembangan
profesi dengan jumlah angka kredit minimal 12,5 untuk Widyaiswara
Ahli Pertama, angka kredit minimal 25 untuk Widyaiswara Ahli Muda,
angka kredit minimal 37,5 untuk Widyaiswara Ahli Madya, dan angka
kredit minimal 50 untuk Widyaiswara Ahli Utama. Jumlah perolehan
angka kredit widyaiswara dalam setahun, dijadikan sebagai dasar
penilaian kinerja yang tertuang dalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
tahunan widyaiswara yang ditetapkan oleh pimpinan unit kerja
widyaiswara.
46
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (Perkalan) Nomor 26
Tahun 2015 tentang Pedoman Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional
Widyaiswara, Bab I. 47
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB Nomor 22
Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, Pasal 1.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
21
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis hasi
evaluasi pasca Diklat Kewidyaiswaraan di Kementerian Agama
terhadap:
1. Perubahan kompetensi pengelolaan pembelajaran widyaiswara; 2. Perubahan kompetensi substantif widyaiswara; 3. Perubahan kinerja widyaiswara.
F. Signifikasi dan Manfaat Penelitian Melalui penelitian yang berjudul “Kompetensi dan Kinerja
Widyaiswara (Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
di Kementerian Agama))” ini, peneliti berharap dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kostribusi
yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan seputar evaluasi
pasca Diklat terutama pada evaluasi Pasca Diklat Kewidyaiswaraan.
Sejauhmana kompetensi widyaiswara dalam hal ini kompetensi
pengelolaan pembelajaran dan kompetensi substantifnya
berkontribusi terhadap peningkatan kinerja widyaiswara melalui
perolehan angka kredit widyaiswara baik unsur utama maupun unsur
penunjang.
2. Manfaat Praktis a. Memberikan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan bagi
lembaga kediklatan khususnya lembaga Diklat di Kementerian
Agama dalam mengelola Diklat Kewidyaiswaraan secara tepat
sasaran sehingga tujuan penyelenggaraan Diklat dapat tercapai.
b. Memberikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terhadap keberlangsungan program Diklat di Kementerian
Agama, khususnya Diklat Kewidyaiswaraan apakah akan
diteruskan, diperbaiki atau bahkan dihentikan.
G. Kajian Pustaka Berbagai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
Kompetensi dan Kinerja Widyaiswara (Studi Evaluasi Pasca Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama) yang dapat dielaborasi
secara lebih mendalam sebagai studi pustaka dalam penelitian ini,
diklasifikasikan dalam beberapa kajian, diantaranya:
1. Dalam hal konsep evaluasi pasca Diklat, peneliti mengelaborasi
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
22
penelitian sebagai berikut.
a. Penelitian lainnya yang mendukung adalah penelitian evaluatif yang dilakukan oleh Syaukani
48 dalam disertasinya pada tahun
2010 yang berjudul “Evaluasi Program Pendidikan dan
Pelatihan Pimpinan Eselon III di Lingkungan Kementerian
Agama RI: Evaluasi Program Menggunakan Model Evaluasi
Kirkpatrick”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Diklat
dapat menjadi salah satu solusi bagi peserta Diklat berdampak
secara langsung pada peningkatan kompetensi peserta Diklat
dalam meningkatkan kinerja pegawai secara efektif dan efisien.
Hasil penelitian Syaukani ini, menjadi landasan untuk
menindaklanjuti dampak Diklat pada penyelenggaraan Diklat
kewidyaiswaraan dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja
widyaiswara baik secara individu maupun organisasinya.
b. Yasri49 dalam disertasinya yang berjudul Evaluasi Dampak Program Diklat Teknis Fungsional Guru Madrasah Kementerian
Agama mengemukakan bahwa hasil pelatihan guru madrasah
mampu meningkatkan kemampuan peserta diklat dalam hal ini
guru madrasah dalam mengembangkan kurikulum dan materi
pembelajaran, menyusun perangkat pembelajaran namun tidak
berdampak pada penguasaan karakteristik siswa, teori belajar,
pemanfaatan ICT dalam pembelajaran, serta belum mampu
mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan dalam
bekerja secara efektif. Hasil penelitian ini, menjadi salah satu
alasan penulis dalam menelusuri lebih lanjut dampak diklat bagi
widyiswara yang pengembangan kompetensinya dituntut harus
lebih ditingkatkan karena tupoksinya dalam mendidik para
peserta diklat diantaranya guru dan tenaga fungsional lainnya.
c. Juanda50 dalam disertasinya yang berjudul “Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III di Balai
Diklat Keagamaan Jakarta” mengungkapkan bahwa diklat
prajabatan yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan
48
Syaukani, Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Pimpinan Eselon
III di Lingkungan Kementerian Agama RI: Evaluasi Program Menggunakan Model
Evaluasi Kirkpatrick, dalam Disertasi, 2010, Universitas Negeri Jakarta. 49
Yasri. “Evaluasi dampak Program Diklat Teknis Fungsional Guru
Madrasah Kementerian Agama”. (Univesitas Negeri Jakarta. Disertasi. 2017). 50
Juanda, “Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III di BDK Jakarta”. (Disertasi, PPs UNJ, 2011). hlm.103.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
23
Jakarta untuk komponen berkaitan dengan dampak yang
ditimbulkan oleh program Diklat Prajabatan Golongan III berupa
perangkat administrasi pembelajaran terhadap unit kerja peserta
diklat, menunjukkan adanya perbaikan, lebih berkualitas dan
lebih lengkap. Disertasi ini mengungkapkan adanya dampak
positif pelatihan/diklat terhadap kinerja alumni peserta diklat.
Penelitian evaluasi pasca diklat ini, akan mengungkap apakah
dampak positif terjadi pada penyelenggaraan diklat
kewidyaiswaraan tahun 2016 terutama pada peningkatan
komptensi dan kinerja Widyaiswara baik secara individu maupun
organisasi dan bersifat temporary atau permanen.
d. Penelitian Firman Basyir51 tentang ”Evaluasi Program Diklatpim IV pada Balai Diklat Keagamaan Makasar dengan Model
Kirkpatrik” terhadap peningkatan kinerja instansi sebagai
dampak perubahan perilaku alumni Diklat PIM-IV Angkatan
XVIII pada Balai Diklat Keagamaan Makassar yang dievaluasi
pada level result diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Aspek
dampak prestasi kerja alumni diklat terhadap kinerja instansi
yang diukur dengan indikator: peningkatan kualitas kerja alumni
diklat, bertambahnya jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan,
kemampuan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, efisiensi
sumber daya instansi yang ada, berkurangnya beban atasan dalam
pengawasan, dan kemampuan menjalin kerjasama dengan
instansi terkait. Aspek ini memenuhi kriteria evaluasi yaitu
minimal 80% alumni diklat yang memperoleh skor total pada
kategori minimal cukup baik dari penilaian atasannya, dan 2)
Aspek kualitas layanan alumni diklat yang berdampak pada
kualitas layanan instansi yang diukur dengan indikator:
menerapkan pelayanan yang bersifat transparan, menerapkan
layanan yang akuntabel, menerapkan layanan yang kondisional,
menerapkan layanan yang bersifat partisipatif, menerapkan
layanan yang tidak diskriminatif, dan menerapkan layanan yang
adil. Aspek ini tidak memenuhi kriteria evaluasi. Rendahnya
penilaian masyarakat pengguna terhadap aspek kualitas layanan
disebabkan oleh beberapa hal. Alumni diklat PIM-IV Angkatan
XVIII pada Balai Diklat Keagamaan Makassar yang paling
51
Firman Basyir, Evaluasi Program Diklatpim IV pada Balai Diklat
Keagamaan Makasar dengan Model Kirkpatrik, dalam Disertasi, 2013, Universitas
Negeri Jakarta.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
24
banyak berhubungan langsung dengan masyarakat adalah mereka
yang bertugas di Kantor Urusan Agama (Kepala KUA). Terdapat
18 orang alumni diklat yang bertugas di Kantor Urusan Agama.
Keluhan masyarakat terhadap layanan beberapa KUA tersebut
adalah waktu pelayanan ada yang buka hanya dua hari seminggu,
masyarakat kurang pemahaman tentang informasi prosedur
pengurusan misalnya pencatatan nikah, surat nikah yang
seharusnya diserahkan pada saat selesai akad nikah, namun ada
yang beberapa minggu kemudian baru dapat memperolehnya,
mereka tidak mengetahui standar-standar biaya yang harus
dikeluarkan. Informasi terkait kegiatan-kegiatan KUA dalam
mengadakan penyuluhan-penyuluhan ke masyarakat pada
umumnya mereka menyatakan tidak pernah. Disertasi tersebut
menunjukkan bahwa program diklat berdampak positif dalam
meningkatkan kinerja alumninya dalam hal ini kepala KUA
sehingga kompetensinya meningkat. Akan tetapi dalam hal
kualitas pelayanan publik masih perlu ditingkatkan mengingat
masih tingginya keluhan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
kepala KUA yang masih dirasa kurang komunikatif. Penelitian
evaluasi pasca diklat kewidyaiswaraan tahun 2016 ini akan
mengungkap dampak positif diklat dan kekurangannya dalam
rangka improvement penyelenggaraan diklat ke depan agar lebih
tepat sasaran dan bermanfaat bagi para alumni diklatnya.
2. Dalam hal Konsep Kediklatan, peneliti mengelaborasi penelitian sebagai berikut.
a. Tim Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Pendidikan Agama dan Keagamaan (Penda) Kementerian
Agama52
, berjudul “Pendidikan dan Pelatihan Guru Madrasah
Aliyah dan Relevansinya dengan Kebutuhan Mengajar”,
mengungkapkan bahwa keberhasilan Diklat dalam aspek
52
Tim Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Pendidikan
Agama dan Keagamaan Kementerian Agama, Jurnal Edukasi Volume 2, Nomor 4
Oktober-Desember 2004 berjudul “Pendidikan dan Pelatihan Guru Madrasah Aliyah
dan Relevansinya dengan Kebutuhan Mengajar”, Jakarta: Puslitbang Penda dan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama bekerjasama dengan
Yayasan Kalimah, 2004. Responden adalah Guru Madrasah Aliyah (MA) dimana
60% responden telah mengikuti diklat sebanyak lebih dari dua kali, 15% telah
mengikuti diklat sebanyak dua kali dan 25% baru mengikuti pelatihan sebanyak satu
kali.
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
25
penguasaan konsep pembelajaran peserta diklat/kognitif hanya
51,81% (kategori cukup/diambang kurang). Idealnya, penguasaan
konsep pembelajaran peserta diklat paling tidak di atas 75%.
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya penguasaan
konsep pembelajaran peserta Diklat tersebut adalah rendahnya
penerapan strategi pembelajaran orang dewasa/andragogi
(kompetensi pengelolaan pembelajaran) widyaiswara dalam
proses pembelajaran Diklat. Konsep pembelajaran yang paling
rendah dikuasai oleh peserta Diklat adalah pada aspek analisis
pembelajaran yang disebabkan peserta Diklat jarang melakukan
kegiatan analisis pembelajaran dan hanya cenderung mengikuti
kurikulum yang ada serta hanya mengacu pada buku-buku yang
dijual di pasaran. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
Widyaiswara perlu menguasai kompetensi pengelolaan
pembelajaran aspek penerapan andragogi dalam proses
pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi menarik dan
meningkatkan motivasi belajar peserta Diklat. Kompetensi ini
diperoleh salah satunya dengan mengikuti Diklat
kewidyaiswaraan.
b. Edi Saputra Pakpahan, Siswidiyanto, dan Sukanto53 dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan
Terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada Badan Kepegawaian
Daerah Kota Malang)” menyatakan bahwa peranan pendidikan
dan pelatihan secara bersama-sama di Badan Kepegawaian
Daerah Kota Malang cukup baik. Penelitian ini juga menguatkan
bahwa apabila pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
dilaksanakan dengan baik, maka kinerja pegawai akan
meningkat. Berdasarkan hasil penelitian ini, memberikan
penguatan bahwa diklat dapat meningkatkan kinerja pegawai dan
peneliti akan lebih menfokuskan lagi pada evaluasi pasca diklat
terhadap kompetensi pegawai dalam hal ini widyaiswara
terutama dilihat dari kompetensi pengelolaan pembelajaran dan
kompetensi substantif widyaiswara
c. Penelitian sejenis lainnya juga dilakukan oleh Aprillia Chartiani Takaonselang tentang “Efektifitas Diklat dalam Meningkatkan
Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur Pemerintah di Kantor
53
Edi Saputra Pakpahan, Siswidiyanto, dan Sukanto, “Pengaruh Pendidikan
dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah
Kota Malang”. (Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1. hlm. 116-121).
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
26
Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pelaksanaan Diklat yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur
pemerintah khususnya Diklat Pim III dan IV kurang efektif
karena PNS di tempatkan di disiplin ilmu yang berbeda, sehingga
sulit mengimplementasikan hasil pendidikan dan pelatihan yang
di dapatnya. Masalah ditemukan pada proses rekrutmen PNS
akan duduk dalam jabatan tertentu seringkali tidak mengikuti
prosedur dan persyaratan yang ada (seperti nepotisme). Hal ini
berdampak pada adanya kesenjangan antara kompetensi individu
dengan kompetensi jabatan yang dipersyaratkan sehingga peserta
diklat kesulitan mengimplementasikan hasil pendidikan dan
pelatihan yang diikuti.54
d. Penelitian disertasi Wan. A. Hirawan55 tentang “Efektivitas Implementasi Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV dalam Meningkatkan Kinerja Pejabat
Struktural Eselon-4 di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Sukabumi” menyimpulkan bahwa rendahnya efektivitas
implementasi kebijakan diklat kepemimpinan tingkat IV dalam
meningkatkan kinerja para pejabat eselon IV dipengaruhi oleh:
(1) kebijakan penyelenggaraan diklat dengan pola "duduk-didik"
yaitu diklat wajib diikuti oleh pegawai jika mereka telah duduk
dalam jabatan struktural eselon IV, mengakibatkan terjadinya
distorsi kognitif karena peserta diklat lebih mementingkan
sertifikat dari pada kompetensi, (2) struktur kurikulum diklat
kepemimpinan tingkat IV belum mengacu pada standar
kompetensi, (3) sistem evaluasi diklat belum dilaksanakan secara
normatif dan lebih dominan bersifat formalitas, dan (4)
penyelenggaraan diklat belum didukung oleh hasil evaluasi
kinerja terhadap para pejabat eselon IV yang akan ditunjuk
sebagai calon peserta diklat. Berdasarkan temuan penelitian point
54
Aprillia Chartiani Takaonselang, “Efektifitas Diklat dalam Meningkatkan
Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur Pemerintah di Kantor Sekretariat Daerah
Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2014.”.
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/.../52..2014). 55
Wan. A. Hirawan, Efektivitas Implementasi Kebijakan Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV dalam Meningkatkan Kinerja Pejabat
Struktural Eselon-4 di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukabumi, dalam
Disertasi, 2004, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/.../52..2014
-
KOMPETENSI DAN KINERJA WIDYAISWARA Studi Evaluasi Pasca Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) di Kementerian Agama____ Dr. Siti Nasihatun, M.Pd
27
4, hasil evaluasi pasca diklat dapat digunakan sebagai salah satu
landasan kebijakan untuk membuat program diklat yang efektif
dan efisien.
Dalam hal Kompetensi dan Kinerja Widyaiswara, peneliti mengelaborasi
penelitian sebagai berikut.
a. Temuan penelitian yang dilakukan oleh Waspodo56 pada Diklat SPAMA tahun 1999 di Pusdiklat Pegawai Depdikbud,
Sawangan, Jawa Barat menyebutkan bahwa widyaiswara kurang
memiliki kompetensi kependidikan, pelaksanaan pembelajaran
menjadi kurang bermutu sehingga mengakibatkan pembelajaran
Diklat menjadi monoton dan kurang menarik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Widyaiswara yang profesional dan
kompeten sebagai ujung tombak kediklatan yang secara langsung
berperan dalam proses pembelajaran Diklat, menjadi faktor
penting dalam keberhasilan penyelenggaraaan diklat. Untuk itu,
kompetensi dan kinerja widyaiswara perlu selalu di up-date agar
mampu memenuhi tuntutan stakeholder di lapangan salah
satunya melalui keikutsertaannya sebagai peserta Diklat
kewidyaiswaraan. Sejauh mana dampak Diklat kewidyaiswaraan
terhadap peningkatan kompetensi dan kinerja widyaiswara
menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut, mengingat stuktur
kurikulum Diklat kewidyaiswaraan Kementerian Agama sudah
mengakomodir penyampaian materi Diklat dengan
memperbanyak praktek daripada teori.57
b. Penelitian oleh Harun58 terhadap penyelenggaraan Diklat SDM PT POS Indonesia (Persero) di Pusdiklatpos Bandung, yang salah
satu temuannya mengatakan bahwa kompetensi Widyaiswara
masih rendah terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran
56
Waspodo, M. “Peranan Widyaiswara Dalam Implementasi Kurikulum
Diklat SPAMA: Studi Deskriptif Analitik Pada Implementasi Kurikulum Diklat
SPAMA Di Pusdiklat Pegawai Depdikbud Sawangan, Jawa Barat Tahun 1999”.
(http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0922106-092226/, diakses 13 Januari
2018). 57
Dokumen Struktur Kurikulum Program Diklat Fungsional
Kewidyaiswaraan Materi Diklat calon Penghulu Bagi Widyaiswara Keagamaan
Tahun 2016. 58
Harun C.Z., Pendidikan dan Pelatihan sebagai Sarana Pengembangan
Sumber Daya Manusia di PT POS Indonesia (Persero), Analisis Sistem
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di Pusdiklatpos Bandung Tahun 2000,
diakses dari: http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1202105-084810/.
../Users/SimSim/AppData/Local/Temp/Peranan%20Widyaiswara%20Dalam%20Implementasi%20Kurikulum%20Diklat%20SPAMA:%20Studi%20Deskriptif%20Analitik%20Pada%20Implementa