BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata (Sidarta Ilyas, 2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler ( Long Barbara, 1996).
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya
tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-
bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan
penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan.
B. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
Secara umum, penyebab glaucoma terdiri dari :
1. Primer
a. Akut : Dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik : Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga (Diabetes mellitus,
Arterisklerosis, Pemakaian kortikosteroid jangka panjang, . Miopia tinggi dan
progresif)
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti : Katarak, Perubahan lensa, Kelainan uvea,
Pembedahan).
C. MANIFESTASI KLINIK
1. Keluhan:
a. penglihatan kabur mendadak
b. nyeri hebat
c. mual
d. muntah
e. melihat halo (pelangi disekitar objek)
2. Pemeriksaan Fisik:
a. Visus sangat menurun
b. Mata merah
c. Kornea suram
d. Rincian iris tidak tampak
e. Pupil sedikit melebar, tidak bereaksi terhadap sinar
f. Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
Yang mengkhawatirkan, glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada fase
terakhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata
terasa sakit sekali). Karena itu deteksi dini glaukoma sangat penting, konsultasikan ke dokter
spesialis mata anda mengenai glaukoma untuk pendeteksian dini.
Table Manifestasi Klinis Glaukoma :
Glaukoma primer
Glaukoma
sekunder
Glaukoma
congenital
Glaukoma sudut
terbuka
Glaukoma sudut
tertutup
a. Kerusakan visus
yang serius.
b. Lapang pandang
mengecil dengan
macam-macam
skotoma yang khas
c. Perjalanan penyakit
progresif lambat
a. Nyeri hebat didalam
dan sekitar mata
b. Timbulnya halo
disekitar cahaya
c. Pandangan kabur
d. Sakit kepala
e. Mual, muntah
f. Kedinginan
g. Demam, bahkan
perasaan takut mati
mirip serangan
angina
a. Pembesaran
bola mata
b. Gangguan
lapang pandang
c. Nyeri didalam
mata
Gangguan
penglihatan
D. KLASIFIKASI
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongenital. Tipe primer terbagi
menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
1. Glaukoma Primer
Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur yang terlibat
dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akuos humor mengalami perubahan langsung.
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata.
Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena
humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh
perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous
mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan
vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri
mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan
dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
Tanda dan gejala meliputi nyeri hebat di dalam dan sekitar mata., timbulnya halo di
sekitar cahaya, pndangan kabur. Klien kadang mengeluhkan keluhan umum seperti sakit
kepala, mual, muntah, kedinginan, demam. Peningkatan TIO menyebabkan nyeri yang
melalui saraf kornea menjalar ke pelipis, oksiput dan rahang melaui cabang-cabang nervus
trigeminus. Iritasi
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaucoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata. Kondisi ini
secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau
reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
a. Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak
b. Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
c. Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat
mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab
a. Perubahan lensa
b. Kelainan uvea
c. Trauma
d. Bedah
3. Glaukoma Congenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular.
Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.
a. Primer atau infantil
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan
total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut
kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata
keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada
iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar,
alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak
berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Berdasarkan lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa
sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai
akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer,
menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik,
berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering
disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak
hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca
pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1) Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah
belakang kepala .
2) Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan
muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3) Tajam penglihatan sangat menurun.
4) Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5) Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6) Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7) Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat
timbulnya reaksi radang uvea.
8) Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9) Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media
penglihatan.
10)Tekanan bola mata sangat tinggi.
11)Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler
(TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya
berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau
filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan
medikamentosa.
2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola
mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian
kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit
berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan
sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut
keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur,
lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan
peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25
mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam,
dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil.
Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi
bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan
lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran
tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga
dan minum harus sedikit-sedikit.
E. PATOFISIOLOGI
Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran
keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor di produksi didalam
badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh peningkatan
hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi anterior (COA).
Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia
menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya
dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan
saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa penanganan,
glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik
buta pada lapang pandang.
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan
optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
(4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
(5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
(6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
(7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus
macula dan pembuluh darah retina.
(8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg.
(normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas,
2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
(9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu
memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik
kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
(10)Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang
khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
(11)Pemeriksaan Ultrasonografi: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
1. Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan
mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a. Obat Sistemik
1) Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan
mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%,
menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi
hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh
parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
2) Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah
glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat
ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif
lagi.
b. Obat Tetes Mata Lokal
1) Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol,
carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan
TIO.
2) Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata.
Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
2. Terapi Bedah
a. Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan
depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya
dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50%
atau gagal dengan iridektomi.
LANDASAN TEORITIS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PATIENT DENGAN GLAUKOMA
1. Pengkajian
a. Identitas klien, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien saat ini
sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien
sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya ataupun
tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami anggota
keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih
luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues
humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap
cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami
peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg.
Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma
kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris
pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO
meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya
sempit.
2. Pengkajian Pola FungsionaL Gordon
1). Pola Persepsi Dan Manajemen Kesehatan
a. Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga
kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana
kepatuhannya terhadap pengobatan.
b. Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga dengan
penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat stress, alergi,
gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.
2) Pola Nutrisi/Metabolisme
a. Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
b. Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
c. Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
d. Bagaimana nafsu makan klien
e. Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu
makan
f. Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir
g. Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual
muntah
3) Pola Eliminasi
a. Kaji kebiasaan defekasi
b. Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
karekteristik BAB
c. Kaji kebiasaan miksi
d. Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri
ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk miksi
e. Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi,
kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe sekunder (DM,
hipertensi).
4) Pola Aktivitas/Latihan
a. Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
b. Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table gorden)
c. Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
d. Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada.
Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau keluarganya
( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
e. Kaji kekuatan tonus otot
f. Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari.
Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya matahari.
5) Pola Istirahat Tidur
a. Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
b. Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
c. Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien
sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola tidur
klien tidak normal.
6) Pola Kognitif-Persepsi
a. Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman. Persepsi
nyeri, bahasa dan memori
b. Status mental
c. Bicara : apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
d. Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan
interaksi
e. Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
f. Pendengaran : DBN / tidak
g. Peglihatan : DBN / tidak
h. Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
i. Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi nyeri
saat nyeri terjadi
j. Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
k. Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan. Pola
pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.
7) Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
a. Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri,
gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
b. Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
c. Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien sering
merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.
d. Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri karena
mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak PD dalam
kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi
dan konsep diri.
8) Pola Peran Hubungan
a. Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
b. Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
c. Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll
d. Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
e. Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
f. Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
g. Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan dengan
orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan klien malu
berhubungan de ngan orang lain.
h. Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam
melakukan perannya
9) Pola Koping-Toleransi Stress
a. Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan system
pendukung
b. Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa bulan
terakhir
c. Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi,
apakah efektif?
d. Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang lain
e. Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
f. Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
g. Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang
dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien mengalami
penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.
10) Pola Reproduksi/ Seksualitas
a. Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
b. Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
c. Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan
penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat melakukan
hubungan intim
d. Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi
seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan terganggu
ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka yang
mengalami penyakit mata.
11) Pola Keyakinan-Nilai
a. Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam hidup
b. Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
c. Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam
hidup
d. Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari-hari
karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan mengganggu
ibadahnya.
3. Diagnosa Keperawatan
NANDA NOC NICNyeri AkutBatasan karakteristik :a. Perubahan nafsu
makanb. Perubahan dalam
tekanan darahc. Perubahan
frekuensi denyut jantung
d. Perubahan frekkuensi pernafasan
e. Masalh tidurf. Dilatasi pupil
Tingkat kenyamananIndikator:a. Melaporkan keadaan fisik
membaik b. Melaporkan kepuasan
terhadap kontrol nyeric. Menunjukkan kepuasan
terhadap kontrol nyeriKonntrol nyeriIndikator:
a. Pasien mengetahui serangan nyeri
b. Pasien mengetahui gejala-gejala nyeri
c. Menggunakan tindakan preventif
Nyeri efek disruptiveIndikator:
a. Pasien melaporkan
Manajemen nyeriIntervensi:a. Lakukan penilaian nyeri secara
komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, frekuensi,kualitas, intensitas, dan penyebab
b. Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupansehari-hari (tidur, nafsu makan)
c. Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapatmemberikan kenyamanan pada pasien danrencana keperawatan
d. Menyediakan informasi tentang nyeri, contoh penyebab nyeri, bagaimana terjadinya,mengantisipasi ketidaknyamanan
e. Menyediakan analgesik yang dibutuhkandalam
hilangnya gangguan tidur
b. Kehilangan nafsu makan
Tingka nyeriIndikator:
a. Keluhan nyerib. Ekspresi wajah terhadap
nyeri
mengatasi nyerif. Anjurkan untuk istirahat/ tidur
yang adekuatuntuk mengurangi nyeri
g. D o r o n g p a s i e n u n t u k m e n d i s k u s i k a n pengalaman terhadap nyeri
h. Menyediakan informasi yang adekuat untuk meningkatkan pengetahuan keluarga terhadapnyeri
i. M e n y e r t a k a n k e l u a r g a d a l a m mengembangkan metode mengatasai nyeri
j. Monitor kepuasan klien terhadap manajemennyeri yang diberikan dalam interval yangditetapkan
Gangguan persepsi sensori: penglihatan Batasan karakteristik:a. Berubahnya
ketajaman pancaindera
b. Berubahnya ketajaman pancaindera
c. Berubahnya respon yang umum terhadap rangsangan
d. Gagal penyesuaiane. Distorsi pancaindera
Kontrol Kecemasan:Indicator:a. Memantau intensitas kecemasanb. Menghilangkan pencetus
kecemasanc. Menurunkan rangsang
lingkunganketika cemad. Mencari informasi untuk
mengurangikecemasane. Merencanakan strategi
kopingterhadap situasi yang menekan
f. Menggunakan strategi koping yangefektif
g. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa cemas
h. Menjaga hubungan sosiali. Melaporkan
ketidakhadiran penyimpangan persepsi pada pancaindera
j. Melaporkan ketidakhadiranmanifestasi fisik akan kecemasan
Kompensasi Tingkahlaku Penglihatan:Indicator:a. Pantau gejala dari semakin
buruknya penglihatanb. Posisikan diri untuk
menguntungkan penglihatanc. Ingatkan yang lain
untuk menggunakan teknik
Peningkatan Komunikasi: Defisit Penglihatana. Kenali diri sendiri ketika
memasuki ruang pasienb. Menerima reaksi pasien
terhadap rusaknya penglihatanc. C a t a t r e a k s i p a s i e n
t e r h a d a p r u s a k n y a penglihatan (misal, depresi, menarik diri, danmenolak kenyataan)
d. Andalkan penglihatan pasien yang tersisasebagaimana mestinya
e. Gambarkan lingkungan kepada pasien
f. Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien tanpa memberitahu pasien
g. Identifikasi makanan yang ada dalam bakidalam kaitannya dengan angka-angka pada jam
h. S ed iaka n kaca pe mbes a r a t a u kacam a ta prisma sewajarnya untuk membaca
i. Rujuk pasien dengan masalah penglihatan keagen yang sesuaiManajemen Lingkungan
j. Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien
k. H i l a n g k a n b a h a y a l i n g k u n g a n
yangmenguntungkan penglihatand. Gunakan pencahayaan yang
cukupuntuk aktivitas yang sedangdilakukan
e. Memakai kacamata dengan benar
f. Merawat kacamata dengan benar g. Menggunakan alat bantu
penglihatanyang lemah
( m i s a l , permadani yang bisa dilepas-lepas dan kecil,mebel yang dapat dipindah-pindahkan)
l. Hilangkan objek-objek yang membahayakandari lingkungan
m. Lindungi dengan sisi rel/ lapisan antar rel,sebagaimana mestinya
n. Kawal pasien selama kegiatan-kegiatan di bangsal sebagaimana mestinya
o. Sediakan tempat tidur tinggi-rendah yangsesuai
p. Sediakan alat-alat yang adaptif (misal, bangkuuntuk melangkah atau pegangan tangan) yangsesuai
q. S usun pe ra bo tan d i da l a m kam ar da l a m t a t a k a n y a n g s e s u a i y a n g b a g u s d a l a m mengakomodasi ketidakmampuan pasien ataupun keluarga
r. T e m p a t k a n b e n d a -b e n d a y a n g s e r i n g digunakan dekat dengan jangkauan
s. Manipulasi pencahayaan untuk kebaikanterapeutik
t. Batasi pengunjung
Pengawasan: Keamanana. Pantau perubahan fungsi fisik
atau kognitif pasien yang menyebabkan perilaku yangmembahayakan
b. P a n t a u l i n g k u n g a n y a n g b e r p o t e n s i membahayakan keamananc. T e n t u k a n d e r a j a t
p e n g a w a s a n y a n g dibutuhkan pasien, berdasarkan tingkat,f u n g s i d a n k e h a d i r a n b a h a y a d a l a m lingkungan
d. Sediakan tingkat pengawasan yang sesuaiuntuk memantau
pasien dan memberikantindakan terapeutik, jika dibutuhkan
e. Tempatkan pasien pada lingkungan yang paling terbatas yang menyedikan level yangdibutuhkan untuk observasi
f. Mulai dan pertahankan status pencegahan pada resiko tinggi dari bahaya yangdikhususkan untuk pengaturan perawatan
g. Komunikasikan informasi tentang resiko pasien pada perawat lainnya
AnsietasBatasan karakteristik:a. Scaning dan
kewaspadaanb. Kontak mata yang
buruk c. Ketidakberdayaan
meningkatd. Kerusakan
perhatian
Kontrol cemasIndikator :f. Pantau intensitas kecemasang. Menyingkirkan tanda kecemasanh. Mencari informasi
untuk menurunkancemasi. Mempertahankan konsentrasij. Laporankan durasi dari episode
cemas
KopingIndikator:
a. Memanajemen masalahb. Me l iba tkan anggo t a
ke lua rga da l a m membuat keputusan
c. Mengekspresikan perasaan dan kebebasanemosional
d. Menunjukkan strategi penurunan stresMenggunakan support sosial
Penurunan kecemasanAktivitas:a. Tenangkan klienb. Jelaskan seluruh posedur
tindakan kepadaklien dan perasaan yang mungkin muncul padasaat melakukan tindakan
c. Berikan informasi diagnosa, prognosis, dan tindakan
d. Berusaha memahami keadaan kliene. Kaji tingkat kecemasan dan
reaksi fisik padatingkat kecemasan
f. Gunakan pendekatan dan sentuhan, untuk meyakinkan pasien tidak sendiri.
g. S e d i a k a n a k t i v i t a s u n t u k m e n u r u n k a n ketegangan
h. Bantu pasien untuk identifikasi situasi yangmencipkatakan cemas
i. Instruksikan pasien untuk menggunakanteknik relaksasi
Peningkatan kopingAktivitas:a. H a r g a i
p e m a h a m n a n p a s i e n t e n t a n g pemahaman penyakit
b. Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan jaminan
c. Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis
d. Sediakan pilihan yang realisis tentang aspek perawatan saat ini
e. Tentukan kemampuan klien untuk mengambilkeputusan
f. Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan danmengelola gaya hidup atau perubahan peran