TEORI DISPOSISI GORDON W. ALLPORT DALAM
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
DisusunOleh :
Maya Jelita Hasibuan
NIM. 11150110000003
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi berjudul Teori Disposisi Gordon W. Allport dalam Perspektif Pendidikan
Islam disusun oleh Maya Jelita Hasibuan, NomorIndukMahasiswa11150110000003,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 13 Maret
2020 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mendapatkan gelar
Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, Maret 2020
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda
Tangan
Drs. Abdul Haris, M. Ag
NIP. 19660901 199503 1 001
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)
Drs. Rusdi Jamil, M. Ag
NIP. 19621231 19950 1 005
Penguji I
Dr. Henny Narendrany Hidayati, M. Pd
NIP. 19710512 199603 2 002
Penguji II
Drs. Abdul Ghofur, M.Ag
NIP. 19681208 199703 1 003
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT
dengan segala ridho dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini sebagai syarat untuk menempuh Sarjana Strata 1 (S1) dijurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi “Teori Disposisi Gordon W. Allport dalam
Perspektif Pendidikan Islam”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat semoga kelak
mendapatkan syafa’atnya di hari akhir nanti.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali tantangan dan hambatan yang penulis
lalui, namun berkat dorongan, dan motivasiyang diberikan kepada penulis, semuanya
dapat terselesaikan. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada pihak yang mendukung antara lain :
1. Dr. Sururin, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag. dan Drs. Rusdi Jamil, M. Ag. Selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag. selaku Dosen Penasihat Akademik sekaligus
Dosen Pembimbing Skripsi yang bersedia meluangkan waktu dan juga
senantiasa sabar dalam memberikan nasihat, membimbing, serta mengarahkan
penulis.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam yang selalu
memberikan berbagai macam pengalaman.
5. Kedua orang tua tercinta, Mama dan Ayah yang tidak pernah putus
mendoakan serta memberikan kekuatan terhadap penulis.
6. Kepada Kakak, Abang, dan Keponakan yang amat saya sayangi dan cintai
7. Teman-Teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam angkatan 2015, teman-
teman organisasi PMII Rayon PAI, teman-teman komisariat fakultas ilmu
tarbiyah dan keguruan juga Teman-Teman Tongkrongan Bulogiyah yang
telah memberi warna dikehidupan penulis selama di Ciputat serta senantiasa
meminjamkan laptop dan memberikan tumpangan Wifi hingga skripsi
penulis dapat terselesaikan .
8. Nazihah selaku mentor yang bersedia mengkoreksi skripsi saya, Fadhila yang
selalu menanyakan progres skripsi saya. Novi, Nadya, Olih, Kaha, Finza,
Chika dan Syifa yang selalu memberikan semangat.
9. Serta kepada pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu, dalam
membantu proses penulisan skripsi ini.
Jakarta, 30 Januari 2020
Penulis
ABSTRAK
Maya Jelita Hasibuan (NIM : 11150110000003) Teori Disposisi Gordon W.
Allport dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teori disposisi Gordon W. Allport dalam
pendidikan Islam. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan studi pustaka (library research) dengan mengkaji data-data primer
yang berkaitan dengan teori yang diambil dan juga mengkaji data sekunder sebagai
data-data pendukung. Hasil penelitian ini menunjukkam bahwa teori disposisi Gordon
W. Allport dalam pendidikan Islam yaitu hal-hal yang berkaitan dengan akhlak dan
pendidikan karakter.
Kata Kunci : Disposisi,Sifat, Allport, Akhlak, Karakter.
ABSTRACT
Maya Jelita Hasibuan (NIM: 11150110000003) Theory Disposition Gordon W.
Allport in the Perspective of Islamic Education
This research to purposedhow theory disposition Gordon W. Allport in the
perspective of Islamic education. Used Library Research-qualitative method
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 7
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
F. ManfaatPenelitian ................................................................................. 7
G. MetodePenelitian ................................................................................... 8
1. ObjekdanWaktuPenelitian .............................................................. 8
2. MetodePenelitiandanPendekatanPenelitian .................................. 8
3. Sumber Data ..................................................................................... 9
H. Prosedur Penelitian ............................................................................... 9
I. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 10
J. Teknik Analisis Data .......................................................................... 11
K. Sistematika Penulisan ......................................................................... 11
L. Hasil Penelitian .................................................................................... 12
Bab II KajianTeoritis ................................................................................. 15
A. Pokok-Pokok Teori Allport ................................................................ 15
1. Struktur dan Dinamika Kepribadian ........................................... 15
B. Kritik Para AhliTerhadapAllport ..................................................... 29
Bab III PerspektifPendidikan Islam ........................................................ 31
A. Struktur Kepribadian Perspektif Islam ............................................ 31
B. Dinamika Kepribadian Perspektif Islam ......................................... 44
C. Kepribadian Perspektif Islam ............................................................ 49
1. Karakter dalam Perspektif Islam .................................................. 49
2. Tabiat dalam Perspektif Islam ...................................................... 52
3. Sifat dalam Perspektif Islam ......................................................... 52
4. Tipe dalam Perspektif Islam .......................................................... 53
5. Perkembangan Kepribadian dalam Perspektif Islam ................. 56
Bab IV Hasil Penelitian ............................................................................. 59
A. Biografi Gordon Williard Allport......................................................59
B. Pendidikan Menurut Para Ahli ......................................................... 60
C. Teori Disposisi dalam Bingkai Pendidikan Islam ........................... 65
Bab V Penutup ........................................................................................... 69
A. Kesimpulan ........................................................................................ 69
B. Saran .................................................................................................. 70
DaftarPustaka ............................................................................................. 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan
mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik, secara terminologi
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui
pengajarandanpelatihan.1
Pendidikan adalah suatu rencana untuk membentuk generasi penerus
bangsa dalam suasana pembelajaran dengan memberikan ilmu pengetahuan,
agar tercapai kemampuan, spritual keagamaan, kecerdasan, kepribadian,
akhlak mulia, serta pengendalian diri.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu
cakap, kreatif , mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis sera
bertanggung jawab.2
Konsep dari pendidikan itu sendiri ialah humanisasi (upaya
memanusiakan manusia) yaitu suatu upaya dalam rangka membantu manusia
agar mampu hidup sesuai martabat kehidupannya.3 Dengan demikian jelaslah
mengapa dikatakan manusia dapat menjadi manusia melalui pendidikan.4
1Kamus Besar Bahasa Indonesia, (http://kbbi.kemdikbud.go.id), diaksespadatanggal 7 Juli
2019. 2Undang-undangSisdiknas No. 20 Tahun 2003, (http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/upload/2016/08/UU.no.20_th_200_pdf), diaksespadatanggal 7 Juli 2019. 3Dinn Wahyudin, “Pengantar Pendidikan”, Universitas Terbuka, Jakarta, 2007, h. 29. 4Muhammad Sumantri, “Pengantar Pendidikan”, ModulpadaUniversitas Terbuka, Jakarta, 17
April 2015, h. 30.
Dari penjelasan di atas, tidak sesuatu yang berkelebihan jika
disebutkan pendidikan adalah bagian penting dari kehidupan karena menjadi
sebuah kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan.5 Wajar saja kalimat long life
educationmenjadi kalimat yang sering digaung-gaungkan oleh setiap orang,
karena pada intinya melalui pendidikan manusia diharapkan mengembangkan
potensi-potensi yang ia miliki, dan melalui jalan pendidikan pula manusia
dapat menjadi makhluk yang berkarakter.
Karakter merupakan suatu pola perilaku seseorang. Orang yang
berkarakter baik memiliki pemahaman tentang kebaikan, menyukai kebaikan
dan mengerjakan kebaikan. Orang yang sesuai dengan kaidah moral disebut
sebagai orang yang berkarakter baik.6 Pusat Bahasa Depdiknas
mendefinisikan pengertian karakter adalah bawaan hati, jiwa, kepribadian,
budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak. Manusia
berkarakter adalah manusia yang memiliki tanda atau ciri khas yang berbeda
dengan orang lain sehingga tanda tersebut tidak dapat diduplikasi.7 Ciri khas
itu dapat berupa sifat, perilaku, bertabiat , berwatak, sikap, tindakan dan juga
pikiran.8 Karakter juga diartikan sebagai ciri khusus dari struktur kepribadian
seseorang.9
Berkarakter berarti berkepribadian, kepribadian merupakan ciri atau
karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungan.10
Secara harfiah kepribadian
5Sigit Dwi Laksana, “Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO) dan Tiga Pilar Pendidikan
Islam”,JurnalKependidikan Islam, Vol.6, No. 1, 20016, h. 59. 6Hibur Tanis, “Pentingnya Pendidikan Character Building dalam Membentuk Kepribadian
Manusia”, Jurnal Humaniora Vol. 4, No. 2 Oktober 2013, h. 1216. 7Katharina E.P, Korohama, Psikologi Individual Gordon Allport, (http://academia.edu),
diakses pada tanggal 5 Agustus 2019 jam 09.15. 8Oktarosada Dwi, “Implementasi Pendidikan karakter pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, 2017, h.10. 9SL Agustina, “Efektifitas Bimbingan Konseling Islam Terhadap Motivasi Belajar Anak di
Yayasan Ummi Fadhilah Surabaya”, Skripsi pada UIN Sunan Ampel ,14 Juli 2017,h.18. 10Samrin, “Pendidikan Karakter Sebuah Pendekatan Nilai”, Jurnal Al-Ta‟dib Volume 9 No 1
Januari 2016.
diartikansebagai tingkah laku, yaitu tingkah laku yang menjadi ciri uniknya,
hal tersebut yang menjadikan antara manusia dengan manusia lainnya
berbeda-beda.11
Seluruh tingkah laku manusia telah memiliki takdir atau sunatullah
yang ditetapkan oleh Tuhan, meskipun takdir yang dimaksud memiliki banyak
pilihan. Namun dalam bentuk aktual, manusia diberi kebebasan untuk
mengepresikannya, sehingga menimbulkan dinamika tingkah laku. Setiap
tingkah laku memiliki citra (image) dan keunikan sendiri sesuai apa yang
terdapat pada pelakunya.12
Berbicara tentang perilaku manusia yang unik,
artinya tidak ada yang sama baik fisik maupun jiwa manusianya. Baik dalam
hal kepandaian, bakat, sikap, minat, maupun kepribadian. Manusia
berperilaku atau beraktivitas karenaadanya tujuan tertentu.
Membahas tentang tingkah laku manusia tidak hanya pada ilmu
pendidikan saja tetapi juga berkaitan erat dengan ilmu psikologi. Ilmu
psikologi berperan untuk menunjukkan perkembangan hidup manusia
sekaligus ciri-ciri, watak dan kepribadiannya.13
Hakikatnya tujuan psikologi
adalah untuk memahami tingkah laku dengan merumuskan proses kerja
faktor-faktor yang menentukan perkembangan dan timbulnya tingkah laku
tersebut.14
Psikologi kepribadian adalah upaya yang mencakup sistematis
untuk mengungkapkan dan menjelaskan pola teratur dalam pikiran perasaan,
dan perilaku nyata seseorang yang mempegaruhi kehidupannya sehari-hari
manfaat psikologi kepribadian dalam pendidikan untuk memperoleh informasi
mengenai tingkah laku manusia dan mendorong individu-individu agar bisa
11Abdul Mujib, Teori Kepribadian Persepektif Psikologi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo,
2017), Cet Ke 2, h. 43. 12Ibid, h. 43. 13Baharuddin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, (Jogjakarta : Ar-
Ruz Media, 2016) h. 22. 14Nurussakinah Daulay, Pengantar Psikologi dan Pandangan Al-Quran tentang Psikologi,
(Jakarta: Prenadamedia group, 2014 ), h. 20.
hidup secara penuh dan maksimal.15
Oleh karena itu psikologi dan pendidikan
memiliki peranan yang cukup besar terhadap pendidikan dengan
memperhatikan psikologi akan sangat menentukan keberhasilan proses
transfer nilai-nilai serta karakter pada peserta didik.
Usaha untuk memperoleh pemahaman mengenai perilaku manusia
bukan hanya dimaksudkan untuk melampiaskan rasa ingin tau saja tetapi juga
diharapkan bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Pengetahuan
mengenai perilaku individu-individu beserta faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
terapan atau praktek seperti psikoterapi dan program-program bimbingan,
latihan dan belajar yang efektif, juga melalui perubahan lingkungan psikologis
sedemikian rupa agar individu-individu itu mampu mengembangkan segenap
potensi yang dimiliki secara optimal.
Banyak sekali tokoh-tokoh yang membahas teori kepribadian,
diantaranya Alfred Adler, Skinner, Cattel, Allport, Dollard dan Miller, serta
masih banyak tokoh lainnya. Alfred Adler adalah tokoh psikologi individual,
beliau menekankan pentingnya sifat kepribadian yang mana individualitas ini
merupakan sifat pribadi manusia. Adler berpendapat bahwa setiap orang
adalah suatu konfigurasi motif, sifat dan nilai yang khas dan unik. Setiap
tindakan yang dilakukan seseorang juga membawa gaya khas kehidupan yang
bersifat individual. Terdapat dua dorongan pokok yang mempengaruhi
tingkah laku manusia yaitu dorongan kemasyarakatan dan dorongan
keakuan.16
kepribadian menurut Skinner dapat dipahami dengan
mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus
dengan lingkunganya. Kepribadian ditujukan kepada penemuan pola yang
15Nella Khorina, Anas Rohman, “Psikologi Kepribadian dalam Pendidikan Madrasah”,Jurnal
Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Volume 6, 1 Juni 2018, h. 111. 16Dosen Psikologi, Prinsip Teori Kepribadian Alfred Adler, 2019,(http://dosenpsikologi.com)
diakses pada tanggal 27 Oktober 2019.
khas dari kaitan antara perilaku organisme dan berbagai konsekuensi yang
diperkuatnya. Dengan demikian, cara untuk mengubah tingkah laku adalah
melalui penguatan.17
Sedangkan menurut Dollard dan Miller kepribadian dapat dipandang
sebagai unsur-unsur yang penting dalam belajar dan bertingkah laku manusia.
Berkepribadian menurut Dollar dan Miller ditekankan kepada kebiasaan-
kebiasaan (habit).18
Kepribadian menurut Cattel sebagai suatu struktur dari sifat-sifat
(trait) yag kompleks, terdiferensiasi dan sebagai besar tergantung pada salah
satu gugus dari sifat-sifat ini yang disebut sebagai sifat-sifat dinamik. Teori
Cattel ini berangkat dari teori disposisi Gordon W. Allport.19
Selaras dengan teori kepribadian Cattel yang mana memang berangkat
dari teori disposisi Allport. Allport memandang bahwa kepribadian berangkat
dari sifat-sifat (trait). Teori disposisinya yang membahas sifat khas atau yang
juga dikenal dengan trait psychologykendati demikian tidak hanya sampai
disitu teori disposisi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu disposisi umum
dan disposisi personal di dalam disposisi personal terbagi kedalam tiga bagian
yaitu diposisi kardinal, disposisi sentral, dan disposisi sekunder, menurut
Allport disposisi-disposisi itu terjadi juga tidak jauh berdasarkan dorongan
lingkungan. Teori disposisi ini juga dikenal dengan trait psychology. Trait
disebut sebagai sifat, Jadi ada ciri-ciri atau sifat-sifat individual pada aspek
psikisnya, yang biasa membedakan dirinya dengan orang lain.20
Kita dapat mengetahui seperti apa contoh dari disposisi-disposisi itu
sendiri karena setiap individu pastilah memiliki disposisi-disposisi (sifat) yang
17Dosen Psikologi, 4 Teori skinner dalam Psikologi Kepribadian, 2018,
(http://dosenpsikologi.com).Diakses pada tanggal 12Desember 2019. 18Neina Qonita Istiqomah , Psikologi Kepribadian II, (http://Technurlogy.wordpress.com).
Bandung, 10 Januari 2011, h.2. 19Purnama Yudha, Trait Approach, 2013, (http://pranamayudha.wordpress). Diakes pada
tanggal 12Desember 2019. 20Kartini Kartono, Teori Kepribadian, (Bandung: Mandar Maju, 2005), h.10.
tercermin. Dalam beberapa kasus kita dapat menemukan contoh-contoh
tersebut di masyarakat . Permasalahan yang penulis jadikan contoh relevan
karakteristik adalah terjadinya bullying pada seorang siswa di kota Bogor
karena tidak menerima jawaban ujian nasional (UN) yang diberikan oleh
gurunya, sehingga siswa itu dibully oleh rekan-rekannya dianggap sebagai
orang yang munafik. Permasalahan kedua masih terkait dengan ujian nasional
(UN), 4 pelajar di SMA Negeri Yogyakarta melaporkan bocornya soal melalui
grup line, hal tersebut mereka laporkan ke Ombudsman RI, alasan para pelajar
melaporkan kejadian tersebut karena akan terjadinya kecurangan secara
terbuka.21
Berdasarkan analisis penulis dari berita-berita tersebut, para siswa
masing-masing memiliki karakteristik yang khas. Pada berita pertama
dijelaskan bahwa siswa itu mengerjakan UN secara jujur, dan menolak
perbuatan kecurangan. Dari berita diatas dapat kita analisis bahwa setidaknya
siswa tersebut memiliki 1 karakteristik (disposisi) yaitu sifat jujur. Sedangkan
pada berita kedua dapat kita analisis bahwa keempat pelajar tersebut
setidaknya memiliki 2 karakteristik yaitu sifat jujur dan rasa berkompetisi,
jujur karena telah melaporkan kebocoran suatu soal dan rasa berkompetisi
karena tidak mau berbuat suatu kecurangan.
Menurut Allport, disposisi personal (sifat khas). Terbentuk secara
konsisten melalui dorongan dari lingkungan, sehingga keluarga merupakan
ajang pertama dimana sifat-sifat kepribadian anak bertumbuh dan terbentuk.
Seseorang akan menjadi warga masyarakat yang baik sangat tergantung pada
sifat-sifat yang tumbuh dalam kehidupan keluarga di mana anak dibesarkan.
Anak yang lahir dalam keluarga yang selalu membiasakan berbuat baik,
21Ilham Kusmayadi, Mantan Dekan IPB Curhat Anaknya dibully Karena Jujur Mengerjakan
UN, (www.Merdeka.com). Diaksestanggal 11 April 2017.
biasanya menghasilkan pribadi anak yang baik. Tidak heran hal-hal diatas
dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-sehari.22
Menurut penulis, kendatipun pembahasan teori disposisi ini dikenal
melalui tokoh psikolog Barat, tentunya Islam juga sudah mengkaji bagaimana
kepribadian, sifat, dan karakter manusia, hanya saja dengan nama yang
berbeda. Dengan itu, dari pemaparan dan penjelasan beberapa tokoh-tokoh
psikologi Barat yang membahas kepribadian, penulis tertarik untuk mengkaji
lebih dalam pendapat Gordon W. Allport terhadap kepribadian-kepribadian
yang dituangkan melalui sebuah judul Teori Disposisi Gordon W. Allport
dalam Perspektif Islam.
Yang membuat penulis tertarik untuk membahas teori disposisi Allpot
dalam pendidikan Islam disebabkan permasalahan-permasalahan yang terjadi
dimasyarakat berkaitan dengan karakteristik seperti contoh-contoh diatas,
berdasarkan latar belakang tersebut, penulis meneliti “Teori Disposisi
Gordon W. Allport dalam Perspektif Pendidikan Islam”.
B. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah di uraikan, penulis tidak akan
membahas seluruh permasalahan tersebut, penulis memberi satu batasan
masalah agar lebih terarahnya penelitian ini adapun itu mengenai “Teori
Disposisi Allport daam Perspektif Pendidikan Islam”
C. Rumusan Masalah
Bagaimana teori disposisi dalam pandangan pendidikan Islam?
22Fatmawati, Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian Islam Bagi Remaja,
(https://media.neliti.com). Diakses pada tanggal 3 November 2019 jam 21.50.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diperlukan supaya suatu kegiatan mempunyai arah
tertentu dengan apa yang diharapkan ini bertujuan untuk mengetahui teori
disposisi Gordon W. Allport dalam perspektif pendidikan Islam.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Sebagai tambahan pengembangan ilmu pengetahuan untuk
penulis dan pembaca.
b. menjadi landasan penelitian lain dalam melakukan penelitian
yang sejenis.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini dapat dijadikan literatur dalam pelaksaan
penelitian yang relevan dimasa yang akan datang
b. memberikan sumbangan penelitian yang baru
F. Sistematika Penulisan
Agar lebih memahami penulisan skripsi ini, penulis mengelompokkan
menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang penjabaran latar belakangmasalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini penulis membahas teori yang berkaitan dengan judul
skripsi penulis yaitu tentang teori disposisi (trait psychology, yang diambil
melalui berbagai sumber. Kemudian penulis membaginya kepada tiga sub.
Sub yang pertama penulis membahasbiografi Gordon W. Allport, sub yang
keduapenulissecara keseluruhanmembahasteori disposisi,, Sub bab yang
ketiga penulis membahas kritik para ahli terhadap teori disposisiGordon W.
Allport.
BAB III METODE PENELITIAN
Padababiniberisitentangobjekdan waktu penelitian, metode dan
pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, sistematika penulisan, dan hasil penelitian relevan.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab inilah penulis akan memunculkan perspektif dari penulis,
mengenai seluruh teori yang sudah dibahas dalam pembahasan, adapun sub
judul yang akan dibahas pada bab ini adalah, analisis deskriptif mengenai
teori disposisi Gordon W. Allport, perspektif pendidikan Islami dari para ahli,
dan korelasi teori disposisi Gordon W. Allport dengan pendidikan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab inilah akhir dari penulisan skripsisebagaipenutup, yang akan
ditulissebuahkesimpulan dari inti penelitian yang penulis buat dan juga saran-
saran untuk kebaikanpenelitianselanju
10
11
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Biografi Gordon W. Allport
Gordon Williard Allport, dilahirkan pada 11 November 1897 di
Montezuma, Indiana dan juga besar di Clevlend, Ohio. Allport adalah
anak keempat bungsu laki-laki dari pasangan Jhon E. Allport dan Nellie
Wise Allport. Pada masa mudanya Allport lebih banyak mengahabiskan
waktunya untuk belajar dan membaca dari pada bermain sehingga dari
kebiasaannya tersebut Allport banyak sekali membuat pertanyataan-
pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu yang religious dan filosofis.23
Allport berkuliah di Harvard dengan mengambil konsentrasi psikologi
dan ekonomi dan menjalankan karirnya di Turki namun selama
menjalankan karirnya disana Allport mendapat panggilan beasiswa ke
Harvard saat perjalanan pulang dia bertemu dengan Sigmund Freud untuk
itu ia sekalian bertanya mengenai ide yang berkaitan dengan hal yang
religious dan filosofis yang selama ini juga menjadi pertanyaan –
pertanyaan oleh sebab itu pertemuannya mempengaruhi pemikirannya. 24
Saat menjalankan pendidikan beasiswanya di Harvard Allport juga
belajar dibawah arahan psikolog-psikolog terkenal seperti Max
Wertheirmer, Wolfgang Kohler, William Stren, Hein Werner serta lainnya
di Hamburg. 25
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Allport menjadi salah satu
tenaga pengajar di Harvard dengan mengajarkan mata kuliah psikologi
kepribadian mengenai kebersihan dan moralitas sehingga hal ini yang
merefleksikan disposisi personal. 26
Kemudian Allport menikahi Lufkin Gould yang ia temui pada saat
mereka sama-sama pascasarjana. Kemudian mereka memiliki satu anak
23 Feist, J dan Gregory J Feist, Teori Kepribadian edisi 7, (Jakarta : Salemba Humanika,
2011), h. 80 24 Feist, J dan Gregory J Feist., Ibid.,h. 80. 25
Feist, J dan Gregory J Feist., Ibid., h. 81. 26
Feist, J dan Gregory J Feist., Ibid., h. 82.
12
yang bernama Robert, yang kemudian menjadian doktor anak. Istrinya
merupakan kontributor utama dari hasil kerja Allport. 27
Sepanjang hidupnya Allport mendapatkan banyak penghargaan, ia
diangkat menjadi ketua American Psychological Association,
mendapatkan Gold Medal Award, Distiguished Scientific Contribution, ia
juga diberikan gelar kehormatan sebagai Richard Clarke Cabot Profesor of
The Social Ethics. Kemudian pada tahun 1967, Allport meninggal dunia
karena sakit kanker paru-paru yang dialaminya.28
B. Pokok-Pokok Teori Gordon W. Allport
1. Definisi Kepribadian
Allport mendefinisikan kepribadian lebih dari 49 kali, definisi yang ke
50 Allport mendefinisikan kepribadian. “kepribadian adalah organisasi
dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofis yang menentukan
penyesuainya yang unik terhadap lingkungannya”. Maksud dari definisi
ini adalah :
a. Pernyataan “organisasi dinamis” menekankan kenyataan bahwa
kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun dalam pada
itu ada organisasi sistem yang mengikat dan menghubungkan berbagai
komponen dari kepribadian.
b. Istilah “psikofisis” menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah eklusif
semata-mata mental dan bukan pula semata-mata neural. Organisasi
kepribadian meliputi kerja tubuh dan jiwa dalam kesatuan kepribadian.
c. Istilah “menentukan” menunjukkan bahwa kepribadian mengandung
tendens-tendens determinasi yang memainkan peranan aktif dalam
tingkah laku individu.
d. Kata “unik, unique” menekankan kepada tidak ada dua orang yang
benar-benar sama dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,
dengan demikian tidak ada orang yang memiliki kepribadian yang
sama.
27
Feist, J dan Gregory J Feist., Ibid. 28
Feist, J dan Gregory J Feist., Ibid.
13
e. Menyatakan “menyesuaikan diri dengan lingkungannya” menunjukkan
kepribadian adalah mengenai individu dengan lingkungan psikologis
nya. Jadi kepribadian mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan
menentukan.29
2. Watak (Karakter)
Menurut Allport watak memiliki arti yang normatif, dia menyatakan
“Character is personality evaluated and personality is character
devaluated”. Walaupun secara tradisional kata watak mengisyaratkan
norma tingkah laku tertentu atas dasar mana individu-individu atau
perbuatan-perbuatannya di nilai. jadi dalam menggambaran watak kata
“baik” dan “buruk” masih sering dipakai. 30
Allport berpandangan bahwa watak dan kepribadian satu dan sama,
tetapi dari segi berlainan jika ada orang yang hendak memberi penilaian,
maka istilah yang digunakan adalah watak. Namun, jika ingin
menggambarkan seseorang apa adanya tanpa nilai maka disebut sebagai
kepribadian.31
3. Tempramen
Tempramen memiliki hubungan yang erat dengan faktor-faktor
biologis atau juga fisiologis oleh karena itu sedikit sekali memiliki
modifikasi di dalam perkembangan. Peranan keturunan memiliki peran
yang lebih besar daripada kepribadian yang lain. Tempramen memiliki
hubungan yang erat dengan konsitusi tubuh. Yang dimaksud dengan
konsitusi tubuh ialah keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam-hal
yang khas seperti keadaan darah, pencernaan, pusat saraf dan lain-lain. Di
dalam diri seseorang terdapat beberapa cairan yang dapat mempengaruhi
dasar-dasar sifat seseorang yang dibawa sejak lahir. Jadi, cairan yang ada
dalam tubuh seseorang itu sifatnya relatif konstan. Oleh karena itu
29
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015) h.
204. 30
Sumadi Suryabrata,ibid., h. 206. 31 Zainal Aqib dan Ahmad Amrullah, Ensiklopedia Pendidikan dan Psikologi, (Yogyakarta:
Penerbit ANDI, 2017), h. 134.
14
tempramen sukar diubah dan dididik , tidak dapat dipengaruhi oleh
kemauan atau kata hati bersangkutan.32
Allport mendefinisikan “tempramen adalah gejala karaktersitik
daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah tidaknya karena
rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya berinteraksi, kualitas
kekuatan dan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitat
suasana hati; gejala ini terkandung kepada fator konsitusional, dan karena
itu berasal dari keturunan”.33
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa, hereditas memiliki pengaruh yang
besar di dalam tempramen dari pada aspek kepribadian yang lain. Sehinga
sedikit sekali megalami perubahan.
C. Struktur dan Dinamika Kepribadian
Sebelum menjelaskan bagaimana struktur kepribadian menurut
Allport, penulis akan lebih dahulu menjelaskan apa yang dimaksud dengan
teori disposisi. Di dalam psikologi teori disposisi dikenal sebagai teori
sifat(trait psychology), adalah suatu pendekatan untuk mempelajari
kepribadian manusia.34
Menurut Allport, trait adalah kunci dalam mendefinisikan struktur dan
dinamika karena pada umumnya keduanya satu dan sama struktur
kepribadian itu dinyatakan dalam sifat-sifat (traits) dan tingkah laku di
dorong oleh sifat-sifat kepribadian. Pengertian-pengertian kebiasaan, trait,
sikap, diri (Self) dan kepribadian itu masing-masing bermanfaat dan
berbeda satu sama lain. Tetapi dari semua pengertian-pengertian tersebut
Allport lebih menekankan kepada trait sehingga teorinya disebut sebagai
32
Baharuddin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, J(Jogjakarta:
AR-RUZZ Media,2016), h. 192. 33Agus Sujanto dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 95. 34Wikipedia, Teori Sifat,(https://en.m.wikipedia.org/wiki/trait_theory). Diakses tanggal 1
Februari 2020 jam 12.32.
15
trait psychology.35
Disamping itu sikap (attitude), dan intensi (intenssions),
diberi kedudukan yang sama.36
Bagi Allport bangunan dasar kepribadian adalah trait, untuk itu cara
yang kita gunakan untuk memahami kepribadian adalah melalui trait, trait
merupakan proses mental yang dapat mengarahkan stimulus sehingga
menghasilkan perilaku yang adaptif dan ekspresif. 37
Trait dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat di dalam
diri individu seperti pembawaan, minat, dan konstitusi tubuh. Semuanya
saling berhubungan dan merupakan pola tingkah laku yang kemudian
dapat menentukan bagaimana watak dan karakter seseorang.38
1. Teori Disposisi (Sifat/Trait)
Menurut pendapat Allport “sifat adalah sistem neuropsikis yang
digeneralisasikan dan diarahkan dengan kemampuan untuk menghadapi
bermacam-macam perangsang secara sama, memulai dan membimbing
tingkah laku adaptif dan ekspresif secara sama”.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa kecenderungan tidak hanya
terikat kepada sejumlah kecil perangsang atau reaksi melainkan seluruh
pribadi manusia. Pernyataan “neuropsikis” menekankan bahwa sifat
benar-benar dimiliki oleh setiap individu walaupun demikian tidak dapat
disimpulkan secara langsung, melainkan harus diamati dari tingkah
lakunya.39
Menurut Allport sifat memiliki beberapa karakteristik :
a. Benar-benar dimiliki oleh setiap inidvidu dan bukan hanya
sebuah sebutan ataupun claim
b. Menjadi sebab dari sebuah perilaku yang biasanya terjadi
c. Dapat diidentifikasi oleh indera (empiris)
d. Saling berkorelasi
35 Ulum Assegaf, Teori Kepribadian, h. 10 Gordon Williard Allport, (https://academia.edu)
. Diakses tanggal 12 April 2019 Jam 13.00. 36
Siti Rahmaniah Ibrahim, Teori Kepribadian, h. 46, ( http;//Academia.edu). Diakes tanggal
25 September 2019 jam 12.47. 37
Laura A King, Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, (Jakarta : Salemba
Humanika 2010), h. 170. 38 Ulum Assegaf, Op.cit., h. 9. 39 Fuad Hasyim, Makalah Perbedaan Kepribadian, (https://academia.edu). Diakses tanggal
1 Februari 2020 jam 1.43.
16
e. Berubah sesuai situasi.40
Allport juga berpendapat bahwa trait dapat terbagi dua, yaitu common
trait (sifat umum) dan disposition personal (sifat individual). Common
trait adalah sifat yang dimiliki oleh sejumlah orang misalnya sebagai
bagian dari budaya sebagai contoh dalam masyarakat amerika, sebagian
orang terus menerus memaksa orang lain dan mendominasi lingkungan
nya.41
. Sedangkan disposition personal adalah jalan khusus sifat terwujud
atau sebagai neuropsikis umum (khas bagi individu) yang mampu
memberikan respon stimulus yang berfungsi ekuivalen, serta memulai dan
mengarahkan bentuk perilaku adaptif dan ekspresif yang konsisten
(setara). 42
Atau dapat kita pahami common trait adalah sifat yang dimiliki
banyak orang sedangkan disposition personal adalah sifat unik yang
dimiliki oleh seseorang sehingga menjadi karakter mereka atau sifat yang
mudah dikenali, konkret dan konsisten pada seseorang yang
menggambarkan karakter asli seseorang sehingga menjadi atribut untuk
orang tersebut.43
Tidak hanya sampai disitu, Allport membagi disposition personal
kedalam tiga tingkatan yaitu :
1) Sifat utama (disposition cardinal/cardinal trait)
Sifat yang berperan besar dalam kehidupan dan trait yang
kuat.44
Contohnya adalah sifat otoriter, sadistic dan lain sebagainya
yang cenderung sangat luar biasa khas. 45
2) Sifat sentral (disposition central)
40 Ulum Assegaf, Op.cit h.4. 41
Howard S Friedman, Miriam W Shucstask, Kepribadian Teori Klasik dan Modern,
(Jakarta : Penerbit Erlangga 2000), h. 304. 42
Kuntjojo, Diktat Pendidikan Bimbingan Konseling, Universitas Nusantara PGRI Kediri,
2009, h. 32. 43 Kuntjojo, Ibid., h. 33. 44
Szchultz, Duane dan Szhultz, Sydney Allen, The Theories of Personality (USA: Thomson
Learning 2005), h. 366. 45 Lawrence A. Pervin, Daniel Cervone dan Olivier p. Jhon, Psikologi Kepribadian Teori
Penelitian Edisi Kesembilan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 235.
17
Sifat ini lebih mudah ditandai karena memiliki kecenderungan-
kecenderungan individu yang khas atau mencakup situasi yang
lebih besar daripada sifat utama. Contohnya kejujuran,
kelembutan, kepedulian, posesif, ambisius, baik hati, sennag
berkompetisi, agresif dan lain sebgainya.46
3) Sifat sekunder (disposition secondary/secondary trait)
Sifat ini lebih terbatas, lebih terpusat pada respon-respon yang
didasarnya dan perangsang-perangsang yang dicocokinya.
Secondary trait yaitu sifat yang jarang sekali kelihatan namun
akan terlihat dalam kondisi tertentu. Atau dengan kata lain
sifat ini berfungsi lebih terbatas.47
Mengutip dari pendapat Zakiyatul Fitri dalam buku psikologi
kepribadiannya, ia menjelaskan bahwa sifat tidak hanya berperan dalam
membimbing tingkah laku tetapi juga berperan dalam memulai tingkah
laku.48
Sifat merupakan karakteristik kepribadian yang menetap dan cenderung
menghasilkan perilaku tertentu sehingga tidak ada individu yang
memiliki sifat yang sama walaupun mungkin ada kemiripin pasti
memiliki corak khas bagimana cara sifat itu bekerja sehinga hanya dapat
dikenakan pada satu inidvidu.
Tidak sampai disitu, Allport juga menjelaskan sifat ekspresif
sebagai warna terhadap tingkah laku karena memiliki peran sebagai
pendorong terhadap individu. Contoh dari sifat ekspresif ini adalah ulet.
49 Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa dalam arti tertentu selalu ada
perangsang lebih dahulu yang berhubungan dengan pengaktifan sesuatu
sifat. misalnya perangsang dari luar atau keadaan dalam arti orang harus
mendahului bekerjanya (berfungsinya) sesuatu sifat. Namun jelas sekali
bahwa kebanyakan sifat tidak merupakan reflektor dari perangsang-
46Ibid, h. 235. 47Ibid, h.235. 48 Zakiatul Fitri, Psikologi Kepribadian, h. 3, (https://mercubuana.ac.id-pusatbahanajare-
leraning). Dikases pada tanggal 29 Oktober 2019 Jam 3.15 49
Universitas Psikologi, Teori Psikologi Kepribadian Allport, (http://Academia.edu).
Diakses 26 Desember 2019 diakses jam 19.50
18
perangsang luar. Dalam kenyataanya individu aktif mencari perangsang-
perangsang yang tepat untuk membuat sifat kemudan menjadi berfungsi.
Seseorang yang memiliki sifat suka bergaul jelas tidak akan menanti
situasi untuk mengekspresikan sifat itu. Tetapi dia akan menciptakan
situasi dimana ia dapat bergaul dengan orang-orang lain. 50
2. Kebebasan dan Konsistensi Sifat
Sifat ditandai bukan dengan sifat-sifat bebas yang kaku tetapi dapat
ditandai bagaimana kualitas memusatnya. Jadi sifat cenderung memiliki
pusat, disekitar pusat tersebutlah pengaruhnya tetapi tingkah laku yang
ditimbulkannya juga serempak (Stimulan) dipengaruhi oleh sifat-sifat
yang lain. Tidak terdapat batas yang tajam antara satu sifat dengan sifat
yang lainnya.
Kesimpulan yang digunakan untuk menandai sifat adalah
ketetapannya. Jadi sifat itu hanya dikenal karena keteraturan dan
ketetapanya di dalam cara individu bertingkah laku. Kenyataannya
bahwa ada sifat-sifat yang saling menutup satu sama lain yang serempak
aktif menunjukkan ketidak tetapan yang jelas dalam tingkah laku
individu yang kemudian relatif akan sering ditemukan. Selanjutnya
kenyataan bahwa sifat-sifat itu terorganisasi secara khas dan individual
memberi kesimpulan bahwa sifat-sifat itu mungkin meliputi unsur-unsur
yang nampaknya tidak tetap apabila dipandang dari luar.51
D. Perbedaan Sifat dengan Beberapa Kepribadian yang Lain.
1. Kebiasaan (Habit)
Kebiasaan (habit) merupakan kecenderungan-kecenderungan yang
bersifat menentukan, tetapi sifat-sifat atau disposisi-disposisi lebih luas
cakupannya baik dalam hal situasi yang cocok maupun dalam respon-
resppon yang ditimbulkannya. 52
50 Calvin S. Hall& Lindzey, Teori-Teori Sifat dan Behavioristik (Yogyakarta: Kanasius,
2005), h. 29.
51Ibid, 30. 52 Sumadi Suryabrata, Op,cit. h. 207.
19
2. Sikap (attitude)
Menurut Allport sifat dan sikap adalah khas, dapat memulai dan
membimbing tingkah laku serta keduanya juga dari hasil belajar dan
genetis. Akan tetapi jika kita lebih teliti lagi keduanya memiliki
perbedaan. Sikap (attitude) berhubungan dengan obyek, sedangkan sifat
(trait) tidak. Jadi sifat umum, daripada sifat adalah sifat itu lebih luas
daripada sikap: dalam kenyataanya makin besar jumlah objek yang
dikenai sikap itu, maka sikap semakin mirip dengan sifat. Sikap dapat
berbeda-beda dari yang lebih khusus kepada yang lebih umum, tetapi
kalau sifat lebih umum. Sikap juga memberi penilaian (memberi atau
menolak) terhadap obyek yang dihadapi, sedangkan sifat tidak. Pada
hakikatnya, sikap merupakan suatu kecenderunagn untuk bereaksi
dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang
dihadapi. Di dalam kehidupan manusia, siap selalu berkembang dan
pengalami perubahan.53
3. Tipe
Allport juga membedakan antara sifat dan tipe. Allport
berpendapat bahwa orang dapat memiliki sesuatu sifat, tetapi tidak dapat
memiliki sesuatu tipe. Tipe adalah konstruksi ideal si pengamat, dan
seseorang dapat disesuaikan dengan tipe tetapi dengan kata lain sifat khas
individualnya diabaikan. Sifat dapat memunculkan sifat pribadi sedangkan
tipe malah menunjukkan perbedaan-perbedaan yang tidak begitu cocok
dengan kenyataan, sedangkan sifat adalah refleksi dari sebenar-benar
ada.54
E. Intensi
Intensi disebut juga sebagai keinginan individu mengenai masa
depannya. Isilah intensi meliputi ambisi, cita-cita, rencana-rencana
seseorang. Teori Allport menujukkan, bahwa apa yang akan dicoba
dilakukan oleh seseorang merupakan kunci yang terpenting bagi apa yang
53 Sumadi Suryabrata, ibid, h. 207. 54
Agus Sujanto dkk,Op,Cit 98
20
dikerjakan sekarang. Intensi juga ikut serta dalam mempengaruhi sikap,
pendapat dan pandangan seseorang yang selanjutnya tercermin dalam
cara-cara seseorang bertindak dan bertingkah laku. Dengan demikian,
ambisi, cita-cita dan rencana seseorang sangat menentukan kepribadian
seseorang. 55
F. Proprium
Allport menjelaskan bahwa semua fungsi diri atau fungsi ego
disebut sebagai fungsi proprium (proprium function) dari kepribadian.
Fungsi ini termasuk perasaan jasmaniah, identitas diri (self identity), harga
diri (self esteem), perluasan diri, rasa keakuan, pemikiran rasional,
gambaran diri, usaha proprium, gaya kognitif dan fungsi mengenal.
Semuanya merupakan bagian-bagian yang vital dari kepribadian.
Prorium tidak dibawa sejak lahir, namun berkembang dalam
perkembangan individu karena usia. Allport menunjukkan tujuh aspek
dalam perkembangan proprium yaitu :
1. bodily self : tahap 1-3. Pada 3 tahun pertama, bayi menjadi lebih
peduli terhadap keberadaan dirinya dan membedakan tubuhnya dari objek-
objek yang ada disekitarnya
2. self identity: anak-anak membuktikan dan menemukan identitas
mereka tetap terlepas dari perubahan di lingkungan mereka.
3. self-esteem : anak-anak mulai bangga pada prestasi (pencapaian)
yang mereka raih.
4. extension of self : tahap ke 4-5. umur 4 sampai 6 tahun. Pada
masa ini anak mengakui objek-objek yang ada di sekitarnya dan orang-
orang disekitar lingkungan mereka.
5. self image : anak-anak mengembangkan gambaran aktual dan
idealis dalam diri mereka dan perilaku mereka serta menjadi lebih peduli
terhadap kepuasan (atau ketidakpuasan) terhadap harapan Orangtua.
55 Baharuddin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, (Jogjakarta:
AR-RUZZ Media,2016) h. 219
21
6. Self as a rational coper : tahap 6. Umur 6-12 tahun, anak-anak
mulai mengapli-kasikan alasan dan pengetahuan untuk mencapai solusi
terhadap masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
7. Propriate striving : tahap 7. pada masa remaja awal (sebelum
teenage) mulai membentuk tujuan jangka panjang dan rencana.56
G. Motivasi
Semua disposisi personal merupakan sesuatu yang dinamis, yaitu
memiliki kekuatan motivasi. Motivasi ada dikarenakan kebutuhan dan
dorongan dasar . Perilaku dimotivasi oleh dorongan dari trait. Manusia
adalah makhluk sadar dan rasional, bertingkah laku berdasarkan apa yang
diharapkan, bukan karena keinginan primitif atau pengalaman traumatik
masa lalu. Kebanyakan orang termotivasi melalui dorongan yang
dirasakannya atas kejadian masa lalu. Ada dua ciri teori motivasi dari
Allport, yaitu : menolak masa lalu sebagai elemen penting dari motivasi,
pentingnya proses kognitif, seperti tujuan dan perencanaan sebagai dasar
motivasi.57
H. Otonomi Fungsional
Otonomi fungsional merupakan ide-ide Allport mengenai motivasi,
namun bukanlah sebagai semua motivasi manusia. Allport mendefinisikan
otonomi fungsional sebagai: “sistem motivasi yang diperoleh ketika
mendapat tekanan di dalamnya, tidak sama dengan tekanan terdahulu pada
sistem yang dapat berkembang”.
Otonomi fungsional adalah prinsip yang menyatakan bahwa suatu
aktivitas atau bentuk tingkah laku tertentu dapat menjadi sasaran atau
tujuan dalam dirinya sendiri, meskipun semula dilakukan demi alasan lain.
Allport membagi dua tingkatan otonomi fungsional, yaitu :
56 Sumadi Suryabrata, Op.cit., h. 219 57
Lawrence A. Pervin, Daniel Cervone dan Olivier P. Jhon, Psikologi Kepribadian Edisi
Kesembilan, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 255
22
1. Perseverative functional autonomy, yaitu kecenderungan suatu
pengalaman yang mempengaruhi pengalaman berikutnya.
Perilaku ini termasuk ke dalam kategori yang rutin dan berulang.
2. Propriate functional autonomy, yaitu kecenderungan yang deket
dengan inti kepribadian, seperti minat yang dipelajari, nilai,
sentimen, tujuan, motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri,
atau gaya hidup. Motivasi yang berhubungan dengan gambaran
diri tersebut lah yang disebut motivasi proprium yang fungsional
otonom. Misalnya, X bekerja karena ingin mendapat uang.
Ketika mulai bekerja, pekerjaan itu tampak membosankan.
Namun, setelah satu tahun, X menyukai pekerjaan tersebut. Oleh
karena itu, kemudian bukan uang yang menahan X di tempat
kerja, melainkan pekerjaan itu sendiri yang menjadi motivasi
dalam bekerja.
Otonomi ini memiliki 3 prinsip yaitu :
a. mengorganisasi tingkat energi, energi tidak digunakan
untuk hal-hal yang membahayakan.
b. Mendorong untuk dapat mencapai hal-hal kepuasaan
tertinggi agar mencapai komptensi dan penguasaan.
c. pola propriate, yaitu mengorganisir proses persepsi an
kognitif agar memiliki pribadi yang konsisten dan
integral. 58
Otonomi fungsional, memandang motif-motif orang dewasa
beraneka ragam, dan sebagai sistem-sistem yang bersifat kontemporer
serta mandiri, berasal dari sistem sebelumnya, tetapi secara fungsional
tidak terrgantung pada sistem-sistem itu.59
Terdapat 8 proses yang tidak otonom secara fungsional :
1) Dorongan biologis, seperti makan, bernafas dan tidur
58
Universitas Psikologi, Teori Psikologi Kepribadian Allport, (https://academia.edu).
Diakses tanggal 26 Desember 2019 jam 19.50. 59 Calvin S. Hall&Lindzey, Teori-Teori Sifat dan Behavioristik Allport Sheldon Catell
Dollard Miller dan Skinner, (Yogyakarta: Kanasisus, 2005) h. 44
23
2) Motif yang berkaitan dengan reduksi dorongan dasar
3) Tindakan-tindakan refleks, seperti mengedipkan mata
4) Bagian-bagian fisik dari manusia seperti fisik, intelegensi,
dan tempramen.
5) Kebiasaan yang sedang dalam proses pembentukan
6) Pola perilaku yang memerlukan penguat primer
7) Proses sublimisasi yang terkait dengan keinginan seksual
masa kecil
8) Gejala neurotik atau patologi. 60
I. Perkembangan Kperibadian
Merujuk dari teori otonomi fungsional, jelaslah bahwa setiap
individu-individu mengalami perkembangan kepribadian. Pada bagian ini
struktur-struktur muncul untuk menampilkan diri dalam tingkatan
perkembangan :
1. Kanak-kanak
Neonatus :Allport memandang neonatus sebagai makhluk yang
diperlengkapi dengan keturanan-keturanan, dorongan-dorongan
nafsu dan refleks-refleks. Jadi belum memiliki bermacam-macam
sifat yang kemudian di milikinya. Dengan kata lain belum
memiliki kepribadian. Neonatus belum memiliki sifat-sifat
khusus sebagai akibat dari transaksi lingkungan, jadi Allport
memandang neonatus telah memiliki kepribadian yang telah
dibekali dengan potensi dan tempramen namun pematangannya
membutuhkan proses.61
2. Transformasi kanak-kanak
Perkembangan melewati garis yang berganda. Allport
menjelaskan bermacam-macam mekanisme yang dipakai untuk
membuat deskripsi mengenai perubahan-perubahan sejak kanak-
kanak sampai dewasa itu: Deferensia, integrasi , pemasakan
60 J Feist & Gregory J Feist, Teori Kepribadian edisi 7 (Jakarta : Salemba Humanika,
2011) h. 97 61 Sumadi Suryabrata, Op.Cit, h. 223
24
(maturation), belajar, kesadaran diri (self consciousness),
suggestion, self esteem, inferiority dan kompensasi, Mekanisme-
mekanisme psychoananalytis, autonomi fungsional, Reorientasi
mendadak : trauma, extension self, Self objectification insight dan
humor , Pandangan hidup pribadi.
Menurut Allport awalnya manusia adalah makhluk organisme,
ketika baru lahir adalah makhluk biologis, lalu berubah menjadi individu
dikarenakan ego nya yang selalu berkembang. Struktur sifatnya meluas
merupakan tujuan dan inti-inti dari masa depan, tentu saja outonomi
fungsional memiliki peranan yang penting dalam perkembangan
tersebut. Prinsip ini menjelaskan alat yang digunakan mula-mula untuk
tujuan biologis dapat menjadi motif yang otonom yang mendorong
membei dan mengarahkan tingkah laku dengan daya dorongan yang
dimiliki sejak lahir.
3. Orang dewasa :
Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku pada orang dewasa
adalah sifat-sifat yang selaras. Sifat-sifat itu timbul dalam
berbagai cara dari perlengkapan-pelengkapan yang dimiliki anak-
anak (neonatus). Menurut Allport pribadi yang telah dewasa
harus memiliki hal-hal dibawah ini :
a. Extension of self : hidupnya tidak terikat secara sempit
kepada kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya dengan
kebutuhan-kebutuhan serta kewajiban-kewajiban yang
langsung. Dia harus dapat mengammbil bagian dan
menikmati bermacam-macam kegiatan. Extension of self
ini memproyeksikan ke masa depan: merencanakan,
mengharapkan .
b. Self objectification: dalam hal ini memiliki dua komponen
yaitu humor dan insight. Humor tidak hanya kecakapan
mengenai kesenangan saja tetapi juga mempertahankan
hubungan positif dengan dirinya dan juga obyek-obyek
25
yang disenanginya. Insight ialah kemampuan individu
dapat mengerti dirinya sendiri.
c. Filsafat Hidup : individu harus mampu menikmati setiap
kejadian-kejadian yang ada pada dirinya serta obyektif.
Namun setiap pekerjaan yang dikerjakannya harus
memiliki latar belakang sehingga dapat memberikan arti
dan tujuan. Religi merupakan salah satu hal yang penting
dalam hal ini.62
J. Kritik Terhadap Teori Allport
Adanya teori disposisi Allport ini dikarenakan ketidak setujuan
Allport terhadap teori psikoanalisis Sigmund Freud yang memandang
bahwa manusia bersifat dikarenakan masalalu dan alam bawah sadar,
sehingga ia mengambil jalannya sendiri. Teori Allport ini
mempersatukan gagasan yang berasal dari pemikiran yang terkenal
seperti Gestalt, W. Stren, W. James, Mc Dougall.Dari Gestaltdan W.
Stren, diambilnya pendiriaan yang menolak cara yang analistis dan
perhatian mendalam terhadap kekhususan indvidu serta kebutuhan
tingkah laku. Dari James, diambilnya pendirian yang humanistis serta
keraguan terhadap kemampuan tak terbatas metode psikologis untuk
benar-benar memahami tingkah laku. Dari McDougall, Allport
mengambil variabel-variabel yang pendorong.63
Dibalik besarnya teori yang digagas oleh Allport ini, tidak terlepas
dari kritikan. Teori Allport dianggap detail dari konsep tetapi tidak
terperinci. Teori Allport juga kurang memenuhi kriteria dikarenakan
hanya berdasarkan hasil observasi yang sempit, banyak hal mengenai
kepribadian manusia tetapi tidak dengan mudah diintegarasikan dalam
teorinya. Allport terlalu memandang manusia positif, dan juga terlalu
sedikit menaruh perhatian kepada pengaruh sosial dan dan faktor
situasional. Namun, dibalik kritikan ada juga pujian yang diberikan
62
Sumadi Suryabrata Op, Cit. h. 255 63 Sumadi Suryabrata, Op,cit. h. 255
26
kepada teori Allport ini, Allport memandang bahwa manusia sebagai
makhluk yang unik, pembentukan sifatnya tidak terpacu pada masalalu
dan juga mengutamakan dorongan dasar pada pembentukan sifat-sifat.64
Berbeda dengan Sigmund Freud dalam teori psikoanlisisnya yang
menjelaskan bahwa manusia memiliki sifat-sifat berdasarkan masalalu
(Waktu kecil) dan juga dorongan alam bawah sadar, jadi Sigmund Freud
memandang jika sifatnya sekarang baik atau buruk didasarkan pada
masalalunya.
K. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan secara etimologi berasal dari kata “pedagogie” yang
terdiri dari kata “pais” artinya anak sedangkan “again” artinya
membimbing. Jadi jika disimpulkan peadagogie artinya bimbingan
yang diberikan kepada anak.65
Dalam Bahasa Romawi pendidikan
berasal dari “educate” yang memiliki arti mengeluarkan sesuatu dari
dalam. Sedangkan dalam Bahasa Inggris berasal dari kata “to educate”
artinya memperbaiki moral dan melatih intelektual. 66
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dan
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan atau karakter yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara. 67
64 Nisa Fida, Psi Kepribadian, (www.academia.edu). Diakses pada tanggal 27 Januari
2020. 65 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),
h. 67. 66 Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, (Jakarta: Kharisma, 2012), h. 59. 67Zuchdi, Darmiyati, Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif:
Terintegrasi dalam Perkuliahan dan Pengembangan Kultur Universitas, (Yogyakarta : UNY
Press, 2010), h. 2-3.
27
Secara sederhana, pendidikan merupakan suatu proses pengetahuan
sikap dan tata laku seseorang maupun kelompok dalam mendewasakan
manusia melalui upaya latihan dan pengajaran. 68
Kata Islam dalam pendidikan memiliki makna banyaknya warna
dalam sebuah pendidikan tertentu, dan juga sebagai pardigma
bagaimana kita memahami realitas ilmu pendidikan sebagaimana Islam
memahaminya. Secara etimologi Pendidikan Islam dikenal dengan
istilah tarbiyah, ta‟lim, ta‟dib, riyadhah,irsyad dan tadris. Namun, kata
tarbiyah tidak ditemukan di dalam al-Quran dan Hadits, tapi terdapat
beberapa kata yang seakar dengannya yaitu, al rabb, rabbyani, nurrabi,
yurbi dan rabbani.
a. Tarbiyah
1) Rabba, yarbu, tarbiyah : pendidikan memiliki prpses menumbuh dan
mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara
fisik, psikis , sosial maupun spritual.
2) Rabba, yurbi, rabuyah : yang memiliki makna tumbuh (nasya‟a) dan
menjadi besar atau dewasa (tara‟ra‟a). Artinya pendidikan
merupakan usahauntuk menumbujkan dan mendewasakan peserta
didik , baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual
3) Rabba, yarubbu, tarbiyah : memiliki makna memperbaiki (aslaha),
menguasai, urusan, memeilihara, merawat, memperindah, memberi
makan, mengasuh ,tuan, memiliki, mengatur dan menjaga maupun
eksitensinya. Artinya pendidikan merupakan usaha untuk
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur
kehidupan peserta didik, ia agar dapat survive lebih baik dalam
kehidupannya.
Secara istilah tarbiyah diambil dari fiil madhi maka ia memiliki arti
memproduksi, mengasuh, menanggung dan memberi makan,
menumbuhkan, mengembangkan, memelihara membesarkan dan
menjinakkan.
68 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2012), h.8.
28
Menurut Fahr al – Razi rabbayani tidak hanya mencakup ranah
kognitif, tapi juga afektif. Sementara Sayyed Quthub menafsirkan istilah
tersebut sebagai pemeliharaan jasmani anak dan menumbuh lkan
kematangan mentalnya. Dari kedua pendapat tersebut tarbiyah mencakup
tiga dominan pendidikan yaitu kognitif (cipta), afektif (rasa) dan
psikomotorik (karsa) dan dua aspek pendidikan yaitu jasmani dan rohani.
b. Ta’lim
Ta‟lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal
dari akar kata „allama. Para ahli menerjemahkan kata tarbiyah dengan
pendidikan, sedangkan ta‟lim diterjemahkan dengan pengajaran. Aspek
pengajaran lebih mengarahkan kepada kognitif. Berbeda dengan
tarbiyah yang menyentuh seluruh aspek baik afektif dan psikomotorik.
Muhammad Rasyid Ridha berpendapat bahwa kata ta‟lim menjelaskan
proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa
adanya batasan dan ketentuan.
c. Ta’dib
Ta‟dib diterjemahkan sebagai pendidikan sopan santun, tata
krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika. Kata ta‟dib seakar
dengan adab yang memiliki arti pendidikan pradaban atau kebudayaan.
Artinya orang yang berpendidikan adalah orang yang berpradaban.
Pradaban yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan. Ta’dib
sebagai upaya dalam pembentukan adab (tata krama), terbagi atas
empat macam :
1) Ta‟dib al haqq, pendidikan tata krama spritual dalam
kebenaran yang memerlukan pengetahuan tentang wujud kebenaran,
yang didalamnya segala yang ada memiliki kebenaran tersendiri dan
dengannya segala sesuatu diciptakan .
2) Ta‟dib adab al khidmah, pendidikan tata krama spritual
dalam pengabdian.
3) Ta‟dib adab al syariah, pendidikan tata krama spritual
dalam syariah, yang tata caranya telah digariskan oleh tuhan melalui
29
wahyu . Segala pemenuhan syariah tuhan akan berimplikasi pada tata
krama yang mulia
4) Ta‟dib adab al subhah , pendidikan tata krama spritual
dalam persahabatan, berupa saling menghormati dan berperilaku mulia
di antara sesama.
30
d. Riyadhah
Secara bahasa riyadhah diartikan dengan pengajaran dan pelatihan.
Menurut Al-Bastan, riyadhah dalam konteks pendidikan berarti mendidik
jiwa anak dengan akhlak yang mulia. Menurut al-Ghazali kata riyadhah
dinisbatkan kepada anak (shibyan/athfal), yang kemudian memiliki arti
pendidikan atau pelatihan kepada anak. Riyadhah dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu :Riyadhah al jisim, pendidikan olahraga yang dilakukan
melalui gerakan fisik yang bertujuan untuk kesehatan jasmani, riyadhah
al-nafs, pendidikan olah batin yang bertujuan untuk memperoleh
kesadaran dan kualitas rohani.69
Pada prinsipnya seberapa besarpun perbedaan istilah yang
dikemukakan oleh para ahli dalam perumusan peristilahan pendidikan
Islam, mereka memiliki tujuan yang sama. Dalam literatur keIslaman
kata tarbiyah lebih populer yang digunakan oleh para ahli dalam istilah
penyebutan pendidikan Islam.
Mengutip dari pendapat Ahmad Marimba yang ditulis di dalam
buku Nur Uhbiyati Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam menjelaskan
bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian
baik itu memilih, memutuskan dan berbuat serta bertanggung jawab
berdasarkan nilai-nilai Islam.70
Muhammad Fadhil al-Jamali mendefinisikan pengertian
pendidikan Islam adalah upaya mengembangkan, mendorong, serta
menagajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai
yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang
sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan.
71
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
suatu proses membimbing tingkah laku seseorang agar sesuai dengan
69
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Penerbit Kencana, 2017 ) h. 33. 70 Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: PT IAIN Walisongo,
2012), h. 21 71Abdul Mujib, Op.Cit., h. 35.
31
nilai-nilai pendidikan Islam serta mentransfer pengetahuan melalui upaya
pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan
pengembangan potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan
hidup di dunia dan akhirat.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Secara umum tujuan dari pendidikan Islam yaitu berdasarkan nilai-
nilai filosofis yang kerangkanya termuat dalam filsafat pendidikan
Islam.72
Tujuan pendidikan Islam terbagi kepada empat tujuan yaitu,
tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional.
Tujuan umum adalah tujuan yang dicapai mellaui semua kegiatan
pendidikan. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai peserta
didik setelah peserta didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang
dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia sempurna “insan kamil”
setelah menghabiskan sisa hidupnya. Sementara tujuan operasional
adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah pendidikan
tertentu.
Menurut Umar Muhammad At-Taumi Ash-Shabani tujuan
pendidikan Islam terkait dengan perubahan yang dilakukan melalui
proses pendidikan, baik dalam tingkah laku individu pada kehidupan
pribadi, kehidupan masyrakat, dan alam sekitar maupun pada proses
pendidikan serta pengajaran itu sendiri yang bersumber dari al-Quran dan
hadits. 73
Pendidikan Islam memiliki beberapa rincian aplikasi yaitu
meliputi, untuk membantu pembentukan akhlak mulia, persiapan untuk
kehidupan dunia dan akhirat, menumbuhkan roh ilmiah, persiapan
untuk mencari rizki.74
Tujuan pendidikan Islam juga sesuai dengan
firman Allah yang terdapat dalam Q.S al-Dzariyat ayat 56, bahwa
manusia diminta untuk mengabdi kepada Allah Swt.
72 Nur Uhbiyati, Op.cit., h. 63 73 Bukhari Umar, Hadits Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: Amazah,
2012), h. 28 74 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2012), h. 8.
32
L. Hasil Penelitian Relevan
1. Skripsi ini hasil penelitian dari Muhmmad Tohirin mahasiswa jurusan
tasawuf dan psikoterapi Universitas Islam Negeri Walisongo yang
berjudul Studi Komparatif Teori Kepribadian Al-Ghazali dan Sigmund
Freud (2018) dalam skripsinya tersebut penulis menggunakan jenis
penelitian library research (studi kepustakaan) dengan metode deskriptif.
Penelitiannya tersebut menggunakan dua pemikiran tokoh, yang mana
tokoh tersebut dari Islam dan dari Barat. Penelitian ini memiliki kesamaan
dengan penelitian yang penulis lakukan, sama-sama menggunakan jenis
penelitian library research hanya saja tidak menggunakan studi
komparatif. Dalam penelitiannya tersebut Muhammad Tohirin
menjelaskan bahwa teori kepribadian yang digunakan al-Ghazali tidak bisa
di terapkan di barat karena akan menimbulkan pertentangan dan penolakan
yang mana notabene sudah menganut sistem sekuler.
2. Skripsi ini hasil dari penelitian Khairunnisa mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
skripsinya berjudul Teori Moral kohelberg dalam Persepektif Pendidikan
Islami. Penelitian nya tersebut menggunakan jenis penelitian library
research dengan metode kualitatif, penelitiannya tersebut memiliki
kesamaan dengan penulis, yaitu sama-sama menggunakan teori pemikiran
tokoh serta jenis dan metode penulisan yang sama. Dalam penelitian nya
tersebut khairunnisa menyimpulkan bahwa teori moral kohelberg adalah
kecerdasan spritual yang disandingkan dengan agama dapat menjadi
kecerdasan ruhaniah sehingga menjadi manusia yang tegas dan berani
mempertanggung jawabkan kemanusiaan dihadapan Allah Swt
3. Jurnal ini hasil dari penelitian Faiqatul Husna Institut Agama Islam
Salahudin al-Ayubi yang berjudul Psikoanalisis dalam Perspektif Islam.
Dengan nomor Doi 10.15408/sjsbs.v5i2.9411. Penelitian yang dilakukan
Husna memiliki kesamaan dengan penulisan yaitu membahas teori barat
yamg dikaitkan dengan sudut pandang Islam. Dalam penelitian nya
menghasilkan senuah kesimpulan bahwa teori tersebut tidak memadai
33
untuk memahami fenomena kejiwaan dan kepribadian manusia yang
berdimensi vertikal. Asumsi yang dikedepankan disini adalah bahwa untuk
memahami fenomena perilaku manusia beragama di belahan bumi lain
harus digunakan basis kultur dimana manusia itu hidup.
4. Jurnalini hasil dari penelitian Yoga Anjas Pratama Universitas Islam
Negeri Sultan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Relevansi Teori Belajar
Behaviorisme Terhadap Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian library research (Studi kepustakaan).
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penulis yaitu sama-sama
menggunakan jenis penelitian library research, dan juga pemikiran tokoh.
Dalam penelitiannya tersebut Yoga menyimpulkan bahwa teori belajar
behaviorisme menekankan kepada pembentukan tingkah laku berdasarkan
stimulus dan respon yang diamati serta membantu proses pembelajaran
pendidikan Islam dan sejalan dengan ajaran agama Islam.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Objek dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini berjudul “Teori Disposisi Gordon W. Allport
dalam Persepektif Pendidikan Islam”. Waktu penelitian ini dilakukan
sejak disetujui nya judul proposal skripsi pada tanggal 22 April 2019.
2. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan (Library
Research), studi kepustakaan ialah kegiatan mengumpulkan data dengan
berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen,
majalah, koran, buku-buku, jurnal dan lain sebagainya.
Mestika Zed di dalam bukunya metode penelitian kepustakaan
menjelaskan, studi pustaka (library reserach) adalah “serangkaian kegiatan
yang berkaitan dengan metode pengumpulan data pustaka , membaca dan
mencatat serta mengolah bahan penelitian.” 75
Dalam melakukan penelitian kepustakaan ini, penulis menghimpun
informasi-informasi yang ada untuk ditarik suatu kesimpulan sehingga
menjadi suatu landasan teori dalam pemecahan suatu masalah, kegiatan
menghimpun informasi-informsi tersebut penulis lakukan ditempat yang
mendukung.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat
diperoleh, sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer adalah literatur-literatur yang membahas secara
langsung objek permasalahan dalam penelitian ini adalah :
75 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008)
Cet,ke-1, h 3.
35
a. Theori of Personality karangan J.Feist
b. Psikologi Kepribadian 3, Teori-Teori sifat dan behavioristik
karangan CS Hall, G. Lindzey
2. Data Sekunder
Data sekunder sebagai data pendukung, seperti buku-buku, jurnal-
jurnal, koran, majalah, internet dan lain sebagainya yang berkaitan
dan relevan dengan penelitian ini juga mendukung data primer.
4. Prosedur Penelitian
Menurut Restu Kartiko Widi secara umum ada empat tahapan alam
pelaksanaan kajian kepustakaan yaitu :
1. Melakukan penelusuran kepustakaan, dengan mengumpulkan
sumber-sumber yang relevan terhadap fokus penelitian dari
berbagai karya ilmiah baik dari buku maupun jurnal.
2. Melakukan pengkajian terhadap hasil data terpilih, dengan
membaca dan menarik keterkaitan antara sumber data dan fokus
penelitian.
3. Menyusun dan mengembangkan kerangka teoritis, kerangka
teoritis berisi teori-teori atau isu-isu penelitian dengan tujuan agar
penelitian lebih terfokus, penyusunan kerangka teoritis dilakukan
dengan sumber data yang umum yang terlebih dahulu kemudian ke
yang lebih spesifik.
4. Menyusun dan mengembangkan kerangka konseptual, setelah
mengetahui kerangka teoritis yang hendak diteliti, kerangka
konseptual akan membantu penulis dengan menjawab
permasalahan penelitian yang telah disusun dalam kerangka teoritis
tersebut.76
Dengan pemparan tahapan-tahapan di atas, penulis memiliki
tahapan-tahapan yang tidak jauh berbeda. Langkah-langkah yang
penulis lakukan dalam prosedur penelitian ini adalah :
76 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.
124.
36
1. Penulis mencari dan mengkaji sumber-sumber yang berkaitan
dengan penelitian ini .
2. Kemudian penulis menemukan point-point terpenting dalam
sumber-sumber tersebut .
3. Selanjutnya penulis mencatat dan mengkembangkan apa yang
sudah di dapatkan .
4. Terakhir penulis menelaah untuk menjawab permasalahan dalam
pennelitian ini.
5. Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sangat diperlukan dalam suatu
penelitian, karena hal tersebut digunakan penulis untuk mendapatkan data
yang akan diolah sehingga bisa ditarik kesimpulan, terdapat bermacam-
macam teknik pengumpulan data yang biasa dipakai dalam melakukan
penelitian, namun pada kali ini penulis menggunakan teknik pengumpulan
data dengan dokumen.
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan sah bukan
berdasarkan perkiraan.77
Metode ini mengumpulkan data yang sudah
tersedia dalam catatan dokumen, dokumen bisa berbentuk tulisan ,
gambar, atau karya-karya monumenal dari seseorang. 78
6. Teknik Analisis Data
Dalam mendapatkan penelitian kualitatif digunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam yang dilakukan secara terus
menerus hingga datanya terpenuhi. Selain itu analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawaancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
77
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), h. 158. 78 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : ALFABETA
cv 2016), h. 2.
37
mengorganisirkan data ke dalam kategori , menjabarkan ke dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah di
pahami oleh diri sendiri dan orang lain.79
Peneliatian yang dilakukan pada penulisan skripsi ini adalah kajian
pustaka maka adapun teknik analisis data yang digunakan analisis isi
dengan demikian dapat membandingkan antara buku yang satu dengan
yang lainnya.
Adapun teknik analisis data kualitatif yang penulis lakukan.
1. penulis mengumpulkan dan mencari data-data yang berhubungan
dengan disposisi personal dalam persepektif pendidikan Islam.
2. Penulis membaca dan mengkaji sumber data
3. Selanjutnya penulis menelaah data-data yang dikumpulkan.
4. Yang terakhir penulis mampu menarik kesimpulan dan kemudian
menyusun laporan.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif Teori Disposisi Gordon W.Allport
Allport adalah seorang tokoh populer dalam kajian teori
kepribadian sehingga ia sukses dikenal sebagai teori disposisi (sifat/trait).
Allport memandang manusia sebagai makhluk yang positif hal ini
tercermin dari teori-teorinya berbeda dengan tokoh-tokoh psikologi lain.
Hal tersebutlah yang menjadikan kelebihan teori Allport, namun dibalik
itu semua juga mendapatkan kritikan-kritikan.
Teori disposisi yang diperkenalkan oleh Gordon W. Allport
termasuk ke dalam lingkup dari teori kepribadian. Pada teori ini Allport
memberi penekanan melalui sifat atau disebut juga sebagai trait,
79
Sugiyono, Ibid, h. 30.
38
dikarenakan sifat dapat membentuk kepribadian, watak (karakter) sebagai
bangunan dasar.
Sifat berbentuk dinamis (mengalami perubahan) sesuai dengan
stimulan dan respon yang diberikan oleh sebab itu setiap individu
memiliki sifat yang berbeda-beda tergantung dari faktor mana yang ada
pada setiap individu, seperti kebiasaan, pengalaman, pengetahuan,
perasaan dan juga lingkungan, atau dalam istilah teori Allport disebut
sebagai istilah disposition personal.
Disposisi merupakan trait untuk berperilaku dalam cara tertentu
seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang. Jadi disposisi berfungsi
sebagai integrasi dari kesemuanya, hingga disposisi membuat kategori-
kategori untuk menempatkan orang dalam tipe-tipe tertentu, dan unsur
pembeda yang fungsional. Intensi, proprium, otonomi fungsional dan
motivasi adalah serangkaian kepribadian yang tidak dapat dilepaskan dari
teori disposisi. Jika, kita lihat penjelasan Allport terhadap pembentukan
sifat individual (khas) tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.
39
B. Teori Disposisi Gordon W. Allport dalam Pendidikan Islam
Teori disposisi dalam pendidikan Islam merupakan pengetahuan
ilmiah mengenai sifat yang menjadi kepribadian dan watak (karakter
seseorang). Sifat yaitu satu ciri khas individu yang relatif menetap, terus
menerus, dan konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan.
Sifat berbentuk totalitas di dalam tubuh inidividu. Hal tersebut
dikategorikan kedalam tiga bagian yaitu, diferensiasi, regulasi dan
integrasi. Diferensasi adalah perbedaan mengenai tugas-tugas dan
pekerjaan dari masing-masing bagian tubuh. Misalnya, fungsi jasmani,
seperti fungsi jantung, lambung, darah, dan sebagainya, serta fungsi
kejiwaan, seperti intelegensi, kemauan, perasaan, dan sebagainya.
Regulasi adalah dorongan untuk mengadakan perbaikan sesudah terjadi
suatu gangguan di dalam organisme manusia. Integrasi adalah proses
yang membuatkeseluruhan jasmani dan rohani manusia yang menjadi
satu kesatuan yang harmonis, karena terjadi satu sistem pengaturan yang
rapi.80
Sekumpulan sifat-sifat yang sama berperan sebagai penentu ciri
khas seseorang atau dikenal dengan tipe. Tipe dalam Islam di dasarkan
oleh struktur nafsani (aql, qalbu dan nafs) sehingga menghasilkan sesuatu
tingkah laku atau yang dapat kita sebut dengan sifat, dan juga berorientasi
kepada teosentris sebab kriteria tersebut bersumber dari norma wahyu
Ilahi.
Tipe kepribadian dalam Islam dapat digolongkan menjadi tipe
ammarah, lawwamah dan juga tipe muthmainnah. Hal ini didasarkan oleh
struktur kepribadian dan dinamika kepribadian dalam perspektif Islam
pada paparan selanjutnya yang akan penulis bahas. Tipe ammarah adalah
kepribadian yang cenderung melakukan perbuatan rendah sesuai dengan
naluri primitifnya, sehingga ia merupakan tempat dan sumber kejelekan
dan perbuatan tercela. Sifat-sifat yang dihasilkan dari tipe kepribadian
ammarah adalah, syirik, kufur, riya’, nifaq, zindiq, bid’ah, sihir,
80Abdul Mujib, Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam Edisi Pertama (Jakarta: PT
RajaGrafindo, 2017) h, 46.
40
membangga-banggakan kekayaan, mengikuti hawa nafsu dan syahwat,
sombong, pelit, hasud, khiyanat, jahat, menipu, rakus, buruk sangka, zalim
dan sebagainya.
Tipe lawwamah adalah kepribadian yang mencela perbuatan
buruknya setelah mempereloh cahaya qalbu. Ia bangkit untuk
memperbaiki kebimbangannya dan kadang-kadang tumbuh pebuatan yang
buruk yaan disebabkan oleh watak gelap (zhulmaniyyah) namun kemudian
diingatkan oleh nur ilahi, sehingga ia bertaubat dan memohon ampun.
Sifat-sifat yang dihasilkan dari tipe lawwamah cukup sulit ditentukan,
dikarenakan ia diantara tipe ammarah dan muthmainnah (netral). Namun
pada prinsipnya Islam menghargai kreatifitas manusia , baik dalam bentuk
pikiran maupun perbuatan, seab fitrah asli manusia adalah baik, sehingga
apa yang dihasilkannya bernilai baik.81
Tipe muthmainnah adalah kepribadian yang tenang setelah diberi
kesempurnaan nur qalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela
dan tumbuh sifat-sifat yang baik. Sifat-sifat yang dihasilkan dari tipe
muthaminnah adalah memiliki harga diri, rendah hati, demawan,
kewibawaan, berani, prihatin, hemat, waspada, memaafkan, lembut hati,
dan lain sebagainya. 82
Di dalam Islam berbicara mengenai kepribadian tidak bisa
dipisahkan dengan sifat, perilaku unik individu atau karakter (akhlak).
Akhlak dapat terbentuk melalui pengalaman langsung dan pengetahuan
yang kemudian membentuk watak dan sifat seseorang. Hal tersebut
sesuai dengan faktor pembentukan disposition personal Allport atau
secara sederhananya adalah tergantung dari stimulus yang diberikan. 83
Akhlak dapat diartikan sebagai disposisi batin karena akhlak
mencakup kondisi batiniah (ha’iah) dalam jiwa (nafs) yang suci
(rasikhah), dari kondisi tersebut tumbuh suatu aktifitas yang tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Hal tersebut
senada dengan pendapat al-Ghazali mengenai akhlak, menurut al-Ghazali
81Abdul Mujib,Ibid.,h. 50. 82
Abdul Mujib,Ibid.,h. 50. 83
Abdul Mujib,Ibid.,h. 50.
41
akhlak adalah gambaran dari keadaan di dalam jiwa yang tertanam kukuh
menyandar padanya dengan gampang dan mudah tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan lagi. 84
kata akhlak secara khusus disebutkan di dalam Al-Quran
ن ى ي
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung”
(Q.S. al-Qalam : 4)
ن ن ان ن ى
“(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang
terdahulu” ( Q.S. al-Syuara : 137)
Secara Bahasa akhlak memiliki makna yang sama dengan karakter.
Dalam terminology psikologi, karakter dapat diartikan sebagai watak,
perangai, sifat dasar yang khas, atau satu sifat kualitas yang tetap terus
menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri dalam mengindentifikasi
seseorang pribadi. 85
Kata akhlak memiliki kesetaraan dengan moral dan etika, serta
dapat juga disejajarkan dengan budi pekerti.86
Moral secara etimologi
berasal dari kata moresyang berarti adat kebiasaan. Kata mores bersinonim
dengan mos, moris, manner mores, atau manners, morals. Dalam Bahasa
Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung arti
ketertiban batin maupun hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah
laku batin dalam hidup. Dalam bahasa Yunani kata moral sama dengan
84Akhmad Sodiq, Prophetic Character Building, (Jakarta: Penerbit Kencana, 2018), h. 2. 85Abdul Mujib, Diktat Teori Kepribadian dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2006), h. 32. 86Purnamansyah, “Pendidikan Karakter dalam Pandangan Pendidikan Islam”, Skripsi
Pada Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta, 2017, h.8.
42
Ethos yang menjadi etika. Secara etimologi, etika adalah ajaran tentang
baik dan buruk, yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban
dan sebagainya.87
Akhlak, etika dan moral sebenarnya sama-sama menentukan nilai
baik dan buruk perbuatan manusia, tetapi yang menjadi pembedanya
adalah tolak ukur dari masing-masing. Akhlak menilai perbuatan manusia
melalui al-Quran dan Hadits. Etika menilai perbuatan manusia melalui
akal pikiran, sedangkan moral menilai perbuatan manusia melalui adat
kebiasaan yang umum dilakukan oleh masyarakat. Tetapi terdapat suatu
persamaan diantara moral dan akhlak yaitu sama-sama merujuk kepada
gambaran mengenai perbuatan, tingkah laku, sifat dan perangai yang baik.
Sifat-sifat yang mulia akan membentuk karakter mulia karena semuanya
merupakan bagian dari moral. 88
Dalam pembentukan akhlak struktur kepribadian menjadi sesuatu
yang sangat ditentukan karena menjadi pondasi dalam menggambarkan
totalitas manusia89
. Menurut Khyar al-Din al-Zarkali pembentukan struktur
kepribadian manusia dikarenakan tiga elemen yaitu terdiri dari :
1. Jasad (fisik) : apa dan bagaimana organisme dan sifat-sifat
uniknya
2. Jiwa (psikis) : apa dan bagaimana hakikat dan sifat-sifat
uniknya
87Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Multidimensional,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2018), h. 74. 88
Rizda Nurul Aliyah, “Nilai-Nilai Moral Islami dalam Kumpulan Cerita Bergambar”,
Skripsi pada Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2019. 89Abdul Mujib, Op.cit., h. 21.
43
3. Jasad dan jiwa (psikofisik) : berupa akhlak dan perbuatan
gerakan dan sebagainya. 90
Tiga elemen tersebut di dalam Islam lebih dikenal dengan al-jasad,
al-ruh dan al nafs. Al-jasad dan jisim memiliki arti yang sama yang terdiri
dari organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna dibanding
dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. Setiap makhluk memiliki
bagian dari unsur material yang sama, yaitu terbuat dari tanah, api, udara
dan air. Dari keempat unsur tersebut merupakan abiotik (tidak hidup). Ia
akan hidup apabila diberi energi kehidupan yang bersifat fisik. Energi
kehidupan ini lazimnya disebut dengan nyawa.
Ibn Maskawih menyebut energi tersebut dengan al hayyah (daya
hidup). Sedang Al-Ghazali menyebutnya dengan al-ruh jasmaniah (ruh
material). Ruh jasmaniah adalah ruh yang ada di dalam jasmani manusia.
Yaitu zat halus yang bersumber dari jantung yang mampu menjadikan
manusia hidup dan begerak serta dapat merasakan berbagai rasa, seperti
merasakan sakit, panas-dingin, pahit manis, haus-lapar dan segala rasa
fisik bologis lainnya.91
Al-hayyah (daya hidup) merupakan vitalitas fisik manusia. Vitalitas
ini tergantung pada kontitusi fisik, seperti susunan sel, urat, darah, daging,
tulang, sum-sum, kulit, rambut dan sebagainya. Dari sini dapat ditarik
kesimpulan bahwa jasmaniah memiliki dua natur, natur konkret berupa
tubuh kasar yang tampak, dan natur abstrak berupa nyawa halus yang
menjadi sumber kehidupan tubuh. Karena aspek abstrak tersebut jasad
manusia dapat berinteraksi dengan ruh.92
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa al-jasad memiliki
beberapa karakteristik, seperti bentuk, rupa, kualitas, bergerak, diam,
tumbuh berkembang, serta jasad yang terdiri dari berbagai organ, dan
90Abdul Mujib, Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam Edisi Pertama, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2017), h.61. 91 Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer (Malang: UIN
Malang Press, 2009), h. 75. 92Abdul Mujib, Op.Cit., h. 76
44
bersifat material yang sebenarnya substansinya mati. Kehidupannya
adalah karena di motori oleh substansi lain, yaitu nafs dan ruh.93
Al-Quran telah menjelaskan proses penciptaan fisik manusia (al-
jasad) melalui beberapan tahapan yaitu94
:
a. Tercipta dari aradh (tanah)
رنض باتا ا (۱٧ ) نه أ نبتكين من ان (۱٨)ا ن ي ين يا ن كين ن
“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-
baiknya, kemudian mengembalikan kamu ke dalam tanah dan
mengeluarkan kamu (darinya pada hari kiamat) dengan sebenar-
benarnya “
(Qs. Nuh :17-18).
b. Beralih kepada turab (tanah gemuk)
نا ين منن ت ب ن منن ا أ يا نناس ن ننتين ف ر نب من نب نث إ نا قن
كين غة م نقة غين م نقة نب ن طنفة ن منن قة ن منن مضن
غ أ ين ين ن تب ن طفن رن ااا اا ى م ى نن ن ك ن ق اان ن ن مننك ن
ن ن د ى رنذ ن ك ن ن ننب ني ن نئا مننك ن رنض امية إذ ت ن ى رى ان
ت نتن ر ن أ نبت ن منن ن ز نا ي يا ن اا ن (٥ )أ ن ننا ن
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur ), maka (ketauhilah) sesungguhnya kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari segumpul darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna , agar kami jelaskna udia (dengan berangsur-angsur)
93Abdul Mujib, Ibid., h. 76. 94Abdul Mujib, Ibid, 77
45
kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) dan diantara kamu ada yang juga yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supay tidak mengetahui lagi
sesautu pun yang dahulunya telah diketauhinya. Dan kamu lihat
bumi ini kering , kemudian apabila telah kami turunkan air di atas
nya , hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuhan yang indah”. (Qs. Al-Hajj: 5)
c. Beralih pada tanah thin (lempung)
ت أ م نني ن ي قكين منن ط ن قض ى أ ت ن ن نت ن
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah , sesudah itu
ditentukan-Nya ajal (kematianmu) , dan satu lagi ada suatu ajal
yang ditentukan-Nya ajal (kematianmu) , dan ada lagi satu ajal
yang ditentukan-Nya untuk berbangkit dari sisi-Nya (yang dia
sendirilah yang mengetahuinya , kemudian kamu masih ragu -ragu
(tentang beranngkit itu)”. (Qs. Al-an’am : 2)
d. Beralih pada thin ladzib (tanah pekat)
e. Beralih pada Shalshal (lempung hitam) seperti Fakhhar
(tembikar)
(۱٤ ) ان ن ا منن ن اا ا نف نار
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering tembikar”
(Qs. Ar-Rahman : 4)
f. Beralih pada shalshal dari hamaim masnun (lempung hitam
yang terbentuk)
g. Beralih pada sulalah min thin (sari pati lempung)
نا ان ن ا منن ة منن ط ) قين قن
۱۲)
46
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari sari pati
(berasal) dari tanah”. (QS. Al-Mu’minun : 12).
h. Beralih pada air mania tau ma‟basyar
i. Beralih pada shawwar (bentuk rupa)
جي لدم جي ن نا ين ن نرن ا ين ن ق ننا ن ئكة ن قين قن
(۱۱ ) ن ي ن كنن من نا ي ن
“Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami
bentuk tubuhmu, kemudian kami katakan kepada para malaikat
“bersujudulah kepada Adam”, maka mereka semuapun bersujud
kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud”.
(Qs. Al-A’raf : 11) j. Pembentukan manusia sesuai dengan proporsi dan komponen
ف أين رة ما اا ( ٧ ) ن ي ق ن ا ي
(٨)ر نب
“Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu
dan menjadikan susunan tubuhmu seeimbang, dalam bentuk apa
saja yang dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu”.(Qs. Al-Infithar
: 7-8)
k. Pembentukan manusia adalah sebaik-baik bentuk
ن ت قن نا ان ن ا ف أ ن ( ٤ ) قين قن
"sesungguhnya kamji telah menciptakan manusia dalam bentuk
sebaik-baiknya”. (Qs. At-Tin : 4)
Kemudian al-jasad sempurna maka ditiupkanlah ruh.
47
Al-ruh adalah substansi psikis manusia yang menjadi esensi
kehidupan. Sebagai substansi yang esensial ruh membutuhkan jasad
untuk aktualisasi diri manusia Ruh adalah aspek psikis manusia yang
bersifat spritual dan transendental. Bersifat spritual karena ruh
merupakan sifat dasar manusia yang berasal dari ruh Allah. al-ruh atau
spritual adalah sisi jiwa yang memiliki daya untuk menarik dan
mendorong sifat lainnya untuk mewujudkan sifat-sifat Tuhan dalam
dirinya. Potensi-potensi itulah yang kemudian melekat kepada psikis
manusia sehingga memerlukan aktualisasi. Dimensi al-ruh merupakan
daya potensialitas internal dalam diri manusia yang akan terwujud secara
aktual.95
Ruh bersifat transendental karena merupakan dimensi psikis
manusia yang mengatur hubungan manusia dengan yang Maha
Transenden. Ruh merupakan pembeda antara eksistensi manusia dengan
makhluk lain. Ruh terbagi dua yaitu, al-munazzallah ialah ruh yang
murni yang berhubungan dengan zatnya, nafsiyah adalah ruh yang
berhubungan dengan jasmani.
Ruh ini dikatakan sebagai potensi fitrah atau alamiah yang menjadi
esensi manusia. Fungsinya berguna untuk memberi motivasi tingkah
lakunya. Ruh ini membimbing dinamika kehidupan ruhnafsani manusia.
Ruhnafsani yang dimotivasi oleh munazzallah akan menerima pancaran
nur ilahi yang suci yang menerangi ruang kalbu manusia, meluruskan
akal budi dan mengendalikan impuls-impuls rendah. Wujud ruh
munazzallah adalah al-amanah.
Fazlurrahman menyatakan bahwa amanah adalah inti kodrat
manusia yang diberikan sejak awal alam penciptaan, tanpa amanah
manusia tidak memiliki keunikan dengan makhluk-makhluk lain.
Amanah adalah titipan kepercayaan yang dibebankan kepada manusia.
Dalam Al-Quran (Al-Ahzab : 72) dinyatakan bahwa amanah adalah
penerimaan pancaran ilahi yang dilakukan tanpa perantara. Amanah
95Abdul Mujib, Ibid, h. 77
48
memasuki wilayah ketuhanan yang memiliki sifat sempurna untuk
beribadah dengan bekal ilmu dan amal.
Sebagian ahli menyebut ruh sebagai badan halus (jism lathîf), ada
yang menyebutnya sebagai substansi sederhana (jauhar basîth), dan ada
juga substansi ruhani (jawhar rûhanî). Ia adalah penggerak bagi
keberadaan jasad manusia. Sifatnya ghaib. al-Ghazâlî menyebutnya
dengan al-Rûh al-Jismiyyah (ruh material). Ibnu Rusyd memandangruh
sebagai citra kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik.
Kesempurnaan awal ini karena ruh dapat dibedakan dengan
kesempurnaanyang lain yang merupakan pelengkap dirinya, seperti yang
terdapat pada berbagai perbuatan. Sedangkan disebut organik karena ruh
menunjukan jasad yang terdiri dari organ-organ.96
Terakhir, nafs. Nafs dapat diarikan sebagai jiwa (soul) atau diri.
Namun dalam hal ini kata nafs merujuk kepada substansi psikofisik
(jasad-ruhani) manusia, dimana komponen yang bersifat jasad bergabung
dengan komponen ruh sehingga menciptakan potensi-potensi, dan
menjadi aktual apabila manusia mengupayakannya. Dengan kata lain,
nafs juga dapat mendorong manusia untuk melakukan perbuatan baik dan
buruk. Setiap komponen yang ada memiliki daya-daya laten yang dapat
menggerakan tingkah laku manusia.
Aktualisasi nafs sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
faktor usia, pengalaman, pendidikan, pengetahuan, lingkungan dan
sebagainya.Nafs sebagai elemen dasar psikis manusia mengandung arti
sebagai satu dimensi yang memiliki fungsi dasar dalam susunan
organisasi jiwa manusia.97
Dalam aspek nafs terdapat tiga peranan besar yang berbeda antara
satu denga yang lainnya, yaitu:
1) Al-Qalb
96Abdul Mujib, Ibid., h. 78. 97Abdul Mujib, Ibid., h. 80.
49
Menurut pendapat Quraish Shihab, kata Qalb terambil dari
akar kata yang bermakna membalik karena sering berbola
balik. Qalb sangat berpotensi untuktidak konsisten. Qalb
memiliki potensi yang lebih dominan di dalam
mengendalikan suatu kepribadian. Prinsip kerjanya kembali
kepada fitrah asal. 98
Al-Ghazali membagi pengertian qalb ke dalam 2 pengertian
yaitu qalb bersifat jasmani dan qalb yang bersifat ruhani.
Qalb jasmani adalah salah satu organ yang terdapat di
dalam tubuh manusia berupa segumpal daging yang
berbentuk seperti buah sanubar (sanubari) atau seperti
jantung pisang yang terletak di dalam dada sebelah kiri.
Qalb ini lazimnya disebut jantung. Sedangkan Qalb ruhani
adalah sesuatu yang bersifat halus (lathif), rabbani dan
ruhani yang berhubungan dengan kalbu jasmani. Bagian ini
merupakan esensi manusia.99
Qalb dalam pengertian pertama erat hubungannya dengan
ilmu kedokteran dan tidak menyangkut maksud-maksud
agama serta kemanusiaan. Sedang Qalb dalam arti kedua
memiliki pengertian hakikat dari manusia, karena sifat dan
keadaannya yang bisa menerima, berkemauan, berfikir,
mengenal, dan beramal serta menjadi sasaran perintah,
hukuman, cela dan tuntutan Tuhan. Kalbu ruhani inilah
yang merupakan esensi dari nafs manusia. 100
Qalb ini berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, pengendali
struktur nafs lain. Apabila qalb ini berfungsi secara normal,
maka kehidupan manusia menjadi baik dan sesuai dengan
fitrah aslinya, sebab qalb ini memiliki natur ilahiyyah atau
rabbaniyyah. Natur Ilahiyyah merupakan natur supra
98M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran : Tafsir Maudhu’I Atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 2006), h. 289. 99Mohammad Tohirin, “Studi Komparatif Teori Kepribadian Menurut Al-Ghazali dan
Sigmund Freud”, Skripsi pada UIN Walisongo, 2018, h. 67. 100
Abdul Mujib, Op.cit., h.82.
50
kesadaran yang dipancarkan dari Tuhan. Dengan natur ini,
manusia tidak sekedar mengenal lingkungan fisik dan
sosialnya, melainkan juga mampu mengenal lingkungan
spiritual, ketuhanan dan keagamaan.
Al-Ghazali berpendapat bahwa qalbu memiliki instink yang
disebut dengan al-nur al-ilahiy (cahaya ketuhanan) dan al-
bashira al-albathina (mata batin) yang memancarkan
keimanan dan keyakinan. Al-Ghazali juga berpendapat
bahwa qalbu diciptakan untuk memperoleh kebahagiaan
akhirat. Kebahagiaan qalbu sangat tergantung pada ma’rifah
kepada Allah Swt.
Qalb memilki daya insani yaitu daya inderawi yang disebut
sebagai penglihatan dan pendengaran, dan juga daya
psikologis sepertikognisi, emosi, konasi. Daya kognisi
qalbu bersifat halus dan rabbani yang mampu menciptakan
hakikat sesuatu. Daya emosi qalbu ada yang bersifat posit
dan ada yang bersifat negatif. Emosi positif misalnya cinta,
senang, riang dan percaya, tulus dan sebagainya. Sedangkan
emosi negatif dapat berupa benci, sedih, ingkar, mendua
dan sebagainya. Daya konasi adalah kemampuan manusia
dalam bereaksi, berbuat, berusaha, berkemampuan dan
berkehendak.
2) Akal
Kata akal berasal dari bahasa Arab yang berarti al-imsak
(menahan), al-ribath (ikatan), al-hajr (menahan), al-nahi
(melarang), dan man‟u (mencegah).101
Secara istilah akal
memiliki arti kekuatan yang dapat digunakan untuk
menghukumi sesuatu. Dengan demikian, akal merupakan
potensi yang dimiliki oleh manusia yang berfungsi untuk
berfikir atau menghukumi sebuah fakta yang terindera,
101 Abdul Mujib, Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam Edisi Kedua, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2017) h. 70.
51
yang berasal dari otak manusia. Akal berfungsi sebagai
pembuat keputusan. 102
Quraish Shihab menjelaskan bahwa di dalam al-Quran
secara tersirat akal memiliki daya untuk memahami dan
menggambarkan sesuatu, dorongan moral, daya untuk
mengambil pelajaran dan kesimpulan serta. 103
Akal memiliki daya kognisi (daya cipta). Akal dan qalbu
terdapat kesamaan dalam mendapatkan daya kognisi, tetapi
cara dan hasilnya berbeda. Akal bukanlah kalbu. Ia menjadi
dimensi tersendiri di dalam aspek nafsiyah yang
berkedudukan di otak yang berfungsi untuk berfikir,
meskipun sebagian qalbu itu berakal.
Akal mampu mencapai pengetahuan rasional, akal mampu
menangkap hal-hal yang abstrak, akal mampu
menghantarkan eksistensi manusia pada tingkat kesadaran,
akal mampu mencapai kebenaran, akal mampu berpikir
dengan logika formaal di dunia sadar. Dibalik hal-hal
tersebut tetapi akal tidak mampu mencapi pengetahu supra
rasional, akal tidak mampu menghantarkan pada tingkat
supra kesadaran, akal juga tidak mampu menolak mimpi
yang irasional.
Berdasarkan paparan dan beberapa pendapat di atas penulis
menariksebuah kesimpulan bahwa akal adalah komponen
nafsani (jiwa) yang dilambangkan dengan otak yang berada
di kepala sebagai bentuk jasmaniahnya serta berfungsi
untuk mengamati, mengasumsikan, memprediksikan,
mempertimbangkan, berfikir dan lain sebagainya serta
bersifat labil serta menjadi sarana dalam upaya eksistensi
102
Agus Silahudin, Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat dan Islam, Al-Fikra
Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol 17, No 2, Juli-Desember 2018 . 103
Muhammad Hasbi, Konsep Jiwa dan Pengaruhnya dalam Kepribadian Manusia,Jurnal
Studi Ilmu-Ilmu al-Quran dan Hadits, Vol 17, No 1, Januari 2016, h. 48.
52
manusia sebagai pembeda denganmakhluk lainnya. Maka
jelas bila dikaitkan dengan strukur pembentuk kepribadian
3) Nafsu
Nafsu dalam terminologi psikologi dekat dengan sebutan
konasi (daya karsa). Konasi (kemauan) adalah bereaksi,
berbuat, berusaha, berkemauan, dan berkehendak. Aspek
konasi kepribadian ditandai dengan tingkah laku yang
bertujuan dan impuls untuk berbuat. Nafsu menunjukan
struktur di bawah sadar dari kepribadian manusia. Apabila
manusia mengumbar dominasi nafsunya maka
kepribadiannya tidak akan mampu bereksistensi, baik di
dunia apalagi di akhirat. Manusia yang memiliki sifat ini
pada hakikatnya memiliki kedudukan sama dengan binatang
bahkan lebih hina. (Qs. Al-A’raf : 179).
Imam al-Ghazali berpendapat bahwa di dalam diri manusia
terdapat empat potensi yaitu, potensi nafsu Hayawaniyyah,
yaitu kecenderungan pada perilaku kebinatangan. Nafsu ini
identik dengan laku hidup binatang ternak dalam hal
mencari kepuasan lahiriah atau kepuasan seksual, seperti
tamak, tidak punya rasa malu dan lain sebagainya. potensi
nafsu Sabu‟iyyah, yakni nafsu yang mendorong kepada
perilaku binatang buas. Contohnya adalah seorang yang
senang menindas orang lain, senang memakan hak orang
lain, senang untuk menyerang orang lain, dan segala
perilaku yang penuh dengan kebencian, permusuhan,
dengki, amarah dan saling hantam . Potensi nafsu
Syaithaniyyah; nafsu yang mewakili tabiat syaitan yang
mengajak manusia ke jalan kesesatan. Nafsu ini mendorong
manusia untuk membenarkan segala kejatahan yang
dilakukan.
Agar lebih memudahkan untuk memahami perbedaan dari al-jasad,
ruh, nafsiyah dan juga perbedaan Qalb, Akal dan nafsu penulis akan
53
merangkumnya ke dalam sebuah tabel yang dikutip melalui buku teori
kepribadian dalam perspektif psikologi pendidikan yang ditulis oleh
Abdul Mujib
54
No Jasad Ruh Nafs
1 Adanya di alam dunia atau
alam penciptaan
adanya di alam
arwah
Adanya di alam
jasadi dan ruhani
2 Tercipta secara bertahap Tercipta secara
langsung dari
Allah tanpa
melalui proses
graduasi
Terkadang
tercipta secara
bertahap atau
berproses
terkadang tidak
3 Memiliki bentuk, rupa, kadar,
dan dapat disifati
Tidak memiliki
bentuk rupa dn
kadar dan tidak
juga disifati
Antara berbentuk
atau tidak ,
berkadr atau tidk,
dan dapat disiftai
atau tidak.
4 Naturnya buruk dan ksar serta
mengejar kenikmatan syahwat
Naturnya halus
dan suci dan
mengejar
kenikmatan
ruhaniah
Naturnya antara
baik dan buruk,
mengejar
kenikmatan
ruhani dan
syahwat
5 Memiliki energi jsmaniah yang
disebut dengan al hayyah
Memiliki energi
ruhaniah yang
disebut al-amanah
Memiliki energi
ruhaniah dan
jasmaniah
6 Eksistensi energi jasmani
tergantung pada makanan yang
bergizi
Eksistensi ennergi
ruhaniah
tergantung pada
ibadah
Eksistensi energi
nafsani
tergantung pada
ibadah dan
makanan bergizi
7 Eksistensinya menjadi wadah
ruh
Eksistensinya
memotivasi
Eksistensinya
aktualisasi atau
55
kehidupan realisasi diri
8 Terikat oleh ruang dan waktu Tidak terikat oleh
ruang dan waktu
Antara terikat dan
tidak mengenai
ruang dan waktu
9 Hanya mampu menangkap satu
bentuk konkret dan tidak
mampu angkpa yang abstrak
Dapat menangkap
beberapa bentuk
konkrit dan
abstrak
Dapat menangkpa
natara yang
konkret dan
abstrak, satu
bentuk atau
beberapa bentuk
10 Dapat dibagi dengan beberapa
komponen
Tidak dapat
dibagi karena satu
kesatuan
Antara dapat
dibagi-bagi dan
tidak
No Qalbu Aqal Hawa Nafsu
1 Secara jasmani berkedudukan
di jantung
Secara jasmani
berkedudukan di
otak
Secara jasmani
berkedudukan di
perut dan kelamin
2 Daya yang dominan emosi atau
afektif yang kemudian
melahirkan kecerdasan
emosional
Daya yang
dominan adalah
kognisi, yang
akhirnya
melahirkan
kecerdasan
intelektual
Daya yang
dominan adalah
konasi, sehingga
melahirkan
kecerdasan
kinestetik
3 Mengikuti natur ruh yang
ilahiyah
Mengikuti natur
ruh dan jasad
yang insaniah
Mengikuti natur
jasad yang
hayawaniyah
4 Potensinya bersifat citra rsa Potensinya Potensinya
56
dan sifatnya spritual bersifat
argumentatif dan
logis yang
sifatnya rasional
bersifat inderawi
dan sifatnya
empiris
5 Berkedudukan pada alam
suprasadar atau atas dasar
manusia
Berkedudukan
pada alam
kesadaran
manusia
Berkedudukan
pada alam bawah
sadar manusia
6 Intinya religiusitas, spritualitas
dan transendensi
Intinya isme-isme
seperti
humanisme,
kapitalisme,
sosialisme dsb
Intinya
produktivitas,
kreativitas dan
konsumtif
7 Apabila mendominasi jiwa
manusia maka menimbulkan
kepribadian yang tenang
Apabila
mendomnasi jiwa
manusia maka
menimbulkan
kepribadian yang
labil
Apabila
mendominasi
kepribadian
manusia
menimbulkan
kepribadian yang
jahat
Tidak hanya sampai kepada struktur kepribadian saja, dinamika
kepribadian adalah aktualisasi dari struktur kepribadian untuk
membentuksuatu tingkah laku. Dinamika kepribadian tersebut terdiri
dari dinamika struktur jasmani, dinamika struktur ruhani dan juga
dinamika struktur jasmani untuk itu pada intinya struktur kepribadian
dan dinamika kepribadian adalah satu kesatuan hal ini sesuai dengan
pendapat Allport.
Dinamika struktur jasmani Sruktur jasmani merupakan aspek
biologis dari struktur kepribadian manusia. Aspek ini tercipta bukan
hanya untuk membentuk tingkah laku tersendiri, tetapi juga sebagai
wadah tempat singgah struktur ruh. Kedirian strutur jasmani tidak akan
57
mampu membentuk suatu tingkah laku lahiriah, apalagi tingkah laku
batiniah. Struktur jasmani memiliki daya untk mengembangkan proses
fisiknya. Energi ini disebut sebagai al-hayyah. Walaupun daya hidup
bersifat abstrak, tetapi ia belum mampu menggerakkan tingkah laku
karena tingkah laku dapat terwujud apabila struktur jasmani telah
ditempati oleh struktur ruh.
Dinamika struktur ruhani Sama halnya dengan struktur jasmani,
struktur ruhani juga aspek psikologis dari sruktur kepribadian manusia.
Tingkah laku “ruhaniah” dapat terwujud dengan kesendirian struktur
ruhani. Tingkah laku menjadi aktual apabila struktur ruhani menyatu
dengan struktur jasmani. Struktur ruhani bersifat kekal, berada lebih
dahulu dan kehidupannya lebih lama daripada kehidupan material
manusia. Kedahuluannya memberikan motivasi bagi kehidupan nafs
kelak, agar manusia mengerjakan perbuatan yang benar dan
meninggalkan perbuatan yang salah.
Dinamika struktur nafsani merupakan struktur psikofisik dari
kepribadian manusia. Struktur ini untuk mengaktualisasikan semua
rencana dan perjanjian Allah Swt. Aktualisasi itu berwujud tingkah
laku atau kepribadian. Struktur nafsani tidak sama dengan struktur jiwa
sebagaimana yang dipahami dalam psikologi Barat.104
Kendatipun sifat dapat dibentuk melalui pembiasaan, dan
lingkungan dengan jalan pendidikan tetapi ada sifat yang sulit diubah
dikarenakan pembawaan keturanan (hereditas), hal tersebut dinamai
tempramen. Seperti yang telah dijelaskan dalam pemikiran Allport
bahwa tempramen tidak memiliki banyak modikasi karena berkaitan
dengan konstitusi tubuh yang dibawa sejak lahir.
Tempramen dalam Islam dikenal dengan istilah al-thab‟u (tabiat)
keduanya ekuivalen. Namun, di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa
tabiat mengarahkan kepada perbuatan baik dan buruk yang kemudian
menuntun manusia untuk menghindari perilaku tersebut105
104Abdul Mujib, Op.cit, h. 80 105Abdul Mujib, Teori Kepribadian dalam Perspektif Psikologi Islam Edisi Pertama,
Op.Cit., h. 45
58
Dengan demikian teori disposisi dalam perspektif pendidikan Islam
ialah akhlak, karena akhlak adalah bagian dari lingkup
kepribadian.yang sesuai dengan pedoman pendidikan Islam yakni Al-
Quran dan Hadits. Dikarenakan bersifat dinamis, dari sinilah
pendidikan memiliki peranan untuk membentuk sifat-sifat yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam
Adapun yang termasuk dengan intensi pada teori disposisi adalah
harapan keinginan, ambisi dan cita-cita yang turut mempengaruhi sifat,
sikap, tindakan dan pandangan seseorang yang kemudian tercermin
melalui akhlak seseorang.
C. Perkembangan Kepribadian dari Perspektif Islam
Islam mengakui adanya struktur roh yang dapat bereksistensi dengan
sendirinya, sekalipun tanpa jasa. Karena itu, perkembangan psikis manusia
di dalam al-Quran tidak semata-mata diawali dari sinergi antara roh dan
jasad. Tetapi terdapat fase sebelum dan sesudahnya sekalipun fase terseu
tidak dapat ditelaah secara empiris. Fase perkembangan manusia yaitu :
1. Fase pra konsepsi
Merupakan fase perkembangan manusia sebelum masa
pertumbuhan sperma dan ovum. Adapun asumsi adanya fase ini
adalah: pertama al-quran menganjurkan seseorang untuk menikah
untuk melestarikan keturunan. Kelestarian keturunan ini menjadi
pertumbuhan dan perkembangan manusia . kedua : roh manusia telah
tercipta sebelum jasad tercipta
2. Fase pra-natal
Yaitu fase perkembangan manusia yang dimulai dari pertumbuhan
sprma dan ovum sampai masa kelahiran secara fisik, fase ini dibagi
empat, yaitu; pertama, fase nutfah (zigot) yangdimulai sejak
pembuahan sampai usia 40 hari dalam kandungan;kedua, fase alaqah
(embrio) selama 40 hari; ketiga, fase mudhghah(janin) selama 40 hari;
dan keempat, fase peniupan roh ke dalam janinsetelah genap empat
bulan, yang mana janin manusia telah terbentuksecara baik.
59
3. Fase Neo-natus
Fase ini dimulai kelahiran sampai kira-kira minggu
keempat.Upaya-upaya pengembang kepribadian pada fase ini yang
dilakukanoleh orang tua yaitu; pertama, membacakan azan di telinga
kanan danmembacakan iqamah di telinga kiri ketika anak baru
dilahirkan (HRal-Turmudzi). Kedua, memotong aqiqah dua kambing
untuk bayi lakilakidan seekor kambing untuk bayi perempuan. Ketiga,
memberinama yang baik, yaitu nama yang secara psikologis
mengingatkan atauberkolerasi dengan perilaku yang baik. Keempat,
memberikan ASIsampai usia dua tahun.
4. Fase Kanak-kanak (al-thifl)
Merupakan fase yang dimulai usia sebulan sampai usia sekitartujuh
tahun. Dalam kamus bahasa Arab, kata thifl memiliki maknayang sama
dengan shabi, yaitu mulai masa neo-natus sampai padamasa polusi
(mimpi basah).
5. Fase Tamyiz
Fase tamyiz, yaitu fase di mana anak mulai mampu
membedakanyang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah.
Fase ini dimulaiusia sekitar 7 tahun sampai 12 tahun.
6. Fase Baligh
Fase baligh, yaitu fase di mana usia anak telah sampai dewasa.Usia
ini anak telah memiliki kesadaran penuh akan dirinya, sehinggaia
diberi beban tanggung jawab (taklif), terutama tanggung jawab106
106Muhammad Tohirin, “Studi Komparatif Teori Kepribadian Menurut Al-Ghazali dan
Sigmund Freud”, Skripsi pada UIN Walisongon, Semarang, 2018, h. 23.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori disposisi Gordon W.Allport adalah salah satu rujukan dari
banyaknya teori-teori kepribadian yang menjadi rujukan untuk
memahami dan menambah wawasan terkait disposisi (sifat) yang dimiliki
oleh setiap individu . Disposisi adalah bangunan dasar dari sebuah
kepribadian dan karakter, untuk itu sifat sangat berperan
dengansegalasesuatunyabaikdalam intensi (keinginan pada masa depan)
seperti ambisi, cita-cita, dan rencana-rencana seseorang.
Dikarenakansifatadalahcerminantingkahlaku.
Terlepas dari pada itu sifat memiliki perkembangan-perkembangan
fungsi diri yang disebut sebagai proprium yang masih berkaitan dari
kepribadian. Dan juga otonomi fungsional yang menekankan kepada
motif-motif yang dimiliki individu untuk mencapai dorongan dasar.
Dengan demikian semuanya saling berintegrasi. Dalam perspektif
pendidikan Islam teori disposisi termasuk kedalam akhlak (karakter),
karena akhlak adalah disposisi batin individu.
B. Saran
Penulis berharap penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran yang
baru untuk menambah wawasan dan menjadi manfaat untuk siapapun.
Penulis menyadari betul bahwa penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna untuk itu adapun saran-saran yang dapat penulis berikan yaitu :
1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih memperdalam
analisisnya untuk menciptakan hasil yang beragam dalam
khazanah pendidikan Islam
2. Diharapkan kepada para pendidik untuk dapat mengidentifikasi
perkembangan sifat peserta didik guna sesuai dengan nilai baik
yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam
61
3. Diharapkan kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan
potensi-potensi yang ia miliki sesuai dengan tujuan pendidikan
Islam agar menjadi insan kamil.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
Aliyah, Rizda Nurul. “Nilai-Nilai Moral Islamidalam Kumpulan
CeritaBergambar”. SkripsipadaUniversitasIslam
NegeriWalisongodiaksespada 25 Januari 2020
Assegaf, Ulum. KepribadianMenurut Gordon WilliardAllport, http://academia.edu
, diaksespadatanggal 12 April 2019.
Baharuddin. Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena.
Jogjakarta : Ar-Ruz Media, 2016.
Basrowi dan Suwandi.Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008.
Calvin S. Hall&Lindzey. Teori-Teori Sifat dan Behavioristik Allport Sheldon
Catell Dollard Miller dan Skinner.Yogyakarta :Kanasius, 2005.
Damsar.Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2012.
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Mencerdaskan Bangsa,
Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Daulay, Nurussakinah. Pengantar Psikologi dan Pandangan Al-Quran tentang
Psikologi. Jakarta: Prenadamedia group, 2014.
Dosen Psikologi, Prinsip Teori Kepribadian Alfred Adler, 2019,
http://dosenpsikologi.com diakses pada tanggal 27 Oktober 2019.
Dosen Psikologi.“4 Teori skinner dalam Psikologi Kepribadian”. 2018.
http://dosenpsikologi.com diakses pada tanggal 12Desember 2019.
Duane, Szchultzdan Szhultz Sydney Allen, The Theories of Personality. USA:
Thomson Learning, 2005.
Dwi, Oktarosada. “Implementasi Pendidikan karakter pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam”, Skripsipada UniversitasIslam Negeri Raden
Intan, Lampung. 2017.
63
Fatmawati. “ Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian Islam Bagi
Remaja”.https://media.neliti.com,diakses pada tanggal 3 November 2019
jam 21.50
Feist, J dan Gregory J Feist, Teori Kepribadian edisi 7. Jakarta : Salemba
Humanika, 2011.
Fida, Nisa.“Psi Kepribadian”. www.academia.edu , diaksespadatanggal 27 Januari
2020.
Friedman, Howard S dan Miriam W Shucstask. Kepribadian Teori Klasik dan
Modern. Jakarta : Penerbit Erlangga 2000.
Hasanah, “Ciri-CiriKepribadian,” SkripsiPadaUniversitasWidyatama, Bandung,
2016.
Hasbi, Muhammad. Konsep Jiwa dan Pengaruhnya dalam Kepribadian
Manusia,Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Quran dan Hadits. Vol. 17, No. 1,
Januari 2016.
Ibrahim, SitiRahmaniah, “TeoriKepribadian”. http://academia.edu,
diakespadatanggal 25 September 2019.
Istiqomah, Neina Qonita. “Psikologi Kepribadian
II”,http://Technurlogy.wordpress.com, Bandung, 10 Januari 2011.
Kadir, Abdul, dkk. Dasar-Dasar Pendidikan Islam, Jakarta: Kharisma, 2012.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.kemdikbud.go.id ,diakses pada
tanggal 25 Juli 2019.
Kartono, Kartini. Teori Kepribadian. Bandung: Mandar Maju, 2005.
Khorina, NelladanAnas Rohman. Psikologi Kepribadian dalam Pendidikan
Madrasah. Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim
Volume 6, No. 1 Juni 2018.
King, Laura A. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta : Salemba
Humanika, 2010.
Korohama, Katharina E.P. “Psikologi Individual Gordon Allport”.
http://academia.edu, diakses pada tanggal 5 Agustus 2019.
Kusmayadi,Ilham. “Mantan Dekan IPB Curhat Anaknya dibully Karena Jujur
Mengerjakan UN”, Merdeka.com. 11 April 2017.
64
Laksana, Sigit Dwi. “Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO) dan Tiga
Pilar Pendidikan Islam”. Universitas Muhamadiyah Ponorogo
Muhammad, Sumatri, “Modul Pengantar Pendidikan”, 2015.
Mujib, Abdul. IlmuPendidikan Islam. Jakarta: PenerbitKencana, 2017.
Mujib, Abdul. Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam Edisi Kedua. Jakarta
: PT RajaGrafindo Persada, 2017.
Mukholis, Agus Novel. Dinamika Kepribadian dan Aktivitas Ritualistik Pelaku
Sufisme Perkotaan”. Skripsipada IAIN Tulungagung, 2015.
Nasr, Sayyed Hossein. Sufism and the Integration of Man dalam C. malik (Ed.).
God and Man in Contemporary Islamic Thought. Beirut: American
University of Beirut, Contennial Publication, 1972.
Purnama Yudha, “Trait Approach”, 2013, http://pranamayudha.wordpress , diakes
pada tanggal 12Desember 2019.
Purnamansyah, Pendidikan Karakter dalam Pandangan Pendidikan Islam, Skripsi
Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2014.
QS. As-Syams: 8-10. Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya.
Bandung: Diponegoro, 2010.
Rahayu, Iin Tri. Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer.
Malang: UIN Malang Press, 2009.
Salim, Moh Haitamidan Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Samrin, Pendidikan Karakter Sebuah Pendekatan Nilai, Jurnal Al-Ta‟dib
Volume.9, No. 1 Januari 2016
Silahudin,Agus. Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat dan Islam,Al-
Fikra Jurnal Ilmiah KeIslaman, Vol.17, No.2, Juli-Desember 2018.
SL Agustina, “Efektifitas Bimbingan Konseling Islam Terhadap Motivasi Belajar
Anak di Yayasan Ummi fadhilah Surabaya”, Skripsi pada UIN Sunan
Ampel ,14 Juli 2017.
Sodiq,Akhmad. Prophetic Character Building. Jakarta: Penerbit Kencana, 2018.
Sudrajat, Ajat. “Pendidikan Moral dalamPerspektif Islam”. IlmuSejarah FISE
UNY diaksespadatanggal 25 Januari2020.
65
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
ALFABETA cv 2016.
Sujanto, Agusdkk. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2015.
Tanis, Hibur. Pentingnya Pendidikan Character Building dalam Membentuk
Kepribadian Manusia, Jurnal Humaniora Vol.4 No. 2 Oktober 2013.
Terintegrasi dalam Perkuliahan dan Pengembangan Kultur Universitas,
Yogyakarta: UNY Press, 2010.
Tohirin, Muhammad. Studi Komparatif Teori Kepribadian Al l-Ghazali dan
Sigmund Freud , Skripsi pada Universitas Islam Nengeri Walisongo, 2018.
Uhbiyati, Nur.Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam,Semarang: PT IAIN
Walisongo, 2012.
Umar, Bukhari.Hadits Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadits,
Jakarta: Amazah, 2012.
Undang-undangSisdiknas No. 20 Tahun
2003http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/upload/2016/08/UU.no.20_th_200_pdf, diaksestanggal 7 Juli 2019.
Universitas Psikologi, Teori Psikologi Kepribadian Allport,
http://academia.edudiakses26 Desember 2019
Wahyudin, Dinn. “Pengantar Pendidikan”. Skripsi pada Universitas Terbuka,
Jakarta, 2008.
Widi, Restu Kartiko. Asas Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008.
Zuchdi, Darmiyati.Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif:
66
67
68
69
70
71
72
73