Tulisan singkat ini merupakan pentadabburan dari mutiara – mutiara sabda nabi s.a.w yang tertuang di dalam kitab klasik Durrotun Nasihin karya Syaikh Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir al-Khaubawi rohimahullohu ‘anhu. Yang disusun pada abad ke-13H. Syarah ini disusun oleh salah satu pejalan spiritual Dzikir Nafas Sadar Alloh pada tahun 2016. Salik Gemblung Donie Al-Murtadho pengembang Suluk Gemblung. Semoga tulisan ulasan dari karya besar Syaikh Ustman di bawah ini bermanfaat. -amin-
Kurang lebihnya penulis mohon maaf dan siap menerima kritik maupun saran yang membangun.
SYARAH DURROTUN NASIHIN KEUTAMAAN SHOLAT BERJAMAAH -
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
1
SYARAH DURROTUN
NASIHIN
- KEUTAMAAN SHOLAT BERJAMAAH -
Mutiara Nasihat Nabi 1 -tentang Sholawat-
وصل عىل محمد كام ,صل عليهياللهم صل عىل محمد بعدد من صل عليه, و صل عىل محمد بعدد من مل
حتب ان يصىل عليه, وصل عىل محمد كام امرتنا ابلصالة عليه, وصل عىل محمد كام ينبغى الصالة عليه
Artinya: “Yaa alloh, limpahkanlah sholawat atas Muhammad sebanyak jumlah orang yang membaca sholawat untuknya. Limpahkan sholawat atas Muhammad sebanyak bilangan orang yang tidak membaca sholawat kepadanya. Limpahkanlah sholawat atas Muhammad sebagaimana Engkau suka dibacakan sholawat atasnya. Limpahkan Sholawat atas Muhammad sebagaimana yang telah Engkau perintahkan agar kami banyak bersholawat kepadanya. Limpahkanlah sholawat sebagaimana sholawat yang pantas untuknya.”
-----------------------------------------------------------------
Sebagaimana keumuman makna sholawat. Para ulama telah sepakat
bahwa yang dimaksud sholawat atas nabi adalah bentuk limpahan
rahmatNya. Riwayat di atas juga seirama dengan adanya sabda nabi
s.a.w yang lain yang menegaskan bahwa manusia yang paling utama
kelak di hari akhir, atau manusia yang dekat tempat duduknya di sisi
baginda nabi kelak adalah mereka yang paling banyak bersholawat
kepada beliau s.a.w.
Dalam ranah tekstualitas riwayat, hal ini mengacu pada banyaknya
bacaan sholawat kita kepada baginda nabi s.a.w. namun ada sisi lain dari
mutiara nasihat nabi yang pertama ini. Yakni nilai sholawat itu sendiri.
Nilai sholawat adalah Rahmat Alloh yang menebar luas di bumi tanpa
terkecuali. Terbentang luas di seluruh penjuru ufuk alam semesta dan
seisinya. Pemuda tersebu (dalam riwayat) adalah pemuda yang
“Sesungguhnya
orang-orang yang
beriman, mengerjakan
amal saleh,
mendirikan
sembahyang dan
menunaikan zakat,
mereka mendapat
pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran
terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka
bersedih hati”
[Al-Baqoroh – 277]
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
2
menyimpan kecintaan luar biasa kepada nabi s.a.w sehingga ia sampai memiliki ide memohonkan
limpahan rahmat yang sedemikian kepada baginda nabi s.a.w.
Nilai sholawat yang paling mendasar adalah sebuah hubungan, yang mana dengan adanya hubungan itu
maka selanjutnya akan menumbuhkan cinta. Dan tentunya hubungan itu terjalin seirama dengan
berseminya ma’rifat (pengetahuan). Kita memintakan sesuatu kepada seseorang atas orang lain, tentunya
kita musti tahu kepada siapa kita meminta dan siapa yang kita mintakan itu. Sedikit mustahil jika kita
memintakan seorang lain tanpa ada kesadaran pengetahuan tentang orang tersebut. Dan mustahil pula kita
minta sesuatu kepada seseorang tanpa kita tahu kepada siapa kita minta.
Sedemikian itu pula sholawat yang kita panjatkan. Sholawat adalah merupakan jalinan hubungan antara
kita, Alloh dan Rosululloh. Ketika mengucapkan sholawat, tentunya kita musti tahu kepada siapa kita
meminta. Dan ketika kita memintakan sholawat, atas siapa yang kita mintakan itu juga harus jelas.
Setidaknya kita tahu siapa itu yang kita mintakan. Dengan kata lain. Secara sederhananya. Ma’rifatulloh
wa Ma’rifaturrosul adalah kunci utama dalam hal sholawat. Meski dalam kadar paling minim sekalipun
ma’rifat kita atas Alloh dan Rosululloh, itu musti ada. Karena jika tanpa kadar itu. Sangat mungkin apa
yang kita panjatkan adalah omong kosong. Tanpa ada muatan mahabbah sedikitpun. Sedangkan do’a yang
paling mudah untuk terijabah adalah doa yang disertai ma’rifat / ilmu / kesadaran dan mahabbah atas apa –
apa yang kita doakan.
Mutiara Nasihat Nabi 2 -tentang Sholat berjamaah-
--------------------------------------------
Tentang harfiah riwayat, saya kira sudah sangat jelas maksudnya. Yakni anjuran agar kita senantiasa
mengerjakan sholat fardhu lima waktu secara berjamaah. Sebagaimana yang pernah beliau sampaikan juga
dalam riwayat yang lain, beliau mengisyaratkan dengan adanya sisi dhohir dan bathin dalam al-qur’an.
Demikian juga jika pahami secara mendalam, bahwa seluruh lapisan sendi di alam semesta ini semua
adalah memiliki lipatan dhohir dan bathin. Di mana sisi dhohir adalah sisi yang nampak kasat indrawi.
Sedangkan sisi bathinnya adalah sisi nilai yang tak tertangkap secara kasat indrawi. Hal ini termasuk juga
sabda baginda nabi s.a.w yang mana beliau adalah satu – satunya manusia yang dibukakan segala rahasia
kehidupan oleh Alloh s.w.t. Sehingga beliau mengemban tugas Rahmatan Lil ‘Alamin.
Ada beberapa sisi nilai yang dapat kita petik dari riwayat di atas. Yakni efek sholat secara berjamaah.
Sebelum menginjak ke sana ada baiknya kita memahami dahulu makna sholat. Dalam bab ini, setelah
menuliskan firman Alloh dari surah al-baqoroh : 277, beliau menyertakan terlebih dahulu riwayat dari nabi
s.a.w tentang sholawat. Tentu hal ini juga menyimpan nilai bathiniah tersendiri. Dimana sadar ataupun
tidak, beliau r.a telah digerakkan oleh Alloh untuk menuliskan poin sholawat terlebih dahulu. Dan tentunya
apa – apa yang ada campur tangan dari Alloh adalah pasti menyimpan makna yang cukup dalam.
Sekarang mari kita pelajari hubungan antara sholat dan sholawat itu sendiri. Sesungguhnya, dua hal ini
memiliki satu kesamaan kandungan inti. Yakni , maksudnya adalah menjalin hubungan.
Sholat adalah menjalin hubungan dengan Alloh. Sedangkan sholawat adalah menjalin hubungan dengan
Rosululloh s.a.w. Tentang makna yang pertama, yakni menjalin hubungan dengan Alloh, tentu kita tidak
heran, karena Alloh adalah maha dekat, dan Dia selalu ada. Dari dulu hingga kini dan yang akan datang.
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
3
Sedangkan rosululloh Muhammad s.a.w,? beliau sudah wafat sejak beratus – ratus tahun yang lalu. Dan ini
pula yang sering menjadi pertanyaan di antara kita. Jika beliau sudah wafat, bagaimana cara kita menjalin
hubungan dengan beliau?
Ya... tentu hal ini cukup mengusik benak kita, dan ini musti kita tuntaskan. Rosululloh s.a.w yang
diwafatkan oleh Alloh s.w.t itu adalah raga beliau, sedangkan ruhnya tidak pernah mati. Karena hakikat
daripada ruh adalah abadi. Hal ini termaktub dalam sabda beliau s.a.w yang lain yang menegaskan bahwa
sholawat kepada beliau pastilah akan beliau jawab meskipun beliau telah meninggal dunia. Maka tatkala
kita bersholawat, sebaiknya kita memahami tentang Rosululloh dan Alloh (ma’rifaturrosul wa
ma’rifatulloh) secara haqq. Sebagaimana yang kami sampaikan di atas.
Sholat yang dikerjakan secara berjamaah secara benar, dipastikan ia akan memperoleh kelima bonus
(fadhilah) sebagaimana tertuang dalam sabda nabi di atas. Bagaimanakah hakikatnya sholat berjamaah itu?
Maka ketahuilah bahwa sholat berjamaah secara hakikat adalah berturutnya gerak jasad sesuai dengan
gerak jiwa. Dan gerak jiwa sesuai dengan gerak ruh. Sedangkan gerak ruh adalah gerak dari Alloh s.w.t
Sholat yang lima waktu itu adalah media penyampaian dari Alloh untuk menyadarkan kita atas tiga
eksistensi pokok tersebut (jasad-jiwa-ruh). Dan sholat yang lima waktu tersebut adalah media aktifasi
penyelarasan gerak jasad dan gerak jiwa atas gerak ruh. Yang menjadi letak turunnya kehendak Alloh
s.w.t. Sholat yang benar yang dapat mencegah dari perbuatan dari perbuatan keji dan mungkar adalah
imbas dari sholat yang berjamaah ini. Ketika ketiga unsur pokok diri ini telah benar – benar selaras. Maka
yang terjadi atas diri seorang hamba adalah murni kehendak Alloh. Dan kehendak Alloh adalah pasti benar
dan baik. Tiada perbuatan keji dan mungkar jika diri manusia sudah benar – benar selaras dengan kehendak
Alloh.
Nah dari amaliah sholat berjamaah secara hakikat inilah kemudian dan pasti ia (pelakunya) akan dilimpahi
lima keutamaan sebagaimana yang disabdakan oleh nabi di atas. Berikut penjelasannya:
1. Tidak akan ditimpa kemiskinan di dunia
Kemiskinan tidak akan pernah dapat menyentuh orang – orang yang berproses sesuai kehendak
Alloh. Kemiskinan yang sejati adalah tiadanya rasa syukur dan kosong dari memandang kehendak
dan kuasa Alloh. Orang yang telah ridho dengan setiap ketentuan dan pemberian Alloh mustahil ia
merasakan kemiskinan selama di dunia. Alloh yang menjamin setiap rizki dan yang mencukupi
hamba – hambanya yang berserah dari sisi yang tak pernah diduga – duga oleh hamba itu sendiri.
Sehingga apapun yang dibutuhkan oleh si hamba akan senantiasa tercukupi / dicukupi oleh Alloh.
2. Alloh ta’ala menghapuskan siksa kubur darinya
Orang yang sudah terbiasa bermi’roj, bermakmum dengan kehendak Alloh yang tertuang melalui
ar-ruh dalam diri kita. Kesadarannya adalah pasti berpindah meninggalkan kesadaran jasad menuju
kesadaran jiwa. Sehingga apapun yang terjadi terhadap jasadnya, ia tentu tidak merasakan
kesakitan barang sedikit pun. Demikian pula yang terjadi tatkala sampai di liang lahat. Ketika
batang tubuh jasadnya hancur lebur oleh proses pembusukan tanah, ia sama sekali tidak
terpengaruh olehnya. Jiwanya sudah damai di alam yang tak terbendung luasnya. Berada di dalam
kuasa dan rahmat Alloh. Berada dalam apa yang disebut sebagai nikmat kubur. Jiwanya telah
benar – benar ridho dan kembali kepada Alloh.
Siksa kubur itu terjadi tatkala kesadaran seseorang terjebak dalam kesadaran jasad. Sehingga si
mayit tatkala jasadnya terlebur oleh proses pembusukan, ia masih merasakan rasa sakitnya. Ia
masih merasakan rasa sakitnya terjepit dan tertindih tanah dan lain sebagainya.
Sedangkan efek siksa kubur yang diperoleh akibat amal buruk selama hidup adalah karena selama
hidup ia tidak benar – benar patuh terhadap kehendak Alloh atas dirinya. Ia tidak ridho dengan
setiap ketetapan yang Alloh berikan. Siksa yang semacam ini benar – benar akan membekas sejak
hidup di dunia hingga liang lahat. Sesal yang lebih dahsyat dari yang terasa selama di dunia.
3. Dia akan diberi kitab catatan amal dari sisi kanan
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
4
Dari sisi kanan adalah sebuah symbol pemuliaan, dengan kata lain si hamba akan dimuliyakan oleh
Alloh jika selama hidup di dunia si hamba benar – benar bermakmum dengan ar-ruh al-quds dari
Alloh. Bahkan hal ini sangat bisa terjadi tidak hanya kelak pasca kematian, namun juga saat ini,
saat si hamba masih hidup di dunia. Sekalipun secara fisik tampak hampir sangat biasa dan
sederhana, namun di sisi lain Alloh benar – benar memuliakan mereka entah bagaimana bentuk
kemuliyaan itu sendiri.
4. Dia akan melintasi titian shirat laksana kilat yang menyaambar
Percepatan dan keselamatan akan didapat bagi mereka yang benar – benar sholat secara berjamaah.
Shirot yang terbentang di atas neraka adalah semacam ujian. Yang mana jika si hamba terpeleset
darinya, pasti ia akan mendapat bencana siksa dan adzab yang pedih. Namun bagi mereka yang
sholat berjamaah, yang menghadap kehadirat Alloh dengan bermakmum denganNya sendiri, ia
akan diselamatkan langsung oleh Alloh, tanpa harus si hamba merasakan kecemasan dan ketakutan
sebagaimana yang dirasakan oleh orang – orang yang masih ada secuil ego dalam dirinya.
5. Alloh memasukkannya ke dalam surga tanpa hisab
Tak perlu hisab, karena yang dilaksanakan oleh si hamba yang berjamaah dan bermakmum pada
imam yang paling sejati adalah kehendak Alloh sendiri dan disaksikan olehNya secara langsung.
Sedangkan hisab adalah diperuntukkan bagi mereka yang menggunakan ego barang sesedikit
apapun dalam bertindak sekalipun dalam peribadatan. Ego / nafsu inilah yang diminta pertanggung
jawaban (hisab) oleh Alloh. Sedangkan bagi nafsu yang muthmainnah, yang sudah ridho sejak
berada di dunia, tidak ada hisab bagi mereka. Dikarenakan selama bermuamalah yang berlaku pada
diri hambaNya terebut adalah sebagaimana ungkapan dalam hadist qudsy, “apabila hambaKu
menjalankan sunnahKU, maka ia Aku akan menjadi pendengaran yang dengannya ia mendengar.
Menjadi penglihatan yang dengannya ia melihat, ia berjalan dengan kehendakKU, dan ia memukul
dengan tanganKU.”
Mutiara Nasihat Nabi 3 -antara sholat berjamaah dan sendiri (munfarid)-
--------------------------------------------
Secara harfiah jasadiah sudah sangat jelas bahwa sholat yang paling utama dalam wujud syar’i adalah sholat
yang dilakukan berjamaan dalam masjid. Dan hal ini sebenarnya juga berlaku bagi orang – orang yang telah
menemukan sholatud-daim. Sholat secara hakikat sehingga dalam setiap perilakunya sehari – hari dapat
disebut sebagai sholat (berhubungan dengan Al-Haqq Alloh).
Terhadap orang orang yang sudah demikian, yakni beliau – beliau yang sudah memahami jalan kembali
kehadirat Alloh. Beliau beliau atau mungkin anda (pembaca ini) yang sudah diperkenankan Alloh berjamaah
secara haqq, bermakmum kepada ar-ruh yang telah Alloh tiupkan ke dalam diri kita. Adalah tetap berlaku
untuk mengarahkan perjalanan jiwa saudara kita yang lain yang sedang melaksanakan jamaah di masjid –
masjid terdekat. Tugas kita yang telah mengetahui jalan kembali adalah mengajak atau mengarahkan jamaah
islam lainnya untuk beranjak kehadirat Alloh dalam sholat berjamaah.
Hal ini lebih utama daripada kita sholat sendirian di dalam rumah kita masing – masing. Meskipun kita sudah
tahu makna dan hakikat jamaah itu sendiri. Tugas kita semua di bumi adalah sebagai khalifah. Bagi kita yang
dipahamkan oleh Alloh mengenai hal ini (hakiki sholat berjamaah), yang kita khalifahi selanjutnya muslimin
yang belum tahu mengenai hal ini namun mereka tetap istiqomah berjamaah secara fisik.
Mutiara Nasihat Nabi 4 -amanah untuk paara salik, mengambil wudhu lebih awal-
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
5
--------------------------------------------
Setidaknya dapat kita kenali adanya tiga jenis manusia yang kelak akan dibangkitkan dan memiliki rona wajah
yang laksana bintang, bulan dan matahari. Adapun mereka yang memiliki rona wajah laksana gemerlapnya
bintang – bintang adalah mereka yang menyegerakan wudhu tatkala adzan sudah dikumandangkan, mereka
menghadiri masjid masjid ketika adzan sudah selesai. Adapun mereka yang memiliki rona wajah laksana
cahaya bulan yang teduh dan menerangi malam hari adalah mereka yang mengambil air wudhu sesaat
sebelum adzan dikumandangkan. Bisa jadi mereka mendengarkan kumandang adzan di tempat wudhu.
Sedangkan golongan yang terakhir, yakni yang memiliki rona wajah laksana cahaya matahari, bersinar sangat
terang adalah mereka yang senantiasa menunggu kumandang adzan di dalam masjid.
Bagi para salik (pejalan spiritual), tentunya yang sudah memahami ketiga ulasan sebelum – sebelumnya.
Mereka adalah laksana cahaya – cahaya yang menyalurkan cahaya Alloh atas sebagian umatNya yang lain
yang belum memahami hakikat tersebut. Salik yang datangnya ke dalam barisan shof jamaah sholat fardhu
adalah belakangan, yakni setelah adzan berkumandang. Mereka adalah laksana bintang – bintang yang
menghantarkan para jamaah lain menuju cahaya Robb semesta alam. Dikatakan seperti bintang yang
cahayanya tak secerah bulan namun bisa menjadi petunjuk arah dalam kegelapan, adalah karena amaliah
jamaah lainnya yang semestinya ia pandu secara bathin tidak menyeluruh. Yaitu pada bagian wudhu dan
adzannya para jamaah lainnya tidak ia arahkan secara bathin. Ia hanya mengarahkan / memvibrasi / menebar
cahaya ilahiah hanya ketika salat saja.
Semestinya dan baiknya bagi para salik / siapapun yang memahami pancaran cahaya ilahiah yang terlimpah
melalui dirinya. Karena ia sudah menyadari ke-ada-anNya, adalah menghadiri majlis jamaah salat fardhu
sejak awal. Dengan menebarkan cahaya ilahiah / memandu para jamaah lainnya tatkala mereka
mengumandangkan adzan dan berwudhu. Menjadi rahmad bagi sekalian alam adalah tujuan diturunkannya ke
alam dunia. Sebagai penyambung cahaya Alloh terhadap alam semesta atau yang dalam bahasa qur’an adalah
sebagai khalifah / wakil Alloh di muka bumi. Hal yang semacam ini yang dicontohkan oleh baginda nabi yang
mulia muhammad s.a.w.
Tatkala mengambil wudhu, bawalah spirit / bathin / jiwa saudara – saudara muslim kita untuk turut bersuci
juga. Yakni menghadap dan bersuci dengan cahayaNya. Caranya mohonkan kepada Alloh agar Alloh ridho
dan membasuhkan jiwa dan kesadaran siapapun yang mengambil air wudhu untuk mengikuti jamaah shalat
kala itu. Tatkala adzan berkumandang, vibrasikan / gemakan panggilan adzan itu seluas – luasnya hingga
mencakup sekalian alam. Caranya adalah masuklah dalam wilayah ke-Maha Luas-an Alloh, lalu berserulah
sesuai dengan seruan adzan. Ketika sampai pada lafadz Hayya ‘Ala ash-sholah dan Hayya ‘Ala al-falah,
mohonlah kepada Alloh agar Alloh mensholatkan seluruh apa – apa yang ada di dalam kuasaNya yang Maha
Luas dan membukakan apapun yang menghalangi tiap – tiap hambaNya untuk menyadari ke-Esa-anNya dan
ke-Maha Luhur-anNya. Demikian itu semestinya peran salik ketika memasuki waktu sholat fardhu. Tugasnya
menjadi khalifah tidak ia tinggalkan. Dan benar – benar diembannya dalam hubungan horizontal / kepada
sesama manusia. Mengarahkan bathin masing – masing jamaah untuk kemudian mereka berjalan sendiri –
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
6
sendiri kehadirat Alloh s.w.t. sehingga nilai amaliah saudara – saudara kita yang lainnya benar – benar
memiliki bobot dan tidak hambar / kosong.
Mutiara Nasihat Nabi 5 -bersuci dalam sholat-
--------------------------------------------
Hal ini akan tampak kontras jika kita hadapkan pada Q.S Al-Maun : 4-6, yang artinya “Celakalah bagi orang
– orang yang sholat, yaitu orang – orang yang lalai dari sholatnya dan berbuat riya’ “. Jadi tidak seluruhnya
mengalami sebagaimana yang tersurat dalam hadist di atas. Pada kenyataannya, terkadang kita sholat namun
sama sekali tidak merasakan kelapangan dan kesegaran jiwa pasca melaksanakan sholat. Padahal salah satu
indikasi dicabutnya dosa – dosa dari kita oleh Alloh adalah adanya perasaan lapang dan kesegaran jiwa yang
luar biasa. Hal ini tertuang dalam hadist nabi s.a.w yang lainnya yang menyatakan bahwa dalam menjalankan
sholat adalah seumpama mandi di sungai yang mengalir dan jernih airnya. Sehingga selain badan kita bersih,
kita juga dapat merasakan kesegarannya.
Jadi mengenai hal ini ada hal – hal yang menyebabkan tidak dicabutnya dosa dari diri kita sebagaimana hadist
di atas. Perkara tersebut adalah keadaan lalai dari sholat. Dikatakan sholat namun lalai, yakni ketika
mengucapkan takbir, ia lalai menghadapkan wajahnya kehadirat Alloh. Ketika ia mengucapkan takbir, ia tidak
benar – benar memasuki wilayah ke-Maha Besar-anNya Alloh. Semestinya ketika lisan mengucapkan Allohu
Akbar, kesadaran jiwa kita adalah masuk dan melebur dalam kuasa Alloh yang Maha Besar lagi Maha Luas.
Benar melebur dan berserah sehingga sholat kita adalah merupakan limpahan gerak dari Alloh, bukan gerak
nafsu / ego. Kondisi yang demikian melebur dalam ke-Maha Akbar-an Alloh inilah yang menjadikan Alloh
berkehendak ridho Mengangkat seluruh dosa – dosa hambaNya. Maka bagi siapapun yang mengetahui hal ini,
baiknya tatkala sholat adalah ia benar – benar memasuki wilayah Alloh yang tanpa batas. Menghadap secara
haqq. Siapapun kita sangat bisa menggapai perkara ini, karena ini hanya membutuhkan kontak kesadaran jiwa
kita saja.
Mutiara Nasihat Nabi 6 -keselamatan bagi pemelihara sholat berjamaah-
--------------------------------------------
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
7
Dalam hadist tersebut masjid digambarkan menjelma menjadi sesosok unta yang bukan unta biasa. Tidak
seperti unta – unta pada umumnya. Wallohu’alam mengenai realisasi pematerialannya kelak. Namun kondisi
sebagaimana yang dituangkan dalam hadist di atas adalah tetap dapat kita rasakan di sini dan saat ini.
Kiamat adalah kondisi hancur leburnya kekerasan ego / hawa nafsu. Dimana pasca hancur leburnya kekerasan
ego / hawa nafsu tersebut, selanjutkan Alloh menunjukkan bahwa ada percepatan – percepatan yang musti kita
ikuti untuk wushul ilalloh (sampai kepada Alloh). Yakni dengan menunggangi masjid yang telah menjelma
menjadi unta tersebut. Yang mana muadzin menuntunnya dan imam menggiringnya. Tidak disebutkan
makmumnya karena makmumnya adalah diri wadag kita ini sebagaimana telah kita ulas pada pembahasan di
awal. Masjid adalah Qolbu mukmin, Muadzinnya adalah jiwa kita yang tadi (dalam penjelasan hadist
sebelumnya) berdoa dan melebur dalam kuasa dan keluasan Alloh. Sang imam adalah sebagaimana pula yang
sudah kita bahas sebelumnya. Ia adalah ruh al-amin yang ditiupkan oleh Alloh ke dalam tiap – tiap hambaNya
untuk menjadi pembimbing hambaNya dalam mengemban tugas sebagai khalifatulloh fil-ardhi.
Singkatnya, untuk dapat wushul ilalloh, adalah wajid memasuki masjid yang paling sejati yang merupakan
Batitulloh (rumah Alloh) yakni Qolbi Salim. Qolbunya orang – orang yang berserah diri. Bukan qolbu yang
berupa daging itu, tapi dimensi yang ada di dalamnya, yang menjadi letak turunnya cahaya Alloh. Yang
menjadi ruang khusus yang bertautan dengan esensi alam semesta. Dimensi suci yang tak tersentuh oleh
apapun. Di sanalah kita akan menemukan yang mana itu imam (ar-ruh) dan mana itu muadzinnya (jiwa).
Ba’da itu, silahkan diikuti percepatan – percepatan yang Alloh berikan untuk sampai kehadiratNya.
Mutiara Nasihat Nabi 7 -esensi berwudhu dan wilayah maghfiroh Alloh-
--------------------------------------------
Hadist ini bertautan dengan sabda nabi yang ke-4 dan ke-5. Tentang sholat berjamaah dibelakang imam,
kiranya penjelasan – penjelasan sebelumnya sudah cukup. Selanjutnya adalah tentang air yang mengalir dan
imam yang bacaannya mahir. Pertama yakni air yang mengalir, ia adalah cahaya maghfirohnya Alloh. Daya
ilahiah yang senantiasa mengalir di setiap sendi kehidupan dan mengiringi seluruh gerak kita. Secara syar’i
kita sah – sah saja berwudhu menggunakan air yang menggenang asal memenuhi syara’. Ya ... hal itu ada
dalam ranah amaliah badaniah. Sedangkan hadist ini sesungguhnya adalah lebih condong ke dalam ranah
amaliah bathin. Dimana ketika badaniah kita bersuci / wudhu secara syar’i, bathin kita pun semestinya juga
turut bersuci dengan daya ilahiah yang mewujud dalam cahaya maghfirotulloh.
Caranya adalah kita masuk dalam wilayah ampunan Alloh, -ingat, harus masuk dalam wilayah ampunanNya-
bukan sekedar mengucapkan mohon ampun. Tapi benar – benar masuk dalam ranah maghfirohNya. Hal ini
dapat kita pelajari saat kita sering memasuki area – area sadar Alloh. Menyadari segala sesuatu tentangNya.
Tatkala kita sadar akan af’al dan sifat – sifatNya, kita akan tertarik masuk ke dalam wilayah – wilayahNya
yang sedang kita sadari. Nah dari situlah silahkan berwudhu secara bathin. Bersihkan setiap sendi – sendi
yang ada di seluruh bagian tubuh dan bathin kita. Tatkala mengusap sebagian kepala misalnya, basuhlah
pikiran, prasangka dan akal kita dengan cahaya maghfirohNya. Begitu juga pada bagian – bagian lainnya.
Tetap jaga keadaan sambung dengan Alloh agar mendapat bimbingan darinya yang berupa kefahaman –
kefahaman tentang apa – apa yang musti dilakukan bathin kita masing – masing.
tentang imam yang bacaannya mahir tidak lain ya itu tadi, tiupan dari Alloh. Dialah lisanulloh. Siapapun yang
bermakmum kepadanya, niscanya dia akan berada dalam wilayah rahmatulloh. Dan apabila seseorang yang
memahami dan sudah terbiasa masuk dalam wilayah – wilayah spiritual ilahiah semacam ini, lalu ia menjadi
imam dalam sebuah jamaah lahiriah, maka sebaiknya kita bermakmum pada beliau rohimahullohu ‘anhu.
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
8
Mutiara Nasihat Nabi 8 -Ganjaran Sholat Atas Perintah Alloh-
--------------------------------------------
Cakupan nilai dari dalam hadist di atas adalah bermuara pada bobot sholat seorang hamba yang dilakukan
karena kehendak Alloh.
Kalau kita pahami, kita amati secara seksama dalam diri kita sendiri saja. Sesungguhnya kan kita memang
tidak memiliki kuasa gerak sama sekali. Bahakn dalam hal bernafas pun sejatinya kita tidak memiliki
kehendak untuk menggerakkan nafas tersebut. Sekali kita coba untuk memanipulasinya dengan cara mengatur
nafas, tentu hal ini tidak akan berlangsung lama dan justru menyakitkan dan menyiksa diri kita sendiri.
Sesungguhnya demikian pun dalam gerak – gerak yang lainnya. Dalam beraktifitas berjalan misalnya, jika
kita manipulasi model jalan kita. Tentu itu akan menjadikan sesuatu hal yang tidak baik diri kita sendiri
utamanya. Termasuk juga hal ini berlaku dalam hal peribadatan. Jibril a.s yang mengerjakan sholat
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
9
sedemikian sangarnya. Tetap dinyatakan tak sebanding dengan manusia yang islam, yang bersyahadat yang
mengerjakan sholat berdasarkan kehendk Alloh.
Jadi sebaiknya ketika kita mengerjakan sholat. Sholat apapun terlebih sholat fardhu, sebaiknya kita murnikan
diri kita. Kita bersihkan diri kita dari segala bentuk ego dan prasangka. Termasuk di dalamnya adalah ego
untuk bergerak dalam sholat. Wudhu yang dilakukan untuk berbersih jiwa dan bathin adalah untuk hal ini.
Sehingga gerak sholat kita pada nantinya benar – benar murni karena kehendak Alloh. Peran kita dalam sholat
sebenarnya hanyalah pada niat. Selebihnya biarkan Alloh yang mensholatkan kita. Kita niat dengan sungguh –
sungguh, lalu rasakan dorongan dari Alloh sebagaimana dorongan ketika bernafas. Dorongan tersebut pasti
akan menggerakkan kita untuk bertakbir, dan menjalankan seluruh rukun – rukun sholat hingga selesai.
Orang – orang yang mengetahui dan mengamalkan hal inilah yang dinyatakan dalam sebuah hadist nabi s.a.w
yang lain, “Dua rokaat sholatnya orang yang berilmu itu lebih baik daripada seribu rokaat sholatnya orang
yang bodoh”. Maksudnya orang yang bodoh adalah mereka yang tidak memahami hal ini dan sholatnya meski
seribu rokaat, sama sekali tak ada kehendak Alloh di sana. Dengan kata lain. Sholatnya adalah berdasarkan
egonya sendiri. Sebagaimana yang diperankan oleh jibriil a.s di dalam hadist ke-8 tersebut di atas.
Maka sudah selayaknya bagi para salik untuk benar – benar sholat dalam gerak Ilahiah bukan gerak nafsu.
Tentang keluasan – keluasan yang Alloh gambarkan dalam tekstual hadist, ia adalah menggambarkan tentang
keluasan – keluasan yang tak terbayangkan yang diberikan oleh Alloh kepada Hamba – hambaNya yang
melakukan sholat dalam gerak perintahNya. Keluasaan ini tak terbatas pada satu hal saja. Karena cakupan
surga itu luasnya seluas langit dan bumi dan sebagaimana yang tergambar di atas. Saat di dunia ini pun
keluasan surga itu dapat kita masuki. Salah satu contoh keluasan surga adalah ridhonya diri kita dalam
menerima segala hal yang Alloh berikan kepada kita. Ketika secara kasat mata kita menghadapi kesempitan –
kesempitan, akan tetapi hati kita, diri kita sama sekali tidak tersentuh kesempitan – kesempitan tersebut.
Hati kita tetap lapang, diri kita tetap adem ayem, jangkauan pandangannya tetap luas. Tetap dapat memandang
wajah Alloh Yang Maha luas. Ini adalah sebagian dari surga yang dapat kita nikmati di sini saat ini.
Mutiara Nasihat Nabi 9 -esensi Sholawat-
--------------------------------------------
Hadist ini menjelaskan tentang makna dan keutamaan sholawat itu sendiri. Sebagaimana yang telah kita ulas
sebelumnya bahwa makna sholawat adalah masih satu rangkaian dengan makna daripada sholat. Yakni
ketersambungan diri kita dengan Alloh dan Rosululloh. Sholawat yang demikian dan dilakukan oleh seorang
hamba karena kesadarannya yang paling dalam atas keagungan Alloh s.w.t dan nabiNya yang mulia s.a.w,
secara otomatis pengagungan (ke-ta’dzim-an) itu pasti bercokol di dalam dirinya. Kesadaran yang demikian
tentunya dikarenakan penyaksiannya yang haqq atas Alloh dan Rosulloh s.a.w.
Orang – orang yang demikian digambarkan oleh Alloh dengan diciptakannya malaikat yang menghubungkan
dirinya (صل عىل عبدى) , semesta dan ArsyNya. Sehingga tidak mengherankan jika rahmatan lil ‘alamin itu
tetap berlangsung hingga hari ini meskipun yang di utus sebagai rahmatan lil alamin, jasad beliau telah
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
10
dimakamkan. Hal ini karena umat Muhammad s.a.w masih senantiasa menghubungkan dirinya dengan
rosululloh dan Alloh yang secara otomatis ia mengimbaskan rahmat bagi alam semesta. Mulai dari tingkat
terbawah bumi hingga Arsy. Dan rahmat yang sedimikian adalah berlangsung secara spiritual dan jika hal ini
(sholawat) dilakukan oleh orang – orang yang benar – benar bersaksi atas keagungan Alloh lantas juga
ta’dzim atas rosululloh, minimal lingkungan tempat yang ditinggalinya akan senantiasa dilimpahi rahmat oleh
Alloh s.w.t.
Mutiara Nasihat Nabi 10 -menyianyiakan Sholat-
Penyusun kitab Durrotun Nashihin ini menjelaskan: adapun yang dikehendaki dengan sholat dalam hadist di
atas adalah mendirikannya tepat pada waktu-waktunya. Dengan menyempurnakan yang fardhu – fardhu dan
sunnah – sunnahnya. Sehingga jika seseorang melakukan sholat tidak tepat pada waktunya, maka dia dianggap
telah menyia – nyiakannya. Berdasarkan salah satu riwayat khabar, bahwa nabi s.a.w telah bersabda, “Pada
malam ketika aku di-isro’-kan ke langit, aku melihat banyak orang laki – laki dan perempuan memukuli kepala
mereka sendiri, lalu mengalir otak mereka laksana sungai besar. Mereka berkata, “Oohhh celaka, Oohhh Nista!!!”
maka aku bertanya kepada jibril a.s, “wahai jibril, siapakah orang orang ini?” Jibril menjawab, “mereka adalah orang
– orang yang melaksanakan sholat tidak pada waktunya”
Dalil yang menunjang bunyi hadist di atas adalah firman Alloh s.w.t yang berbunyi
ت هو عوا ٱلش
ب ٱت لوة و أضاعوا ٱلص
فده خل
ع ب فخلف من
Maka Datanglah sesudah mereka pengganti – pengganti yang menyia – nyiakan sholat dan mengikuti hawa nafsunya.
Begitu juga dianggap sebagai telah menyia- nyiakan sholat, orang yang melakukannya tidak secara berjamaah.
Sesuai dengan apa yang diriwayatkan dalam salah satu hadist. -yang artinya-, “seorang laki – laki datang
menemui Nabi s.a.w lalu berkata, “saya bermimpi seolah – olah pada salah satu tangan saya ada uang 20 dinar.
Sedangkan pada tangan saya yang lainnya ada 4 dinar. Uang yang 20 dinar itu terjatuh dari tangan saya, sedangkan yang
4 dinar itu menjadi merah”. Maka nabi s.a.w bertanya, “apakah engkau melakukan sholat isya’ berjamaah?” orang itu
menjawab, “tidak”. Kemudian nabi s.a.w menjelaskan, “yang jatuh dari tangan itu adalah keutamaan sholat
berjamaah yang telah engkau lewatkan. Sedangkan yang empat itu adalah sholat yang telah engkau kerjakan di rumah
yang tidak diterima”.
--------------------------------------------
Perkara Sholat sudah kita bahas di penjelasan – penjelasan sebelumnya, untuk keterangan selanjutnya dari
hadist di atas adalah tentang adanya perkara Puasa dan Mandi Junub. Sedikit mengusik kita mungkin,
bagaimana puasa dan mandi junub bisa sedemikian spesial sehingga bagi orang – orang yang
mengamalkannya maka ia akan diangkat oleh Alloh menjadi WaliNya.
Puasa
Ketahuilah bahwa puasa itu adalah area riyadhoh / latihan untuk diri kita mengendalikan hawa nafsu
kita. Hampir selaras dengan bentuk sholat berjamaah. Dimana nafsu / efek piranti jasad musti tunduk
dan patuh dengan gerak ilahi yang ditangkap oleh jiwa melalui Ar-Ruh. Puasa adalah bagian dari olah
jamaah di dalam diri kita sendiri – sendiri. Maka tidak heran jika Alloh menuntun penyusun kitab
durrotun-nashihin untuk mengelompokkan hadist ini di dalam bab jeutamaan jamaah.
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
11
Di dalam puasa kita berlatih untuk mengenal siapa diri sejati kita. Kita belajar untuk menundukkan
bagian jasad kita dengan tidak memuaskan kehendaknya. Tatkala jasad ingin makan, maka kita
diamkan. Tatkala jasad ingin berhubungan badan dengan pasangan, juga kita diamkan. Dengan
pendiaman – pendiaman semacam ini yang disertai kerelaan fikiran untuk tidak mengikuti hawa
nafsu, maka secara sadar ataupun tidak hal ini akan membangkitkan jiwa untuk lebih berperan atas
diri kita. Terkadang kita tanpa makan seharian bahkan hingga malam, kita bisa kenyang dengan
sendirinya. Ini salah satu indikasi bahwa jiwa itu telah aktif.
Selebihnya orang – orang yang terbiasa menjaga puasa, dia akan terproteksi dari gerak – gerak yang
mencelakakan. Hal ini karena pada dasarnya gerak jiwanya sudah mengambil alih posisi, dan gerak
jiwa itu akan selalu mengarah pada hal – hal yang menyelamatkan. Selalu mengarah kepada kebajikan
– kebajikan. Karena jiwa yang terbiasa untuk tidak memperturutkan keinginan jasadiah itu akan
senantiasa condong untuk tunduk kepada perintah Ar-ruh.
Mandi Junub
Sebagaimana telah kita pahami bersama bahwa ini adalah bentuk mandi dari hadast – hadast besar.
Secara fiqhiyyah, mandi junub ini dilakukan untuk membasuk bagian – bagian badan kita. Namun
secara haqiqi, ada sentuhan energi murni dari air yang kita gunakan mandi / membasuh badan
terhadap jiwa. Membasuh dari apa? dari dosa – dosa yang disebabkan oleh ego / hawa nafsu akibat
tidak patuh terhadap perintah ilahiah yang disampaikan oleh Ar-Ruh kepada jiwa. Meskipun jiwa tahu
adanya perintah ilahiah, namun karena ia lebih memperturutkan hawa nafsu maka ia jadi berdosa.
Efek dari dosa bagi jiwa adalah semacam rupa borok, semacam kerak di panci, ia musti dicuci agar
kembali bersih dan bersinar.
Mandi junub yang semacam ini jika senantiasa dijaga, ia akan senantiasa pula membersihkan jiwa dari
berbagai macam kerak. Efek akhirnya ia (jiwa) akan senantiasa condong juga untuk berbuat patuh
terhadap perintah ilahiah. Sebagaimana efek sholat dan puasa.
Mutiara Nasihat Nabi 11 -Sholat sebagai cahaya dan penyelamat-
--------------------------------------------
Sebagaimana hadist masyhur bahwa sholat itu ibarat aliran sungai jernih yang mengalir di depan rumah, jika
kita mandi di sana sebanyak lima kali sehari, tentulah kita akn bersih dari kotoran – kotoran. Demikian juga
pada sholat, yang mana sholat itu adalah pembersih bagi jiwa.
Yang menjadi tanda kutip dan perlu kita perhatikan dari hadist di atas adalah tentang memelihara sholat yang
lima waktu. Artinya, di dalam sholat yang lima waktu itu pula kita musti menjaga benar posisi kita, menjaga /
merapatkan barisan / shof dalam diri kita, sehingga tidak celah bagi energi negatif (syaitan) untuk mencuri
kesadaran kita tatkala kita sedang melakukan sembahyang. Jika kita tidak memelihara yang demikian, sangat
mungkin sholat yang lima itu tidak akan mewujud cahaya.
Pencerahan – pencerahan spiritual itu mustinya dapat kita nikmati dari efek sholat kita. Namun jika kita sholat
namun tak ada satupun kcerahan pencerahan spiritual. Hati kita tidak menjadi lapang, namun justru semakin
sempit, maka tentu ada yang salah dalam sholat kita. Tentu ketika kita sholat, kita tidak benar – benar
memeliharanya.
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
12
Mutiara Nasihat Nabi 12 -Sholat yang Tertolak-
--------------------------------------------
Pada poin 1, jelas ini adalah menyimpan nilai bahwa ketika sholat, si pelakunya tidak berkomunikasi dengan
tuhannya. Padahala inti dari sholat adalah menjalin komunikasi dengan robb semesta Alam, Alloh azza wa
jalla. Jika kita sholat namun kita sama sekali tidak menjalin komunikasi dengan Alloh, maka sudah tentu dan
barang pasti saat itu kita sedang mabuk. Entah mabuk duniawi, atau mabuk angan – angan. Sebaiknya sholat
itu kita tidak sedang dalam keadaan mabuk dalam hal apapun. Sehingga kita benar – benar menghadap dan
berkomunikasi dengan Alloh dikala sholat.
Poin 2, apa hubunganna sholat dengan zakat? Zakat adalah bisa menjadi indikasi kadar keegoan manusia.
Saya katakan demikian karena ego manusia yang masih tinggi kadarnya, tentu ia akan enggan mengeluarkan
hartanya di jalan Alloh. Sedangkan efek lain dari sholat adalah terbentuknya pribadi tanpa ego / keakuan.
Pertanda manusia yang tidak pelit / bakhil. Kalau sholat kok masih aga ego yang tebal, sudah pasti ada yang
salah dalam sholatnya. Tidak kepasrahan diri dalam sholat, tidak ada komunikasi dengan Alloh tatkala sholat,
tidak ada keadaan Mi’roj tatkala sholat, juga sedang mabuk.
Poin 3, sudah kita bahas tentang keadaan imam dan makmum yang sejati di dalam sholat. Sekarang tahukah
anda, kenapa imam dibenci makmumnya meski dalam keadaan jamaah yang haqiqi? Itu karena yang berperan
sebagai imamnya jasad, yakni jiwa menggerakkan jasad untuk mengarah bukan pada Alloh. Lho bagaimana
mungkin bisa demikian? Ini karena si jiwa belum mandi junub sebagaimana yang kita bahas pada hadist
sebelumnya.
Poin 4, secara spirit adalah keadaan jasad yang berontak untuk diajak ke Alloh. Keadaan pikir yang terus
menerus menolak untukkembali ke Alloh, sehingga saat sholat pun tak ada sedikitpun kekhusyu’an di
dalamnya.
Poin 5, kondisi mabuk, sudah kita ulas insyaAlloh tentang hal demikian. Posisi di mana sebaiknya kita tidak
terlalu mabuk dalam hal apapun. Karena itu akan mempengaruhi kesadaran jiwa kita. Sehingga tatkala sholat
kita pun tidak menggapai keadaan menhadap kepada Robb semesta alam.
Poin 6, wanita secara haqiqi adalah jasad, dan laki – laki secara maknawiah adalah jiwa. Ini juga masih
seirama secara maknawiyah bahwa jasad yang tidak patuh terhadap ajakan jiwa untuk kembali / menghadap
kepada Alloh, sholatnya tertolak. Dengan kata lain, sholat yang semacam ini dapat dikatakan juga sholatnya
orang mabuk. Jasadnya jungkar jungkir tapi sama sekali dirinya tidak menghadap kepada Robbnya
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
13
Poin 7, tutup kepala wanita / penutupnya kepala jasad berarti pula diamnya pikiran. Maka sebaiknya ketika
sholat, pikiran ini benar – benar dalam keadaan diam. Tertutup, sehingga jiwanya benar – benar menghadap
kepada Robb semesta alam dan sholatnya diterima oleh Alloh azza wa jalla
Poin 8, pemimpin , bukan lagi menggunakan kata imam, karena ini mulai diturunkan ke dimensi / wilayah
jasad. Alias pemimpin ini adalah sebagaimana yang dikatakan kepala wanita di poin 7, yakni pikiran. Setiap
pikiran yang tidak pernah diajak untuk diam tatkala sholat, tentu ia akan menjadi dholim dan sombong,
merasa sudah berbuat amal kebajikan. Mengira setiap lintasan pikirnya adalah petunjuk dan lain sebagainya.
Ini adalah kedholiman yang nyata. Hal yang seperti sudah barang tentu sholatnya tertolah. Karena
kesombongan dan kedzoliman adalah efek dari tidak terjalin komunikasi dengan Alloh. Sehingga ia selalu
merasa lebih baik, lebih utama, tidak ada rasa tawadhu’ dlsb karena ia sama sekali tidak memandang
keagungan robbnya.
Poin 9, riba???? Tahukah apa itu riba secara maknawiyah? Ia adalah pengurangan – pengurangan /
pendangkalana – pendangkalan / pemangkasan – pemangkasan terhadap pemahaman – pemahaman agama
yang dibesar besarkan dan dibenar – benarkan. Atau ditampakkan seolah itu yang paling benar. Hal demikian
akan menumbuhkan ego dan keakuan sehingga tatkala sholat ia tertipu. Mengira menghadap padahal dirinya
sedang berandai andai dan berkhayal
Poin 10, ini adalah tanda – tanda / indikasi bahwa sholatnya tidak diterima oleh Alloh, takni tetap berbuat
menuruti nafsu dan egonya. Uraian – uraian dari poin pertama hingga ke-9 keluarannya adalah pada poin ke-
10 ini. Wallohu’alam
Mutiara Nasihat Nabi 13 -Indikasi hubungan dengan Alloh-
Al-Hasan berkata, “apabila sholat anda tidak dapat mencegah (menghalangi) anda dari melakukan perbuatan
keji, maka sebenarnya anda tidak Sholat. Dan sholat anda itu akan dilemparkan ke wajah anda pada hari
kiamat kelak bagaikan kain kasar yang kotor.”
--------------------------------------------
Alloh menyatakan demikian (murka kepada orang yang sholat namun tidak terjaga dari perbuatan keji dan
mungkar) karena orang semacam ini bermain – main dalam sholatnya. Menghadap, namun sejatinya tidak.
Berikrar melalui ucapan – ucapannya di dalam sholat, namun sama sekali tidak ia lakukan. Ini adalah salah
satu indikasi munafik. Dan Alloh tidak menyukai kemunafikan. Kemunafikan adalah bagian dari syirik khofi
(samar).
Mutiara Nasihat Nabi 14 -Kisah Sejarah Sholat-
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
14
--------------------------------------------
Layaknya memang demikian sholat yang sebenarnya itu. setiap geraknya mengandung sifat sifat malaikat.
Ketujuh petala langit itupun juga tertuang ada di dalam wilayah spiritual masing – masing kita.
Ketika kita berada dalam batas langit pertama, yakni cakrawala pandang (kesadaran) lapis pertama; kesadaran
jasad. Sebaiknya kita sering memanggil – manggil nama Alloh. Hal ini tergambar pada ucapan – ucapan / lafal
dari setiap gerak sholat. Pada lapis pertama ini, kadar panggilan kepada Alloh melalui asmaNya yang agung
secara sadar akan membawa kesadaran atau perilaku rukuk. Tentunya ini rukuk secara maknawiyah, bukan
lagi sekedar ritual sebagaimana gerakan sholat. Sikap yang rukuk adalah sikap yang tunduk patuh terhadap
segala bentuk perintah dari Alloh s.w.t.
Kalau sudah istiqomah berada pada keadaan rukuk, selanjutnya kondisi ini akan membawa kita pada kondisi
sujud. Yakni benar – benar berserah diri kepada Alloh. Menyerahkan seluruh keadaan dirinya kepada Alloh.
Terus berlaku demikian. Hingga berurutan sampai pada kondisi salam. Yakni menebar kesejahteraan dan
keselamatan bagi lingkungannya.
Sholat daim (berkepanjangan) adalah kondisi yang berlapis lapis seperti ini. Kalau tiba – tiba kita dapati diri
kita tidak tunduk / rukuk kehadirat Alloh, maka perlu kita ulangi dari awal sholat (daim) kita kita. Yakni
mulai memanggil Alloh melalui asmaNya yang agung Jalla Jalalah. Hal seperti ini wajar, karena sudah
merupakan bagian kecil dari sifat manusia untuk berbuat lalai. Namun Alloh Yang Maha Pengampun selalu
memberi ruang untuk memperbaiki diri. Maka seperti itulah jika sholat daim kita batal. Segera mandi junub
lantas mulai lagi dari awal.
Mutiara Nasihat Nabi 15 -Peran Sholat-
--------------------------------------------
Hadist ini sangat gamblang menjelaskan buah – buah dari lelaku sholat yang dilakukan secara benar dan
ikhlas. Sebagaimana telah kita uraikan sejak mulai dari awal halaman artikel ini.
Mutiara Nasihat Nabi 16 -Muunculnya makhluq dari neraka-
Tadabbur Spiritual Mutiara Sabda Nabi s.a.w
15
Oleh karena itu, Alloh ta’ala berfirman,
ا د أح ٱلل
ععوا م
فل تد جد لل
سم ٱل أن
و
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di
dalamnya di samping (menyembah) Allah”
--------------------------------------------
Sebenarnya cakupan dari kelima jenis golongan manusia yang dikatakan di dalam hadist di atas adalah
golongan yang lebih menuruti ego / hawa nafsu / kehendak dirinya. Tidak atuh dengan kehendak ilahiah yang
sudah diterima oleh jiwa. Disampaikan oleh ar-Ruh.
Sedikit mengenai masjid, ia adalah wilayah bersujud, isyaAlloh sudah kita bahas di awal – awal tulisan ini.
Yakni dimensi hati kita sendiri. Sebaiknya memang di wilayah untuk bersujud / berserah diri kehadiratulloh
itu tidak ada urusan duniawi sama sekali yang kita bawa. Tidak ada kepentingan materi sama sekali untuk kita
luapkan di sana. Karena secara otomatis ketika kesadaran membawa hal – hal materiil di wilayah itu. tentu ia
akan terjatuh kembali ke ranah jasad. Wallohu’alam bish-showab
Jombang, 24 Desember 2016M
24 Maulud 1438H
Ditulis oleh : Donie Al-Murtadho
Sulukgemblung.blogspot.co.id