Download - Pengertian Syirik Dan Bahayanya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Syirik dan Bahayanya
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar.” (QS. An Nisa’: 48)
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang
merupakan hak istimewa-Nya. Hak istimewa Allah seperti: Ibadah, mencipta,
mengatur, memberi manfaat dan mudharat, membuat hukum dan syariat dan lain-
lainnya.
Syirik adalah mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam hal–hal yang
merupakan kekhususan bagi Allah. Kekhususan Allah meliputi tiga hal rububiyah,
uluhiyah, dan asma’ dan sifat.
2.1.1 Bentuk-bentuk Syirik
2.1.1.1 Syirik di dalam Al Uluhiyyah
Yaitu kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak
untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Yang mana Allah
Subhanahuwa Ta’ala dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya menyeru kepada
hamba-Nya agar tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja.
Firman Allah Ta’ala :
“Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan
orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
2
rezeki untukmu karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah
padahal kamu mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 21-22)
Perintah Allah dalam ayat ini agar semua manusia beribadah kepada Rabb
mereka dan bentuk ibadah yang diperintahkan antara lain syahadat, shalat, zakat,
shaum, haji, sujud, ruku’, thawaf, doa, tawakal, khauf (takut), raja’ (berharap),
raghbah (menginginkan sesuatu), rahbah (menghindarkan dari sesuatu), khusu’,
khasyah, isti’adzah (berlindung), istighatsah (meratap), penyembelihan, nadzar,
sabar dan lain lain dari berbagai macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya.
Di sisi lain ada kerancuan yang terdapat di kalangan umum dalam memahami
ibadah. Mereka mengartikan ibadah dalam definisi yang sempit sekali seperti shalat,
puasa, zakat, haji. Ada pun yang lainnya tidak dikategorikan di dalamnya. Sungguh
indah perkataan Syaikhul Islam Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam
mendefinisikan ibadah, beliau berkata :
“Ibadah itu ialah suatu nama yang mencakup semua perkara yang dicintai
Allah dan diridhai-Nya, apakah berupa perkataan ataupun perbuatan, baik dhahir
maupun yang bathin.”
Inilah pengertian ibadah yang sesungguhnya, yaitu meliputi segala perkara
yang dicintai dan diridlai Allah, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan.
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, ( QS. Al-baqoroh 21 )
Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21 di atas menyatakan sembahlah
Rabb kamu, dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman kepada semua manusia
bahwa Ar Rabb yang wajib disembah adalah yang telah menciptakanmu dan orang-
orang sebelum kamu, yang menciptakan langit dan bumi serta yang mampu
menurunkan air (hujan) dari langit. Yang dengan air hujan itu dihasilkan segala jenis
buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian agar kalian mengetahui semua. Maka
janganlah mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah dengan menyembah dan meminta
rezeki kepada selain-Nya. Apakah kalian tidak malu dan berpikir bahwa Allah yang
menghidupkan dan yang memberi rezeki kemudian kalian tinggalkan untuk
beribadah kepada selain-Nya?
3
Firman Allah Ta’ala :
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tak dapat memberi
rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi dan tidak berkuasa (sedikit jua
pun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya
Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl : 73-74)
2.1.1.2 Syirik Di Dalam Ar Rububiyyah
Yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa
menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari
sifat-sifat ar rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih
jelek daripada orang-orang kafir terdahulu.
Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka
menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya
Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada kuburan-
kuburan seperti kuburan Latta. Sebagaimana Allah kisahkan tentang mereka :
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka
akan menjawab : “Allah.” Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan
yang benar). (QS. Al Ankabut : 61)
Firman Allah Ta’ala :
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.”
Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahuinya. (QS. Luqman : 25)
Ayat-ayat ini semua menunjukkan kalau orang-orang musyrik terdahulu
mengakui Allah-lah satu-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang
menghidupkan dan mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi
mereka masih memberikan peribadatan kepada yang lainnya. Maka bagaimanakah
dengan orang-orang yang tidak menyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya
4
atau ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, yang
menurunkan hujaan dan seterusnya atau ada yang serupa dengan Allah dalam
masalah-masalah ini. Tentu yang demikian lebih jelek lagi. Inilah yang dimaksud
syirik dalam rububiyah.
2.1.1.3 Syirik Di Dalam Al Asma’ wa Ash Shifat
Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian
sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahwa ada makhluk
Allah yang mengetahui perkara-perkara ghaib.
Firman Allah Ta?ala :
(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.? (QS. Al Jin : 26)
2.1.2 JENIS SYIRIK
2.1.2.1 Syirik Akbar
Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan
orang yang bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di
dalam neraka.
Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada
selain Allah! Seperti :
memohon dan taat kepada selain Allah
bernadzar untuk selain Allah
takut kepada mayat, kuburan, jin, setan disertai keyakinan bahwa hal-hal
tersebut dapat memberi bahaya dan mudharat kepadanya
memohon perlindungan kepada selain Allah, seperti meminta perlindungan
kepada jin dan orang yang sudah mati
mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan kecuali oleh Allah
seperti meminta hujan kepada pawang, meminta penyembuhan kepada dukun
dengan keyakinan bahwa dukun itulah yang menyembuhkannya, mengaku
5
mengetahui perkara ghaib, menyembelih hewan kurban yang ditujukan untuk
selain Allah.
2.1.2.1.1 Macam-macam Syirik Besar
2.1.2.1.1.1 Syirik dalam berdoa
Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):
“Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa
meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada
mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat
memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)
2.1.2.1.1.2 Syirik dalam sifat Allah
Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara
ghaib. Allah Ta’ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang
terjemahannya):
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali dia sendiri.” (QS. Al-An’am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.
Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa
Allah, menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.
2.1.2.1.1.3 Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)
Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau
menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta’ala.
Mengenai hal ini Allah Ta’ala berfirman (yang terjemahannya):
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah,
6
adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah:
165).
Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta yang
mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan dan
kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya.
Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai
seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.
2.1.2.1.1.4 Syirik dalam ketaatan
Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya,
dalam mendurhakai Allah Ta’ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalal-kan apa
yang diharamkan Allah Ta’ala, atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.
Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang
terjemahannya) : Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka
sebagai Tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah: 31).
Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan
menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah
SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam
bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).
2.1.2.1.1.5 Syirik khauf (takut)
Jenis-jenis takut :
1. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, berupa
berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang
sudah mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat
kepada makhluk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang
terjemahannya): Janganlah kamu takut kepada mereka, takutlah kamu
kepada-Ku jika kamu benar-benar orang beriman.(QS. Ali Imran: 175).
7
2. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti:
Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan.
Takut seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik
kecil). Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda (yang
terjemahannya):
“Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!” Shahabat bertanya:
Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah
bersabda: “Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak
ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang
mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?”.
Ia menjawab: “Karena takut kepada manusia!”. Allah berkata: “Seharusnya
hanya kepadaKu saja engkau takut”. (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al
Khudry, Shahih).
3. Takut secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut
kepada binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak
termasuk syirik, hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa
takutnya sehingga dapat dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya.
2.1.2.1.1.6 Syirik hulul
Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu
Arabi (bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan
sebagian kaum Sufi yang ekstrem.
2.1.2.1.1.7 Syirik Tasharruf
Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam
mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada keyakinan
musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam
semesta.
8
2.1.2.1.1.8 Syirik Hakimiyah
Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang
betentangan dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang
undang tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan
zaman. Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan
memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika
meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.
2.1.2.1.1.9 Syirik tawakkal
Tawakkal ada tiga jenis:
Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh Allah saja.
Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika seseorang
menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka ia termasuk
Musyrik.
Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk. Tawakkal
jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab menyerahkannya
kepada makhluk termasuk syrik ashghar.
Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain dalam
perkara yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan
lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah seseorang
tetap bersandar kepada Allah Subhanahu wa Taala, meskipun urusan itu
diwakilkan kepada makhluk.
2.1.2.1.1.10 Syirik niat dan maksud
Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai
hal ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya
Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan
mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan
memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah
9
mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. (QS.
Hud: 15-16).
Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal
karena riya.
2.1.2.1.1.11 Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet
terhadap Berbagai Kejadian dan Kehidupan Manusia.
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang
terjemahannya): Allah berfirman: “Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman
kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami diberi hujan
dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir
terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena bintang ini dan
bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang”. (HR,
Bukhari).
Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi (ramalan bintang)
seperti yang banyak kita temui di koran dan majalah. Jika ia mempercayai adanya
pengaruh bintang dan planet-planet terse-but maka dia telah musyrik. Jika ia
membacanya sekedar untuk hiburan maka ia telah melakukan perbuatan maksiat dan
dosa. Sebab tidak dibolehkan mencari hiburan dengan membaca hal-hal syirik.
Disamping setan terkadang berhasil menggoda jiwa manusia sehingga ia percaya
kepada hal-hal syirik tersebut. Maka, membacanya termasuk sarana dan jalan
menuju kemusyrikan.
2.1.2.2 Syirik Ashghar
Yaitu setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh syara tetapi
tidak mengeluarkan dari agama. Ia merupakan dosa besar yang dapat mengantarkan
kepada syirik akbar.
10
2.1.2.2.1 Macam-macam syirik asghar:
2.1.2.2.1.1 Zhahir (nyata)
Berupa ucapan: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya):
“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat
syirik”. (HR. Ahmad, Shahih).
Dan sabda Nabi SAW yang lain (yang terjemahannya): “Janganlah kamu
berkata: Atas kehendak Allah dan kehendak Fulan. Tapi katakanlah: Atas kehendak
Allah , kemudian kehendak Fulan”. (HR. Ahmad, Shahih).
Berupa amalan, seperti: Memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai
pengusir atau penangkal mara bahaya, jika ia meyakini bahwa benda-benda tersebut
hanya sebagai sarana tertolak atau tertangkalnya bala. Namun bila dia meyakini
bahwa benda-benda itulah yang menolak dan menangkal bala, hal itu termasuk syirik
akbar. Imran bin Hushain radiallahu anhu menuturkan, bahwa Nabi SAW melihat
seorang laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka beliau bertanya (yang
terjemahannya): “Apakah ini?”.
Orang itu menjawab: Penangkal sakit. Nabi pun bersabda: “Lepaskan itu
karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika kamu mati
sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-
lamanya”. (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang bisa diterima).
Dan riwayat Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir dalam hadits marfu
(yang terjemahannya): Barang siapa menggantungkan tamimah, semoga Allah tidak
mengabul-kan keinginannya; dan barang siapa menggantungkan wadaah, semoga
Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya. Disebutkan dalam riwayat lain:
Barang siapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat syirik.(Tamimah
adalah sesuatu yang dikalungan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir
penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang dan lain
sebagainya. Wadaah adalah sejenis jimat).
11
2.1.3 BAHAYA SYIRIK
2.1.3.1 Syirik Ashghar (tidak mengeluarkan dari agama).
Merusak amal yang tercampur dengan syirik ashghar.
Dari Abu Hurairah radiallahu anhu marfu (yang terjemahannya): Allah
berfirman: “Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari kalian, barang siapa yang
melakukan suatu amalan yang dia menyekutukan-Ku padanya selain Aku,
maka Aku tinggalkan dia dan persekutuannya”. (Riwayat Muslim, kitab az-
Zuhud 2985, 46).
Terkena ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena salaf menggunakan
setiap dalil yang berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik ashghar. (Lihat
al-Madkhal, hal 124).
Termasuk dosa besar yang terbesar.
2.1.3.2 Syirik Akbar
Kezhaliman terbesar.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya syirik itu
kezhaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13).
Menghancurkan seluruh amal.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya jika engkau
berbuat syirik, niscaya hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk
orang yang rugi”. (QS. Az-Zumar: 65).
Jika meninggal dalam keadaan syirik, maka tidak akan diampuni oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya):Sesungguhnya, Allah tidak akan
mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni selain itu (syirik)
bagi siapa yang (Dia) kehendaki. (QS. An-Nisa: 48, 116).
Pelakunya diharamkan masuk surga.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya barang siapa
menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya dan
tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang
penolong pun”. (QS. Al-Maidah: 72).
Kekal di dalam neraka.
12
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya orang kafir,
yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam,
mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS.
Al-Bayyinah: 6).
Syirik adalah dosa paling besar.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia
mengampuni dosa yang selain dari syirik itu. Bagi siapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa: 116).
Perkara pertama yang diharamkan oleh Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang terjemahannya): “Katakanlah:
Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun ter-sembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa
alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu
yang Allah tidak menu-runkan hujjah untuk itu dan (meng-haram-kan)
mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-
Araaf: 33).
Dosa pertama yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lihat
Quran surah Al-Anaam: 151.
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi
rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar” Demikian itu
yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). ( Qs. Al-Anam)
Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya.
Allah Ta’ala berfirman (yang terjemahannya): “Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis”. (QS. At-Taubah: 28).
13
2.1.4 Sumber
Kitab Tauhid (terjemah) Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Dosa-Dosa yang Dianggap Biasa (terjemah), Syaikh Muhammad bin Shalih
al Munajjid.
Majalah As-Sunnah 09/IV/1421/2000.
2.1.5 Alasan Memilih Jurnal
Jurnal ini dipilih karena menurut pendapat saya kondisi masyarakat di
Indonesia sendiri masih mencerminkan syirik, pada kasus yang nyata adalah
kehadiran ponari dan batu petir ajaib nya yang sanggup menyembuhkan segala
jenis penyakit, kondisi ini sangat mengkhawatirkan, mengingat satu-satu nya
yang sanggup menghilangkan penyakit adalah Allah SWT. Ditambah lagi
partisipasi masyarakat terhadap hal-hal seperti ponari sangat tinggi, mereka
berbondong-bondong dan rela mengantri untuk mendapatkan celupan batu dan
jari-jemari ponari, sungguh kondisi yang memprihatinkan.
2.1.6 Inti Isi Jurnal
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang
merupakan hak istimewa-Nya. Hak istimewa Allah seperti: Ibadah, mencipta,
mengatur, memberi manfaat dan mudharat, membuat hukum dan syariat dan
lain-lainnya.
Syirik adalah mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam hal–hal yang
merupakan kekhususan bagi Allah. Kekhususan Allah meliputi tiga hal
rububiyah, uluhiyah, dan asma’ dan sifat.
Syirik ada beberapa jenis, dan semuanya adalah sikap yang dibenci dan
dimurkai oleh Allah SWT.
Syirik dapat merusak setiap amal perbuatan yang sudah kita lakukan dan
dapat mengurung manusia kedalam panasnya api neraka.
2.1.7 Manfaat Isi Jurnal Bagi Perubahan Akhlak Mahasiswa dan Masyarakat
14
1. Memperbaiki paham masyarakat tentang segala hal yang berhubungan
dengan sesuatu yang ghaib,
2. Memberikan penjelasan mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat
dikategorikan sebagai tindakan syirik,
3. Menjelaskan bahwa hanya kepada Allah SWT kita memohon dan meminta
pertolongan.
4. Meluruskan apa yang selama ini terjadi di Indonesia, karena hanya orang
bodohlah yang meminta kesembuhan dengan air “kobokan” dan metode yang
diluar nalar lainnya.
2.1.8 Kesimpulan dan Saran
2.1.8.1 Kesimpulan
1 Syirik adalah sifat yang dimurkai Allah SWT,
2 Syirik dapat menjatuhkan kita kedalam api neraka untuk selamanya,
3 Masyarakat Indonesia kebanyakan masih memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai syirik,
4 Segala sesuatunya adalah tidak lain kehendak Allah SWT sehingga manusia
dilarang meminta atau memohon selain kepada Allah SWT,
5 Syirik dapat merusak segala amal perbuatan manusia,
6 Syirik adalah sifat yang harus dihindari setiap orang yang hidup didunia
mengingat dampak yang berakibat fatal kepada manusia yang memilikinya.
7 Segala yang akan kita perbuat sebaiknya didasari dengan niat untuk Allah
SWT untuk menghindari sifat syirik.
2.1.8.2 Saran
Sebaiknya segala perbuatan yang akan kita lakukan diawali dengan niat karena
Allah SWT, bukan yang lainnya. Karena hanya kepada Allah SWT kita memohon
dan meminta pengampunan-Nya. Dengan begitu Insya Allah sifat syirik tidak akan
meracuni hati kita. Terlebih lagi syirik adalah sifat yang sangat dimurkai Allah SWT
yang dapat merusak segala amal perbuatan kita dan mengurung kita di dalam
panasnya api Neraka
15
2.2 Sikap Egois Dalam Diri Anak Adam
Oleh Zakir Hubulo
Disadari atau tidak, bahwa egoisme manusia sangatlah terkait dengan
keimanannya. Egoisme atau kecintaan manusia terhadap dirinya, tidak jarang dapat
menguasai kepribadian seseorang. Bahkan mungkin sering kita lihat dalam
kehidupan, betapa manusia asyik berjuang memenangkan ego masing-masing.
Egoisme dipastikan akan memunculkan persaingan yang pada gilirannya
akan memunculkan saling berselisih antara satu dengan lainnya di dalam memenuhi
kepentingan yang menjadi ego masing-masing. Bahkan tidak jarang, dalam upaya
persaingan dalam memenuhi ego memanfaatkan sebagian orang dengan
menghalalkan segala macam cara, baik dalam bentuk kolusi, korupsi, nepotisme,
pencurian, perampokan, dan lain sebagainya.
Sudah sejak awal Allah SWT memperingatkan kepada kita apa yang telah
terjadi pada manusia pertama, Adam. Kisah Adam dan Hawa, mengantarkan kita ke
dalam keyakinan bahwa tidak mungkin kita meragukan keimanan Adam dan Hawa.
Bagaimana mungkin kita bisa meragukan keimanan keduanya, karena mereka berdua
langsung berjumpa dan berdialog dengan Allah.
Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa keimanan Adam dan Hawa harus
gugur dengan mengikuti godaan Iblis untuk melanggar satu aturan Allah, yaitu
memakan buah Khuldi. Bila saja kita simak secara seksama, ternyata kalahnya
keimanan Adam dan Hawa ini setelah Iblis berhasil mengetahui titik lemah manusia
yang lalu Iblis bisikkan pikiran jahatnya dengan menyatakan, "Hai Adam, maukah
kamu saya tunjukkan sebuah pohon Khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa"
(Thaahaa, 20 : 120).
Pada satu sisi Allah mengingatkan kepada Adam dan Hawa, sekaligus
menekankan bahwa keduanya dilarang memakan buah tersebut, bahkan jangankan
untuk memakannya, mendekatinya pun dilarang. Allah SWT berfirman: “Janganlah
kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim’ (Al Baqarah,
2:35).
16
Sementara Iblis menyatakan, maukah kamu aku “tunjukkan” sebuah pohon.
Pohon yang hakikatnya Allah SWT nyatakan kepada Adam dan Hawa agar mereka
berdua tidak mendekatinya, apalagi memakan buahnya.
Ini yang sebenarnya harus menjadi “Tazkirah” (peringatan), di satu sisi Allah
melarang, tapi di sisi yang lain Iblis malah berusaha “menunjukkan” pohon itu.
Masalahnya kemudian mengapa keimanan Adam dan Hawa tiba-tiba menjadi lemah
untuk kemudian keduanya melanggar aturan Allah dengan memakan buah terlarang
tersebut?
Di sinilah titik lemah manusia yang kemudian diketahui Iblis, di mana Iblis
menyatakan, maukah saya tunjukkan kamu sebuah pohon yang kalau kamu makan
buahnya maka kamu akan mendapatkan "dua" perkara. Yang pertama,
“Khuld”(kekal). Yang kedua, mendapatkan kerajaan atau kekayaan yang berlimpah
ruah.
Dengan kata lain Iblis berusaha memperdaya Adam dan Hawa dengan
meyakinkan mereka berdua, bahwasanya Allah melarang memakan buah itu tidak
lain karena Allah takut tersaingi, jika karena kalian memakan buah tersebut maka
kalian akan sama-sama kekal dan sama akan punya kekuasaan. Dua hal inilah, yakni
mengharapkan “Kekekalan” kekuasaan dan harta yang berlimpah ruah yang telah
mengantarkan runtuhnya keimanan Adam dan Hawa, keimanan dua insan yang
langsung berjumpa dan berdialog dengan Allah SWT.
Satu pelajaran yang luar biasa sangat berharga bagi kita anak cucu Adam,
bahwa kalau kita lihat keberhasilan Iblis menyesatkan manusia terbanyak dari dua
sisi ini. Yakni dari sisi kekuasaan dan ingin hidup kekal lalu berusaha untuk bisa
melanggengkan kekuasaan dan lain sebagainya. Kekal tidak hanya dari segi umur,
tetapi dari sisi jabatan, kedudukan, dan lain sebagainya. Dari sisi inilah peluang Iblis
untuk menggoda dan menyesatkan manusia.
Allah SWT mengingatkan, hanya keimananlah sebenarnya yang bisa
mengendalikan kecenderungan tersebut. Dalam Islam seseorang tidak diperintahkan
untuk mematikan kecenderungan hawa nafsunya sepanjang dalam memenuhinya
masih dalam aturan yang benar menurut Allah SWT.
17
Tidak salah kalau seseorang ingin kaya, punya ambisi kedudukan, jabatan
dan lain-lain sepanjang bisa ditempuh dengan jalan yang diridhai-Nya. Yang tidak
dimungkinkan dalam Islam adalah, bila dalam memenuhi keinginannya ia tempuh
dengan menghalalkan segala macam cara dengan melanggar aturan dan hukum-Nya.
Ada sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ummu Salmah, istri Rasulullah
SAW, tentang bagaimana keimanan itu bisa mengendalikan ego seseorang.
Dikisahkan ada dua orang laki-laki, mereka bertengkar memperebutkan harta waris,
masing-masing tidak memiliki bukti kepemilikan harta yang diperebutkan itu. Lantas
keduanya menghadap Rasulullah SAW untuk meminta keputusan Beliau.
Rasulullah SAW kepada mereka berdua menyatakan: Saya ini hanyalah
seorang manusia, sementara kalian mencoba meminta penyelesaian proses hukum ini
kepada saya, padahal boleh jadi seseorang di antara kalian akan mampu dengan
dalil-dalil dan pendekatannya meyakinkan kepada saya bahwa dialah yang paling
benar, sehingga saya bisa memutuskan bahwa itu milik dia, padahal itu belum tentu
benar. Kalau itu yang terjadi maka berarti saya telah memberikan kepada dia peluang
untuk menyiapkan bara api neraka jahnnam sepenuh perut dia. "Mereka yang
memakan harta anak yatim dengan cara yang zalim maka sama dengan dia telah
menyiapkan bara api sepenuh perutnya" (An Nissa’, 4 : 10).
Mendengar pernyataan Rasulullah SAW ini, maka kedua laki-laki tadi
kemudian masing-masing mengatakan kepada yang lain, kalau memang itu adalah
hak saya, maka saya ikhlas untukmu, silakan ambil. Yang satu seperti itu yang lain
pun demikian. Akhirnya mereka sama-sama tidak mau mengambil haknya. (HR.
Sunan Abu Daud).
Seperti inilah jika keimanan yang menjadi pijakan hidup seseorang. Ada
kisah lain yang serupa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi SAW pernah
mengisahkan kepada para sahabat tentang dua orang mu’min yang satu menjual
tanah kepada yang lain. Usai proses pembelian, si pembeli kembali lagi dengan
membawa satu kotak peti berisi emas dengan mengatakan; Setelah saya membeli
tanah kebetulan saya menggali tanah itu kutemukan satu kotak peti berisi Emas.
Karena saya hanya membeli dan membayar harga tanah, berarti tidak termasuk emas
yang ada di dalam peti ini. Maka dari itu saya kembalikan kotak peti berisi emas ini.
18
Si penjual tanah tidak mau menerima dengan mengatakan, saya sudah
menjual tanah dengan segala yang ada di dalamnya. Akhirnya, keduanya sepakat
untuk menemui seseorang untuk meminta keputusan. Maka berkatalah orang yang
dipercayakan oleh kedua orang itu, adakah kalian berdua punya anak ? Yang satu
menyatakan, saya punya anak laki-laki. Yang satunya lagi, saya punya anak perem-
puan. Lebih lanjut, seseorang yang dipercaya itu mengatakan, kalau begitu nikahkan
saja anak kalian berdua dan emas itu untuk modal anak kalian berdua. Maka barulah
keduanya sepakat.
Alangkah luar biasa dampak keimanan dalam mengendalikan egoisme
manusia. Dan alangkah indahnya hidup dan kehidupan ini jika masing-masing
manusia memiliki keimanan yang kuat sehingga dia mampu mengendalikan
kecenderungan “ego” yang ada dalam dirinya sekaligus mementahkan bisikan Iblis
yang menyesatkan. Wallahu a’lam bish-shawab
2.2.1 Sumber
www.mayaspib.blogspot.com
2.2.2 Alasan Memilih Jurnal
Jurnal ini dipilih karena menurut pendapat saya pada era globalisasi ini,
masyarakat dan mahasiswa banyak yang menganut western life, yang menganut
kebebasan individu dan mengesampingkan kepentingan kelompok. Padahal
Islam adalah agama yang sangat khas dengan istilah jamaah, dan dalam Islam
sendiri ketika beribadah dalam masjid, tidak ada kategori pangkat, semua umat
Islam dalam posisi yang sama dalam shaf shaf shalat, sehingga penting sekali
memberikan penjelasan mengenai “ego” seseorang.
2.2.3 Inti Isi Jurnal
Egoisme atau kecintaan manusia terhadap dirinya, tidak jarang dapat
menguasai kepribadian seseorang. Bahkan mungkin sering kita lihat dalam
kehidupan, betapa manusia asyik berjuang memenangkan ego masing-masing.
Egoisme dipastikan akan memunculkan persaingan yang pada gilirannya
akan memunculkan saling berselisih antara satu dengan lainnya di dalam
memenuhi kepentingan yang menjadi ego masing-masing.
Tidak salah kalau seseorang ingin kaya, punya ambisi kedudukan, jabatan
dan lain-lain sepanjang bisa ditempuh dengan jalan yang diridhai-Nya. Yang
19
tidak dimungkinkan dalam Islam adalah, bila dalam memenuhi keinginannya ia
tempuh dengan menghalalkan segala macam cara dengan melanggar aturan dan
hukum-Nya.
Alangkah luar biasa dampak keimanan dalam mengendalikan egoisme
manusia. Dan alangkah indahnya hidup dan kehidupan ini jika masing-masing
manusia memiliki keimanan yang kuat sehingga dia mampu mengendalikan
kecenderungan “ego” yang ada dalam dirinya sekaligus mementahkan bisikan
Iblis yang menyesatkan.
2.2.4 Manfaat Isi Jurnal Bagi Perubahan Akhlak Mahasiswa dan Masyarakat
1. Mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi masyarakat,
2. Memberikan penjelasan mengenai dampak dari keegoisan seseorang,
3. Menjelaskan bahwa sekaya atau pun sehebanya manusia itu hanya
pemberian dari Allah SWT dan dimata-Nya manusia sangat kecil.
4. Meningkatkan gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat,
5. Mengendalikan setiap ego manusia karena setiap manusia pasti memiliki
ego nya tersendiri, karena itu harus dikendalikan dengan iman.
2.2.5 Kesimpulan dan Saran
2.2.5.1 Kesimpulan
1 Egois adalah sifat yang dimurkai Allah SWT,
2 Egois dapat menjatuhkan kita kedalam api neraka,
3 Di era globalisasi ini, gaya hidup western life yang mengesampingkan
kepentingan kelompok lebih banyak dipilih, karena itu perlu adanya
pengendalian sikap egois dengan iman
4 Segala sesuatunya yang kita miliki adalah pemberian Allah SWT jadi tidak
sepantasnya kita menyombongkan diri dengan apa yang kita miliki karena itu
semua adalah milik Allah SWT,
5 Egois dapat merusak tali persaudaraan dan tali silaturahmi, karena orang
yang memiliki sikap ini hanya memikirkan diri sendiri,
6 Setiap muslim boleh saja menginginkan kekayaan, jabatan, dan lain lain
sepanjang hal-hal tersebut ditempuh dengan jalan yang diridhoi-Nya.
20
2.2.5.2 Saran
Sebaiknya segala hal yang kita miliki harus disyukuri dan janganlah lupa
bahwa setiap hal yang kita miliki termasuk umur kita adalah milik Allah SWT.
Tidak salah jika seseorang ingin kaya, punya ambisi kedudukan, jabatan dan
lain-lain sepanjang bisa ditempuh dengan jalan yang diridhai-Nya. Tapi tetap
harus mengendalikan ego dengan iman.
21
2.3 Riya’ dalam ibadah
Desember 7, 2006 pada 11:48 am (Aqidah, Aqidah Islam, Aqidah
Muslim, Iman, Islam, Muslim, Religius, Tauhid, www.mediamuslim.info)
MediaMuslim.Info – Di antara syarat diterimanya amal shalih adalah bersih
dari riya’ dan sesuai dengan sunnah. Orang yang melakukan ibadah dengan maksud
agar dilihat orang lain maka ia telah terjerumus pada perbuatan syirik kecil, dan
amalnya menjadi sia-sia belaka. Misalnya shalat agar dilihat orang lain atau
membaca Al Qur’an agar dipuji oleh orang yang mendengarkannya dan banyak lagi
contoh sederhana yang sering dilalaikan
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang-
orang munafik itu menipu Alloh, dan Alloh akan membalas tipuan mereka. Dan apa
bila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud
riya’ (dengan shalat) di hadapan Allah. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali”. (QS: An Nisaa: 142)Demikian juga jika ia melakukan suatu amalan
dengan tujuan agar diberitakan dan didengar oleh orang lain, ia termasuk syirik kecil.
Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam memberi peringatan kepada mereka dalam
hadits yang di riwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu, yang artinya:
“Barangsiapa melakukan perbuatan sum’ah, niscaya Allah akan menyebarkan aibnya
dan barang siapa melakukan perbuatan riya’ niscaya Allah akan menyebarkan
aibnya”. (HR: Muslim: 4/2289)
Barangsiapa melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena
mengharap pujian manusia di samping ridha Alloh Subhanahu wa Ta’ala maka
amalannya menjadi sia-sia belaka, seperti disebutkan dalam hadits qudsi, yang
artinya: “ku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik,
barangsiapa melakukan suatu amal dengan dicampuri perbuatan syirik kepadaKu,
niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak aku terima) amal syiriknya”. (HR: Muslim.
Hadits no: 2985)
Barangsiapa melakukan suatu amal shalih, tiba-tiba terdetik dalam hatinya
perasaan riya’, tetapi ia membenci perasaan tersebut berusaha melawan dan
menyingkirkannya maka amalannya tetap sah. Berbeda halnya jika ia hanya diam
dengan timbulnya perasaan riya’ tersebut, tidak berusaha menyingkirkan bahkan
22
malah menikmatinya maka menurut sebagian besar ulama, amal yang dilakukannya
menjadi batal dan sia-sia.
2.3.1 Sumber
Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa, Oleh Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid
2.3.2 Alasan Memilih Jurnal
Jurnal ini dipilih karena dikehidupan sehari-hari, ada beberapa orang yang
secara tidak sadar memiliki sifat ini, terutama teman-teman yang sedang jatuh
cinta, sering kali saya lihat ketika dikampus dia selalu mengajak teman lain
untuk shalat jamaah, tetapi saat dikos dia bahkan tidak melaksanakan shalt
shubuh. Apalagi sifat semacam itu adalah perbuatan buruk yang tidak disukai
Allah SWT, sehingga penting dan perlu untuk diingatkan.
2.3.3 Inti Isi Jurnal
Di antara syarat diterimanya amal shalih adalah bersih dari riya’ dan sesuai
dengan sunnah. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan Alloh akan
membalas tipuan mereka. Dan apa bila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan
Allah. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS: An
Nisaa: 142)
Demikian juga jika ia melakukan suatu amalan dengan tujuan agar
diberitakan dan didengar oleh orang lain, ia termasuk syirik kecil.
Barangsiapa melakukan suatu amal shalih, tiba-tiba terdetik dalam hatinya
perasaan riya’, tetapi ia membenci perasaan tersebut berusaha melawan dan
menyingkirkannya maka amalannya tetap sah.
2.3.4 Manfaat Isi Jurnal Bagi Perubahan Akhlak Mahasiswa dan Masyarakat
1. Memberikan penjelasan mengenai riya’,
2. Menjelaskan bahwa segala perbuatan yang didasari pada sifat riya’ hanya
akan berujung dosa.
3. Meningkatkan keikhlasan umat muslim dalam beribadah kepada Allah
SWT,
23
4. Mengendalikan sikap riya’ yang dapat muncul tiba-tiba.
5. Menjelaskan bahwa Allah mengetahui setiap niat yang mendasari setiap
tindakan kita jadi harus didasari dengan keikhlasan.
2.3.5 Kesimpulan dan Saran
2.3.5.1 Kesimpulan
1 Riya’ adalah sifat yang dimurkai Allah SWT,
2 Riya’ dapat menjatuhkan kita kedalam api neraka,
3 Segala perbuatan dan amal kita bisa rusak dan berujung pada dosa jika
didasari dengan niat untuk Riya’ bukan karena Allah SWT,
4 Riya’ juga dapat merusak rasa ikhlas kita ketika beribadah pada-Nya,
2.3.5.2 Saran
Sebaiknya segala hal yang akan kita lakukan didasari dengan niat kepada Allah
SWT bukan untuk dilihat oleh orang lain. Barangsiapa melakukan suatu amal shalih,
tiba-tiba terdetik dalam hatinya perasaan riya’, tetapi ia membenci perasaan tersebut
berusaha melawan dan menyingkirkannya maka amalannya tetap sah.
24
DAFTAR PUSTAKA
Kitab Tauhid (terjemah) Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Dosa-Dosa yang Dianggap Biasa (terjemah), Syaikh Muhammad bin Shalih
al Munajjid.
Majalah As-Sunnah 09/IV/1421/2000.
www.mayaspib.blogspot.com
Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa, Oleh Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al
Munajjid
25