MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
POKOK BAHASAN PERKALIAN MELALUI METODE
JARIMATIKA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU
KELAS IV SDLB (Penelitian Tindakan Kelas di SLB Flora Indonesia Jakarta Selatan)
AGUNG SYAHRIAL NUGROHO
1335125428
PENDIDIKAN LUAR BIASA
SKRIPSI
Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN PENGESAHAN
PANITIA UJIAN SIDANG SKRIPSI
Judul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK
BAHASAN PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA
PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS IV SDLB (Penelitian
Tindakan Kelas di SLB Flora Indonesia Jakarta Selatan)
Nama Mahasiswa : Agung Syahrial Nugroho
Nomor Registrasi : 1335125428
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Tanggal Ujian : 20 Januari 2016
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra. Etty Hasmayati, M.Pd Dra. Irah Kasirah, M.Pd NIP. 19561015 198203 2 002 NIP. 19660104 199303 2 001
Panitia Ujian/Sidang Skripsi
Nama Tandatangan Tanggal
Dr. Sofia Hartati, M.Si
(Penanggung Jawab)
Dr. Gantina Komalasari
(Wakil Penanggung Jawab)
Dr. Indina Tarjiah, M.Pd
(Ketua Penguji)
Dr. Murni Winarsih, M.Pd
(Anggota)
Dr. Ishak G. Bachtiar, M.Pd
(Anggota)
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA PESERTA DIDIK
TUNARUNGU KELAS IV SDLB
(Penelitian Tindakan Kelas di SLB Flora Indonesia Jakarta Selatan)
(2016)
Agung Syahrial Nugroho
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 melalui metode jarimatika pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan selama satu semester pada bulan Juli sampai Desember 2015. Subjek penelitian ini adalah lima peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang dilakukan selama dua siklus. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan tes tertulis, dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan berdasarkan presentase nilai rata-rata seluruh peserta didik sebelum diberikan tindakan sebesar 36%, kemudian meningkat menjadi 54% pada siklus I, dan 96% pada siklus II. Hasil penelitian ini sudah melampaui target yang diharapkan peneliti sebesar 60%. Kesimpulannya, penggunaan metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia Jakarta Selatan. Guru diharapkan dapat menggunakan metode jarimatika untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika pada pembahasan berikutnya.
Kata kunci: Hasil Belajar Matematika, Jarimatika, Tunarungu
INCREASING THE RESULT OF LEARNING MATH MULTIPLICATION SUBJECT WITH ARITHMETIC FINGER METHOD TOWARDS 4th GRADE
STUDENTS WITH HEARING IMPAIRMENT OF SPECIAL NEEDS PRIMARY SCHOOL
(Classroom Action Research at Flora Indonesia Special Needs School South Jakarta)
(2016)
Agung Syahrial Nugroho
ABSTRACT
This research aims to increase the result of learning math multiplication subject 7-9 through arithmetic finger method towards the 4th grade students with hearing impairment at Flora Indonesia Special Needs School. The research was conducted during one semester in July until December 2015. The research subject is five 4th grade students with hearing impairment of Flora Indonesia Special Needs School. The research method is classroom action research with Kemmis and Mc. Taggart research model, performed in two cycles. The research data collection is through written test and observation sheet. The result showed an increase based on a percentage of the average value of all students before giving the action by 36%, then increased to be 54% in the first cycle, and 96% in the second cycle. The result of this research already exceeded the target that expected researcher is 60%. Conclution, the use of arithmetic finger method can increase the result of learning math multiplication subject 7-9 on 4th grade students with hearing impairment at Flora Indonesia Special Needs School South Jakarta. Expected teachers can use arithmetic finger method to enhance the learning of the next subject mathematics.
Key words: The Result of Learning Math, Arithmetic Finger Method, Hearing Impairment
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertandatangan di bawah ini, mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta:
Nama : Agung Syahrial Nugroho
Nomor Registrasi : 1335125428
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul “Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Perkalian Melalui Metode
Jarimatika Pada Peserta Didik Tunarungu Kelas IV SDLB (Penelitian
Tindakan Kelas di SLB Flora Indonesia Jakarta Selatan)” adalah:
1. Dibuat dan diselesaikan oleh saya sendiri berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil penelitian pada bulan Agustus-Desember 2015.
2. Bukan merupakan duplikasi skripsi yang pernah dibuat oleh orang lain
atau jiplakan karya tulis orang lain dan bukan terjemahan karya tulis
orang lain.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
menanggung segala akibat yang terjadi jika pernyataan saya tidak benar.
Jakarta, 14 Desember 2015
Yang Membuat Pernyataan
Agung Syahrial Nugroho
LEMBAR PERSEMBAHAN
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari
depan dan belankangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah mmenghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.
(Q.S Ar-Ra’d : 11)
Terimakasih ya Allah atas segala nikmat dan rezeki yang telah kau berikan
kepada hambamu ini, terimakasih telah mengirimkanku malaikat yang selalu
senantiasa menjagaku atas perintahmu.
Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orangtuaku Bapak Sumardi dan Ibu
Sri Wahyuni yang selalu ada dan selalu mendukungku dalam hal apapun.
Terimakasih telah menghadirkanku di setiap doa-doamu. Mungkin skripsi ini
belum sebanding dengan segala jerih payahmu yang telah membesarkanku
hingga detik ini, tapi aku akan selalu berusaha untuk terus membahagiakanmu.
Selalu doakan aku supaya aku benar-benar bisa membahagiakanmu.
Terimakasih juga ku ucapkan kepada kedua saudara perempuanku Endah dan
Nadya yang selalu menghiburku ketika aku sedang galau karena skripsi ini.
Tak lupa ku ucapkan terimakasih kepada seluruh teman-temanku yang telah
mendukungku dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih juga karena telah
memberikanku banyak pelajaran tentang arti kehidupan. Terimakasih kepada
Alayikat (fikri,arsi,kiki,zakiyyah,irfan), TR (meilda,pia,danang,unyil,acil,farin),
Aray (bagus,pipeh,novi,budi), Apiyufi (pika,yudi,fikri), UKO team, BEMJ PLB
2014/2015, SEGA team (hendra,satryo,puthi,chesa), SOS team, komunitas
BRAVO for Disabilities, seluruh mahasiswa/i PLB angkatan 2012, serta kakak-
kakak dan adik-adik tingkatku yang selalu membuatku semangat.
Sebaik-baiknnya aku adalah lebih baik kamu yang telah membuatku baik.
Terimakasih, karena telah menjadikanku lebih baik
–Panji Ramdana-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kuasa-Nya kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman yang gelap gulita ke zaman yang terang benderang.
Peneliti menyadari dalam penyelesaian skripsi ini bukan hasil kerja peneliti sendiri. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Pertama, kepada Dra. Etty Hasmayati, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Dra. Irah Kasirah, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kedua, kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta Dr. Sofia Hartati, M.Si dan Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Univeritas Negeri Jakarta Dr. Gantina Komalasari, M.Psi.
Ketiga, kepada Dr. Indina Tarjiah, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa dan seluruh dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan berbagai ilmunya kepada peneliti selama mengikuti kegiatan perkuliahan.
Keempat, peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada kepala sekolah dan rekan-rekan guru SLB Flora Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
Lebih khsusnya lagi adalah untuk orang tua tercinta serta teman-teman peneliti yang telah medukung dan mendoakan peneliti untuk dapat menyelesaikan studi.
Peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang membacanya.
Jakarta, 14 Desember 2015 Peneliti,
ASN
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ................................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................. 7
E. Kegunaan Hasil Penelitian ........................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................. 10
A. Hakikat Belajar .......................................................................... 10
1. Pengertian Belajar ............................................................... 10
2. Pengertian Hasil Belajar ...................................................... 13
B. Hakikat Matematika .................................................................. 16
Halaman
1. Pengertian Matematika ........................................................ 16
2. Pengertian Perkalian ............................................................ 18
C. Hakikat Tunarungu .................................................................... 20
1. Pengertian Tunarungu ......................................................... 20
2. Klasifikasi Tunarungu ........................................................... 23
3. Karakteristik Tunarungu ....................................................... 26
D. Hakikat Metode Jarimatika ........................................................ 30
1. Sejarah Metode Jarimatika .................................................. 30
2. Pengertian Metode Jarimatika ............................................. 31
3. Kelebihan Metode Jarimatika ............................................... 33
4. Kelemahan Metode Jarimatika ............................................ 35
5. Cara Penggunaan Metode Jarimatika .................................. 35
E. Hubungan Keterbatasan Tunarungu dan Penggunaan
Metode Jarimatika ..................................................................... 47
F. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 47
G. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan ................ 50
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 52
A. Tujuan Penelitian ...................................................................... 52
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 52
C. Metode dan Desain Penelitian .................................................. 53
D. Subjek dan Partisipan dalam Penelitian .................................... 56
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ............................... 56
F. Tahap Intervensi Tindakan ....................................................... 57
G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan .............................. 59
H. Data dan Sumber Data ............................................................. 60
I. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian .................................. 61
J. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 62
Halaman
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data .................................. 63
L. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Data ............................... 64
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL
ANALISIS, DAN PEMBAHASAN .............................................. 66
A. Deskripsi Data .......................................................................... 66
B. Analisis Data ............................................................................ 125
C. Hasil Penelitian ........................................................................ 137
D. Interpretasi Hasil Analisis ......................................................... 138
E. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 141
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................... 143
A. Kesimpulan .............................................................................. 143
B. Implikasi ................................................................................... 145
C. Saran ....................................................................................... 146
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 148
LAMPIRAN ............................................................................................... 152
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 49
Tabel 3.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I ................................................ 58
Tabel 3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ............................................... 59
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen kemampuan mengoperasikan perkalian .... 62
Tabel 4.1 Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Awal .............................. 69
Tabel 4.2 Analisis Data Hasil Tes Akhir Siklus I ...................................... 97
Tabel 4.3 Presentase Tes Kemampuan Awal dan Tes Siklus I ............... 97
Tabel 4.4 Analisis Data Hasil Tes Akhir Siklus II ..................................... 119
Tabel 4.5 Presentase Tes Kemampuan Awal, Tes Siklus I, dan Tes
Siklus II .................................................................................... 119
Tabel 4.6 Presentase Hasil Tes Kemampuan Awal, Tes Siklus I, dan
Tes Siklus II ............................................................................. 126
Tabel 4.7 Perbandingan Persentase Kemampuan Awal dan SIklus I ...... 139
Tabel 4.8 Perbandingan Persentase Kemampuan Awal dan Siklus II ..... 140
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Konsep Lambang Bilangan pada Jarimatika ...................... 36
Gambar 2.2 Konsep Puluhan dan Satuan pada Jarimatika .................... 37
Gambar 2.3 Lambang Bilangan 7 ........................................................... 38
Gambar 2.4 Lambang Bilangan 8 ........................................................... 38
Gambar 2.5 Nilai Puluhan dan Satuan pada Bilangan 7 & 8 .................. 39
Gambar 2.6 Contoh Perkalian 7 x 8 pada Jarimatika ............................. 40
Gambar 2.7 Nilai Puluhan dan Satuan pada Bilangan 8 & 8 .................. 42
Gambar 2.8 Contoh Perkalian 8 x 8 pada Jarimatika ............................. 43
Gambar 2.9 Lambang Bilangan 9 ........................................................... 44
Gambar 2.10 Nilai Puluhan dan Satuan pada Bilangan 9 & 8 .................. 44
Gambar 2.11 Contoh Perkalian 9 x 8 pada Jarimatika ............................. 46
Gambar 3.1 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart ............................... 54
Gambar 4.1 Grafik Nilai Tes Kemampuan Awal ..................................... 71
Gambar 4.2 Guru menjelaskan lambang bilangan pada jarimatika ........ 75
Gambar 4.3 Guru melakukan evaluasi dengan memberi pertanyaan
secara lisan kepada peserta didik AK ................................ 81
Gambar 4.4 Peserta didik ZF mencoba menjawab soal yang diberikan
guru .................................................................................... 86
Halaman
Gambar 4.5 Guru memberikan reward kepada peserta didik yang
dapat menjawab dengan benar .......................................... 90
Gambar 4.6 Peserta didik UM menjawab soal yang diberikan guru
dengan mengerjakannya di papan tulis .............................. 95
Gambar 4.7 Grafik Peninngkatan Hasil Belajar Perkalian Siklus I ......... 101
Gambar 4.8 Peserta didik AB menjawab soal yang diberikan guru ....... 107
Gambar 4.9 Guru memperhatikan kinerja peserta didik AY .................. 111
Gambar 4.10 Seluruh peserta didik memperhatikan penjelasan guru ..... 115
Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Perkalian Siklus II .......... 123
Gambar 4.12 Grafik Nilai Tes Kemampuan Awal, Tes Siklus I, dan Tes
Siklus II .............................................................................. 133
Gambar 4.13 Grafik Presentase Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan Awal,
Tes Siklus I, dan Tes Siklus II ............................................ 136
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Kemampuan Mengoperasikan Perkalian .......... 152
Lampiran 2 Butir Soal Operasi Hitung Perkalian ................................... 153
Lampiran 3 Lembar Observasi Proses Belajar ..................................... 154
Lampiran 4 Lembar Penilaian Proses Belajar Setiap Individu .............. 156
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ..................... 157
Lampiran 6 Hasil Observasi Proses Pembelajaran ............................... 191
Lampiran 7 Hasil Penilaian Proses Belajar Setiap Individu .................. 219
Lampiran 8 Daftar Hadir Peserta Didik Selama Pemberian Tindakan .. 227
Lampiran 9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ......................................... 228
Lampiran 10 Foto Dokumentasi .............................................................. 229
Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................... 230
Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian .............................................. 231
Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup ......................................................... 232
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat
mengembangkan kemampuan dirinya melalui proses pembelajaran.
Tujuan dari pendidikan pada umumnya untuk menyediakan lingkungan
yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat secara optimal. Sebuah
pelaksanaan pendidikan, perlu adanya keseimbangan antara kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan tujuan dari
pendidikan yang harus dicapai. Dalam ranah kognitif, pengetahuan
peserta didik dilatih untuk dapat menguasai berbagai matapelajaran
dengan cara membaca, menulis, dan berhitung. Ketiga hal tersebut
merupakan modal awal bagi peserta didik untuk dapat menguasai
pelajaran tertentu. Contohnya dalam kegiatan berhitung, peserta didik
yang gemar dalam berhitung akan dapat menguasai matapelajaran
matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat
penting untuk dikuasai oleh peserta didik, karena dalam pembelajaran
matematika, peserta didik akan mempelajari konsep-konsep dasar
matematika sampai dengan konsep yang lebih sulit yang akan berguna
pada kehidupan sehari-hari peserta didik tersebut. Matematika bertujuan
agar peserta didik dapat berfikir secara sistematis, logis, berpikir kritis,
dan kreatif. Fokus utama pembelajaran matematika terdapat pada
problem solving karena dalam problem solving ini memberikan konteks
dimana langkah dan keterampilan dalam menyelesaikan suatu masalah
dipelajari. Dalam berhitung, terdapat empat konsep dasar yang terdiri dari
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Berdasarkan
konsep berhitung di atas, peneliti hanya akan membahas salah satu dari
empat konsep dasar tersebut yaitu perkalian.
Kemampuan dalam berhitung perkalian harus dikuasai oleh
peserta didik untuk memecahkan masalah dalam melakukan
pengoperasionalan perkalian di kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam
transaksi jual beli, dalam menentukan berapa kali mereka harus mandi
dalam sehari, berapa kali mereka harus makan dalam sehari, berapa kali
mereka harus minum obat dalam sehari, dan masih banyak lagi yang
berhubungan dengan perkalian dalam kehidupan sehari-hari.
Penguasaan perkalian sejak dini sangat penting karena peserta didik
tidak akan mengalami kesulitan dalam perkalian ditahap selanjutnya.
Pada proses pembelajaran, guru harus memperhatikan adanya
perbedaan kemampuan pada peserta didik. Karena tidak semua peserta
didik mampu dengan cepat menangkap pembelajaran yang diberikan
oleh guru. Hal tersebut menjadi perhatian yang lebih dalam melakukan
pembelajaran di kelas, agar setiap peserta didik mendapatkan
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya.
Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran matematika di SLB
Flora Indonesia yang sedang membahas operasi hitung perkalian.
Berdasarkan pengamatan peneliti, hasil belajar matematika pokok
bahasan perkalian pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora
Indonesia baru mencapai perkalian bilangan yang kecil (1-5). Seharusnya
materi perkalian untuk peserta didik tunarungu kelas IV, berdasarkan
kurikulum sudah mencapai perkalian bilangan yang besar (6-10).
Selama ini, peserta didik tunarungu mengerjakan soal operasi
hitung perkalian menggunakan cara yang umum, yaitu dengan
penjumlahan berulang. Ketika diberikan soal operasi hitung perkalian
bilangan yang besar (6-10), peserta didik masih mengalami kesulitan dan
kejenuhan dalam menjumlahkan bilangan tersebut. Peserta didik merasa
jenuh karena harus menjumlahkan suatu bilangan sebanyak jumlah
pengalinya, sehingga konsenterasi yang dimiliki peserta didik menjadi
hilang.
Kemampuan berbahasa peserta didik tunarungu di SLB Flora
Indonesia dalam berbahasa reseptif dan ekspresif sudah bagus. Selain
itu, peserta didik memiliki kemampuan motorik halus yang bagus,
sehingga memudahkan koordinasi antara otak dengan jari-jari tangan
dalam berhitung. Kemampuan peserta didik dalam segi akademik
terutama pada pelajaran matematika yaitu sudah mampu menguasai
operasi hitung penjumlahan, nilai tempat (puluhan dan satuan), serta
operasi hitung perkalian bilangan kecil (1-5).
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV di SLB Flora
Indonesia, proses pembelajaran matematika di sekolah tersebut belum
maksimal. Hal ini disebabkan oleh kurang bervariasinya metode yang
digunakan guru dalam mengajar matematika. Guru menjelaskan konsep
operasi hitung perkalian menggunakan cara yang umum dengan metode
ceramah yaitu dengan menjumlahkan suatu bilangan secara berulang
sesuai dengan jumlah pengalinya. Penggunaan metode ceramah tidak
selamanya efektif, karena akan mendatangkan kejenuhan apabila
metode ceramah yang dilakukan guru tidak menarik.
Padahal guru memiliki keterampilan dan pengetahuan mengenai
salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika, yaitu metode jarimatika. Namun guru belum menguasai
konsep operasi hitung perkalian dalam metode jarimatika tersebut,
sehingga guru masih menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran matematika.
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti dan guru berasumsi bahwa
perlu menerapkan metode belajar yang menyenangkan agar dapat
menghilangkan kejenuhan sekaligus meningkatkan hasil belajar
matematika pokok bahasan perkalian pada peserta didik tunarungu kelas
IV. Salah satu metode yang menyenangkan adalah metode jarimatika.
Jarimatika adalah kependekan dari jari aritmatika yang merupakan
suatu metode berhitung (operasi kali, bagi, tambah, dan kurang) dengan
menggunakan jari-jari tangan. Meski hanya menggunakan jari tangan,
dengan menggunakan metode jarimatika dapat mengoperasikan bilangan
KABATAKU (kali, bagi, tambah, kurang) sampai dengan ribuan atau lebih
karena jarimatika tidak membebani memori otak dan alatnya sudah
tersedia. Bahkan saat ujian tidak perlu menggunakan alat karena alatnya
adalah jari tangan sendiri.
Dunia anak adalah dunia bermain, melalui metode jarimatika,
peserta didik diajak bermain menggunakan sepuluh jari yang dimilikinya
untuk mengasah kemampuannya mengoperasikan bilangan perkalian.
Bilangan perkalian yang dapat dihitung dengan jarimatika dimulai dari
bilangan enam sampai puluhan. Dengan begitu peserta didik tidak akan
merasa bosan untuk belajar matematika. Bagi peserta didik tunarungu
yang cenderung pemata, mereka akan lebih tertarik apabila objek yang
digunakan dapat dilihat oleh mata. Apalagi peserta didik sudah memiliki
kemampuan motorik halus yang bagus, sehingga dapat memudahkan
otak dalam mengkoordinasikan dengan jari-jari tangan. Pengajuan
metode jarimatika ini berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru
berdasarkan masalah yang ada di kelas.
Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika pokok
bahasan perkalian melalui metode jarimatika pada peserta didik
tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang dialami oleh
peserta didik tunarungu, yaitu sebagai berikut.
1. Hasil belajar operasi hitung perkalian bilangan 7-9 pada peserta didik
tunarungu yang rendah.
2. Penggunaan metode perkalian pada peserta didik tunarungu kurang
bervariasi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka peneliti membatasi masalah pada
meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian melalui
metode jarimatika pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif peserta didik tunarungu
dalam operasi hitung perkalian.
2. Operasi hitung perkalian yang diteliti dan dikembangkan dengan
metode jarimatika adalah operasi hitung perkalian bilangan 7-9
dengan bilangan pengali yang besar (6-10). Operasi perkalian ini
diteliti karena hasil perkaliannya yang kurang dari seratus, cara
berhitung yang sulit jika menggunakan cara berhitung secara umum,
serta penggunaan metode jarimatika yang mudah pada bilangan
tersebut.
3. Subjek penelitian ini dibatasi pada peserta didik tunarungu kelas IV di
SLB Flora Indonesia.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar
belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah diatas, maka peneliti
dapat merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penggunaan
metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok
bahasan perkalian pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora
Indonesia?”
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan bagi guru bahwa penggunaan metode jarimatika
merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB
Flora Indonesia.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi sekolah dalam
membuat pelatihan penggunaan metode jarimatika untuk guru
di SLB Flora Indonesia khususnya pada operasi hitung
perkalian.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu metode
pembelajaran berhitung yang dapat digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar di SLB Flora Indonesia.
c. Bagi Peserta Didik
Peneilitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil
belajar matematika pokok bahasan perkalian, khususnya pada
kecepatan dan keakuratan dalam operasi hitung perkallian
bilangan 7-9.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk
peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan atau
menerapkan jarimatika dalam penelitiannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah sama saja dengan latihan sehingga hasil belajar
akan tampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu. Sebagai hasil
latihan, untuk banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih
dalam berbagai aspek tingkah laku, sehingga diperoleh suatu pola
tingkah laku yang otomatis. Seperti misalnya agar seseorang anak
mahir dalam matematika maka ia harus banyak dilatih mengerjakan
soal-soal latihan.1 Dalam hal ini berarti belajar merupakan latihan
untuk mencapai keterampilan tertentu dengan memperoleh banyak
kemajuan yang akan menjadi sebuah kebiasaan.
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
melibatkan dua unsur yaitu, jiwa dan raga. Gerak raga yang
ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan
perubahan. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah
perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.2 Jika
1 Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), pp. 125-126. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), p. 13.
seorang siswa melakukan kegiatan belajar akan berubah perilakunya
dibandingkan dengan sebelumnya.
Menurut Whittaker dalam Ahmadi & Supriyono, belajar dapat
didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman.3 Dalam penjelasan ini belajar
timbul berdasarkan proses latihan dan pengalaman yang dialami oleh
individu tersebut, sehingga terjadi perubahan dalam proses tingkah
laku individu tersebut.
Dalam sebuah buku ”The Guidance of Leaving Activities” yang
dikutip oleh Aunurrahman, merumuskan pengertian belajar sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.4
Belajar dapat merubah tingkah laku inidividu berdasarkan hasil
interaksi individu tersebut, baik dengan individu lain maupun dengan
lingkungannya.
Dalam buku Educational Psychology, yang dikutip oleh
Aunurrahman. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
3 Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, op. cit., p. 126. 4 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009), p. 35.
kepribadian, atau suatu pengertian.5 Jika seseorang belajar maka akan
terciptanya suatu pola baru yang meliputi perubahan sikap, kebiasaan,
serta kepribadian seseorang.
Menurut Bloom dalam Siregar & Nara ada tiga domain belajar,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Beberapa kemampuan kognitif
tersebut, antara lain pengetahuan tentang sesuatu materi yang telah
dipelajari, pemahaman terhadap makna materi, aplikasi atau
penerapan penggunaan materi atau aturan teoritis yang prinsip,
analisa sebuah proses teoritis dengan menggunakan kemampuan
akal, kemampuan memadukan konsep sehingga menemukan konsep
baru, kemampuan melakukan evaluatif atas penguasaan materi
pengetahuan.6 Belajar dikelompokkan berdasarkan tujuan belajar yang
terdapat dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam aspek
kognitif terdiri dari pengetahuan, pemahaman, apllikasi, analisa,
sintesa, dan evaluasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses aktivitas
yang disadari, berdasarkan interaksi antar individu dengan individu
dan individu dengan lingkungan, serta pengalaman yang pernah
dialami oleh individu tersebut guna mengembangkan kemampuan
5 Ibid. 6 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010),
pp. 8-9.
dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga yang bertujuan pada
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Pengertian Hasil Belajar
Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, hasil belajar dalam
sebuah mata pelajaran itu hendaknya bukan hanya mengungkap
pemahaman peserta didik terhadap pelajaran tertentu, melainkan juga
harus dapat mengungkapkan sudah sejauh mana peserta didik dapat
menghayati dan mengaplikasikan pelajaran tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.7 Oleh karena itu, hasil belajar bukan hanya mencakup
pemahaman dari peserta didik, melainkan penerapan atau
pengaplikasian suatu pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya pelajaran matematika tentang uang, peserta didik harus
mampu menggunakan uang untuk berbelanja dalam kehidupan sehari-
hari.
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil
belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan
tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan
suatu perubahan yang dapat diamati (observable).8 Hasil belajar
7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), p. 32. 8 Aunurrahman, op. cit., p. 37.
harus dapat diukur dan diamati, baik itu perubahan tingkah laku
maupun hasil belajar dalam bentuk pemahaman.
Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran
dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya
dapat tercapai.9 Hasil belajar merupakan proses tercapainya suatu
tujuan khusus atau indikator pencapaian yang terdapat dalam
pelajaran tertentu.
Menurut Nasution dalam Syah, hasil belajar adalah hasil
perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja
perubahan mengenai pengetahuan tetapi pengetahuan untuk
membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian penguasaan,
dan penghargaan dalam diri individu yang belajar.10 Ketika seseorang
belajar, maka akan terjadi perubahan dari individu tersebut. Perubahan
dari segi pengetahuan yang membentuk kebiasaan, sikap, dan
kecakapan yang signifikan dari sebelumnya.
Sedangkan menurut Romizowski dalam Jihad & Hari, hasil
belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan
masukan (input). Pendapat tersebut diperkuat Abdurrahman bahwa
masukkan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi,
sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja
9 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), p. 105. 10 Darwan Syah, dkk, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Diadit Media, 2009), p. 43.
(performance).11 Hasil belajar merupakan hasil dari masuknya
berbagai informasi yang diterima oleh alat indera yang kemudian
diproses dalam otak, sehingga terjadi pengeluaran berupa perubahan
tingkah laku.
Menurut Sudjana dalam Manapa yang mendefinisikan bahwa
hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukuran berupa tes yang disusun secara
terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan.12 Hasil
belajar merupakan akibat dari proses belajar yang diukur melalui tes.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan proses masuknya berbagai informasi yang kemudian
menghasilkan pengeluaran berupa perubahan tingkah laku maupun
perubahan pengetahuan yang membentuk kebiasaan, sikap, dan
kecakapan yang dapat menjelaskan kemampuan peserta didik sesuai
dengan indikator pencapaian dalam pembelajaran, yang diukur melalui
tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Sehingga menimbulkan
perubahan yang dapat diamati baik dari segi kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
11 Asep Jihad dan Abdul Hari, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), p. 14. 12Joan Purnama Manapa, Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Perkalian Dengan Penerapan Metode Jarimatika Pada Siswa SDN Taimanu Kabupaten Sumba Timur Kelas IV Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014, 2014 (http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4959/2/T1_20 2009111_Full%20text.pdf), p. 6. Diunduh tanggal 31 Agustus 2015.
B. Hakikat Matematika
1. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa yunani
yang diartikan sebagai sains, ilmu pengetahuan atau belajar. Juga dari
kata mathematikos yang diartikan sebagai suka belajar.13 Berdasarkan
arti kata matematika, dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan suatu pelajaran tentang ilmu pengetahuan atau sains yang
menimbulkan rasa suka dalam belajar.
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian
makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah
sebuah makna diberikan kepadanya.14 Matematika terdiri dari
berbagai lambang yang memiliki arti setelah diberi sebuah makna
dalam pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Matematika adalah cara berpikir yang bersifat deduktif, yaitu
berkaitan dengan proses pengambilan keputusan berdasarkan premis-
premis yang kebenarannya telah ditentukan.15 Matematika merupakan
penyimpulan dari data-data yang telah ditentukan kebenarannya.
13 Budi Manfaat, Membumikan Matematika (Jakarta: Eduvision Publishing, 2010), p. 148. 14 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), p. 190. 15 Martini Jamaris, Kesulitan Belajar Perspektif, Assessmen, dan Penanggulangannya (Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2009), p. 238.
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman,
matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.16
Oleh karena itu, matematika memiliki berbagai simbol yang
berhubungan dengan sesuatu yang dapat diukur dan berfungsi untuk
memudahkan berpikir.
Adapun Sujono mengemukakan beberapa pengertian
matematika. Diantaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik.17
Matematika merupakan suatu pengetahuan yang terselenggara
dengan susunan dan aturan. Contohnya peserta didik akan
mempelajari perkalian apabila penjumlahan sudah dapat dikuasai.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah sebuah disiplin ilmu yang memiliki arti dari
lambang-lambang matematika setelah diberi makna dan bersifat
deduktif yang berguna untuk mengambil sebuah keputusan
berdasarkan sesuatu yang dapat diukur guna memudahkan cara
berpikir dan terselenggara secara sistematik.
16 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remedialnya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), p. 202. 17 Sujono, Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah (Jakarta: Depdikbud, 1998), p. 5.
2. Pengertian Perkalian
Operasi hitung atau berhitung perkalian adalah suatu konsep
penjumlahan berulang dari bilangan-bilangan yang sama pada setiap
sukunya dengan menggabungkan dua buah besaran menjadi satu
besaran yang dinamakan hasil. Hasil dari operasi tersebut tidak selalu
bernilai positif karena jika salah satu besaran pengalinya adalah
bilangan negatif, maka hasil dari operasi tersebut akan bernilai negatif
pula.18 Perkalian merupakan penjumlahan berulang yang hasilnya
tidak selalu positif.
Perkalian adalah penjumlahan berulang. Dimana sebuah suku
yang sama dijumlahkan sebanyak jumlah pengalinya. Contoh: 4x3=
4+4+4= 12, bilangan 4 sebagai sebuah suku dan 3 sebagai jumlah
pengalinya.19 Perkalian merupakan kegiatan yang memiliki sebuah
suku yang sama dan pengali. Hasil dari penjumlahan suku yang sama
sebanyak jumlah pengalinya merupakan hasil dari perkalian.
Perkalian pada hakikatnya merupakan cara singkat dari
penjumlahan. Oleh karena itu, jika siswa tidak dapat melakukan
18 Marsudi Raharjo, Astuti Waluyati, dan Titik Sutanti, Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian BIlangan Cacah di SD (Sleman: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2009), p. 6. 19Tim Bina Matematika, Rumus Matematika SD 4,5,6 Dan Pembelajarannya (Jakarta: Pustaka Makmur, 2012), p. 2.
operasi perkalian, ia dapat melakukannya dengan penjumlahan.20
Perkalian merupakan penjumlahan yang berulang, sehingga dapat
dilakukan dengan operasi penjumlahan.
Perkalian juga dapat didefinisikan sebagai berikut “jika a dan b
bilangan-bilangan cacah, maka a x b adalah penjumlahan berulang
yang mempunyai a suku dan tiap suku sama dengan b”.21 Perkalian
merupakan penjumlahan berulang dari suku yang sama sesuai dengan
jumlah pengalinya, sehingga menghasilkan sebuah hasil dari
perkalian.
Hasil kali dua bilangan a dan b adalah c sehingga a x b = c.
Operasi perkalian ditunjukkan dengan tanda silang atau titik atau
kurung. Jadi 5 x 3 = 5.3 = 5(3) = (5)(3) = 15, di mana faktor-faktornya
adalah 5 dan 3 dan hasil kalinya adalah 15.22 Berdasarkan penjelasan
tersebut, operasi perkalian dapat dilambangkan dengan tanda silang,
titik, maupun kurung.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam operasi hitung perkalian
bahwa penyelesaiannya sama dengan operasi hitung penjumlahan
20Sabar Rutoto, Henry Suryo Bintoro, dkk, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Menggunakan Metode Jarimatika Dalam Pembelajaran Matematika SD Materi Perkalian Siswa Kelas III MI Nu Wasilatut Taqwa Tenggeles Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun Ajaran 2012/2013, 2012 (file:///C:/Users/Windows%208/Downloads/268-888-1-PB.pdf), p. 36. Diunduh tanggal 31 Agustus 2015. 21 Ibid. 22 Spiegel, Murray R, Seri Buku Schaum Teori Dan Soal-Soal Matematika Dasar (Jakarta: Erlangga,
1999), p. 1.
berulang. Untuk lebih memudahkan pemahaman peserta didik dapat
dilakukan dengan memanfaatkan benda konkrit.23 Oleh karena itu,
perkalian lebih mudah dipahami apabila diberikan contoh melalui
media yang konkrit.
Jadi, perkalian adalah sebuah penjumlahan berulang yang
menjumlahkan suku yang sama sesuai dengan jumlah pengalinya,
sehingga menghasilkan sebuah hasil dari perkalian yang jumlahnya
tidak selalu positif. Hasil dari perkalian tergantung dari jumlah suku
yang dikalikannya. Jika salah satu besaran pengalinya adalah bilangan
negatif, maka hasil dari operasi tersebut akan bernilai negatif pula.
Operasi perkalian juga dapat dilakukan dengan menggunakan media
yang konkrit. Operasi perkalian dapat dilambangkan dengan tanda
silang, titik, maupun kurung.
C. Hakikat Tunarungu
1. Pengertian Tunarungu
Telah diketahui khalayak umum, bahwa ketunarunguan terkait
dengan berkurangnya kemampuan mendengar baik sebagian maupun
seluruhnya. World Health Organization mendeskripsikan penyandang
tunarungu adalah manusia yang kehilangan keseluruhan kemampuan
23 Lisnawati Simanjuntak, Metode Mengajar Matematika (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), p. 70.
untuk mendengar baik dari salah satu atau kedua telinganya.24
Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran secara
menyeluruh maupun sebagian, sehingga kemampuan mendengar dari
seseorang tersebut berkurang.
Ketunarunguan atau hearing impairment merupakan kodisi yang
menyebabkan individu yang bersangkutan kurang dapat atau tidak
dapat mendengarkan suara.25 Ketidakmampuan seseorang dalam
mendengarkan suara merupakan kondisi yang dialami oleh
penyandang tunarungu.
Ketunarunguan merupakan kehilangan pendengaran yang
terjadi ketika mekanisme pendengaran mengalami kerusakan atau
terhambat dalam sedemikian rupa sehingga suara tidak dapat
dirasakan dan dipahami.26 Kehilangan pendengaran yang terjadi akibat
kerusakan mekanisme organ pendengaran yang menyebabkan
seseorang tidak dapat merasakan dan memahami suara yang
didengarkannya.
Bunawan menyebutkan bahwa pengertian
tunarungu/ketunarunguan dapat diuraikan antara lain berdasarkan
24 Kurniawan Harry, Media Informasi yang Aksesibel: Ketika Tunarungu Membaca Dunia, 2007, (http://myrhythm.wordpress.com/), diunduh tanggal 17 Juni 2007, dikutip langsung oleh Meutia Rin Diani, Mata Yang Mendengar Arsitektur Bagi Tunarungu, (Yogyakarta: Lamalera, 2012), p. 27. 25 Martini Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), p. 213. 26 Deborah Deutsch Smith & Naomi Chowdhuri Tyler, Introduction to Special Education: Making a Difference, (New Jersey: Pearson Education, 2010), p. 335.
lokasi kerusakan pada organ pendengaran (location of damage/site of
lesion), faktor penyebab ketunarunguan, usia/saat terjadinya
ketunarunguan, dan besaran kehilangan pendengaran dalam decibell
(dB), sebagai satuan ukuran bunyi.27 Seorang penyandang tunarungu
dapat diketahui berdasarkan lokasi kerusakan pendengaran, penyebab
ketunarunguan, dan derajat kehilangan pendengarannya.
Ketunarunguan terjadi jika dalam proses mendengar terdapat
satu atau lebih organ telinga bagian luar, tengah, dan dalam
mengalami gangguan atau kerusakan yang disebabkan oleh penyakit,
kecelakaan, atau sebab lain yang tidak diketahui sehingga organ
tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, keadaan
tersebut dikenal dengan berkelainan pendengaran atau tunarungu.28
Tunarungu disebabkan oleh kerusakan telinga oleh penyakit maupun
faktor kecelakaan yang menghambat fungsi pendengaran.
Jadi, tunarungu adalah hilangnya kemampuan mendengar
seseorang baik sebagian maupun seluruhnya sehingga seseorang
tersebut kurang dapat merasakan, mendengarkan, serta memahami
suara. Hal ini disebabkan oleh rusaknya fungsi pendengaran baik dari
27 Lani Bunawan dan Cecilia Susiala Yuwati, Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu, (Jakarta: Yayasan Santi Rama, 2000), p. 5. 28 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), p. 57.
penyakit maupun faktor kecelakaan, sehingga memerlukan pelayanan
khusus.
2. Klasifikasi Tunarungu
Heward & Orlansky dalam Wagiman, menggolongkan
tunarungu menjadi dua jenis yaitu:
Tuli (deaf), dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah suatu kerusakan yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai suatu kondisi di mana suara-suara yang seharusnya dapat dipahami, termasuk suara pembicaraan, justru tidak mempunyai arti dan maksud kehidupan sehari-hari baginya, baik tanpa maupun dengan alat bantu dengar (ABD). Kondisi pendengaran pada seseorang dapat disebut kurang dengar jika dia hanya memerlukan penyesuaian khusus agar dapat mendengar pembicaraan (semacam gangguan pendengaran).29
Tunarungu dikelompokkan berdasarkan sisa pendengarannya, yaitu
tuli dan kurang dengar.
Tunarungu merentang dari yang ringan sampai pada yang
berat, yaitu:
Dari yang sulit mendengar atau hard of hearing sampai pada tingkat tidak dapat mendengar atau deaft. Hard of hearing dapat dikoreksi dengan menggunakan alat pendengar. Penggunaan alat bantu pendengar ini dilakukan sejak usia dini bagi anak yang mengalami kesulitan pendengaran. Deaft atau tuli adalah suatu keadaan yang menyebabkan individu yang bersangkutan tidak dapat mendengar suara sehingga ia tidak dapat memahami bahasa.30
29 Bambang Wagiman, Informasi Pendidikan Anak Tunarungu, 2010, (http://inklusif.blogdetik.com), diunduh pada tanggal 17 Juni 2011, dikutip langsung oleh Meutia Rin Diani, op. cit., p. 28. 30 Martini Jamaris, op. cit., p. 214.
Derajat kehilangan pendengaran pada peserta didik tunarungu, mulai
dari yang ringan sampai ke tingkat yang tidak dapat mendengar sama
sekali atau tuli, menjadi acuan pengelompokkan tunarungu.
Tunarungu dibagi menjadi dua, yaitu tuli dan kurang
mendengar.
Orang-orang yang tuli adalah mereka dengan gangguan pendengaran yang mendalam yang tidak bisa memahami suara dengan atau tanpa alat bantu dengar, dan orang-orang yang sulit mendengar adalah orang-orang dengan gangguan pendengaran yang terganggu pemahamannya tentang suara, termasuk untuk memahami pidato lisan dan komunikasi.31
Seseorang yang tidak dapat mendengar, baik dengan menggunakan
ataupun tidak menggunakan alat bantu mendengar, tetap tidak dapat
memahami suara yang didengarnya disebut sebagai tuli. Sedangkan
yang masih memiliki sisa pendengaran, namun sulit untuk memahami
suara yang didengarnya disebut sebagai kurang dengar.
Boothroyd dalam Bunawan & Yuwati memberikan batasan
untuk tiga istilah tunarungu berdasarkan seberapa jauh seseorang
dapat memanfaatkan (sisa) pendengarannya dengan atau tanpa
bantuan amplifikasi/pengerasan oleh ABM, yaitu:
Kurang dengar (Hard of Hearing) adalah mereka yang mengalami gangguan dengar, namun masih dapat menggunakannya sebagai sarana/modalitas utama untuk menyimak suara cakapan seseorang dan mengembangkan kemampuan bicaranya (speech). Tuli (Deaf) adalah mereka yang pendengarannya sudah tidak dapat digunakan sebagai
31 Deborah Deutsch Smith & Naomi Chowdhuri Tyler, op. cit., p. 332.
sarana utama guna mengembangkan kemampuann bicara, namun masih dapat difungsikan sebagai suplemen (bantuan) pada pennglihatan dan perabaan. Tuli total (Totally Deaf) adalah mereka yang sudah sama sekali tidak memiliki pendengaran sehingga tidak dapat digunakan untuk menyimak/mempresepsi dan mengembangkan bicara.32
Tunarungu dikelompokkan sesuai dengan seberapa jauh peserta didik
tunarungu dapat mengoptimalkan pendengarannya, mulai dari kurang
dengar yang masih mampu menyimak suara dan mengembangkan
kemampuan bicaranya, tuli yang sudah tidak dapat mendengar,
namun masih dapat mengembangkan kemampuan bicaranya melalui
penglihatan dan perabaannya, dan tuli total yang sudah tidak dapat
mengembangkan kemampuan bicaranya.
Sedangkan penggolongan ketunarunguan menurut Uden dalam
Bunawan & Yuwati disusun berdasarkan saat terjadinya
ketunarunguan yang dikaitkan dengan taraf penguasaan bahasa
seorang anak, yaitu:
Tuli pra-bahasa (Prelingually Deaf), yaitu mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia di bawah 1;6 tahun), artinya anak baru menggunakan tanda (signal) tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih, memegang benda/orang dan mulai memahami lambang yang digunakan orang lain sebagai tanda (misalnya bila mendengar kata “susu”, mengerti bahwa akan diberi makan), namun belum membentuk suatu sistem lambang. Dan tuli purna bahasa (Postlingually Deaf), yaitu mereka yang menjadi tuli setelah menguasai suatu bahasa yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang yang berlaku di lingkungannya.33
32 Lani Bunawan & Cecilia Susila Yuwati, op. cit., p. 6. 33 Ibid., pp. 6-7.
Pengelompokkan ketunarunguan berdasarkan pemerolehan bahasa,
tunarungu prelingual yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan
sebelum memeroleh dan menguasai bahasa, sedangkan tunarungu
postlingual yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan setelah
memeroleh dan menguasai bahasa yang berlaku di lingkungannya.
Jadi, ketunarunguan dapat dikelompokkan berdasarkan masa
pemerolehan bahasanya, dan dikelompokkan kedalam kurang dengar,
tuli, dan tuli total sesuai dengan kemampuan mengembangkan
bicaranya.
3. Karakteristik Tunarungu
Secara fisik, karakteristik peserta didik tunarungu tidak
menunjukkan perbedaan atau kelainan yang berarti dibandingkan
dengan peserta didik lainnya. Namun, karena dampak dari
ketunarunguannya yang mereka miliki, karakteristik itu timbul dari
berbagai segi, yaitu segi intelegensi, segi bahasa dan bicara, segi
emosi, serta segi sosial.34 Pada dasarnya kemampuan intelegensi
peserta didik tunarungu sama seperti peserta didik yang normal
pendengarannya, akan tetapi karena perkembangan intelegensi
dipengaruhi oleh perkembangan bahasa maka peserta didik tunarungu
memeroleh intelegensi yang rendah disebabkan oleh kesulitan
34 Permanarian Somad, Ortopedagogik Anak Tunarungu (Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud, 1996), p. 34.
memahami bahasa. Sehingga pada segi bahasa dan bicara, peserta
didik tunarungu kurang mampu mengembangkan kemampuan bahasa
dan bicaranya karena dampak dari ketunarunguannya tersebut. Selain
itu, dampak dari ketunarunguan menyebabkan peserta didik tunarungu
akan menjadi mudah tersinggung dan memiliki emosi yang tinggi, yang
menyebabkan sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain
Hambatan pendengaran yang dimiliki peserta didik tunarungu
memunculkan karakteristik yang merupakan ciri khas dari peserta didik
tunarungu, bukan hanya dari segi kemampuan bahasa dan bicaranya
saja, tetapi juga dalam segi intelegensi, serta emosi dan sosialnya.35
Emosi dan sosial peserta didik tunarungu terganggu akibat dari
perkembangan bahasanya yang membuat mereka menjadi mudah
marah dan tersiggung.
Peserta didik tunarungu secara sepintas tampak seperti peserta
didik lainnya. Mereka tidak nampak sebagai anak berkelainan. Namun
setiap anak berkebutuhan khusus memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
Kurang mampu mendengar, terlambat perkembangan bahasanya, sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi, kurang atau tidak tanggap bila diajak berbicara, ucapan kata tidak jelas, kualitas suara aneh/monoton, sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar, banyak perhatian terhadap getaran.36
35 Haenudin, Pendidikan Siswa Berkebutuhan Khusus Tunarungu (Bandung: Luxima, 2013), p. 66. 36 Direktorat PLB, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi; (Buku 2) Identifikasi Anak Luar Biasa (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003), p. 9.
Ciri-ciri tersebut merupakan perilaku peserta didik tunarungu yang
dapat diamati secara kasat mata.
Uden dan Meadow mengemukakan dalam Bunawan & Yuwati
beberapa ciri atau karakteristik yang sering dtemukan pada peserta
didik tunarungu yaitu:
(1) Memiliki sifat ego-sentris yang lebih besar daripada anak mendengar. Karena dunia penghayatan mereka lebih sempit maka peserta didik tunarungu akan lebih terarah kepada diri sendiri. (2) Memiliki sifat impulsif, yaitu tindakannya tidak didasarkan pada perencanaan yang hati-hati dan jelas, serta tanpa mengantisipasi akibat yang mungkin ditimbulkan oleh perbuatannya. (3) Sifat kaku (rigidity) menunjuk pada sikap kaku atau kurang luwes dalam memandang dunia dan tugas-tugas. (4) Sifat lekas marah atau tersinggung, seeorang peserta didik tunarungu karena kemiskinan bahasanya tidak dapat menjelaskan maksudnya dengan baik dan sebaliknya kurang dapat memahami apa yang dikatakan orang lain. Keadaan ini tentu dapat menyebabkan kekecewaan, ketegangan dan frustasi yang akhirnya dapat mengakibatkan suatu ledakan kemarahan. (5) Peserta didik tunarungu memiliki perasaan ragu-ragu dan khawatir. Peserta didik tunarungu menyadari bahwa mereka kurang dapat menguasai dunia sekitarnya tanpa pendengaran. Hal ini membawa perasaan ragu-ragu dan keraguan menimbulkan rasa takut/kekhawatiran. Sebagai akibat dari perasaan khawatir ini, mereka menunjukkan sikap ketergantungan pada orang lain atau keadaan yang mereka sudah kenal. Mereka cenderung mencari bantuan dan cepat putus asa. (6) Peserta didik tunarungu memiliki sifat polos, sederhana, seolah-olah tanpa banyak problema. Mereka juga sering berada dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa. Terakhir mereka memiliki kemiskinan dalam bidang fantasi.37
Keadaan-keadaan tersebut timbul akibat dampak dari ketunarunguan
peserta didik tunarungu.
37 Lani Bunawan & Cecilia Susila Yuwati, op. cit., pp. 27-30.
Hallahan & Kaufman dalam Delphie menyebutkan beberapa ciri
umum hambatan perkembangan bahasa dan komunikasi antara lain:
(1) Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas, (2) selalu memiringkan kepalanya, sebagai upaya untuk berganti posisi telinga terhadap sumber bunyi, (3) seringkali ia meminta pengulangan penjelasan guru saat di kelas mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan, (4) keengganan untuk berpartisipasi secara oral, mereka mendapatkan kesulitan untuk berpartisipasi secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengarannya, (5) adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi saat di kelas, (6) mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara, (7) perkembangan intelektual peserta didik tunarungu wicara terganggu, dan (8) mempunyai kemampuan akademik rendah, khususnya dalam membaca.38
Ciri-ciri tersebut merupakan contoh dari segi intelegensi, bahasa dan
bicara, serta emosi dan sosial dari peserta didik tunarungu.
Dari beberapa pendapat di atas, karakteristik tunarungu dapat
terlihat dari berbagai segi, yaitu memiliki kemampuan bahasa dan
bicaranya yang cenderung menggunakan isyarat bahasa, emosi yang
tinggi sehingga menyebabkan mudah tersinggung, dan sulit dalam
bersosialisasi. Hal-hal tersebut terjadi berdasarkan dampak dari
ketunarunguannya.
38 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: Refika Aditama, 2006), p. 103.
D. Hakikat Jarimatika
1. Sejarah Jarimatika
Metode jarimatika adalah metode berhitung yang diciptakan dan
dikembangkan oleh Wulandari dalam (Atiaturrahmaniah), seorang
praktisi pendidikan asal Salatiga, Jawa Tengah. Mengapa metode
berhitung ini dinamakan jarimatika? Karena dalam melakukan operasi
hitung (kali – bagi – tambah – kurang atau disingkat KaBaTaku) kita
memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat bantu.39
Jarimatika bukan sekedar cara berhitung, melainkan alat untuk
menjalin komunikasi ibu dan anak. Dalam pergaulannya dengan para
orangtua, ia mendapati bahwa banyak orangtua yang ingin
mendampingi langsung pendidikan putra-putrinya. Namun, seringkali
terbentur dengan ketiadaan alat yang sederhana dan mudah.
Kehadiran jarimatika mendapat respon dari para ibu (dan juga ayah)
yang gembira karena dapat membantu proses belajar buah hati
mereka tanpa perlu bersitegang urat leher. Apalagi bila dalam
mengajarkan disertai dengan gerak dan lagu.40 Jadi pada awalnya Ibu
Septi Peni Wulandari menemukan metode jarimatika dengan maksud
untuk mempermudah orangtua (baik ibu maupun ayah) dalam
39Atiaturrahmaniah, “Penerapan Metode Jarimatika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa SDN 2 Pancor”, 2011 (http://e-journal.hamzanwadi. ac.id/index.php/edc/article/view/31/28), p. 6. Diunduh tanggal 21 Agustus 2015. 40 Septi Peni Wulandari, Jarimatika Penambahan & Pengurangan (Jakarta: PT Kawan Pustaka, 2009),
p. 67.
mengajarkan anaknya belajar matematika, dengan alat yang
sederhana dan dengan cara yang menyenangkan tanpa harus
bersitegang dengan anaknya.
2. Pengertian Metode Jarimatika
Jarimatika (singkatan dari jari dan aritmatika) adalah metode
berhitung dengan menggunakan jari tangan. Metode ini ditemukan
oleh Ibu Septi Peni Wulandari. Meski hanya menggunakan jari tangan,
tapi dengan metode ini kalian mampu melakukan operasi bilangan
KaBaTaKu (kali bagi tambah kurang) sampai dengan ribuan (atau
mungkin lebih).41 Dengan menggunakan alat berupa jari tangan
sendiri, peserta didik dapat berhitung baik penjumlahan, pengurangan,
perkalian, maupun pembagian sampai dengan ribuan.
Jarimatika merupakan singkatan dari jari dan aritmatika, dengan
memanfaatkan sepuluh jari manusia. Jarimatika adalah sebuah cara
sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada
anak-anak menurut kaidah, dimulai dengan memahamkan secara
benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan
operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan
jari-jari tangan. Prosesnya diawali, dilakukan, dan diakhiri dengan
41 Sitiatava Rizema Putra, Berbagai Alat Bantu untuk Memudahkan Belajar Matematika, (Yogyakarta: Diva Press, 2012), p. 56.
gembira.42 Penggunaan jarimatika dimulai dengan memberikan
pemahaman konsep secara benar, mulai dari pemahaman konsep
bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar.
Teknik jarimatika adalah suatu cara berhitung operasi
KaBaTaKu (Perkalian, pembagian, penambahan, dan pengurangan)
dengan menggunakan jari dan ruas jari-jari tangan. Jadi, dalam
pelaksanaanya nanti siswa akan menghitung perkalian dengan
menggunakan jari-jari tangannya masing-masing. Siswa dapat
menggunakan jari-jari tangan mereka untuk menyelesaikan
permasalahan berhitung berdasarkan aturan formasi tangan dan
penyelesaian jarimatika.43 Semua operasi hitung dapat dikerjakan
dengan mudah dan mengasyikan hanya dengan menggunakan jari
tangan.
Teknik Jarimatika Menurut Piaget dalam Rutoto & Bintoro,
peserta didik SD umumnya berada pada tahap praoperasi dan operasi
konkret (usia 6/7 tahun-12 tahun). Sehingga pembelajaran di SD
seharusnya dibuat konkret melalui peragaan, praktik, maupun
permainan.44 Pembelajaran pada usia sekolah dasar seharusnya
dibuat konkret melalui peragaan, praktik, maupun permainan, seperti
42 Septi Peni Wulandari, op. cit., p. 6. 43 Sabar Rutoto, Henry Suryo Bintoro, dkk, op. cit., pp. 35-36. 44 Ibid., p. 36.
yang dilakukan dalam metode jarimatika. Karena usia peserta didik di
sekolah dasar masih dalam tahap operasional konkret.
Jarimatika adalah metode dasar yang membantu anak
berhitung dasar tambah, kurang, kali, dan bagi dengan menggunakan
jari tangannya baik kanan dan kiri dengan menyenangkan.45 Dengan
menggunakan metode jarimatika, peserta didik dapat belajar berhitung
dengan menyenangkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, jarimatika adalah sebuah
metode yang mengoptimalkan jari-jari tangan, baik kanan maupun kiri
yang digunakan untuk membantu peserta didik dalam mengerjakan
operasi hitung kali, tambah, bagi, dan kurang mulai dari yang
mendasar hingga ribuan dengan media yang konkret, berupa jari-jari
tangan dan dengan cara yang menyenangkan.
3. Kelebihan Jarimatika
Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung. Hal ini
akan membuat anak mudah melakukannya. Gerakan jari-jari tangan
akan menarik minat anak. Mungkin mereka menganggapnya lucu.
Dengan begitu, mereka akan melakukannya dengan gembira.
Jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan.
45 M. Khafid dan Suyati, Matematika Penekanan Pada Berhitung Kelas 3A (Jakarta: Erlangga, 2004), p. 74.
Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan, atau terlupa
di mana menyimpannya, dan juga tidak bisa disita saat ujian.46 Jadi
jarimatika memiliki banyak kelebihan yang dapat menarik peserta didik
untuk melakukannya.
Hal ini juga disampaikan oleh Atiaturrahmaniah dalam jurnalnya
yang berjudul “Penerapan Metode Jarimatika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa
SDN 2 Pancor”. Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung.
Hal ini akan membuat anak mudah untuk melakukannya. Gerakan jari-
jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin saja mereka
mengangapnya lucu, sehingga mereka akan merasa gembira untuk
melakukannya. Jarimatika relatif metode yang tidak memberatkan
memori otak saat digunakan. Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan
pernah ketinggalan, atau terlupa di mana menyimpannya. Apabila
menggunakan Jarimatika untuk berhitung pada saat ujian, tidak akan
bisa disita.47
46 Septi Peni Wulandari, op. cit., p. 17. 47 Atiaturrahmaniah, op. cit., p. 6.
4. Kelemahan Jarimatika
Adapun kelemahan dari jarimatika yaitu, penggunaan rumus
jarimatika yang berbeda-beda dalam setiap materi perkalian membuat
peserta didik menjadi bingung dalam menerapkannya.
Setelah itu apabila penggunaan metode jarimatika tidak diiringi
dengan latihan yang cukup, akan membuat kinerja peserta didik tidak
optimal. Maka dari itu perlu penejelasan mengenai langkah-langkah
penerapan jarimatika yang jelas dan latihan yang cukup.
5. Cara Penggunaan Metode Jarimatika
Sebelum berhitung menggunakan metode Jarimatika peserta
didik sudah harus menguasai perkalian satu sampai lima terlebih
dahulu. Jika sudah mengusai perkalian tersebut langkah berikutnya
adalah mengetahui lambang-lambang jari yang digunakan seperti
pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Konsep Lambang Bilangan pada Jarimatika
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa bilangan
enam dilambangkan dengan satu jari, yaitu jari kelingking. Bilangan
tujuh dilambangkan dengan dua jari, yaitu jari kelingking dan jari
manis. Bilangan delapan dilambangkan dengan tiga jari, yaitu jari
kelingking, jari manis, dan jari tengah. Bilangan sembilan
dilambangkan dengan empat jari, yaitu jari kelingking, jari manis, jari
tengah, dan jari telunjuk. Bilangan sepuluh yang dilambangkan dengan
lima jari, yaitu jari kelingking, jari manis, jari tengah, jari telunjuk, dan
ibu jari.
Setelah mengetahui lambang bilangan yang digunakan dalam
metode jarimatika, selanjutnya adalah penjelasan mengenai puluhan
dan satuan dalam jarimatika. Jari yang terbuka memiliki nilai puluhan,
sedangkan jari yang tertutup memiliki nilai satuan. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar 2.2 di bawah ini:
6 7 8 9 10
Gambar 2.2 Konsep Puluhan dan Satuan pada Jarimatika
Dari gambar dan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa
pada tangan kiri terdapat dua jari yang terbuka dan jari yang terbuka
bernilai puluhan. Jadi, dua jari di tangan kiri yang terbuka bernilai dua
puluh. Sedangkan pada tangan kanan terdapat tiga jari yang terbuka,
sehingga tiga jari di tangan kanan yang terbuka bernilai tiga puluh.
Selanjutnya terdapat tiga jari yang tertutup pada tangan kiri dan
jari yang tertutup bernilai satuan. Sehingga tiga jari di tangan kiri yang
tertutup bernilai tiga. Sedangkan pada tangan kanan terdapat dua jari
yang tertutup, sehingga dua jari di tangan kanan yang tertutup bernilai
dua.
Setelah mengetahui nilai puluhan dan satuan pada jarimatika,
langkah selanjutnya yaitu dengan menerapkan cara berhitung
jarimatika pada perkalian 7-9 melalui rumus (B+B) + (TxT). Dimana B
merupakan jari yang terbuka dan T adalah jari yang tertutup.
Berdasarkan rumus tersebut kedua jari yang terbuka, baik jari di
tangan kiri maupun di tangan kanan dijumlahkan. Sedangkan kedua
jari yang tertutup, baik jari di tangan kiri maupun di tangan kanan
dikalikan. Lalu hasil dari penjumlahan nilai puluhan kedua jari yang
terbuka dijumlah dengan hasil perkalian nilai satuan kedua jari yang
tertutup. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh di bawah ini:
Contoh soal 1: 7x8 = …
Langkah penerapan jarimatika yang pertama adalah
menentukan lambang bilangan tujuh dan delapan pada jarimatika.
Gambar 2.3
Lambang Bilangan 7
Gambar 2.4
Lambang Bilangan 8
Langkah yang kedua adalah menentukan nilai puluhan dan
satuan pada kedua jari tersebut.
Gambar 2.5 Nilai Puluhan dan Satuan pada Bilangan 7 & 8
Terdapat dua jari yang terbuka pada bilangan tujuh dan tiga jari
yang terbuka pada bilangan delapan. Sehingga, dua jari yang terbuka
pada bilangan tujuh bernilai dua puluh. Sedangkan tiga jari yang
terbuka pada bilangan delapan bernilai tiga puluh.
Setelah itu terdapat tiga jari yang tertutup pada bilangan tujuh
dan dua jari yang tertutup pada bilangan delapan. Sehingga tiga jari
yang tertutup pada bilangan tujuh bernilai tiga. Sedangkan dua jari
yang tertutup pada bilangan delapan bernilai dua.
Langkah ketiga yaitu menjumlahkan kedua jari terbuka yang
bernilai puluhan dan mengalikan kedua jari tertutup yang bernilai
satuan. Setelah itu hasil dari penjumlahan nilai puluhan kedua jari
yang terbuka dijumlah dengan hasil perkalian nilai satuan kedua jari
yang tertutup sesuai dengan rumus (B+B) + (TxT). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Contoh Perkalian 7 x 8 pada Jarimatika
Berdasarkan gambar di atas, kedua jari yang terbuka bernilai
dua puluh dan tiga puluh saling dijumlahkan sehingga bernilai lima
puluh. Setelah itu, kedua jari yang tertutup bernilai tiga dan dua saling
dikalikan sehingga bernilai enam. Hasil penjumlahan jari yang terbuka
adalah lima puluh, dijumlah dengan hasil perkalian jari yang tertutup
yaitu enam menjadi lima puluh enam. Jika dimasukkan ke dalam
rumus (B+B) + (TxT) maka akan diperoleh hasil sebagai berikut:
8 7
7x8 = (B+B) + (TxT)
= (20+30) + (3x2)
= 50 + 6
= 56 (cocok dan tepat sekali)
Contoh soal 2: 8x8 = …
Langkah penerapan jarimatika yang pertama adalah
menentukan lambang bilangan delapan pada jarimatika.
Langkah yang kedua adalah menentukan nilai puluhan dan
satuan pada kedua jari tersebut
Gambar 2.4
Lambang Bilangan 8
.
Gambar 2.7 Nilai Puluhan dan Satuan pada Bilangan 8 & 8
Terdapat tiga jari yang terbuka pada kedua bilangan delapan
baik kanan maupun kiri. Sehingga, tiga jari yang terbuka pada kedua
bilangan delapan bernilai tiga puluh.
Setelah itu terdapat dua jari yang tertutup pada kedua bilangan
delapan baik kanan maupun kiri. Sehingga dua jari yang tertutup pada
kedua bilangan delapan bernilai dua.
Langkah ketiga yaitu menjumlahkan kedua jari terbuka yang
bernilai puluhan dan mengalikan kedua jari tertutup yang bernilai
satuan. Setelah itu hasil dari penjumlahan nilai puluhan kedua jari
yang terbuka dijumlah dengan hasil perkalian nilai satuan kedua jari
yang tertutup sesuai dengan rumus (B+B) + (TxT). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Contoh Perkalian 8 x 8 pada Jarimatika
Berdasarkan gambar di atas, kedua jari yang terbuka bernilai
tiga puluh dan saling dijumlahkan sehingga bernilai enam puluh.
Setelah itu, kedua jari yang tertutup bernilai dua saling dikalikan
sehingga bernilai empat. Hasil penjumlahan jari yang terbuka adalah
enam puluh, dijumlah dengan hasil perkalian jari yang tertutup yaitu
empat menjadi enam puluh empat. Jika dimasukkan ke dalam rumus
(B+B) + (TxT) maka akan diperoleh hasil sebagai berikut:
8x8 = (B+B) + (TxT)
= (30+30) + (2x2)
= 60 + 4
= 64 (cocok dan tepat sekali)
8 8
Contoh soal 3: 9x8 = …
Langkah penerapan jarimatika yang pertama adalah
menentukan lambang bilangan sembilan dan delapan pada jarimatika.
Langkah yang kedua adalah menentukan nilai puluhan dan
satuan pada kedua jari tersebut.
Gambar 2.10 Nilai Puluhan dan Satuan pada Bilangan 9 & 8
Gambar 2.4
Lambang Bilangan 8
Gambar 2.9
Lambang Bilangan 9
Terdapat empat jari yang terbuka pada bilangan sembilan dan
tiga jari yang terbuka pada bilangan delapan. Sehingga, empat jari
yang terbuka pada bilangan sembilan bernilai empat puluh.
Sedangkan tiga jari yang terbuka pada bilangan delapan bernilai tiga
puluh.
Setelah itu terdapat satu jari yang tertutup pada bilangan
sembilan dan dua jari yang tertutup pada bilangan delapan. Sehingga
satu jari yang tertutup pada bilangan sembilan bernilai satu.
Sedangkan dua jari yang tertutup pada bilangan delapan bernilai dua.
Langkah ketiga yaitu menjumlahkan kedua jari terbuka yang
bernilai puluhan dan mengalikan kedua jari tertutup yang bernilai
satuan. setelah itu hasil dari penjumlahan nilai puluhan kedua jari yang
terbuka dijumlah dengan hasil perkalian nilai satuan kedua jari yang
tertutup sesuai dengan rumus (B+B) + (TxT). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2.11 Contoh Perkalian 9 x 8 pada Jarimatika48
Berdasarkan gambar di atas, kedua jari yang terbuka bernilai
empat puluh dan tiga puluh saling dijumlahkan sehingga bernilai tujuh
puluh. Setelah itu, kedua jari yang tertutup bernilai satu dan dua saling
dikalikan sehingga bernilai dua. Hasil penjumlahan jari yang terbuka
adalah tujuh puluh, dijumlah dengan hasil perkalian jari yang tertutup
yaitu dua menjadi tujuh puluh dua. Jika dimasukkan ke dalam rumus
(B+B) + (TxT) maka akan diperoleh hasil sebagai berikut:
9x8 = (B+B) + (TxT)
= (40+30) + (1x2)
= 70 + 2
= 72 (cocok dan tepat sekali)
48Hendra, Metode Jarimatika Tekhnik Berhitung Cepat Menguasai Perkalian Dengan Jari Tangan (Jakarta: Bintang Indonesia, 2012), pp. 3-4.
8 9
E. Hubungan Keterbatasan Tunarungu dan Penggunaan Jarimatika
Berdasarkan karakteristik tunarungu yang cenderung pemata dan
menggunakan isyarat bahasa dalam berkomunikasi. Penggunaan
metode jarimatika sangat tepat untuk membantu peserta didik tunarungu
yang minim dalam kosakata, serta memiliki keterbatasan dalam
berbahasa, dan komunikasi.
Melalui penggunaan metode jarimatika, peserta didik tunarungu
menjadi lebih mudah untuk memahami operasi hitung perkalian.
Kesinergian isyarat bahasa yang digunakan peserta didik tunarungu
sebagai media komunikasi dengan penggunaan metode jarimatika
sangat mempermudah dan sesuai dengan karakteristik tunarungu.
Kriteria yang harus dimiliki oleh peserta didik tunarungu dalam
menggunakan metode jarimatika yaitu mampu melakukan operasi hitung
penjumlahan, mampu melakukan operasi hitung perkalian bilangan kecil
(1-5), dan terampil dalam berhitung menggunakan jari-jari tangan.
F. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shely
Rosiarti dengan judul penelitian “Meningkatkan Kemampuan Operasi
Hitung Perkalian Bilangan 6-9 Menggunakan Teknik Jarimatika Pada
Siswa Tunanetra (Suatu Penelitian Tindakan Kelas di SMPLB – A Tan
Miyat Bekasi Timur)” pada tahun 2014. Hasil belajar matematika tentang
perkalian dapat meningkat sebesar 62,6% pada siklus I, dan 94,6% pada
siklus II terhadap peserta didik tunanetra setelah metode jarimatika
digunakan dalam pembelajaran.
Peningkatan juga terjadi pada peserta didik reguler sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Septian Bayu Pamungkas yang berjudul
“Meningkatkan Hasil Belajar Berhitung Perkalian Melalui Metode
Jarimatika Pada Siswa Kelas III Di SDN Setiamekar 06 Kabupaten
Bekasi” pada tahun 2011 sebesar 34% pada siklus pertama, 65% pada
siklus ke II, dan 90% pada sikus ke III.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian yang Relevan
No. Nama Judul Metode /
Media Hasil Sumber
1. Shely
Rosiarti
“Meningkatkan
Kemampuan
Operasi Hitung
Perkalian
Bilangan 6-9
Menggunakan
Teknik Jarimatika
Pada Siswa
Tunanetra (Suatu
Penelitian
Tindakan Kelas di
SMPLB – A Tan
Miyat Bekasi
Timur)”
Jarimatika Meningkat
sebesar
62,6% pada
siklus I, dan
94,6% pada
siklus II
Skripsi
2. Septian
Bayu
Pamungkas
“Meningkatkan
Hasil Belajar
Berhitung
Perkalian Melalui
Metode
Jarimatika Pada
Siswa Kelas III Di
SDN Setiamekar
06 Kabupaten
Bekasi”
Jarimatika Meningkat
sebesar
34% pada
siklus
pertama,
65% pada
siklus ke II,
dan 90%
pada sikus
ke III
Skripsi
Dari kedua hasil penelitian yang relevan tersebut, peneliti
melihat instrumen dan metode penelitian yang telah digunakan
sebagai bahan acuan penelitian yang akan dilakukan.
Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan,
yaitu materi perkalian yang hanya perkalian 7-9 dan subjek penelitian
yang berbeda, yaitu peserta didik tunarungu kelas IV SLB Flora
Indonesia yang berjumlah lima orang peserta didik meliputi satu orang
perempuan dan empat orang laki-laki.
G. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan
Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan konsep
perencanaan tindakan dengan memberikan penguatan positif dan negatif
kepada peserta didik. Penguatan positif (reward) diberikan ketika peserta
didik dapat mengikuti pelajaran dengan benar. Penguatan positif tersebut
berupa pujian dan sticker bintang yang dapat ditukarkan dengan sebuah
hadiah ketika sudah memenuhi syarat da ketentuannya.
Penguatan negatif (punishment) diberikan ketika peserta didik
tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan benar. Penguatan negatif
tersebut berupa pemberian tugas atau remedial mengenai materi yang
belum dia kuasai. Sehingga peserta didik dapat segera mengusai materi
tersebut.
Setelah itu, pengembangan perencanaan tindakan yang akan
dilakukan peneliti adalah memberikan saran mengenai hambatan, dan
kelebihan penelitian terhadap peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar
matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 melalui metode
jarimatika pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SLB Flora Indonesia di
Jalan Kemandoran VI/1, Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2015/2016 yang berlangsung selama satu semester, yaitu antara
bulan Juli sampai Desember 2015. Dengan tahapan sebagai berikut:
(1) Membuat serta mengajukan proposal dilanjuti dengan seminar
proposal, (2) Membuat Instrumen berupa tes dan lembar observasi, (3)
Uji coba instrumen penelitian, (4) Mengelola hasil penelitian, (5)
Membuat laporan hasil penelitian.
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Penelitian Tindakan Kelas menurut Carr dan Kemmis yang
disimpulkan oleh Suyadi dalam bukunya, adalah pencermatan yang
dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya (guru, peserta
didik, kepala sekolah) dengan menggunakan metode refleksi diri dan
bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek
pembelajaran.49 Penelitian ini melibatkan guru, dan peserta didik yang
dilakukan untuk memperbaiki efektifitas dan kualitas pendidikan
terutama dalam kemampuan operasi hitung perkalian.
Menurut Arikunto, secara umum terdapat empat langkah dalam
melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.50 Keempat langkah ini terangkai dalam sebuah siklus.
49 Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas (Jogjakarta: Diva Press, 2011), p. 22. 50 Ibid., p. 49.
2. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain model
penelitian Kemmis dan Mc. Taggart dimana dalam model penelitian ini
terdiri dari dua siklus dan pada tahapan tindakan dan pengamatan
dijadikan sebagai satu kesatuan.
Gambar 3.1 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart
Berdasarkan pada gambar 3.1, penjelasan dari setiap tahapan
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah
membuat perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umum dibuat
sesuai dengan temuan masalah dan gagasan awal yang meliputi
penentuan metode yang akan diterapkan, pemilihan materi
pembelajaran, dan penentuan rekan kerja untuk berkolaborasi dalam
penelitian.
Sedangkan perencanaan khusus dibuat sesuai dengan jumlah
siklus yang ditetapkan dalam penelitian, meliputi pemilihan bahan ajar,
penentuan waktu penelitian, pembuatan instrumen, pembuatan
rencana pembelajaran, penentuan teknik pengumpulan data yang
akan digunakan, dan penentuan jenis evaluasi yang akan digunakan.
b. Tindakan dan Pengamatan
Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan dari
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya, yaitu menggunakan
tindakan kelas. Selama tindakan berlangsung, juga dilakukan kegiatan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan
guru kelas sebagai pemberi tindakan langsung. Peneliti melakukan
pengamatan terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung.
Peneliti mencatat kesulitan dan hambatan yang terjadi agar
memperoleh data yang akurat sebagai bahan pertimbangan dalam
perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya.
c. Refleksi
Tahap selanjutnya adalah tahap refleksi. Pada tahap ini, peneliti
dan guru berdiskusi mengenai tercapai atau tidak tercapainya
pemberian tindakan berdasarkan catatan pengamat dan pengalaman
guru ketika memberi tindakan langsung.
D. Subjek dan Partisipan dalam Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SLB Flora
Indonesia yang berjumlah lima orang peserta didik meliputi satu orang
perempuan dan empat orang laki-laki. Sementara partisipan atau yang
memberikan tindakan secara langsung adalah guru kelas IV SLB Flora
Indonesia.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
1. Peran Peneliti
Dalam penelitian ini, peran peneliti sebagai perencana,
fasilitator, pengamat, dan pembuat laporan.
2. Posisi Peneliti
Adapun posisi peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat.
Sedangkan yang melakukan tindakan sejak awal hingga akhir
pertemuan adalah guru kelas IV SLB Flora Indonesia.
F. Tahap Intervensi Tindakan
1. Pra Penelitian
Sebelum melakasanakan penelitian, peneliti melakukan
berbagai persiapan. Persiapan-persiapan tersebut seperti meminta izin
kepada pihak sekolah yang ingin dijadikan sebagai tempat
pelaksanaan peneitian, menanyakan kepada pendidik yang
bersangkutan dalam menangani peserta didik tunarungu mengenai
masalah yang dihadapinya dalam pelaksanaan pembelajaran,
melakukan assesmen awal yang bertujuan untuk mengetahui
kemampun awal peserta didik tunarungu. Kemampuan awal diketahui
melalui tes tertulis yang diberikan oleh peneliti. Setelah itu
mengumpulkan data peserta didik yang akan diteiti sebagai subjek
penelitian. Selanjutnya peneliti menentukan waktu pelaksanaan siklus.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua siklus yang terdiri dari
enam pertemuan pada siklus I dan empat pertemuan pada siklus II
dengan tatap muka selama satu jam pelajaran (1x35 menit).
2. Kegiatan Siklus
Selanjutnya pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus,
dimana setiap siklusnya meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pengamatan, serta refleksi sebagai dasar pengembangan tindakan
yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.
Tabel 3.1
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
No. Pertemuan Materi
1. Pertemuan Pertama Mengenalkan lambang bilangan
serta konsep puluhan dan
satuan yang digunakan dalam
metode jarimatika
2. Pertemuan Kedua Mengajarkan langkah-langkah
penggunaan rumus jarimatika
pada perkalian 7-9
3. Pertemuan Ketiga Menerapkan jarimatika pada
perkalian 7
4. Pertemuan Keempat Menerapkan jarimatika pada
perkalian 8
5. Pertemuan Kelima Menerapkan perkalian pada
perkalian 9
6. Pertemuan Keenam Melakukan tes tertulis secara
keseluruhan
Tabel 3.2
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
No. Pertemuan Materi
1. Pertemuan Pertama Menerapkan jarimatika pada
perkalian 7
2. Pertemuan Kedua Menerapkan jarimatika pada
perkalian 8
3. Pertemuan Ketiga Menerapkan perkalian pada
perkalian 9
4. Pertemuan Keempat Melakukan tes tertulis secara
keseluruhan
3. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengadakan pertemuan dengan guru
kelas sebagai pemberi tindakan untuk membicarakan hasil tindakan
yang telah dilakukan, serta mengevaluasi kekurangan dari tindakan
yang telah diberikan. Hal tersebut berguna untuk memperbaiki
pemberian tindakan pada siklus berikutnya.
G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil tindakan yang diharapkan dari tindakan kelas ini adalah
peningkatan dalam hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian
bilangan 7-9 melalui metode jarimatika pada peserta didik tunarungu
kelas IV di SLB Flora Indonesia. Peneliti menetapkan target keberhasilan
yang akan dicapai peserta didik dalam penelitian ini sebesar 60% yang
dilihat dari hasil evaluasi pada setiap siklusnya.
Jika nilai rata-rata seluruh peserta didik tunarungu pada siklus I
sudah mencapai 60% atau lebih seperti yang ditargetkan peneliti, maka
peserta didik tersebut tidak perlu melanjutkan ke siklus II. Sebaliknya, jika
nilai rata-rata seluruh peserta didik tunarungu kurang dari 60%, maka
peserta didik tersebut harus mengikuti siklus selanjutnya, yaitu siklus II.
H. Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Proses
Data proses adalah data yang didapatkan selama proses
pemberian tindakan berlangsung melalui hasil wawancara peneliti
dengan pihak sekolah atau guru kelas, lembar pengamatan atau
catatan lapangan peneliti, hasil dokumentasi, serta absensi dan
data siswa. Data ini bersifat kualitatif.
b. Data Tindakan
Sedangkan data tindakan adalah data yang didapatkan
peneliti setelah pemberian tindakan, data tindakan berupa hasil
evaluasi baik tes maupun non tes yang dilakukan diakhir siklus.
Data ini bersifat kuantitatif.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari guru dan
peserta didik tunarungu dalam proses belajar mengajar selama
pemberian tindakan yang dijadikan sebagai acuan untuk mengamati
perkembangan hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian
bilangan 7-9 pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora
Indonesia.
I. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian
a. Definisi Konseptual
Operasi hitung perkalian adalah sebuah penjumlahan
berulang yang menjumlahkan suku yang sama sesuai dengan
jumlah pengalinya, sehingga menghasilkan sebuah hasil dari
perkalian yang jumlahnya tidak selalu positif. Hasil dari perkalian
tergantung dari jumlah suku yang dikalikannya. Jika salah satu
besaran pengalinya adalah bilangan negatif, maka hasil dari
operasi tersebut akan bernilai negatif pula.
b. Definisi Operasional
Hasil belajar matematika tentang perkalian dalam penelitian
ini adalah skor yang diperoleh peserta didik tunarungu setelah
melakukan penjumlahan berulang yang menjumlahkan suku yang
sama sesuai dengan jumlah pengalinya. Skor yang didapat
merupakan hasil dari peningkatan kemampuan mengoperasikan
perkalian dengan menggunakan metode jarimatika.
Tabel 3.3
Kisi-kisi instrumen kemampuan mengoperasikan perkalian
No. Kompetensi
dasar Indikator Butir Soal Jumlah
1. Mengenal
operasi
perkalian dan
pembagian
pada bilangan
asli yang
hasilnya
kurang dari
100 melalui
kegiatan
eksplorasi
menggunakan
benda konkrit
Menghitung jawaban
dari soal perkalian 7
dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
1,6,7,9 4
Menghitung jawaban
dari soal perkalian 8
dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
2,5,8 3
Menghitung jawaban
dari soal perkalian 9
dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
3,4,10 3
Jumlah 10
J. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
Data diperoleh dari hasil tes tertulis mengenai materi perkalian
yang telah diberikan dalam pemberian tindakan pada kegiatan
evaluasi di setiap siklusnya. Pemberian tes tertulis ini berfungsi untuk
mengetahui sejauh mana pencapaian dari sebuah tindakan yang
dilakukan selama penelitian.
2. Non Tes
Data diperoleh dari hasil pengamatan, diskusi, dan dokumentasi
selama proses pemberian tindakan. Hasil pengamatan diperoleh
melalui lembar pengamatan yang digunakan untuk mengumpulkan
data peserta didik dengan pengamatan secara langsung. Lembar
pengamatan dibuat berdasarkan rencana program pembelajaran
(RPP) yang telah dirancang peneliti sebagai bahan acuan guru dalam
memberikan tindakan.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data
1. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
proses dan tindakan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisis
data kualitatif berupa hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi
saat melakukan kegiatan pembelajaran dengan jarimatika. Sedangkan
analisis data kuantitatiif diperoleh melalui tes tertulis pada setiap
siklus. Untuk menghitung presentasi kemampuan peserta didik,
peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase Keberhasilan = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100%
2. Interpretasi Hasil Data
Interpretasi hasil data analisis ini dilakukan dengan
membandingkan perolehan pada data awal dengan siklus I. Apabila
belum mencapai target yang ditentukan, maka akan dilanjutkan
dengan pelaksanaan siklus II.
Selanjutnya interpretasi hasil data analisis dilakukan dengan
membandingkan perolehan pada data awal dengan siklus II. Apabila
hasil pada siklus II belum mencapai target yang ditentukan, maka
penelitian dihentikan sampai dua siklus dan tidak melanjutkan ke siklus
berikutnya.
Penghentian ini dilakukan karena data yang diperoleh peneliti
selama dua siklus sudah dirasa cukup dan waktu penelitian yang
terbatas dengan agenda sekolah berikutnya yaitu ujian akhir semester
di bulan Desember.
L. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Data
Untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi, yang
bersumber dari membandingkan apa yang dirasakan peneliti pada saat
pembelajaran dengan pendapat guru yang memberi tindakan,
pengumpulan data baik tes maupun non tes berdasarkan hasil
pengamatan, dan kesimpulan dari fakta yang direkam secara detail oleh
peneliti.
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti
mendeskripsikan data hasil pengamatan untuk mengetahui pengaruh
metode jarimatika terhadap peningkatan hasil belajar matematika pokok
bahasan perkalian bilangan 7-9 pada peserta didik tunarungu kelas IV di
SLB Flora Indonesia Jakarta Selatan. Adapun data yang peneliti uraikan
secara lengkap sebagai berikut:
1. Deskripsi Latar Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SLB Flora
Indonesia Jakarta Selatan. Kelas yang digunakan untuk kelas bagian
tunarungu adalah satu kelas berukuran 2 x 2,5 meter. Pada kelas
tersebut terdapat satu papan tulis, satu lemari, beberapa meja dan
kursi peserta didik tunarungu, berserta satu kursi dan meja guru.
2. Deskripsi Situasi
Pada hari Jumat tanggal 21 Agustus 2015, peneliti melakukan
observasi di kelas IV tunarungu yang terdiri dari lima peserta didik
tunarungu yang terdiri dari empat peserta didik laki-laki dan satu
peserta didik perempuan. Peneliti mengamati kegiatan pembelajaraan
matematika yang sedang berlangsung pada hari tersebut. Berhubung
pembelajaran matematika dilakukan pada jam ketiga, guru tidak
melakukan doa bersama untuk memulai pembelajaran. Guru langsung
melakukan apersepsi mengenai pembelajaran matematika pada
pertemuan sebelumnya.
Kemudian guru menjelaskan tentang perkalian dengan hasil
kurang dari seratus. Guru menjelaskan dengan cara yang umum yaitu
dengan menjumlahkan bilangan sesuai dengan jumlah pengalinya.
Setelah itu guru menuliskan soal-soal matematika operasi hitung
perkalian, kemudian pendidik meminta seluruh peserta didik untuk
mengerjakan soal tersebut di bukunya masing-masing. Jika peserta
didik sudah selesai mengerjakan seluruh soal maka peserta didik
diminta untuk menyerahkan hasil pekerjaannya untuk dinilai oleh guru.
Setelah bel istirahat berbunyi, guru menutup pelajaran dan
memperbolehkan seluruh peserta didik untuk istirahat dan bermain di
luar kelas.
3. Tes Kemampuan Awal
Sebelum melakukan penelitian di siklus I, peneliti membuat
instrumen berupa tes dan lembar observasi berdasarkan kisi-kisi yang
telah dibuat dan akan digunakan saat penelitian nanti. Selanjutnya
peneliti meminta izin kepada pihak sekolah yang ingin dijadikan
sebagai tempat pelaksanaan penelitian. Setelah mendapatkan izin,
peneliti melakukan tes kemampuan awal dalam pelajaran matematika
pokok bahasan perkalian yang bertujuan untuk mengetahui kemampun
awal peserta didik tunarungu. Kemampuan awal diketahui melalui tes
tertulis yang diberikan oleh peneliti.
Tes kemampuan awal diberikan kepada peserta didik berinisial
AB, AK, AY, ZF, UM. Tes kemampuan awal dilakukan pada hari
Selasa, tanggal 20 Oktober 2015, pukul 08.15 WIB, selama tiga puluh
menit dengan jumlah soal sepuluh buah. Hasil tes kemampuan awal
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Analisis Data Hasil Tes Kemapuan Awal
No. Butir Soal Inisial Peserta Didik
Nila
i Ra
ta-R
ata
AB AK AY UM ZF
1. 7 x 6 1 1 0 1 1
2. 8 x 9 0 0 1 0 0
3. 9 x 9 0 0 1 0 0
4. 9 x 7 0 1 1 0 1
5. 8 x 6 0 1 0 0 1
6. 7 x 10 1 0 0 0 0
7. 7 x 7 0 0 1 1 1
8. 8 x 10 1 0 0 0 0
9. 7 x 9 0 0 0 0 0
10. 9 x 6 0 0 0 1 1
Jumlah Nilai 3 3 4 3 5 3,6
Persentase 30% 30% 40% 30% 50% 36%
Persentase Yang
Diharapkan 60% 60% 60% 60% 60% 60%
Keterangan: - Jawaban benar mendapat poin 1
- Jawaban salah mendapat poin 0
Pada saat melakukan tes kemampuan awal, peserta didik AB
mengerjakan dengan cepat, namun kurang teliti sehingga banyak
jawaban yang salah. AB mendapatkan nilai tiga dengan persentase
30%. Hal ini diperoleh karena AB berhasil menjawab tiga dari sepuluh
soal dengan benar yaitu pada soal nomor satu, enam, dan delapan.
AB mengerjakan secara mandiri namun belum terampil dalam
melakukan operasi hitung perkalian.
Peserta didik AK terlihat kurang semangat dan lama dalam
mengerjakan soal, sehingga terdapat tiga soal yang belum diisi. Nilai
yang didapatkan AK adalah tiga dengan persentase 30%. Hal ini
diperoleh karena AK dapat menjawab tiga dari sepuluh soal dengan
benar yaitu pada soal nomor satu, empat, dan lima. AK belum mengisi
tiga soal karena waktu yang telah habis. Hal ini disebabkan karena AK
belum terampil dalam melakukan operasi hitung perkalian yang
dilakukan dengan menjumlahkan bilangan secara berulang.
Peserta didik AY merupakan satu-satunya peserta didik
perempuan di kelas ini. Saat diberikan tes kemampuan awal, AY
mengerjakan dengan antusias namun kurang teliti. Sehingga nilai yang
didapatkan AY dalam tes kemampuan awal ini adalah empat dengan
persentase 40%. Berdasarkan hasil tes kemampuan awal AY, soal
yang berhasil dijawab dengan benar sebanyak empat dari sepuluh
soal yaitu pada soal nomor dua, tiga, empat, dan tujuh. AY masih
kurang terampil dalam melakukan operasi hitung perkalian.
Peserta didik UM mengerjakan dengan antusias dan cepat,
terlihat dari sikap UM yang tidak mau kalah dibandingkan dengan
peserta didik yang lain. Nilai yang didapatkan UM dalam tes
kemampuan awal ini adalah tiga dengan persentase 30%. UM berhasil
menjawab tiga dari sepuluh soal dengan benar yaitu pada soal nomor
satu, tujuh, dan sepuluh. UM terlihat belum terampil dan masih
terburu-buru dalam melakukan operasi hitung perkalian.
Peserta didik ZF mengerjakan dengan serius dan namun masih
lama dalam mengerjakan. ZF mendapatkan nilai lima dengan
persentase 50%. Berdasarkan hasil tes kemampuan awal ZF, soal
yang berhasil dijawab dengan benar sebanyak lima dari sepuluh soal
yaitu pada soal nomor satu, empat, lima, tujuh, dan sepuluh. ZF masih
lama dan kurang terampil dalam melakukan operasi hitung perkalian.
Grafik pencapaian hasil belajar perkalian bilangan 7-9 pada
peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia sebelum
diberikan tindakan dapat dilihat pada gambar grafik berikut:
Gambar 4.1
Grafik Nilai Tes Kemampuan Awal
0
1
2
3
4
5
6
AB AK AY UM ZF
Nilai
Pesert
a D
idik
Insial Peserta Didik
Tes Kemampuan Awal
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal yang telah dilakukan
peserta didik, peneliti melihat dari kelima peserta didik tidak ada yang
mendapat nilai di atas KKM yaitu 7.00. Peneliti menyimpulkan bahwa
kemampuan peserta didik dalam operasi hitung perkalian billangan 7-9
masih rendah. Hal tersebut menjadi dasar untuk dilaksanakannya
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode jarimatika.
Penggunaan metode jarimatika ini diharapkan dapat membantu dalam
meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian pada
peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia. Peneliti
menetapkan target keberhasilan sebesar 60% dalam dua siklus.
Nilai rata-rata persentase peningkatan hasil belajar matematika
pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 melalui metode jarimatika
diperoleh melalui rumus sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒
=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑑𝑖𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑑𝑖𝑘𝑥 100%
Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =18
5𝑥 100%
= 36%
4. Deskripsi Data Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Pada siklus I, peneliti merencanakan enam kali pertemuan
dengan durasi kurang lebih 1x35 menit (1 jam pelajaran),
sebanyak dua kali dalam seminggu, dilakukan setiap hari Selasa
dan Jumat pukul 08.15 WIB sebelum kegiatan istirahat. Peneliti
menyiapkan seperangkat peralatan penelitian berupa instrumen
penelitian yang akan dijadikan alat tes di setiap akhir siklus,
lembar observasi yang akan digunakan untuk mengamati kegiatan
pembelajaran selama proses pemberian tindakan, kamera sebagai
alat dokumentasi berupa foto dan video, rencana program
pembelajaran (RPP) sebagai acuan guru dalam pemberian
tindakan, dan media yang sesuai dengan tindakan sebagai
pendukung kegiatan pembelajaran.
b. Tindakan (Acting)
Adapun tindakan pada siklus satu yang diberikan kepada
peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia sebagai
berikut:
1. Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, peneliti membuat RPP dengan
materi konsep lambang bilangan serta nilai tempat puluhan dan
satuan pada metode jarimatika. Sebelum pemberian tinndakan,
peneliti memberikan RPP yang telah dibuat dari pertemuan satu
sampai lima untuk dipelajari terlebih dahulu dan berdiskusi dengan
guru kelas mengenai materi yang akan diberikan hari ini.
Pemberian tindakan dilakukan pada hari Jumat tanggal 23 Oktober
2015 sebelum kegiatan istirahat tepatnya pukul 08.15 WIB.
Guru memulai pembelajaran dengan mengkondisikan kelas,
setelah itu dilanjutkan dengan mengucapkan salam, dan
menyampaikan materi yang akan dilakukan. Seluruh peserta didik
menjawab salam dari guru dan memperhatikan ketika guru
menyampaikan materi yang akan dilakukan.
Selanjutnya guru memperlihatkan gambar yang telah
dipersiapkan dan menjelaskan masud dari gambar tersebut, yaitu
berhitung dengan metode jarimatika. Kemudian guru menjelaskan
lambang jari yang digunakan dalam melambangkan bilangan
enam, bilangan tujuh, bilangan delapan, bilangan sembilan, dan
bilangan sepuluh pada metode jarimatika melalui demonstrasi.
Seluruh peserta didik menirukan jari tangannya sesuai dengan
gambar yang ditampilkan guru dan menyebutkan nilai bilangannya
bersama-sama. Kegiatan ini melatih memori peserta didik dalam
memahami konsep lambang bilangan yang digunakan dalam
metode jarimatika.
Gambar 4.2
Guru menjelaskan lambang bilangan pada jarimatika
Lalu peserta didik melambangkan bilangan enam sampai
sepuluh dengan jari tangannya secara individu. Guru mengamati
kegiatan tersebut untuk dapat memahami apakah peserta didik
sudah paham dengan konsep bilangan yang digunakan dalam
metode jarimatika. Jika sudah paham, guru memberikan reward
berupa pujian dan stiker bintang di papan reward. Jika belum
paham, guru memberikan remedial terhadap peserta didik
tersebut.
Peserta didik AB dapat mengikuti dengan baik, AB
melambangkan lambang bilangan yang digunakan pada metode
jarimatika dengan benar. AB mendapat reward dari guru berupa
pujian dan satu buah stiker bintang yang ditempelkan pada papan
reward.
Peserta didik AK dan ZF juga dapat melakukannya dengan
baik dan benar. Mereka sangat antusias dalam belajar jarimatika.
Sehingga saat guru memberikan demonstrasi, AK dan ZF
memperhatikannya dengan serius dan dapat menirukannya
dengan terampil. Masing-masing peserta didik mendapatkan satu
stiker bintang dari guru sebagai reward atas usahanya.
Setelah menjelaskan tentang lambang bilangan pada
jarimatika, selanjutnya guru menjelaskan nilai puluhan dan satuan
pada metode jarimatika. Nilai puluhan ditunjukkan oleh jari yang
terbuka, sedangkan nilai satuan ditunjukkan dengan jari yang
tertutup. Peserta didik menghitung nilai puluhan dan satuan pada
lambang bilangan enam, bilangan tujuh, bilangan delapan,
bilangan sembilan, dan bilangan sepuluh secara bersama-sama.
Setelah melakukan secara bersama-sama, guru melakukan
evaluasi dengan bertanya kepada peserta didik mengenai nilai
puluhan dan satuan yang terdapat pada bilangan enam, bilangan
tujuh, bilangan delapan, bilangan sembilan, dan bilangan sepuluh
secara individu kepada setiap peserta didik. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui pemahaman peserta didik mengenai konsep
nilai puluhan dan satuan pada metode jarimatika. Guru
memberikan reward kepada peserta didik yang mampu mengikuti
pembelajaran dengan baik berupa pujian dan stiker bintang pada
papan reward. Lalu memberikan remedial kepada peserta didik
yang belum mampu mengikuti pembelajaran dengan baik.
Peserta didik AB sudah paham dengan konsep lambang
bilangan, serta nilai puluhan dan satuan pada jarimatika. Hal
tersebut terlihat ketika guru bertanya kepada AB berapa nilai
puluhan dan satuan pada bilangan enam dan tujuh, AB dapat
menjawabnya dengan benar. AB mendapatkan reward berupa dua
buah bintang sebagai bentuk apresiasi terhadap usaha AB dalam
mengikuti pelajaran.
Peserta didik AK terlihat bengong saat guru memberikan
penjelasan mengenai nilai puluhan dan satuan, sehingga ketika
diberikan pertanyaan mengenai nilai puluhan dan satuan pada
bilangan delapan dan sembilan, AK tidak bisa menjawab dengan
benar. AK diberikan remedial oleh guru kelas berupa penjelasan
ulang mengenai nilai puluhan dan satuan pada jarimatika. Setelah
diberikan remedial, AK masih dibimbing guru dalam menjawab dan
melakukan perintah guru. AK mendapat dua buah bintang sebagai
bentuk apresiasi terhadap usaha AK dalam mengikuti pelajaran
hari ini.
Peserta didik ZF termasuk peserta didik yang cepat dalam
memahami konsep lambang bilangan serta nilai puluhan dan
satuan pada metode jarimatika. Hal ini terlihat dari perilaku ZF
yang fokus memperhatikan penjelasan yang guru berikan. Saat
guru bertanya berapa nilai satuan dan puluhan pada bilangan
sembilan dan sepuluh, ZF dapat menjawab pertanyaan guru
dengan benar. ZF mendapat pujian dan dua buah bintang sebagai
bentuk apresiasi atas usaha ZF dalam mengikuti pelajaran hari ini.
Guru meminta peserta didik untuk mengingat materi yang
telah dipelajari hari ini. Kemudian guru menutup kegiatan
pembelajaran dengan menyimpulkan kegiatan yang telah
dilakukan secara bersama-sama, dan mengucapkan Alhamdulillah
sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Peserta didik UM dan AY tidak masuk sekolah hari ini
karena peserta didik UM sedang sakit, sedangkan AY tidak
diketahui penyebabnya. Pemberian materi terhadap UM dan AY
akan dilakukan secara singkat oleh guru ketika UM dan AY masuk
sekolah, sehingga tidak menghambat dalam pemberian materi di
pertemuan berikutnya.
2. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, peneliti membuat RPP dengan
materi langkah-langkah penggunaan rumus jarimatika pada
perkalian 7-9. Pemberian tindakan dilakukan pada hari Selasa
tanggal 27 Oktober 2015 sebelum kegiatan istirahat, tepatnya
pada pukul 08.15 WIB.
Guru memulai pelajaran dengan menyapa dan
mengkondisikan peserta didik. Kemudian guru menyampaikan
materi yang akan dipelajari hari ini. Sebelum memulai materi yang
akan dipelajari, guru mengulang materi pada pertemuan
sebelumnya secara singkat sebagai bentuk apersepsi. Setelah itu
guru mulai memberikan penjelasan mengenai materi yang akan
diberikan.
Guru menyajikan gambar dua buah jari tangan, lalu guru
memberi tahu maksud dari gambar dua jari tangan tersebut yaitu
merupakan langkah selanjutnya dalam berhitung perkalian dengan
metode jarimatika setelah mengetahui lambang bilangan serta nilai
puluhan dan satuan pada jarimatika. Gambar tersebut merupakan
cara penggunaan rumus perkalian yang digunakan pada metode
jarimatika yaitu (B+B) + (TxT) melalui gambar. Maksud dari rumus
tersebut adalah kedua jari yang terbuka dijumlahkan, sedangkan
kedua jari yang tertutup dikalikan. Hasil dari penjumlahan jari yang
terbuka dan perkalian jari yang tertutup saling dijumlahkan maka
akan diketahui hasil dari perkalian tersebut.
Contohnya perkalian tujuh dikali delapan, maka gambar
kedua jari yang ditampilkan adalah jari yang melambangkan
bilangan tujuh dan jari yang melambangkan bilangan delapan.
Kemudian seluruh peserta didik menirukan jari tangannya sesuai
dengan gambar yang ditampilkan dan menyebutkan bentuk
operasi hitungnya bersama-sama. Kemudian peserta didik diminta
untuk menjumlahkan kedua jari terbuka yang bernilai puluhan dan
mengalikan kedua jari tertutup yang bernilai satuan pada soal yang
telah diberikan, yaitu perkalian tujuh dikali delapan. Setelah
mengetahui hasil dari penjumlahan kedua jari yang terbuka dan
perkalian kedua jari yang tertutup, guru meminta peserta didik
untuk menjumlahkan hasil penjumlahan dan hasil perkalian
tersebut untuk mengetahui hasil dari soal perkalian tujuh dikali
delapan.
Setelah melakukan bersama-sama guru melakukan
evaluasi kecil berupa tes lisan dengan meminta peserta didik
berhitung soal perkalian menggunakan jarimatika sesuai dengan
rumus yang telah diajarkan. Guru mengamati kegiatan tersebut
untuk dapat memahami apakah peserta didik sudah paham
dengan langkah awal perkalian yang digunakan dalam metode
jarimatika. Jika sudah paham, guru memberikan reward berupa
pujian dan stiker bintang di papan reward. Jika belum paham, guru
memberikan remedial terhadap peserta didik tersebut.
Gambar 4.3
Guru melakukan evaluasi dengan memberi pertanyaan secara
lisan kepada peserta didik AK
Peserta didik AB terlihat kurang aktif karena pada hari ini
semua peserta didik masuk sekolah, sehingga secara tidak
langsung banyak persaiangan di kelas tersebut dalam menjawab
pertanyaan guru. Namun guru kelas tetap memberikan perhatian
kepada AB dengan memberikan kesempatan kepada AB untuk
maju kedepan untuk mengerjakan soal. Ketika menjawab soal
yang diberikan guru, AB terlihat masih keliru dalam mengalikan
nilai satuan pada jarimatika. AB berpikir bahwa nilai satuan juga
dijumlah seperti nilai puluhan, sehingga hasil akhir pada jawaban
AB salah. Guru memberikan remedial kepada AB dengan
mengulang penjelasan mengenai langkah kedua dari penggunaan
rumus jarimatika yaitu menjumlahkan nilai puluhan dan
mengalikan nilai satuan melalui gambar. Setelah diberikan
remedial AB bisa mengerjakan soal yang diberikan guru. AB
mendapat tiga bintang hari ini sebagai bentuk apresiasi terhadap
usaha AB dalam mengikuti pelajaran.
Peserta didik AK sangat antusias dalam pembelajaran hari
ini, terlihat dari perilaku AK dalam kegiatan pembelajaran yang
aktif ingin selalu menjawab pertanyaan guru. AK sudah paham
dalam menjumlahkan jari terbuka yang bernilai puluhan, namun
AK masih keliru dalam mengalikan jari tertutup yang bernilai
satuan. AK mengira kalau jari yang tertutup juga dijumlahkan
seperti jari yang terbuka, sehingga jawaban akhir AK selalu salah.
Guru memberikan remedial kepada AK dengan mengulang
penjelasan mengenai langkah kedua dari jarimatika yaitu
menjumlahkan nilai puluhan dan mengalikan nilai satuan melalui
gambar. Setelah diberikan remedial AK bisa mengerjakan soal
yang diberikan guru. AK hanya mendapat dua buah stiker bintang
hari ini, namun AK tetap semangat dalam mengikuti pelajaran.
Peserta didik AY mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik, walaupun pada pertemuan sebelumnya AY tidak masuk
sekolah. AY memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Ketika
diberikan pertanyaan oleh guru, AY dapat menjawabnya dengan
benar. AY sudah paham mengenai langkah-langkah penggunaan
jarimatika. AY mendapatkan empat bintang hari ini.
Peserta didik UM pada pertemuan sebelumnya juga tidak
masuk sekolah, namun UM sudah paham mengenai materi pada
pertemuan sebelumnya yaitu mengenal konsep lambang bilangan
serta nilai puluhan dan satuan pada metode jarimatika. UM hari ini
mengikuti pembelajaran dengan baik, UM sangat antusias untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada awalnya
UM juga masih suka keliru mengenai dalam mengalikan jari
tertutup yang bernilai satuan, namun setelah UM diingatkan guru
bahwa jari yang tertutup itu saling dikalikan, UM dapat menjawab
pertanyaan guru dengan cepat dan benar. UM mendapatkan
empat bintang sebagai bentuk apresiasi terhadap usaha UM
dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru.
Peserta didik ZF merupakan peserta didik yang paling cepat
dalam memahami konsep berhitung perkalian menggunakan
metode jarimatika. ZF memperhatikan dengan baik setiap
penjelasan guru, sehingga ZF sudah paham dan dapat menjawab
setiap pertanyaan yang diberikan guru dengan benar. ZF
merupakan anak yang aktif dalam belajar, hal tersebut terlihat dari
perilaku ZF yang tidak mau kalah terhadap AY dan UM dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Guru memberikan
reward kepada ZF berupa pujian dan stiker bintang atas
kemampuannya dalam menjawab setiap pertanyaan yang
diberikan guru. ZF mendapatkan bintang terbanyak dibandingkan
peserta didik yang lain, yaitu lima bintang.
Sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru meminta
peserta didik untuk mengingat materi yang telah dipelajari hari ini.
Kemudian guru menutupnya dengan menyimpulkan kegiatan yang
telah dilakukan secara bersama-sama, dan mengucapkan
Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
3. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga, peneliti membuat RPP dengan
materi penggunaan jarimatika pada perkalian tujuh. Pemberian
tindakan dilakukan pada hari Jumat tanggal 30 Oktober 2015
sebelum kegiatan istirahat, tepatnya pada pukul 08.15 WIB.
Guru memulai pembelajaran dengan mengkondisikan kelas,
lalu mengucapkan salam terlebih dahulu dan menyapa peserta
didik. Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru dan siap
belajar dengan tertib. Setelah itu guru melakukan apersepsi
dengan menanyakan kepada peserta didik mengenai apa yang
telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru
menyampaikan materi yang akan dipelajari hari ini, yaitu
penerapan metode jarimatika pada perkalian tujuh.
Guru menuliskan rumus yang digunakan pada operasi
hitung perkalian jarimatika di papan tulis dan menjelaskan cara
menggunakan rumus jarimatika secara singkat. Seluruh peserta
didik memperhatikan dengan baik. Setelah itu guru memberi
contoh soal perkalian tujuh dan mendemonstrasikan kepada
peserta didik mengenai jari-jari yang digunakan dalam perkalian
tersebut. Peserta didik mencoba melakukan opersai hitung
perkalian tujuh sesuai dengan demonstrasi guru. Guru
memperhatikan peserta didik dalam melakukan kegiatan tersebut,
lalu membimbing dan membenarkan peserta didik yang masih
salah dalam berhitung menggunakan jarimatika. Seluruh peserta
didik dapat menirukannya sesuai dengan demonstrasi guru
dengan benar.
Guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal operasi
hitung perkalian tujuh dan meminta peserta didik untuk menjawab
menggunakan metode jarimatika secara adu cepat. Peserta didik
yang mengacungkan jari terlebih dahulu dipersilahkan untuk
menjawab soal yang diberikan. Seluruh peserta didik sangat
antusias menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan maju
ke depan dan mengerjakannya di papan tulis. Beberapa peserta
didik sudah benar dalam menjawabnya dan ada beberapa peserta
didik yang masih keliru dalam mengalikan nilai satuannya. Peserta
didik yang menjawab dengan benar diberikan reward berupa
pujian dan stiker bintang pada papan reward.
Gambar 4.4
Peserta didik ZF mencoba menjawab soal yang diberikan guru
Peserta didik AB aktif dalam menjawab soal yang diberikan
oleh guru dan mendapat reward berupa stiker bintang sebanyak
tiga buah karena AB telah menjawab tiga soal dengan benar, yaitu
soal tujuh dikali tujuh, tujuh dikali delapan, dan tujuh dikali sepuluh.
Peserta didik AK juga mengikuti pelajaran dengan baik. AK
terlihat sudah tidak kebingungan dalam menjawab soal yang
diberikan guru. AK berhasil menjawab tiga soal, yaitu tujuh dikali
tujuh, tujuh dikali delapan, dan tujuh dikali sembilan. AK
mendapatkan empat bintang hari ini. Tiga bintang diberikan karena
AK sudah dapat menjawab tiga buah soal dengan benar, dan satu
bintang diberikan karena sikap dan usaha AK yang sangat baik
hari ini.
Saat diberikan soal mengenai perkalian tujuh, AY dapat
menjawabnya dengan tenang dan benar. AY sudah paham
terhadap konsep perkalian tujuh pada jarimatika. AY mampu
menjawab tiga soal dengan benar, yaitu tujuh dikali enam, tujuh
dikali sembilan, dan tujuh dikali sepuluh. Walaupun AY merupakan
satu-satunya peserta didik perempuan di kelas, namun AY tidak
mau kalah dibandingkan peserta didik yang lain. AY mendapat
empat bintang sebagai bentuk apresiasi terhadap sikap dan
usahanya dalam menjawab pertanyaan guru dengan benar.
Peserta didik UM suka terburu-buru dalam menjawab soal
yang diberikan oleh guru. Walaupun terburu-buru, UM sudah
paham mengenai konsep jarimatika pada perkalian tujuh. Hal
tersebut terlihat saat UM aktif menjawab soal yang diberikan guru
dan berhasil mendapatkan tiga buah bintang karena telah
menjawab pertanyaan dengan benar. Soal yang berhasil dijawab
UM dengan benar adalah tujuh dikali enam, tujuh dikali delapan,
dan tujuh dikali sembilan.
Peserta didik ZF terlihat kurang bersemangat hari ini. ZF
biasanya aktif menjawab soal yang diberikan oleh guru dengan
cepat, namun hari ini ZF terlihat kurang cepat dalam
mengacungkan tangan sehingga pertanyaan tersebut berhasil
dijawab oleh peserta didik lain. Guru memberikan soal secara
khusus kepada ZF untuk mengetahui pemahamannya. Soal yang
diberikan yaitu tujuh dikali tujuh, tujuh dikali delapan, dan tujuh
dikali sembilan. Setelah diberika soal, ZF sudah menguasai
perkalian tujuh pada jarimatika. ZF mendapatkan tiga bintang hari
ini karena telah menjawab seluruh soal dengan benar.
Setelah itu guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
meminta peserta didik untuk mengingat materi yang telah dipelajari
hari ini. Kemudian guru menyimpulkan kegiatan yang telah
dilakukan secara bersama-sama, dan mengucapkan Alhamdulillah
sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
4. Pertemuan Keempat
Pada pertemuan keempat, peneliti membuat RPP dengan
materi penggunaan jarimatika pada perkalian delapan. Pemberian
tindakan dilakukan pada hari Selasa tanggal 3 November 2015
sebelum kegiatan istirahat, tepatnya pada pukul 08.15 WIB.
Seperti biasa, guru memulai pembelajaran dengan
mengkondisikan kelas, lalu mengucapkan salam terlebih dahulu
dan menyapa peserta didik. Seluruh peserta didik menjawab
salam dari guru. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan kepada peserta didik mengenai apa yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan memberikan
pertanyaan mengenai soal operasi hitung perkalian tujuh.
Beberapa peserta didik masih ingat dan dapat menjawabnya
dengan benar, namun ada juga beberapa peserta didik yang
jawabannya kurang tepat. Setelah itu guru menyampaikan materi
yang akan dipelajari hari ini, yaitu penerapan metode jarimatika
pada perkalian delapan.
Guru menuliskan rumus yang digunakan pada operasi
hitung perkalian jarimatika di papan tulis dan menjelaskan cara
menggunakan rumus jarimatika secara singkat. Setelah itu guru
memberi contoh soal perkalian delapan dan mendemonstrasikan
kepada peserta didik mengenai jari-jari yang digunakan dalam
perkalian tersebut. Peserta didik menirukan apa yang telah guru
demonstrasikan. Guru memperhatikan peserta didik dalam
melakukan kegiatan tersebut. Guru membimbing dan
membenarkan peserta didik yang masih salah dalam berhitung
menggunakan jarimatika.
Guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal operasi
hitung perkalian delapan dan meminta peserta didik untuk
menjawab menggunakan metode jarimatika secara adu cepat.
Peserta didik sangat antusias menjawab pertanyaan yang
diberikan guru dengan maju ke depan dan mengerjakannya di
papan tulis. Peserta didik yang menjawab dengan benar diberikan
reward berupa pujian dan stiker bintang pada papan reward.
Gambar 4.5
Guru memberikan reward kepada peserta didik yang dapat
menjawab dengan benar
Peserta didik AB sangat semangat dalam belajar hari ini. AB
memperhatikan dengan baik, dan menjawab soal yang diberikan
guru dengan benar yaitu soal delapan dikali delapan, delapan
dikali sembilan, dan delapan dikali sepuluh. AB sudah paham
dengan perkalian tujuh sehingga dalam perkalian delapan AB tidak
terlalu mengalami kesulitan. Pada hari ini AB mendapatkan empat
bintang sebagai bentuk apresiasi terhadap sikap dan usahanya
dalam menjawab dengan benar.
Peserta didik AK pada awalnya memperhatikan dengan
baik. AK juga sudah paham dengan konsep perkalian delapan
pada jarimatika. Namun di akhir pembelajaran, AK kurang tertib
saat belajar. AK usil terhadap temannya yang sedang
memperhatikan penjelasan guru. AK melempar-lempar kertas
kepada temannya. Oleh karena itu, bintang yang diperoleh AK
dikurangi satu buah pada papan reward dan hanya mendapat dua
bintang hari ini. AK menjawab tiga soal dengan benar yaitu soal
delapan dikali tujuh, delapan dikali delapan, dan delapan dikali
sepuluh.
Peserta didik AY memperhatikan penjelasan guru dengan
bailk. AY merupakan peserta didik yang pendiam, namun cepat
memahami penjelasan guru. AY sudah paham dengan materi hari
ini, namun AY kurang cepat dalam mengacungkan tangan dan
menjawab soal yang diberikan oleh guru. Sehingga AY hanya
mendapat dua bintang hari ini kerena telah berhasil menjawab tiga
soal dengan benar yaitu soal delapan dikali enam, dan delapan
dikali delapan.
Seperti biasanya, UM selalu hadir dengan semangat. UM
fokus memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. Sehingga
UM sudah mulai teliti dan tidak terburu-buru dalam menjawab soal
yang diberikan guru. UM berhasil mendapatkan empat bintang hari
ini karena telah memperhatikan dengan baik dan menjawab tiga
soal dengan benar yaitu soal delapan dikali enam, delapan dikali
tujuh, dan delapan dikali sembilan.
Peserta didik ZF cenderung terburu-buru dan kurang teliti
dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru hari ini.
Sebenarnya ZF sudah paham dengan konsep jarimatika. Namun
karena sikap ZF yang tidak mau kalah dengan teman-temannya,
ZF cenderung menjawab dengan terburu-buru dengan jawaban
yang kurang tepat. ZF diberikan remedial dan diberikan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara individu. Setelah
itu ZF sudah bisa menjawab dengan benar dan berhasil
mendapatkan dua bintang hari ini.
Setelah itu guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
meminta peserta didik untuk mengingat materi yang telah dipelajari
hari ini. Kemudian menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan
secara bersama-sama, dan mengucapkan Alhamdulillah sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
5. Pertemuan Kelima
Pada pertemuan kelima, peneliti membuat RPP dengan
materi penggunaan jarimatika pada perkalian sembilan. Pemberian
tindakan dilakukan pada hari Jumat tanggal 6 November 2015
sebelum kegiatan istirahat, tepatnya pada pukul 08.15 WIB. Pada
hari ini hanya ada dua peserta didik yang masuk sekolah, yaitu AB
dan UM. Ketiga peserta didik lainnya yaitu, AK, AY, dan ZF tidak
masuk hari ini karena pada hari rabu mereka melakukan kegiatan
study tour di Taman Safari dan masih kelelahan.
Seperti biasa, guru memulai pembelajaran dengan
mengkondisikan kelas, lalu mengucapkan salam terlebih dahulu
dan menyapa peserta didik. Kemudian guru melakukan apersepsi
dengan menanyakan kepada peserta didik mengenai apa yang
telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan memberikan
pertanyaan mengenai soal operasi hitung perkalian delapan.
Seluruh peserta didik masih ingat dan dapat menjawabnya dengan
benar. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
hari ini, yaitu penerapan metode jarimatika pada perkalian
sembilan.
Guru menuliskan rumus yang digunakan pada operasi
hitung perkalian jarimatika di papan tulis dan menjelaskan cara
menggunakan rumus jarimatika secara singkat. Setelah itu guru
memberi contoh soal perkalian sembilan dan mendemonstrasikan
kepada peserta didik mengenai jari-jari yang digunakan dalam
perkalian tersebut. Peserta didik menirukan apa yang telah guru
demonstrasikan. Guru memperhatikan peserta didik dalam
melakukan kegiatan tersebut. Guru membimbing dan
membenarkan peserta didik yang masih salah dalam berhitung
menggunakan jarimatika.
Guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal operasi
hitung perkalian sembilan. Peserta didik sangat antusias
menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan maju ke depan
dan mengerjakannya di papan tulis. Berhubung hari ini hanya ada
dua peserta didik, kegiatan pembelajaran menjadi sangat efektif
dan seluruh peserta didik sudah benar dalam menjawabnya.
Seluruh peserta didik yang menjawab dengan benar diberikan
reward berupa pujian dan stiker bintang pada papan reward.
Gambar 4.6
Peserta didik UM menjawab soal yang diberikan guru dengan
mengerjakannya di papan tulis
Peserta didik AB sangat antusias dalam belajar dan
menjawab seluruh soal dengan benar. Soal yang diberikan yaitu
sembilan dikali delapan, sembilan dikali sembilan, dan sembilan
dikali sepuluh. AB sangat fokus hari ini, karena hanya ada dua
peserta didik yang masuk sekolah. AB mendapatkan empat
bintang hari ini karena telah hadir dan menjawab tiga soal dengan
benar.
Peserta didik UM juga sangat antusias dan semangat hari
ini. UM sangat fokus dan aktif menjawab soal yang diberikan oleh
guru. UM menjawab dengan benar dan tidak terburu-buru. UM
menjawab soal lebih banyak dibandingkan AB hari ini, sehingga
bintang yang didapat UM sebagai reward lebih banyak, yaitu lima
buah bintang. Soal yang dijawab UM dengan benar adalah
sembilan dikali enam, sembilan dikali tujuh, sembilan dikali
delapan, dan sembilan dikali sepuluh.
Setelah melakukan evaluasi, guru menutup kegiatan
pembelajaran dengan meminta peserta didik untuk mengingat
materi yang telah dipelajari hari ini. Kemudian guru menyimpulkan
kegiatan yang telah dilakukan secara bersama-sama, dan
mengucapkan Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur kepada
Allah SWT.
6. Pertemuan Keenam
Pada pertemuan keenam peneliti melakukan tes siklus
pertama secara keseluruhan dari materi pada pertemuan pertama
sampai kelima. Tes tertulis ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar perkalian bilangan 7-9 yang terjadi pada
peserta didik. Tes diberikan kepada peserta didik berinisial AB,
AK, AY, ZF, UM yang dilakukan pada hari Selasa, tanggal 10
November 2015, pukul 08.50 WIB, selama tiga puluh menit
dengan jumlah soal sepuluh buah sesuai dengan instrumen
penelitian yang telah dibuat. Hasil tes siklus I dan persentase
kemampuan awal dengan siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 dan
tabel 4.3.
Tabel 4.2
Analisis Data Hasil Tes Akhir Siklus I
No. Butir Soal Inisial Peserta Didik
Nila
i Ra
ta-R
ata
AB AK AY UM ZF
1. 7 x 6 1 1 1 1 0
2. 8 x 9 0 0 1 0 0
3. 9 x 9 0 0 1 0 0
4. 9 x 7 0 0 0 1 1
5. 8 x 6 1 1 0 1 1
6. 7 x 10 1 0 1 1 1
7. 7 x 7 0 1 1 1 1
8. 8 x 10 1 0 1 0 1
9. 7 x 9 0 0 0 0 0
10. 9 x 6 1 1 1 1 0
Jumlah Nilai 5 4 7 6 5 5,4
Persentase 50% 40% 70% 60% 50% 54%
Persentase Yang
Diharapkan 60% 60% 60% 60% 60% 60%
Keterangan: - Jawaban benar mendapat poin 1
- Jawaban salah mendapat poin 0
Tabel 4.3
Persentase Tes Kemampuan Awal dan Tes Siklus I
No.
Inisial
Peserta
Didik
Persentase
Kemampuan
Awal
Persentase
Siklus I
Persentase
Yang
Diharapkan
Keterangan
1. AB 30% 50% 60% Meningkat
2. AK 30% 40% 60% Meningkat
3. AY 40% 70% 60% Meningkat
4. UM 30% 60% 60% Meningkat
5. ZF 50% 50% 60% Tetap
Nilai Rata-Rata 36% 54% 60% Meningkat
Berdasarkan tabel diatas, peserta didik AB mengerjakan
dengan tenang dan terlihat ada peningkatan dibandingkan tes
sebelumnya. Peserta didik AB mengerjakan dengan tenang dan
mandiri. AB berhasil menjawab lima dari sepuluh soal dengan
benar, sehingga mendapatkan nilai lima dengan persentase 50%.
Soal yang berhasil dijawab AB dengan benar yaitu soal nomor
satu, lima, enam, delapan, dan sepuluh. Hasil belajar perkalian AB
meningkat 20% setelah diberikan tindakan dengan metode
jarimatika. Walaupun sudah meningkat, AB belum mencapai target
yang peniliti harapkan sehingga perlu diteruskan ke siklus
berikutnya.
Peningkatan juga terjadi pada peserta didik AK. Pada tes
kemampuan awal, AK hanya mampu menjawab tiga soal dengan
benar, tiga soal dengan salah, dan empat soal tidak terjawab
karena waktu yang telah habis. Pada tes siklus pertama ini, AK
berhasil mengerjakan semua soal dan berhasil menjawab empat
dari sepuluh soal dengan benar. Sehingga nilai yang didapatkan
AK adalah empat dengan persentase 40%. Soal yang berhasil
dijawab AK dengan benar yaitu soal nomor satu, lima tujuh, dan
sepuluh. Peningkatan hasil belajar perkalian pada peserta didik AK
sebesar 10%. Kecepatan berhitung pada peserta didik AK juga
meningkat, namun AK masih kurang teliti dan keliru dalam
mengerjakan. Peserta didik AK belum mencapai target yang
diharapkan peneliti, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
Peserta didik AY mengerjakan tes siklus pertama dengan
tenang dan teliti. AY tidak terpengaruh terhadap teman-temannya
yang sudah selesai terlebih dahulu. Sehingga nilai yang
didapatkan AY dalam tes siklus pertama ini adalah tujuh dengan
persentase 70%. Soal yang berhasil dijawab AY dengan jawaban
yang benar sebanyak tujuh dari sepuluh soal, yaitu pada soal
nomor satu, dua, tiga, enam, tujuh, delapan, dan sepuluh.
Peningkatan hasil belajar perkalian pada peserta didik AY sebesar
30% dan sudah mencapai target yang diharapkan peneliti. Namun
peserta didik AY tetap mengikuti kegiatan di siklus berikutnya
untuk lebih memahami dan meningkatkan kecepatan berhitung
perkaliannya.
Pada awalnya peserta didik UM mengerjakan dengan
tenang, namun setelah melihat temannya sudah selesai
mengerjakan UM menjadi terburu-buru. Walaupun mengerjakan
dengan terburu-buru, nilai yang didapatkan UM dalam tes siklus
pertama ini adalah enam dengan persentase 60%. Soal yang
berhasil dijawab UM dengan jawaban yang benar sebanyak enam
dari sepuluh soal, yaitu pada soal satu, empat, lima, enam, tujuh,
dan sepuluh. Peningkatan hasil belajar perkalian pada peserta
didik UM sebesar 30% dan sudah mencapai target yang
diharapkan peneliti. Walaupun sudah mencapai target yang
diharapkan peneliti, nilai UM belum mencapai KKM sekolah yaitu
7.00. Sehingga guru kelas meminta UM untuk tetap mengikuti
kegiatan di siklus berikutnya.
Peserta didik ZF mengerjakan dengan kurang teliti. ZF tidak
masuk dan tidak terlalu fokus pada dua pertemuan sebelumnya,
sehingga berdampak pada hasil tes siklus pertamanya. ZF
mendapatkan nilai lima dengan persentase 50%. Soal yang
berhasil dijawab ZF dengan jawaban yang benar sebanyak lima
dari sepuluh soal, yaitu pada soal nomor empat, lima, enam, tujuh,
dan delapan. Berdasarkan hasil tersebut, peserta didik ZF tidak
mengalami peningkatan dalam berhitung perkalian bilangan 7-9.
Setelah diperiksa hasil tes akhir siklusnya, jawaban yang salah
pada peserta didik ZF terdapat pada soal perkalian sembilan yang
telah dipelajari saat ZF tidak masuk. Oleh karena itu, ZF perlu
melanjutkan ke siklus berikutnya untuk mencapai target yang
diharapkan peneliti.
Setelah melakukan tes akhir siklus pertama, guru tidak
membahasnya bersama dikarenakan waktu yang sudah habis.
Grafik peningkatan hasil belajar matematika pokok bahasan
perkalian bilangan 7-9 pada peserta didik tunarungu kelas IV di
SLB Flora Indonesia sebelum dan sesudah diberikan tindakan
pada siklus I adalah sebagai berikut:
Gambar 4.7
Grafik Peningkatan Hasil Belajar Perkalian Siklus I
Berdasarkan hasil tes siklus pertama yang telah dilakukan
peserta didik, dua dari lima peserta didik sudah mencapai target
yang diharapkan peneliti dan sisanya belum mencapai target yang
diharapkan peneliti. Nilai rata-rata persentase peningkatan hasil
belajar matematika pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan metode jarimatika adalah 54%, dan belum
0
1
2
3
4
5
6
7
8
AB AK AY UM ZF
Nilai
Pesert
a D
idik
Inisial Peserta Didik
Tes Kemampuan Awal
Tes Akhir Siklus I
mencapai target yang diharapkan peneliti yaitu 60% sehingga
masih perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Nilai rata-rata persentase peningkatan hasil belajar
matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 melalui metode
jarimatika diperoleh melalui rumus sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒
=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑑𝑖𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑑𝑖𝑘𝑥 100%
Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =27
5𝑥 100%
= 54%
c. Refleksi (Reflection)
Berdasarkan hasil tes dan pengamatan pada kegiatan siklus
satu yang telah dilakukan. Terdapat beberapa pembahasan yang
dilakukan oleh peneliti beserta guru kelas sebagai pemberi
tindakan secara langsung, yaitu kesalahan peserta didik dalam
menjawab pertanyaan dan soal yang disebabkan oleh ketidak
telitian dari setiap peserta didik, yaitu berupa kekeliruan dalam
penggunaan rumus jarimatika. Peserta didik cenderung
menjumlahkan nilai satuan pada lambang bilangan jarimatika,
seharusnya nilai satuan pada bilangan jarimatika saling dikalikan.
Penyebab ketidaktelitian lainnya adalah sikap peserta didik
yang tidak mau kalah cepat dengan peserta didik lain dalam
mengerjakan soal maupun dalam menjawab pertanyaan guru
secara langsung. Sehingga setiap peserta didik mengerjakannya
dengan terburu-buru dan dengan hasil yang kurang tepat.
Peneliti melihat bahwa pemberian reward berupa stiker di
papan reward yang membuat setiap peserta didik tidak mau kalah
dalam menjawab pertanyaan guru. Namun guru merasa jika tidak
diberi reward, peserta didk akan cenderung pasif.
Peneliti dan guru kelas akhirnya berdiskusi untuk
mendapatkan solusi yang tepat dalam menyelasaikan masalah-
masalah tersebut, yaitu dengan memberikan penekanan dan
pengulangan bahwa nilai satuan pada jarimatika saling dikalikan,
bukan dijummlahkan, dan memberikan pertanyaan evaluasi secara
bergiliran kepada peserta didik sehingga setiap peserta didik tidak
perlu adu cepat dalam menjawab dan tidak perlu khawatir untuk
tidak mendapat bintang. Dengan begitu peneliti dan guru kelas
berharap setiap peserta didik dapat menjawab dengan teliti dan
tidak terburu-buru.
Peneliti dan guru kelas melakukan perbandingan terhadap
hasil belajar perkalian sebelum dan sesudah pemberian tindakan
pada siklus satu. Hasil perbandingan tersebut memperlihatkan
adanya perubahan kemampuan dan kecepatan pada operasi
hitung perkalian dan berdampak pada hasil belajarnya yang
mengalami sedikit peningkatan. Guru merasa para peserta didik
sudah paham dengan lambang bilangan dan cara melakukan
operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika, hanya saja perlu
latihan berulang-ulang untuk mencapai target yang ditetapkan
serta melatih ingatan dan pemahamannya.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas, peneliti
menetapkan empat pertemuan pada siklus kedua dengan
mengulang materi pada pertemuan ketiga, keempat, dan kelima di
siklus satu, yaitu penerapan metode jarimatika pada perkalian
tujuh, delapan, dan sembilan.
5. Deskripsi Data Siklus II
a. Perencanaan (Planning)
Pada siklus II, peneliti dan guru merencanakan empat kali
pertemuan dengan durasi kurang lebih 1x35 menit (1 jam
pelajaran), sebanyak dua kali dalam seminggu, dilakukan setiap
hari Selasa dan Jumat pukul 08.15 WIB sebelum kegiatan
istirahat. Peneliti menyiapkan seperangkat peralatan penelitian
berupa instrumen penelitian yang akan dijadikan alat tes di setiap
akhir siklus, lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengamati kegiatan pembelajaran selama proses pemberian
tindakan, kamera sebagai alat dokumentasi berupa foto dan video,
rencana program pembelajaran (RPP) sebagai acuan guru dalam
pemberian tindakan, dan media yang sesuai dengan tindakan
sebagai pendukung kegiatan pembelajaran.
b. Tindakan (Acting)
Adapun tindakan pada siklus dua yang diberikan kepada
peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia sebagai
berikut:
1. Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, peneliti membuat RPP dengan
materi penerapan perkalian tujuh pada metode jarimatika. Peneliti
telah memberikan RPP yang telah dibuat dari pertemuan satu
sampai tiga untuk dipelajari terlebih dahulu. Pemberian tindakan
dilakukan pada hari Jumat tanggal 13 November 2015 sebelum
kegiatan istirahat tepatnya pukul 08.15 WIB.
Sebelum memberikan tindakan, guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu agar pelaksanaan tindakan dapat berjalan dengan
baik dan efektif. Setelah itu guru mengucapkan salam dan
menanyakan kabar dari peserta didik. Seluruh peserta didik
menjawab salam dari guru. Peserta didik AB memberitahu bahwa
peserta didik AY tidak masuk hari ini. Lalu guru memberitahu
bahwa AY tidak masuk karena sakit. Lalu guru memeberitahu
materi yang akan dipelajari hari ini, yaitu menerapkan perkalian
tujuh pada metode jarimatika.
Guru menuliskan rumus perkalian pada jarimatika di papan
tulis dan menjelaskan bahwa nilai puluhan saling dijumlahkan dan
nilai satuan saling dikalikan. Setelah itu hasil dari penjumlahan
nilai puluhan dan perkalian nilai satuan saling dijumlahkan. Guru
memberikan penekanan terhadap rumus yang digunakan,
terutama dalam mengalikan nilai satuan. Peserta didik UM
merespon penjelasan guru dengan memberikan isyarat bahwa dia
sudah ingat dan tahu. Guru membalas pernyataan UM dengan
berkata “iya bagus. Harus diingat-ingat terus”. Kemudian guru
meminta peserta didik untuk mencatat rumus tersebut di bukunya
masing-masing.
Setelah selesai mencatat, guru menerapkan rumus
perkalian tersebut pada perkalian tujuh. Penerapan perkalian tujuh
dimulai dengan soal tujuh dikali enam, setelah itu tujuh dikali tujuh,
tujuh dikali delapan, tujuh dikali sembilan, dan tujuh dikali sepuluh.
Guru membimbing peserta didik dengan cara demonstrasi dan
setiap peserta didik menirukannya. Lalu guru memperhatikan
kinerja peserta didik dan membenarkan apabila ada yang salah.
Namun rata-rata peserta didik sudah melakukannya dengan benar.
Guru memberikan evaluasi berupa pertanyaan secara lisan
kepada setiap peserta didik dengan soal yang berbeda, dan
meminta peserta ddik menjawabnya secara bergiliran. Hal tersebut
bertujuan agar seluruh peserta didik dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan dengan tidak terburu-buru. Soal yang diberikan
berupa soal perkalian tujuh yang telah dipelajari bersama.
Gambar 4.8
Peserta didik AB menjawab soal yang diberikan guru
Peserta didik AB diberikan soal tujuh dikali enam dan tujuh
dikali delapan, AB dapat menjawab dengan benar. AB dari awal
sangat memperhatikan setiap penjelasan guru. Sehingga saat
diberikan soal secara lisan AB dapat menjawabnya dengan benar.
AB mendapatkan reward berupa pujian dan dua buah stiker
bintang.
Peserta didik AK diberikan soal tujuh dikali tujuh dan tujuh
dikali delapan. AK dapat menjawab dengan baik dan benar. AK
mulai paham dan sudah tidak keliru dalam menggunakan rumus
jarimatika. AK mendapat reward berupa pujian dan dua buah stiker
bintang.
Peserta didik UM diberikan soal tujuh dikali enam dan tujuh
dikali sepuluh. UM dapat menjawab dengan cepat dan benar. UM
sudah paham dengan rumus jarimatika dan dapat
mengaplikasikannya dengan benar. UM mendapatkan reward
berupa pujian dan dua buah stiker bintang.
Peserta didik ZF diberikan soal tujuh dikali tujuh dan tujuh
dikali sembilan. Peserta didik ZF sebelumnya masih suka keliru
dan terburu-buru dalam menjawab pertanyaan guru. Namun
sekarang ZF dapat mengerjakannya dengan tenang dan benar. ZF
mendapat reward berupa pujian dan dua buah stiker bintang.
Guru memberikan satu bintang tambahan kepada masing-
masing peserta didik karena telah rajin masuk dan berusaha
dengan baik hari ini. Guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari hari ini secara singkat dan meminta peserta didik untuk
mengingat-ingatnya. Guru menutup kegiatan pembelajaran
dengan mengucap syukur dan salam. Setelah itu peserta didik
diperbolehkan untuk istirahat dan bermain.
2. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, peneliti membuat RPP dengan
materi penerapan perkalian delapan pada metode jarimatika.
Pemberian tindakan dilakukan pada hari Selasa tanggal 17
November 2015 sebelum kegiatan istirahat tepatnya pukul 08.15
WIB.
Di hari kedua, seluruh peserta didik masuk sekolah. Guru
mengkondisikan kelas terlebih dahulu agar pelaksanaan tindakan
dapat berjalan dengan lancar. Setelah itu guru menyapa peserta
didik dengan mengucapkan salam. Seluruh peserta didik
membalas salam dari guru satu persatu. Selanjutnya guru
melakukan apersepsi pada pertemuan sebelumnya yang
membahas tentang perkalian tujuh secara singkat. Kemudian guru
memberitahu tentang materi yang akan dipelajari hari ini, yaitu
menerapkan perkalian delapan pada metode jarimatika.
Guru menjelaskan kembali rumus perkalian pada jarimatika
dan menuliskannya di papan tulis. Guru memberikan penekanan
terhadap rumus yang digunakan, terutama dalam mengalikan nilai
satuan. Setelah menjelaskan rumus tersebut, guru membimbing
peserta didik untuk menerapkannya pada perkalian delapan,
dimulai dengan soal delapan dikali enam, setelah itu delapan dikali
tujuh, delapan dikali delapan, delapan dikali sembilan, dan delapan
dikali sepuluh.
Guru membimbingnya dengan memberi contoh terlebih
dahulu dan meminta peserta didik untuk menirukannya. Lalu guru
memperhatikan setiap peserta didik dan mebenarkan apabila
masih ada yang salah. Secara keseluruhan, peserta didik sudah
dapat melakukannya dengan baik dan benar.
Gambar 4.9
Guru memperhatikan kinerja peserta didik AY
Guru memberikan evaluasi berupa pertanyaan secara lisan
kepada setiap peserta didik dengan soal yang berbeda-beda. Lalu
meminta peserta ddik menjawabnya dengan bergiliran. Hal
tersebut bertujuan agar seluruh peserta didik dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan dengan tidak terburu-buru. Soal yang
diberikan berupa soal perkalian delapan yang telah dipelajari
bersama.
Peserta didik AB diberikan tiga soal, yaitu delapan dikali
sembilan, delapan dikali tujuh, dan delapan dikali delapan. Peserta
didik AB dapat menjawab seluruh pertanyaan dengan benar,
namun masih kurang cepat dalam menjawabnya. Hal ini
disebabkan, semalam AB tidur larut malam sehingga hari ini
terlihat mengantuk dan kurang bersemangat. AB mendapat reward
berupa pujian dan tiga buah stiker bintang hari ini.
Peserta didik AK diberikan tiga soal, yaitu delapan dikali
enam, delapan dikali tujuh, dan delapan dikali sepuluh. AK berhasil
menjawab seluruh pertanyaan dengan benar. AK terlihat tenang
dan tidak terburu-buru saat menjawab soal. AK mendapat pujian
dan tiga buah stiker bintang hari ini.
Peserta didik AY diberikan tiga soal, yaitu delapan dikali
enam, delapan dikali delapan, dan delapan dikali sembilan. AY
dapat menjawab ketiga pertanyaan tersebut dengan baik dan
benar. Walaupun AY kemarin tidak masuk, namun AY dapat
mengikuti pelajaran dengan baik. AY mendapat pujian dan tiga
buah stiker bintang hari ini.
Peserta didik UM diberikan tiga soal, yaitu delapan dikali
tujuh, delapan dikali sembilan, dan delapan dikali enam. UM dapat
menjawab ketiga pertanyaan tersebut dengan benar. UM terlihat
tenang dalam menjawab setiap pertanyaan guru. UM berhasil
mendapat tiga buah stiker bintang hari ini.
Peserta didik ZF juga diberikan tiga soal, yaitu delapan
dikali delapan, delapan dikali sepuluh, dan delapan dikali enam.
ZF dapat menjawab semua pertanyaan guru dengan cepat dan
benar. ZF terlihat sudah memahami penggunaan rumus jarimatika
dan dapat mengerjakannya dengan cepat dan percaya diri. ZF
mendapat pujian dan tiga buah stiker bintang hari ini.
Setelah melakukan evaluasi, guru menyimpulkan materi
yang telah dipelajari bersama dan meminta peserta didik untuk
mengingatnya. Peserta didik UM bertanya “besok jumat belajar
perkalian sembilan?”, lalu guru menjawab “ya, hari jumat kita akan
belajar perkalian sembilan”. Guru menutup kegiatan pembelajaran
dengan mengucap syukur dan salam. Setelah itu peserta didik
menjawab salam dari guru lalu diperbolehkan untuk istirahat dan
bermain.
3. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga, peneliti membuat RPP dengan
materi penerapan perkalian sembilan pada metode jarimatika.
Pemberian tindakan dilakukan pada hari Jumat tanggal 20
November 2015 sebelum kegiatan istirahat tepatnya pukul 08.15
WIB. Di hari ketiga peserta didik AY tidak masuk sekolah karena
orangtuanya sedang sibuk, sehiingga tidak ada yang
mengantarnya ke sekolah.
Sebelum memulai pembelajaran, seperti biasa guru
mengkondisikan kelas terlebih dahulu agar pelaksanaan tindakan
dapat berjalan dengan lancar. Setelah itu guru menyapa peserta
didik dengan mengucapkan salam. Seluruh peserta didik
menjawab salam dari guru satu persatu. Selanjutnya guru
melakukan apersepsi pada pertemuan sebelumnya yang
membahas tentang perkalian delapan secara singkat. Kemudian
peserta didik ZF berkata “sekarang perkalian sembilan”, lalu guru
merespon dengan memberitahu kepada semua peserta didik “ya
benar, hari ini kita akan membahas tentang perkalian sembilan”.
Setelah itu guru bertanya “bagaimana cara mengerjakan
perkalian sembilan?” peserta didik UM menjawab dengan
memberikan isyarat “jari yang terbuka dijumlah dan jari yang
tertutup dikali”. Guru merespon jawaban dari peserta didik UM
dengan berkata “ya benar” setelah itu memberikannya pujian dan
menjelaskan kembali rumus perkalian pada jarimatika serta
menuliskannya di papan tulis. Guru memberikan penekanan
terhadap rumus yang digunakan, terutama dalam mengalikan nilai
satuan.
Gambar 4.10
Seluruh peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Setelah menjelaskan rumus tersebut, guru membimbing
peserta didik untuk menerapkannya pada perkalian delapan,
dimulai dengan soal sembilan dikali enam, setelah itu sembilan
dikali tujuh, sembilan dikali delapan, sembilan dikali sembilan, dan
sembilan dikali sepuluh. Guru membimbingnya dengan memberi
contoh terlebih dahulu dan meminta peserta didik untuk
menirukannya.
Ketika guru sedang memperhatikan kinerja peserta didik,
peserta didik AB melakukan dengan salah lalu ditertawai oleh
peserta didik UM. AB langsung menangis dan keluar kelas, lalu
guru langsung mengejar AB dan menenangkannya. Setelah itu
guru menegur UM dan memberitahu untuk tidak mengejek teman
ketika salah. Kemudian guru meminta UM untuk tidak
mengulanginya lagi dan meminta maaf kepada AB. Setelah UM
meminta maaf, guru memberitahu kepada seluruh peserta didik
untuk tidak sombong dan mengejek teman ketika salah. Seluruh
peserta didik merespon dengan menganggukan kepalanya.
Setelah itu guru memberikan evaluasi berupa pertanyaan
secara lisan kepada setiap peserta didik dengan soal yang
berbeda-beda. Lalu meminta peserta ddik menjawabnya dengan
bergiliran. Soal yang diberikan berupa soal perkalian sembilan
yang telah dipelajari bersama.
Peserta didik AB diberikan tiga soal, yaitu sembilan dikali
sembilan, sembilan dikali tujuh, dan sembilan dikali sepuluh.
Peserta didik AB dapat menjawab dua pertanyaan dengan benar,
dan satu pertanyaan yang salah, yaitu pertanyaan delapan dikali
sepuluh. AB menjawab delapan puluh dua, padahal jawaban
sebenarnya adalah delapan puluh. AB menjawab salah karena AB
mengira dua dikali nol sama dengan dua. Guru menjelaskan
kepada AB kalau dua dikali nol sama dengan nol, dan
memberitahu bahwa berapapun jika dikalikan dengan nol maka
hasilnya akan nol. AB memahami penjelasan tersebut dan
mendapat dua stiker bintang hari ini.
Peserta didik AK diberikan tiga soal, yaitu sembilan dikali
enam, sembilan dikali sembilan, dan sembilan dikali tujuh. AK
sudah memahami dan menguasai penggunaan rumus perkalian
pada jarimatika. Sehingga dapat menjawab seluruh pertanyaan
dengan percaya diri dan benar. AK mendapat reward berupa
pujian dan berhasil mendapat tiga buah bintang hari ini.
Peserta didik UM diberikan tiga soal, yaitu sembilan dikali
sembilan, sembilan dikali delapan, dan sembilan dikali enam. UM
dapat menjawab ketiga pertanyaan tersebut dengan lancar dan
percaya diri. UM berhasil mendapat tiga buah stiker bintang hari
ini.
Peserta didik ZF diberikan tiga soal, yaitu sembilan dikali
delapan, sembilan dikali tujuh, dan delapan dikali enam. ZF dapat
menjawab semua pertanyaan guru dengan lancar dan benar. ZF
mendapat pujian dan tiga buah stiker bintang hari ini.
Setelah melakukan evaluasi, guru menyimpulkan materi
yang telah dipelajari bersama dan memberitahu peserta didik akan
ada ujian di hari Selasa depan. Peserta didik AB bertanya dengan
isyarat “ujian jarimatika?”, lalu guru menjawab “ya, perkalian
dengan jarimatika. Kalian harus mengingatnya dan belajar di
rumah”. Seluruh peserta didik sangat antusias mendengarnya.
Kemudian guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
mengucap syukur dan salam. Lalu peserta didik diperbolehkan
untuk istirahat dan bermain.
4. Pertemuan Keempat
Pada pertemuan keempat peneliti melakukan tes akhir
secara keseluruhan dari materi pada pertemuan pertama sampai
ketiga di siklus kedua. Tes tertulis ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar perkalian bilangan 7-9 pada peserta
didik. Tes diberikan kepada peserta didik berinisial AB, AK, AY,
ZF, UM yang dilakukan pada hari Selasa, tanggal 24 November
2015, pukul 08.15 WIB, selama tiga puluh menit dengan jumlah
soal sepuluh buah sesuai dengan instrumen penelitian yang telah
dibuat. Hasil analisis data tes siklus II dan persentase kemampuan
awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel
4.5
.
Tabel 4.4
Analisis Data Hasil Tes Akhir Siklus II
No. Butir Soal Inisial Peserta Didik
Nila
i Ra
ta-R
ata
AB AK AY UM ZF
1. 7 x 6 1 1 1 1 1
2. 8 x 9 1 1 1 1 1
3. 9 x 9 1 1 1 1 1
4. 9 x 7 1 1 1 1 1
5. 8 x 6 1 1 1 1 1
6. 7 x 10 1 1 1 1 1
7. 7 x 7 1 1 1 1 1
8. 8 x 10 1 0 1 1 1
9. 7 x 9 1 1 0 1 1
10. 9 x 6 1 1 1 1 1
Jumlah Nilai 100 9 9 100 10 9,6
Persentase 100% 90% 90% 100% 100% 96%
Persentase Yang
Diharapkan 60% 60% 60% 60% 60% 60%
Keterangan: - Jawaban benar mendapat poin 1
- Jawaban salah mendapat poin 0
Tabel 4.5
Persentase Tes Kemampuan Awal, Tes Siklus I, dan Tes Siklus II
No.
Inisial
Peserta
Didik
Persentase
Kemampuan
Awal
Persentase
Siklus I Persentase
Siklus II
Persentase
Yang
Diharapkan
Keterangan
1. AB 30% 50% 100% 60% Meningkat
2. AK 30% 40% 90% 60% Meningkat
3. AY 40% 70% 90% 60% Meningkat
4. UM 30% 60% 100% 60% Meningkat
5. ZF 50% 50% 100% 60% Meningkat
Nilai Rata-Rata 36% 54% 96% 60% Meningkat
Pada saat melakukan tes akhir siklus kedua, peserta didik
AB mengerjakan dengan tenang dan terlihat ada peningkatan
dibandingkan tes sebelumnya. Peserta didik AB berhasil
menjawab sepuluh soal dengan benar, sehingga mendapatkan
nilai sepuluh dengan persentase 100%. Hasil belajar perkalian AB
meningkat 50% setelah diberikan tindakan dengan metode
jarimatika. AB sudah terampil dalam menggunakan metode
jarimatika dan telah mencapai target yang peniliti harapkan.
Peningkatan juga terjadi pada peserta didik AK. Pada tes
akhir siklus kedua ini, AK berhasil mengerjakan sepuluh soal
dengan satu jawaban yang salah yaitu pda soal nomor delapan .
Sehingga nilai yang didapatkan AK adalah sembilan dengan
persentase 90%. Peningkatan hasil belajar perkalian pada peserta
didik AK sebesar 50%. Peserta didik AK sudah memahami dengan
baik penggunaan metode jarimatika, AK sudah tidak terburu-buru
lagi dan sudah terampil dalam mengerjakan soal dengan metode
jarimatika. Peserta didik AK sudah mencapai target yang
diharapkan peneliti.
Peserta didik AY mengerjakan tes akhir siklus kedua
dengan baik. Pada kegiatan di siklus kedua AY hanya masuk
sebanyak dua kali. Sehingga nilai yang didapatkan AY dalam tes
akhir siklus kedua adalah sembilan dengan persentase 90%. Soal
yang berhasil dijawab AY dengan jawaban yang benar sebanyak
sembilan dari sepuluh soal, sehingga jawaban yang salah hanya
satu soal yaitu pada soal nomor sembilan. Peningkatan hasil
belajar perkalian pada peserta didik AY sebesar 20% dan sudah
mencapai target yang diharapkan peneliti. Walaupun AY sering
tidak masuk, namun AY sudah paham dan terampil dalam
penggunaan metode jarimatika.
Peserta didik UM tidak masuk saat tes akhir siklus kedua
karena sedang sakit. Tes akhir siklus dilakukan UM pada hari
Kamis 26 November 2015 pukul 08.30 WIB. UM mengerjakan
dengan tenang dan cepat. Walaupun mengerjakan dengan cepat,
nilai yang didapatkan UM dalam tes akhir siklus ini adalah sepuluh
dengan persentase 100%. UM berhasil menjawab sepuluh soal
dengan jawaban yang benar. UM mengerjakan tes akhir siklus
kedua ini hanya dalam waktu dua belas menit. Peningkatan hasil
belajar pada peserta didik UM sebesar 40% dan sudah mencapai
target yang diharapkan peneliti.
Peserta didik ZF mengerjakan dengan teliti. Pada siklus
kedua, ZF selalu masuk dan fokus pada setiap pertemuan
sebelumnya, sehingga berdampak positif pada hasil tes akhir
siklus keduanya. ZF mendapatkan nilai sepuluh dengan
persentase 100%. Soal yang berhasil dijawab ZF dengan jawaban
yang benar sebanyak sepuluh soal. Berdasarkan hasil tersebut,
peserta didik ZF mengalami peningkatan sebesar 50% dalam
berhitung perkalian dan sudah mencapai target yang diharpakan
peneliti.
Setelah melakukan tes akhir siklus kedua, seluruh peserta
didik membahasnya bersama-sama dengan guru untuk
mengetahui letak kesalahannya. Kemudian seluruh peserta didik
diberitahu nilai yang diperolehnya masing-masing.
Grafik peningkatan hasil belajar matematika pokok bahasan
perkalian bilangan 7-9 pada peserta didik tunarungu kelas IV di
SLB Flora Indonesia sebelum dan sesudah diberikan tindakan
pada siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada gambar grafik 4.11.
Gambar 4.11
Grafik Peningkatan Hasil Belajar Perkalian Siklus II
Berdasarkan hasil tes akhir siklus kedua yang telah
dilakukan peserta didik, seluruh peserta didik sudah mencapai
target yang diharapkan peneliti. Nilai rata-rata persentase
peningkatan hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian
dengan menggunakan metode jarimatika adalah 96%, dan sudah
mencapai target yang diharapkan peneliti yaitu 60% sehingga
penelitian dihentikan pada siklus kedua.
0
2
4
6
8
10
12
AB AK AY UM ZF
Nilai
Pesert
a D
idik
Inisial Peserta Didik
Tes Kemampuan Awal
Tes Akhir Siklus I
Tes Akhir Siklus II
Nilai rata-rata persentase peningkatan hasil belajar
matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 melalui metode
jarimatika diperoleh melalui rumus sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒
=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑑𝑖𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑑𝑖𝑘𝑥 100%
Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =48
5𝑥 100%
= 96%
c. Refleksi (Reflection)
Berdasarkan hasil tes dan pengamatan pada kegiatan siklus
dua yang telah dilakukan. Terdapat beberapa pembahasan yang
dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas sebagai pemberi
tindakan secara langsung, yaitu hasil belajar peserta didik setelah
diberikan tindakan selama kurang lebih satu bulan ini (siklus I dan
siklus II) telah mengalami peningkatan dan telah mencapai target
yang telah ditetapkan.
Peneliti melihat seluruh peserta didik sudah memahami
penggunaan rumus perkalian jarimatika dan menerapkannya pada
soal perkalian dengan bilangan yang besar. Seluruh kegiatan di
siklus satu maupun dua sudah sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
Guru merasa penggunaan metode jarimatika ini merupakan
metode yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar matematika
dan dapat dikembangkan pada materi perkalian yang lebih tinggi,
contohnya perkalian dua digit seperti enam puluh tujuh dikali
sembilan, dan lain sebagainya.
B. Analisis Data
Setelah pemberian tindakan melalui metode jarimatika pada
pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian yang dimulai dari
siklus I hingga siklus II, diperoleh data-data hasil tes yang dianalisis
menggunakan data kuantitatif dan data-data hasil observasi yang
dianalisa menggunakan data kualitatif.
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan melihat persentase hasil
tes kemampuan awal, tes siklus I, dan tes siklus II yang telah dilakukan
oleh seluruh peserta didik. Persentase hasil tes kemampuan awal peserta
didik, dengan setelah pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Persentase Hasil Tes Kemampuan Awal, Tes Siklus I, dan Tes
Siklus II
No
Inisial
Peserta
Didik
Persentase
Tes
Kemampuan
Awal
Persentase
Tes Siklus I
Persentase
Tes Siklus II
Persentase
Yang
Diharapkan
Keterangan
1 AB 30% 50% 100% 60% Meningkat dan tuntas
2 AK 30% 40% 90% 60% Meningkat dan tuntas
3 AY 40% 70% 90% 60% Meningkat dan tuntas
4 UM 30% 60% 100% 60% Meningkat dan tuntas
5 ZF 50% 50% 100% 60% Meningkat dan tuntas
Nilai Rata-Rata 36% 54% 96% 60% Meningkat dan tuntas
Berdasarkan tabel di atas, kemampuan awal seluruh peserta didik
sebelum diberikan tindakan dengan metode jarimatika masih rendah.
Persenatse nilai rata-rata kemampuan awal seluruh peserta didik
tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia sebesar 36%, hasil tersebut
masih jauh dari persentase yang diharapakan peneliti yaitu 60%.
Peserta didik AB memperoleh skor tiga dengan persentase
kemampuan awal sebesar 30%, sama halnya dengan peserta didik AK
dan UM. AK dan UM memperoleh skor tiga dengan persentase
kemampuan awal sebesar 30%. Peserta didik AY memperoleh skor
empat dengan persentase kemampuan awal sebesar 40%. Sedangkan
peserta didik ZF memperoleh skor paling tinggi, yaitu lima dengan
persentase kemampuan awal sebesar 50%.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan pada siklus I, beberapa
peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia mengalami
peningkatan perolehan skor. Hanya peserta didik ZF yang tidak
mengalami peningkatan. ZF memperoleh skor lima dengan persentase
kemampuan siklus I sebesar 50% sama seperti kemampuan awal
sebelum diberikan tindakan.
Peserta didik AB mengalami peningkatan dengan memperoleh
skor lima dengan persentase kemampuan siklus I sebesar 50%.
Peningkatan juga terjadi terhadap peserta didik AK yang memperoleh
skor empat dengan persentase kemampuan siklus I sebesar 40%.
Peserta didik AY memperoleh skor tertinggi, yaitu tujuh dengan
persentase kemampuan siklus I sebesar 70%. Peningkatan terakhir juga
terjadi pada peserta didik UM yang memperoleh skor enam dengan
persentase kemampuan siklus I sebesar 60%.
Tingkat penguasaan kemampuan operasi hitung perkalian
bilangan 7-9 pada siklus I secara rata-rata belum mencapai target
minimum keberhasilan yang diharapkan peneliti. Persentase nilai rata-
rata yang diperoleh seluruh peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora
Indonesia pada siklus I sebesar 54%. Pada kegiatan siklus I, hanya
peserta didik AY dan UM yang telah melampaui target yang diharapkan
oleh peneliti. Sedangkan kemampuan ketiga peserta didik lainnya masih
belum mencapai target yang diharapkan peneliti. Kemampuan ketiga
peserta didik yang belum mencapai target dan kecepatan berhitung AY
serta UM masih perlu ditingkatkan lagi. Sehingga pemberian tindakan
kelas dalam meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan
perkalian bilangan 7-9 melalui metode jarimatika pada peserta didik
tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia perlu dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan pada siklus II, seluruh
peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia mengalami
peningkatan perolehan skor yang signifikan dan jauh melampaui target
yang diharapkan peneliti. Nilai sempurna didapatkan oleh peserta didik
AB, UM dan ZF. Ketiga peserta tersebut memperoleh skor 10 dengan
persentase kemampuan siklus II sebesar 100%. Peserta didik AK dan AY
juga melampaui target yang diharapkan peneliti dengan memperoleh skor
sembilan dengan persentase kemampuan siklus Ii sebesar 90%.
Tingkat penguasaan kemampuan operasi hitung perkalian
bilangan 7-9 pada siklus II secara rata-rata sudah mencapai target
minimum keberhasilan yang diharapkan peneliti. Persentase nilai rata-
rata yang diperoleh seluruh peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora
Indonesia pada siklus II sebesar 96%. Seluruh peserta didik sudah
mengalami peningkatan dan mencapai target yang diharapkan peneliti.
Sehingga pemberian tindakan kelas dalam meningkatkan hasil belajar
matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 melalui metode
jarimatika pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia
dihentikan pada siklus kedua.
Analisis data kualitatif dengan cara mengolah hasil catatan pada
lembar observasi yang berupa ceklis dan uraian. Hasil analisis data
kualitatif pada siklus I, peserta didik AB selalu memperhatikan penjelasan
guru dengan baik. Namun peserta didik AB masih kurang paham dengan
peggunaan metode jarimatika, AB masih suka keliru dan kurang teliti
dalam mengalikan nilai satuan pada jarimatika.
Peserta didik AK masih belum menguasai penggunaan jarimatika,
AK masih suka keliru dalam menerapkan metode jarimatika terutama
dalam mengalikan nilai satuan pada jarimatika. Peserta didik AK
terkadang suka tidak fokus saat guru memberikan penjelasan mengenai
materi jarimatika. AK terkadang juga suka mengganggu temannya yang
sedang memperhatikan penjelasan guru.
Peserta didik AY sudah paham dengan penggunaan metode
jarimatika. Walaupun AY hanya hadir selama tiga kali saat pemberian
tindakan di siklus I, AY sangat fokus dan selalu memperhatikan
penjelasan guru. Sehingga AY memperoleh nilai tes siklus I paling tinggi
di kelas. AY belajar dengan tertib dan disiplin di kelas. Peserta didik AY
juga aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru.
Peserta didik UM juga sudah paham dan menguasai penggunaan
metode jarimatika. Hal tersebut terlihat dari perilaku UM yang selalu aktif
menjawab pertanyaan guru dan mencoba mengerjakannya di papan tulis.
UM selalu fokus saat guru memberikan penjelasan tentang jarimatika.
Namun saat diberikan soal, UM masih suka terburu-buru dalam
mengerjakannya.
Peserta didik ZF awalnya dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik. Namun di tiga pertemuan akhir siklus I, ZF tidak fokus dengan
penjelasan guru. ZF cenderung terburu-buru dalam menjawab dan
mengerjakan soal yang diberikan. Di akhir pertemuan siklus I, ZF tidak
masuk sekolah. Sehingga saat dilakukan tes siklus I, ZF banyak
melakukan kesalahan pada soal perkalian sembilan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ZF belum menguasai penggunaan metode jarimatika.
Berdasarkan perbandingan hasil kemampuan pada siklus I, hanya
peserta didik AY dan UM yang mencapai target yang diharapkan peneliti,
sementara peserta didik AB, AK, dan ZF belum mampu untuk mencapai
persentase ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 60%. Ketiga
peserta didik ini juga masih keliru dalam menjawab soal perkalian yang
diberikan guru. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan penelitian untuk
meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian
bilangan 7-9 melalui metode jarimatika pada peserta didik tunarungu
kelas IV di SLB Flora Indonesia dengan melaksanakan siklus II.
Hasil analisis data kualitatif pada siklus II, peserta didik AB sudah
paham dalam penggunaan metode jarimatika. AB sudah lebih fokus
dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya di siklus I. Peserta didik AB
tampak lancar dalam mengerjakan soal tes siklus II yang diberikan. AB
mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar.
Peserta didik AK juga sudah paham dan menguasai penggunaan
metode jarimatika. AK sudah tidak kebingungan dalam menerapkan
jarimatika ke dalam soal yang diberikan. Peserta didik AK lebih fokus dan
tertib dibandingkan dengan pertemuan di siklus I. Ketika tes siklus II
diberikan, AK terlihat mengerjakan dengan tenang dan lancar, sehingga
mampu menjawab sembilan soal dengan benar.
Peserta didik AY juga sudah paham dan menguasai penggunaan
metode jarimatika. Di siklus kedua AY jarang masuk sekolah, AY hanya
masuk saat pertemuan kedua dan pertemuan terakhir ketika tes siklus II
diberikan. Sehingga saat diberikan tes siklus II, AY menjawab sembilan
soal dengan benar.
Peserta didik UM selalu hadir saat pemberian tindakan di siklus II.
UM selalu memperhatikan dengan baik dan aktif menjawab pertanyaan
guru. Ketika diberikan tes siklus II, UM mampu mengerjakan seluruh soal
dengan benar dan dengan waktu yang singkat.
Peserta didik ZF mengalami peningkatan yang lebih baik
dibandingkan pada pertemuan sebelumnya di siklus I. ZF lebih fokus dan
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik ZF sudah paham dalam
penggunaan metode jarimatika dan sudah mampu mengerjakan dengan
tenang dan benar. ZF berhasil menjawab seluruh soal dengan benar
pada tes siklus II.
Berdasarkan perbandingan hasil kemampuan awal sampai siklus
II, tingkat penguasaan seluruh peserta didik di siklus II telah mencapai
target yang diharapkan penelit. Sehingga kegiatan penelitian dihentikan
sampai di siklus II.
Adapun grafik mengenai rekapitulasi persentase hasil belajar
matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 pada seluruh peserta
didik mulai dari sebelum pemberian tindakan, setelah tindakan pada
siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada grafik 4.12.
Gambar 4.12
Grafik Nilai Tes Kemampuan Awal, Tes Siklus I, dan Tes Siklus II
Pada grafik di atas dapat dilihat persentase tingkat penguasaan
operasi hitung perkalian bilangan 7-9 pada peserta didik AB sebelum
pemberian tindakan sebesar 30%, kemudian meningkat menjadi 50%
pada siklus I. Hasil pada siklus I ini menunjukkan bahwa peserta didik AB
belum mencapai target yang diharapkan peneliti. Pada akhir siklus II,
penguasaan operasi hitung perkalian bilangan 7-9 peserta didik AB
meningkat lagi menjadi 100% dan telah mencapai target yang peneliti
harapkan yaitu sebesar 60%.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
AB AK AY UM ZFPers
en
tase N
ilai
Pesert
a D
idik
Inisial Peserta Didik
Tes Kemampuan Awal
Tes Akhir Siklus I
Tes Akhir Siklus II
Target Yang Diharapkan
Persentase tingkat penguasaan operasi hitung perkalian bilangan
7-9 pada peserta didik AK sebelum pemberian tindakan sebesar 30%,
kemudian meningkat menjadi 40% di siklus I. Hasil pada siklus I ini
menunjukkan bahwa peserta didik AK belum mencapai target yang
diharapkan peneliti. Pada akhir siklus II, tingkat penguasaan operasi
hitung perkalian bilangan 7-9 peserta didik AK meningkat lagi menjadi
90% dan telah mencapai target yang peneliti harapkan yaitu sebesar
60%.
Persentase tingkat penguasaan operasi hitung perkalian bilangan
7-9 pada peserta didik AY sebelum pemberian tindakan sebesar 40%,
kemudian meningkat menjadi 70% di siklus I. Hasil pada siklus I ini
menunjukkan bahwa peserta didik AY sudah mencapai target yang
diharapkan peneliti yaitu sebesar 60%. Namun peneliti dan guru kelas
ingin mengembangkan kecepatan dan tingkat penguasaan AY dengan
melanjutkan ke siklus II. Pada akhir siklus II, tingkat penguasaan operasi
hitung perkalian bilangan 7-9 peserta didik AK meningkat lagi menjadi
90% dan telah mencapai target yang peneliti harapkan yaitu sebesar
60%.
Persentase tingkat penguasaan operasi hitung perkalian bilangan
7-9 pada peserta didik UM sebelum pemberian tindakan sebesar 30%,
kemudian meningkat menjadi 60% di siklus I. Hasil pada siklus I ini
menunjukkan bahwa peserta didik UM sudah mencapai target yang
diharapkan peneliti yaitu sebesar 60%. Namun peneliti dan guru kelas
ingin mengembangkan kecepatan dan tingkat penguasaan UM dengan
melanjutkan ke siklus II. Pada akhir siklus II, tingkat penguasaan operasi
hitung perkalian bilangan 7-9 peserta didik UM meningkat lagi menjadi
100% dan telah mencapai target yang peneliti harapkan yaitu sebesar
60%.
Persentase tingkat penguasaan operasi hitung perkalian bilangan
7-9 pada peserta didik ZF sebelum pemberian tindakan sebesar 50%,
kemudian pada siklus I tidak mengalami peningkatan, dan tetap
memperoleh 50%. Hasil pada siklus I ini menunjukkan bahwa peserta
didik ZF belum mencapai target yang diharapkan peneliti. Pada akhir
siklus II, tingkat penguasaan operasi hitung perkalian bilangan 7-9
peserta didik AK meningkat lagi menjadi 100% dan telah mencapai target
yang peneliti harapkan yaitu sebesar 60%.
Berdasarkan persentase hasil belajar matematika pokok bahasan
perkalian bilangan 7-9 pada setiap peserta didik mulai dari sebelum
pemberian tindakan, setelah tindakan pada siklus I, dan setelah tindakan
pada siklus II dapat diperoleh nilai rata-rata kelas yang terdapat dalam
grafik 4.13.
Gambar 4.13
Grafik Persentase Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan Awal, Tes Siklus
I, dan Tes Siklus II
Pada grafik di atas dapat dilihat persentase tingkat penguasaan
operasi hitung perkalian bilangan 7-9 pada seluruh peserta didik kelas IV
di SLB Flora Indonesia sebelum pemberian tindakan sebesar 36%,
kemudian meningkat menjadi 54% pada siklus I. Hasil pada siklus I ini
menunjukkan bahwa nilai rata-rata seluruh peserta didik belum mencapai
target yang diharapkan peneliti. Pada akhir siklus II, penguasaan operasi
hitung perkalian bilangan 7-9 seluruh peserta didik kelas IV di SLB Flora
Indonesia meningkat lagi menjadi 96% dan telah mencapai target yang
peneliti harapkan yaitu sebesar 60%.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Persentase Rata-Rata Nilai Seluruh Peserta Didik
Tes Kemampuan Awal
Tes Akhir Siklus I
Tes Akhir Siklus II
Persentase Yang Diharapkan
Berdasarkan perbandingan hasil kemampuan awal sampai siklus
II, tingkat penguasaan operasi hitung perkalian bilangan 7-9 telah
mencapai target yang diharapkan peneliti. Dengan kata lain, penggunaan
metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok
bahasan perkalian bilangan 7-9 pada peserta didik tunarungu kelas IV di
SLB B Flora Indonesia.
C. Hasil Penelitian
Berdasarkan pelaksanaan pemberian tindakan yang telah
dilakukan di siklus I dan siklus II, maka penggunaan metode jarimatika
terhadap peningkatan hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian
bilangan 7-9 pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora
Indonesia telah berhasil dan mencapai target yang telah ditetapkan oleh
peneliti.
Berdasarkan hasil analisis, penggunaan metode jarimatika dapat
mempermudah peserta didik untuk mengerjakan soal latihan perkalian
bilangan 7-9. Hal ini dilihat berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan
oleh peserta didik selama sebelum pemberian tindakan, setelah tindakan
siklus I, dan setelah tindakan siklus II yang terus mengalami peningkatan.
Media pendukung yang digunakan pada saat pemberian tindakan
metode jarimatika adalah gambar jari-jari yang melambangkan sebuah
bilangan dalam jarimatika dan visualisasi cara penggunaan rumus
jarimatika yang dapat mempermudah pemberian tindakan. Guru juga
menggunakan papan reward yang berguna untuk meningkatkan motivasi
dari peserta didik untuk menjawab setiap soal yang diberikan guru karena
setiap soal yang berhasil peserta didik jawab dengan benar akan
mendapat reward berupa stiker bintang yang dapat ditukarkan dengan
hadiah.
D. Interpretasi Hasil Analisis
Penelitian ini dapat dikatakan sudah berhasil untuk meningkatkan
hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 melalui
metode jarimatika pada peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora
Indonesia karena penguasaan yang didapatkan peserta didik sudah
mencapai persentase yang diharapkan peneliti yaitu 60% dari tindakan
yang sudah dilakukan pada kegiatan siklus I dan siklus II.
Berikut ini hasil analisis perbandingan antara kemampuan awal
sebelum dan setelah diberikan tindakan pada siklus I yang diperoleh dari
hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 pada
peserta didik tunarungu dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Perbandingan Persentase Kemampuan Awal dan Siklus I
No.
Inisial
Peserta
Didik
Presentase
Kemampuan
Awal
Presentase
Siklus I
Presentase
Yang
Diharapkan
Keterangan
1. AB 30% 50% 60% Meningkat
2. AK 30% 40% 60% Meningkat
3. AY 40% 70% 60% Meningkat
4. UM 30% 60% 60% Meningkat
5. ZF 50% 50% 60% Tetap
Nilai Rata-Rata 36% 54% 60% Meningkat
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kegiatan
pembelajaran pada siklus I dalam meningkatkan hasil belajar matematika
pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 pada peserta didik tunarungu
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil kemampuan
awal, namun hanya dua peserta didik yang mampu mencapai persentase
yang diharapkan peneliti yaitu sebesar 60%. Belum tercapainya hasil
yang diharapkan ini karena beberapa peserta didik belum terlalu
memahami cara kerja operasi hitung perkalian bilangan 7-9 melalui
penggunaan metode jarimatika dikarenakan pada saat kegiatan
pembelajaran beberapa peserta didik masih kurang fokus dalam
memperhatikan penjelasan guru. Beberapa peserta didik juga masih
kurang teliti dan terburu-buru dalam mengerjakan soal perkalian yang
diberikan. Maka dari itu penelitian ini dilanjutkan dengan melaksanakan
siklus II.
Analisis perbandingan antara kemampuan awal sebelum dan
setelah diberikan tindakan pada siklus II yang diperoleh berdasarkan
hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 pada
peserta didik tunarungu dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8
Perbandingan Persentase Kemampuan Awal dan Siklus II
No.
Inisial
Peserta
Didik
Presentase
Kemampuan
Awal
Presentase
Siklus II
Presentase
Yang
Diharapkan
Keterangan
1. AB 30% 100% 60% Meningkat
dan tuntas
2. AK 30% 90% 60% Meningkat
dan tuntas
3. AY 40% 90% 60% Meningkat
dan tuntas
4. UM 30% 100% 60% Meningkat
dan tuntas
5. ZF 50% 100% 60% Meningkat
dan tuntas
Nilai Rata-Rata 36% 96% 60% Meningkat
dan tuntas
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat hasil yang diperoleh
peserta didik pada siklus II mengalami peningkatan dan sudah mencapai
persentase penguasaan yang diharapkan peneliti yaitu sebesar 60%.
Peningkatan penguasaan ini terjadi karena seluruh peserta didik sudah
lebih paham, fokus, dan aktif pada kegiatan pembelajaran di siklus II.
Seluruh peserta didik juga sudah tidak terburu-buru dan lebih teliti dalam
mengerjakan soal perkalian yang diberikan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok
bahasan perkalian bilangan 7-9 melalui metode jarimatika pada peserta
didik tunarungu kelas IV, dibutuhkan konsenterasi yang baik serta latihan
evaluasi yang cukup agar peserta didik dapat terbiasa dalam berhitung
perkalian menggunakan jarimatika dan mencapai target yang diharapkan
peneliti.
E. Keterbatasan Penelitian
Mengacu pada hasil tindakan yang telah dilakukan pada siklus I
dan II, penelitian ini mengalami keterbatasan pada waktu yang diberikan
dalam pelaksanaan tindakan yang hanya 35 menit dalam satu jam
pelajaran. Sehingga beberapa peserta didik masih keliru dan kurang
paham dalam penggunaan metode jarimatika pada siklus I. Lalu
manajemen kelas berupa tata ruang kelas yang sempit dan kurang
teratur menyebabkan mobilitas peserta didik menjadi terganggu.
Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok
bahasan perkalian melalui metode jarimatika pada peserta didik
tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia. Namun materi operasi hitung
perkalian yang diteliti hanya terbatas pada bilangan 7-9 dan subjek
penelitian pada penelitian ini adalah peserta didik tunarungu kelas IV di
SLB Flora Indonesia dengan karakteristik tunarungu ringan dan sedang.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dan memperbaiki
keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan adanya perubahan pada hasil belajar matematika pokok
bahasan perkalian bilangan 7-9 pada peserta didik tunarungu melalui
penggunaan metode jarimatika yang dilaksanakan di SLB Flora
Indonesia Jakarta Selatan.
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa penggunaan metode
jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan
perkalian pada peserta didik tunarungu kelas IV SLB Flora Indonesia
khususnya pada perkalian 7-9. Sebelum diberikan tindakan, kemampuan
seluruh peserta didik dalam operasi hitung perkalian billangan 7-9 masih
rendah. Hal ini diketahui berdasarkan nilai yang diperoleh setiap peserta
didik pada tes kemampuan awal yang belum mencapai target yang
diharapkan peneliti. Setelah diberi tindakan pada siklus I, kemampuan
seluruh peserta didik dalam operasi hitung perkalian bilangan 7-9
mengalami peningkatan, akan tetapi tidak semua peserta didik mencapai
target yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Pada siklus I peserta didik sudah mulai memahami nilai puluhan
dan satuan, serta lambang jari yang melambangkan lambang bilangan
yang digunakan dalam metode jarimatika. Penerapan metode jarimatika
pada siklus I belum dilakukan secara maksimal dikarenakan peserta didik
tunarungu masih kurang dalam konsentrasi, dan masih belum memahami
cara menerapkan metode jarimatika pada operasi hitung perkalian
dengan baik. Sehingga pada siklus I dapat disimpulkan belum semua
peserta didik mencapai target yang peneliti tetapkan dan kemudian
dilanjutkan dengan tindakan siklus II.
Pada kegiatan siklus II diperoleh bahwa kemampuan seluruh
peserta didik dalam operasi hitung perkalian bilangan 7-9 sudah
mencapai target yang diharapkan peneliti. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan dengan penggunaan metode jarimatika dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian bilangan 7-9 pada
peserta didik tunarungu kelas IV di SLB Flora Indonesia.
Dengan demikian penggunaan metode jarimatika dalam
meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian
bilangan 7-9 pada peserta didik tunarungu kelas IV SLB Flora Indonesia
dinyatakan berhasil.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian maka implikasi yang dapat diuraikan
antara lain:
1. Proses pembelajaran operasi hitung perkalian melalui penggunaan
metode jarimatika membuat materi yang dipelajari menjadi
menyenangkan dan tidak membosankan karena guru melibatkan
seluruh peserta didik secara langsung dan peserta didik diajak
untuk berperan secara aktif dalam mengeksplorasi kemampuan
berhitungnya melalui jari-jari tangan mereka sendiri.
2. Proses pembelajaran operasi hitung perkalian melalui penggunaan
metode jarimatika dapat meningkatkan kecepatan berhitung
seluruh peserta didik hanya dengan melalui tiga langkah, yaitu
menjumlahkan nilai puluhan pada jari yang terbuka, mengalikan
nilai satuan pada jari yang tertutup, dan menjumlahkan hasil dari
penjumlahan dan perkalian nilai puluhan dan satuan tersebut.
3. Proses pembelajaran operasi hitung perkalian melalui penggunaan
metode jarimatika menampilkan visualisasi proses berhitung yang
sangat mudah dipahami oleh peserta didik tunarungu yang
cenderung pemata.
4. Dengan demikian penggunaan metode jarimatika merupakan salah
satu metode yang tepat pada mata pelajaran matematika pokok
bahasan perkalian bilangan 7-9, sehingga diharapkan guru dapat
menguasai metode tersebut agar dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada peserta didik tunarungu.
C. Saran
Saran dari penelitian yang telah dilakukan peneliti untuk beberapa
pihak, yaitu:
1. Bagi Sekolah
Sekolah dapat membuat kebijakan berupa pelatihan metode
jarimatika untuk seluruh guru di SLB Flora Indonesia, sehingga
metode ini dapat menjadi pilihan guru dalam pembelajaran
matematika khususnya pada operasi hitung perkalian.
2. Bagi Guru
Penggunaan metode jarimatika dapat digunakan dalam proses
pembelajaran matematika pokok bahasan yang lainnya, seperti
operasi hitung campuran yang melibatkan operasi hitung perkalian,
operasi hitung perkalian dua digit, dan lain sebagainya.
3. Bagi Peserta Didik
Penggunaan metode jarimatika ini terus diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran matematika agar tidak cepat lupa dalam cara
penggunaannya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan atau menerapkan
metode jarimatika pada operasi hitung perkalian dapat dilanjutkan
dengan menyesuaikan materi sesuai tingkat kebutuhan peserta
didik dan memperbaiki keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, & Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2013.
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2012.
Asep Jihad, dan Abdul Hari. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. 2008.
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2009.
Bandi Delphie. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama. 2006.
Budi Manfaat. Membumikan Matematika. Jakarta: Eduvision Publishing. 2010.
Darwan Syah, dkk. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media. 2009.
Direktorat PLB. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi; (Buku 2) Identifikasi Anak Luar Biasa. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2003.
Eveline Siregar, dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2010.
Haenudin. Pendidikan Siswa Berkebutuhan Khusus Tunarungu. Bandung: Luxima, 2013.
Hendra. Metode Jarimatika Tekhnik Berhitung Cepat Menguasai Perkalian Dengan Jari Tangan. Jakarta: Bintang Indonesia. 2012.
Jujun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2005.
Lani Bunawan, dan Cecilia Susiala Yuwati. Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama. 2000.
M Khafid, dan Suyati. Matematika Penekanan Pada Berhitung Kelas 3A.
Jakarta: Erlangga, 2004.
Marsudi Raharjo, dkk. Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian BIlangan Cacah di SD. Sleman: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. 2009.
Martini Jamaris. Kesulitan Belajar Perspektif, Assessmen, dan Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penamas Murni. 2009.
Martini Jamaris. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia. 2013.
Meutia Rin Diani. Mata Yang Mendengar Arsitektur Bagi Tunarungu. Yogyakarta: Lamalera. 2012.
Mohammad Efendi. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006.
Mulyono Abdurrahman. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remedialnya. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2012.
Murray R, Spiegel. Seri Buku Schaum Teori Dan Soal-Soal Matematika Dasar Jakarta: Erlangga. 1999.
Permanarian Somad. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud. 1996.
Septi Peni Wulandari. Jarimatika Penambahan & Pengurangan. Jakarta: PT Kawan Pustaka. 2009.
Simanjuntak, Lisnawati. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1992.
Sitiatava Rizema Putra. Berbagai Alat Bantu untuk Memudahkan Belajar Matematika. Yogyakarta: Diva Press. 2012.
Smith, Deborah Deutsch & Naomi Chowdhuri Tyler. Introduction to Special Education: Making a Difference. New Jersey: Pearson Education.
2010.
Sujono. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Depdikbud. 1998.
Suyadi. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: DIVA Press. 2011.
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2013.
Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2011.
Tim Bina Matematika. Rumus Matematika SD 4,5,6 Dan Pembelajarannya. Jakarta: Pustaka Makmur. 2012.
Atiaturrahmaniah. “Penerapan Metode Jarimatika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa SDN 2 Pancor”, <http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php /edc/article/view/31/28> (Diunduh tanggal 21 Agustus 2015). 2011.
Joan Purnama Manapa. Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Perkalian Dengan Penerapan Metode Jarimatika Pada Siswa SDN Taimanu Kabupaten Sumba Timur Kelas IV Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/ 2014.<http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4959/2/T1_202009111_Full%20text.pdf> (Diunduh tanggal 31 Agustus 2015). 2014.
Sabar Rutoto, dkk, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Metode Jarimatika Dalam Pembelajaran Matematika SD Materi Perkalian Siswa Kelas III MI Nu Wasilatut Taqwa Tenggeles Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun Ajaran 2012/2013. <file:///C:/Users/Windows%208/Downloads/268-888-1-PB.pdf> (Diunduh tanggal 31 Agustus 2015). 2012.
LAMPIRAN 1
Instrumen
Jenis Sekolah : SLB Flora Indonesia
Penyusun : Agung Syahrial Nugroho
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV / I
Bentuk Soal : Isian
Indikator Nomor
soal
Soal
Menghitung
jawaban dari soal
perkalian 7
dengan bilangan
pengali yang besar
(6-10)
1
6
7
9
7 x 6 = ...............................
7 x 10 = ...............................
7 x 7 = ...............................
7 x 9 = ...............................
Menghitung
jawaban dari soal
perkalian 8
dengan bilangan
pengali yang besar
(6-10)
2
5
8
8 x 9 = ...............................
8 x 6 = ...............................
8 x 10 = ……………………...
Menghitung
jawaban dari soal
perkalian 9
dengan bilangan
pengali yang besar
(6-10)
3
4
10
9 x 9 = ...............................
9 x 7 = ...............................
9 x 6 = ……………………...
LAMPIRAN 2
Ayo kita berhitung! Kerjakan soal di bawah ini dengan benar !!
1. 7 x 6 = ...............................
2. 8 x 9 = ...............................
3. 9 x 9 = ...............................
4. 9 x 7 = ...............................
5. 8 x 6 = ...............................
6. 7 x 10 = ...............................
7. 7 x 7 = ...............................
8. 8 x 10 = ……………………...
9. 7 x 9 = ...............................
10. 9 x 6 = ……………………...
NAMA :
KELAS :
Score
LAMPIRAN 3
Lembar Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan :
Hari/Tanggal :
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
2. Guru mengkondisikan
kelas
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
8.
Guru mengamati
peserta didik selama
proses pemberian
tindakan
9. Guru melakukan refleksi
berupa pertanyaan
10. Guru memberikan
reward dan punishment
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
4. Peserta didik melakukan operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
LAMPIRAN 4
Lembar Penilaian Proses Belajar Setiap Individu
Siklus/Pertemuan :
Hari/Tanggal :
No. Aspek Pengamatan AB AK AY UM ZF
1. Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru
2. Peserta didik merespon saat
guru memberikan materi
3. Peserta didik belajar dengan
tertib dan disiplin
4. Peserta didik melakukan operasi
hitung perkalian menggunakan
jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab
pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik menjawab seluruh
pertanyaan guru dengan benar
Keterangan : () Ya
( - ) Tidak
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SLB FLORA INDONESIA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Alokasi Waktu : 1 JP (1 x 35 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian pada bilangan asli yang
hasilnya kurang dari 100 melalui kegiatan eksplorasi menggunakan
benda konkrit
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Menghitung jawaban dari soal perkalian 7 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 8 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Siklus I / Pertemuan I
Menghitung jawaban dari soal perkalian 9 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
D. Materi Pembelajaran
Mengenalkan lambang bilangan dalam metode jarimatika
Mengenalkan konsep puluhan dan satuan yang digunakan dalam
metode jarimatika
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru menyampaikan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
5 menit
Kegiatan inti Guru menyajikan gambar jari tangan, lalu
membimbing murid untuk mengamati gambar
tersebut. Setelah itu guru bertanya kepada
peserta didik “gambar apa ini?”. Peserta didik
mengeksplorasi pengalamannya tentang
gambar tersebut dengan menjawab pertanyaan
dari guru. Setelah peserta didik menjawab,
guru merespon jawaban peserta didik dengan
memberi tahu maksud gambar jari tangan
tersebut.
Kemudian guru menjelaskan lambang jari
yang digunakan dalam melambangkan
bilangan enam, bilangan tujuh, bilangan
delapan, bilangan sembilan, dan bilangan
sepuluh dalam metode jarimatika. Peserta
didik diminta untuk menirukan jari tangannya
sesuai dengan gambar yang ditampilkan dan
menyebutkannya bersama-sama. Kegiatan ini
melatih memori peserta didik dalam
25 menit
memahami konsep lambang bilangan yang
digunakan dalam metode jarimatika.
Lalu guru meminta peserta didik untuk
melambangkan bilangan enam sampai sepuluh
dengan jari tangannya secara individu. Guru
mengamati kegiatan tersebut untuk dapat
memahami apakah peserta didik sudah paham
dengan konsep bilangan yang digunakan
dalam metode jarimatika. Jika sudah paham,
guru memberikan reward berupa pujian dan
stiker bintang di papan reward. Jika belum
paham, guru memberikan remedial terhadap
peserta didik tersebut.
Setelah itu guru menjelaskan nilai puluhan dan
satuan pada metode jarimatika. Nilai puluhan
ditunjukkan oleh jari yang terbuka, sedangkan
nilai satuan ditunjukkan dengan jari yang
tertutup. Peserta didik diminta untuk
menghitung nilai puluhan dan satuan pada
lambang bilangan enam, bilangan tujuh,
bilangan delapan, bilangan sembilan, dan
bilangan sepuluh secara bersama-sama.
Setelah melakukan secara bersama-sama, guru
bertanya kepada peserta didik mengenai nilai
puluhan dan satuan yang terdapat pada
bilangan enam, bilangan tujuh, bilangan
delapan, bilangan sembilan, dan bilangan
sepuluh secara individu. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui pemahaman
peserta didik mengenai konsep nilai puluhan
dan satuan pada metode jarimatika. Guru
memberikan reward kepada peserta didik yang
mampu mengikuti pembelajaran dengan baik
berupa pujian dan stiker bintang pada papan
reward. Lalu memberikan remedial kepada
peserta didik yang belum mampu mengikuti
pembelajaran dengan baik.
Kegiatan
penutup
Peserta didik dan guru menyimpulkan
bersama-sama mengenai apa yang telah
dipelajari dan dilakukan hari ini, serta meminta
peserta didik untuk mengingatnya
Guru memberikan reward dan motivasi kepada
peserta didik yang dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik maupun yang
kurang baik
Guru dan peserta didik mengucapkan
Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT
Guru mempersilahkan peserta didik untuk
beristirahat dan bermain
5 menit
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Proses Belajar
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan tes lisan mengenai pemahaman konsep bilangan serta
puluhan dan satuan dalam metode jarimatika
2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Guru mengulang konsep lambang bilangan yang digunakan dalam
metode jarimatika bagi peserta didik yang belum memahami
Guru memberi perbaikan bagi peserta didik yang belum mampu
membedakan nilai puluhan dan satuan pada metode jarimatika
Guru memberi gambar dan penjelasan yang lebih jelas kepada
peserta didik yang belum memahami lambang bilangan serta
konsep puluhan dan satuan pada metode jarimatika
b. Pengayaan
Jika peserta didik sudah paham mengenai konsep lambang
bilangan yang digunakan dalam metode jarimatika, maka guru
memberi reward dan soal tambahan
Jika peserta didik sudah mampu membedakan nilai puluhan dan
satuan pada metode jarimatika, maka guru memberikan reward dan
tugas tambahan pada peserta didik
Jika peserta didik sudah paham tentang lambang bilangan serta
konsep puluhan dan satuan pada metode jarimatika, maka guru
memberikan reward kepada peserta didik tersebut dan
mencukupkan kegiatan pembelajaran
G. Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/Alat
Gambar jari-jari tangan
Jari-jari tangan kita sendiri
2. Bahan
Buku Metode Jarimatika
Handout
3. Sumber Belajar
Pendidik
Peserta didik
Alat dan bahan yang digunakan
Jakarta, 23 Oktober 2015
Guru kelas
Ratmi Wahyuni, S.Pd
NIP. 196807251992032004
Mengetahui
Kepala SLB Flora Indonesia
Sutapa, S.Pd
NIP. 196411211992031005
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SLB FLORA INDONESIA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Alokasi Waktu : 1 JP (1 x 35 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian pada bilangan asli yang
hasilnya kurang dari 100 melalui kegiatan eksplorasi menggunakan
benda konkrit
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Menghitung jawaban dari soal perkalian 7 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 8 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 9 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Siklus I / Pertemuan II
D. Materi Pembelajaran
Mengajarkan langkah-langkah penggunaan rumus jarimatika pada
perkalian 7-9
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru menyampaikan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
5 menit
Kegiatan inti Guru menyajikan gambar dua buah jari
tangan, lalu guru memberi tahu maksud dari
gambar dua jari tangan tersebut yaitu
merupakan langkah awal dalam berhitung
perkalian dengan metode jarimatika.
Contohnya perkalian tujuh dikali delapan,
maka gambar kedua jari yang ditampilkan
adalah jari yang melambangkan bilangan tujuh
dan jari yang melambangkan bilangan
delapan.
Kemudian guru meminta peserta didik untuk
menirukan jari tangannya sesuai dengan
gambar yang ditampilkan dan menyebutkan
bentuk operasi hitungnya bersama-sama.
Kegiatan ini melatih memori peserta didik
untuk memahami konsep langkah awal
perkalian yang digunakan dalam metode
jarimatika.
Lalu guru melakukan refleksi kecil berupa tes
lisan dengan meminta peserta didik dalam
melambangkan lambang bilangan sesuai
dengan soal yang diucapkan guru. Guru
25 menit
mengamati kegiatan tersebut untuk dapat
memahami apakah peserta didik sudah paham
dengan langkah awal perkalian yang
digunakan dalam metode jarimatika. Jika
sudah paham, guru memberikan reward
berupa pujian dan stiker bintang di papan
reward. Jika belum paham, guru memberikan
remedial terhadap peserta didik tersebut.
Setelah itu guru menjelaskan rumus perkalian
yang digunakan pada metode jarimatika yaitu
(B+B) + (TxT) melalui gambar. Maksud dari
rumus tersebut adalah kedua jari yang terbuka
dijumlahkan, sedangkan kedua jari yang
tertutup dikalikan. Hasil dari penjumlahan jari
yang terbuka dan perkalian jari yang tertutup
saling dijumlahkan maka akan diketahui hasil
dari perkalian tersebut.
Kemudian guru memberikan contoh soal
operasi hitung perkalian. Peserta didik diminta
untuk menghitung jumlah kedua jari terbuka
yang bernilai puluhan dan mengalikan kedua
jari tertutup yang bernilai satuan sesuai
dengan soal yang diberikan. Setelah
mengetahui hasil dari penjumlahan kedua jari
yang terbuka dan perkalian kedua jari yang
tertutup, guru meminta peserta didik untuk
menjumlahkan hasil penjumlahan dan hasil
perkalian tersebut untuk mengetahui hasil dari
soal perkalian yang diberikan guru.
Setelah melakukan secara bersama-sama, guru
meminta peserta didik untuk melakukan
secara individu. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui pemahaman peserta didik
mengenai cara berhitung perkalian dengan
metode jarimatika. Guru memberikan reward
kepada peserta didik yang mampu mengikuti
pembelajaran dengan baik berupa pujian dan
stiker bintang pada papan reward. Lalu
memberikan remedial kepada peserta didik
yang belum mampu mengikuti pembelajaran
dengan baik.
Kegiatan
penutup
Peserta didik dan guru menyimpulkan
bersama-sama mengenai apa yang telah
dipelajari dan dilakukan hari ini, serta meminta
peserta didik untuk mengingatnya
Guru memberikan reward dan motivasi kepada
peserta didik yang dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik maupun yang
kurang baik
Guru dan peserta didik mengucapkan
Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT
Guru mempersilahkan peserta didik untuk
beristirahat dan bermain
5 menit
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Proses Belajar
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan tes lisan mengenai pemahaman konsep langkah-langkah
dan penerapan rumus perkalian pada metode jarimatika
2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Guru mengulang langkah awal operasi hitung perkalian dalam
metode jarimatika bagi peserta didik yang belum memahami
Guru memberi perbaikan bagi peserta didik yang belum mampu
menerapkan rumus perkalian pada metode jarimatika
Guru memberi gambar dan penjelasan yang lebih jelas kepada
peserta didik yang belum memahami langkah-langkah penggunaan
rumus perkalian pada metode jarimatika.
b. Pengayaan
Jika peserta didik sudah paham mengenai langkah awal operasi
hitung perkalian dalam metode jarimatika, maka guru memberi
reward dan soal tambahan
Jika peserta didik sudah mampu menerapkan rumus perkalian pada
metode jarimatika, maka guru memberikan reward dan tugas
tambahan pada peserta didik
Jika peserta didik sudah paham tentang langkah awal serta
penerapan rumus perkalian pada metode jarimatika, maka guru
memberikan reward kepada peserta didik tersebut dan
mencukupkan kegiatan pembelajaran
G. Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/Alat
Gambar jari-jari tangan
Jari-jari tangan kita sendiri
2. Bahan
Buku Metode Jarimatika
Handout
3. Sumber Belajar
Pendidik
Peserta didik
Alat dan bahan yang digunakan
Jakarta, 27 Oktober 2015
Guru kelas
Ratmi Wahyuni, S.Pd
NIP. 196807251992032004
Mengetahui
Kepala SLB Flora Indonesia
Sutapa, S.Pd
NIP. 196411211992031005
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SLB FLORA INDONESIA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Alokasi Waktu : 1 JP (1 x 35 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian pada bilangan asli yang
hasilnya kurang dari 100 melalui kegiatan eksplorasi menggunakan
benda konkrit
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Menghitung jawaban dari soal perkalian 7 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 8 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 9 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Siklus I / Pertemuan III
D. Materi Pembelajaran
Menerapkan jarimatika pada perkalian tujuh
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru menyampaikan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
5 menit
Kegiatan inti Guru melakukan penjelasan kembali mengenai
langkah-langkah cara berhitung perkalian
dengan metode jarimatika seperti pada
pertemuan sebelumnya. Kemudian guru
menerapkannya pada perkalian tujuh.
Guru memberikan demonstrasi mengenai
langkah-langkah penggunaan jarimatika pada
perkalian tujuh dan meminta peserta didik
untuk menirukan jari tangannya sesuai dengan
contoh yang diberikan guru secara bersama-
sama. Kegiatan ini melatih memori peserta
didik untuk memahami penerapan metode
jarimatika pada perkalian tujuh.
Lalu guru melakukan refleksi kecil berupa tes
lisan dengan meminta peserta didik dalam
berhitung perkalian sesuai dengan soal yang
diucapkan guru dalam perkalian tujuh secara
individu. Guru mengamati kegiatan tersebut
untuk dapat memahami apakah peserta didik
sudah paham dengan penerapan perkalian
tujuh yang digunakan dalam metode
jarimatika. Jika sudah paham, guru
memberikan reward berupa pujian dan stiker
25 menit
bintang di papan reward. Jika belum paham,
guru memberikan remedial terhadap peserta
didik tersebut.
Kegiatan
penutup
Peserta didik dan guru menyimpulkan
bersama-sama mengenai apa yang telah
dipelajari dan dilakukan hari ini, serta meminta
peserta didik untuk mengingatnya
Guru memberikan reward dan motivasi kepada
peserta didik yang dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik maupun yang
kurang baik
Guru dan peserta didik mengucapkan
Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT
Guru mempersilahkan peserta didik untuk
beristirahat dan bermain
5 menit
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Proses Belajar
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan tes lisan mengenai pemahaman konsep perkalian tujuh
dengan metode jarimatika
2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Guru mengulang langkah-langkah mengenai cara berhitung pada
perkalian tujuh yang digunakan dalam metode jarimatika bagi
peserta didik yang belum memahami
Guru memberi gambar dan penjelasan yang lebih jelas kepada
peserta didik yang belum memahami cara berhitung perkalian
tujuh dengan metode jarimatika.
b. Pengayaan
Jika peserta didik sudah paham mengenai cara berhitung pada
perkalian tujuh dengan metode jarimatika, maka guru memberi
reward dan soal tambahan.
Jika peserta didik sudah paham ketika diberi soal tambahan, maka
pembelajaran dicukupkan pada hari tersebut.
G. Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/Alat
Gambar jari-jari tangan
Jari-jari tangan kita sendiri
2. Bahan
Buku Metode Jarimatika
Handout
3. Sumber Belajar
Pendidik
Peserta didik
Alat dan bahan yang digunakan
Jakarta, 30 Oktober 2015
Guru kelas
Ratmi Wahyuni, S.Pd
NIP. 196807251992032004
Mengetahui
Kepala SLB Flora Indonesia
Sutapa, S.Pd
NIP. 196411211992031005
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SLB FLORA INDONESIA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Alokasi Waktu : 1 JP (1 x 35 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian pada bilangan asli yang
hasilnya kurang dari 100 melalui kegiatan eksplorasi menggunakan
benda konkrit
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Menghitung jawaban dari soal perkalian 7 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 8 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 9 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Siklus I / Pertemuan IV
D. Materi Pembelajaran
Menerapkan jarimatika pada perkalian delapan
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru menyampaikan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
5 menit
Kegiatan inti Guru melakukan penjelasan kembali mengenai
langkah-langkah cara berhitung perkalian
dengan metode jarimatika seperti pada
pertemuan sebelumnya. Kemudian guru
menerapkannya pada perkalian delapan.
Guru memberikan demonstrasi mengenai
langkah-langkah penggunaan jarimatika pada
perkalian delapan dan meminta peserta didik
untuk menirukan jari tangannya sesuai dengan
contoh yang diberikan guru secara bersama-
sama. Kegiatan ini melatih memori peserta
didik untuk memahami penerapan metode
jarimatika pada perkalian delapan.
Lalu guru melakukan refleksi kecil berupa tes
lisan dengan meminta peserta didik dalam
berhitung perkalian sesuai dengan soal yang
diucapkan guru dalam perkalian delapan
secara individu. Guru mengamati kegiatan
tersebut untuk dapat memahami apakah
peserta didik sudah paham dengan penerapan
perkalian delapan yang digunakan dalam
metode jarimatika. Jika sudah paham, guru
memberikan reward berupa pujian dan stiker
25 menit
bintang di papan reward. Jika belum paham,
guru memberikan remedial terhadap peserta
didik tersebut.
Kegiatan
penutup
Peserta didik dan guru menyimpulkan
bersama-sama mengenai apa yang telah
dipelajari dan dilakukan hari ini, serta meminta
peserta didik untuk mengingatnya
Guru memberikan reward dan motivasi kepada
peserta didik yang dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik maupun yang
kurang baik
Guru dan peserta didik mengucapkan
Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT
Guru mempersilahkan peserta didik untuk
beristirahat dan bermain
5 menit
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Proses Belajar
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan tes lisan mengenai pemahaman konsep perkalian
delapan dengan metode jarimatika
2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Guru mengulang langkah-langkah mengenai cara berhitung pada
perkalian delapan yang digunakan dalam metode jarimatika bagi
peserta didik yang belum memahami
Guru memberi gambar dan penjelasan yang lebih jelas kepada
peserta didik yang belum memahami cara berhitung perkalian
delapan dengan metode jarimatika.
b. Pengayaan
Jika peserta didik sudah paham mengenai cara berhitung pada
perkalian delapan dengan metode jarimatika, maka guru memberi
reward dan soal tambahan.
Jika peserta didik sudah paham ketika diberi soal tambahan, maka
pembelajaran dicukupkan pada hari tersebut.
G. Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/Alat
Gambar jari-jari tangan
Jari-jari tangan kita sendiri
2. Bahan
Buku Metode Jarimatika
Handout
3. Sumber Belajar
Pendidik
Peserta didik
Alat dan bahan yang digunakan
Jakarta, 3 November 2015
Guru kelas
Ratmi Wahyuni, S.Pd
NIP. 196807251992032004
Mengetahui
Kepala SLB Flora Indonesia
Sutapa, S.Pd
NIP. 196411211992031005
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SLB FLORA INDONESIA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Alokasi Waktu : 1 JP (1 x 35 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian pada bilangan asli yang
hasilnya kurang dari 100 melalui kegiatan eksplorasi menggunakan
benda konkrit
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Menghitung jawaban dari soal perkalian 7 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 8 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 9 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Siklus I / Pertemuan V
D. Materi Pembelajaran
Menerapkan jarimatika pada perkalian sembilan
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru menyampaikan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
5 menit
Kegiatan inti Guru melakukan penjelasan kembali mengenai
langkah-langkah cara berhitung perkalian
dengan metode jarimatika seperti pada
pertemuan sebelumnya. Kemudian guru
menerapkannya pada perkalian sembilan.
Guru memberikan demonstrasi mengenai
langkah-langkah penggunaan jarimatika pada
perkalian sembilan dan meminta peserta didik
untuk menirukan jari tangannya sesuai dengan
contoh yang diberikan guru secara bersama-
sama. Kegiatan ini melatih memori peserta
didik untuk memahami penerapan metode
jarimatika pada perkalian sembilan.
Lalu guru melakukan refleksi kecil berupa tes
lisan dengan meminta peserta didik dalam
berhitung perkalian sesuai dengan soal yang
diucapkan guru dalam perkalian sembilan
secara individu. Guru mengamati kegiatan
tersebut untuk dapat memahami apakah
peserta didik sudah paham dengan penerapan
perkalian sembilan yang digunakan dalam
metode jarimatika. Jika sudah paham, guru
memberikan reward berupa pujian dan stiker
25 menit
bintang di papan reward. Jika belum paham,
guru memberikan remedial terhadap peserta
didik tersebut.
Kegiatan
penutup
Peserta didik dan guru menyimpulkan
bersama-sama mengenai apa yang telah
dipelajari dan dilakukan hari ini, serta meminta
peserta didik untuk mengingatnya
Guru memberikan reward dan motivasi kepada
peserta didik yang dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik maupun yang
kurang baik
Guru dan peserta didik mengucapkan
Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT
Guru mempersilahkan peserta didik untuk
beristirahat dan bermain
5 menit
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Proses Belajar
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan tes lisan mengenai pemahaman konsep perkalian
sembilan dengan metode jarimatika
2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Guru mengulang langkah-langkah mengenai cara berhitung pada
perkalian sembilan yang digunakan dalam metode jarimatika bagi
peserta didik yang belum memahami
Guru memberi gambar dan penjelasan yang lebih jelas kepada
peserta didik yang belum memahami cara berhitung perkalian
sembilan dengan metode jarimatika.
b. Pengayaan
Jika peserta didik sudah paham mengenai cara berhitung pada
perkalian sembilan dengan metode jarimatika, maka guru memberi
reward dan soal tambahan.
Jika peserta didik sudah paham ketika diberi soal tambahan, maka
pembelajaran dicukupkan pada hari tersebut.
G. Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/Alat
Gambar jari-jari tangan
Jari-jari tangan kita sendiri
2. Bahan
Buku Metode Jarimatika
Handout
3. Sumber Belajar
Pendidik
Peserta didik
Alat dan bahan yang digunakan
Jakarta, 6 November 2015
Guru kelas
Ratmi Wahyuni, S.Pd
NIP. 196807251992032004
Mengetahui
Kepala SLB Flora Indonesia
Sutapa, S.Pd
NIP. 196411211992031005
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SLB FLORA INDONESIA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Alokasi Waktu : 1 JP (1 x 35 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian pada bilangan asli yang
hasilnya kurang dari 100 melalui kegiatan eksplorasi menggunakan
benda konkrit
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Menghitung jawaban dari soal perkalian 7 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 8 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 9 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Siklus II / Pertemuan I
D. Materi Pembelajaran
Menerapkan jarimatika pada perkalian tujuh
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru menyampaikan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
5 menit
Kegiatan inti Guru melakukan penjelasan mengenai
langkah-langkah cara berhitung perkalian
dengan metode jarimatika beserta dengan
rumus yang digunakannya. Kemudian guru
menerapkannya pada perkalian tujuh.
Guru memberikan demonstrasi mengenai
langkah-langkah penggunaan jarimatika pada
perkalian tujuh dan meminta peserta didik
untuk menirukan jari tangannya sesuai dengan
contoh yang diberikan guru secara bersama-
sama. Kegiatan ini melatih memori peserta
didik untuk memahami penerapan metode
jarimatika pada perkalian tujuh. Guru
memberikan penekanan terhadap rumus yang
digunakan dalam operasi hitung perkalian
pada metode jarimatika terutama dalam
mengalikan nilai satuan. Hal ini bertujuan agar
peserta didik tidak keliru dalam berhitung
perkalian dengan jarimatika.
Lalu guru melakukan refleksi kecil berupa tes
lisan dengan meminta peserta didik dalam
berhitung perkalian sesuai dengan soal yang
diucapkan guru dalam perkalian tujuh secara
25 menit
individu dan bergiliran. Hal ini bertujuan agar
seluruh peserta didik dapat menjawab
pertanyaan yang ditanyakan guru dengan tidak
terburu-buru. Guru mengamati kegiatan
tersebut untuk dapat memahami apakah
peserta didik sudah paham dengan penerapan
perkalian tujuh yang digunakan dalam metode
jarimatika. Jika sudah paham, guru
memberikan reward berupa pujian dan stiker
bintang di papan reward. Jika belum paham,
guru memberikan remedial terhadap peserta
didik tersebut.
Kegiatan
penutup
Peserta didik dan guru menyimpulkan
bersama-sama mengenai apa yang telah
dipelajari dan dilakukan hari ini, serta meminta
peserta didik untuk mengingatnya
Guru memberikan reward dan motivasi kepada
peserta didik yang dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik maupun yang
kurang baik
Guru dan peserta didik mengucapkan
Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT
Guru mempersilahkan peserta didik untuk
beristirahat dan bermain
5 menit
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Proses Belajar
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan tes lisan mengenai pemahaman konsep perkalian tujuh
dengan metode jarimatika
2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Guru mengulang langkah-langkah mengenai cara berhitung pada
perkalian tujuh yang digunakan dalam metode jarimatika bagi
peserta didik yang belum memahami
Guru memberi gambar dan penjelasan yang lebih jelas kepada
peserta didik yang belum memahami cara berhitung perkalian
tujuh dengan metode jarimatika.
b. Pengayaan
Jika peserta didik sudah paham mengenai cara berhitung pada
perkalian tujuh dengan metode jarimatika, maka guru memberi
reward dan soal tambahan.
Jika peserta didik sudah paham ketika diberi soal tambahan, maka
pembelajaran dicukupkan pada hari tersebut.
G. Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/Alat
Gambar jari-jari tangan
Jari-jari tangan kita sendiri
2. Bahan
Buku Metode Jarimatika
Handout
3. Sumber Belajar
Pendidik
Peserta didik
Alat dan bahan yang digunakan
Jakarta, 13 November 2015
Guru kelas
Ratmi Wahyuni, S.Pd
NIP. 196807251992032004
Mengetahui
Kepala SLB Flora Indonesia
Sutapa, S.Pd
NIP. 196411211992031005
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SLB FLORA INDONESIA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Alokasi Waktu : 1 JP (1 x 35 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian pada bilangan asli yang
hasilnya kurang dari 100 melalui kegiatan eksplorasi menggunakan
benda konkrit
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Menghitung jawaban dari soal perkalian 7 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 8 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 9 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Siklus II / Pertemuan II
D. Materi Pembelajaran
Menerapkan jarimatika pada perkalian delapan
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru menyampaikan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
5 menit
Kegiatan inti Guru melakukan penjelasan mengenai
langkah-langkah cara berhitung perkalian
dengan metode jarimatika beserta dengan
rumus yang digunakannya. Kemudian guru
menerapkannya pada perkalian delapan.
Guru memberikan demonstrasi mengenai
langkah-langkah penggunaan jarimatika pada
perkalian delapan dan meminta peserta didik
untuk menirukan jari tangannya sesuai dengan
contoh yang diberikan guru secara bersama-
sama. Kegiatan ini melatih memori peserta
didik untuk memahami penerapan metode
jarimatika pada perkalian delapan. Guru
memberikan penekanan terhadap rumus yang
digunakan dalam operasi hitung perkalian
pada metode jarimatika terutama dalam
mengalikan nilai satuan. Hal ini bertujuan agar
peserta didik tidak keliru dalam berhitung
perkalian dengan jarimatika.
Lalu guru melakukan refleksi kecil berupa tes
lisan dengan meminta peserta didik dalam
berhitung perkalian sesuai dengan soal yang
diucapkan guru dalam perkalian delapan
25 menit
secara individu dan bergiliran. Hal ini
bertujuan agar seluruh peserta didik dapat
menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru
dengan tidak terburu-buru. Guru mengamati
kegiatan tersebut untuk dapat memahami
apakah peserta didik sudah paham dengan
penerapan perkalian delapan yang digunakan
dalam metode jarimatika. Jika sudah paham,
guru memberikan reward berupa pujian dan
stiker bintang di papan reward. Jika belum
paham, guru memberikan remedial terhadap
peserta didik tersebut.
Kegiatan
penutup
Peserta didik dan guru menyimpulkan
bersama-sama mengenai apa yang telah
dipelajari dan dilakukan hari ini, serta meminta
peserta didik untuk mengingatnya
Guru memberikan reward dan motivasi kepada
peserta didik yang dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik maupun yang
kurang baik
Guru dan peserta didik mengucapkan
Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT
Guru mempersilahkan peserta didik untuk
beristirahat dan bermain
5 menit
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Proses Belajar
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan tes lisan mengenai pemahaman konsep perkalian
delapan dengan metode jarimatika
2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Guru mengulang langkah-langkah mengenai cara berhitung pada
perkalian delapan yang digunakan dalam metode jarimatika bagi
peserta didik yang belum memahami
Guru memberi gambar dan penjelasan yang lebih jelas kepada
peserta didik yang belum memahami cara berhitung perkalian
delapan dengan metode jarimatika.
b. Pengayaan
Jika peserta didik sudah paham mengenai cara berhitung pada
perkalian delapan dengan metode jarimatika, maka guru memberi
reward dan soal tambahan.
Jika peserta didik sudah paham ketika diberi soal tambahan, maka
pembelajaran dicukupkan pada hari tersebut.
G. Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/Alat
Gambar jari-jari tangan
Jari-jari tangan kita sendiri
2. Bahan
Buku Metode Jarimatika
Handout
3. Sumber Belajar
Pendidik
Peserta didik
Alat dan bahan yang digunakan
Jakarta, 17 November 2015
Guru kelas
Ratmi Wahyuni, S.Pd
NIP. 196807251992032004
Mengetahui
Kepala SLB Flora Indonesia
Sutapa, S.Pd
NIP. 196411211992031005
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SLB FLORA INDONESIA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Alokasi Waktu : 1 JP (1 x 35 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian pada bilangan asli yang
hasilnya kurang dari 100 melalui kegiatan eksplorasi menggunakan
benda konkrit
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Menghitung jawaban dari soal perkalian 7 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 8 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Menghitung jawaban dari soal perkalian 9 dengan bilangan pengali
yang besar (6-10)
Siklus II / Pertemuan III
D. Materi Pembelajaran
Menerapkan jarimatika pada perkalian sembilan
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru menyampaikan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
5 menit
Kegiatan inti Guru melakukan penjelasan mengenai
langkah-langkah cara berhitung perkalian
dengan metode jarimatika beserta dengan
rumus yang digunakannya. Kemudian guru
menerapkannya pada perkalian sembilan.
Guru memberikan demonstrasi mengenai
langkah-langkah penggunaan jarimatika pada
perkalian sembilan dan meminta peserta didik
untuk menirukan jari tangannya sesuai dengan
contoh yang diberikan guru secara bersama-
sama. Kegiatan ini melatih memori peserta
didik untuk memahami penerapan metode
jarimatika pada perkalian sembilan. Guru
memberikan penekanan terhadap rumus yang
digunakan dalam operasi hitung perkalian
pada metode jarimatika terutama dalam
mengalikan nilai satuan. Hal ini bertujuan agar
peserta didik tidak keliru dalam berhitung
perkalian dengan jarimatika.
Lalu guru melakukan refleksi kecil berupa tes
lisan dengan meminta peserta didik dalam
berhitung perkalian sesuai dengan soal yang
diucapkan guru dalam perkalian sembilan
25 menit
secara individu dan bergiliran. Hal ini
bertujuan agar seluruh peserta didik dapat
menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru
dengan tidak terburu-buru. Guru mengamati
kegiatan tersebut untuk dapat memahami
apakah peserta didik sudah paham dengan
penerapan perkalian sembilan yang digunakan
dalam metode jarimatika. Jika sudah paham,
guru memberikan reward berupa pujian dan
stiker bintang di papan reward. Jika belum
paham, guru memberikan remedial terhadap
peserta didik tersebut.
Kegiatan
penutup
Peserta didik dan guru menyimpulkan
bersama-sama mengenai apa yang telah
dipelajari dan dilakukan hari ini, serta meminta
peserta didik untuk mengingatnya
Guru memberikan reward dan motivasi kepada
peserta didik yang dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik maupun yang
kurang baik
Guru dan peserta didik mengucapkan
Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT
Guru mempersilahkan peserta didik untuk
beristirahat dan bermain
5 menit
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Proses Belajar
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan tes lisan mengenai pemahaman konsep perkalian
sembilan dengan metode jarimatika
2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Guru mengulang langkah-langkah mengenai cara berhitung pada
perkalian sembilan yang digunakan dalam metode jarimatika bagi
peserta didik yang belum memahami
Guru memberi gambar dan penjelasan yang lebih jelas kepada
peserta didik yang belum memahami cara berhitung perkalian
sembilan dengan metode jarimatika.
b. Pengayaan
Jika peserta didik sudah paham mengenai cara berhitung pada
perkalian sembilan dengan metode jarimatika, maka guru memberi
reward dan soal tambahan.
Jika peserta didik sudah paham ketika diberi soal tambahan, maka
pembelajaran dicukupkan pada hari tersebut.
G. Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/Alat
Gambar jari-jari tangan
Jari-jari tangan kita sendiri
2. Bahan
Buku Metode Jarimatika
Handout
3. Sumber Belajar
Pendidik
Peserta didik
Alat dan bahan yang digunakan
Jakarta, 20 November 2015
Guru kelas
Ratmi Wahyuni, S.Pd
NIP. 196807251992032004
Mengetahui
Kepala SLB Flora Indonesia
Sutapa, S.Pd
NIP. 196411211992031005
LAMPIRAN 6
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan : 1/1
Hari/Tanggal : Jumat, 23 Oktober 2015
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
Guru menyiapkan media
pembelajaran berupa
gambar
2. Guru mengkondisikan
kelas
Guru mengkondisikan
kelas agar peserta didik
tertib
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru mengucapkan
salam dan menanyakan
kabar peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
Guru tidak melakukan
apersepsi, sebab materi
jarimatika hari ini adalah
materi pertama yang
akan diberikan
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
Guru memberitahu
bahwa hari ini akan
belajar tentang lambang
bilangan, serta nilai
puluhan dan satuan
pada metode jarimatika
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
Guru mengenalkan
metode jarimatika dan
menjelaskannya mulai
dari lambang bilangan,
serta nilai puluhan dan
satuan pada metode
jarimatika
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
Guru membimbing peserta didik dengan cara demonstrasi
8.
Guru mengamati
peserta didik selama
proses pemberian
tindakan
Guru memperhatikan
kinerja peserta didik,
dan membetulkan
apabila ada yang salah
9.
Guru melakukan
evaluasi berupa
pertanyaan secara lisan
Guru melakukan
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
mengenai lambang
bilangan, serta nilai
puluhan dan satuan
pada metode jarimatika
10. Guru memberikan
reward dan punishment
Guru memberikan
reward berupa pujian
dan stiker bintang
kepada peserta didik
yang menjawab dengan
benar
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Guru menyimpulkan dengan mengulang materi secara singkat, guna memperkuat ingatan peserta didik
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Salah satu peserta didik tidak memperhatikan dengan baik
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
Seluruh peserta didik tertib dan teratur
4. Peserta didik melakukan operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika
Seluruh peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Seluruh peserta didik antusias untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
Seluruh peserta didik mendapat reward dengan jumlah yang berbeda-beda
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan : 1/2
Hari/Tanggal : Selasa, 27 Oktober 2015
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
Guru menyiapkan media
pembelajaran berupa
gambar
2. Guru mengkondisikan
kelas
Guru mengkondisikan
kelas agar peserta didik
tertib
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru mengucapkan
salam dan menanyakan
kabar peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
Guru melakukan
apersepsi, mengenai
lambang bilangan pada
jarimatika
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
Guru memberitahu
bahwa hari ini akan
belajar tentang langkah-
langkah berhitung
perkalian menggunakan
jarimatika
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
Guru menjelaskan
langkah-langkah
berhitung perkalian
menggunakan jarimatika
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
Guru membimbing peserta didik dengan cara demonstrasi
8. Guru mengamati Guru memperhatikan
peserta didik selama
proses pemberian
tindakan
kinerja peserta didik,
dan membetulkan
apabila ada yang salah
9.
Guru melakukan
evaluasi berupa
pertanyaan secara lisan
Guru melakukan
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
mengenai langkah-
langkah perkalian
menggunakan jarimatika
10. Guru memberikan
reward dan punishment
Guru memberikan
reward berupa pujian
dan stiker bintang
kepada peserta didik
yang menjawab dengan
benar
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Guru menyimpulkan dengan mengulang materi secara singkat, guna memperkuat ingatan peserta didik
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Seluruh peserta didik memperhatikan dengan baik
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
Seluruh peserta didik tertib dan teratur
4. Peserta didik melakukan operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika
Seluruh peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Sebagian peserta didik antusias untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan sebagian ada yang kurang aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
Seluruh peserta didik mendapat reward dengan jumlah yang berbeda-beda
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan : 1/3
Hari/Tanggal : Jumat, 30 Oktober 2015
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
Guru tidak menyiapkan
media gambar, namun
menuliskan rumus
perkalian jarimatika di
papan tulis
2. Guru mengkondisikan
kelas
Guru mengkondisikan
kelas agar peserta didik
tertib
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru mengucapkan
salam dan menanyakan
kabar peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
Guru melakukan
apersepsi, mengenai
langkah-langkah
berhitung menggunakan
jarimatika
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
Guru memberitahu
bahwa hari ini akan
belajar tentang
berhitung perkalian tujuh
menggunakan jarimatika
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
Guru menjelaskan
langkah-langkah
berhitung perkalian tujuh
menggunakan jarimatika
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
Guru membimbing peserta didik dengan cara demonstrasi
8.
Guru mengamati
peserta didik selama
proses pemberian
tindakan
Guru memperhatikan
kinerja peserta didik,
dan membetulkan
apabila ada yang salah
9.
Guru melakukan
evaluasi berupa
pertanyaan secara lisan
Guru melakukan
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
mengenai perkalian
tujuh secara adu cepat
10. Guru memberikan
reward dan punishment
Guru memberikan
reward berupa pujian
dan stiker bintang
kepada peserta didik
yang menjawab dengan
benar
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Guru menyimpulkan dengan mengulang materi secara singkat, guna memperkuat ingatan peserta didik
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Seluruh peserta didik memperhatikan dengan baik
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
Seluruh peserta didik tertib dan teratur
4. Peserta didik melakukan operasi hitung perkalian
Seluruh peserta didik menjawab pertanyaan
menggunakan jarimatika guru dengan menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Salah satu peserta didik kurang aktif untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
Seluruh peserta didik mendapat reward dengan jumlah yang berbeda-beda
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan : 1/4
Hari/Tanggal : Selasa, 3 November 2015
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
Guru tidak menyiapkan
media gambar, namun
menuliskan rumus
perkalian jarimatika di
papan tulis
2. Guru mengkondisikan
kelas
Guru mengkondisikan
kelas agar peserta didik
tertib
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru mengucapkan
salam dan menanyakan
kabar peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
Guru melakukan
apersepsi, mengenai
perkalian tujuh
menggunakan jarimatika
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
Guru memberitahu
bahwa hari ini akan
belajar tentang
berhitung perkalian
delapan menggunakan
jarimatika
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
Guru menjelaskan
langkah-langkah
berhitung perkalian
delapan menggunakan
jarimatika
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
Guru membimbing peserta didik dengan cara demonstrasi
8.
Guru mengamati
peserta didik selama
proses pemberian
tindakan
Guru memperhatikan
kinerja peserta didik,
dan membetulkan
apabila ada yang salah
9.
Guru melakukan
evaluasi berupa
pertanyaan secara lisan
Guru melakukan
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
mengenai perkalian
delapan secara adu
cepat
10. Guru memberikan
reward dan punishment
Guru memberikan
reward berupa pujian
dan stiker bintang
kepada peserta didik
yang menjawab dengan
benar
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Guru menyimpulkan dengan mengulang materi secara singkat, guna memperkuat ingatan peserta didik
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Salah satu peserta didik tidak memperhatikan dengan baik
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
Sebagian peserta didik ada yang bercanda dan usil saat sedang belajar
4. Peserta didik melakukan Seluruh peserta didik
operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika
menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Sebagian peserta didik ada yang tidak aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
Seluruh peserta didik mendapat reward dengan jumlah yang berbeda-beda
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan : 1/5
Hari/Tanggal : Jumat, 6 November 2015
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
Guru tidak menyiapkan
media gambar, namun
menuliskan rumus
perkalian jarimatika di
papan tulis
2. Guru mengkondisikan
kelas
Guru mengkondisikan
kelas agar peserta didik
tertib
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru mengucapkan
salam dan menanyakan
kabar peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
Guru melakukan
apersepsi, mengenai
perkalian delapan
menggunakan jarimatika
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
Guru memberitahu
bahwa hari ini akan
belajar tentang
berhitung perkalian
sembilan menggunakan
jarimatika
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
Guru menjelaskan
langkah-langkah
berhitung perkalian
sembilan menggunakan
jarimatika
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
Guru membimbing peserta didik dengan cara demonstrasi
8.
Guru mengamati
peserta didik selama
proses pemberian
tindakan
Guru memperhatikan
kinerja peserta didik,
dan membetulkan
apabila ada yang salah
9.
Guru melakukan
evaluasi berupa
pertanyaan secara lisan
Guru melakukan
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
mengenai perkalian
Sembilan secara adu
cepat
10. Guru memberikan
reward dan punishment
Guru memberikan
reward berupa pujian
dan stiker bintang
kepada peserta didik
yang menjawab dengan
benar
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Guru menyimpulkan dengan mengulang materi secara singkat, guna memperkuat ingatan peserta didik
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Seluruh peserta didik memperhatikan dengan baik
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
Seluruh peserta didik belajar dengan tertib dan teratur
4. Peserta didik melakukan Seluruh peserta didik
operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika
menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Seluruh peserta didik aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
Seluruh peserta didik mendapat reward dengan jumlah yang berbeda-beda
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan : 1/6
Hari/Tanggal : Selasa, 10 November 2015
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
Guru tidak menyiapkan
media gambar, dan
tidak menuliskan rumus
karena hari ini adalah
tes siklus I
2. Guru mengkondisikan
kelas
Guru mengkondisikan
kelas agar peserta didik
tertib
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru mengucapkan
salam dan menanyakan
kabar peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
Guru tidak melakukan
apersepsi
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
Guru memberitahu
bahwa hari ini akan
diadakan tes
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
Guru tidak menjelaskan
metode jarimatika
karena peserta didik
sedang melakukan tes
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
Guru membiarkan peserta didik mengerjakan tes dengan caranya sendiri
8.
Guru mengamati
peserta didik selama
proses pemberian
tindakan
Guru memperhatikan
kinerja peserta didik,
dan menegur peserta
didik yang menyontek
9.
Guru melakukan
evaluasi berupa
pertanyaan secara lisan
Guru tidak melakukan
evaluasi
10. Guru memberikan
reward dan punishment
Guru tidak memberikan
reward maupun
punishment, namun
guru mengucapkan
terimakasih karena telah
mengerjakan dengan
baik
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Guru tidak menyimpulkan materi tes
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Seluruh peserta didik memperhatikan dengan baik
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
Seluruh peserta didik mengerjakan tes dengan tertib dan teratur
4. Peserta didik melakukan operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika
Seluruh peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Seluruh peserta didik aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
Seluruh peserta didik tidak mendapat reward dan punishment
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan : 2/1
Hari/Tanggal : Jumat, 13 November 2015
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
Guru tidak menyiapkan
media gambar, namun
menuliskan rumus
perkalian jarimatika di
papan tulis
2. Guru mengkondisikan
kelas
Guru mengkondisikan
kelas agar peserta didik
tertib
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru mengucapkan
salam dan menanyakan
kabar peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
Guru tidak melakukan
apersepsi, karena hari
ini merupakan
pertemuan pertama di
siklus kedua
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
Guru memberitahu
bahwa hari ini akan
belajar tentang
berhitung perkalian tujuh
menggunakan jarimatika
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
Guru menjelaskan
langkah-langkah
berhitung perkalian tujuh
menggunakan jarimatika
dan menekankan bahwa
nilai satuan saling
dikalikan
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
Guru membimbing peserta didik dengan cara demonstrasi
8.
Guru mengamati
peserta didik selama
proses pemberian
tindakan
Guru memperhatikan
kinerja peserta didik,
dan membetulkan
apabila ada yang salah
9.
Guru melakukan
evaluasi berupa
pertanyaan secara lisan
Guru melakukan
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
mengenai perkalian
tujuh secara individu
dan bergiliran
10. Guru memberikan
reward dan punishment
Guru memberikan
reward berupa pujian
dan stiker bintang
kepada peserta didik
yang menjawab dengan
benar
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Guru menyimpulkan dengan mengulang materi secara singkat, guna memperkuat ingatan peserta didik
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Seluruh peserta didik memperhatikan dengan baik
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
Seluruh peserta didik tertib dan teratur
4. Peserta didik melakukan Seluruh peserta didik
operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika
menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Seluruh peserta didik antusias untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
Seluruh peserta didik mendapat reward dengan jumlah yang berbeda-beda
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan : 2/2
Hari/Tanggal : Selasa, 17 November 2015
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
Guru tidak menyiapkan
media gambar, namun
menuliskan rumus
perkalian jarimatika di
papan tulis
2. Guru mengkondisikan
kelas
Guru mengkondisikan
kelas agar peserta didik
tertib
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru mengucapkan
salam dan menanyakan
kabar peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
Guru melakukan
apersepsi, mengenai
langkah-langkah
berhitung menggunakan
jarimatika
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
Guru memberitahu
bahwa hari ini akan
belajar tentang
berhitung perkalian
delapan menggunakan
jarimatika
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
Guru menjelaskan
langkah-langkah
berhitung perkalian
delapan menggunakan
jarimatika dan
menekankan bahwa
nilai satuan saling
dikalikan
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
Guru membimbing peserta didik dengan cara demonstrasi
8.
Guru mengamati
peserta didik selama
proses pemberian
tindakan
Guru memperhatikan
kinerja peserta didik,
dan membetulkan
apabila ada yang salah
9.
Guru melakukan
evaluasi berupa
pertanyaan secara lisan
Guru melakukan
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
mengenai perkalian
delapan secara individu
dan bergiliran
10. Guru memberikan
reward dan punishment
Guru memberikan
reward berupa pujian
dan stiker bintang
kepada peserta didik
yang menjawab dengan
benar
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Guru menyimpulkan dengan mengulang materi secara singkat, guna memperkuat ingatan peserta didik
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Seluruh peserta didik memperhatikan dengan baik
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
Seluruh peserta didik tertib dan teratur
4. Peserta didik melakukan operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika
Seluruh peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Beberapa peserta didik pasif untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
Seluruh peserta didik mendapat reward dengan jumlah yang berbeda-beda
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan : 2/3
Hari/Tanggal : Jumat, 20 November 2015
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
Guru tidak menyiapkan
media gambar, namun
menuliskan rumus
perkalian jarimatika di
papan tulis
2. Guru mengkondisikan
kelas
Guru mengkondisikan
kelas agar peserta didik
tertib
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru mengucapkan
salam dan menanyakan
kabar peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
Guru melakukan
apersepsi, mengenai
langkah-langkah
berhitung menggunakan
jarimatika
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
Guru memberitahu
bahwa hari ini akan
belajar tentang
berhitung perkalian
sembilan menggunakan
jarimatika
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
Guru menjelaskan
langkah-langkah
berhitung perkalian
sembilan menggunakan
jarimatika dan
menekankan bahwa
nilai satuan saling
dikalikan
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
Guru membimbing peserta didik dengan cara demonstrasi
8.
Guru mengamati
peserta didik selama
proses pemberian
tindakan
Guru memperhatikan
kinerja peserta didik,
dan membetulkan
apabila ada yang salah
9.
Guru melakukan
evaluasi berupa
pertanyaan secara lisan
Guru melakukan
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
mengenai perkalian
delapan secara individu
dan bergiliran
10. Guru memberikan
reward dan punishment
Guru memberikan
reward berupa pujian
dan stiker bintang
kepada peserta didik
yang menjawab dengan
benar
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Guru menyimpulkan dengan mengulang materi secara singkat, guna memperkuat ingatan peserta didik
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Seluruh peserta didik memperhatikan dengan baik
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
Seluruh peserta didik tertib dan teratur
4. Peserta didik melakukan operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika
Seluruh peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Seluruh peserta didik aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
Seluruh peserta didik mendapat reward dengan jumlah yang berbeda-beda
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Siklus/Pertemuan : 2/4
Hari/Tanggal : Selasa, 24 November 2015
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
Keterangan Ya Tidak
Aktivitas Guru
1. Guru menyiapkan media
pembelajaran
Guru tidak menyiapkan
media gambar, dan
tidak menuliskan rumus
karena hari ini adalah
tes akhir siklus kedua
2. Guru mengkondisikan
kelas
Guru mengkondisikan
kelas agar peserta didik
tertib
3.
Guru mengucapkan
salam dan menyapa
seluruh peserta didik
Guru mengucapkan
salam dan menanyakan
kabar peserta didik
4. Guru melakukan
apersepsi
Guru tidak melakukan
apersepsi
5.
Guru menyampaikan
materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
Guru memberitahu
bahwa hari ini akan
diadakan tes akhir siklus
kedua
6. Guru menjelaskan
metode jarimatika
Guru tidak menjelaskan
metode jarimatika
karena peserta didik
sedang melakukan tes
akhir siklus kedua
7.
Guru membimbing peserta didik dalam menerapkan metode jarimatika
Guru membiarkan peserta didik mengerjakan tes dengan caranya sendiri
8. Guru mengamati
peserta didik selama
Guru memperhatikan
kinerja peserta didik,
proses pemberian
tindakan
dan menegur peserta
didik yang menyontek
9.
Guru melakukan
evaluasi berupa
pertanyaan secara lisan
Guru tidak melakukan
evaluasi, namun
membahas soal yang
dikerjakan peserta didik
bersama-sama
10. Guru memberikan
reward dan punishment
Guru memberikan
reward dan
mengucapkan
terimakasih karena telah
mengerjakan dengan
baik
11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama
Guru tidak menyimpulkan materi tes
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik menjawab salam dari guru
Seluruh peserta didik menjawab salam dari guru
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Seluruh peserta didik memperhatikan dengan baik
3. Peserta didik belajar dengan tertib dan disiplin
Seluruh peserta didik mengerjakan tes dengan tertib dan teratur
4. Peserta didik melakukan operasi hitung perkalian menggunakan jarimatika
Seluruh peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Seluruh peserta didik aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru
6. Peserta didik mendapatkan reward dan punishment
Seluruh peserta didik mendapat reward yang berbeda-beda
LAMPIRAN 7
Hasil Penilaian Proses Belajar Setiap Individu
Siklus/Pertemuan : 1/1
Hari/Tanggal : Jumat, 23 Oktober 2015
No. Aspek Pengamatan AB AK AY UM ZF
1. Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru - - -
2. Peserta didik merespon saat
guru memberikan materi - -
3. Peserta didik belajar dengan
tertib dan disiplin - -
4. Peserta didik melakukan operasi
hitung perkalian menggunakan
jarimatika
- -
5. Peserta didik aktif menjawab
pertanyaan yang diberikan guru - -
6. Peserta didik menjawab seluruh
pertanyaan guru dengan benar - - -
Keterangan : () Ya
( - ) Tidak
Hasil Penilaian Proses Belajar Setiap Individu
Siklus/Pertemuan : 1/2
Hari/Tanggal : Selasa, 27 Oktober 2015
No. Aspek Pengamatan AB AK AY UM ZF
1. Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru
2. Peserta didik merespon saat
guru memberikan materi -
3. Peserta didik belajar dengan
tertib dan disiplin
4. Peserta didik melakukan operasi
hitung perkalian menggunakan
jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab
pertanyaan yang diberikan guru -
6. Peserta didik menjawab seluruh
pertanyaan guru dengan benar - -
Keterangan : () Ya
( - ) Tidak
Hasil Penilaian Proses Belajar Setiap Individu
Siklus/Pertemuan : 1/3
Hari/Tanggal : Jumat, 30 Oktober 2015
No. Aspek Pengamatan AB AK AY UM ZF
1. Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru
2. Peserta didik merespon saat
guru memberikan materi
3. Peserta didik belajar dengan
tertib dan disiplin
4. Peserta didik melakukan operasi
hitung perkalian menggunakan
jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab
pertanyaan yang diberikan guru -
6. Peserta didik menjawab seluruh
pertanyaan guru dengan benar
Keterangan : () Ya
( - ) Tidak
Hasil Penilaian Proses Belajar Setiap Individu
Siklus/Pertemuan : 1/4
Hari/Tanggal : Selasa, 3 November 2015
No. Aspek Pengamatan AB AK AY UM ZF
1. Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru -
2. Peserta didik merespon saat
guru memberikan materi
3. Peserta didik belajar dengan
tertib dan disiplin -
4. Peserta didik melakukan operasi
hitung perkalian menggunakan
jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab
pertanyaan yang diberikan guru -
6. Peserta didik menjawab seluruh
pertanyaan guru dengan benar -
Keterangan : () Ya
( - ) Tidak
Hasil Penilaian Proses Belajar Setiap Individu
Siklus/Pertemuan : 1/5
Hari/Tanggal : Selasa, 6 November 2015
No. Aspek Pengamatan AB AK AY UM ZF
1. Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru - - -
2. Peserta didik merespon saat
guru memberikan materi - - -
3. Peserta didik belajar dengan
tertib dan disiplin - - -
4. Peserta didik melakukan operasi
hitung perkalian menggunakan
jarimatika
- - -
5. Peserta didik aktif menjawab
pertanyaan yang diberikan guru - - -
6. Peserta didik menjawab seluruh
pertanyaan guru dengan benar - - -
Keterangan : () Ya
( - ) Tidak
Hasil Penilaian Proses Belajar Setiap Individu
Siklus/Pertemuan : 2/1
Hari/Tanggal : Jumat, 13 November 2015
No. Aspek Pengamatan AB AK AY UM ZF
1. Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru -
2. Peserta didik merespon saat
guru memberikan materi -
3. Peserta didik belajar dengan
tertib dan disiplin -
4. Peserta didik melakukan operasi
hitung perkalian menggunakan
jarimatika
-
5. Peserta didik aktif menjawab
pertanyaan yang diberikan guru -
6. Peserta didik menjawab seluruh
pertanyaan guru dengan benar -
Keterangan : () Ya
( - ) Tidak
Hasil Penilaian Proses Belajar Setiap Individu
Siklus/Pertemuan : 2/2
Hari/Tanggal : Selasa, 17 November 2015
No. Aspek Pengamatan AB AK AY UM ZF
1. Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru
2. Peserta didik merespon saat
guru memberikan materi
3. Peserta didik belajar dengan
tertib dan disiplin
4. Peserta didik melakukan operasi
hitung perkalian menggunakan
jarimatika
5. Peserta didik aktif menjawab
pertanyaan yang diberikan guru -
6. Peserta didik menjawab seluruh
pertanyaan guru dengan benar
Keterangan : () Ya
( - ) Tidak
Hasil Penilaian Proses Belajar Setiap Individu
Siklus/Pertemuan : 2/3
Hari/Tanggal : Selasa, 6 November 2015
No. Aspek Pengamatan AB AK AY UM ZF
1. Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru -
2. Peserta didik merespon saat
guru memberikan materi -
3. Peserta didik belajar dengan
tertib dan disiplin - -
4. Peserta didik melakukan operasi
hitung perkalian menggunakan
jarimatika
-
5. Peserta didik aktif menjawab
pertanyaan yang diberikan guru -
6. Peserta didik menjawab seluruh
pertanyaan guru dengan benar - -
Keterangan : () Ya
( - ) Tidak
LAMPIRAN 8
DAFTAR HADIR PESERTA DIDIK SELAMA PEMBERIAN TINDAKAN
No.
Inisial
Peserta
Didik
Tanggal Pemberian Tindakan
Siklus I Siklus II
23/10 27/10 30/10 3/11 6/11 10/11 13/11 17/11 20/11 24/11
1. AB
2. AK -
3. AY - - - -
4. UM - -
5. ZF -
Jakarta, 26 November 2015
Guru Kelas Peneliti
Ratmi Wahyuni, S.Pd. Agung Syahrial Nugroho
NIP. 196807251992032004
LAMPIRAN 9
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No. Aktivitas Yang
Dilakukan
Tanggal
Pelaksanaan Keterangan
1. Observasi Awal 21 Agustus 2015
2. Seminar Usulan Proposal 18 September 2015
3. Tes Kemampuan Awal 20 Oktober 2015
SIKLUS I
4. Pertemuan 1 23 Oktober 2015
5. Pertemuan 2 27 Oktober 2015
6. Pertemuan 3 30 Oktober 2015
7. Pertemuan 4 3 November 2015
8. Pertemuan 5 6 November 2015
9. Pertemuan 6 10 November 2015 Tes Siklus I
SIKLUS II
10. Pertemuan 1 13 November 2015
11. Pertemuan 2 17 November 2015
12. Pertemuan 3 20 November 2015
13. Pertemuan 4 24 November 2015 Tes Siklus II
14. Seminar Hasil Penelitian 29 Desember 2015
Jakarta, 26 November 2015
Guru Kelas Peneliti
Ratmi Wahyuni, S.Pd. Agung Syahrial Nugroho NIP. 196807251992032004
Peserta Didik AK Peserta Didik AY Peserta Didik ZF
Peserta Didik UM Peserta Didik AB Guru Kelas
Papan Reward Gambar Lambang Bilangan Jarimatika
LAMPIRAN 10
FOTO DOKUMENTASI
Daftar Riwayat Hidup
Peneliti bernama lengkap Agung Syahrial Nugroho ini lahir
di Jakarta pada tanggal 12 April 1995. Peneliti merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara dan satu-satunya anak
laki-laki dari pernikahan Bapak Sumardi dan Ibu Sri
Wahyuni. Peneliti memulai pendidikannya pada tahun 1999
di TK Al-Istiqomah. Lalu pada tahun 2000, peneliti
melanjutkan sekolahnya ke jenjang sekolah dasar di SDN Bintaro 01 pagi
dan lulus pada tahun 2006. Setelah menempuh pendidikan sekolah dasar
selama enam tahun, peneliti melanjutkan sekolahnya ke jenjang sekolah
menengah pertama di SMPN 178 Jakarta dan lulus pada tahun 2009.
Kemudian peneliti melanjutkan sekolahnya ke jenjang sekolah menengah
atas di SMAN 108 Jakarta dengan mengambil jurusan IPA dan berhasil lulus
pada tahun 2012. Setelah menempuh jenjang pendidikan SMA, peneliti
mencoba mengikuti berbagai tes masuk perguruan tinggi negeri pada tahun
2012. Peneliti berhasil dinyatakan lulus seleksi ujian masuk bersama dan
diterima sebagai mahasiswa S1 Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri
Jakarta. Selama kegiatannya sebagai mahasiswa, peneliti mencoba aktif
dengan mengikuti berbagai organisasi yang ada di kampus. Peneliti
mengawalinya dengan bergabung bersama komunitas bulutangkis di Unit
Kegiatan Olahraga UNJ dengan menjadi anggota. Setelah itu melibatkan diri
sebagai staff departemen minat dan bakat BEMJ PLB periode 2013/2014.
Kemudian peneliti diberi amanah untuk menjadi kepala departemen seni dan
olahraga BEMJ PLB periode 2014/2015. Di tahun berikutnya peneliti masih
memerlukan pengalaman dan memutuskan untuk bergabung di komunitas
BRAVO for Disabilities sebagai staff divisi pendidikan periode 2015/2017.