Download - KESAKTIAN PANCASILA
KESAKTIAN PANCASILA
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
SUCI ULANDARI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 18 BANDA ACEH
BAB I
PENDAHULUAN
A. BEBERAPA PENGERTIAN
Dalam pembahasan mengenai hari kesaktian pancasila, perlu di kemukakan
beberapa pengertian sebagai berikut :
Kesaktian adalah merujuk kepada sesuatu kuasa yang dianggap dapat memberikan
kelebihan kepada seseorang atau alat senjata.
Garuda Pancasila merupakan dasar filosofi negara Indonesia. Kata Pancasila terdiri
dari dua kata dari bahasa Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti
prinsip atau asas. Istilah Pancasila di perkenalkan oleh Ir. Soekarno 1 juli
1946, lahirnya pancasila sendiri dianggap bersamaan dengan lahirnya bangsa
indonesia.
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI adalah sebuah
kejadian yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 di mana enam pejabat
tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu
usaha pemberontakan yang disebut sebagai usaha kudeta oleh anggota Partai
Komunis Indonesia.
Cakrabirawa adalah resimen yang merupakan pasukan gabungan dari TNI
Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian Republik
Indonesia yang bertugas khusus menjaga keamanan Presiden RI pada zaman
pemerintahan Soekarno.
Orde Lama dalam sejarah politik Indonesia merujuk kepada masa pemerintahan
Soekarno (1945-1965). Istilah ini tentu saja tidak digunakan pada saat itu, dan
baru dicetuskan pada masa pemerintahan Soeharto yang disebut juga dengan
Orde Baru.
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan
Soekarno. Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam
jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini
dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu,
kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar
B. PERISTIWA SEPUTAR HARI KESAKTIAN PANCASILA
Jelang meletusnya G 30 S PKI, di beberapa daerah telah terjadi peristiwa-
peristiwa yang turut melatarbelakangi peristiwa yang merupakan bagian kelam dari
sejarah indonesia, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
Peristiwa Jengkol
Peristiwa ini terjadi tahun 1961, di daerah Jengkol (25 kilometer sebelah
Timur Kediri). Pada peristiwa ini terjadi bentrokan antara militer dengan salah satu
ormas PKI, yakni Serikat Buruh Gula (SBG). Peristiwa Jengkol ini bermula atas niat
pemerintah yang ingin menyatukan lahan tebu yang berada di daerah Jengkol dengan
lahan tebu di Ngadirejo, agar mengoptimalkan pabrik gula Ngadirejo yang
merupakan pabrik gula terbesar di kediri. Sayangnya lahan-lahan pabrik Jengkol itu
terpencar-pencar dan di atas lahan itu sudah banyak petani penggarap. Oleh karena
itu, kemudian mereka digusur dan diberi ganti rugi berupa uang atau tanah. Rupanya
PKI kala itu, istilah sekarangnya pandai “menunggangi” para petani. Demonstrasi
pecah, dan akhirnya meminta korban.
Peristiwa Bandar Betsi
Merupakan suatu peristiwa bentrokan antara kaum petani, (dalam hal ini
tergabung kedalam Buruh Tani Indonesia (BTI) yang merupakan organisasi
underbow PKI, dengan tentara yang dipicu oleh tewasnya seorang prajurit yang
menghalang-halangi pencurian kelapa sawit di lahan milik perusahaan negara.
Peristiwa lain
Di bidang politik PKI diyakini memiliki andil dalam pembubaran partai
MURBA. Sementara di bidang pers, terjadi pembredelan pers-pers nasional yang
tergabung dalam BPS (Badan Pendukung Sukarnoisme), yang tidak menginginkan
Soekarno di pengaruhi oleh PKI, adanya pengekangan dan pendiskriditan terhadap
budayawan islam di Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslim), yang dekat Masyumi
dan Lembaga Kebudayaan Nasional yang dekat PNI, oleh seniman-seniman LEKRA
(Lembaga kebudayaan Rakyat), onderbouw PKI.
Di tingkat grassroot apalagi. Umat islam terteror di kampung-kampung.
Rumah-rumah aktivis islam anti PKI ditandai dan bisa mendapat intimidasi tiap saat.
Mulai dari lemparan batu, sampai penyerbuan orang tak dikenal. Di kemahasiswaan,
HMI boleh dibilang organisasi yang paling menderita karena ulah CGMI (ormas
mahasiswa onderbouw PKI). Kampanye menghancurkan HMI dimulai oleh Utrecht
(salah seorang pembantu dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang)
yang melarang HMI karena dianggap terlibat PRRI/PERMESTA dan kontra
revolusioner.
Jelang G 30 S di Riau
Menjelang meletusnya G 30 S/PKI kegiatan tokoh-tokoh PKI di Riau makin
meningkat. Mereka dengan berani secara langsung menyerang lawan-lawan
politiknya. Tokoh-tokoh PKI Riau Alihami Cs mempergunakan kesempatan dalam
berbagai forum untuk menghantam lawan-lawannya dan menonjolkan diri sebagai
pihak yang revolusioner. Begitu juga masyarakat Cina yang berkewargaan negara
RRC memperlihatkan kegiatan-kegiatan yang luar biasa. Malam tanggal 30
September 1965 mereka yang tergabung dalam Baperki bersama-sama dengan PKI
Riau mengadakan konsolidasi dan Show of force dalam memperingati Hari Angkatan
Perang Republik Indonesia, jadi sehari mendahului waktu peringatan yang
sebenarnya. Tindakan selanjutnya; PKI beserta ormas-ormasnya memboikot sidang
pleno lengkap Front Nasional Riau yang langsung dipimpin oleh Gubernur
Kaharuddin Nasution pada tanggal 30 September 1965. Ternyata kegiatan dan
pergerakan PKI beserta ormas-ormasnya adalah untuk merebut pemerintahan yang
syah.
BAB II
POKOK BAHASAN
A. ANCAMAN TERHADAP EKSISTENSI PANCASILA
Perubahan Dasar Negara
Pancasila yang telah dijadikan sebagi dasar negara, palsafah, pandangan,
serta sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara dianggap telah berhasil
sebagai alat pemersatu bangsa, oleh karena itu bila ada pihak-pihak yang
menghendaki mengganti pancasila sebagai dasar negara tentu akan berhadapan
dengan pihak-pihak yang pro pancasila.
Hal buruk yang dikhawatirkan terjadi bila pancasila sebagai dasar negara di
ubah antaralain adalah ancaman terjadinya disintegrasi bangsa, sudah menjadi
konsensus bersama jika bangsa ini sangat heterogen, terdiri dari berbagai macam
suku bangsa, bahasa serta adat istiadat dan agama. Tentunya jika pemersatu dari itu
semua di cabut maka bukan tidak mungkin terjadi konflik berkepanjangan yang pada
akhirnya menyebabkan perpecahan negara dan bangsa ini.
Sejak kemerdekaan bangsa indonesia yang diproklamasikan 17 agustus
1945, usaha-usaha untuk merubah dasar negara ataupun untuk memecah belah
bangsa ini telah bermunculan, baik disponsori oleh kelompok dari dalam negri
maupun berasal dari luar negri. Usaha yang dilakukan kelompok tertentu terhadap
Pemerintah RI untuk mengganti dasar negara Pancasila telah dua kali dijalankan,
yang pertama di tahun 1948, dikenal sebagai pemberontakan PKI Muso di Madiun
dan yang kedua ialah pemberontakan G 30 S PKI dalam bulan September 1965. Di
samping itu pihak kolonialis dan antek-anteknya tak henti-hentinya menggoyang
Indonesia dengan adanya pemberontakan PRRI dan PERMESTA yang secara aktif
dibantu oleh Amerika Serikat, pemberontakan DI/TII, percobaan-percobaan
pembunuhan Presiden Soekarno (a.l. peristiwa Cikini, peristiwa Cimanggis, peristiwa
Makasar, penembakan Idul Adha, peristiwa Raja Madala, dll).
Gerakan 30 September PKI
Versi Resmi pemerintah Orde Baru
Pada tanggal 30 September 1965 PKI mulai melakukan gerakan untuk
mencapai tujuannya yaitu mengkomuniskan Indonesia dan mengganti Pancasila
dengan ideologi mereka. Menjelang saat-saat meletusnya pemberontakan G 30 S
/PKI, PKI melontarkan isyu bahwa Angkatan Darat akan mengadakan kup terhadap
Pemerintah RI dan di dalam TNI AD terdapat "Dewan Jenderal".
Jelaslah isyu-isyu tersebut merupakan kebohongan dan fitnah PKI, yang
terbukti bahwa PKI sendiri yang ternyata melakukan kup dan mengadakan
pemberontakan terhadap Pemerintah RI yang syah dengan mengadakan pembunuhan
terhadap Pejabat Teras TNI AD yang setia kepada Pancasila dan Negara. Di samping
itu, PKI memantapkan situasi "revolusioner" dikalangan anggota-anggotanya dan
massa rakyat. Semua ini dimungkinkan karena PKI mendompleng dan berhasil
mempengaruhi presiden Sukarno, dengan berbagai aspek politiknya seperti
MANIPOL, USDEK, NASAKOM dan lain-lain.
Semua kegiatan ini pada hakekatnya merupakan persiapan PKI untuk merebut
kekuasaan negara dan sesuai dengan cita-cita atau ideologi mereka yang akan
membentuk pemerintah komunis sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat
komunis. Setelah persiapan untuk melakukan pemberontakan mereka anggap cukup
matang antara lain dengan latihan kemiliteran para SUKWAN dan Ormas-ormas PKI
di Lubang Buaya, maka ditentukan hari H nya. Rapat terakhir pimpinan G 30 S /PKI
terjadi pada tanggal 30 September 1965, dimana ditentukan antara lain penentuan
Markas Komando (CENKO) yang mempunyai 3 unsur :
Pasopati, Tugas khusus pimpinan Lettu Dul Arief dari Resimen Cakrabirawa.
Bimasakti, tugas penguasaan dipimpin oleh Kapten Radi.
Gatotkaca sebagai cadangan umum juga penentuan tanda-tanda pengenal, kode-
kode dan hal-hal lain yang berhubungan dengan operasi tersebut. Untuk
gerakan operasi mereka ini Jakarta dibagi dalam 6 sektor.
Dari Lubang Buaya ini PKI dan pasukan-pasukan yang telah dipersiapkan,
melancarkan gerakan pemberontakannya, dengan diawali lebih dahulu menculik dan
membunuh secara keji Pemimpin-pemimpin TNI AD yang telah difitnah oleh PKI
menduduki beberapa instalasi vital di Ibukota seperti Studio RRI, pusat Telkom dan
lain-lain. Diantara para Pemimpin TNI AD yang dibunuh secara kejam adalah
Panglima Angakatan Darat Letjen TNI A Yani, Deputi II MEN/PANGAD MAYJEN
TNI Suprato, Deputi III MEN/PANGAD Mayjen TNI Haryono MT, ASS 1
MEN/PANGAD Mayjen TNI Suparman, ASS III MEN/PANGAD Brigjen TNI DI
Pandjaitan, IRKEH OJEN AD Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
Usaha PKI untuk menculik dan membunuh MEN PANGAB Jenderal TNI
A.H. Nasution mengalami kegagalan, namun Ajudan beliau Lettu Czi Piere Tendean
dan putri beliau yang berumur 5 tahun Ade Irma Suryani Nasution telah gugur
menjadi korban kebiadaban gerombolan G 30 S/PKI. Dalam peristiwa ini Ade Irma
Suryani telah gugur sebagai tameng Ayahandanya. Para pemimpin TNI AD tersebut
dan Ajudan Jenderal TNI Nasution berhasil diculik dan dibunuh oleh gerombolan G
30 S/PKI tersebut, kemudian secara kejam dibuang/dikuburkan di dalam satu tempat
yakni di sumur tua di Lubang Buaya daerah Pondok Gede. Demikian pula AIP Satuit
Tubun pengawal kediaman WAPERDAM DR. A.J. Leimena gugur pula. Di
Jogyakarta, DANREM 072 Kolonel Katamso dan KASREM 072 Letkol I Sugiono
gugur pula diculik dan dianiaya oleh gerombolan G 30 S/PKI secara di luar batas-
batas perikemanusiaan di desa Kentungan.
Sementara itu, sesudah PKI dengan G 30 S/PKI nya berhasil membunuh para
pimpinan TNI AD, kemudian pimpinan G 30 S/PKI mengumumkan sebuah dekrit
melalui RRI yang telah berhasil pula dikuasai. Dekrit tersebut diberinya nama kode
Dekrit No 1 yang mengutarakan tentang pembentukan apa yang mereka namakan
Dewan Revolusi Indonesia di bawah pimpinan Letkol Untung. Berdasarkan revolusi
merupakan kekuasaan tertinggi, Dekrit No 1 tersebut, maka Dewan Revolusi
merupakan kekuasaan tertinggi, Dekrit No 2 dari G 30 S/PKI tentang penurunan dan
kenaikan pangkat (semua pangkat diatas Letkol diturunkan, sedang prajurit yang
mendukung G 30 S/PKI dinaikan pangkatnya 1 atau 2 tingkat).
Setelah adanya tindakan PKI dengan G 30 S/PKI-nya tersebut, maka keadaan
di seluruh tanah air menjadi kacau. Rakyat berada dalam keadaan kebingungan,
sebab tidak diketahui di mana Pimpinan Negara berada. Demikian pula halnya nasih
para Pemimpin TNI AD yang diculikpun tidak diketahui bagaimana nasib dan
beradanya pula. Usaha untuk mencari para pimpinan TNI AD yang telah diculik oleh
gerombolan G 30 S/PKI dilakukan oleh segenap Kesatuan TNI/ABRI dan akhirnya
dapat diketahui bahwa para pimpinan TNI AD tersebut telah dibunuh secara kejam
dan jenazahnya dimasukan ke dalam sumur tua di daerah Pondok Gede, yang dikenal
dengan nama Lubang Buaya.
Versi dalang G 30 S adalah Soeharto dibantu CIA
Versi ini menyebutkan bahwa CIA berada di balik terjadinya peristiwa G 30
S PKI, Peristiwa 65 adalah merupakan kudeta (makar) yang dilakukan oleh Jenderal
Soeharto dengan disponsori secara aktif oleh Amerika Serikat, Inggris, Australia
(Blok Barat) untuk menyingkirkan Presiden Soekarno dan pengikut-pengikutnya
dengan diikuti peristiwa pelanggaran HAM berat berupa penangkapan, penahanan,
penyiksaan, pembunuhan (penghilangan paksa), dan mendiskriminasi mereka
termasuk keturunannya.
Pihak barat berkepentingan dalam peristiwa ini untuk membendung paham
komunis, yang ditakutkan akan berkembang di indonesia, kebetulaan saat itu
pemerintah di pegang oleh Soekarno yang disokong oleh PKI. Beberapa peristiwa
yang terjadi sebelum meletusnya G 30 S antara lain sebagai berikut :
Pada bulan April 1962 ketika Presiden Kenedy bertemu dengan PM Inggris
Harold McMillan keduanya sepakat tentang kehendak untuk melikuidasi
Soekarno pada saatnya yang tepat, untuk itu dinas intelejen (CIA dan MI6)
bekerja sama saling isi-mengisi untuk merealisasikannya.
Dalam bulan Desember 1964 seorang Duta Besar Pakistan di Eropa melaporkan
kepada Menlu Zulfikar Ali Bhuto tentang hasil percakapannya dengan
seorang perwira intelijen Belanda yang bertugas di NATO yang
menginformasikan sejumlah dinas intelijen Barat sedang menyusun suatu
skenario akan terjadinya kudeta militer yang terlalu dini yang dirancang
untuk gagal, dengan begitu terbukalah secara legal bagi AD Indonesia untuk
menghancurkan kaum komunis dan menjadikan Bung Karno sebagai tawanan
Angkatan Darat. Indonesia akan jatuh ke pangkuan Barat laksanan sebuah
apel busuk. Hal senada pun telah dilaporkan oleh wartawan Der Spiegel
bernama Godian Troeller bahwa akan terjadi perebutan kekuasaan oleh
militer dalam waktu dekat.
Dalam bulan April 1965 Elswort Bunker utusan khusus Presiden AS Johnson
menghabiskan waktu 15 hari di Indonesia guna melakukan evaluasi AS
paling tidak menghadapi 6 pilihan untuk membuat perhitungan terhadap
Indonesia dan Presiden Soekarno
Kira-kira seminggu sebelum meletus G30S seluruh tenaga ahli perusahaan
Westinghouse (AS) ditarik dari proyek PLTU Tanjung Perak Surabaya tanpa
alasan yang jelas dan digantikan dengan tenaga dari Jepang, karena
pemerintah AS telah mengetahui akan terjadinya G30S.
Pada tanggal 23 April 1965 Dubes AS di Jakarta Jones membuat laporan
rahasia kepada Wakil Menlu AS Urusan Timur Jauh William Burdy yang
juga tokoh CIA tentang rancangan kudeta di Indonesia yang disampaikan
secara pribadi dan langsung kepadanya. Kemudian dalam telegram No.1879
tanggal 24 Mei 1965 dari Bangkok Jones melaporkan bahwa rencana tersebut
tertunda karena para penggerak tidak dapat bekerja lebih cepat lagi. Jadi
rencana kudeta terhadap Bung Karno itu memang ada dan dikendalikan oleh
pihak nekolim.
Pada tanggal 30 September 1965 malam Aidit diculik oleh militer yang
berseragam Cakrabirawa dan tidak dikenalnya dengan dalih dipanggil ke
istana, namun ternyata dibawa ke Halim dan diisolasi di rumah Serda
Suwardi, hanya bisa berhubungan dengan Central Komando I di Penas
melalui kurir yaitu SyamKamaruzaman sendiri, sehingga praktis dia tidak
bisa apa-apa semuanya tergantung Syam intel AD dan CIA yang berhasil
menyusup ke tubuh PKI untuk menghancurkan PKI.
Tidak ada anggota PKI yang berada dalam pasukan G30S, melainkan hanya
Syam Kamaruzaman sendiri.
Tanggal 30 September 1965 malam kira-kira jam 22.00 Kolonel Latief telah
melaporkan tentang rencana G30S kepada Jenderal Soeharto di Rumah Sakit
Gatot Subroto. Pasukan yang digunakan dalam G30S didatangkan ke Jakarta
dan bergerak ke Lubang Buaya atas perintah Kostrad.
Naskah pengumuman tentang G30S disiapkan oleh Syam dan ditandatangani
oleh Untung dan Brigjen Suparjo yang menyatakan penyelamatan Presiden
Soekarno dari kudeta Dewan Jenderal. Naskah pengumuman II dan naskah-
naskah lain dibuat Syam namun tidak diteken oleh Untung meski namanya
disebutkan jadi tidak sah dan nama Letkol Untung telah dicatut oleh Syam.
Justru pengumuman ke-2 ini yang isinya bertentangan 180 derajat dengan
pengumuman I yaitu mendemisionerkan kabinet Dwikora, kekuasaan
berpindah kepada Dewan Revolusi, kenaikan pangkat bagi pelaksana
gerakan. Isi pengumuman ini sungguh telah memojokkan G30S dan
kemudian digunakan alasan untuk menghancurkannya.
Pembunuhan para jenderal tahanan G30S baik di Jakarta maupun Yogyakarta
dilakukan sendiri oleh pasukan yang terlibat G30S.
tidak ada penyiksaan, pencungkilan mata, maupun penyiletan kemaluan
jenderal oleh Gerwani maupun anggota Pemuda Rakyat, ini sesuai dengan
visum et repertum dari tim dokter yang mengautopsi (bedah mayat) para
jenderal yaitu tim dokter yang diketuai oleh Brigjen TNI Dr. Rubiono
Kertapati dengan visum et repertum nomor 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109
(untuk tujuh korban) yang menyatakan tidak ada bekas penyiksaan dalam
tubuh korban seperti penyiksaan, pencungkilan mata, dan sebagainya. Hal itu
juga dinyatakan oleh Presiden Soekarno dalam pidato pada HUT LKBN
Antara tanggal 12 Desember 1965 dan pembukaan Konferensi Gubernur
Seluruh Indonesia tanggal 13 Desember 1965.
Pada saat gerakan yaitu tanggal 30 September 1965 maupun 1 Oktober 1965,
Lubang Buaya menjadi tempat latihan sukarelawan pengganyangan Malaysia
ini sedang kosong karena Sukwan dicutikan oleh Komodor Udara Dewanto.
D.N. Aidit diambil dari tempat isolasinya di rumah Sersan Suwardi di Halim
selanjutnya dipaksa oleh Syam untuk terbang ke Yogyakarta untuk akhirnya
jatuh dalam kekuasaan agen intel AD tamatan sekolah intel AD di Bogor
bernama Sriharto Harjomiguno yang telah menyusup dalam Biro Khusus
PKI. Awal November 1965 Aidit ditangkap dan dieksekusi oleh Kolonel
Yassir Hadibroto atas perintah Soeharto.
Baik pada saat gerakan tanggal 1 Oktober 1965 maupun sesudahnya tidak ada
satupun dari pemerintahan, baik pemerintah Pusat, pemerintah Daerah
Tingkat I, Tingkat II maupun sampai Tingkat Kelurahan yang dipaksa turun
oleh orang PKI untuk diganti dengan orang-orangnya.
Tidak ada gerakan massa PKI dimana pun yang dikerahkan guna mendukung
atau membantu G30S.
Pada tanggal 1 Oktober 1965 malam hari RRI diambil alih oleh pasukan
RPKAD (Kostrad) tanpa terjadi tembak menembak (damai) dan pasukan yang
tadinya menguasai RRI (Yon 530) bergabung ke Kostrad kembali kepada
induk kesatuan yang memerintahkannya.
Jadi memang G30S ini dirancang oleh arsiteknya yaitu Mayjen TNI Soeharto
untuk membunuh saingan-saingannya, untuk kemudian gagal, sehingga
momen tersebut dapat dipakai dalih untuk menghancurkan PKI dan
menggusur Bung Karno.
Pada tanggal 2 Oktober 1965 Soeharto didampingi oleh Yuga Sogama dan
anggota kelompok bayangannya mendatangi Bung Karno di Istana Bogor
meminta agar Bung Karno memberikan kuasa kepada Soeharto untuk
memulihkan keamanan. Surat kuasa tersebut merupakan surat kuasa pertama
yang mengawali kemenangan Soeharto dan cikal bakal terbentuknya
Kopkamtib (kemudian berubah menjadi Bakorstanas), yang merupakan alat
palu godam rezim Soeharto untuk melibas siapa saja yang menentang
kekuasaan rezim Orde Baru Soeharto.
Bahwa untuk menguasai dan membentuk pendapat umum, Jenderal Soeharto
mulai pada tanggal 2 Oktober sampai tanggal 10 Oktober 1965 melakukan
pembredelan (larangan terbit) tanpa hak kepada semua surat kabar kecuali
harian Berita Yudha dan Angkatan Bersenjata yang digunakan sebagai corong
propaganda mereka dan telah melansir dan membesar-besarkan berita bohong
serta fitnah yang keji seolah-olah telah terjadi penyiksaan, penyiletan
kemaluan jenderal-jenderal yang diculik ke Lubang Buaya, dicungkil
matanya sambil melakukan pesta seks yang disebut “Pesta Harum Bangsa”
oleh Pemuda Rakyat dan Gerwani.
Akibat fitnah dan berita bohong ini telah menyulut rasa antipati dan histeria
massa untuk menghukum orang yang dicurigai sebagai PKI, dan dipakai
landasan menfitnah bahwa orang PKI itu amoral, atheis, kafir dan lain-
lainnya yang jelek, sehingga perlakuan apa saja dianggap halal dan boleh
diterapkan semaunya.
Bahwa Bung Karno telah ditahan dan mengalami penyiksaan fisik dan
psikisnya sampai beliau meninggal dunia.
Bahwa PKI sebagai kekuatan politik besar yang menang secara demokratis
telah secara sistematis dihancurkan oleh kekuatan militer Angkatan Darat atas
perintah Soeharto.
B. KESAKTIAN PANCASILA
Fakta sejarah yang hinga saat ini masih diperdebatkan mengenai peristiwa G 30
S PKI hendaknya tidak mengubah rasa memiliki kita terhadap pancasila yang sudah
jelas-jelas berperan sebagai simbol pemersatu bangsa. Berbagai peristiwa yang
pernah terjadi semenjak proklamasi 17 agustus 1945 hingga saat ini, yang pada
akhirnya tidak menggoyahkan pancasila sebagai dasar negara merupakan hal yang
disebut sebagai kesaktian pancasila.
Kesaktian disini bukan diartikan pancasila secara aktif mampu melakukan
sesuatu, melainkan pandangan serta nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila mampu
ditranformasikan oleh komponen bangsa dalam berkehidupan kebangsaan dan
bernegara.
Peristiwa lubang buaya, yang merupakan puncak dari keganasan G 30 S PKI
telah memakan korban putra-putra terbaik bangsa, yakni Jend. TNI Anumerta
Achmad Yani, Letjen. TNI Anumerta Suprapto, Letjen. TNI Anumerta S. Parman,
Letjen. TNI Anumerta M.T. Haryono, Mayjen. TNI Anumerta D.I. Panjaitan,
Mayjen. TNI Anumerta Sutoyo S, dan ditambah satu Perwira Pertama Kapten CZI
TNI Anumerta Pierre Tendean. Kepada mereka dianugerahkan gelar Pahlawan
Revolusi. Dilokasi tersebut juga di bangun sebuah tugu untuk menghormati pahlawa-
pahlawan tersebut, Tugu tersebut dinamai Tugu Kesaktian Pancasila.
Meletusnya pemberontakan G 30 S PKI, sampai di bubarkan dan dilarangnya
berkembang paham komunis di indonesia, terbitnya Supersemar, hingga tumbangnya
pemerintahan Presiden Soekarno merupakan tonggak berdirinya pemerintahan baru
yang di pimpin oleh presiden Soeharto yang disebut sebagai pemerintahan orde baru.
Orde baru berhasil memerintah indonesia selama 32 tahun lamanya sebelum di
gantikan oleh gerakan reformasi.
Peristiwa 1 Oktober 1965 tersebut kemudian telah melahirkan suatu orde
dalam sejarah pasca kemerdekaan republik ini. Orde yang kemudian lebih dikenal
dengan Orde Baru itu menetapkan tanggal 1 Oktober setiap tahunnya sebagai hari
Kesaktian Pancasila sekaligus sebagai hari libur nasional. Penetapan itu didasari oleh
peristiwa yang terjadi pada hari dan bulan itu, dimana telah terjadi suatu usaha
perongrongan Pancasila, namun berhasil digagalkan. Belakangan setelah orde baru
jatuh dan digantikan oleh orde yang disebut Orde Reformasi, peringatan hari
Kesaktian Pancasila ini sepertinya mulai dilupakan. Terbukti tanggal 1 Oktober
tersebut tidak lagi ditetapkan sebagai hari libur nasional sebagaimana sebelumnya.
Selama masa pemerintahan orde baru setiap tanggal 1 Oktober selalu di
adakan upacara peringatan hari kesaktian pancasila, begitu juga pada masa
pemerintahan berikutnya. Di masa Presiden Megawati Soekarnoputri kepala negara
tidak menghadiri upacara yang dipusatkan di Lubang Buaya. Pada masa
pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari bersejarah yang diarayakan
setiap tanggal 1 Otober ini dimaknai secara lebih luas. Jika pada perayaan-perayaan
sebelumnya Kesaktian Pancasila selalu dikaitkan dengan penumpasan Gerakan 30
September Partai Komunis Indonesia (G-30-S/PKI), maka kali ini "sejarah"
Kesaktian Pancasila dimaknai sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17
Agsutus 1945. Demikian versi baru upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila
yang berlangsung di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Selain
pemaknaan yang baru atas sejarah, hal baru lainnya adalah upacara kembali dipimpin
oleh presiden Republik Indonesia serta disertai dengan pembacaan naskah ikrar yang
menyebutkan bahwa sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
diproklamasi pada 17 Agustus 1945 terjadi banyak rongrongan terhadap Pancasila
dan NKRI baik yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun, bangsa
Indonesia mampu mempertahankan Pancasila dan NKRI.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian mengenai hari kesaktian pancasila dapat di tarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hari Kesaktian Pancasila merupakan peristiwa bersejarah yang diperingati
oleh seluruh bangsa indonesia pada setiap tanggal 1 Oktober
2. Gerakan 30 September adalah perbuatan PKI dalam rangka usahanya untuk
merebut kekuasaan di negara Republik Indonesia dengan memperalat oknum
ABRI sebagai kekuatan fisiknya, untuk itu maka Gerakan 30 September telah
dipersiapkan jauh sebelumnya dan tidak pernah terlepas dari tujuan PKI
untuk membentuk pemerintah Komunis.
Bahwa tujuan tetap komunis di Negara Non Komunis adalah merebut
kekuasaan negara dan mengkomuniskannya.
3. Usaha tersebut dilakukan dalam jangka panjang dari generasi ke generasi
secara berlanjut. Selanjutnya bahwa kegiatan yang dilakukan tidak pernah
terlepas dari rangkaian kegiatan komunisme internasional.
4. Hari kesaktian pancasila merupakan tonggak yang membuktikan bahwa
bangsa ini memerlukan pancasila sebagai dasar negara, sebagai pedoman
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Kita membutuhkan Pancasila kembali karena kita perlu bicara yakin kepada
mereka yang mendadak merasa lebih tinggi ketimbang sebuah republik yang
didirikan dengan darah dan keringat berbagai penghuninya -Islam, Kristen,
Hindu, Budha, Konghucu, ataupun atheis
B. SARAN
Berdasarkan uraian mengenai kesaktian pancasila dapat penulis
kemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Perlunya penanaman nilai-nilai pancasila melalui pemberian pendidikan
pancasila pada sekolah-sekolah sejak dini.
2. Pemberian keteladanan oleh pemimpin untuk mengaplikasikan nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila
3. Perlu dihilangkan perlakuan yang tidak adil terhadap pihak yang
terlibat dalam gerakan 30 September.
4. Rekonsiliasi, dengan tidak menghilangkan aspek pidana terhadap
pihak-pihak yang terlibat dalam gerakan 30 September
5. Mulailah dari saat ini, mulai dari hal-hal kecil, mulai dari diri sendiri
untuk melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Wadrianto Glori, Versi Baru : Hari kesaktian Pancasila tidak sekadar terkait G-30-
S/PKI online diakses 10 Oktober 2005 (http://www.kompas.com)
Media Wiki, Gerakan 30 September online diakses 15 Oktober 2005
(http://id.wikipedia.org)
Detik news, Misteri CIA di seputar G 30 S PKI online di akses 13 Oktober 2005
(www.detik.com)