Transcript
Page 1: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN

HAK ISTIMEWA

(Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor : 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

ALFIAN HUZHAYYA

NIM : 11150480000063

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

i

KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN

HAK ISTIMEWA

(Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor : 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

ALFIAN HUZHAYYA

NIM : 11150480000063

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 3: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH
Page 4: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH
Page 5: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH
Page 6: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

v

ABSTRAK

ALFIAN HUZHAYYA, NIM 11150480000063, “FAKTOR

KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN HAK

ISTIMEWA (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor :

141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016)”. Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.

Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah mengenai kepailitan personal

guarantee yang dipailitkan tanpa terlebih dahulu memailitkan debitur utama

dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016 apakah

sudah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan untuk

mengetahui penerapan dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara dalam

kasus ini. Penelitian ini bertujuan agar setiap orang yang ingin menjadi suatu

penjamin dari pihak debitur memahami terkait aturan yang berlaku terkait

penjaminan perorangan.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan bersifat yuridis normative.

Yuridis normatif adalah yang mana peneliti mengacu pada norma-norma hukum

yang ada dalam peraturan perundang-undangan, literatur, pendapat ahli, dan

makalah-makalah.

Hasil dari peneliitan ini menunjukkan bahwa Hakim dalam Putusan Nomor

141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016 mempailitkan pihak personal guarantee tanpa terlebih

dahulu mempailitkan pihak debitur utama karena pihak personal guarantee telah

melepaskan segala hak istimewanya, walaupun menurut peneliti masih adanya

problematika terkait list BI Checking dalam menunjukkan adanya kreditor lain.

Kata Kunci : Kepailitan, Personal Guarantee, Hak Istimewa Personal

Guarantee.

Pembimbing: Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1987 Sampai Tahun 2019

Page 7: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

vi

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بســــــــــــــــــم هللا الر

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia

yang tidak terhingga. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda

Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga

akhir zaman nanti. Dengan mengucap Alhamdulillahi Robbil ‘alamin akhirnya

peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir pada perkuliahan dalam bentuk skripsi

ini dengan judul “FAKTOR KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE

TERHADAP PELEPASAN HAK ISTIMEWA (Studi Putusan Mahkamah

Agung Nomor: 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016)”.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini

tidak dapat peneliti selesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini berlangsung.

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas para

pihak yang telah memberikan peranan secara langsung dan tidak langsung atas

pencapaian yang telah dicapai oleh peneliti, yaitu antara lain kepada yang

terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi

peneliti, saya ucapkan banyak terimakasih atas kesempatan waktu, arahan, dan

kritik, serta saran yang diberikan dalam penelitian yang saya lakukan di

tengah-tengah kesibukannya.

Page 8: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

vii

3. Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H. Dosen Pembimbing Akademik Peneliti, saya

ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bentuk dukungan yang

telah diberikan hingga saya mampu untuk menyelesaikan studi saya di

Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Pimpinan perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan

studi kepustakaan, sehingga saya dapat memperoleh bahan referensi untuk

melengkapi hasil penelitian saya.

6. Pihak-pihak lain yang telah memberikan kontribusi kepada peneliti dalam

menyelesaikan karya tulis ini.

Page 9: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7

D. Metode Penelitian........................................................................ 8

E. Sistematika Penulisan ................................................................. 11

BAB II: HUKUM KEPAILITAN DAN PERSONAL GUARANTEE

A. Tinjauan Umum tentang Kepailitan dan Personal Guarantee .... 13

1. Tinjauan Umum Kepailitan .................................................... 13

a. Pengertian Kepailitan ......................................................... 13

b. Prinsip-Prinsip dalam Hukum Kepailitan .......................... 15

c. Pengertian Utang, Kreditor, dan Debitor ........................... 21

d. Para Pihak yang Dapat Mengajukan Kepailitan................. 23

e. Pihak yang Dapat Dinyatakan Pailit .................................. 28

f. Syarat-Syarat Mengajukan Permohonan Pailit .................. 30

g. Akibat Kepailitan ............................................................... 31

2. Tinjauan Umum Personal Guarantee .................................... 33

a. Pengertian Personal Guarantee ......................................... 33

b. Pihak yang Dapat menjadi Personal Guarantee ................ 35

Page 10: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

viii

c. Pengaturan Personal Guarantee di Indonesia.................... 36

d. Hapusnya Penjaminan ....................................................... 36

e. Hak Istimewa Personal Guarantee .................................... 37

f. Akibat Hukum Melepaskan Hak Istimewa Bagi

Personal Guarantee .......................................................... 38

B. Kerangka Teori............................................................................ 39

1. Teori Concursus Creditorium ................................................. 39

2. Teori Pembuktian .................................................................. 39

C. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ........................................... 40

BAB III: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE YANG MELEPASKAN

.HAK ISTIMEWA

A. Kedudukan Para Pihak ................................................................ 43

1. PT. Bank Mayapada Internasional, TBK sebagai Kreditur .... 43

2. Arifin (Personal Guarantee) sebagai Debitur ........................ 43

B. Kasus Posisi ................................................................................ 44

1. Duduk Perkara ........................................................................ 44

2. Pertimbangan Hukum oleh Hakim Pengadilan Niaga

Nomor: 49/Pdt.Sus/Pailit/2014/PN.Niaga-Jkt.Pst .................. 47

3. Pertimbangan Hukum oleh Hakim Mahkamah Agung

Nomor: 212/K/Pdt.Sus-Pailit/2015 ......................................... 50

4. Pertimbangan Hukum oleh Hakim Mahkamah Agung

Nomor: 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016 ....................................... 50

5. Putusan Hakim Pengadilan Niaga dan Mahkamah Agung ..... 51

BAB.IV:.PROBLEMATIKA KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE

DALAM PELEPASAN HAK ISTIMEWA

A. Mekanisme Permohonan Pailit Terhadap Personal Guarantee .. 54

1. Permohonan Pailit Personal Guarantee ................................. 54

2. Problematika Permohonan Pailit Terhadap Personal Guarante

yang Melepaskan Hak Istimewa ............................................. 57

Page 11: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

ix

B. Analisis Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor

141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016 ......................................................... 59

1. Analisis Pertimbangan Hukum ............................................... 59

a. Pertimbangan Hukum Pengadilan Niaga ........................... 59

b. Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung tingkat Kasasi .. 63

c. Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung tingkat PK ...... 64

C. Akibat Hukum Terhadap Personal Guarantee Atas Putusan

Hakim Mahkamah Agung Nomor : 141/PK/Pdt.Sus/Pailit ........ 73

BAB V:.PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 76

B. Rekomendasi ............................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 78

Page 12: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah perusahaan dalam menjalankan roda kegiatan usahanya

kerap kali membutuhkan suntikan dana yang digunakan sebagai modal

tambahan dalam menjalankan usahanya. Banyak metode dan cara yang

dapat ditempuh oleh sebuah perusahaan untuk mendapatkan dana tersebut.

Salah satunya adalah dengan cara meminjam uang melalui pihak Bank.

Proses peminjaman uang kepada bank tersebut sering disebut sebagai

kredit. Kredit dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1997 sebagaimana diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.

Pada dasarnya, pemberian kredit oleh kreditur kepada debitur

dilakukan karena adanya kepercayaan dari pihak kreditur bahwa debitur

itu akan mengembalikan pinjaman itu pada waktu yang sudah ditentukan

atau sungguh-sungguh diterima kembali dalam jangka waktu tertentu

sesuai dengan kesepakatan.1 Dengan demikian, faktor pertama yang

menjadi pertimbangan bagi kreditur adalah kemauan (willingness) dari

debitur untuk mengembalikan utangnya itu. Tanpa adanya suatu

kepercayaan (trust) niscaya kreditur tidak akan memberikan suatu kredit

atau pinjaman tersebut kepada pihak debitur. Oleh karena itulah, mengapa

pinjaman dari seorang kreditur kepada seorang debitur disebut sebagai

1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,(Jakarta: Prenadamedia Group,

2012), h.58

Page 13: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

2

kredit (credit) yang berasal dari kata credere yang berarti kepercayaan

atau trust.2

Debitur yang ingin meminjam fasilitas kredit dari pihak perbankan

tentunya dengan memberikan suatu jaminan oleh pihak debitur, guna

kepentingan pihak perbankan ketika adanya kredit macet. Jaminan dapat

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu jaminan materil (jaminan kebendaan)

dan jaminan imateriil (jaminan perorangan). Jaminan kebendaan

mempunyai ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak mendahului

di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti

benda yang bersangkutan..Jaminan perseorangan (Personal Guarantee)

tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu, tetapi hanya

dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang menjamin

pemenuhan perikatan yang bersangkutan.3 Jaminan perorangan atau

personal guarantee diatur dalam Buku III Bab XVII Pasal 1820-1850

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya disingkat KUH

Perdata), hak yang dilahirkan adalah hak yang bersifat relative yaitu hak

yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu yang terikat oleh

perjanjian.4

Debitor ketika melakukan ingkar janji, dalam perjanjian

penjaminan perorangan (personal guarantee) berlaku pula ketentuan

jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH Perdata dan

1132 KUH Perdata. Dalam hal ketika terjadinya kepailitan pada debitur,

berlaku prinsip paritas creditorium (kesetaraan kedudukan para kreditor)

2 Sutan Remi Sjahdeini, Hukum Kepailitan : Memahami Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 Tentang Kepailitan. (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2010), h.2

3 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada, 2017, Cet. Kesepuluh), h.23

4 Trisadini Prasatinah Usanti dan Leonora Bakarbessy, Hukum Jaminan, (Surabaya: Revka

Petra Media, 2014), h.16

Page 14: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

3

dan prinsip pari passu prorate parte. Makna prinsip paritas creditorium

yakni menentukan bahwa para kreditur mempunyai hak yang sama

terhadap semua harta kekayaan debitor, sedangkan prinsip pari passu

prorate parte berarti bahwa harta kekayaan kepunyaan debitor merupakan

jaminan bersama untuk para kreditor dan hasil-hasilnya harus dibagikan

secara proporsional antara mereka, kecuali jika antara para kreditor

tersebut ada yang menurut Undang-Undang harus didahulukan menerima

pembayaran hak tagihannya.

Penjamin perseorangan atau personal guarantee di dalam

ketentuan Pasal 1831 dan 1837 KUH Perdata berhak untuk menuntut agar

debitor utama ditagih terlebih dahulu, apabila adanya kekurangan dari

utang tersebut maka barulah timbul kewajiban bagi pihak penjamin untuk

melunasinya. Jika adanya suatu penjamin lain, utang tersebut dipecah-

pecah atau dibagi di antara para penjamin itu.5

Namun disisi lain, adanya penjamin perseorangan yang telah

melepaskan hak istimewanya menurut Undang-Undang menjadi

permasalahan seringkali kreditur melakukan permohonan pailit kepada

penjamin pribadi atau personal guarantee tanpa lebih dahulu memailitkan

debitor utama, hal inilah yang perlu diperhatikan terhadap seorang

penjamin pribadi karena ia sepenuhnya ia yang bertanggung jawab atas

segala utang debitor utama, karena debitor utama tidak memenuhi

kewajibannya. Personal guarantee disisi lain dalam hal ini yang bisa saja

debitor utama sengaja tidak mau membayar kepada kreditur sehingga

debitur dapat menagih kepada personal guarantee terlebih kepada

personal guarantee yang melepaskan hak istimewanya.

Debitur dalam hal ini yang tidak dapat melaksanakan kewajiban

kepada pihak kreditur, maka sarana hukum yang dapat ditempuh bagi

penyelesaian piutang adalah peraturan kepailitan. Pada asasnya setiap

5 Thomas Suyatno dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2007), h. 94.

Page 15: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

4

kreditur yang tidak terpenuhi piutangnya dapat mengajukan permohonan

pernyataan pailit kepada pengadilan terhadap seorang debitur dengan

syarat-syarat yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Kepailitan menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 adalah

Sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan

pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah Hakim Pengawas

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. sedangkan jika kita tinjau

syarat dari adanya putusan pailit sebagaimana yang diuraikan dalam Pasal

2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 yaitu mempunyai dua

atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang

telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan

pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan

satu atau lebih kreditornya.

Kepailitan pada penjamin pribadi atau personal guarantee pernah

terjadi kepada termohon yang bernama Arifin yang dipailitkan oleh

pemohon PT. Bank Mayapada Internasional,Tbk. Arifin merupakan

penjamin pribadi (personal guarantee) dari PT. Mitra Usaha Cemerlang,

yang telah menerima pinjaman/hutang dari Pemohon Pailit untuk modal

kerja berdasarkan Surat Hutang Nomor 104 tanggal 28 September 2012,

yang dibuat di hadapan Misahardi Wilamarta,SH., notaris di Jakarta

dengan jumlah pinjaman setinggi-tingginya Rp.200.000.000.000,- (Dua

Ratus Milyar Rupiah), yang terdiri dari :

1. Sebesar Rp. 180.0000.000.000,- (Seratus Delapan Puluh Milyar

Rupiah) dalam bentuk fasilitas Pinjaman Tetap On Demand (PTX-

OD)

2. Sebesar Rp.20.000.000.000,- (Dua Puluh Milyar Rupiah) dalam

bentuk fasilitas Pinjaman Rekening Koran (PRK)

Page 16: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

5

Berdasarkan Akta Jaminan Pribadi (Borgtocht) Nomor 107 tanggal

28 September 2012 yang dibuat dihadapan Misahardi Wilamarta, SH.,

Notaris di Jakarta tersebut, Termohon Pailit sebagai Penjamin telah

melepaskan semua hak istimewa dan wewenang yang dimilikinya.

Selain itu, Termohon Arifin juga mempunyai hutang pribadi

kepada PT. Bank Mayapada Internasional,Tbk untuk tambahan modal

kerja sebesar Rp.10.500.000.000,- (Sepuluh Milyar Lima Ratus Juta

Rupiah) dalam bentuk fasilitas Pinjaman Tetap Angsuran (PTA). Dan juga

Termohon Arifin mempunyai Hutang terhadap kreditur lainnya yakni, PT.

Bank Cimb Niaga, Tbk, PT. Bank Anz Indonesia Cabang Sudirman, PT.

Bank Central Asia Cabang Jakarta, PT. Bank Asia Cabang Gorontalo, PT.

Bank Mega Tbk Cabang Menara, dan juga PT. Bank Danamon Indonesia

Tbk. Dengan dibuktikan oleh pemohon hanya berdasarkan fotocopy BI

Checking.

Menarik untuk dikaji lebih lanjut permasalahan kepailitan personal

guarantee dalam Putusan ini karena hakim pengadilan niaga mempailitkan

Termohon Arifin karena pemohon PT. Bank Mayapada Internasional,Tbk

hanya membuktikan fotocopy BI Checking untuk menunjukkan adanya

kreditor lain dalam perkara ini. Karena dalam Yurisprudensi Mahkamah

Agung Putusan No. 443 K/Pdt.Sus/2009 tanggal 28 Agustus 2009, di

mana dalam pertimbangan hukumnya Majelis Hakim menolak bahwa

fotocopy BI Checking dapat digunakan atas utang Termohon pailit tanpa

adanya dukungan bukti lain bahwa benar Termohon pailit mempunyai

kreditor lain selain dari Pemohon pailit a quo.

Selain itu, perlu peneliti analisis lebih lanjut terkait kedudukan dari

personal guarantee. Karena jika kita mengacu kepada syarat pailit dalam

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang dapat

Page 17: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

6

dipailitkan adalah seorang debitur yang mempunyai utang yang sudah

jatuh tempo dan adanya kreditur lain.

Berdasarkan hal itulah, peneliti tertarik untuk mengkaji dan

membahas permasalahan tersebut dengan judul “KEPAILITAN

PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN HAK ISTIMEWA

(Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor : 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016).

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah peneliti paparkan diatas,

maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tidak adanya perlindungan hukum kepada personal guarantee yang

telah melepaskan hak istimewanya ketika debitur utama wanprestasi

b. Mekanisme permohonan pailit personal guarantee yang melepaskan

hak istimewanya

c. Permohonan pailit terhadap personal guarantee apakah harus

dipailitkan terlebih dahulu debitur utama

d. Kedudukan personal guarantee ketika melepaskan hak istimewanya

e. Bukti BI Checking sebagai syarat untuk menunjukkan adanya

kreditor lain menurut ketentuan hukum yang berlaku

f. Akibat hukum yang terjadi ketika personal guarantee melepaskan

hak istimewanya dinyatakan pailit

g. Pertimbangan Mahkamah Agung Nomor 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016

2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang ingin peneliti paparkan dan kaji tidak

terlalu melebar, maka pembahasan skripsi ini dibatasi mengenai perkara

kepailitan personal guarantee yang melepaskan hak istimewa dan

dipailitkan berdasarkan bukti BI Checking dalam Putusan Nomor :

141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016

Page 18: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

7

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari seluruh apa yang telah peneliti identifikasi, maka

pada penulisan skripsi ini rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti

yaitu terkait kepailitan terhadap personal guarantee yang melepaskan

hak istimewa, berdasarkan rumusan masalah tersebut maka peneliti buat

perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

a. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus perkara kepailitan

personal guarantee yang melepaskan hak istimewa dalam Putusan

Nomor 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016?

b. Bagaimana akibat hukum atas Putusan Nomor

141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016 terhadap personal guarantee yang

dinyatakan pailit?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah

dipaparkan dan diuraikan diatas, maka tujuan penelitian yang hendak

dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutus kepailitan

terhadap personal guarantee

b. Untuk memahami akibat hukum atas putusan pailit terhadap

personal guarantee yang telah melepaskan hak istimewa.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah

dan menuliskan hasil-hasil penelitian tersebut dalam bentuk

tulisan.

2) Menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dari bangku

perkuliahan untuk dipraktikan di lapangan.

Page 19: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

8

3) Memperoleh manfaat dibidang hukum pada umumnya maupun

dalam bidang kepailitan dan jaminan secara khususnya dengan

mempelajari literatur yang ada serta perkembangan hukum yang

timbul didalam kehidupan masyarakat.

b. Manfaat Praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu

pengetahuan serta masukan baik bagi pihak penjamin perorangan

(personal guarantee) yang melepaskan hak istimewanya dengan

segala akibat hukum dan konsekuensi yang terjadi ketika melepaskan

hak istimewanya tersebut. Serta diharapkan menambah kepekaan

bagi pihak penjamin perseorangan (personal guarantee) agar lebih

mempertimbangkan konsekuensi hukum yang terjadi ketika

melepaskan hak istimewanya.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

library research (studi kepustakaan) dengan metode penelitan yuridis

normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian hukum

yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder

belaka. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai

peraturan perundang-undangan dibidang hukum kepailitan. Metode

berpikir yang digunakan adalah metode berpikir deduktif (cara berpikir

dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya

umum yang sudah dibuktikan bahwa dia benar dan kesimpulan itu

ditunjukkan untuk sesuatu yang sifatnya khusus).

2. Jenis Penelitian

Sehubungan dengan penelitian dalam skripsi ini merupakan

penelitian normatif maka peneliti menggunakan pendekatan undang-

undang (statute approach) dan pendekatan konsep (conceptual

approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti

Page 20: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

9

aturan-aturan yang berkaitan dengan Kepailitan. Pendekatan konsep

digunakan untuk memahami konsep-konsep tentang pengertian

personal guarantee, pengertian hak istimewa personal guarantee.

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

(primary data), data sekunder (secondary data), dan data tersier.

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer

terdiri atas perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan

hakim.6Yang terdiri dari :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan

4) Putusan Pengadilan Niaga Nomor : 49/Pdt.Sus/ Pailit/2014

5) Putusan Mahkamah Agung Nomor : 212/K/Pdt.Sus/Pailit/2015

6) Putusan Mahkamah Agung Nomor : 141/ PK/ Pdt.Sus /Pailit/

2016

7) Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 tentang

Sistem Informasi Debitur

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari buku-buku yang berkenaan dengan hukum perbankan,

hukum jaminan, hukum kepailitan, buku penjamin dalam prinsip

syariah (kafalah), skripsi hukum kepailitan, dan jurnal atau materi-

materi hukum yang mendukung tulisan ini.

6 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:Kencana Prenadamedia,2005), h. 178

Page 21: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

10

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan

informasi lebih lanjut mengenai bahan-bahan hukum primer dan

hukum sekunder, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

kamus hukum, majalah, blog, koran dan lainnya.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini

yaitu studi keputakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari

referensi untuk mendukung materi penelitian ini melalui berbagai

literatur seperti buku, bahan ajar perkuliahan, artikel, jurnal, skripsi,

tesis dan peraturan perundang-undangan di berbagai perpustakaan

umum dan universitas.

Data yang dikumpulkan akan dianalisa secara kualitatif yang

berarti bahwa data bersangkutan yang dikumpulkan terkait dengan

objek penelitian ini akan dihimpun, diolah, dan dianalisa lalu

dikonstruksikan.

5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Adapun bahan hukum seperti bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder dan bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian

rupa sehingga dapat ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis

untuk menjawab semua permasalahan yang telah dirumuskan di dalam

rumusan masalah.

Mengenai cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara

deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang

bersifat umum terhadap permasalahan yang bersifat konkret.

Selanjutnya setelah bahan hukum diolah dan dilakukan analisis

terhadap bahan hukum tersebut yang akhirnya dapat menjawab

permasalahan mengenai kepailitan personal guarantee yang

melepaskan hak istimewa nya.

Page 22: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

11

E. Sistematika Penelitian

Skripsi ini disusun sesuai dengan buku Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Hidayatullah Jakarta Tahun

2017, yang terbagi dalam lima bab. Pada setiap bab terdiri dari sub bab

yang digunakan untuk memperjelas ruang lingkup dan inti permasalahan

yang diteliti. Adapun urutan dan tata letak masing-masing bab serta inti

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan, yang berisi Latar

Belakang, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan

Rancangan Sistematika Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM KEPAILITAN DAN

PERSONAL GUARANTEE

Bab ini menyajikan kajian pustaka yang didahului dengan

konsep dasar dan kerangka teori dan kerangka konseptual

tentang tinjauan umum tentang kepailitan, tinjauan umum

tentang personal guarantee, hak istimewa personal

guarantee. Pada bab ini juga dibahas review studi terdahulu

yang relevan, yang fokus pembahasannya mendeskripsikan

persamaan dan perbedaan dari studi yang peneliti akan

lakukan.

BAB III KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE YANG

MELEPASKAN HAK ISTIMEWA

Bab ini merupakan penyajian data dan penelitian data

secara deskriptif dimana data yang dimaksud adalah

Putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor

141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016 yang dalam hal ini membahas

Page 23: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

12

mengenai kasus, pertimbangan hukum hakim dan putusan

hakim.

BAB IV PROBLEMATIKA DALAM KEPAILITAN

PERSONAL GUARANTEE YANG MELEPASKAN

ISTIMEWA

Bab ini merupakan analisis permasalahan yang akan

membahas dan menjawab permasalahan pada penelitian ini

diantaranya menganalisis faktor kepailitan terhadap

personal guarantee yang melepaskan hak istimewanya

sebagaimana dalam putusan hakim Mahkamah Agung

Nomor 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016 dan akibat hukum yang

terjadi terhadap putusan tersebut.

BAB V PENUTUP

Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan

yang dapat ditarik mengacu pada hasil penelitian sesuai

dengan perumusan masalah yang telah diterapkan dan

rekomendasi yang akan lahir setelah pelaksanaan penelitian

dan pengulasannya dalam skripsi.

Page 24: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

13

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM KEPAILITAN

DAN PERSONAL GUARANTE

A. Kerangka Konseptual

1. Tinjauan Umum Kepailitan

a. Pengertian Kepailitan

Kepailitan berasal dari kata dasar pailit. Pailit yakni segala sesuatu

yang berhubungan dengan suatu peristiwa keadaan berhenti membayar

utang, dalam hal ini utang debitor yang telah jatuh tempo.1 Bila

ditelusuri secara lebih mendasar, bahwa istilah “pailit” dijumpai di

dalam perbendaharaan bahasa Belanda, Perancis, Latin dan Inggris,

dengan istilah yang berbeda-beda.

Di dalam bahasa Perancis, istilah “faillite” artinya pemogokan atau

kemacetan dalam melakukan pembayaran. Oleh sebab itu, orang yang

mogok atau macet atau berhenti membayar utangnya di dalam bahasa

Perancis disebut lefailli. Untuk arti yang sama di dalam bahasa Belanda

digunakan istilah failliet. Kepailitan di dalam bahasa Inggris dikenal

istilah “to fail”, dan di dalam bahasa Latin dipergunakan istilah

“fallire” Pailit, di dalam khasanah ilmu pengetahuan hukum diartikan

sebagai keadaan debitur (yang berutang) yang berhenti membayar

utang-utangnya.2

Kepailitan secara apriori dianggap sebagai suatu kegagalan yang

disebabkan karena kesalahan dari pihak debitor dalam menjalankan

suatu usahanya sehingga menyebabkan utang tidak mampu dibayar.

Oleh karena itu kepailitan diidentikan sebagai suatu pengemplangan

1 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2017), h. 349

2 Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang di Indonesia, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h.23

Page 25: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

14

utang atau penggelapan terhadap hak-hak yang seharusnya dibayarkan

kepada Kreditor. Bagi Kartono bahwasanya kepailitan memang tidak

merendahkan harkat dan martabatnya sebagai manusia, tapi apabila

nantinya ia berupaya mendapatkan suatu kredit, maka disitulah baru

terasa baginya sisi gelap dari orang yang pernah dinyatakan pailit.3

Berbeda halnya dengan Munir Fuady yang mendefinisikan bahwa yang

dimaksud pailit atau bangkrut itu adalah suatu sitaan umum atas seluruh

harya kekayaan debitor agar dicapainya perdamaian antara debitor dan

para kreditor atau agar harta tersebut dapat dibagi-bagi secara adil di

antara para kreditor.

Kepailitan dalam kepustakaan Black’s law dictionary menyatakan

“Bankrupt is the state or condition of one who is unable to pay his debts

as they are, or become, due”.4

Pengaturan kepailitan tak luput pula dari sisi yuridis yang diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Ketentuan Pasal 1 Angka 1

menyatakan bahwa :

“Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit

yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah

pengawasan Hakim Pengawas”

Debitor pailit setelah adanya putusan pengadilan maka pengurusan

dan pemberesan harta debitor pailit tersebut dilakukan oleh Kurator

dibawah pengawasan Hakim Pengawas. Hal tersebut dilakukan demi

kepentingan daripada para kreditor-kreditor yang dimiliki oleh debitur

agar harta kekayaan debitur dibagi sesuai dengan prinsip paritas

creditorium, pari passu prorate parte, dan structured creditors.

3 Kartono, Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran, (Jakarta: Pradya Paramita,

1982), h. 42

4 Henry Campbell Black. Black’s law dictionary, (West Publishing Co.,St, Paul

Minnesota, 1979), h. 134

Page 26: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

15

b. Prinsip-Prinsip dalam Hukum Kepailitan

Black mengartikan bahwa prinsip sebagai “a fundamental truth or

doctrine, as of law;a comprehensive rule of doctrine which furnishes a

basis or origin for others”5. Bruggink menyatakan bahwa asas/ prinsip

hukum adalah suatu nilai yang melandasi norma hukum. Selanjutnya

Bruggink mengikuti pendapat Paul Schoten bahwa asas hukum

merupakan pikiran-pikiran dasar, yang terdapat di dalam dan di

belakang sistem hukum masing-masing dirumuskan dalam aturan

perundang-undangan dan putusan hakim, yang berkenaan dengan

ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individual.6

Sudikno Mertokusumo berpendapat bahwa asas atau prinsip hukum

bukanlah suatu hal yang konkret, melainkan prinsip hukum merupakan

pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari

peraturan yang konkret yang terdapat di dalam dan di belakang setiap

sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan

putusan-putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat

diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan yang

konkret itu.7 Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang setidaknya

telah memiliki Asas/Prinsip umum kepailitan, antara lain :

1) Prinsip Paritas Creditorium

Prinsip paritas creditorium (kesetaraan kedudukan para

kreditor) menentukan bahwa para kreditor mempunyai hak yang

sama terhadap semua harta benda debitor. Artinya apabila suatu

debitor tidak sanggup untuk membayar utang-utangnya, maka

harta kekayaan debitor menjadi sasaran kreditor dalam melunasi

5 Henry Campbell Black. Black’s law dictionary ,… h.1074

6 M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan (Prinsip,Norma, dan Praktik di

Peradilan), (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2015), h. 25

7 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta:

Liberty, 2005), h.34

Page 27: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

16

utang-utangnya tersebut. Prinsip ini mengartikan bahwasanya

semua harta kekayaan debitor baik yang berupa barang bergerak

ataupun barang tidak bergerak maupun harta yang sekarang

dipunyai debitor menjadi sasaran bagi para kreditor untuk

melunasi segala bentuk utang-utangnya.

Filosofi dari adanya prinsip paritas creditorium yakni bahwa

merupakan suatu ketidakadilan apabila debitor memiliki harta

benda namun utang debitor kepada kreditornya tidak

terbayarkan.8 Makna lain dari prinsip paritas creditorium adalah

bahwa yang menjadi jaminan umum atas utang-utang debitor

hanya terbatas kepada harta kekayaannya saja bukan aspek

lainnya, seperti status pribadi dan hak-hak lainnya di luar harta

kekayaan sama sekali tidak terpengaruh terhadap utang debitor

tersebut.

Prinsip paritas creditorium kendatipun merupakan respons

atas ketidakadilan tersebut, apabila prinsip tersebut diterapkan

secara letterlijk maka akan menimbulkan suatu ketidakadilan

berikutnya. Karena prinsip paritas creditorium menganggap para

kreditor berkedudukan sama dengan kreditor lainnya, padahal

secara faktanya pasti ada suatu kreditor yang memiliki piutang

besar dan ada pula kreditor yang memiliki piutang kecil. Tentu

apabila prinsip tersebut berdiri sendiri menimbulkan

ketidakadilan baru, maka dari itu prinsip ini harus dikaitkan pula

dengan prinsip pari passu prorata parte dan prinsip structured

creditors.

2) Prinsip Pari Passu Prorata Parte

Prinsip pari passu prorate parte berarti bahwa harta kekayaan

tersebut merupakan jaminan bersama untuk para kreditor dan

8 M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan (Prinsip,Norma, dan Praktik di

Peradilan), … h. 28

Page 28: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

17

hasilnya harus dibagikan secara proporsional antara mereka

kecuali jika diantara para kreditor itu ada yang menurut undang-

undang harus didahulukan dalam menerima pembayarannya.9

Prinsip paritas creditorium disisi lain untuk memberikan suatu

keadilan bagi semua kreditor tanpa adanya suatu perbedaan

terhadap harta kekayaan debitor, sedangkan prorata parte

bermakna perolehan yang proporsional, yaitu jumlah yang

diterima oleh kreditor dihitung berdasarkan besarnya piutang

masing-masing dibandingkan dengan piutang mereka secara

keseluruhan terhadap harta kekayaan yang dipunyai oleh

debitor.10

3) Prinsip Structured Creditors

Penggunaan prinsip paritas creditorium yang dikaitkan pula

dengan prinsip pari passu prorate parte dalam kontek kepailitan

ternyata masih mempunyai kelemahan apabila ternyata kreditor

tidak sama kedudukannya bukan persoalan besar kecilnya

piutang saja tetapi tidak sama kedudukannya karena ada sebagian

kreditor yang memegang jaminan kebendaan dan/atau kreditor

yang memiliki hak preferensi yang telah diberikan oleh undang-

undang.11

Jika pada akhirnya kedudukannya disamakan maka

adanya lembaga hukum jaminan seperti tidak bermakna lagi.

Maka dari itu adanya suatu prinsip structured creditors sebagai

pelengkap daripada prinsip paritas creditorium dan prinsip pari

passu prorate parte guna melindungi para kreditor yang

9 Kartini Muljadi, Actio Pauliana dan Pokok-Pokok tentang Pengadilan Niaga,

Dalam: M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan (Prinsip,Norma, dan Praktik di Peradilan),

(Jakarta: Kencana, 2015), h. 29

10

Elyta Ras Ginting, Hukum Kepailitan : Teori Kepailitan, (Jakarta: PT. Cahaya

Prima Sentosa, 2018), h. 59

11

M.Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan (Prinsip,Norma, dan Praktik di

Peradilan), … h.31

Page 29: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

18

memiliki jaminan preferensi yang telah diberikan oleh undang-

undang.

Adapun prinsip structured creditors adalah prinsip yang

mengklasifikasikan dan mengelompokkan berbagai macam

kreditor menjadi tiga macam, yaitu :

(1) Kreditor Separatis

(2) Kreditor Preferen

(3) Kreditor Konkuren

4) Prinsip Utang

Dalam proses kepailitan konsep utang merupakan suatu hal

yang sangat penting, karena tanpa adanya utang tidaklah

mungkin suatu perkara kepailitan dapat diperiksa. Tanpa adanya

utang maka esensi kepailitan menjadi tidak ada karena kepailitan

adalah pranata hukum untuk melakukan likuidasi asset debitor

untuk membayar utang-utangnya kepada kreditornya. Maka dari

itu M. Hadi Shubhan menyatakan utang merupakan raison d’etre

dalam perkara kepailitan. Pendapat lain dari Ned Waxman bahwa

utang dapat didefinisikan sebagai “The concept of a claim is

significant in determining which debts are discharged and who

share in distribution”.12

Konsep Utang dalam kepailitan di Amerika Serikat disebut

dengan claim. Robert L.Jordan mengartikan claim diartikan

sebagai:

(1) Right to payment, whether or not such right is reduced to

judgement, liquidated, unliquidated, fixed, contingent,

matured, unmatured, disputed, undisputed, legal,equitable,

secure or unsecured; or

(2) Right to an equitable remedy for breach of performance if

such breach gives rise to a right to payment, wether or not

12

Ned Waxman, “Bankcrupty, dalam : M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan

(Prinsip,Norma, dan Praktik di Peradilan), … h. 34

Page 30: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

19

such right to an equitable remedy is reduced to judgement,

fixed, contingent, matured, unmatured, disputed,

undisputed, secured or unsecured.13

Utang dalam Pasal 1 Angka (6) Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang yaitu :

“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat

dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia

maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang

akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena

perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oeh

Debitor dan bila tidak dipenuhi member hak kepada kreditor

untuk mendapatkannya dari harta kekayaan debitor”.

Dapat disimpulkan bahwasanya dalam pengajuan perkara

kepailitan harus adanya konsep utang sebagai syarat permohonan

pailit, karena tanpa adanya utang esensi kepailitan menjadi tidak

ada.

5) Prinsip Debt Collection

Prinsip debt collection mempunyai makna yang berkaitan

langsung dengan prinsip consursus creditorium dan keadaan

insolven. Prinsip debt collection bersama-sama dengan concursus

creditorium menjadi suatu penanda bahwasanya untuk

membedakan mana penuntutan pembayaran utang yang

dilakukan dengan gugatan perdata dan dengan tuntutan utang

yang pembayaran utang tersebut harus dilakukan dengan

permohonan pailit.14

13

Ned Waxman, “Bankcrupty”, dalam : M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan

(Prinsip,Norma, dan Praktik di Peradilan), … h.34 14

Elyta Ras Ginting, Hukum Kepailitan : Teori Kepailitan, … h. 60.

Page 31: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

20

Emmy menyatakan bahwa hukum kepailitan dibutuhkan

sebagai alat collective proceeding. Artinya, tanpa adanya suatu

hukum kepailitan masing-masing kreditor akan berlomba-lomba

secara sendiri-sendiri mengklaim asset debitor untuk kepentingan

masing-masing.15

Maka dari itu hukum kepalitan berfungsi

sebagai alat collective proceeding bagi para kreditor bahwa

segenap harta kekayaan debitor adalah menjadi jaminan terhadap

utang para kreditornya dengan melikuidasi asset debitur. Dengan

demikian prinsip debt collection berfungsi sebagai sarana

pemaksa untuk merealisasikan hak-hak kreditor melalui proses

likuidasi terhadap harta kekayaan debitor.

6) Prinsip Debt Polling

Prinsip ini menekankan terkait bagaimana harta kekayaan paiit

harus dibagi di antara para kreditornya. Di dalam melakukan

pendistribusian aset tersebut tentunya kurator akan berpegang

pada prinsip paritas creditorium, prinsip pari passu prorate

parte, dan Prinsip structured creditors. Prinsip debt polling ini

juga merupakan artikulasi dari sifat-sifat yang melekat di dalam

proses kepailitan, baik hal tersebut berkenaan dari adanya

karakteristik kepailitan sebagai penagihan yang tidak lazim.

7) Prinsip Debt Forgiveness

Prinsip ini mengandung arti bahwa kepailitan tidaklah selalu

identik hanya sebagai pranata penistaan kepada para debitor

melainkan pula sebagai peringanan beban yang diberikan kepada

para debitor guna melunasi utang-utangnya. Implementasi dari

prinsip debt forgiveness ini dalam norma-norma hukum

kepailitan yaitu dengan adanya penundaan kewajiban

pembayaran utang untuk jangka waktu yang ditentukan. Bahkan

dengan adanya prinsip ini debitor yang telah dinyatakan pailit

15

Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan (Prinsip,Norma, dan Praktik di Peradilan),

… h.38.

Page 32: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

21

akan mendapatkan status fresh-starting bagi para debitor,

sehingga memungkinkan debitor untuk memulai usaha baru

tanpa adanya bayang-bayang atau tanpa dibebani utang-utang

debitor yang lama. Bahkan Gross menyatakan bahwa pemberian

pemaafan kepada debitor yang benar-benar mengalami

kebangkrutan merupakan penyeimbang dari adanya kepailitan

tersebut, “for debtors, the ideal system provides a fresh start,

premised on recognition that mistakes happen but debtors can be

rehabilitated through forgiveness”.16

Adanya prinsip debt forgivness tidaklah lepas bahwasanya

suatu usaha akan terkandung suatu resiko atau ketidakpastian dan

semua resiko merugikan usaha dan bahkan bisa pula sampai

membangkrutkan suatu usaha.

8) Prinsip Universal dan Prinsip Teritotial

Prinsip universal dalam kepailitan mengandung makna bahwa

putusan pailit dari suatu negara, maka putusan tersebut berlaku

terhadap semua harta debitur baik yang berada di dalam megeri

maupun di luar negeri. Istilah tersebut dikenal sebagai cross

border insolvency. Namun apabila negara tersebut tidak

mengikuti perjanjian internasional terkait dengan kepailitan atau

perjanjian antar negara maka berlaku lah prinsip territorial yang

hanya berlaku pada negara tempat pengadilan tersebut

memutuskan debitur pailit.

c. Pengertian Utang, Kreditor, dan Debitor

1) Pengertian Utang

Pada Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang mendefinisikan bahwa “debitur yang

mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas

16

Karen Gross, Failure and Forgiveness: Rebalancing the Bankcrupty System,

(New Heaven: Yale University Press, 1997), h.244.

Page 33: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

22

sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,

dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas

permohonannya sendiri maupun atau permohonan satu atau lebih

kreditornya”. Apabila kita cermati bahwa utang dalam perkara

kepailitan sangatlah penting, tanpa adanya utang maka tidak ada

artinya sarana hukum kepailitan. Sehubungan dengan itu maka perlu

kita pahami apa yang dimaksud dengan utang. Menurut Pasal 1

Angka (6) Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang yaitu :

“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat

dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia

ataupun dalam mata uang asing, baik yang secara langsung

maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang

timbul karena perjanjian atau Undang-undang dan yang wajib

dipenuhi oleh debitor bila tidak dipenuhi member hak kepada

kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan

debitor”.

2) Pengertian Debitor dan Kreditor

Pasal 1 Angka (3) mendefinisikan yang dimaksud dengan debitor

adalah sebagai berikut :

“debitor adalah orang yang mempunyai piutang karena

perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat

ditagih di muka pengadilan”

Sementara itu, yang dimaksud kreditor diberikan pengertiannya

dalam Pasal 1 Angka (2) sebagai berikut :

“kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena

perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka

pengadilan”

Dalam KUH Perdata kita tidak mengenal istilah “debitor” dan

“kreditor”, melainkan dalam KUH Perdata dipakai istilah si berutang

(schuldenaar) dan si berpiutang (schuldeischer). Menurut Pasal 1234

Page 34: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

23

KUH Perdata dihubungkan dengan Pasal 1235 KUH Perdata, dan

Pasal 1239 KUH Perdata , si berutang adalah pihak yang wajib

memberikan, berbuat, atau tidak berbuat sesuatu yang berkenaan

dengan perikatannya, baik perikatan itu timbul karena perjanjian

ataupun karena undang-undang. Di dalam pustaka-putstaka hukum

dan kehidupan masyarakat schuldenaar disebut sebagai debitor,

sedangkan schuldeiser disebut sebagai kreditor.17

Adrian Sutedi dalam bukunya berjudul Hukum Kepailitan

membagi pengertian debitor dan kreditor dalam arti luas dan sempit

sebagai berikut :18

1) Pengertian dalam arti sempit, debitor ialah pihak yang

mempunyai utang yang timbul semata-mata dari perjanjian

utang-piutangnya saja. Berdasarkan pendirian utang dalam

arti sempit, maka yang dimaksud dengan kreditor adalah

pihak memiliki hak tagih atau tagihan yang berupa

pembayaran sejumlah uang yang hak tersebut timbul

semata-mata dari perjanjian utang-piutang.

2) Pengertian dalam arti luas, debitor adalah pihak yang

mempunyai suatu kewajiban untuk membayar utang yang

timbul dari sebab apa pun, baik karena perjanjian utang-

piutang dan perjanjian lainnya maupun yang timbul karena

undang-undang.

d. Para Pihak Yang Dapat Mengajukan Kepailitan

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Kepailitan, pihak

yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah sebagai berikut :19

17

Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No. 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2010), h. 93

18

Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2009), h. 32

19

Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 12

Page 35: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

24

1) Debitur sendiri

Undang-Undang memungkinkan seorang debitur untuk

mengajukan permohonan pernyataan pailit atas dirinya sendiri. Jika

debitur masih terikat dengan pernikahan yang sah, permohonan

tersebut hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau istri yang

menjadi pasangannya (Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Kepailitan).

Seorang debitor dapat mengajukan permohonan pailit terhadap

dirinya (voluntary petition) hanya apabila terpenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :20

a. Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor

b. Debitor sedikitnya tidak membayar satu utang yang telah

jatuh waktu dan telah dapat ditagih

2) Seorang kreditur atau lebih

Sesuai dengan Penjelasan Pasal 2 Ayat (1) UU Kepailitan,

kreditor yang dapat mengajukan permohonan pailit terhadap

debiturnya adalah kreditor konkuren, kreditor preferen, ataupun

kreditor separatis. Jadi dalam peraturan kepailitan di Indonesia satu

orang kreditur dapat mengajukan kepailitan terhadap debiturnya

apabila syarat-syarat kepailitan tersebut terpenuhi.

Bila kita bandingkan dengan The Bankcrupty Ac of 1978

(Peraturan Kepailitan di Amerika), khususnya terkait “Number and

Claim of Petitioning Creditor”, dijelaskan bahwa :

“If there are twelfe or more creditor, at least three, whose

unsecured claim total $5000 or more, must sign the involuntary

petition”

Dari penjelasan diatas diartikan bahwa permohonan kepailitan

tidak dapat dimohonkan oleh hanya seorang kreditur seperti halnya

20

Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No. 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan, … h. 104

Page 36: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

25

di Indonesia bahwa satu orang kreditur dapat mengajukan

permohonan pailit terhadap debiturnya.21

3) Kejaksaan

Permohonan pailit terhadap debitur juga dapat diajukan oleh

kejaksaan demi kepentingan umum (Pasal 2 Ayat (2) UU

Kepailitan). Pengertian kepentingan umum adalah kepentingan

bangsa dan Negara dan/atau kepentingan masyarakat luas, misalnya :

a. Debitur melarikan diri

b. Debitur menggelapkan bagian dari harta kekayaan

c. Debitur mempunyai utang kepada BUMN atau badan usaha

lain yang menghimpun dana dari masyarakt

d. Debitur mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan

dana dari masyarakat luas

e. Debitur tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam

menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu;

atau

f. Dalam hal lainnya yang menurut kejaksaan merupakan

kepentingan umum

4) Bank Indonesia

Bank menurut Undang-Undang Perbankan Indonesia No.10

Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam

bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup khalayak orang banyak. Ketika bank mengalami kepailitan,

maka Bank Indonesia adalah pihak yang berwenang dalam rangka

mencabut izin usaha bank oleh Pimpinan Bank Indonesia yang

berujung pada likuidasi dan juga dimohonkan putusan kepailitan.

21

Ronald A. Anderson, dalam Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang di Indonesia. (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 33

Page 37: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

26

Landasan yuridis bagi bank Indonesia untuk mengajukan

kepailitan bagi bank yang bermasalah yaitu Pasal 2 Ayat (3) UU No.

37 Tahun 2004, yakni “Bank Indonesia adalah satu-satunya pihak

yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit jika

debiturnya adalah bank”. Hal tersebut berdasarkan alasan:22

a) Perbankan beserta peraturan-peraturan pelaksananya tidak

mengenal adanya mekanisme kepailitan dalam rangka

penyelesaian hak dan kewajiban atas suatu bank;

b) Bank merupakan lembaga keuangan yang sumber dananya

dari masyarakat, sehingga dalam hal ini mempunyai

karakteristik yang khusus dibandingkan dengan badan hukum

lain. Oleh karena itu, ketentuan mengenai tata cara

pencabutan izin usaha, pembubaran, likuidasi bank diatur

secara khusus dan tersendiri (lex spesialis) dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999;

c) Mekanisme penyelesaian hak dan kewajiban bank ditempuh

melalui prosedur likuidasi (Undang-Undang Perbankan dan

peraturan pelaksananya) bukan melalui prosedur permohonan

kepailitan. Yang mana hal ini sejalan dengan surat Ketua

Mahkamah Agung RI No. KMA/379/V/1994 tanggal 13 Mei

1994.

5) Badan Pengawas Pasar Modal atau Bapepam

Permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan efek, bursa

efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan

penyelesaian, hanya dapat diajukan oleh Bapepam.

6) Menteri Keuangan

Permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan asuransi,

perusahaan reasuransi, dana pension, atau BUMN yang bergerak di

bidang kepentingan publik hanya dapat diajukan oleh Menteri

22

Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia Dalam Teori dan

Praktik Serta Penerapan Hukumnya, … h. 178

Page 38: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

27

Keuangan, dengan maksud untuk membangun tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap badan usaha tersebut.

Kewenangan ini yang hanya dapat diberikan kepada menteri

keuangan, didasarkan pada pengalaman sebelumnya, yaitu

banyaknya perusahaan asuransi yang dimintakan pailit oleh kreditor

secara pribadi, seperti perusahaan asuransi Manulife, perusahaan

asuransi prudential,dll.23

Sejalan dengan hadirnya tugas Otoritas Jasa Keuangan yang

mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan

pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di

dalam sektor jasa keuangan, maka dalam hal ini pengajuan proses

kepailitan terhadap perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah,

perusahaan reasuransi dan perusahaan reasuransi syariah yang pada

awalnya merupakan kewenangan Menteri Keuangan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang beralih menjadi

kewenangan OJK berdasarkan Undang-Undang Perasuransian.24

7) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Pemohon Pailit

Hadirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentunya mempunyai peran baru

terhadap pemohon pailit, sesuai dengan tujuan berdirinya OJK yakni

untuk mengatur, mengawasi, dan melindungi seluruh lembaga

keuangan di Indonesia. Disahkannya undang-undang tersebut

memberikan otoritas kepada OJK untuk mengawasi seluruh lembaga

keuangan di Indonesia baik itu perbankan, asuransi, maupun

perusahaan efek. Dengan telah diamanatkannya pengawasan

lembaga keuangan kepada OJK maka sudah selayaknya dalam

23

Jono, Hukum Kepailitan, … h.20

24

.https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5645b7892a4e7/peran-ojk-

sebagai-pemohon-pailit-perusahaan-asuransi/ (diakses pada tanggal 16 Mei 2019 pukul

22.28)

Page 39: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

28

pengajuan permohonan pailit pada lembaga keuangan yang telah

disebutkan sebelumnya hanya dapat diajukan oleh OJK. Namun pada

kenyataannya OJK hanya dapat mengajukan permohonan pailit

kepada perusahaan efek, lembaga kliring, dan lembaga penjamin

yang dapat diajukan permohonan pailit, dan untuk lembaga

perbankan dan asuransi tetap kewenangan dari Bank Indonesia dan

Menteri Keuangan.25

Berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang

Perasuransian, dan Peraturan OJK Nomor 28/POJK.05/2015 Tentang

Pembubaran,Likuidasi dan Kepailitan Perusahaan Asuransi,

Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan

Perusahaan Reasuransi Syariah, yang telah memberikan penafsiran

bahwasanya dengan berlakunya Undang-Undang yang baru

mengenyampingkan Undang-Undang yang lama atau lebih dikenal

dengan asas Lex Posterior Derogat Legi Priori.26

e. Pihak yang Dapat Dinyatakan Pailit

Ketentuan Pasal 3 dan 4 Undang-Undang No.37 Tahun 2004

Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah

menjelaskan, bahwa setiap debitor (pengutang) yang berada dalam

keadaan berhenti membayar utangnya dapat dijatuhi keputusan

kepailitan. Debitor.disini dapat terdiri dari orang (badan pribadi)

maupun pihak badan hukum. Berdasarkan hal tersebut, maka yang

dapat dinyatakan pailit, ialah :27

25

Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia: Dalam Teori dan

Praktik Serta Penerapan Hukumnya, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), h. 194

26

Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia: Dalam Teori dan

Praktik Serta Penerapan Hukumnya, … h. 195 27

Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang di Indonesia …, h. 31

Page 40: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

29

1) Dalam debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya

dapat diajukan oleh Bank Indonesia.

2) Dalam hal debitor adalah perusahaan efek, Bursa Efek, Lembaga

Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,

permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan

Pengawas Pasar Modal.

3) Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan

Reasuransi, Dana Pensiun, atau BUMN yang bergerak di

kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat

diajukan oleh Menteri Keuangan / Otoritas Jasa Keuangan

4) Dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh Debitor

yang masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonan hanya

dapat diajukan atas persetujuan suami ataun istrinya.

5) Permohonan pernyataan pailit terhadap suatu firma harus memuat

nama tempat tinggal masing-masing persero yang secara tanggung

renteng terikat untuk seluruh utang firma.

Permasalahan baru berikutnya ialah apakah seorang penanggung

(bortocht) dapat dinyatakan pailit, berkenaan dengan itu perlu kita

simak terlebih dahulu ketentuan tentang penanggungan sebagaimana

yang telah diatur di dalam Pasal 1820-1830 KUH Perdata. Penanggung

adalah pihak ketiga yang dengan suatu perjanjian bersedia untuk

memenuhi perikatan pihak kedua ( si berutang) guna kepentingan pihak

pertama (si berpiutang). Maka dari itu Zainal Asikin dalam bukunya

yang berjudul Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang di Indonesia merumuskan terkait permasalahan

kepailitan penanggung sebagai berikut :

1) Seorang penanggung belum dapat dinyatakan pailit apabila

tertanggung (debitur) benar-benar masih mampu membayar

utang-utangnya, meskipun keadaan penanggung sudah dalam

keadaan tidak mampu dan harus diingat pua bahwa dengan

Page 41: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

30

jatuh pailitnya penaggung tidaklah secara otomatis membuat

tertanggung (debitur) menjadi pailit.

2) Bahwa pihak penanggung baru dapat dinyatakan pailit atau

dimohonkan pailit apabila perusahaan tertanggung (debitur)

benar-benar sudah tidak mampu membayar utang-utangnya,

dan penanggung sendiri tidak melaksanakan fungsingnya

sebagai seorang penanggung yang baik.28

f. Syarat-Syarat Mengajukan Permohonan Pailit

Syarat mengajukan permohonan pailit tertuang jelas dalam Pasal 2

Ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu :

“Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak

membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan

dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas

permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih

kreditornya”.

Adanya kreditor atau lebih di dalam perkara kepailitan sangat

penting dan krusial karena hal tersebut menjadi syarat kepailitan bagi

pihak debitor. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah

menjelaskan bahwa debitor hanya dapat dinyatakan pailit ketika

memiliki paling sedikit dua kredior. Syarat mengenai keharusan adanya

dua atau lebih kreditor dikenal sebagai concursus creditorium.29

Serlika Aprita dalam bukunya yang berjudul Hukum Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Perspektif Teori)

28

Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang di Indonesia (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 32

29

Sutan Remi Sjahdeini, Hukum Kepailitan : Memahami Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, … h. 53

Page 42: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

31

menjelaskan seseorang atau badan hukum yang hendak mengajukan

permohonan pernyataan pailit di Pengadilan Niaga ,setidaknya untuk

menyatakan debitor dalam keadaan pailit harus memiliki syarat-syarat

berikut :

1) Keadaan berhenti membayar, yakni apabila seorang debitor

sudah tidak mampu atau tidak mau membayar lagi utang-

utangnya.

2) Harus ada lebih dari seorang kreditor, salah seorang dari

kreditor tersebut memenuhi prinsip utang yang sudah jatuh

tempo dan dapat ditagih

3) Atas permohonannya sendiri maupun permohonan para

kreditornya.30

g. Akibat Kepailitan

1) Akibat Terhadap Harta Kekayaan

Pasal 21 Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran utang menyebutkan bahwasanya kepailitan

meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat pernyataan pailit

diucapkan serga segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan.

Ketentuan tersebut mengartikan bahwa kepailitan hanya meliputi

terhadap harta kekayaan si debitor bukan terhadap diri debitor.

Artinya debitor kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus

harta kekayaan yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal

putusan pailit diucapkan.31

Kepaiitan mengakibatkan seluruh harta kekayaan debitur

selama kepailitan berada dalam sitaan umum sejak saat putusan

pernyataan pailit diucapkan, kecuali :

30

Serlika Aprita, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang, (Malang: Setara Press, 2018), h. 5

31

H. Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, (Bandung: PT Alumni, 2010), h. 108

Page 43: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

32

(1) Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan

debitur yang berhubungan dengan pekerjaannya,

perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk

kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang

digunakan debitur dan keluarganya, dan bahan makanan

untuk 30 hari bagi debitur dan keluarganya, yang berada

ditempat itu;

(2) Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya

sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa,

sebagai upah, pension, uang tunggu atau uang tunjangan,

sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas;

(3) Uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu

kewajiban member nafkah menurut undang-undang.32

2) Akibat Kepailitan Terhadap Pasangan (Suami/Istri) Debitur Pailit

Seseorang yang dinyatakan pailit, yang pailit tersebut

termasuk juga istri atau suaminya atas dasar persatuan harta ( Pasal

23 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Ketentuan ini

membawa kepada konsekuensi hukum yang serius dengan ikut

pailitnya si suami/istri yang tergabung dalam persatuan harta juga

berdampak pada sita kepailitan dan masuk kedalam boedel pailit.33

3) Akibat Kepailitan terhadap Seluruh Perikatan yang Dibuat Debitur

Pailit

Pasal 25 Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang telah menjelaskan bahwa semua

perikatan Debitor yang terbit setelah adanya putusan pernyataan

32

Jono, Hukum Kepailitan Indonesia, … h. 107

33

Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, … h. 65

Page 44: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

33

pailit tidak lagi dapat dibayar dari harta pailit, kecuali jika

perikatan tersebut menguntungkan harta pailit. Ketentuan ini dibuat

untuk melindungi para kreditor, karena seringkali disusupi dengan

membuat kreditor fiktif untuk kepentingan debitor pailit.

4) Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Karyawan

Jika sudah adanya suatu pernyataan putusan pailit ada

karyawan yang bekerja pada debitor pailit, baik dari karyawan

maupun kurator sama-sama berhak untuk memutuskan hubungan

kerja. Dalam hal pemutusan hubungan kerja perlu adanya suatu

pemberitahuan PHK dengam jangka waktu sebagai berikut :

(1) Jangka waktu pemberitahuan PHK yang sesuai dengan

perjanjian kerja

(2) Jangka waktu tersebut sesuai dengan perundang-undangan

yang berlaku di bidang ketenagakerjaan

(3) Dapat di PHK dengan pemberitahuan minimal dalam janga

waktu 45 hari34

2. Tinjauan Umum Personal Guarantee dan Hak Istimewa Personal

Guarantee

a. Pengertian Personal Guarantee

Istilah personal guarantee sering disebut pula sebagai

penanggungan utang atau borgtocht adalah suatu persetujuan di mana

pihak ketiga guna kepentingan kreditur mengikatkan dirinya untuk

memenuhi kewajiban debitur apabila debitur yang bersangkutan tidak

dapat memenuhi kewajibannya.35

34

Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, … h. 71

35

Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia: Dalam Teori dan

Praktik Serta Penerapan Hukumnya, … h. 205

Page 45: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

34

KUH Perdata istilah personal guarantee disebut sebagai

penanggung, yang mana dijelaskan penanggung ialah suatu

persetujuan di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur,

mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu

tidak memenuhi perikatannya.

Jaminan perorangan / personal guarantee ini jaminan yang

diberikan kepada seorang kreditur bukanlah suatu barang yang berupa

benda melainkan berupa pernyataan oleh pihak ketiga yang tak

mempunyai kepentingan apa-apa baik terhadap debitur maupun

terhadap kreditur, bahwa dalam hal ini debitur dapat dipercaya untuk

melaksanakan kewajiban yang di perjanjikan, dengan syarat apabila

nantinya debitur tidak melaksanakan kewajibannya maka pihak ketiga

itu yang akan melaksanakan kewajiban tersebut. Dengan adanya

jaminan perseorangan atau personal guarantee maka suatu hal yang

sangat berarti bagi seorang kreditur manakala debitur tidak membayar

utang-utangnya maka kreditor dapat menuntut kepada seorang

penjamin untuk membayar utang-utang tersebut.36

Dalam Wikipedia, personal guarantee merupakan “A personal

guarantee is a promise made by a person or an organization (the

guarantor) to accept responsibility for some other party’s debt (the

debtor) if the debtor fails to pay it. In the case of a personal guarantee

made by an individual on behalf of another, the person who makes the

personal guarantee is usually referred to as a co-signer of a note for a

loan. A guarantor can be any party, including an individual or another

organization, with a credit history”.37

Sedangkan menurut J Satrio,

personal guarantee (jaminan perorangan) adalah hak yang

memberikan kreditur suatu kedudukan yang lebih baik, karena adanya

36

Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia: Dalam Teori dan

Praktik Serta Penerapan Hukumnya, … h. 205

37 https://en.m.wikipedia.org/wiki/Personal_guarantee ( diakses pada tanggal 29

April jam 20.30)

Page 46: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

35

jaminan untuk menagih piutangnya kepada pihak personal guarantee

apabila debitor utama melakukan wanprestasi.38

Dari uraian penjelasan

diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa personal guarantee

merupakan suatu jaminan perorangan yang diberikan oleh debitur

kepada kreditur, disini pihak kreditur dapat menagih piutangnya pula

kepada personal guarantee jika debitur utama melakukan wanprestasi.

Sutarno pula dalam bukunya yang berjudul Aspek-Aspek Hukum

Pengkreditan pada Bank menjelaskan bahwa pihak penjamin adalah

cadangan, yang artinya penjamin baru dapat membayar utang debitur

jika debitur dalam hal ini tidak mampu lagi membayar utang-utangnya

atau debitur tidak sama sekali tidak mempunyai harta benda yang

dapat disita.39

Pada intinya pula jaminan perorangan atau yang biasa

disebut personal guarantee adalah pernyataan kesanggupan yang

dinyatakan oleh pihak ketiga untuk menjamin pihak kreditor apabila

dalam hal ini debitur wanprestasi.40

b. Pihak yang Dapat Menjadi Personal Guarantee

Pada hakikatnya, penanggungan itu timbul dari adanya suatu

akibat perjanjian pokok yang menyebutkan secara khusus adanya

penanggungan tersebut. Tentu jika ada personal guarantee yang ingin

mengikatkan dirinya dalam penanggungan harus memenuhi syarat-

syarat tertentu, yaitu :41

1) Harus mempunyai kecakapan bertindak untuk mengikatkan diri

38

J.Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2007), h. 13

39

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Pengkreditan Pada Bank, (Bandung: Alfabeta,

2009), h. 239

40

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 2

41

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok

Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta: Liberty of Fset, 1980), h. 86

Page 47: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

36

2) Memiliki kemampuan ekonomis untuk dapat memenuhi utang

debitur yang bersangkutan

3) Harus berdiam diri di wilayah Republik Indonesia

c. Pengaturan Personal Guarantee di Indonesia

Jaminan perorangan atau yang disebut dengan personal guarantee

merupakan pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh pihak ketiga

untuk menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitor kepada para

kreditornya apabila debitur tersebut melakukan wanpretasi.

Pengaturan terkait personal guarantee diatur di dalam KUH

Perdata dalam Buku III Bab 17 Pasal 1820-1850. Menurut ketentuan

pasal 1831 dan 1837 KUH Perdata, penjamin atau yang disebut

personal guarantee berhak untuk menuntut agar debitor ditagih lebih

dulu, bilamana ada kekurangan barulah kekurangan tersebut ditagih

kepada personal guarantee.42

d. Hapusnya Penjaminan

Hapusnya suatu kewajiban bagi penjamin disebabkan peristiwa-

peristiwa sebagai berikut, yaitu :43

1) Hapusnya perjanjian penjaminan/penanggungan (borgtocht)

tergantung dari perjanjian kredit atau perjanjian utang lainnya

sebagai perjanjian pokok. Apabila suatu perjanjian hapus, maka

perjanjian penjaminan juga turut terhapus;

2) Hapusnya penjaminan juga dapat disebabkan dari adanya

pembebasan terhdap penjamin atau diberhentikan dari penjamin;

3) Apabila kreditor telah menerima pembayaran utang dari debitor.

42

Thomas Suyatno dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, … h. 94

43

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Panduan Hukum di Indonesia:

Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum, (Jakarta: YLBHI,

2007), h. 142

Page 48: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

37

KUH Perdata pada Pasal 1848-1849 terkait hapusnya

penanggungan utang, menjelaskan :

1) Pasal 1848 KUH Perdata : Si penanggung dibebaskan apabila ia

karena salahnya si berpiutang, tidak lagi dapat menggantikan

hak-haknya, hipotik-hipotiknya dan hak istimewanya dari si

berpiutang itu.

2) Pasal 1849 KUH Perdata : Jika si berpiutang secara sukarela

menerima suatu benda tak bergerak maupun suatu benda lain

sebagai pembayaran atas utang pokok, maka si penaggung

dibebaskan atasnya, biarpun benda itu kemudian karena suatu

putusan hakim oleh si berpiutang harus diserahkan kepada orang

lain.

e. Hak Istimewa Personal Guarantee

Hak istimewa personal guarantee adalah hak yang dimiliki

seorang penjamin untuk menuntut agar harta kepunyaan si debitur

(yang berutang) disita dan dijual/dilelang terlebih dahulu, jika

kemudian hasil daripada penjualan tersebut masih kurang untuk

melunasi utang-utang debitur atau harta debitur tidak cukup untuk

melunasi utang-utangnya, barulah pihak penjamin dapat diminta

pertanggung jawabannya.44

Hak istimewa personal guarantee dalam KUH Perdata diatur di

dalam Pasal 1832, yakni :

1) Hak si penjamin untuk menuntut agar harta kekayaan debitur disita

dan dieksekusi terlebih dahulu untuk melunasi utangnya. Dan

apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk melunasi utangnya,

maka harta si penjamin yang kemudian akan di eksekusi bagi

pelunasan utang debitur;

44

Notaris Sidoarjo, Bentuk Jaminan dan Hak Istimewa Penjamin Berdasarkan

KUH Perdata,.http://notaris-sidoarjo.blogspot.co.id/2012/11/bentuk-jaminan-dan-hak-

istimewa.html (diakses pada tanggal 29 April 2019 pukul 22.18)

Page 49: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

38

2) Hak si penjamin untuk tidak mengikatkan diri bersama-sama

dengan debitur secara tanggung menanggung. Dengan kata lain

dalam hak ini ada kemungkinan penjamin telah mengikatkan diri

bersama-sama debitur dalam suatu perjanjian secara jamin-

menjamin. Dan penjamin yang telah mengikatkan dirinya bersama-

sama debitur dalam suatu akta perjanjian dapat dituntut oleh si

kreditur untuk tanggung-menanggung bersama debiturnya masing-

masing untuk keseluruhan utang;

3) Hak si penjamin untuk mengajukan tangkisan yang tertuang dalam

pasal 1849 dan Pasal 1850 KUH Perdata. Hak ini lahir dari

perjanjian penjaminan. Dalam hak ini penjamin memiliki hak

untuk mengajukan tangkisan yang dapat dipakai oleh debitur

kepada kreditur terkecuali tangkisan yang hanya mengenai

pribadinya debitur;

4) Hak si penjamin untuk membagi utang. Dalam hak ini

dimaksudkan bahwa apabila dalam suatu perjanjian penjaminan

ada beberapa penjamin yang mengikatkan diri untuk menjamin

satu debitur dan utang yang sama maka setiap penjamin terikat

untuk keseluruhan utang\

5) Hak si penjamin diberhentikan dari penjamin. Dalam pengertian

bahwa seorang penjamin berhak meminta kepada kreditur untuk

dibebaskan dari kedudukannya sebagai seorang penjamin jika

terdapat alasan untuk itu.

f. Akibat Hukum Melepaskan Hak Istimewa Bagi Personal Guarantee

Personal Guarantee tidak diwajibkan membayar utang kepada

kreditor, apabila dalam hal ini debitor lalai, yang mana sesuai dengan

ketentuan Pasal 1831 KUH Perdata maka atas harta benda kepunyaan

pihak debitur harus disita dan dijual terlebih dahulu, baru kemudian

apabila ada kekurangan harta penjamin dapat digunakan untuk

melunasi sisa hutang tersebut. Namun, si penjamin tidak dapat

Page 50: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

39

menuntut agar harta benda debitur terlebih dahulu disita dan dijual

untuk melunasi utangnya, dalam hal :45

1) Apabila ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut

dilakukannya lelang sita terlebih dahulu atas harta debitur;

2) Apabila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan si

berutang secara tanggung menanggung;

3) Jika si berutang dapat mengajukan suatu tangkisan yang hanya

mengenai dirinya pribadi;

4) Dalam halnya penanggungan yang diperintahkan oleh hakim.

B. Kerangka Teori

1. Teori Concursus Creditorium

Consursus Creditorium merupakan salah satu teori yang lazim

dalam hukum kepailitan di Indonesia. Sutan Remy Sjahdeini dalam

bukunya yang berjudul Hukum Kepailitan : Memahami Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan menegaskan bahwa

syarat agar debitur dapat dinyatakan dalam kondisi pailit setidaknya

debitor mempunyai dua kreditor atau lebih kreditor dikenal sebagai

consursus creditorium.46

Sutan Remy Sjahdeini berpendapat bahwa apabila seorang debitor

hanya memiliki satu orang kreditor, maka eksistensi dari undang-

undang kepailitan kehilangan maknanya atau rasion d’etre-nya. Maka

apabila debitor yang hanya memiliki seorang kreditor dibolehkan

pengajuan permohonan pailit terhadapnya, maka harta kekayaan debitor

menurut ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata merupakan jaminan utang

tidak perlu diatur, karena sudah pasti seluruh hasil penjualan harta

kekayaannya menjadi satu-satunya sumber pelunasan utang kepada

45

R. Soebekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995), h.

167

46

Sutan Remi Sjahdeini, Hukum Kepailitan : Memahami Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, … h. 53

Page 51: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

40

kreditornya. Maka dari itu dalam proses kepailitan pentingnya adanya

dua atau lebih kreditor.

2. Teori Pembuktian Sederhana

Menurut Subekti, membuktikan adalah suatu hal yang

menunjukkan bukti untuk meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-

dalil yang dikemukakan dalam suatu perselisihan/persengketaan. Pada

dasarnya pula, esensi pembuktian adalah untuk menentukan hubungan

hukum yang sebenarnya terjadi diantara para pihak yang berperkara,

meliputi kejadian atau peristiwa serta suatu hak yang didalilkan oleh

para pihak yang menjadi objek perselisihan.47

Perkara kepailitan mengenai beban pembuktian dan alat-alat bukti

pada Pengadilan Niaga tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang, kecuali dalam gugatan Actio Pauliana. Pembuktian sederhana

merupakan syarat yang diatur dalam Pasal 8 Ayat (4) dalam Undang-

Undang Kepailitan, yang menyatakan :

“Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat

fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan

untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud Pasal 2 Ayat (1) telah

dipenuhi”

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Setelah peneliti melakukan peninjauan terhadap kajian terdahulu

terdapat beberapa kajian yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu :

1. Riris F Panjaitan dalam skripsinya yang berjudul “Kedudukan Hak

Istimewa Personal Guarantor (Penjamin Pribadi) Dalam Perkara

Kepailitan Perseroan Terbatas (Universitas Sumatera Utara:

2018)”. Skripsi ini menganalisa terkait kedudukan daripada Personal

Guarantor apabila terjadi Kepailitan Perseroan Terbatas dan bagaimana

47

Aria Syudi dkk, Analisis Kepailitan Indonesia (Kepailitan di Negeri Pailit),

(Jakarta; PSHK, 2003), h. 147

Page 52: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

41

pengaturan mengenai Personal Guarantor di Indonesia. Persamaan

penelitian ini dengan skripsi yang ditulis oleh Riris F Panjatian yakni

sama-sama membahas terkait kepailitan terhadap penjamin pribadi

(personal guarantee). Perbedaan penelitian ini dengan skripsi yang

ditulis oleh Riris F Panjaitan yaitu peneliti lebih fokus kepada akibat

hukum terhadap penjamin pribadi (personal guarantee) melepaskan hak

istimewanya ketika debitur utama wanprestasi dan peneliti menganalisa

terkait putusan Nomor 49/Pdt.Sus/Pailit/2014/PN.Niaga-Jkt apakah

sudah sesuai dengan prinsip consursus creditorium sedangkan skripsi

Riris F Panjaitan lebih kepada kedudukan penjamin pribadi (personal

guarantee) apabila terjadi Kepailitan Perseroan Terbatas.

2. Hadi Shubhan dalam bukunya yang berjudul “Hukum Kepailitan:

Prinsip, Norma, danPraktik di Pengadilan (Prenada Media Group:

2008)”. Buku ini berisi tentang penjelasan Hukum Kepailitan terkait

prinsip-prinsip hukum yang umum dan lazim dalam hukum kepailitan

diberbagai sistem hukum, pengaturan norma prinsip-prinsip hukum

kepailitan dalam Undang-Undang kepailitan di Indonesia, aspek hukum

kepailitan Perseroan Terbatas di Indonesia, praktik penerapan norrma

dan prinsip hukum kepailitan dalam putusan peradilan. Berbeda dengan

peneliti, peneliti tidak membahas secara luas, peneliti hanya focus

terhadap akibat hukum jika penjamin melepaskan hak istimewanya

dalam perjanjian jaminan perorangan serta yang menjadi alasan Hakim

Pengadilan Niaga dalam perkara Nomor 49/Pdt.Sus/Pailit/2014 apakah

sudah sesuai dengan Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang.

3. Meiska Veranita dalam jurnal yang berjudul “Kedudukan Hukum

Penjamin Perorangan (Personal Guarantor) Dalam Hal Debitur

Pailit Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang(Jurnal

Repertorium, ISSN: 2355-2646, Volume II Nomor2 Juli – Desember

2015)” membahas mengenai terkait kedudukan penjamin perorangan

Page 53: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

42

dalam hal debitur pailit menurut Undang-Undang Kepailitan,serta

mengenai kedudukan debitor utama dengan penjamin atau personal

guarantee atau borghtocht. Persamaan dengan penelitian ini adalah

mengenai permasalahan kepailitan penjamin perorangan. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah dimana peneliti membahas mengenai

terkait akibat hukum jika perorangan yang menjadi penjamin pribadi

melepaskan hak istimewanya ketika debitur utama wanprestasi dan

menganalisa putusan Pengadilan Niaga Nomor49/Pdt.Sus/Pailit/2014

apakah sudah sesuai hukum yang berlaku. sedangkan Meiska Veranita

hanya membahas kedudukan penjamin perorangan dalam hal debitur

pailit menurut Undang-Undang Kepailitan.

Page 54: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

43

BAB III

KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE YANG MELEPASKAN

HAK ISTIMEWA

A. Kedudukan Para Pihak

1. PT. Bank Mayapada Internasional, TBK sebagai Kreditur

(Pemohon Pailit)

PT. Bank Mayapada Internasional, TBK adalah suatu perusahaan

Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang

jasa keuangan perbankan. Bank ini didirikan dan berdasarkan hukum

Negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Mayapada Tower

lantai dasar-lantai 3 Jl. Jendral Sudirman Kav.28 Jakarta Selatan

PT. Bank Mayapada Internasional, TBK melakukan perjajian

pinjam-meminjam dengan jaminan perorangan (personal guarantee)

bersama PT. Mitra Usaha Cemerlang, dimana dalam hal ini PT. Bank

Mayapada Internasional, TBK bertindak sebagai kreditur dengan

memberikan pinjaman berupa sejumlah uang sebesar Rp.

200.000.000.000,- (Dua Ratus Milyar Rupiah) kepada PT. Mitra Usaha

Cemerlang dengan jaminan perorangan (personal guarantee) bernama

saudara Arifin.

2. Arifin (Personal Guarantee) sebagai Debitur (Termohon Pailit)

Arifin sebagai personal guarantee dari perusahaan PT. Mitra

Usaha Cemerlang merupakan seorang Warga Negara Indonesia.

Pemegang Kartu Tanda Penduduk 3175023012680005, bertempat

tinggal di Pulomas Barat V D Nomor 10 Rt/Rw.014/012, Kelurahan

Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur.

Arifin dalam hal ini bertindak sebagai personal guarantee dari PT.

Mitra Usaha Cemerlang yang menerima pinjaman berdasarkan Surat

Page 55: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

44

Hutang Nomor 104 tanggal 28 September 2012 dan berdasarkan Akta

Jaminan Pribadi (Borgtocht) Nomor 107 tanggal 28 September 2012.

B. Kasus Posisi

1. Duduk Perkara

a. Bahwa termohon pailit berdasarkan Surat Hutang Nomor 20 tanggal

13 November 2013, yang dibuat di hadapan Muliani Santoso, SH.,

Notaris di Jakarta, telah menerima pinjaman/hutang dari pemohon

pailit dalam hal ini PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk untuk

tambahan modal kerja sebesar Rp 10.500.000.000,- (sepuluh milyar

lima ratus juta Rupiah) dalam bentuk fasilitas Pinjaman Tetap

Angsuran (PTA).

b. Bahwa selain memiliki pinjaman/hutang pribadi kepada pemohon

pailit, termohon pailit juga mempunyai hutang kepada pemohon

pailit berdasarkan Akta Jaminan Pribadi (Borgtocht) Nomor 107

tanggal 28 September 2012, yang dibuat di hadapan Misahardi

Wilamarta, SH., Notaris di Jakarta, dimana termohon pailit

merupakan penjamin dari PT. Mitra Usaha Cemerlang, yang telah

menerima pinjaman/hutang dari pemohon pailit untuk modal kerja

berdasarkan Surat Hutang Nomor 104 tanggal 28 September 2012,

yang dibuat di hadapan Misahardi Wilamarta, SH., Notaris di

Jakarta, dengan jumlah pinjaman setinggi-tingginya sebesar Rp.

200.000.000.000,- (Dua Ratus Milyar Rupiah), yang terdiri dari :

1) Sebesar Rp 180.000.000.000,- (Seratus Delapan Puluh Milyar

Rupiah) dalam bentuk fasilitas Pinjaman Tetap On Demand

(PTX-OD);

2) Sebesar Rp 20.000.000.000,- (Dua Puluh Milyar Rupiah) dalam

bentuk fasilitas Pinjaman Rekening Koran (PRK).

Page 56: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

45

c. Bahwa berdasarkan Akta Jaminan Pribadi (Borgtocht) Nomor 107

tanggal 28 September 2012 yang dibuat di hadapan Misahardi

Wilamarta, SH., Notaris di Jakarta tersebut TERMOHON PAILIT

sebagai Penjamin telah melepaskan semua hak istimewa dan

wewenang yang dimilikinya berdasarkan undang-undang,

sebagaimana terkutip sebagai berikut :

“bahwa pengikatan sebagai Penjamin tersebut dilakukan dengan

melepaskan semua hak istimewa dan wewenang yang pada

umumnya diberikan kepada Penjamin oleh undang-undang,

khususnya yang diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum

Perdata Indonesia sebagai berikut:

1) Pasal 1831 dan Pasal 1833, yaitu hak untuk meminta

Kreditur,agar harta kekayaan Debitur disita dan dijual terlebih

dahulu, untuk membayar semua kewajiban yang harus dipenuhi

oleh Debitur.

2) Pasal 1837, yaitu hak untuk meminta Kreditur agar membagi

hutang tersebut diantara penjamin.

3) Pasal 1430, Pasal 1843, Pasal 1847, Pasal 1848 dan Pasal 1849,

yaitu hak-hak lain yang dapat membatalkan kewajiban

Penjamin.

Dengan demikian, TERMOHON PAILIT sebagai Penjamin PT.

MITRA USAHA CEMERLANG, bertanggung jawab dengan semua

harta kekayaannya, untuk menjamin ketertiban pelunasan semua

kewajiban yang harus dibayar oleh PT. MITRA USAHA

CEMERLANG kepada PEMOHON PAILIT, baik berupa hutang

pokok, bunga, provisi, denda dan biaya lainnya/pembayaran apapun

juga.

Page 57: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

46

d. Bahwa ternyata hingga saat ini, TERMOHON PAILIT dan/atau PT.

MITRA USAHA CEMERLANG belum membayar biaya provisi dan

bunga fasilitas kredit yang telah jatuh tempo total sebesar Rp

12.128.769.799,- (dua belas milyar seratus dua puluh delapan juta

tujuh ratus enam puluh sembilan ribu tujuh ratus sembilan puluh

sembilan Rupiah), dengan rincian sebagai berikut :

1) Bunga bulan September 2014 sebesar Rp. 2.400.000.000,-

2) Bunga bulan Oktober 2014 sebesar Rp. 2.480.000.000,-

3) Bunga bulan November 2014 sebesar Rp. 2.400.000.000,-

4) Bunga PRK sebesar Rp. 848. 769. 799,-

5) Biaya Provosisi sebesar Rp. 4.000.000.000,-

e. Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas, pemohon pailit telah

berulangkali memperingatkan termohon pailit dan/ atau PT. Mitra

Usaha Cemerlang, baik secara lisan maupun tertulis, berdasarkan :

1) Surat Peringatan I Nomor 388/Ext/CB-BMI/XI/2014 tanggal 4

November 2014

2) Surat Peringatan II Nomor 399/Ext/CB-BMI/XI/2014 tanggal 18

November 2014

3) Surat Peringatan III Nomor 404/Ext/CB-BMI/XI/2014 tanggal

2014

f. Bahwa termohon pailit mendalilkan termohon pailit mempunyai

utang kepada kreditur lain, yaitu :

1) PT. Bank Cimb Niaga Tbk, Cabang Jakarta Falatehan,

beralamat di Jalan Falatehan I Nomor 27, Kebayoran Baru,

Jakarta Selatan 12160, kurang lebih sebesar Rp 8.280.000.000,-

(delapan milyar dua ratus delapan puluh juta Rupiah).

2) PT. Bank Anz Indonesia Cabang Sudirman, beralamat di ANZ

Tower Lantai 8, Jalan Jend. Sudirman Kav. 33A, Karet Tengsin,

Tanah Abang, Jakarta Pusat 10220, kurang lebih sebesar Rp

Page 58: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

47

92.921.740,- (sembilan puluh dua juta sembilan ratus dua puluh

satu ribu tujuh ratus empat puluh Rupiah).

3) PT. Bank Central Asia Cabang Jakarta, beralamat di Menara

BCA, Grand Indonesia, Jalan M.H. Thamrin Nomor 1, Jakarta,

kurang lebih sebesar Rp 63.459.591,- (enam puluh tiga juta

empat ratus lima puluh sembilan ribu lima ratus sembilan puluh

satu Rupiah)

4) PT. Bank Central Asia Cabang Gorontalo, beralamat di Jalan H.

Nani Wartabone (d/h. Jalan Ahmad Yani) Nomor 10, Gorontalo,

kurang lebih sebesar Rp 71.443.500,- (tujuh puluh satu juta

empat ratus empat puluh tiga ribu lima ratus Rupiah)

5) PT. Bank Mega Tbk, Cabang Menara Bank Mega, beralamat di

Menara Bank Mega lantai 15, Jalan Kapten Tendean Kav. 12-

14A, Jakarta 12790, kurang lebih sebesar Rp 48.367.734,-

(empat puluh delapan juta tiga ratus enam puluh tujuh ribu

tujuhratus tiga puluh Empat Rupiah);

6) PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk, beralamat di Menara Bank

Danamon, Jalan Prof. Dr. Satrio Kav. E4 No. 6, Mega

Kuningan, Jakarta Selatan, kurang lebih sebesar Rp 29.395.000,-

(dua puluh sembilan juta tiga ratus sembilan puluh lima ribu

Rupiah).

Bahwa berdasarkan hal tersebut, pemohon pailit menunjukkan

termohon pailit mempunyai kreditur seperti diuraikan diatas

berdasarkan fotocopy bukti bi checking termohon pailit.

2. Pertimbangan Hukum oleh Hakim Pengadilan Niaga Nomor :

49/Pdt.Sus/Pailit/2014/PN.Niaga-Jkt.Pst

a. Menimbang, bahwa Termohon Pailit / Arifin mempunyai utang

kepada Pemohon Pailit (PT.Bank Mayapada Internasional Tbk)

sebesar Rp 10.500.000.000,- (sepuluh milyar lima ratus juta Rupiah)

Page 59: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

48

dalam bentuk fasilitas Pinjaman Tetap Angsuran (PTA), bahwa

selain memiliki pinjaman/hutang pribadi kepada Pemohon Pailit,

Termohon Pailit juga mempunyai hutang kepada Pemohon Pailit

berdasarkan Akta Jaminan Pribadi (Borgtocht) Nomor 107 tanggal

28 September 2012, yang dibuat di hadapan Misahardi Wilamarta,

SH., Notaris di Jakarta, dimana Termohon Pailit merupakan

penjamin dari PT. MITRA USAHA CEMERLANG, yang telah

menerima pinjaman/hutang dari Pemohon Pailit untuk modal kerja

berdasarkan Surat Hutang Nomor 104 tanggal 28 September 2012,

yang dibuat di hadapan Misahardi Wilamarta, SH., Notaris di

Jakarta, dengan jumlah pinjaman setinggi-tingginya sebesar Rp

200.000.000.000,- (Dua Ratus Milyar Rupiah).

b. Menimbang, bahwa dalam perkara ini yang menjadi persoalan adalah

bahwa termohon pailit mempunyai utang kepada pemohon pailit

daam hal ini PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk sebesar Rp.

200.000.000.000,- (Dua Ratus Milyar Rupiah) telah jatuh tempo

pada tanggal 4 November 2014 tetapi termohon tidak memenuhi

kewajibannya.

c. Menimbang, bahwa untuk dikabulkannya suatu permohonan

pernyataan pailit secara tegas Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang mensyaratkan bahwa permohonan tersebut harus memenuhi

ketentuan Pasal 2 Ayat (1) yang mempunyai unsur-unsur esensian

sebagai berikut :

1) Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor

2) Debitor tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh

tempo dan dapat ditagih

3) Atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seorang

atau lebih kreditur

Page 60: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

49

d. Menimbang, untuk itu majelis akan mempertimbangkan bahwa

termohon pailit mempunyai kreditor lain, antara lain seperti dibawah

ini :

1) PT. Bank Cimb Niaga Tbk, Cabang Jakarta Falatehan, beralamat

di Jalan Falatehan I Nomor 27, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

12160, kurang lebih sebesar Rp 8.280.000.000,- (delapan milyar

dua ratus delapan puluh juta Rupiah).

2) PT. Bank Anz Indonesia Cabang Sudirman, beralamat di ANZ

Tower Lantai 8, Jalan Jend. Sudirman Kav. 33A, Karet Tengsin,

Tanah Abang, Jakarta Pusat 10220, kurang lebih sebesar Rp

92.921.740,- (sembilan puluh dua juta sembilan ratus dua puluh

satu ribu tujuh ratus empat puluh Rupiah).

3) PT. Bank Central Asia Cabang Jakarta, beralamat di Menara

BCA, Grand Indonesia, Jalan M.H. Thamrin Nomor 1, Jakarta,

kurang lebih sebesar Rp 63.459.591,- (enam puluh tiga juta

empat ratus lima puluh sembilan ribu lima ratus sembilan puluh

satu Rupiah).

4) PT. Bank Central Asia Cabang Gorontalo, beralamat di Jalan H.

Nani Wartabone (d/h. Jalan Ahmad Yani) Nomor 10, Gorontalo,

kurang lebih sebesar Rp 71.443.500,- (tujuh puluh satu juta

empat ratus empat puluh tiga ribu lima ratus Rupiah).

5) PT. Bank Mega Tbk, Cabang Menara Bank Mega, beralamat di

Menara Bank Mega lantai 15, Jalan Kapten Tendean Kav. 12-

14A, Jakarta 12790, kurang lebih sebesar Rp 48.367.734,- (empat

puluh delapan juta tiga ratus enam puluh tujuh ribu tujuhratus

tiga puluh Empat Rupiah).

6) PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk, beralamat di Menara Bank

Danamon, Jalan Prof. Dr. Satrio Kav. E4 No. 6, Mega Kuningan,

Jakarta Selatan, kurang lebih sebesar Rp 29.395.000,- (dua puluh

sembilan juta tiga ratus sembilan puluh lima ribu Rupiah).

Page 61: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

50

e. Menimbang, bahwa meskipun bukti tersebut hanya berupa print out

dari data informasi keuangan termohon pailit yang dikeluarkan oleh

Bank Indonesia maka telah memenuhi unsure debitur mempunyai dia

atau lebih kreditur telah terpenuhi

f. Menimbang bahwa berdasarkan keseluruhan uraian pertimbangan

hukum diatas, pada akhirnya majelis hakim berpendapat hukum

bahwa permohonan pernyataan pailit dari pemohon pailit harus

dikabulkan karena telah terdapat fakta atau keadaan terbukti secara

sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana

dimaksud ketentuan dalam Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 8 Ayat (4)

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah terpenuhi.

3. Petimbangan Hukum oleh Hakim Mahkamah Agung Nomor :

212/K/Pdt.Sus-Pailit/2015

a. Menimbang, bahwa setelah menerima dan meneliti secara seksama

memori kasasi yang diterima pada tanggal 4 Februari 2015, dan

kontra memori kasasi yang diterima pada tanggal 12 Februari 2015

dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti, ternyata Judex Facti

Pengadilan Niaga tidak salah menerapkan hukum.

b. Menimbang, bahwa Judex Facti telah tepat dan benar dalam

pertimbangan hukumnya karena menurut huum, telah terpenuhi

persayaratan dapat dijatuhkan pailit dengan adanya lebih dari satu

kreditor dan adanya hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

4. Pertimbangan Hukum oleh Hakim Mahkamah Agung Nomor :

141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016

a. Menimbang, bahwa setelah meneliti dengan seksama memori

peninjauan kembali dan dihubungkan dengan pertimbangan Judex

Juris dan Judex Facti ternyata tidak terdapat adanya suatu ke

Page 62: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

51

khilafan hakim, atau suatu kekeliruan yang nyata dalam putusan

Judex Juris maupun Judex Facti

b. Menimbang, bahwa pemohon peninjauan kembali sebagai debitor

dan guarantor/ penjamin hutang berdasarkan Jaminan Borgtocht

Nomor 107 tanggal 28 September 2012 telah melepaskan hak-hak

istimewanya sehingga pemohon bertanggung jawab dengan semua

harta kekayaanya untuk pelunasan semua kewajiban yang harus

dibayar oleh PT Mitra Usaha Cemerlang kepada termohon

peninjauan kembali, dengan demikian bila tidak membayar hutang

tersebut maka penjamin dapat dimohonkan pailit.

5. Putusan Hakim Mahkamah Agung dalam putusan Nomor:

141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016 serta Putusan Hakim Mahkamah

Agung dalam putusan Nomor : 212/K/Pdt.Sus-Pailit/2015 dan

Putusan Hakim dalam perkara Pengadilan Niaga Nomor:

49/Pdt.Sus/Pailit/2014/PN.Niaga-Jkt.Pst

Putusan yang dikeluarkan Majelis Hakim Mahkamah Agung pada

tingkat Peninjauan Kembali melalui Soltony Mohdally, S.H, M.H

sebagai ketua Majelis Hakim yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah

Agung pada tanggal 10 Januari 2017 menghasilkan putusan sebagai

berikut :

a. Menolak permohonan pemeriksaan peninjauan kembali dari

Pemohon Peninjauan Kembali Arifin tersebut.

b. Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali/ Termohon Pailit untuk

membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini

yang ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Maka dengan kata lain Putusan Mahkamah Agung pada tingkat

Peninjauan Kembali memperkuat putusan Judex Juris dan Judex Facti

dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 212/K/Pdt.Sus-Pailit/2015

Page 63: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

52

dan Putusan Pengadilan Niaga Nomor 49/Pdt.Sus /Pailit/

2014/PN.Niaga-Jkt.Pst yaitu :

Putusan yang dikeluarkan oleh Majelis Hakim pada tingkat kasasi

melalui Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H, LL.M Hakim Agung yang

ditetapkan Mahkamah Agung menghasilkan putusan sebagai berikut :

a. Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi Arifin tersebut.

b. Menghukum pemohon kasasi dahulu termohon pailit untuk

membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi yang ditetapkan

sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Putusan yang dikeluarkan Majelis Hakim Pengadilan Niaga

melalui Robert Siahaan,SH,MH sebagai Hakim Ketua Majelis pada hari

Kamis, 29 Januari 2015 menghasilkan putusan sebagai berikut :

a. Mengabulkan permohonan pemohon pailit untuk seluruhnya.

b. Menyatakan termohon pailit / Arifin pailit dengan segala akibat

hukumnya.

c. Mengangkat Jumaluddin Samosir, SH, MH Hakim Pengadilan Niaga

pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai hakim pengawas

dalam kepailitan ini

d. Menunjuk dan mengangkat :

1) Dwiana Miranti, S.H., Kurator dan Pengurus yang terdaftar di

Departemen Hukum dan HAM RI dengan Nomor : AHU.AH.

04.03-21, beralamat di Dwipa Law Firm, Gedung World Trade

Center I Lantai 12, Jalan Jend. Sudirman Kav. 29-31, Jakarta

Selatan 12920.

2) Emi Rosminingsih, S.H., Kurator dan Pengurus yang terdaftar di

Departemen Hukum dan HAM RI dengan Nomor :

AHU.AH.04.03-45, Cakra & Co., Gedung World Trade Center

II Lantai 18, Jalan Jend. Sudirman Kav. 29-31, Jakarta Selatan

12920.

Page 64: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

53

3) Widia Gustiwardini, S.H., Kurator dan Pengurus yang terdaftar

di Departemen Hukum dan HAM RI dengan Nomor :

AHU.AH.04.03-37, beralamat di Summit Law Firm, Gedung

World Trade Center I Lantai 8, Jalan Jend. Sudirman Kav. 29-

31, Jakarta Selatan 12920.

e. Menetapkan besarnya imbalan jasa kurator akan ditetapkan

kemudian setelah menjalankan tugas ini.

f. Menghukum termohon pailit untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp. 316.000 (tiga ratuh enam belas ribu rupiah).

Page 65: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

54

BAB IV

PROBLEMATIKA KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE DALAM

PELEPASAN HAK ISTIMEWA

A. Mekanisme Permohonan Pailit Terhadap Personal Guarantee

1. Permohonan Pailit Personal Guarantee

Pada prinsipnya, permohonan kepailitan bagi suatu bidang usaha

berbentuk perseroan terbatas (PT) sudah biasa terjadi dan banyaknya

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dalam

mempailitkan suatu badan usaha, yang hal tersebut tentunya sudah

sangat jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Alasan pailitnya suatu badan usaha berbentuk perseroan terbatas

dilandasi karena adanya bentuk utang-piutang antara debitur dan

kreditor dalam perjanjian tersebut, yang mana bisa saja permohonan

kepailitan tersebut diajukan oleh pihak debitor maupun pihak kreditor,

namun lazimnya permohonan pailit diajukan oleh pihak kreditor yang

dilandasi atas suatu bentuk wanprestasi dari pihak debitor yang tidak

membayar utang-utangnya, demi kepentingan sang kreditor maka dari

itu sarana kepailitan menjadi sangat penting untuk melunasi utang-

utang tersebut.

Namun, disisi lain selain adanya kepailitan terhadap badan usaha

juga ada beberapa kasus permohonan pailit terhadap penjamin pribadi

(personal guarantee), peraturan terkait penanggungan tersebut diatur

dalam Pasal 1820-1850 KUH Perdata. Dari ketentuan-ketentuan dalam

KUH Perdata dapat disimpulkan pula bahwa seorang penjamin atau

penanggung adalah seorang debitur. Mengenai penjamin atau

penanggungan dijelaskan dalam Pasal 1820 KUH Perdata yang

menyatakan bahwa penanggungan merupakan suatu persetujuan dimana

pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikatkan dirinya untuk

Page 66: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

55

memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi

perikatannya.1

Personal guarantee sebagai pihak ketiga yang mengikatkan dirinya

dalam memenuhi kewajiban debitur utama terhadap utang-utangnya

yang diperoleh dari kreditur. Berdasarkan hal tersebut maka personal

guarantee bertanggung jawab apabila debitor utama wanprestasi

terhadap utangnya, namun tanggung jawab penjamin tidaklah bersifat

mutlak, karena pada prinsipnya penanggung tidak memiliki kewajiban

utang, kecuali jika debitor utama lalai dalam melunasi utangnya.

Pasal 1831 KUH Perdata juga telah menjelaskan bahwa :

“penanggung tidak wajib membayar kepada kreditur kecuali debitur

lalai membayar utangnya, dalam hal itu pun barang kepunyaan debitur

harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utangnya”.

Ketentuan pasal tersebut menjelaskan personal guarantee tidak

mempunyai kewajiban untuk melunasi utang debitor utama tanpa

terlebih dahulu menyita dan menjual seluruh kekayaan debitur utama,

apabila kekayaan debitur utama tersebut tidak cukup untuk melunasi

utang-utangnya maka baru kreditor dapat menagih kepada penjamin /

penanggung tersebut untuk melunasi utang-utang debitur utamanya.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban mengatur mengenai penjaminan, namun dalam

undang-undang tersebut dikenal dengan istilah penanggungan, hal

tersebut diatur di dalam Pasal 141, Pasal 164, dan Pasal 165, namun di

dalam pasal tersebut tidak adanya ketentuan secara tegas bahwa seorang

penjamin dapat diajukan permohonan pernyataan pailit terhadapnya.

Selama ini sering tidak disangka oleh pihak bank maupun pihak

pengusaha bahwa seorang personal guarantee dapat mempunyai

konsekuensi hukum yang jauh apabila personal guarantee tidak

melaksanakan kewajibannya sebagai penanggung. Konsekuensi tersebut

1 Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia: Dalam Teori dan

Praktik Serta Penerapan Hukumnya, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), h. 205

Page 67: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

56

ialah bahwa guarantor (baik personal guarantee maupun corporate

guarantee) dapat dinyatakan pailit. Sutan Remy Sjahdeini menyatakan

bahwa selama ini banyak bankir dan pengusaha merasa bahwa personal

guarantee hanya memberikan ikatan moral saja dan tidak dapat

diajukan permohonan pailit.2

Pasal 1832 Angka 1 KUH Perdata menjelaskan, bahwa pengajuan

permohonan pailit kepada seorang penjamin atau penanggung dapat

diajukan tanpa permohonan pailit terhadap debitur utama karena

beberapa faktor, yaitu :3

1) Apabila guarantor telah melepaskan hak istimewanya untuk

menuntut agar benda-benda debitor terlebih dahulu disita dan

dijual;

2) Apabila guarantor telah mengikatkan dirinya bersama-sama

dengan debitor secara tanggung-menanggung dalam hal mana

akibat perikatannya diatur menurut asas-asas yang diletakan

untuk hutang-hutangnya secara tanggung renteng;

3) Jika debitor dapat mengajukan suatu tangkisan yang hanya

mengenai dirinya pribadi;

4) Jika debitor dalam keadaan pailit.

Apabila tidak terpenuhinya ketentuan Pasal 1832 KUH Perdata

tersebut maka berlaku ketentuan Pasal 1821 KUH perdata yang mana

permohonan pernyataan pailit tidak dapat diajukan tanpa disertakan

pula permohonan pernyataan pailit kepada debitor utama atau debitor

utama setidak-tidaknya sudah dalam putusan pailit. Artinya personal

guarantee tidak dapat dipailitkan sebelum terbukti bahwa hasil dari

penjualan harta kekayaan debitur utama yang dinyatakan pailit masih

tersisa utang yang belum dapat dilunasi.

2 Sutan Remi Sjahdeini, Hukum Kepailitan : Memahami Undang-Undang Nomor

37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan. (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2010), h. 97

3 Djoko Prakoso, Bambang Riady Lany, Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di

Indonesia, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), h. 202

Page 68: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

57

2. Problematika Permohonan Pailit terhadap Personal Guarante yang

Melepaskan Hak Istimewa

Penjamin pribadi (personal guarantee) merupakan pihak ketiga

yang mengikatkan dirinya melalui suatu persetujuan di mana pihak

ketiga demi kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi

perikatan debitur bia debitur itu tidak memenuhi perikatannya.

Tentunya dalam kondisi debitur utama tidak membayar utang-utangnya

kepada kreditor maka pihak personal guarantee juga bertanggung

jawab terhadap utang-utang debitor utama tersebut, karena ia telah

mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian.

Dalam hal debitur utama tidak melakukan prestasinya kepada

kreditornya maka disisi lain pihak personal guarantee juga bertanggung

jawab atas utang-utang debitur utama tersebut, terlebih apabila seorang

personal guarantee telah melepaskan hak istimewanya yang diberikan

oleh undang-undang.

Konsekuensi atas pelepasan hak istimewa personal guarantee

dalam KUH Perdata maka pihak personal guarantee bisa dimohonkan

pailit atas utang-utang debitur utama tersebut, dalam hubungannya

dengan syarat-syarat pailit di mana syarat mempailitkan personal

guarantee diatur pula dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor

37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, yakni debitur yang mempunyai dua atau lebih

kreditor dan tidak membayar lunas dan sedikitnya mempunya satu

utang yang dapat ditagih dan sudah jatuh waktu.4

Peneliti berpendapat bahwasanya permohonan pernyataan pailit

terhadap personal guarantee yang melepaskan hak istimewanya

sangatlah memunculkan problematika, karena dalam hal ini seorang

personal guarantee bisa saja dipailitkan oleh kreditor tanpa terlebih

dahulu mempailitkan pihak debitur utama, masalah yang muncul adalah

4 Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia Dalam Teori dan Praktik

Serta Penerapan Hukumnya, … h. 447

Page 69: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

58

bagaimana mungkin seorang personal guarantee dipailitkan karena

utang-utang debitor utama tersebut, namun disisi lain kondisi keuangan

debitor utama masih keadaan sehat dan sanggup membayar utang-

utangnya. Karena bisa saja pihak debitur utama memang sengaja tidak

memenuhi prestasinya padahal ia sanggup untuk membayar utang-

utangnya atau tidak adanya itikad baik dari debitur utama tersebut.

Karena menurut Subekti, wanprestasi (kealpaan atau kelalaian) seorang

debitur dapat berupa empat macam:5

1) Tidak melakukan apa yang disanggupi untuk dilakukannya;

2) Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang

dijanjikan;

3) Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh

dilakukannya.

Masalah utama dewasa ini, dapat dilihat dalam Pasal 2 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang mengenai syarat-syarat pailit

yang menurut peneliti tidak rasional, karena pihak personal guarantee

dapat dipailitkan oleh kreditor ketika kondisi keuangan debitor utama

masih dalam keadaan solven, yaitu jumlah asetnya lebih besar

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan utang-utangnya.

Menurut peneliti, seharunsya permohonan pailit terhadap personal

guarantee yang kondisi debitur utamanya dalam keadaan masih solven,

tidak diajukan permohonan pailit terhadap pihak personal guarantee

tersebut secara tersendiri, melainkan juga seharusnya pihak debitur

utama harus bertanggung jawab atas utang-utangnya terhadap

kreditornya. Jika memang ternyata telah terbukti bahwa memang pihak

debitur utama tidak sanggup membayar utang-utangnya maka baru lah

pihak personal guarantee dapat dipailitkan oleh Pengadilan. Hal tesebut

5 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 1979), h. 45

Page 70: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

59

tentunya guna memberikan perlindungan hukum yang adil kepada pihak

personal guarantee.

B. Analisis Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 141/

PK/Pdt.Sus/Pailit/2016

Berangkat dari serangkaian pemahaman sebagaimana yang telah peneliti

paparkan diatas, maka dapat peneliti jabarkan hal substansial dalam

analisis penelitian ini, yaitu :

1. Analisis Pertimbangan Hukum Putusan Hakim Mahkamah Agung

Nomor: 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016 Juncto Putusan Hakim Mahkamah

Agung Nomor : 212/K/Pdt.Sus-Pailit/2015 dan Putusan Hakim dalam

perkara Pengadilan Niaga Nomor : 49 /Pdt.Sus /Pailit/ 2014/ PN.Niaga-

Jkt.Pst

a. Analisis Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat

Guna keperluan penelitian agar lebih menyeluruh maka kiranya

dalam hal ini peneliti akan menganalisis hal-hal yang menjadi

pertimbangan hakim Pengadilan Niaga dalam memutus perkara

kepailitan penjamin pribadi (personal guarantee) antara Saudara

Arifin dengan PT. Bank Mayapada Internasional.

Hal-hal yang mendasari pertimbangan hakim, antara lain :

1. Menimbang gugatan yang diajukan pada intinya berisi:

a) Karena Arifin sebagai pihak penjamin pribadi (personal

guarantee) tidak memenuhi kewajibannya sebagai seorang

penanggung utang atas utang debitor utama, maka Arifin

sebagai penjamin pribadi yang telah melepaskan hak

istimewanya dapat dimintakan permohonan pailit.

Berdasarkan surat bukti yang diajukan oleh pemohon pailit

memang bahwa pihak termohon pailit (personal guarantee) dan PT.

Mitra Usaha Cemerlang telah berulangkali memperingatkan untuk

Page 71: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

60

membayar utang-utang tersebut baik secara lisan maupun tertulis

melalui bukti P5a-P5c:

a) Surat Peringatan I Nomor 388/Ext/CB-BMI/XI/2014 tanggal 4

November 2014

b) Surat Peringatan II Nomor 399/Ext/CB-BMI/XI/2014 tanggal 18

November 2014

c) Surat Peringatan III Nomor 404/Ext/ CB-BMI/XI/2014 tanggal 26

November 2014

Maka dari itu pihak personal guarantee harus bertanggung jawab

terhadap utang-utang PT. Mitra Usaha Cemerlang karena sudah

menjadi penjamin yang telah melepaskan hak istimewanya .

Karena apabila seorang penjamin telah melepaskan hak

istimewanya berlaku Pasal 1832 KUH Perdata yang pada intinya,

yakni :

1) Hak si penjamin untuk menuntut agar harta kekayaan debitur

disita dan dieksekusi terlebih dahulu untuk melunasi utangnya.

Dan apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk melunasi

utangnya, maka harta si penjamin yang kemudian akan di

eksekusi bagi pelunasan utang debitur;

2) Hak si penjamin untuk tidak mengikatkan diri bersama-sama

dengan debitur secara tanggung menanggung. Dengan kata

lain dalam hak ini ada kemungkinan penjamin telah

mengikatkan diri bersama-sama debitur dalam suatu perjanjian

secara jamin-menjamin. Dan penjamin yang telah

mengikatkan dirinya bersama-sama debitur dalam suatu akta

perjanjian dapat dituntut oleh si kreditur untuk tanggung-

menanggung bersama debiturnya masing-masing untuk

keseluruhan utang;

3) Hak si penjamin untuk mengajukan tangkisan yang tertuang

dalam pasal 1849 dan Pasal 1850 KUH Perdata. Hak ini lahir

Page 72: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

61

dari perjanjian penjaminan. Dalam hak ini penjamin memiliki

hak untuk mengajukan tangkisan yang dapat dipakai oleh

debitur kepada kreditur terkecuali tangkisan yang hanya

mengenai pribadinya debitur;

4) Hak si penjamin untuk membagi utang. Dalam hak ini

dimaksudkan bahwa apabila dalam suatu perjanjian

penjaminan ada beberapa penjamin yang mengikatkan diri

untuk menjamin satu debitur dan utang yang sama maka setiap

penjamin terikat untuk keseluruhan utang;

5) Hak si penjamin diberhentikan dari penjamin. Dalam

pengertian bahwa seorang penjamin berhak meminta kepada

kreditur untuk dibebaskan dari kedudukannya sebagai seorang

penjamin jika terdapat alasan untuk itu.

Ketentuan Pasal tersebut secara tegas menjelaskan

bahwasanya seorang personal guarantee ketika sudah melepaskan

hak istimewanya maka seorang kreditor bisa meminta kewajiban

seorang penjamin untuk melunasi utang-utang debitor utama,

bahkan seorang personal guarantee bisa saja dimohonkan pailit

tanpa terlebih dahulu mempailitkan debitor utama karena

kedudukan seorang penjamin pribadi / personal guarantee sama-

sama menjadi debitor ketika penjamin melepaskan hak

istimewanya yang sudah tertuang dalam undang-undang.

b) Karena personal guarantee mempunyai utang yang sudah jatuh

tempo dan dapat ditagih

Pemohon pailit (PT Bank Mayapada Internasional,TBK)

mendalilkan bahwa termohon pailit (Arifin) mempunyai utang

kepada pemohon pailit sebesar Rp. 10.500.000.000,- (sepuluh

milyar lima ratus juta rupiah) dalam bentuk fasilitas Pinjaman

Tetap Angsuran (PTA), bahwa selain itu pemohon pailit juga

mempunyai utang kepada pemohon pailit berdasarkan Akta

Page 73: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

62

Jaminan Pribadi (Borgtocht) Nomor 107 tanggal 28 September

2012, dimana dalam hal ini pemohon pailit sebagai penjamin

dari PT. Mitra Usaha Cemerlang, yang telah menerima

pinjaman/hutang dari pemohon pailit untuk modal kerja

berdasarkan Surat Hutang Nomor 104 tanggal 28 September

2012, yang dibuat di hadapan notaries Misahardi

Wilamarta,SH.

Berdasarkan hal tersebut dan dikuatkan dengan bukti

bahwa benar termohon pailit (Arifin) mempunyai utang

terhadap pemohon pailit dengan menunjukkan bukti P-1

sampai dengan P-3 maka hal tersebut telah sesuai dengan

prinsip utang yang diatur dalam Pasal 1 Angka (6) Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, karena bagaimana

pun seorang personal guarantee yang melepaskan hak

istimewanya yang bermula kedudukan personal guarantee

hanya menjadi penjamin maka kedudukannya sama-sama

menjadi debitur ketika debitur utama melakukan wanprestasi

terhadap isi perjanjian utang-piutang. Sehingga dalam hal ini

ketentuan dalam hukum kepailitan yang tertuang dalam Pasal 2

Ayat (1) terkait syarat kepailitan yaitu adanya utang yang jatuh

tempo dan dapat ditagih menjadi terpenuhi.

c) Bahwa termohon pailit (Arifin) mempunyai kreditur lain

Syarat kepailitan seperti yang dijelaskan dalam Pasal 2 Ayat

(1) Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang yaitu :

“debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak

membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu

dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan

Page 74: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

63

Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas

permohonan satu atau lebih krediturnya”

Perkara kepailitan antara pemohon pailit (PT.Bank Mayapada

Internasional,Tbk) dan termohon pailit (Arifin) sebagai personal

guarantee dalam menunjukkan adanya kreditor lain, pihak

pemohon pailit hanya menunjukkan bukti checking termohon

pailit yakni Arifin.

b. Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung pada tingkat Kasasi adalah:

Adapun pertimbangannya sebagai berikut :

1) Menimbang, bahwa setelah meneliti secara seksama memori

kasasi yang diterima pada tanggal 4 Februari 2015 dan konta

memori kasasi yang diterima pada tanggal 12 Februari 2015

dihubungkan dengan Judex Facti , ternyata Judex Facti tidak

salah menerapkan hukum

2) Bahwa Judex Fakti telah tepat dan benar dalam pertimbangan

hukumnya karena menurut hukum, telah terpenuhi persyaratan

dapat dijatuhkan pailit dengan adanya lebih dari satu Kreditor

dan adanya hutang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih

3) Bahwa lagipula alasan-alasan terkait dengan penilaian hasil

pembuktian yang bersifat penghargaan tentang sesuatu

kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam

pemeriksaan tingkat kasasi.

4) Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, ternyata

Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat Nomor : 49/Pdt.Sus/Pailit/2014/PN.Niaga.Jkt tanggal 23

Januari 2015 dalam perkara ini tidak bertentangan dengan

hukum dan/atau undang-undang, sehingga permohonan kasasi

yang diajukan oleh Pemohon Kasasi: Arifin tersebut, harus

ditolak.

Page 75: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

64

Menurut peneliti, bahwa putusan yang dijatuhkan oleh Hakim

Mahkamah Agung pada tingkat Kasasi sudah sesuai dengan dasar

hukum yang kuat. Hal ini terlihat dalam penerapan hukum yang

digunakan oleh hakim yang mengacu kepada syarat kepailitan

yaitu Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang, hal ini pun tidak terlepas karena

status Mahkamah Agung hanya sebagai Judex Juris. Sehingga

tidak terdapat alasan yang kuat bagi Hakim Mahkamah Agung

pada tingkat Kasasi untuk membatalkan putusan Pengadilan Niaga

Jakarta Pusat.

c. Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung pada perkara Peninjauan

Kembali adalah sebagai berikut :

Menimbang, bahwa setelah meneliti secara seksama memori

peninjauan kembali tanggal 12 Oktober 2016 dihubungan dengan

pertimbangan Judex Juris yang menolak kasasi maupun putusan

Judex Facti yang mengabulkan permohonan Pemohon pailit,

ternyata tidak terdapat adanya suatu kekhilafan hakim, terlebih

Penjamin Hutang telah melepaskankan hak-hak istimewanya

sehingga pemohon Peninjauan Kembali selaku penjamin

bertanggung jawab dengan semua harta kekayaan untuk pelunasan

semua kewajiban yang harus dibayar oleh PT. Mitra Usaha

Cemerlang kepada termohon peninjauan kembali.

Pertimbangan Hakim demikian yang dibuat oleh Mahkamah

Agung pada tingkat Peninjauan Kembali memungkinkan adanya

perdebatan yang muncul,hal tersebut dilandasi karena inti dari poin-

poin keberatan pemohon peninjauan kembali tidak terjawab secara

mendasar dan mendetail dari apa yang diajukan oleh pihak pemohon

peninjauan kembali. Namun, menurut peneliti hal ini tidak terlepas

dari status Mahkamah Agung pada tingkat Peninjauan Kembali yang

hanya menilai apakah Judex Juris dan Judex Facti terdapat

Page 76: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

65

kekeliruan yang nyata dan didasarkan dengan bukti baru yang belum

terungkap dalam persidangan sebelumnya. Hal ini menjadi logis dan

tepat karena bila peneliti teliti Pemohon Peninjauan Kembali (debitur

pailit) hanya mendalihkan berdasarkan bukti-bukti yang sudah

pernah diungkapkan. Adapun dalil-dalil keberatannya sebagai

berikut :

1) Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali adalah Penanggung atau

Penjamin ("borgtocht") atas pinjaman PT Mitra Usaha

Cemerlang kepada PT Bank Mayapada berdasarkan Akta

Jaminan Pribadi (borgtocht) nomor 107 tanggal 28 September

2012;

2) Bahwa Judex Facti dan Judex Juris telah keliru memberi

pertimbangan terkait utang yang jatuh tempo (Pasal 2 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang)

3) Bahwa Judex Facti dan Judex Juris telah keliru dalam

menerapkan hukum yang berkaitan dengan tidak

mempertimbangkan kedudukan pemohon Peninjauan Kembali

yang hanya sebagai Penjamin utang (personal guarantee)

4) Bahwa Judex Juris telah keliru dalam menerapkan hukum

karena menguatkan putusan Judex Facti yang dalam

pertimbangannya menyatakan print out dari Data Informasi/ BI

checking keuangan pemohon peninjauan kembali dahulu

termohon pailit yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, telah

memenuhi unsur Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor

telah terpenuhi, merupakan pertimbangan yang sangat tidak

berdasar.

5) Bahwa Pasal 1831 KUHPerdata menyatakan “Si penanggung

tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selainnya

jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini

Page 77: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

66

harus terlebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi

utangnya”

6) Bahwa Judex Facti dan Judex Juris telah keliru dalam

menerapkan hukum karena mengabulkan permohonan pailit dari

termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Pailit langsung

kepada Pemohon Peninjauan Kembali, tanpa terlebih dahulu

membuktikan PT Mitra Usaha Cemerlang tidak mempunyai

kemampuan membayar atas hutang-hutangnya kepada Termohon

Peninjauan Kembali.

Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali mendalilkan bahwasanya

kedudukannya hanya sebagai Penjamin Pribadi dari PT Mitra Usaha

Cemerlang sehingga tidak dapat dimohonkan pailit sebelum adanya

bukti bahwa PT Mitra Usaha Cemerlang tidak mempunyai

kemampuan membayar atas hutang-hutangnya kepada Termohon

Peninjauan Kembali. Menurut peneliti dalil argumentasi daripada

pemohon Peninjauan Kembali justru yang tidak berdasar, karena

berdasarkan Akta Jaminan Pribadi (Borgtocht) Nomor 107 tanggal

28 September 2012 yang dibuat di hadapan Misahardi Wilamarta,

SH., Notaris di Jakarta tersebut Pemohon Peninjauan Kembali

sebagai Penjamin telah melepaskan semua hak istimewa dan

wewenang yang dimilikinya, sehingga Pemohon Kasasi (termohon

pailit) harus bertanggung jawab atas utang-utang PT.Mitra Usaha

Cemerlang.

Namun, peneliti juga berpendapat bahwa dalam putusan ini

Majelis Hakim pada tingkat peninjauan kembali tidak menjelaskan

lebih rinci terkait kedudukan daripada seorang personal guarantee.

Karena apabila kita mengacu kepada Pasal 2 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang bahwa yang dapat dipailitkan adalah

seorang debitur yang mempunyai utang yang sudah jatuh tempo dan

adanya kreditur lain.

Page 78: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

67

Pasal 1831 KUH Perdata dijelaskan bahwa “Si penanggung

tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si

berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus terlebih

dahulu disita dan dijual untuk melunasi utang-utangnya.

Ketentuan Pasal 1832 KUH Perdata yang menjelaskan

bahwasanya penanggung tidak dapat menuntut supaya harta benda-

benda si berutang lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi

utangnya ketika pihak penanggung sudah melepaskan hak

istimewanya menurut peneliti tidak dapat diartikan secara langsung

bahwa berarti pihak personal guarantee bisa langsung dapat

dipailitkan sebelum adanya kejelasan mengenai kedudukan personal

guarantee tersebut.

Pemohon Kasasi juga mendalilkan bahwasanya Judex Juris dan

Judex Facti telah keliru dalam pembuktian adanya kreditor lain yang

merupakan syarat dari perkara kepailitan dalam Pasal 2 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang :

“Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak

membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu

dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan Putusan Pengadilan,

baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu

atau lebih kreditornya”

Karena termohon Peninjauan Kembali menggunakan BI

Checking dalam membuktikan adanya kreditor lain, namun yang

menjadi permasalahan menurut peneliti yaitu Pemohon Peninjauan

Kembali tidak menunjukkan bukti baru dalam mengajukan perkara

Peninjauan Kembali, atau bukti sebaliknya bahwa pemohon

Peninjauan Kembali tidak mempunyai utang terhadap para

kreditornya yang tertuang dalam BI Checking tersebut. Namun disisi

lain Hakim Mahkamah Agung tidak mempermasalahkan bukti BI

Page 79: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

68

Checking sebagai syarat untuk menunjukan kreditor lain dalam

perkara ini.

Jika kita teliti di dalam Pasal 22 Ayat 1 Peraturan Bank

Indonesia Nomor: 9/14/PBI/2007, informasi debitur (list BI

Checking) hanya dapat diperoleh dan dapat digunakan untuk

keperluan pelapor dalam rangka :

a) kelancaran proses penyediaan dana;

b) penerapan manajemen resiko;

c) identifikasi kualitas debitur dalam rangka pemenuhan ketentuan

Bank Indonesia yang berlaku;

Pengaturan dalam PBI Nomor : 9/14/PBI/2007 tidak mengatur

secara jelas apakah dalam hal ini informasi debitur (List BI

Checking) dapat dijadikan bukti dalam persidangan, artinya dalam

perkara ini seharusnya pemohon pailit tidak dapat menggunakan BI

Checking atau Informasi debitur untuk menunjukkan adanya kreditor

lain. Terlebih dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung dalam putusan

Nomor 443/K/Pdt.Sus/2009 tanggal 28 Agustus 2009, dimana dalam

pertimbangan hukumnya majelis hakim menyatakan:

a) bahwa BI Checking tidak dapat dipergunakan sebagai bukti yang

dapat berdiri sendiri untuk membuktikan adanya kreditor lain;

b) sebab dipersidangan tidak terbukti adanya kreditor lain selain

pemohon pailit/pemohon kasasi sebagaimana diatur dalam Pasal 2

Ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, oleh karena itu

bukti P-5 berupa photo copy dari copy tanpa ada aslinya dan

hanya merupakan daftar checking atas utang termohon pailit tanpa

adanya dukunga bukti lain bahwa benar termohon pailit

mempunyai kreditor lain selain dari pemohon pailit a quo;

Namun, peneliti berpendapat beda dalam putusan Mahkamah

Agung pada Peninjauan Kembali ini, karena disisi lain pihak

termohon pailit yaitu Arifin tidak membuktikan bukti baru bahwa

termohon pailit tidak mempunyai utang terhadap para krediturnya

Page 80: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

69

walaupun pihak pemohon pailit hanya menunjukkan bukti BI

Checking untuk menunjukkan adanya kreditor lain sebagai syarat

putusan pailit.

Terlebih dalam Pasal 295 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang dijelaskan bahwa :

(2) Permohonan Peninjauan Kembali dapat diajukan, apabila:

a. setelah perkara diputus ditemukan bukti baru yang bersifat

menentukan yang pada waktu perkara diperiksa di Pengadilan

sudah ada, tetapi belum ditemukan, atau

b..dalam waktu putusan hakim yang bersangkutan terdapat

kekeliruan yang nyata.

Maka dari itu peneliti berpendapat bahwa permohonan

Peninjauan Kembali yang diajukan oleh pemohon yakni Arifin tidak

dapat dibenarkan karena tidak memenuhi unsur-unsur Pasal 295

Ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Sehingga putusan

Mahkamah Agung pada tingkat Peninjauan Kembali dapat

dibenarkan, yang berakibat pailitnya pemohon peninjauan kembali

dengan segala akibat hukumnya.

Dalam konsepsi hukum islam pun pengertian penjaminan

perorangan dikenal dengan istilah Kafalah Bin Nafs yang merupakan

jaminan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang

mengajukan utang kepada pihak lain. dalam aplikasi bank syariah,

kafalah bin nafs diberikan oleh seseorang yang menjamin orang lain

yang mengajukan pembiayaan di Bank syariah.6 Sedangkan menurut

Syafi”I Antonio, kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh

6 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 203

Page 81: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

70

penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak

kedua atau yang ditanggung.7

Rukun dan syarat al-kafalah menurut mahzab Hanafi bahwa

rukun al-kafalah adalah satu, yaitu ijab dan Kabul. Sedangkan

menurut para ulama yang lainnya bahwa rukun dan syarat al-kafalah

adalah sebagai berikut :

a. Dhamin, Kafil atau Za‟im, yaitu orang yang menjamin di

mana ia disyaratkan sudah baligh, berakal, tidak dicegah

membelanjakan hartanya (mahjur) dan dilakukan dengan

kehendaknya sendiri.

b. Madmum lah atau makful lahu, yaitu orang yang berpiutang,

syaratnya ialah bahwa yang berpiutang diketahui oleh orang

yang menjamin. Madmun lah kerapkali disebut juga makful

lah.

c. Madmun „anhu atau makful „anhu adalah orang yang

berutang

d. Makful bih adalah utang, barang atau orang, disyaratkan pada

makful bih dapat diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah

tetap maupun akan tetap.

e. Lafadz, disyaratkan keadaan lafadz itu berarti menjamin,

tidak digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti

sementara.8

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia, Rukun dan Syarat Kafalah terdiri dari :

1. Pihak Penjamin (Kafil)

a. Baligh (dewasa) dan berakal sehat

b. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam

urusan hartanya dan rela (ridha) dengan tanggungan

kafalah tersebut.

7 Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,

2003), h.31 8 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalat, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), h. 191

Page 82: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

71

2. Pihak orang yang berhutang (Ashiil makfuul‟annhu)

a. Sanggup untuk menyerahkan tanggungannya (piutang)

kepada penjamin.

b. Dikenal oleh penjamin.

3. Pihak orang yang berpiutang (makful lahu)

a. Diketahui identitasnya.

b. Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa.

c. Berakal sehat.

4. Obyek Penjaminan (Makful Bihi)

a. Merupakan tanggungan pihak/orang yang berhutang, baik

berupa uang, benda, maupun pekerjaan.

b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin.

c. Harus merupakan piutang yang mengikat (lazim), yang

tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau

dibebaskan.

d. Tidak bertentangan dengan syariah (diharamkan)

Maka dari itu, dalam penelitian ini jika kita kaitkan antara

hukum positif dan hukum islam maka personal guarantee (Arifin)

yang merupakan penjamin adalah sebagai Kafil, PT. Mitra Usaha

cemerlang sebagai makful „anhu, dan PT. Bank Mayapada

Internasional,Tbk sebagai Madmum lah.

Terbukti bahwa dalam kasus ini makful anhu tidak dapat

memenuhi kewajibannya walaupun pihak makful lahu sudah

berulangkali mengingatkannya untuk melakukan pembayaran baik

secara lisan maupun secara tulisan berdasarkan :

a) Surat Peringatan I Nomor 388/Ext/CB-BMI/XI/2014 tanggal

4 November 2014

b) Surat Peringatan II Nomor 399/Ext/CB-BMI/XI/2014 tanggal

18 November 2014

c) Surat Peringatan III Nomor 404/Ext/ CB-BMI/XI/2014

tanggal 26 November 2014

Page 83: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

72

Sehingga pada kesimpulan penelitian ini, peneliti berpendapat

bahwa Putusan Mahkamah Agung pada tingkat Peninjauan Kembali,

dan Putusan Mahkamah Agung pada tingkat Kasasi yang

menguatkan Putusan Pengadilan Niaga Nomor

49/Pdt.Sus/Pailit/2014/PN.Niaga-Jkt.Pst telah tepat mempailitkan

personal guarantee yang melepaskan hak istimewa untuk

bertanggung jawab atas utang-utang PT.Mitra Usaha Cemerlang

walaupun dalam pembuktian adanya kreditor lain masih adanya

problematika karena pihak pemohon pailit hanya menggunakan List

BI Checking untuk menunjukkan adanya kreditor lain terhadap

termohon pailit.

Hal tersebut tidak terlepas jika kita kaitkan dengan teori

Consurcus Creditorium yaitu bahwa syarat dapat dipailitkan harus

memenuhi unsur adanya dua kreditor atau lebih, yang mana dalam

perkara ini walaupun pihak pemohon pailit yaitu PT. Bank

Mayapada Internasional menggunakan List BI Checking untuk

menunjukkan adanya kreditor lain terhadap termohon pailit (Arifin),

namun termohon pailit tidak dapat membuktikan bahwa pihak

termohon pailit tidak mempunyai utang-utang terhadap para kreditor

lain yang disebutkan dalam List BI Checking yang dijadikan bukti

oleh pemohon pailit.

Maka dari itu berdasarkan teori pembuktian sederhana pula

bahwa termohon pailit dapat dinyatakan pailit dengan segala akibat

hukumnya, karena berdasarkan Pasal 8 Ayat (4) Undang-Undang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang :

“Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila

terdapat fakta atau keadaan yang terbukti sederhana bahwa

persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud Pasal 2

Ayat (1) telah dipenuhi”

Page 84: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

73

C. Akibat Hukum Terhadap Personal Guarantee Atas Putusan Hakim

Mahkamah Agung Nomor : 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016

Mengingat adanya suatu putusan yang menyatakan bahwa pihak

personal guarantee dinyatakan pailit oleh Hakim Mahkamah Agung

Nomor : 141/PK/Pdt.Sus/Pailit/2016 tentunya mengubah status hukum

personal guarantee menjadi tidak cakap untuk melakukan perbuatan

hukum, menguasai, dan mengurus harta kekayaannya sejak putusan

pernyataan pailit diucapkan.

Akibat hukum adanya suatu putusan pailit menurut Pasal 21

UUKPKPU menyebutkan bahwasanya kepailitan meliputi seluruh

kekayaan debitor pada saat pernyataan pailit diucapkan serta segala

sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Ketentuan tersebut mengartikan

bahwa kepailitan hanya meliputi terhadap harta kekayaan si debitor bukan

terhadap diri debitor. Artinya debitor kehilangan haknya untuk menguasai

dan mengurus harta kekayaan yang termasuk dalam harta pailit, sejak

tanggal putusan pailit diucapkan.9 Dalam hal ini artinya Arifin selaku

personal guarantee(debitor pailit) kehilangan haknya untuk menguasai

dan mengurus harta kekayaannya semenjak adanya putusan pailit,

selanjutnya pengurusan dan pemberesan harta pailit diambil alih oleh

kurator dan hakim pengawas yang diangkat oleh oleh Hakim Pengadilan

Niaga Nomor : 49/Pdt.Sus/Pailit/2014/PN.Niaga-Jkt.Pst yaitu :

1. Dwiana Miranti, S.H., Kurator dan Pengurus yang terdaftar di

Departemen Hukum dan HAM RI dengan Nomor : AHU.AH. 04.03-

21, beralamat di Dwipa Law Firm, Gedung World Trade Center I

Lantai 12, Jalan Jend. Sudirman Kav. 29-31, Jakarta Selatan 12920.

2. Emi Rosminingsih, S.H., Kurator dan Pengurus yang terdaftar di

Departemen Hukum dan HAM RI dengan Nomor : AHU.AH.04.03-

45, Cakra & Co., Gedung World Trade Center II Lantai 18, Jalan

Jend. Sudirman Kav. 29-31, Jakarta Selatan 12920.

9 H. Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang, (Bandung: PT Alumni, 2010), h. 108.

Page 85: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

74

3. Widia Gustiwardini, S.H., Kurator dan Pengurus yang terdaftar di

Departemen Hukum dan HAM RI dengan Nomor : AHU.AH.04.03-

37, beralamat di Summit Law Firm, Gedung World Trade Center I

Lantai 8, Jalan Jend. Sudirman Kav. 29-31, Jakarta Selatan 12920.

Apabila seseorang dinyatakan pailit, yang pailit tersebut termasuk

juga istri atau suaminya atas dasar persatuan harta (Pasal 23 UUKPKPU)

Ketentuan ini membawa kepada konsekuensi hukum yang serius dengan

ikut pailitnya si suami/istri yang tergabung dalam persatuan harta juga

berdampak pada sita kepailitan dan masuk kedalam boedel pailit.10

Sehingga apabila pihak personal guarantee atau Arifin tidak adanya

pemisahan harta terhadap istrinya, maka harta istri dari pihak personal

guarantee tersebut juga termasuk ke dalam boedel pailit yang akan

dibereskan oleh kurator.

Menurut peneliti, putusan Pengadilan Niaga Jakarta, putusan

Mahkamah Agung pada tingkat Kasasi, dan Putusan Mahkamah Agung

pada tingkat Peninjauan Kembali yang menyatakan pailit pihak personal

guarantee adalah sudah tepat guna melindungi kepentingan kreditur.

Karena walaupun pada awalnya pihak personal guarantee hanya sebagai

penjamin utang dari PT. Mitra Usaha Cemerlang namun kedudukannya

sama-sama menjadi debitur ketika adanya suatu wanprestasi terhadap

perjanjian utang-piutang yang dibuatnya, terlebih pihak personal

guarantee telah melepaskan hak istimewanya yang diatur dalam undang-

undang.

Hal itupun tidak terlepas jika kita kaitkan dengan teori Consursus

Creditorium bahwa dalam hal ini pihak personal guarantee mempunyai

dua kreditor sebagai syarat dijatuhkan putusan pailit walaupun pihak

pemohon pailit yakni PT.Bank Mayapada Internasional dalam

membuktikan adanya kreditor lain menggunakan List BI Checking yang

pada esensinya hanya dapat digunakan untuk mengetahui proses

kelancaran nasabah, namun disisi lain pihak termohon pailit (personal

10

Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek …, h. 65.

Page 86: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

75

guarantee) tidak membuktikan sebaliknya bahwa ia tidak mempunyai

utang kepada kreditur-kreditur tersebut. Dalam teori pembuktian

sederhana pun, pihak personal guarantee dapat dibuktikan secara

sederhana bahwa mempunyai utang yang sudah jatuh tempo dan dapat

ditagih dan adanya kreditor lain, yang pada akhirnya berujung kepailitan

dan segala akibat hukumnya seperti yang penulis paparkan diatas.

Page 87: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

kaji pada setiap sub bab pembahasan, maka dalam hal ini peneliti

memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Majelis Hakim Mahkamah Agung pada tingkat peninjauan kembali

menyatakan pailit Arifin sebagai personal guarantee tanpa terlebih

dahulu mempailitkan debitur utama karena ia telah melepaskan hak

istimewanya, namun majelis hakim tidak menjelaskan dengan rinci

terkait kedudukan daripada personal guarantee tersebut. Karena majelis

hakim dalam memutus kepailitan harus memenuhi syarat kepailitan dan

terbukti secara sederhana sesuai Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 8 Ayat (4)

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dan menurut peneliti masih

adanya sedikit problematika terkait pembuktian adanya kreditor lain

karena kreditor hanya menggunakan list BI Checking untuk

menunjukkan adanya kreditor lain, namun disisi lain pihak personal

guarantee pun tidak mampu membuktikan terbalik bahwa ia tidak

mempunyai utang-utang tersebut.

2. Personal guarantee dari PT. Mitra Usaha Cemerang menjadi berstatus

debitor pailit yang mana berlaku pula akibat hukum kepailitan, yaitu

debitor kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus

kekayaannya yang termasuk dalam boedel pailit sejak tanggal putusan

pailit tersebut, yang nantinya pemberesan harta pailit akan diurus oleh

kurator dan hakim pengawas. Bahkan ketika tidak adanya pemisahan

harta antara Arifin dengan Istrinya maka harta istri dari pihak personal

guarantee termasuk ke dalam boedel pailit.

Page 88: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

77

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada permasalahan yang telah peneliti paparkan diatas,

maka peneliti mencoba untuk memberikan rekomendasi berupa :

1. Diharapkan bagi regulator untuk memperjelas status dan kedudukan

personal guarantee karena dalam hal ini masih banyaknya perbedaan

pendapat ahli hukum serta perbedaan penafsiran hakim terkait

kedudukan hukum personal guarantee.

2. Perlu adanya insolvency test ketika pihak personal guarantee yang

melepaskan hak istimewanya dipailitkan oleh kreditor tanpa terlebih

dahulu mempailitkan debitur utama untuk menciptakan keadilan bagi

kedua belah pihak.

3. Mengenai syarat pailit perlu adanya penegasan apakah untuk

membuktikan adanya kreditor lain dalam perkara kepailitan bisa

menggunakan list BI Checking karena dalam PBI Nomor 9/14/2007

Tentang Sistem Informasi Debitur list BI Checking hanya dapat

digunakan untuk mengetahui proses kelancaran nasabah.

4. Diharapkan bagi seseorang yang ingin menjadi personal guarantee

memahami benar terkait tanggung jawab dan resiko yang harus diterima

dikemudian hari agar tidak adanya kerugian tersendiri bagi personal

guarantee.

Page 89: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

78

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Anderson, Ronald A, dalam Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka

Cipta, 2013.

Aprita, Serlika, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang, Malang: Setara Press, 2018.

Asikin, Zainal, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

di Indonesia, Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013.

Asyhadie, Zaeni, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2017.

Bahsan, M, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2012.

Fuady, Munir, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Citra Aditya

Bakti, 2017.

Ginting, Elyta Ras, Hukum Kepailitan : Teori Kepailitan, Jakarta: PT. Cahaya

Prima Sentosa, 2018.

Gross, Karen, Failure and Forgiveness: Rebalancing the Bankcrupty System, New

Heaven: Yale University Press, 1997.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Prenadamedia

Group, 2012.

HS, Salim , Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2017.

Jono, Hukum Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Page 90: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

79

Kartono, Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran, Jakarta: Pradya Paramita,

1982.

Marzuki, Peter Mahmud Penelitian Hukum, Jakarta:Kencana Prenadamedia, 2005.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty,

2005.

Muljadi, Kartini, (2001), Actio Pauliana dan Pokok-Pokok tentang Pengadilan

Niaga, Dalam: M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan (Prinsip,Norma,

dan Praktik di Peradilan), (akarta: Kencana, 2015.

Nugroho, Susanti Adi, Hukum Kepailitan di Indonesia: Dalam Teori dan Praktik

Serta Penerapan Hukumnya, Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.

Prakoso, Djoko dan Bambang Riady Lany, Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di

Indonesia, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987.

Sastrawidjaja, H. Man, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, Bandung: PT Alumni, 2010.

Satrio, J, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2007.

Shubhan, M. Hadi , Hukum Kepailitan (Prinsip,Norma, dan Praktik di Peradilan),

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2015.

Sjahdeini, Sutan Remy, Hukum Kepailitan : Memahami Undang-Undang Nomor

37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,

2010.

Soebekti, R, Aneka Perjanjian, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2001.

Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan

Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996.

Page 91: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

80

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Pengkreditan Pada Bank, Bandung: Alfabeta, 2009.

Sutedi, Adrian Hukum Kepailitan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.

Syudi, Aria, dkk. Analisis Kepailitan Indonesia (Kepailitan di Negeri Pailit),

Jakarta; PSHK, 2003.

Thomas Suyatno dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2007.

Waxman, Nex, “Bankcrupty”, (1992), dalam M. Hadi Shubhan, Hukum

Kepailitan (Prinsip,Norma, dan Praktik di Peradilan), Jakarta: PT.

Kencana Prenada Media Group, 2015.

JURNAL

Veranika, Meiska, “Kedudukan Hukum Penjamin Perorangan (Personal

Guarantor) Dalam Hal Debitur Pailit Menurut Undang-Undang Nomor

37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang”, Jurnal Repertorium, ISSN: 2355-2646, Volume II

Nomor2 Juli – Desember 2015.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Panduan Hukum di Indonesia:

Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum,

Jakarta: YLBHI, 2007.

SKRIPSI

Panjaitan, Riris F, “Kedudukan Hak Istimewa Personal Guarantor (Penjamin

Pribadi) Dalam Perkara Kepailitan Perseroan Terbatas”, Skripsi S1

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2018.

INTERNET

Notaris, Sidoarjo, Bentuk Jaminan dan Hak Istimewa Penjamin Berdasarkan

KUH Perdata, artikel diakses pada tanggal 29 April 2019 pukul 22.18

Page 92: KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE TERHADAP PELEPASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47262/1/ALFIAN... · jaminan secara umum yang diatur di dalam Pasal 1131 KUH

81

dari http://notaris-sidoarjo.blogspot.com/2012/11/bentuk-jaminan-dan-

hak-istimewa.html?m=1

Qur’ani, Hamalatul, Pandangan Ahli Soal Penarikan Guarantor Sebagai

Termohon PKPU, artikel diakses pada tanggal 27 Mei 2019 pukul 01.45

dari

https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5cb8637c0a35d/pandangan-

ahli-soal-penarikan-guarantor-sebagai-termohon-pkpu/

Yunita, Maria Astri, Peran OJK Sebagai Pemohon Pailit Perusahaan Asuransi,

artikel diakses pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 22.28 dari

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5645b7892a4e7/peran-

ojk-sebagai-pemohon-pailit-perusahaan-asuransi/

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi

Debitur

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 sebagaimana diubah oleh Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

LAMPIRAN

Putusan Mahkamah Agung Nomor : 141/ PK/ Pdt.Sus /Pailit/ 2016


Top Related