Download - Jantung Dan Ekg Bedah
1
JANTUNGANATOMI
• LETAK– RONGGA DADA KIRI– TERLINDUNG– UKURAN 12-14 x 8-9 x 6 cm– BERAT 250-350 gm– BASIS : Superior-posterior : C-II– APEX : anterior-inferior ICS-V
• 2 jari di bawah papila mamae
• Bag ventrikel paling tebal
• Punctum maximum
• Point of maximal intensity
nn, mcm sept 2005 2
JANTUNGANATOMI
• TERDIRI ATAS1. ATRIUM
2. VENTRIKEL
3. NODAL TISSUE & SERAT PENGHANTAR KHUSUS a. Sino Atrial Node
(SA node)
b. Atrio Ventricular Node (AV node)
c. Bundle of His
d. Sistem Purkinje
nn, mcm sept 2005 3
JANTUNGANATOMI
• BENTUK JANTUNG & LOKASI NODAL
– SA NODE– AV NODE– Bundle of His
- Ringht Bundle Branch (RBB)- Left Bundle Branch (LBB)- Left Anterior Fascile (LAF)- Left Posterior Fascile (LPF)
– Sistem Purkinje
nn, mcm sept 2005 4
JANTUNGANATOMI
1. Internodal Pathway
a. Bachman (anterior)
b. Wenkebach (medial)
c. Thorel (posterior)
2. Transitional fibres
3. AV node
4. AV fibrous tissue
5. Bundle of His
a. Penetrating portion of AV node
b. Distal portion of AV node
6. LBB, RBB
7. Ventricular Septum
nn, mcm sept 2005 5
SISTEM KONDUKSI
PADA JANTUNG
Internodal Pathway a. Bachman (anterior) b. Wenkebach (medial) c. Thorel (posterior)
nn, mcm sept 2005 6
Anatomi Jantung
Lapisan jantung1. Pericardium2. Epicardium3. Myocardium4. EndocardiumAntara pericardium dan
epicardium terdapat rongga (cavum pericardii)
Myocardium bagian kon-traktil, mirip otot skelet.
Otot jantung bersifat otomasi, unvolunter, kontraksi ritmis
nn, mcm sept 2005 7
Anatomi Jantung
• Pemisah atrium-ventrikel: anulus fibrosus (fibrous skeleton), dengan penghu- bung AV node
• Katub (valve) :- Mitral (bicuspidal): kiri- Tricuspidal: kanan- Aortic semilunar- Pulmonary semilunar
• Arah katub searah. Stenosis membuka tak
sempurna Insufisiensi menutup
tak sempurna
nn, mcm sept 2005 8
Histologi
Otot jantung bergaris mirip otot skelet, dengan beda :
1. Syncytium fungsional seperti otot polos
2. Membran antar sel meng- alami fusi membentuk inter-calated disc, hingga tahanan R sangat rendah, rangsangan pada 1 sel dirambatkan dengan sangat cepat
3. Hukum all or none berlaku
nn, mcm sept 2005 9
Fisiologi
1. Hukum all or none berlaku, artinya bila atrium atau
ventrikel sudah eksitasi, selalu diikuti oleh kontraksi
seluruh jantung
2. Sifat dasar otot jantung :
a. irritability (bathmotropic) = peka rangrang
b. conductivity (dromotropic) = hantar rangsang
c. contractility (inotropic) = dapat berkontraksi
d. rhythmicity ( chronotropic) = bersifat ritmis
nn, mcm sept 2005 10
Irritability
Potensial aksi pada otot skelet : Spike potential, RMP = - 90 sd – 95 mVKarena periode refrakter pendek 10 mdet, rangsang berturutan dapatditerima dan menyebabkan tetanus
nn, mcm sept 2005 11
Irritability
Periode refrakter absolut panjang + 250 mdet, saat itu terjadi kontraksi diikuti
relaksasi. Bila ada rangsang berturutan saat masa refrakter absolut, tidak
terjadi PA dan tidak diikuti oleh kontraksi otot kecuali sesudah periode
refrakter relatif. Jadi otot jantung tidak pernah tetanus
nn, mcm sept 2005 12
nn, mcm sept 2005 13
PLATEAU
1. Fase 0 Na channel terbuka Na
masuk depolarisasi cepat
potensial membran (PM) menca-
pai + 20 mV sebelum Na channel
tutup
2. Fase 1 Na channel tutup, repola-
risasi mulai K out
3. Fase 2 K channel tutup PK,
Ca channel buka PCa, K out
sedikit dan Ca influk banyak
4. Fase 3 Ca channel tutup, K chan-
nel buka PCa dan PK
nn, mcm sept 2005 14
POTENSIAL AKSI SYSTEM NODAL
Potensial aksi dimulai dari pacemaker potential, dengan masuknya Na potensial naik sampai ambang diikuti Ca masuk Na stop potensial naik terjal + 20 kemudian K channel buka, K keluar, potensial turun sampai potensial pace maker, K channel tutup peristiwa berulang
nn, mcm sept 2005 15
POTENSIAL AKSI PADA SISTEM NODAL
Unstable Resting Potential
1. Na bocor, permeabilits Na tetap, PK rendah
2. Pace maker potential Ca berperan, channel Ca cepat
3. Segera repolarisasi, ok PK naik
nn, mcm sept 2005 16
POTENSIAL AKSI
– .
nn, mcm sept 2005 17
Potensial Aksi SA node
nn, mcm sept 2005 18
CONDUCTIVITY
Kecepatan hantar impuls :
• Otot atrium : 0.3 m/det
• Junctional fibres : 0.01 m/det
• AV node : 0.1 m/det
• Otot ventrikel : 0.4 – 0.5 m/det
• Purkinje fibres : 1.5 – 4 m/det
nn, mcm sept 2005 19
CONDUCTIVITY
internodal atrial
pathway (3)
SA AV junction AV
(transitional fibres)
radier His
Seluruh Purkinje
Dinding
Atrium ke seluruh bagian ventrikel bersamaan
ventrikel berkontraksi sbg satu kesatuan
nn, mcm sept 2005 20
CONDUCTIVITY
Fungsi AV junction
Memperlambat konduksi ke AV node
Keuntungan :
1. Kontraksi atrium dan vantrikel tidak bersamaan
tetapi berturutan
2. Memberi kesempatan atrium untuk menyelesai-
kan kontraksinya hingga pengisian ventrikel
lebih baik
nn, mcm sept 2005 21
nn, mcm sept 2005 22
CONDUCTIVITY
nn, mcm sept 2005 23
CONTRACTILITY
Rangsang membuka Ca channel, Ca masuk rangsang Ca keluar dari sarcoplasmic reti-culum dan berikat dengan troponin kontraksi otot
Bila Ca lepas dari troponin otot relaks, Ca dimasuk kan ke dalam SR dan sebagian keluar
nn, mcm sept 2005 24
CONTRACTILITY
• Kontraksi peran actin-miosin yang overlap
• Sarcoplasmic reticulum rudimenter, sisterna tempat depot
Ca lebih kecil dari pada sisterna otot skelet. Untuk kontraksi
perlu suplai Ca influks dari tubulus T
• Proses kontraksi sama dengan otot skelet dengan beda bhw
otot jantung perlu influks Ca ekstraseluler
• Semakin tinggi Ca influks semakin kuat kontraksi
• Periode refrakter absolut panjang + 250 mdet dan pada saat
ini tidak dapat dirangsang jantung tidak dapat tetani
nn, mcm sept 2005 25
CONTRACTILITY
Irama kontraksi jantung ikut irama SA node
SA memancarkan PA reguler ke seluruh atrium
AV node
sistem Purkinje
kontraksi ventrikel ritmis
Frekuensi impuls / kontraksi
SA node : 70-80 x/min
AV node : 50-60 x/min
Otot atrium : 20-40 x/min
Otot ventrikel : 10-30 x/min
nn, mcm sept 2005 26
RHYTHMICITY
Potensial aksi dimulai dari pacemaker potential, dengan masuknya Na potensial naik sampai ambang diikuti Ca masuk Na stop potensial naik terjal + 20 kemudian K channel buka, K keluar, potensial turun sampai potensial pace maker, K chanel tutup peristiwa terulang
nn, mcm sept 2005 27
RHYTHMICITY
Normal : SA sebagai pace maker
irama SA node
irama sinus
Patologis : AV node sebagai reserve pace maker
irama nodal
lebih lambat dari irama sinus
nn, mcm sept 2005 28
JANTUNG SEBAGAI POMPA
SYARAT POMPA JANTUNG YANG BAIK :
1. Katub berfungsi baik
2. Pengisian darah atrium dan
ventrikel optimal
3. Kuat kontraksi optimal
4. Frekuensi jantung normal,
kontraksi atrium dan
ventrikel bergantian
nn, mcm sept 2005 29
FASE SIKLUS JANTUNG
1. Fase sistole1. Isovolumic contraction
2. Ejection
2. Fase diastole1. Isovolumic relaxation
2. Rapid inflow
3. Diastasis
4. Atrial sistole
nn, mcm sept 2005 30
6 FASE SIKLUS JANTUNG
nn, mcm sept 2005 31
Isovolumic Contraction
. Volume vent. tetap
. Tekanan vent > atrium
. Katup AV menutup
. Tekanan atrium akibat katub AV cembung ke arah strium
. Tekanan aorta tetap
. EKG: QRS kompleks
. Dimulai sesaat sebelum kontraksi ventrikel = depolarisasi vent.
nn, mcm sept 2005 32
EJECTION
. Volume vent.
. Katup AV menutup
. Tekanan vent kanan 8-22 mmHg; kiri 80-120 mmHg
. Tekanan vent > aorta
. Katup aorta buka
. Tekanan aorta (< vent)
. Tekanan atrium lalu ok pengisian oleh venous return
. EKG: isoelectric
nn, mcm sept 2005 33
ISOVOLUMIC RELAXATION
. Volume vent. Tetap
. Tekanan vent. < aorta
. Katup aorta menutup SUARA II
. Katup aorta terdorong ke vent. Tekanan aorta naik sesaat aortic notch
. Tekanan atrium > ok tekanan balik aorta ke vent. lalu ke atrium
. Tekanan aorta >> vent
. EKG: gelombang T, sebelum relaksasi =repolarisasi vent.
nn, mcm sept 2005 34
RAPID INFLOW
. Volume vent. cepat
. SUARA III ok pengisian cepat (fonogram)
. Tekanan vent. rendah < atrium katup AV buka
. Tekanan atrium > vent.
. Tekanan aorta mulai (masih > vent)
. EKG: isoelectric
nn, mcm sept 2005 35
DIASTASE
. Volume vent.
. Tekanan vent. tetap < atrium
. Tekanan atrium > vent.
. Tekanan aorta landai (masih > vent)
. EKG: gelombang P sesaat sebelum kontraksi atrium = depolarisasi atrium
nn, mcm sept 2005 36
ATRIAL SISTOLE
. Volume vent. 30 % aktif
. Tekanan vent. < atrium
. SUARA IV pengisi-an oleh atrial sistole (fonogram)
. Tekanan atrium > vent. Akibat kontraksi atrium
. P atrium kanan 4-6 mm Hg, kiri 7-8 mmHg
. Tekanan aorta landai (masih > vent)
. EKG: QRS kompleks sesaat sebelum kontraksi vent.
nn, mcm sept 2005 37
Volume dan tekanan ventrikel
• Saat pengisian dan kontra-ksi atrium volume vent. tekanan tak berubah, EDV
• Pada isovolumic conrac-tion volume tetap, tekanan sampai > aorta katub aorta buka
• Fase ejection, darah ke aorta, vol. Vent. tinggal 65 ml, ESV
• Pada isovolumic relaxa-tion volume tetap, tekanan turun mitral buka
Lef
t ve
ntr
icle
pre
ssu
re
nn, mcm sept 2005 38
PROYEKSI SUARA JANTUNG DI DADA
Suara I : Penutupan katup AV
1. Katub mitral , ICS V midclav kiri
2. Katub tricuspidal, ICS V
parasternal kiri
Suara II : Penutupan katup semilunar
1. Katup aorta, ICS II parasternal
kanan
2. Katup pulmonal, ICS II parasternal
kiri
S I S I
S II S II
nn, mcm sept 2005 39
SUARA JANTUNG
Berasal dari suara katup jantung.
Suara I: lub, suara rendah lembut, ok katup AV tutup, awal sistole dan isovolumic contraction
Suara II: dub, suara lebih keras, ok katup aorta tutup, awal diastole dan isovolumic relaxation
Suara lain : murmur, sistolik dan diastolik
nn, mcm sept 2005 40
SUARA JANTUNG
A. Bj 1 bunyi jantung 1, bj II bunyi jantung II, bising sistolik, pada stenosis pukmonal, tetralogi Fallot
B. Bising pansistolik pada insufisiensi mitral /de-fek septun ventrikel
C. Bising sistolik dini pada defek ventrikel mulkular kecil
D. Bising sistolik akhir pada insufisiensi mitral ringan
nn, mcm sept 2005 41
BISING DIASTOLIK
A. Bising diastolik pada insufisiensi aorta
B. Bising mid-diastolik aliran pada insufisiensi mitral berat
C. Bising diastolik akhir dengan aksentuasi pre-sistolik pada stenosis mitral organik
nn, mcm sept 2005 42
BISING SISTOLIK DAN
DIASTOLIK
A. Bising kontinu ductus arteriosus persisten
B. Bising to-and-dro pada kombinasi stemosis dan isufi-siensi aorta
A
B
nn, mcm sept 2005 43
PROYEKSI SUARA JANTUNG
nn, mcm sept 2005 44
SATU SIKLUS JANTUNG
TERDIRI :
Sistole = fase kontraksi = 0.3 det
Diastole = fase relaksasi = 0.6 det
---------------
0.9 det
Heart Rate = 60 : 0.9 = 66.6 67 x / menit
Normal 60 – 100 x / min 72 x / min
Bradikardi < 60 x / min
Takikardi > 100 x / min
nn, mcm sept 2005 45
DETAK JANTUNG (HR)
Tergatung pada aktifitas SA.
Epinefrin dan Norepinefrin meningkatkan aliran ion melalui channel If dan Ca mempercepat depolari-sasi pacemaker lebih cepat mencapai ambang.
Catecholamin merangsang β1 reseptor pada SA depo larisasi frek
Parasimpatik (Ach) rangsang muscarinic receptor
PK hiperpolarisasi potential lebih negatif perlu waktu lama capai ambang frek
nn, mcm sept 2005 46
RESUME DETAK JANTUNG
Rangsang saraf simpatik atau epinefrin me-
ningkatkan HR.Rangsang saraf
parasimpatik atau acetilcholin me-nurunkan HR.
nn, mcm sept 2005 47
STROKE VOLUME( ISI SEKUNCUP )
= Jumlah darah yang dipompa satu kali oleh ventr kiri / kanan
Pada manusia dewasa sehat SV + 70 ml
SV mengikuti hukum Frank-Starling :
Jantung beradaptasi terhadap beban yang diberikan
“ Semakin kuat jantung diregang (semakin besar volume ventrikel) semakin kuat pula jantung berkontraksi”
SV = EDV ESV
nn, mcm sept 2005 48
CARDIAC OUTPUT (CURAH JANTUNG)
CO = Jumlah darah yang dipompa oleh jantung
dalam 1 menit
CO = SV x HR
= 70 ml x 72x / menit = 5040 ml/menit
( 5000 ml/menit )
Dipengaruhi oleh :
1. Pre loaded : EDV
2. After loaded : Teknan darah,
Viskositas darah
nn, mcm sept 2005 49
CARDIAC OUTPUT MENINGKAT
Kompensasi agar transport oksigen mencukupi :
1. Anemia : Hb rendah
2. Kehamilan : sirkulasi placenta = arterio-venous shunt
3. Berdiri : 20 % > duduk
4. Latihan jasmani :
5. Lain-lain : demam, hiperterioidi, emosi
nn, mcm sept 2005 50
CARDIAC OUTPUT TURUN
• Takikardi ( fibrilasi) : frek x SV = CO (frek > 230 x/min EDV SV )
• Bradikardi (blok AV) frek x SV = CO • Umur di atas 5 th, makin bertambah umur
cardiac index (CO dilukiskan sebagai cardiac index)
.
• Manusia dewasa sehat, normal CI = 3,2 L/min/m2
. Gagal jantung bila CI = 2 L/min/m2
2min//_
mLtubuhluas
COCI
nn, mcm sept 2005 51
PENGUKURAN CURAH JANTUNG
1. Metoda Fick
2. Metoda pengenceran zat warna
3. Flowmeter
4. Arus ultrasonic
nn, mcm sept 2005 52
METODA FICK
Peristiwa arus pulmoner yang oksigen dari paru
O2 v. pulmonal = 20 vol % = 20 ml / 100 ml
O2 a. pulmonal = 16 vol % = 16 ml / 100 ml
Absorbsi O2/min oleh sirkulasi paru = 200 ml
Darah vena : darah venous campuran a.pulmonalis / atrium
Darah arteri : sembrang arteri v. pulmonalis
5000100/1620
200
.._
.2.2
2
CO
OO
parusirkabsOCO
pulmapulmv
nn, mcm sept 2005 53
METODA FICK TAK LANGSUNG
Alat : densitometer
Julah zat warna = 5 mg ( injeksi vena)
Setelah 39" rerata zat warna dalam arteri = 1.6 mg/L
7.46.1
5
39
60
___
_
_
xCO
warnazatreratakadar
warnazatCO
waktukurun
nn, mcm sept 2005 54
METABOLISME OTOT JANTUNG
Keadaan basal
Energi untuk merabolisme berasal dari :
1. Karbohidrat : 35 %
2. Lemak : 60 %
3. Asam amino : 5 %
Efisiensi kerja : energi kimia diubah jadi : kerja & panas
Normal = 10 %, kerja keras = 15-20 %, olahraga > 20%
KimiaEnergi
KerjaEKJ
_
nn, mcm sept 2005 55
PENGATURAN FUNGSI JANTUNG
Intrinsik 1. Heterometrik autoregulation
pengaturan bila ada perubahan ukuran panjang serabut otot jantung
terkait dengan Hukum Frank-Starling
terkait dengan EDV
nn, mcm sept 2005 56
PENGATURAN FUNGSI JANTUNG
2. Homeometric autoregulation
Pengaturan tanpa ada perubahan panjang serabut otot jantung
terkait dengan perubahan metabolisme otot jantung
metabolisme kekuatan elemen kontraksi
nn, mcm sept 2005 57
PENGATURAN FUNGSI JANTUNG
Ekstrinsik
Pengaturan ekstrinsik syaraf otonom
1. Simpatetik
Inotropik positif ( kekuatan kontraksi )
Chronotropik positif ( frek , 170-230 x / min) CO
2. Parasimpatetik
Inotropik negatif ( kekuatan kontraksi )Chronotropik negatif (frek , maksimal menurun sampai 20 –30 x / min CO
nn, mcm sept 2005 58
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI POMPA JANTUNG
Tekanan darah sistole > 170 mmHg CO akan
nn, mcm sept 2005 59
nn, mcm sept 2005 60
KOMPENSASI SISTEM KARDIOVAKULER
nn, mcm sept 2005 61
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI POMPA JANTUNG
Kadar ion Na, K dan Ca dalam darah
1. Kenaikan kadar Na (hipernatremia) menurunkan
efektifitas Ca untuk kontraksi jantung lemas
2. Kenaikan kadar Ca (hiperkalsemia) peningkatan
kekuatan kontraksi jantung
3. Kenaikan kadar K (hiperkalemia) pengaruhnya
seperti hipernatremia. Peningkatan K 8-12 meq/L
mati
nn, mcm sept 2005 62
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI POMPA JANTUNG
Pengaruh suhu
1. Peningkatan suhu sd 42o C permeabilitas
membran self excitation process frek
2. Peningkatan suhu > 42o C frek
3. Penurunan suhu frek
hal ini berhubungan dengan metabolisme otot
jantung
nn, mcm sept 2005 63
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI POMPA JANTUNG
Hipercapnea , hipoksia dan acidosis
kontraktilitas miokardium
Obat-obatan
1. Digitalis : inotropik positif
2. Quinidine, Procainamide, Barbiturat : inotropok negatif
3. Drivat Xanthin : Cofein, teofilin : inotropik positif,
dengan menghambat pemecahan cAMP
nn, mcm sept 2005 64
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI POMPA JANTUNG
Pengaruh olah raga (exercise)
• HR maksimal = 220 – umur
• HR submaksimal = 80 % (220 – umur)
• Dosis latihan :
a. intensitas : submaksimal (kebugaran)
b. durasi : minimal 30 menit
c. frekuensi : minimal 3 x / minggu
d. jenis latihan : aerobik dan menyenangkan
nn, mcm sept 2005 65
VASKULARISASI JANTUNG
Sistem arteri
1. A.coronaria sinistrar. descendens ant.r. circumflexusr. marginalis
otot jantung kiri
2. A.coronaria dextrar. descendens post.r. marginalis otot jantung
kanan + kiri
nn, mcm sept 2005 66
VASCULARISASI JANTUNG, Sistem Vena
nn, mcm sept 2005 67
Aliran Darah Koroner Sistole dan Diastole
Kontraksi jantung
Otot jantung memeras ke pusat ventrikel
Tekanan tinggi dalam ventrikel
Lapisan otot luar
menekan
Lapisan otot tengah
menekan
Otot subendokardial
menekan
Darah dalam ventrikel
nn, mcm sept 2005 68
Aliran Darah Koroner Sistole
Terdapat perbedaan tekanan pada setiap lapis otot jantung• Otot subendokardial = tekanan darah dalam ventrikel• Otot terluar = tekanan atmosfer
Tekanan intrakardial menekan pembuluh darah
subendokardial jauh lebih besar dibanding
pembuluh darah yang lebih luar
nn, mcm sept 2005 69
PERUBAHAN ALIRAN DARAH KORONER
SISTOLE : Penekanan kuat otot jantung
Aliran darah
DIASTOLE : Relaksasi otot jantung
Darah mengalir cepat
Penurunan aliran darah di ventrikel berlawanan dengan
aliran darah di semua jaringan tubuh yang lain
Aliran darah koroner : 225 ml / min (4-5 % CO)
nn, mcm sept 2005 70
PERUBAHAN ALIRAN DARAH KORONER SISTOLE DAN DIASTOLE
nn, mcm sept 2005 71
ALIRAN DARAH KORONER KANAN
KIRI
Aliran darah koroner
kiri > kanan
Aliran saat sistole <
diastole
Fase sistole pada
gambar dibatasi oleh
dua garis putus-putus
yang sejajar
nn, mcm sept 2005 72
PENGATURAN ALIRAN DARAH KORONER
A. Swadaya lokal1. Kebutuhan oksigen
2. CO2
3. Laktat
4. Adenosin
5. Ion Kalium dan Hidrogen
menyebabkan dilatasi ok
1. O2 otot jantung O2 koroner lemah, dilatasi
2. O2 otot jantung menghasilkan adenosin dilatasi
ATP P + ADP P + AMP P + ADENOSIN vasodilatasi koroner
P phosphat anorganik
Terjadi vasodilatasi
nn, mcm sept 2005 73
PENGATURAN ALIRAN DARAH KORONER
B. SARAF1. Parasimpatis pengaruhnya sangat kecil diabaikan
2. Simpatis : extensif
zat-zat transmitter simpatis :epinefrin dan norepinefrin berpengaruh pada pembuluh koroner, tgt
reseptor α konstriksi
reseptor β dilatasi
a. coronaria epicardial : res α > banyak
a. coronaria intramuscular : res β > banyak
nn, mcm sept 2005 74
PENGATURAN ALIRAN DARAH KORONER
RANGSANGAN SIMPATIS
Konstriksi a.epikardial
Dilatasi a. intramuskuler
BAGIAN TERBESAR aliran darah terjadi dalam
a. intramuskuler
EFFEK NETTO :
dilatasi koroner
Konstriksi a.epikardial res
Pada beberapa keadaan timbul: ISKEMIA MIOKARDIUM
NYERI ANGINA (Nyeri dada iskemik)
Dengan adanya: faktor metabo-lit dan kadar O2 (sebagai vaso dilator) maka beberapa detik akan kembali normal
nn, mcm sept 2005 75
POTENSIAL AKSI
YANG DICATAT OLEH ELEKTRODA
TERGANTUNG PADA :
1. Letak elektroda
2. Arah gerak dipole
3. Jarak antara elektroda dan sel otot
4. Tebal otot
nn, mcm sept 2005 76
SANDAPAN BIPOLER SANDAPAN STANDART
Bipolar standart limb lead untuk
beda potensial antara 2 tempat
Lead I, II, III (elektroda positif di LA
dan LL,
pada L I : RA negatif, LA positif,
pada L II : RA negatif, LL positif, dan
pada L III : LA negatif dan LL positif)
RL dihubungkan pada arde (ground)
Segitiga Einthoven : sama sisi
Rumus Einthoven : II = I + III
nn, mcm sept 2005 77
SANDAPAN UNIPOLER
Untuk mendapatkan sandpan unipolar, gabungan sandapan I, II, dan III disebut Terminal Sentral dan dianggap berpotensial nol. Potensial suatu elektroda yang dibandingkan dengan terminal sentral akan mendapat potensial mutlak, hal ini disebut sandapan unipolar.
1. Sandapan prekordial
V1, V2, V3, V4, V5 dan V6
2. Sandapan ekstremitas unipolar
aVR = Potensial RA
aVL = Potensial LA
aVF = Potensial LF
nn, mcm sept 2005 78
SANDAPAN UNIPOLER PREKORDIAL
V1 parasternal Ka, ICS 4
V2 parasternal Ki, ICS 4
V3 titik tengah V2 dan V4
V4 grs mid klavikula ICS 5
V5 grs aksila depan ICS 5
V6 grs aksila tengah ICS 5
Pada posisi normal V1 dan V2 gambaran epikardial kanan, V3 dan V4 gambaran septum interventrikel sedang V5 dan V6 merupakan gambaran ventikel kiri
nn, mcm sept 2005 79
SISTEM SUMBU FRONTAL
I = garis mendatar 0o
II = sudut +60o thd I
III = sudut +120o thd I
aVR = sudut -150o
aVL = sudut -30o
aVF = sudut +90o
Sudut + searah jam
Sudut – berlawanan arah jam
nn, mcm sept 2005 80
NILAI NORMAL DEVIASI FRONTAL
Normal Axis : -30o sd +110o
No Axis deviation : +30o sd +90o
Abnormal Left Axis Deviation : -30o sd -90o
Abnormal Right Axis Deviation: +110o sd +180o
atau : +110o sd –90o
nn, mcm sept 2005 81
HUBUNGAN SANDAPAN UNIPOLER DAN SANDAPAN SANDART
87.02
87.02
87.02
xIIIII
aVF
xIIII
aVL
xIII
aVR
nn, mcm sept 2005 82
HUBUNGAN SANDAPAN UNIPOLER DAN SANDAPAN SANDART
15.132
15.132
15.132
xaVLaVFIII
xaVRaVFII
xaVRaVLI
nn, mcm sept 2005 83
PENENTUAN SUMBU LISTRIK JANTUNG (1)
Pilih 2 sandapan yang saling tegak lurus misal I dan aVF
Tentukan jumlah aljabar dari defleksi dan gambarkan vektor QRS pada sumbu X untuk L I dan pada sumbu Y untuk aVF
Kemudian tentukan resultante kedua vektor
Sudut deviasi = arc tg (7/5) = 54,46°
nn, mcm sept 2005 84
PENENTUAN SUMBU LISTRIK JANTUNG (2)
Pilih sandapan dengan jumlah aljabar = nol (defleksi positif = negatif)
Sumbu jantung (QRS) tegak lurus pada sandapan itu.
Pada contoh aVL dengan jumlah aljabar = nol, sumbu listrik tegak lurus pada aVL, besar vektor tergantung pada jumlah aljabar vektor L I
nn, mcm sept 2005 85
PENENTUAN SUMBU LISTRIK JANTUNG (3)
Cara lain yang lebih tepat ialah menghitung luas area di bawah defleksi bukan hanya dari tinggi defleksi
Dari contoh :
Untuk L I R= 4 mm, lebar 1 mm luas = 0.5x4x1 tertulis 4, angka 0.5 di abaikan
S =- 4 mm,lebar 2 mm luas = 0.5x4x2 = - 8
Resultante = - 4
Untuk aVF resultante = + 4Sudut = arc tg (-4/+4) = -45° atau +135°
nn, mcm sept 2005 86
SISTEM SUMBU HORISONTAL
V6 = garis datar 0o
V5 = sudut + 22o
V4 = sudut + 47o
V3 = sudut + 58o
V2 = sudut + 94o
V1 = sudut + 115o
nn, mcm sept 2005 87
PENENTUAN SUMBU QRS HORISONTAL
Pilih cara II, cari sandapan dengan jumlah aljabar = nol
arah vektor akan tegak lurus pada sandapan ini. Jadi
tidak perlu menentukan sudut vektor.
Sandapan dengan jumlah aljabar = nol disebut sandapan
daerah transisi, normal pada V3 atau V4.
Bila daerah transisi pindah ke arah jarum jam (dilihat dari
tungkai) misal di V5 atau V6 sumbu QRS mangalami
rotasi searah jarum jam (clock wise rotation)
Bila pindah ke V2 rotasi lawan jarum jam.(counter clock
wise rotation)
nn, mcm sept 2005 88
PENENTUAN SUMBU QRS HORISONTAL
..
nn, mcm sept 2005 89
PENENTUAN SUMBU QRS HORISONTAL
…Dari arah kaki
Clockwise rotation
nn, mcm sept 2005 90
DASAR-DASAR ELEKTROKARDIOGRAM
Gel P gel pertama depolarisasi atrium
Gel Ta repolarisasi atrium, tertu tup QRS kecuali pada AV blok
Gel QRS depolarisasi ventrikel, berakhir pada “J point”
Gel T repolarisasi ventrikel
Gel U akibat repolarisasi ventrikel yg terlambat
P-R interval jarak awal P-QRS
P-R segment jarak akhir P-QRS
nn, mcm sept 2005 91
DASAR-DASAR ELEKTROKARDIOGRAM
J point / J junction akhir depolarisasi ventrikel isoelek trik
ST segment, pada isoelektrik, jarak antara J point dan awal T
P-P interval / R-R interval jarak antara 2 P berturutan atau jarak antara 2 R berturutan
CATATAN
Untuk gel ke atas dimulai bagian atas garis isoelektrik
Untuk gel ke bawah dimulai ba-gian bawah garis isoelektrik
nn, mcm sept 2005 92
DASAR EKG
Pada EKG anak dikenal interval (Q-oT) waktu antara awal Q dan awal T
Int Q-oT
nn, mcm sept 2005 93
DASAR-DASAR ELEKTROKARDIOGRAM
BENTUK GELOMBANG
Gel P berbentuk positif, negatif atau bifasik
Gel QRS terbagi jadi :
gel Q : defleksi negatif pertama
gel R : defleksi positif pertama, yg kedua disebut R’
gel S : defleksi negatif pertama setelah R, yg kedua S’
Untuk defleksi > 5 mm dipakai huruf besar Q R S, sedang yg < 5 mm dipakai huruf kecil q r s
nn, mcm sept 2005 94
INTERPRETASI EKG
URUTAN1. Frekuensi2. Irama3. Posisi jantung4. Bentuk, durasi dan voltase
a. gel Pb. PR segmenc. PR intervald. QRS kompleks
1. Gel Q2. Gel R3. Gel S4. J point
e. ST interval
f. ST segmen
g. gel T
h. gel U
5. Garis isoelektrik
6. Kelainan EKG
7. KESIMPULAN
8. KETERANGAN
nn, mcm sept 2005 95
HARGA NORMAL
RR interval
1. Jarak 2 gel R berturutan
2. Untuk menentukan frekuensi jantung (HR)
bila reguler gunakan rumus :
bila irreguler gunakan
mmik RRRRHR
int
1500
int
60
)(det
120
int201500
120
int2060
det mmxRRxRRHR
nn, mcm sept 2005 96
HARGA NORMALPR interval
1. Ukur konduksi AV
2. Awal gel P – awal QRS
3. 0.12 – 0.20 del (kadang sampai 0.22 det)
QRS kompleks
1. Mengukur waktu depolarisasi ventrikel
2. Awal Q – akhir S
3. Frontal 0.10 det, prekordial V2, V3 sampai 0.11 det
VAT (Ventricular Activating Time)
1. Awal Q sampai puncak R
2. Waktu melintasi miokard dari endokard ke epikard
3. V1-2 0.03 det dan V5-6 0.05 det
nn, mcm sept 2005 97
HARGA NORMAL
QT interval
1. Durasi elektrical systole
2. Awal Q – akhir T
3. Tergantung HR
4. Dikoreksi dengan menggunakan nomogram QTc
nn, mcm sept 2005 98
HARGA NORMAL
QT interval
1. Durasi elektrical systole
2. Awal Q – akhir T
3. Tergantung HR
4. Dikoreksi dengan menggunakan nomogram QTc
Bila QTobserv = 0.53 dan RR=0.9 det maka QTcorrected = 0.558 det
nn, mcm sept 2005 99
HARGA NORMAL
5. Atau menggunakan rumus :
558.09.0
53.0
RR
QTQTc
QT QT Interval (detik)
RR Jarak RR dalam detik
QTc QT Corrected
nn, mcm sept 2005 100
ABNORMALITAS EKG
Abnormalitas Atrium Kanan (AAKa)Tinjauan vektor:1. Frontal : sumbu P bereser ke kanan2. Horisontal : P bergeser lawan jarum jamKriteria :P tinggi dan lancip di II, III dan aVF, 2.5mm, interv > 0.11Defleksi bawah di V1 1.5 mm
nn, mcm sept 2005 101
ABNORMALITAS EKGAbnormalitas Atrium Kiri (AAKi)
Tinjauan vektor1. Frontal : sumbu P bergeser ke kiri2. Horisontal : P bergeser kearah jarum jamKriteria Interval P di II 0.12 det, gel P sering melekukDefleksi terminal di V1 negatif, dg lebar 0.04 det,
dalam > 1 mm kriteria Morris
Bentuk P pada AAKi disebut P mitrale
nn, mcm sept 2005 102
ABNORMALITAS EKGHipertrofi Ventrikel Kiri (HVKi)
Tinjauan vektor
1. Vektor QRS membesar ukurannya
2. Frontal : sumbu QRS bergeser ke kiri
3. Horisontal : sumbu bergeser ke lawan jarum jam
Kriteria HVKi
1. Kriteria voltase: salah satu dari 4
a. R atau S di sandapan ekstremitas 20 mm
b. S di komplek Vka 25 mm
c. R di komplek Vki 25 mm
d. S di Vka + R di Vki 35 mm
nn, mcm sept 2005 103
ABNORMALITAS EKGhipertrofi ventrikel kiri
Kriteria EKG HVKi (lanjutan)
2. Depresi ST dan inversi T di komplek Vki (strain pattern)
3. AAKi
4. Sumbu QRS frontal - 15o
5. Interval QRS atau VAT di komplek Vki panjang
interval QRS 0.09 det, VAT 0.04 det
Skoring ROMHILT-ESTES
1 = nilai 3
2 = nilai 3
3 = nilai 3
4 = nilai 2
5 = nilai 1
Bila jumlah >= 5 definitif HVKi
Bila jumlah = 4 mungkin HVKi
nn, mcm sept 2005 104
ABNORMALITAS EKGhipertrofi ventrikel kiri
..
nn, mcm sept 2005 105
ABNORMALITAS EKGHipertrofi Ventrikel Kanan (HVKa)
Tinjauan vektor1. Frontal : bergeser ke kanan2. Horisantal : bergeser arah jarum jamKriteria :1. Ratio R/S terbalik: R/S di V1 > 1, di V6 < 12. VAT di V1 > 0.035 det, depresi ST, inversi T di V1, I,II, IIIHVKa dibagi menjadi 3 :1. Tipe A : R tinggi, deprest ST, inversi T di V1, V22. Tipe B : terdapat R/S HVKa yang sedang3. Tipe C : terda[at rsR yang meupakan blok cabang kanan in
komlit (incomlete RBBB) adanya hipertrofi jalur keluar dari ventrikel kanan
nn, mcm sept 2005 106
ABNORMALITAS EKGhipertrofi ventrikel kanan
nn, mcm sept 2005 107
DEFEK KONDUKSI INTRAVENTIKULER
Terbagi :
1. Blok Cabang Berkas Kanan (RBBB)
2. Blok Cabang Berkas Kiri (LBBB)
3. Blok intraventrikuler non spesifik
4. Blok Fasikuler
Yang dibahas nomer 1 dan 2
nn, mcm sept 2005 108
BLOK CABANG BERKAS KANAN (BCBKa)
TINJAUAN VEKTOR Depolarisasi Vka terlambat, septum depol lalu kiri dulu. Fase akhir, vektor berasal dari Vka ke depan (bidang H) dan ke kanan (bid F)
Kriteria :
1. Interval QRS panjang >= 0.10 det
2. S lebar di I dan V6
3. R’ lebar di V1
nn, mcm sept 2005 109
BLOK CABANG BERKAS KIRI (BCBKi)
TINJAUAN VEKTOR
1. QRS bergeser ke kiri (bid F) ke arah belakang (bid H)
Kriteria :
1. Intv QRS >= 0.10 dt
2. Gel R lebar di I, V5, V6 dg VAT > 0.08
3. rS atau QS di V1 + rotasi jarum
nn, mcm sept 2005 110
PENYAKIT JANTUNG KORONERTingkat kerusakan jantung
1. Iskemia, paling ringan, reversibel
2. Injuri, lebih berat, reversibel
3. Nekrosis, kelainan irrever sibel, rusak permanen.
Iskemia dan injuri kelainan saat repolarisasi pada segmen ST dan gel T
Nekrosis gangguan depol. Berbagai derajat iskemia pada infark miokard
nn, mcm sept 2005 111
ISKEMIA
KRITERIA : Depresi ST
a. Horisontal
b. Landai ke bawah
c. Landai ke atas kurang spesifik
Bila depresi > 1 mm, bermakna
nn, mcm sept 2005 112
ISKEMIA
Inversi T
T negatif berlawanan dengan QRS
T negatif, lancip dan simetris
nn, mcm sept 2005 113
ISKEMIA
nn, mcm sept 2005 114
ISKEMIA
nn, mcm sept 2005 115
INFARK
//
nn, mcm sept 2005 116
INFARK MIOKARD AKUT EVOLUSI
nn, mcm sept 2005 117
INFARK ANTERO POSTERIOR
nn, mcm sept 2005 118
HIPOKALEMIA
nn, mcm sept 2005 119
HIPERKALEMIA
nn, mcm sept 2005 120
HIPER HIPOKALCEMIA
nn, mcm sept 2005 121
DIGITALIS
nn, mcm sept 2005 122
PERIKARDITIS
nn, mcm sept 2005 123
LOKASI INFARK