Download - Bela Negara.docx
1
SEMANGAT BELA NEGARA : YANG DULU DAN
SEKARANG
Disusun oleh kelompok:
No Nama Lengkap NRP Tugas Keterangan
1 Dwi Adi Mukti H54120032 Ketua
2 Andi M. Noor Iksan A34120014 Moderator
3 Siti Nuraeni E44120054 Notulen 1
4 Umi Astutik A34120024 Notulen 2
5 Nugrah Hadi Sukesna E44120045 Operator
Hari : Jum’at Pukul : 07:00 s/d 08:40
Tanggal : 22 Februari 2013 Tempat : RK CCR 2.13
DIREKTORAT TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak,
untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dalam pembahasan maupun penulisannya. Oleh karenanya kami dengan
sangat terbuka menerima kritik dan saran guna memperbaiki kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Februari 2013
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbangnya kekuasaan Soeharto di era orde lama menandakan masa otoriter
telah berakhir. Munculah era reformasi yang membawa banyak perubahan di hampir
segala bidang di Republik Indonesia. Ada perubahan yang positif dan bermanfaat bagi
masyarakat, tapi tampaknya ada juga yang negatif dan pada gilirannya akan merugikan
bagi keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suasana
keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi dari segala
penjuru dunia seolah tidak terbendung. Berbagai ideologi, mulai dari ekstrim kiri
sampai ke ekstrim kanan, menarik perhatian bangsa kita, khususnya generasi muda,
untuk dipelajari, dipahami dan diterapkan dalam upaya mencari jati diri bangsa setelah
selama lebih dari 30 tahun merasa terbelenggu oleh sistem pemerintahan yang otoriter.
Salah satu dampak buruk dari reformasi adalah memudarnya semangat
nasionalisme dan kecintaan pada negara. Perbedaan pendapat antar golongan atau
ketidaksetujuan dengan kebijakan pemerintah adalah suatu hal yang wajar dalam suatu
sistem politik yang demokratis. Namun berbagai tindakan anarkis, konflik SARA dan
separatisme yang sering terjadi dengan mengatas namakan demokrasi menimbulkan
kesan bahwa tidak ada lagi semangat kebersamaan sebagai suatu bangsa. Kepentingan
kelompok, bahkan kepentingan pribadi, telah menjadi tujuan utama. Semangat untuk
membela negara seolah telah memudar.
Bela Negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-
olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara
Nasional Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan
hak dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia. Bela negara adalah upaya
setiap warga negara untuk mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman
baik dari luar maupun dalam negeri.
UU no 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara RI mengatur tata cara
penyelenggaraan pertahanan negara yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia
(TNI) maupun oleh seluruh komponen bangsa. Upaya melibatkan seluruh komponen
bangsa dalam penyelenggaraan pertahanan negara itu antara lain dilakukan melalui
4
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. Di dalam masa transisi menuju masyarakat
madani sesuai tuntutan reformasi, tentu timbul pertanyaan apakah Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara masih relevan dan masih dibutuhkan. Makalah ini akan
mencoba membahas tentang memudarnya kesadaran Bela Negara di era reformasi dan
dalam rangka menghadapi era globalisasi abad ke 21.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut
1. Apa yang terjadi terhadap masyarakat Indonesia di era reformasi ini setelah era orde
lama runtuh dan otoriterisme berakhir?
2. Apa masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dalam proses menuju negara
yang madani?
3. Mengapa peranan masyarakat dalam bela negara di era reformasi ini cenderung
semakin berkurang?
4. Apa yang seharusnya dilakukan agar kesadaran masyarakat akan bela negara dapat
meningkat?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui kondisi masyarakat Indonesia di era reformasi setelah runtuhnya orde
lama khusunya dalam peran masyarakat dalam bela negara.
2. Mengenali masalah-masalah yang sebenarnya dihadapi oleh masyarakat Indonesia
dalam proses menuju negara yang madani.
3. Penyebab-penyebab yang mengakibatkan semakin memudaranya peran masyarakat
akan bela negara.
4. Cara-cara menumbuhkan kesadaran akan pentingnya bela negara bagi masyarakat
Indonesia.
Makalah ini diharapkan memberikan informasi tentang betapa pentingnya kesadaran
akan bela negara bagi setiap insan masyarakat Indonesia dalam hal mempertahankan
kesatuan dan persatuan bangsa.
1.4. Alasan pemilihan judul
5
Pada tugas makalah ini kami mengangkat judul semangat bela Negara yang dulu
dan sekarang karena akhir-akhir ini tingkat semangat bela Negara sangat
memprihatinkan. Realita yang terjadi sekarang ini adalah banyak terdapan kepentingan
pribadi dan kelompok yang mengatas namakan semangat bela Negara. Hal ini merusak
semangat bela Negara yang telah ditanamkan oleh generasi sebelumnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bela Negara
6
Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau
seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi
negara tersebut. (Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia).
Secara singkat, bela negara bisa diartikan sebagai sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
2.2.Pengertian Warga Negara
Warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. (UUD 1945 Pasal
26 ayat 1).
Dalam hubungan internasional di setiap wilayah Negara selalu ada warga
Negara dan orang asing yang semuanya disebut penduduk. Setiap warga Negara
adalah penduduk suatu Negara, sedangkan setiap penduduk belum tentu warga
Negara, karena mungkin seorang asing. Sedangkan seorang asing hanya mempunyai
hubungan selama dia bertempat tinggal di wilayah Negara tersebut.
2.3. Landasan Hukum Bela Negara
1. Landasan Idiil : Pancasila
2. Landasan Konstitusional :
1. Pasal 27 ayat 3 UUD 1945, berbunyi : “Setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
2. Pasal 30 ayat 1 UUD 1945, berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib iktu serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
3. Pasal 30 ayat 2 UUD 1945, berbunyi : “usaha pertahanan dan keamanan
negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat-semesta
oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. ”
4. Pasal 30 ayat 3 UUD 1945, berbunyi : “Tentara Nasional Indonesia teridiri
atas angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara sebagai alat negara
7
bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.”
5. Pasal 26 ayat 1 UUD 1945, berbunyi : “Yang menjadi warga negara iala
orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.”
2.4. Unsur Dasar Bela Negara
Segala sesuatu yang ada, pasti mempunyai dasar dan titik acuan. Begitu pun
dengan bela egara memliki unsur dasar dalam bela egara, yaitu :
1. Cinta Tanah Air
2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai egaray egara
4. Rela berkorban untuk bangsa & egara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara
2.5. Bentuk-bentuk Bela Negara
Bentuk-bentuk usaha pembelaan negara sangat penting untuk menjamin
kedaulatan negara, Keutuhan wilayah NKRI dan berbagai ancaman terhadap bangsa.
Oleh karena itu setiap warga negara perlu memahami berbagai bentuk usaha
pembelaan negara dalam rangka melaksanakan peran serta dalam usaha pembelaan
negara.
Bentuk penyelenggaraan usahan pembelaan negara . Menurut pasal 9
ayat (2) UURI nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara keikutsertaan warga
negara dalam usaha pembelaannegara diselenggarakan melalui:
a. Pend id ikan Kewarganega raan
b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
c. Pengabdian sebagai prajurit tentara nasional indonesia secara suka rela atau
secara wajib
d. Pengabdian sesuai dengan profesi
Dalam pasal 37 ayat (1) UU RI nomor 3 tahun 2003 dijelaskan, bahwa
pendidikan kewarganegaan dimaksudkan untuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dari uraian
diatas, jelaskan bahwa pembentukan rasa kebangsaan dan cinta tanah
8
air peserta didik dapat dibina melalui pendidikan kewarganegaraan. Dengan
demikian pembinaan kesadara bela negara melalui pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membina dan meningkatkan usaha
pertahanan negara. Pendidikan kewarganegaraan mendapat tugas untuk
menanamkan komitmen kebangsaan, termasuk mengembangkan nilai dan
perilaku demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga negara Indonesia.
Selain TNI, salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan
dasar militer adalah unsur mahasiswa yang tersusun dalam organisasi resimen
mahasiswa (Menwa) bela negara.
2.6. Upaya Bela Negara
Pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara". Konsep Bela Negara dapat diuraikan
yaitu secara fisik maupun non-fisik.
2.6.1. Bela Negara Secara Fisik
Bela negara secara fisik adalah pembelaan yang dilakukan oleh tiap-tiap warga
negara terhadap setiap hambatan, gangguan, tantangan, dan ancaman bagi kelangsungan
hidup bangsa dan negara yang dilakukan berdasarkan kekuatan militer dan kekuatan
rakyat yang bersenjata yang diatur dengan undang-undang. Misalnya dengan cara
"memanggul bedil" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela Negara secara fisik
dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar
Keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara merupakan
hak dan kewajiban konstitusional setiap warga negara Republik Indonesia. Tapi, seperti
diatur dalam UU no 3 tahun 2002 dan sesuai dengan doktrin Sistem Pertahanan Semesta,
maka pelaksanaannya dilakukan oleh Rakyat Terlatih (Ratih) yang terdiri dari berbagai
unsur misalnya Resimen Mahasiswa, Perlawanan Rakyat, Pertahanan Sipil, Mitra
Babinsa, OKP yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer dan lainnya. Rakyat
Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat,
Keamanan Rakyat dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya
dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di
9
mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sementara fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan
dalam keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur
bagi pasukan reguler TNI dan terlibat langsung di medan perang.
Apabila keadaan ekonomi nasional telah pulih dan keuangan negara
memungkinkan, maka dapat pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan
Wajib Militer bagi warga negara yang memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak
negara maju di Barat. Mereka yang telah mengikuti pendidikan dasar militer akan
dijadikan Cadangan Tentara Nasional Indonesia selama waktu tertentu, dengan masa
dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-kursus
penyegaran. Dalam keadaan perang, mereka dapat dimobilisasi dalam waktu singkat
untuk tugas-tugas tempur maupun tugas-tugas teritorial. Rekrutmen dilakukan secara
selektif, teratur dan berkesinambungan. Penempatan tugas dapat disesuaikan dengan latar
belakang pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil misalnya dokter
ditempatkan di Rumah Sakit Tentara, pengacara di Dinas Hukum, akuntan di Bagian
Keuangan, penerbang di Skwadron Angkutan, dan sebagainya. Gagasan ini bukanlah
dimaksudkan sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tapi memperkenalkan "dwi-
fungsi sipil". Maksudnya sebagai upaya sosialisasi "konsep bela negara" di mana tugas
pertahanan keamanan negara bukanlah semata-mata tanggung jawab TNI, tapi adalah hak
dan kewajiban seluruh warga negara Republik Indonesia.
2.6.2. Bela Negara Secara Non-Fisik
Bela Negara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk
mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan
kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta
berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara. Pembelaan yang dilakukan oleh
tiap-tiap warga negara atas dasar kesadaran hak, kewajiban dan kehormatan berdasarkan
profesi dan kemampuan masing-masing untuk meningkatkan ketahanan nasional agar
mampu mengantisipasi segala bentuk hambatan, gangguan, tantangan dan ancaman baik
terhadap idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan.
10
Bela negara tidak selalu harus berarti "memanggul bedil menghadapi musuh".
Keterlibatan warga negara sipil dalam bela negara secara non-fisik dapat dilakukan
dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara:
a. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti
demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan
kehendak
b. menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada
masyarakat
c. berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan
retorika)
d. meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
e. pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-
pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa
Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt melalui ibadah sesuai
agama/kepercayaan masing- masing
Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam melakukan bela
negara secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik yang pada gilirannya
merupakan ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan bagi keamanan negara dan
bangsa kiranya akan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Kegiatan bela
negara secara non-fisik sebagai upaya peningkatan Ketahanan Nasional juga sangat
penting untuk menangkal pengaruh budaya asing di era globalisasi abad ke 21 di mana
arus informasi (atau disinformasi) dan propaganda dari luar akan sulit dibendung akibat
semakin canggihnya teknologi komunikasi.
2.7. Motivasi Dalam Pembelaan Negara
Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga negara akan
hak dan kewajibannya. Kesadarannya demikian perlu ditumbuhkan melalui proses
motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
11
Proses motivasi untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika setiap warga
memahami keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya. Disamping itu setiap
warga negara hendaknya juga memahami kemungkinan segala macam ancaman
terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia. Dalam hal ini ada beberapa dasar
pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan motivasi setiap warga negara untuk
ikut serta membela negara Indonesia.
1. Pengalaman sejarah perjuangan RI
2. Kedudukan wilayah geografis Nusantara yang strategis
3. Keadaan penduduk (demografis) yang besar
4. Kekayaan sumber daya alam
5. Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan
6. Kemungkinan timbulnya bencana perang
2.8. Pelaksanaan Pertahanan negara
Sishankamrata (sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta) yaitu suatu
sistem pertahanan yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya
nasional lainnya yang diselenggarakan secara total, terarah, terpadu, dan berkelanjutan
untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman.
2.9. Partisipasi Warga Negara :
1. Siskamling
2. Ikut serta menanggulangi akibat bencana alam
3. Ikut serta mengatasi kerusuhan masal dan konfik
4. Keamanan rakyat yaitu partisipasi rakyat langsung dibidang keamanan dan
ketertiban
5. Perlawanan rakyat yaitu bentuk pastisipasi rakyat langsung dalam bidang
pertahanan
6. Pertahanan sipil (hansip) yaitu kekuatan rakyat yang merupakan kekuatan
pokok unsur-unsur perlindungan masyarakat yang dimanfaatkan dalam
menghadapi bencana akibat perang dan bencana alam.
12
3. Semangat Bela Negara dari Masa ke Masa
Seperti yang kita ketahui, semangat bela Negara merupakan hal terpenting dan
menjadi kunci kekuasaan dan kedaulatan sebuah Negara. Semangat bela Negara dapat
diukur dari seberapa peduli rakyat terhadap apa yang terjadi di negaranya. Negara yang
selalu mengalami krisis, entah itu krisis identitas nasional, krisis keamanan atau bahkan
krisis ekonomi biasanya memiliki tingkat semangat bela Negara yang rendah. Semangat
bela Negara dapat dianalogikan seperti lautan, kadang pasang dan terkadang surut. Bila
penyebab pasang surut air laut adalah gravitasi bulan, salah satu penyebab pasang
surutnya semangat bela Negara rakyat suatu Negara adalah kesadaran bernegara
(nasionalisme) yang didasari keinginan memperoleh kehidupan bernegara yang lebih
baik. Semangat bela Negara di Indonesia sendiri telah mangalami pasang surut sejak
zaman penjajahan hingga zaman reformasi sekarang ini.
Pasang surutnya Semangat bela Negara Indonesia semakin terlihat jelas pada
zaman reformasi sekarang ini dimana mengalami penurunan sejak zaman orde baru.
Dibuktikan dengan semakin banyaknya kasus-kasus sengketa pulau yang berakhir
dengan lepasnya pulau terluar Indonesia, semakin banyak kasus kekerasan warga sipil
oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab khususnya di Papua, tidak diperhatikannya
kesejahteraan rakyat di daerah perbatasan, serta banyak lagi kasus-kasus lainnya.
Semangat bela Negara di negeri ini dapat kita lihat dari masa sebelum penjajahan,
penjajahan, pasca merebut dan menpertahankan kemerdekaan, mengisi kemerdekaan
serta reformasi.
3.1. Masa Sebelum Penjajahan
Selama tahun 400 Masehi sampai dengan tahun 1617, terdapat banyak kerajaan di
Bumi Persada Nusantara ini. Seperti kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Kediri,
Singasari, Majapahit, Samudera Pasai, Aceh, Demak, Mataram, Goa dan lain-Iain.
Kerajaan tersebut merupakan kerajaan-kerajaan yang terbesar yang pernah ada di sejarah
kehidupan bangsa ini serta memberi pengaruh besar terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui budaya serta adat istiadatnya. Nilai yang terkandung pada era sebelum
penjajahan adalah rakyat yang memiliki semangat bela Negara yang tinggi dengan cara
patuh dan setia kepada rajanya, membendung penjajah dan menjunjung tinggi
kehormatan dan kedaulatan sebagai bangsa monarki yang merdeka di bumi Nusantara.
13
3.2. Masa selama Penjajahan
Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa asing mulai tahun 1511 sampai dengan
1945 yaitu bangsa Portugis, Belanda, inggris dan Jepang. Selama penjajahan peristiwa
yang menonjol adalah tahun 1908 yang dikenal sebagai Gerakan Kebangkitan Nasional
Pertama, yaitu lahirnya organisasi pergerakan Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr.
Sutomo Dan Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dan 20 tahun kemudian pada tanggal 28
Oktober 1928 ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda sebagai titik awal dari
kesadaran masyarakat untuk berbangsa Indonesia, dimana putra putri bangsa Indonesia
berikrar : “BERBANGSA SATU, BERTANAH AIR SATU, DAN BERBAHASA SATU
: INDONESIA”. Pernyataan ikrar ini mempunyai nilai tujuan yang sangat strategis di
masa depan yaitu persatuan dan kesatuan Indonesia serta menjadi bagian penting
semangat bela Negara ini. Niiai yang terkandung selama penjajahan adalah Harga diri,
solidaritas, persatuan dan kesatuan, serta jati diri bangsa.
3.3. Masa Merebut dan Mempertahankan Kemerdekaan.
Dimulai dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1949; dimana pada tanggal 8
Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang me!alui Perjanjian Kalijati.
Selama penjajahan Jepang pemuda ¬pemudi Indonesia dilatih dalam olah kemiliteran
dengan tujuan untuk membantu Jepang memenangkan Perang Asia Timur Raya.
Pelatihan tersebut melalui Seinendan, Heiho, Peta dan lain-lain, sehingga pemuda
Indonesia sudah memiliki bekal kemiliteran.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu disebabkan
dibom atomnya kota Hirosima dan Nagasaki. Kekalahan Jepang kepada Sekutu dan
kekosongan kekuasaan yang terjadi di Indonesia digunakan dengan sebaik-baiknya oleh
para pemuda Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Dengan semangat juang yang tidak
kenal menyerah yang dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
keikhlasan berkorban telah terpatri dalam jiwa para pemuda dan rakyat Indonesia untuk
merebut kemerdekaannya, yang kemudian diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945 oleh Soekarno-Hatta.
Setelah merdeka bangsa Indonesia harus menghadapi Belanda yang ingin
menjajah kembali Indonesia dengan melancarkan aksi militernya pada tahun 1948 (Aksi
14
Militer Belanda Pertama) dan tahun 1948 (Aksi Militer Belanda Kedua), dan
pemberontakan PKI Madiun yang didalangi oleh Muso dan Amir Syarifuddin pada tahun
1948. Era merebut dan mempertahankan kemerdekaan mengandung nilai juang yang
paling kaya dan lengkap sebagai titik kulminasinya adalah pada perang Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Nilai-nilai kejuangan yang terkandung dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan ‘adalah sebagai berikut :
1. Nilai kejuangan relegius (iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa).
2. Nilai kejuangan rela dan ikhlas berkorban.
3. Nilai kejuangan tidak mengenal menyerah.
4. Nilai kejuangan harga diri.
5. Nilai kejuangan percaya diri.
6. Nilai kejuangan pantang mundur.
7. Nilai kejuangan patriotisme.
8. Nilai kejuangan heroisme.
9. Nilai kejuangan rasa senasib dan sepenanggungan.
10. Nilai kejuangan rasa setia kawan.
11. Nilai kejuangan persatuan dan kesatuan.
12. Nilai kejuangan nasionalisme dan cinta tahah air
3.4. Era Mengisi Kemerdekaan.
Pada awal mengisi kemerdekaan timbul berbagai masalah antara lain timbul
pergantian kabinet sebanyak 27 kali dan terjadinya berbagai pemberontakan-
pemberontakan’i seperti : DIITII, APRA, RMS, Andi Azis, Kahar Muzakar,
PRRI/Permesta, dan lain-lain serta terjadinya berbagai penyimpangan dalam
penyelenggaraan negara sehingga timbul Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 untuk
kembali pada UUD 1945, penyimpangan y’ang sangat mendasar adalah mengubah
pandangan hidup bangsa Indonesia Pancasila menjadi ideologi Komunis, yaitu dengan
meletusnya peristiwa G30S/PKI. Peristiwa ini dapat segera ditumpas berkat perjuangan
TNI pada waktu itu bersama-sama rakyat, maka lahir Orde Baru yaitu kembali kepada
tatanan kehidupan yang baru dengan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
mumi dan konsekuen.
15
Selama Orde Baru pembangunan berjalan lancar, tingkat kehidupan rakyat
perkapita naik, namun penyelenggaraan negara dan rakyat bermental kurang baik
sehingga timbul korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) mengakibatkan krisis keuangan,
krisis ekonomi dan krisis moneter serta akhimya terjadi krisis kepercayaan yang ditandai
dengan turunnya Kepemimpinan Nasional, kondisi tersebut yang menjadi sumber pemicu
terjadinya gejolak sosial. Kondisi demikian ditanggapi oleh mahasiswa dengan aksi-aksi
dan tuntutan “Reformasi”, yang pada hakekatnya reformasi adalah perubahan yang
teratur, terencana, terarah dan tidak merubah/menumbangkan suatu yang sifatnya
mendasar
3.5. Masa Reformasi
Era reformasi membawa banyak perubahan di hampir segala bidang di Republik
Indonesia. Ada perubahan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat, tapi tampaknya
ada juga yang negatif dan pada gilirannya akan merugikan bagi keutuhan wilayah dan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca
pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi dari segala penjuru dunia seolah
tidak terbendung. Berbagai ideologi, mulai dari ekstrim kiri sampai ke ekstrim kanan,
menarik perhatian bangsa kita, khususnya generasi muda, untuk dipelajari, dipahami dan
diterapkan dalam upaya mencari jati diri bangsa setelah selama lebih dari 30 tahun
merasa terbelenggu oleh sistem pemerintahan yang otoriter.
Salah satu dampak buruk dari reformasi adalah memudarnya semangat
nasionalisme dan kecintaan pada negara. Perbedaan pendapat antar golongan atau
ketidaksetujuan dengan kebijakan pemerintah adalah suatu hal yang wajar dalam suatu
sistem politik yang demokratis. Namun berbagai tindakan anarkis, konflik SARA dan
separatisme yang sering terjadi dengan mengatas namakan demokrasi menimbulkan
kesan bahwa tidak ada lagi semangat kebersamaan sebagai suatu bangsa. Kepentingan
kelompok, bahkan kepentingan pribadi, telah menjadi tujuan utama. Semangat untuk
membela negara seolah telah memudar.
Akhir-akhir ini ditengarai bahwa semangat nasionalisme dan patriotisme,
khususnya di kalangan generasi muda Indonesia telah memudar. Beberapa indikasi
memudanya semangat bela neggara antara lain adalah munculnya semangat kedaerahan
seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah; ketidakpedulian terhadap bendera dan
16
lagu kebangsaan; kurangnya apresiasi terhadap kebudayaan dan kesenian daerah; konflik
antar etnis yang mengakibatkan pertumpahan darah.
Ketidak mampuan pemerintah pasca Orde Baru untuk mengatasi krisis
multidimensional sering dijadikan "kambing hitam" penyebab memudarnya
nasionalisme. Banyak orang yang tidak merasa bangga menjadi orang Indonesia akibat
citra buruk di dunia internasional sebagai "sarang koruptor" dan "sarang teroris". Banyak
orang yang enggan membela negara dengan alasan "saya dapat dari negara?" Presiden
John F. Kennedy dari Amerika Serikat pernah mengatakan, "don't ask what your country
can do for you, ask what can you do for your country!" (jangan tanyakan apa yang dapat
dilakukan oleh negaramu untukmu, tapi tanyakan apa yang dapat kamu lakukan untuk
negaramu!) Semangat seperti itu seharusnya juga berlaku bagi semua warga Negara
Indonesia. Ada semacam kekeliruan pandangan bahwa negara identik dengan
pemerintah. Setiap warga negara boleh saja tidak setuju dengan kebijakan pemerintah,
tapi dia tetap berhak dan wajib membela negaranya.
Memudarnya nasionalisme dan patriotisme mungkin juga disebabkan oleh
tiadanya penghayatan atas arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Perayaan hari
Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus selama berpuluh tahun terkesan hanya sebagai
ritual upacara bendera yang membosankan. Tradisi "hura-hura" lomba makan krupuk dan
panjat pinang, panggung hiburan yang dari tahun ke tahun hanya diisi oleh vocal group
remaja setempat di setiap RT di seluruh tanah air dan gapura yang mencantumkan
slogan-slogan kosong di setiap ujung gang. Yang lebih memprihatinkan, di tengah krisis
ekonomi yang berlarut-larut ini, hari Kemerdekaan dirayakan dengan kembang api.
Betapa tidak nasionalis dan tidak patriotisnya, membakar uang puluhan juta rupiah
sementara sebagian besar rakyat tengah menderita. Sedikit sekali kelompok masyarakat
yang merayakan hari Kemerdekaan dengan acara syukuran dan do'a bersama mengingat
jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa mereka untuk mencapai
kemerdekaan ini.
Demikian pula Sumpah Pemuda, yang sebenarnya adalah modal awal persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia jauh sebelum kemerdekaan, kini seolah hanya merupakan
pelajaran sejarah yang tidak pernah dihayati dan diamalkan. Munculnya gerakan
separatisme dan konflik antar etnis membuktikantidak adanya kesadaran bahwa kita
adalah satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Harus diakui bahwa ada faktor-faktor
17
politis, ekonomi dan psikologis yang menyebabkan gerakan-gerakan separatis maupun
konflik antaretnis itu, misalnya masalah ketidak adilan sosial dan ekonomi, persaingan
antar kelompok dan sebagainya. Kurang tanggapnya pemerintah baik di pusat maupun
daerah untuk mengantisipasi atau segera menangani berbagai permasalahan itu
menyebabkan tereskalasinya suatu masalah kecil menjadi konflik yang berkepanjangan.
4. Masalah Yang Menyebabkan Melemahnya Semangat Bela Negara
Di era globlalisai telah lahir berbagai kemajuan teknologi.Kemajuan teknologi
dan globalisasi ini membawa dua dampak,yakni positif dan negatif. Dampak positif
terlihat pada kemudahan segala sesuatu yang dikerjakan orang, seperti komponen mesin-
mesin untuk meringankan kegiatan manusia. Namun,arus globlalisasi juga membawa
dampak nilai negatif yang terkadang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Nilai-nilai
itu dapat melahirkan ancaman terhadap negara, baik dalam bidang politik, pertahanan
dan keamanan, wawasan nusantara, persatuan dan kesatuan bangsa, lemahnya semangat
juang , serta pudarnya jiwa patriotism dan nasionalisme di kalangan kaum muda. Dan
akhir-akhir ini ditengarai bahwa semangat nasionalisme dan patriotisme, khususnya di
kalangan generasi muda Indonesia benar – benar telah memudar.
Beberapa indikasi antara lain
Konflik antar etnis yang mengakibatkan pertumpahan darah
Munculnya semangat kedaerahan seiring dengan diberlakukannya otonomi
daerah
Terkikisnya penghargaan terhadap budaya sendiri dan bangga terhadap arus
budaya asing
Kurangnya apresiasi terhadap kebudayaan dan kesenian daerah
Ketidakpedulian terhadap bendera dan lagu kebangsaan
Disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen
kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan
pemerintah pusat
Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan huru-hara/kerusuhan
massa
18
Tumbuhnya sikap egois (mementingkan diri sendiri) serta Makin tipisnya
kepekaan sosial.
Ketidak mampuan pemerintah pasca Orde Baru untuk mengatasi krisis
multidimensional sering dijadikan "kambing hitam" penyebab memudarnya
nasionalisme. Banyak orang yang tidak merasa bangga menjadi orang Indonesia akibat
citra buruk di dunia internasional sebagai "sarang koruptor" dan "sarang teroris".
Memudarnya nasionalisme dan patriotisme juga disebabkan oleh tiadanya
penghayatan atas arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Perayaan hari
Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus selama berpuluh tahun terkesan hanya sebagai
ritual upacara bendera yang membosankan. Tradisi "hura-hura" lomba makan krupuk dan
panjat pinang, panggung hiburan yang dari tahun ke tahun hanya diisi oleh vocal group
remaja setempat di setiap RT di seluruh tanah air dan gapura yang mencantumkan
slogan-slogan kosong di setiap ujung gang. Yang lebih memprihatinkan, di tengah krisis
ekonomi yang berlarut-larut ini, hari Kemerdekaan dirayakan dengan kembang api.
Betapa tidak nasionalis dan tidak patriotisnya, membakar uang puluhan juta rupiah
sementara sebagian besar rakyat tengah menderita. Sedikit sekali kelompok masyarakat
yang merayakan hari Kemerdekaan dengan acara syukuran dan do'a bersama mengingat
jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa mereka untuk mencapai
kemerdekaan ini.
Demikian pula Sumpah Pemuda, yang sebenarnya adalah modal awal persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia jauh sebelum kemerdekaan, kini seolah hanya merupakan
pelajaran sejarah yang tidak pernah dihayati dan diamalkan. Munculnya gerakan
separatisme dan konflik antar etnis membuktikan tidak adanya kesadaran bahwa kita
adalah satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Harus diakui bahwa ada faktor-faktor
politis, ekonomi dan psikologis yang menyebabkan gerakan-gerakan separatis maupun
konflik antar etnis itu, misalnya masalah ketidakadilan sosial dan ekonomi, persaingan
antar kelompok dan sebagainya. Kurang tanggapnya pemerintah baik di pusat maupun
daerah untuk mengantisipasi atau segera menangani berbagai permasalahan itu
menyebabkan tereskalasinya suatu masalah kecil menjadi konflik yang berkepanjangan.
19
Bukti melemahnya semangat bela negara dapat kita lihat dari segelintir persoalan
ini,sebagai contoh di perkotaan, karena bagian yang sangat cepat dengan informasi
walaupun desa juga tidak bisa dilepakan dari konteks ini, hal ini bisa kita lihat semakin
minimnya pemuda di perkotaan yang menghormati nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan
lebih bangga dengan budaya atau simbol-simbol bangsa lain, semakin banyaknya
pemuda yang melakukan perilaku menyimpang dan penggunaan NARKOBA, dan
kondisi ini diperparah dengan minimnya kesadaran sosial dan perhatian kepada sesama
yang ditunjukkan dengan semakin individualisnya pemuda itu sendiri di tengah-tengah
masyarakat.selain itu budaya yang dilakoni kebanyakan pemuda di perkotaan merupakan
salah satu indikasi betapa kuatnya budaya asing merubah budaya kita dalam kehidupan
pemuda lewat arus besar globalisasi. Pemuda kita tidak lagi bangga dengan kekayaan
budaya yang dimilikinya, seolah-olah, segala sesuatu yang datangnya dari luar
merupakan sesuatu yang paling baik, berupa bahasa, bertutur dan berpikir,tanpa
melakukan penyaringan lebih dahulu. Kecenderungan pemuda menyebutnya dengan
trend saat ini, padahal tidak kita disadari, ini merupakan bahaya laten yang akan merusak
generasi kita (pemuda). Hal ini menandakan lemahnya kesadaran pemuda kita
mempertahankan kekayaan nilai bangsa yang kita miliki.
Hal lain yang dapat mengganggu kesadaran bela negara di tingkat pemuda yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial
di tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan
peranan pemuda untuk membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan
masalah, baik itu masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya
masyarakat dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan.
5. Solusi
Upaya yang Dilakukan
melakukan upaya yang sistematis dalam penanaman wawasan kebangsaan yang
optimal sehingga didapatkan nasionalisme yang optimal, berisi ketangguhan bangsa
20
khususnya generasi muda dalam upaya pembelaan negara dari semua ancaman yang
dapat mengancam kelangsungan hidup negara. Upaya yang dilakukan adalah dengan
memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dalam mengatasi kelemahan serta
kendalanya.
Kebijakan.
Dalam upaya meningkatkan wawasan kebangsaan masyarakat melalui Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara (PPBN), maka kebijakan yang ditetapkan adalah :
Peningkatan kesadaran warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
diarahkan untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis dari seluruh masyarakat
Indonesia dalam wadah NKRI yang berdaulat, aman, sentosa yang mempunyai tingkat
wawasan kebangsaan yang tinggi.
Kesadaran masyarakat bernegara dan berbangsa yang
tinggi, tercermin pada perilaku warga negara Indonesia
yang rela berkorban dan cinta kepada tanah airnya yang diperoleh
melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN), sehingga masyarakat Indonesia
dapat hidup damai dan sejahtera dalam suasana demokrasi dan tegak hukum, pemimpin
bangsa yang mengutamakan kepentingan negara dan bangsa diatas kepentingan pribadi
dan golongan, serta pemerintah dan pemimpin nasional yang mencintai rakyat dan
mendapat kepercayaan penuh serta dicintai rakyatnya.
Strategi / Tujuan
Lingkungan Pemukiman dan Pekerjaan: Meningkatkan kemampuan dan
pengusaan materi PPBN para penatar dalam melaksanakan penyuluhan wawasan
kebangsaan serta membentuk organisasi penyelenggara PPBN yang terpadu.
Lingkungan Pendidikan: Membentuk dan meningkatkan kemampuan dalam
PPBN para guru/pengajar/dosen di lingkungan pendidikan serta mewujudkan kegiatan
kesiswaan dan kepramukaan yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan wawasan
kebangsaan.
Sasaran
a. Lingkungan Pemukiman.
Keluarga. Terbentuknya motivasi juang dan semangat kebangsaan di
lingkungan keluarga.
21
b. Aparat Terkait. Terwujudnya organisasi pembina serta kegiatan yang terprogram
dan terpadu dengan melibatkan semua pihak.
c. Tokoh Agama. Terwujudnya kepedulian tokoh agama dalam menanamkan
semangat kebangsaan melalui jalur agama.
d. Lingkungan Pendidikan.
Dukungan dunia pendidikan. Terwujudnya guru/pengajar/dosen yang punya
tanggung jawab moral dalam menanamkan semangat kebangsaan serta pemahaman
materi PPBN yang optimal.
e. Kegiatan Ekstra Kurikuler. Terselenggaranya kegiatan ekstra kurikuler yang
dapat disisipi PPBN dan menumbuhkan wawasan kebangsaan.
f. Kegiatan Kepramukaan. Terselenggaranya kegiatan kepramukaan yang dapat
menumbuh kansikap hidup mandiri, ulet dan pantang menyerah sebagai modal
dasar dalam menanamkan semangat bela negara.
g. Media Massa. Terwujudnya media massa yang dapat membantu membentuk
opini masyarakat dalam rangka menanamkan jiwa atau semangat bela negara.
h. Komitmen Pemerintah. Adanya program - program pemerintah yang diterapkan
oleh instansi yang berwenang secara konsisten dan bertanggung jawab serta
adanya peraturan yang dapat mengeliminir pemanfaatan generasi muda secara
sempit.
i. Lingkungan Pekerjaan. Terciptanya kondisi di lingkungan pekerjaan yang dapat
menumbuhkan semangat wawasan kebangsaan.
Metode yang digunakan didalam melaksanakan upaya-upaya meningkatkan
wawasan kebangsaan melalui PPBN, antara lain :
a. Sosialisasi : Yaitu semua langkah-langkah yang bertujuan untuk
memasyarakatkan paradigma nasional, peraturan-peraturan serta hukum yang
berlaku bagi setiap warga Indonesia untuk ditaati dalam kehidupan sehari-hari.
b. Dialog : Yaitu diskusi dari pihak-pihak yang terkait guna mencari solusi secara
damai, penuh kebudayaan, saling memahami dan penuh rasa kekeluargaan.
c. Tatap Muka : Yaitu pertemuan langsung secara berhadapan untuk saling memberi
informasi atau menjelaskan sesuatu masalah berkaitan dengan peningkatan
kesadaran masyarakat berbangsa dan bernegara.
22
d. Ceramah : Yaitu pertemuan dalam rangka menjelaskan sesuatu topik yang ingin
didalami terutama yang erat kaitannya dengan peningkatan kesadaran masyarakat
berbangsa dan bernegara.
e. Persuasif : Yaitu langkah-langkah yang mengutamakan pendekatan manusiawi
dalam menggugah kesadaran warga negara agar secara tulus ikhlas melakukan
yang terbaik bagi kepentingan bangsa dan negara.
f. Bila kita bahas lebih lanjut tentang peran-peran pelaku social maka dapat di
uraikan sebagai berikut:
Peran Lingkungan Pemukiman
Keluarga, tokoh agama dan aparat terkait. Peran keluarga dalam menanamkan
wawasan kebangsaan yang berisikan ketangguhan dalam upaya pembelaan negara sangat
penting dan vital sekali khususnya bagi generasi muda. Oleh karena itu para orang tua
harus terlebih dahulu diberikan pembekalan dan pemahanan bela Negara. Tokoh agama
diberdayakan untuk dapat membekali norma agama dan ikut menjaga moralitas generasi
muda. Bahwa generasi muda relatif labil jiwanya dalam mencari jati dirinya, tidak dapat
dipungkiri.
Oleh karena itu keterpengaruhan generasi muda karena arus globalisasi yang
melanda dunia saat ini harus mendapatkan resep penangkalan untuk tidak memperparah
dekadensi moral yang terjadi dengan melihat fenomena pergaulan bebas, penggunaan
narkoba dan lain-lainnya. Aparat terkait yang ada di daerah harus melaksanakan kegiatan
yang terpadu untuk upaya pembekalan baik kepada orang tua maupun generasi muda itu
sendiri. Keterpaduan ini harus dilakukan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan
tahap evaluasi untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan.
Peran Dunia Pendidikan.
Peran dunia pendidikan untuk membekali semangat bela negara cukup penting.
Pengajar atau guru secara formal harus mendidik anak didiknya dan berperan langsung
serta terukur dalam pembekalan materi PPKN/Pendidikan Kewarganegaraan baik di
sekolah dasar, sekolah lanjutan maupun di perguruan tinggi. Mereka harus betul-betul
mampu dan menguasai materi yang diberikan kepada anak
didiknya. Para pendidik/pengajar seyogyanya mendapatkan semacam penataran PPBN
sehingga materi yang diberikan bisa dipertanggung jawabkan.
23
Kegiatan Ekstra Kurikuler yang dilakukan diluar jam pelajaran dapat juga
dimanfaatkan untuk upaya penanaman semangat pembelaan negara. Kegiatan OSIS atau
SENAT dapat dijadikan untuk memupuk rasa tanggung jawab dan kebersamaan serta
belajar untuk dapat mengesamping kanatau meninggalkan berbagai macam kepentingan
pribadi dan dapat mengedepankan kepentingan
bersama yang diwadahi oleh satu organisasi dalam mencapai tujuan yang disepakati
bersama. Kegiatan lain yang dapat memupuk rasa sportifitas dan percaya diri yang tinggi
adalah dengan kegiatan pecinta alam, latihan bela diri, serta latihan Menwa yang
diselenggarakan atau dikendalikan oleh pihak sekolah dan perguruan tinggi.
Peran Media Massa
Media massa mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk opini
yang berkembang dimasyarakat, baik yang positif maupun negatif. Dalam kaitan ini
media massa dapat diajak ikut serta membantu membentuk opini masyarakat dalam
rangka menanamkan jiwa atau semangat bela negara.
Yang termasuk media cetak diantaranya adalah koran, majalah, tabloid, bulletin,
dll. Yang dimaksud lain-lain ini adalah semua jenis bacaan yang beredar secara umum.
Karena dapat dibaca dan akan membentuk opini masyarakat. Media cetak harus membuat
redaksional sedemikian rupa yang dapat membangkitkan minat pembaca supaya
mempunyai semangat bela negara.
Komitmen Pemerintah
Pemerintah harus mempunyai keinginan yang kuat dan konsisten dalam upaya
penanaman semangat pembelaan terhadap negara ini. Sebetulnya materi-materi yang ada
dalam upaya bela negara cukup jelas dan simpel atau sederhana. Namun sesederhana
apapun bila tidak ditangani secara serius akan membuahkan hasil yang tidak optimal.
Pemerintah harus berupaya sedemikian rupa dengan program rutin maupun yang bersifat
non program, sebagai upaya terobosan bila program rutin yang sudah berjalan baik
melalui peran (jalur) pendidikan atau melalui peran kantor Kesbanglinmas dirasa kurang
optimal.
Barangkali patut dicoba langkah-langkah yang sudah dibahas diatas sehingga
generasi muda dan instansi terkait tidak terjebak dalam kejenuhan akibat rutinitas
kegiatan. Yang penting harus ada kemauan yang kuat dari pemerintah dan diwujudkan
dengan kepedulian aparat yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap upaya
24
menanamkan semangat pembelaan terhadap negara dan wawasan atau nasionalisme yang
tinggi.
Selain itu ada hal lain yang harus dilakukan pemerintah terkait dengan rumor
yang nyata terlihat kebenarannya dan tidak ada maksud untuk menuduh atau mencari
kambing hitam bahwa ada oknum anak bangsa yang memanfaatkan jiwa patriotisme dan
kelabilan jiwa generasi muda untuk kepentingan politiknya.
Pemerintah harus membuat peraturan atau undang-undang yang bisa mengatasi
oknum anak bangsa yang selalu mengatasnamakan untuk kepentingan rakyat kecil
dengan melaksanakan manouver politik termasuk unjuk rasa yang menggunakan massa
generasi muda. Demikian juga diplomat yang bertanggung jawab terhadap eksistensi
bangsa ini harus berkemampuan dan punya kiat supaya bangsa ini bisa eksis dan tidak
dengan mudah permainkan oleh kekuatan/negara asing.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
25
3.3. Daftar pustaka
Rangkuti, Parlaungan Adil. 2007. Membangun Kesadaran Bela Negara. Bogor: IPBPRESS
Sumarsono, S. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
http://id.shvoong.com/law-and-politics/public-administrations/2116882-pengertian-warga-negara/#ixzz26iPWFe2Y
http://pendidikanpendahuluanbelanegara.blogspot.com/
http://brihot.blogspot.com/2012/12/blog-berita-terkini-bukti-lemahnya.html
http://belanegarari.wordpress.com/2009/02/18/kesadaran-bela-negara-sebagai-landasan-sikap-dan-perilaku-pemuda-untuk-menjadi-keutuhan-negara-kesatuan-republik-indonesia/
http://cbfmrembang.blogspot.com/2012/11/pelajar-wajib-mempunyai-semangat-bela.html
3.4.Lampiran
26