Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ventilasi Mekanik

2.1.1 Pengertian

Ventilasi mekanik adalah alat bantu nafas yang memberikan bantuan nafas

dengan cara membantu sebagian atau mengambil alih semua fungsi pernafasan

guna untuk mampertahankan hidup (Manjoer, 2005).

2.1.2 Fisiologi pernafasan pada ventilasi mekanik

Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot-otot

interkostalis, rongga dada mengembang karena terjadi tekanan negatif sehingga

aliran udara masuk ke paru-paru sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif,

pada pernafasan ventilasi mekanik mengirimkan udara dengan memompa ke paru-

paru pasien sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan

tekanan intra thorakal meningkat pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga

thorak paling positif (Sheen, 2009).

2.1.3 Indikasi pemasangan ventilasi mekanik

Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

mengalami gagal nafas, henti jantung paru, trauma (terutama kepala, leher, dan

dada), gangguan kardiovaskular (stroke, tumor, infeksi, emboli, trauma), penyakit

neuromuskuler (guillainebare syndrome, poliomylitis, myastenia), peningkatan

tahanan jalan pernafasan (asma berat) (Mansjoer, 2005).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

9

2.1.3 Tujuan ventilasi mekanik

Manjoer (2005), mengatakan ventilasi mekanik bertujuan untuk:

a. Mengatasi hipoksemia

b. Mengatasi asidosis pernapasan akut

c. Meringankan gangguan pernapasan

d. Mencegah atelektasis

e. Mengistirahatkan otot-otot pernafasan

2.1.4 Komplikasi ventilasi mekanik

Ada beberapa komplikasi ventilasi mekanik, antara lain (Sheen, 2009).

a. Risiko yang berhubungan dengan intubasi endotrakea, termasuk kesulitan

intubasi, sumbatan pipa endotrakea oleh sekret.

b. Intubasi endotrakea jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan laring

terutama pita suara dan trakea. Umumnya setelah 14 hari dilakukan

trakeostomi.

c. Gas ventilasi dapat menyebabkan efek mengeringkan jalan napas dan retensi

sekret dan mengganggu proses batuk sehingga dapat menimbulkan infeksi

paru-paru.

d. Masalah-masalah yang berhubungan dengan pemberian sedasi dan anestesi

yang memiliki efek depresi jantung, gangguan pengosongan lambung,

penurunan mobilitas dan memperlama proses pemulihan.

e. Gangguan hemodinamik terutama pada penggunaan tekanan tinggi yang dapat

mengurangi venous return, curah jantung dan tekanan darah sehingga

mengurangi aliran darah ke saluran pencernaan dan ginjal.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

10

f. Barotrauma dan volutrauma

2.2 Nyeri

2.2.1 Pengertian

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan

maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

(Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP),

nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi

terjadinya kerusakan (Potter & Perry, 2006).

Menurut Engel (1970) dalam Potter & Perry (2006) menyatakan nyeri

sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh

dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang

nyata, ancaman atau fantasi luka. Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan

suatu gabungan dari komponen objektif (asfek fisiologi sensorik nyeri) dan

komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis). Nyeri adalah apa yang

dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila yang mengalaminya

mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini tidak berarti bahwa anak harus

mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan,

atau isyarat perilaku (Manjoer, 2005).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

11

2.2.2 Klasifikasi nyeri

Menurut Corwin (2009), nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan

beberapa hal yaitu:

a. Berdasarkan sumber nyeri, maka nyeri dibagi menjadi:

1) Nyeri somatik luar. Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit, jaringan

subkutan dan membran mukosa. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar,

jatam dan terlokalisasi.

2) Nyeri somatik dalam. Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi

dengan baik akibat rangsangan pada otot rangka, tulang, sendi, jaringan

ikat.

3) Nyeri viseral. Nyeri karena perangsangan organ viseral atau organ yang

menutupinya (pleura parietalis, pericardium, peritoneum). Nyeri tipe ini

dibagi menjadi nyeri viseral terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisasi, nyeri

alih viseral dan nyeri alih parietal.

b. Berdasarkan jenisnya nyeri juga dapat diklasifikasikan menjadi:

1) Nyeri nosiseptif, karena kerusakan jaringan baik somatic maupun viseral.

Stimulasi nosiseptor baik secara langsung maupun tidak langsung akan

mengakibatkan pengeluaran mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan

ujung saraf sensoris dan simpatik

2) Nyeri neurogenik. Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau

disfungsi primer pada system saraf perifer. Hal ini disebabkan oleh cidera

pada jalur serat saraf perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut saraf, dan

terpotongnya saraf perifer. Sensi yang dirasakan adalah rasa panas dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

12

seperti ditusuk-tusuk dan kadang disertai hilangnya rasa atau adanya rasa

tidak enak pada perabaan. Nyeri nerogenik dapat menyebabkan terjadinya

allodynia. Hal ini mungkin terjadi secara mekanik atau peningkatan

sensitivitas dari noradrenalin yang kemudian menghasilkan

sympathetically maintained pain (SMP). SMP merupakan komponen pada

nyeri kronik. Nyeri tipe ini sering menunjukkan respon yang buruk pada

pemberian analgetik konvensional.

3) Nyeri psikogenik. Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa

misalnya cemas dan depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan

pasien tenang.

c. Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi:

1) Nyeri akut. Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara.

Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti: takikardi,

hipertensi, hiperhidrosis, pucat dan midriasis dan perubahan wajah:

menyeringai atau menangis. Bentuk nyeri akut dapat berupa nyeri somatik

luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan mukosa, nyeri somatik dalam :

nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan jaringan ikat dan nyeri viseral :

nyeri akibat disfungsi organ viseral

2) Nyeri kronik. Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda-

tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut. Nyeri tersebut dapat berupa

nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka (penyakit/operasi)

atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai melebihi 3 bulan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

13

d. Berdasarkan derajat nyeri dikelompokkan menjadi:

1) Nyeri ringan adalah nyeri hilang timbul, terutama saat beraktivitas sehari

hari dan menjelang tidur.

2) Nyeri sedang adalah nyeri terus-menerus, aktivitas terganggu yang hanya

hilang bila penderita tidur.

3) Nyeri berat adalah nyeri terus menerus sepanjang hari, penderita tidak

dapat tidur dan sering terjaga akibat nyeri.

2.2.3 Anatomi dan fisiologi nyeri

Salah satu sistem saraf yang paling penting adalah menyampaikan

informasi tentang ancaman kerusakan tubuh. Saraf yang dapat mendeteksi nyeri

tersebut dinamakan nociception. Nociception termasuk menyampaikan informasi

perifer dari reseptor khusus pada jaringan (nociseptors) kepada struktur sentral

pada otak Sistem nyeri mempunyai beberapa komponen (Manjoer, 2005).

a. Reseptor khusus yang disebut nociseptors, pada sistem saraf perifer,

mendeteksi dan menyaring intensitas dan tipe stimulus noxious.

b. Saraf aferen primer (saraf A-delta dan C) mentransmisikan stimulus noxious

ke CNS.

c. Kornu dorsali medulla spinalis adalah tempat dimana terjadi hubungan antara

serat aferen primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks hubungan

antara local eksitasi dan inhibitor interneuron dan tarktus desenden inhibitor

dari otak.

d. Traktus asending nosiseptik (antara lain traktus spinothalamikus lateralis dan

ventralis) menyampaikan signal kepada area yang lebih tinggi pada thalamus.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

14

e. Traktus thalamo-kortikalis yang menghubungkan thalamus sebagai pusat relay

sensibilitas ke korteks cerebralis pada girus post sentralis.

f. Keterlibatan area yang lebih tinggi pada perasaan nyeri, komponen afektif

nyeri, ingatan tentang nyeri yang dihubungkan dengan respon motoris.

g. Sistem inhibitor desenden mengubah impuls nosiseptik yang datang pada level

medulla spinalis.

2.2.4 Patofisiologi nyeri.

Bila terjadi kerusakan jaringan/ancaman kerusakan jaringan tubuh, seperti

pembedahan akan menghasilkan sel-sel rusak dengan konsekuensi akan

mengeluarkan zat-zat kimia bersifat algesik yang berkumpul sekitarnya dan dapat

menimbulkan nyeri. Akan terjadi pelepasan beberapa jenis mediator seperti zat-

zat algesik, sitokin serta produk-produk seluler yang lain, seperti metabolit

eicosinoid, radikal bebas dan lain-lain. Mediator-mediator ini dapat menimbulkan

efek melalui mekanisme spesifik (Potter & Perry, 2006).

Rangkaian proses perjalanan yang menyertai antara kerusakan jaringan

sampai dirasakan nyeri adalah suatu proses elektrofisiologis. Ada empat proses

yang mengikuti sustu proses nosisepsis yaitu:

a. Tranduksi/Tranduction

Adalah perubahan rangsangan nyeri (noxious stimuli) menjadi aktifitas

listrik pada ujung-ujung saraf sensoris. Zat-zat algesik seperti prostaglandin,

serotonin, bradikinin, leukotrien, substans P, potassium, histamine, asam laktat

dan lain-lain akan mengaktifkan atau mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri.

Reseptor nyeri merupakan anyaman ujung-ujung bebas serat-serat afferent A-delta

dan C. Reseptor-reseptor ini banyak dijumpai di jaringan kulit, periosteum, di

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

15

dalam pulpa gigi dan jaringan tubuh yang lain. Serat saraf afferent A-delta dan C

adalah serat-serat saraf sensorik yang mempuyai fungsi meneruskan sensorik

nyeri dari perifer ke sentral ke susunan saraf pusat. Interaksi antara zat algesik

dengan reseptor nyeri menyebabkan terbentuknya impuls nyeri. Transduksi adalah

adalah proses dari stimulasi nyeri dikonfersi kebentuk yang dapat diakses oleh

otak. Proses transduksi dimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi

untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptors)

merupakan sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti

kerusakan jaringan.

b. Transmisi/Transmission

Transmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang membawa

impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf

aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang

berdiameter besar. Saraf aferen akan berakson pada dorsal horn di spinalis.

Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem contralateral spinalthalamic

melalui ventral lateral dari thalamus menuju cortex serebral.

c. Modulasi/Modulation

Proses modulasi mengacu kepada aktivitas neural dalam upaya mengontrol

jalur transmisi nociceptor tersebut. Proses modulasi melibatkan sistem neural

yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri

ini akan dikontrol oleh sistem saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini

kebagian lain dari sistem saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini

akan ditransmisikan melalui saraf-saraf descend ke tulang belakang untuk

memodulasi efektor.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

16

d. Persepsi/Perception

Persepsi adalah proses yang subjektif. Proses persepsi ini tidak hanya

berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga

meliputi cognition (pengenalan) dan memory (mengingat). Oleh karena itu, faktor

psikologis, emosional,dan berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon

dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini jugalah

yang menjadikan nyeri tersebut suatu fenomena yang melibatkan

multidimensional.

2.2.5 Respon tubuh terhadap nyeri

Nyeri akaut akan menimbulkan perubahan-perubahan di dalam tubuh.

Impuls nyeri oleh serat efferent selain diteruskan ke sel-sel neuron nosisepsi di

kornu dorsalis medulla spinalis, juga akan diteruskan ke sel-sel neuron di kornu

enterolateral dan kornu anterior medulla spinalis (Tamsuri, 2007).

Nyeri akut pada dasarnya berhubungan dengan respon stress sistem

neuroendokrin yang sesuai dengan intensitas nyeri yang ditimbulkan. Mekanisme

timbulnya nyeri melalui serat saraf efferent diteruskan melalui sel-sel neuron

nosisepsi di kornu dorsalis medulla spinalis dan juga diteruskan melalui sel-sel di

kornu anterolateral dan kornu enterior medulla spinalis memberikan respon

segmental seperti peningkatan muscle spasm (hipoventilasi dan penurunan

aktivitas), vasospasm (hipertensi), dan menginhibisi fungsi organ visera (distensi

abdomen, gangguan saluran pencernaan, hipoventilasi) (Tamsuri, 2007).

Nyeri juga mempengaruhi respon suprasegmental yang meliputi kompleks

hormonal, metabolic dan imunologi yang menimbulkan stimulasi yang noxious.

Nyeri juga berespon terhadap psikologis pasien seperti interpretasi nyeri, marah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

17

dan takut. Impuls yang diteruskan ke sel-sel neuron di kornu anterolateral akan

mengaktifkan sistem simpatis. Akibatnya, organ-organ yang disarafi oleh sistem

simpatis akan aktif. Nyeri akut baik yang ringan sampai berat akan memberikan

efek pada tubuh seperti (Tamsuri, 2007).

a. Sistem respirasi

Pengaruh dari peningkatan laju metabolism, pengaruh reflek segmental,

dan hormone seperti bradikinin dan prostaglandin menyebabkan peningkatan

kebutuhan oksigen tubuh dan produksi karbondioksida mengharuskan terjadinya

peningkatan ventilasi permenit sehingga meningkatkan kerja pernafasan,

khususnya pada pasien dengan penyakit paru. Penurunan gerakan dinding torak

menurunkan volume tidal kapasitas residu fungsional. Hal ini mengarah pada

terjadinya atelektasis, hipoksemia dan terkadang dapat terjadi hipoventilasi.

b. Sistem Kardiovaskuler

Pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi. Terjadi gangguan

perfusi, hipoksia jaringan akibat dari efek nyeri akut terhadap kardiovaskuler

berupa peningakatan produksi ketokelamin, angiostensin II, dan anti deuretik

hormon sehingga mempengaruhi hemodinamik tubuh seperti hipertensi, takikardi

dan peningkatan resistensi pembuluh darah secara sistemik. Pada orang normal

cardiac output akan meningkat tetapi pada pasien dengan kelainan fungsi

jantungakan mengalami penurunan cardiac output dan hal ini akan lebih

memperburuk keadaanya. Karena nyeri menyebabkan peningkatan kebutuahan

oksigen myocard , sehingga nyeri dapat menyebabkan terjadinya Iskemia

Myocardial. Nyeri merupakan salah satu stressor bagi tubuh sehingga

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

18

menghasilkan sebuah stimulasi simpatis berupa peningkatan laju nadi, tekanan

arteri rata-rata, jumlah keringat dan perubahan ukuran pupil sebagai bentuk

kompensasi tubuh terhadap rangsangan nyeri tersebut.

c. Sistem gastrointestinal

Rangsangan terhadap saraf simpatis meningkatkan tahanan spingter dan

menurunkan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hipersekresi asam

lambung akan menyebabkan ulkus dan bersamaan dengan penurunan motilitas

usus, potensial menyebabkan pasien mengalami pneumonia aspirasi. Mual,

muntah dan konstipasi sering terjadi.

d. Sistem urogenital

Rangsangan terhadap saraf simpatis meningkatkan tahanan spingter

saluran kemih dan menurunkan motilitas saluran cerna yang menyebabkan retensi

urin.

e. Sistem metabolisme dan endokrin

Kelenjar simpatis menjadi aktif, sehingga terjadi pelepasan ketokelamin.

Metabolisme otot jantung meningkat sehingga kubutuhan oksigen meningkat.

Respon hormonal terhadap nyeri meningkatkan hormon-hormon metabolic seperti

ketokelamin, kortisol dan glucagon sehingga menyebabkan penurunan hormon

anabolic seperti insulin dan testosterone. Peningkatan kadar ketokelamin dalam

darah mempunyai pengaruh terhadap kerja insulin. Efektifitas insulin menurun,

menimbulkan gangguan metabolism glukosa sehingga kadar gula dalam darah

meningkat. Hal ini mendorong pelepasan glucagon, glucagon memicu

peningkatan proses glukogenensis. Pasien yang mengalami nyeri akan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

19

menimbulkan keseimbangan negative nitrogen, intoleransi karbohidrat, dan

meningkatkan lipolisis. Peningkatan hormon kortisol bersamaan dengan

peningkatan rennin, aldosteron, angiotensin, dan hormon antideuretik yang

menyebabkan retensi natrium, retensi air, dan ekspansi sekunder dari ruangan

ekstraseluler

f. Sistem hematologi

Nyeri menyebabkan peningkatan adhesi platelet, meningkatkan

fibrinolisis, dan hiperkoagulopati.

g. Sistem imunitas

Nyeri merangsang produksi leukosit dengan lympopenia dan nyeri dapat

mendepresi sistem retikuloendotelial. yang pada akhirnya akan menyebabkan

pasien beresiko menjadi mudah terinfeksi.

h. Efek fisiologis

Reaksi yang umumnya terjadi pada nyeri akut berupa kecemasan ,

ketakutan, agitasi, dan gangguan tidur. Jika nyeri berkepanjangan dapat

menyebabkan depresi.

i. Homeostasis cairan dan eletrolit

Efek yang ditimbulkan akaibat dari peningkatan pelepasan hormon

aldosteron berupa retensi natrium. Efek akibat peningkatan produksi ADH berupa

retensi cairan dan penurunan produksi urin. Hormon ketokelamin dan kortisol

menyebabkan berkurangnya kalium, magnesium dan elektrolit lainnya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

20

2.2.6 Faktor yang mempengaruhi nyeri

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi

pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus mempertimbangkan

faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat

penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik

(Tamsuri, 2007).

a. Usia

Batasan usia anak-anak mulai usia 0-2 tahun, remaja usia 13-18 tahun,

dewasa usia 19-59 tahun, lansia usia lebih dari 60 tahun. Usia mempunyai peranan

yang penting dalam mempersepsikan dan mengekspresikan rasa nyeri. Pasien

dewasa memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri dibandingkan pada lansia.

Nyeri dianggap sebagai kondisi yang alami dari proses penuaan. Cara

menafsirkan nyeri ada dua. Pertama, rasa sakit adalah normal dari proses penuaan.

Kedua sebagai tanda penuaan. Usia sebagai faktor penting dalam pemberian obat.

Perubahan Metabolik pada orang yang lebih tua mempengaruhi respon terhadap

analgesik opioid. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh

usia terhadap persepsi nyeri dan hasilnya sudah tidak konsisten. Telah ditemukan

bahwa orang tua membutuhkan intensitas lebih tinggi dari rangsangan nyeri

dibandingkan orang usia muda.

b. Jenis kelamin

Respon nyeri di pengaruhi oleh jenis kelamin. Telah dilakukan penelitian

terhadap sampel 100 pasien untuk mengetahui perbedaan respon nyeri antara laki-

laki dan perempuan. Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki-laki

dan perempuan dalam merespon nyeri yaitu perempuan mempunyai respon nyeri

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

21

lebih baik dari pada laki-laki. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Laura yang menunjukkan bahwa wanita lebih sensitif terhadap rangsangan

nyeri. Brattberg melaporkan bahwa perempuan mengungkapkan rasa nyeri yang

lebih tinggi daripada laki-laki. Pada perempuan letak persepsi nyeri berada pada

limbik yang berperan sebagai pusat utama emosi seseorang sedangkan pada laki-

laki terletak pada korteks prefrontal yang berperan sebagai pusat analisa dan

kognitif. Jadi secara emosional perempuan lebih sensitif dalam mempersepsikan

nyeri

c. Budaya

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon

terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri

adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan jadi

mereka tidak mengeluh jika ada nyeri. Telah ditemukan bahwa orang Jawa dan

Batak mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri. Dia menemukan bahwa

pasien Jawa mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan hanya diam,

menunjukkan sikap tabah, dan mencoba mengalihkan rasa sakit melalui kegiatan

keagamaan. Ini berarti bahwa pasien Jawa memiliki kemampuan untuk mengelola

nya atau rasa sakitnya. Di sisi lain, pasien Batak merespon nyeri dengan berteriak,

menangis, atau marah dalam rangka untuk mendapatkan perhatian dari orang lain,

sehingga menunjukkan ekspresif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien

dengan budaya yang berbeda dinyatakan dalam cara yang berbeda yang

mempengaruhi persepsi nyeri.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

22

d. Faktor fisik

Faktor fisik yang mempengaruhi nyeri pada pasien yang terpasang

ventilator di ruang ICU termasuk gejala penyakit kritis (misalnya, angina, infark

miokard, dyspnea), luka (pasca-trauma, pasca operasi), gangguan tidur,

keterbatasan gerak karna alat-alat invasif yang terpasang, faktor fisik lainnya

adalah hipertermi karena proses penyakit yang dialami. Penyakit yang paling

umum atau cedera dirawat di ICU: infark miokard, bedah torax, penyakit

cardiovaskuler dan penyakit traumatik dan untuk beberapa pasien nyeri dianggap

terus menerus dan durasi selama menjalani perawatan di ruang ICU. Hasil

penelitian Zimmer menunjukkan bahwa kelompok diagnosa penyakit yang lebih

berisiko mengalami nyeri yang lebih tinggi adalah pada pasien dengan sepsis.

Pada penelitian yang dilakukan oleh gelinas kondisi fisik pasien juga sangat

mempengaruhi yaitu tingkat kesadaran akan mempengaruhi pasien dalam

mepersepsikan nyeri, skor rata-rata nyeri pada pasien dengan penurunan

kesadaran lebih rendah dibandingkan pasien dengan kesdaran yang baik.

e. Faktor psikososial

Faktor psikososial mempunyai pengaruh terhadap nyeri pada pasien yang

dirawat di ICU dengan ventilator mekanik faktor faktor itu antara lain cemas dan

depresi, gangguan komunikasi, ketidakmampuan untuk melaporkan dan

menggambarkan rasa sakit, takut sakit, cacat, tidak adanya keluarga yang

menunggu disamping pasien sebagai support system, kejenuhan yang dialami oleh

pasien yang terpasang ventilator mekanik. Cemas merupakan faktor yang

mempengaruhi nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik di ruang ICU

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

23

seperti lingkungan yang asing tidak adanya keluarga yang menunggu, rasa aman

dan nyaman didapat dari keluarga, teman, kenyakinan beragama.

f. Faktor lingkungan

Lingkungan perawatan ICU merupakan faktor yang menyebabkan nyeri

pada pasien yang dirawat di ruang ICU. Banyak alat elektronik yang ada di ruang

ICU seperti ventilator mekanik, bedside monitor, syiring pump, infus pump suara

yang ditimbulkan alat-alat tersebut membuat kebisingan di ruang ICU. Sebuah

penelitian yang dilakukan oleh Puntillo (2010), melaporkan bahwa selama pasien

menjalani perawatan di ruang ICU, 15% dari mereka mengalami keadaan tidak

nyaman, 50% dari mereka mempunyai pengalaman tidak nyaman, dan 35% dari

mereka mengalami sangat tidak nyaman (nyeri).

2.2.7 Pengukuran intensitas nyeri

Nyeri dinilai berdasarkan tingkah laku manusia, yang dapat

mempengaruhi ekspresi dan pemahaman terhadap nyeri. Nyeri merupakan respon

fisiologis terhadap kerusakan jaringan dan juga mempengaruhi respon emosional

dan tingkah laku berdasarkan pengalaman nyeri seseorang dimasa lalu dan

persepsi terhadap nyeri. Definisi nyeri sendiri dalam asuhan keperawatan adalah

ketika seseorang merasakan nyeri dan menyatakannya. Perhatian harus diberikan

kepada pasien yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal. Persepsi dan

interpretasi terhadap input nosiseptif, respon emosional terhadap persepsi (misal,

depresi, takut, cemas, dan menderita), dan tingkah laku sebagai respon terhadap

emosi dan persepsi yang menuntun observer untuk yakin bahwa seseorang sedang

merasakan nyeri (misal, mengeluhkan nyeri, meringis). Persepsi nyeri

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

24

kelihatannya sama pada berbagai suku akan tetapi batas ambang nyeri berbeda

antara suku atau ras. Penilaian skala nyeri dapat dibagi atas pasien yang memiliki

kemampuan verbal dan dapat melaporkan sendiri rasa sakitnya (self reported) dan

pasien dengan ketidakmampuan verbal baik karena terganggu kognitifnya, dalam

keadaan tersedasi, ataupun berada dalam mesin ventilator.

a. Pasien yang dapat berkomunikasi

1) Skala visual analog nyeri ( visual analog scale)

Skala analog visual (Visual analog scale) adalah suatu garis lurus yang

mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap

ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi

keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih

karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa

memilih satu kata atau satu angka (Potter & Perry, 2006).

2) Skala intensitas nyeri numerik (numeric pain rating scale)

Skala penilaian NPRS (Numerical pain rating scales) lebih digunakan

sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif digunakan saat mengkaji

intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

25

skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (Smeltzer,

2002).

b. Pasien tidak dapat berkomunikasi

1) Skala FLACC (Faces,Legs,Activity,Cry,dan Consolability)

Skala ini merupakan skala perilaku yang telah dicoba pada anak usia 3-7

tahun. Setiap kategori (Faces,Legs,Activity,Cry,dan Consolability) diberi nilai 0-2

dan dijumlahkan untuk mendapatkan total 0-10

2) Skala wajah (Wong Baker)

Skala ini direkomendasikan untuk anak umur 3 tahun keatas.setiap gambar

menggunakan kata- kata yang melukiskan intensitas nyeri yang dialami. Anjurkan

kepada pasien untuk memilih gambar wajah yang menjelaskan rasa nyeri yang

dialaminya. Wajah 0 menggambarkan tidak ada rasa nyeri yang dialaminya.

Gambar 2 menggambarkan rasa nyeri sedikit. Gambar 4 menggambarkan nyeri

sedang. Gambar 8 menggambarkan nyeri berat dan gambar 10 menggambarkan

sangat nyeri.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

26

3) Critical-Care Pain Observasion Tool (CPOT)

Critical-Care Pain Observasion Tool (CPOT) adalah sebuah skala sikap

yang disarankan oleh para ahli untuk menilai nyeri pada pasien-pasien kritis yang

tidak dapat berkomunikasi secara verbal. Skala ini dikembangkan di Prancis,

memiliki 4 bagian dengan setiap bagian memiliki kategori sikap yang berbeda,

yaitu, ekspresi wajah, pergerakan badan, tegangan otot dan keteraturan dengan

ventilator untuk pasien terintubasi atau vokalisasi untuk pasien yang tidak

terintubasi. Setiap bagian memiliki skor 0 sampai 2, dan dapat digambarkan pada

tabel sebagai berikut:

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

27

Tabel 1. Skala Critical-Care Pain Observasion Tool (CPOT)

Indicator Skor Deskripsi

Ekspresi wajah 0 Tidak ada ketegangan otot yang terlihat

1 Merengut, alis menurun, orbit menegang dan terdapat

kerutan levator atau perubahan lainnya (misalnya

membuka mata atau menangis selama prosedur

tindakan)

2 Semua gerakan wajah sebelumnya ditambah kelopak

mata tertutup rapat (pasien dapat mengalami mulut

terbuka atau menggigit tabung endotrakeal

Gerakan tubuh 0 Tidak bergerak sama sekali (tidak berarti tidak

adanya rasa sakit) atau posisi normal (gerakan tidak

dilakukan terhadap bagian yang terasa nyeri atau

tidak dilakukan untuk tujuan perlindungan)

1 Lambat, gerakan hati-hati, menyentuh atau

menggosok bagian yang nyeri, mencari perhatian

melalui gerakan

2 Menarik tabung, mencoba untuk duduk,

menggerakkan tungkai / meronta-ronta, tidak

mengikuti perintah, menyerang staf, mencoba turun

dari tempat tidur

Kepatuhan dengan 0 Alarm tidak dimatikan, ventilasi mudah

ventilator (pasien 1 Batuk, alarm dapat diaktifkan tapi berhenti secara

diintubasi spontan

2 Tidak ada sinkronisasi : menghalangi ventilasi, alarm

sering diaktifkan

Atau 0 Berbicara dalam suara normal atau tidak ada suara

Vokalisasi (Pasien sama sekali

diekstubasi) 1 Menghela napas, merintih

2 Menangis, terisak-isak

Ketegangan otot 0 tidak ada perlawanan pada gerakan pasif

1 Perlawanan pada gerakan pasif

2 Perlawanan kuat sampai gerakan pasif atau

ketidakmampuan mereka untuk menyelesaikannya

Sumber: Gelinas, C. (2008). Management of pain in cardiac surgery ICU patients

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

28

2.2.8 Nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik

Nyeri merupakan salah satu stressor bagi pasien perawatan kritis.

Beberapa sumber nyeri yang telah teridentifikasi, diantaranya adalah penyakit

akut, pembedahan, trauma, peralatan invasif, intervensi keperawatan dan medis.

Beberapa prosedur yang sering mengakibatkan nyeri akut adalah perubahan posisi

pasien, penghisapan lendir dari trakea pada pasien dengan ventilasi mekanik,

penggantian balutan luka dan pemasangan ataupun pelepasan kateter. Nyeri

sedang hingga parah telah disampaikan oleh pasien selama dirawat di unit

perawatan intensif. Rasa nyeri bersifat subyektif dan dipengaruhi oleh banyak

komponen yaitu komponen sensorik, afektif, kognitif, fisiologis dan perilaku

(Sheen, 2009).

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pasien sakit kritis

dengan ventilasi mekanik mengalami stres, perasaan yang tidak menyenangkan,

dan berpotensi mengalami pengalaman yang buruk selama perawatan di unit

perawatan intensif (ICU). Ini terdiri dari rasa nyeri, takut, kurang tidur, mimpi

buruk, ketidakmampuan untuk berbicara, dan perasaan terisolasi serta merasakan

kesendirian. Hampir 50 % dari pasien telah diwawancarai, nilai intensitas nyeri

mereka berada pada skala sedang sampai parah, baik saat istirahat maupun selama

dilakukan prosedur. Masalah ini menjadi lebih kompleks bagi sebagian besar

pasien ICU yang terpasang ventilasi mekanik yang tidak mampu untuk

melaporkan rasa nyeri yang mereka rasakan dikarenakan penggunaan obat

penenang (hipnotis) atau sebagai akibat adanya kerusakan otak parah (Puntillo,

2010).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

29

Walaupun pasien dengan ventilasi mekanik di unit perawatan intensif

tidak dapat berkomunikasi, banyak ekspresi wajah dan gerakan tangan yang bisa

dijadikan sarana berkomunikasi untuk menyatakan nyeri kepada tenaga medis.

Indikator yang bisa diobservasi termasuk indikator fisiologik dan indikator sikap.

Indikator-indikator ini bisa digunakan untuk menilai nyeri. Indikator fisiologik

bisa dengan mudah didokumentasi pada pasien-pasien di unit perawatan intensif.

Peningkatan tekanan darah dan peningkatan laju nadi adalah tanda umum yang

dikorelasikan dengan nyeri akut. Indikator sikap seperti ekspresi wajah,

pergerakan badan, postur rigid, keteraturan dengan ventilator juga dikorelasikan

dengan nyeri akut. Hasil-hasil dari penilaian ini bisa digunakan untuk menilai

nyeri pada pasien-pasien unit perawatan intensif (Iskandar, 2010).

Manajemen nyeri memiliki peran penting dalam perawatan intensif di unit

perawatan intensif. Penanganan nyeri pada pasien sakit kritis akan memperbaiki

toleransi pemakaian pipa endotrakeal, ventilasi mekanik, penghisapan lendir dan

tindakan lainnya. Selama penyapihan dari ventilator dan pasca ektubasi,

penanganan nyeri yang baik akan membuat pasien bernafas dengan volume tidal

yang lebih besar, pertukaran gas yang lebih baik, pengeluaran sputum yang lebih

baik dan pasien dapat mengikuti tindakan fisioterapi lebih maksimal. Penanganan

nyeri yang baik juga akan mengurangi respon stress dan mengurangi kecemasan

selama berada di Unit perawatan intensif (Shean, 2009).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

30

2.2.9 Strategi penatalaksanaan nyeri

Menghilangkan nyeri merupakan tujuan dari penatalaksanaan nyeri yang

dapat dicapai dengan dua pendekatan yaitu: pendekatan farmakologi dan non

farmakologi. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan

pasien secara individu (Price & Wilson, 2005).

a. Pendekatan farmakologis

Pendekatan farmakologi merupakan suatu pendekatan yang digunakan

untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-obatan. Obat merupakan

bentuk pengendalian nyeri yang paling sering diberikan yang diberikan oleh

perawat dengan berkolaborasi dengan dokter. Terdapat 4 kelompok obat nyeri

yaitu:

1). Analgetik Non-opioid (Obat Anti Inflamasi Non Steroid/ OAISN)

Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai dengan sedang terutama

asetaminofen (Tylenol) dan OAISN dengan efek anti peritik, analgetik dan

anti inflamasi. Asam asetilsalisilat (Aspirin) dan ibuprofin (Morfin, Advil)

merupakan OIANS yang sering digunakan untuk mengatasi nyeri akut derajat

ringan. OAINS menghasilkan analgetik dengan bekerja ditempat cedera

melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari prekorsor asam arakidonat.

Prostaglandin mensintesis nosiseptor dan bekerja secara sinergis dengan

prodok inflamatorik lain ditempat cedera, misalnya bradikinin dan histamin

untuk menimbulkan hiperanalgetik. Dengan demikian OAINS mengganggu

mekanisme transduksi di nosiseptor aferen primer dengan menghambat

sintesis prostaglandin.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

31

2). Analgetik Opioid

Merupakan analgetik yang kuat yang tersedia dan digunakan dalam

penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat

ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri paska operasi dan nyeri terkait

kanker. Morfin merupakan salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk

mengobati nyeri berat. Berbeda dengan OAINS yang bekerja di perifer,

morfin menimbulkan efek analgetiknya di sentral. Morfin menimbulkan efek

dengan mengikat reseptor opioid di nukleus modulasi nyeri di batang otak

yang menghambat nyeri pada sistem asenden.

3). Antagonis dan Agonis-Antagonis Opioid

Merupakan obat yang melawan obat opioid dan menghambat pengaktifannya.

Nalakson merupakan salah satu contoh obat jenis ini yang efektif jika

diberikan tersendiri dan lebih kecil kemungkinannya menimbulkan efek

samping yang tidak diinginkan dibandingkan dengan opioid murni.

4). Adjuvan atau Koanalgetik

Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek komplementer dalam

penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk kepentingan lain.

Contoh obat ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin)

(Price & Wilson, 2005).

b. Penatalaksanaan non farmakologis

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang

obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun begitu

banyak aktifitas keperawatan non farmakologi yang dapat membantu dalam

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

32

menghilangkan nyeri. Menurut Smeltzer & Bare (2002), Bentuk-bentuk

penatalaksanaan non farmakologi menurut meliputi:

1) Stimulasi dan cutaneus massage

Masase kutaneus adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering

dipusatkan pada pinggang dan bahu. Masase menstimulasi reseptor tidak

nyeri. Masase juga membuat pasien lebih nyaman karena membuat pasien

lebih nyaman karena membuat relaksasi otot.

2) Terapi es dan panas

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitifitas

reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di area sekitar pembedahan.

Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat mempercepat

penyembuhan dan penurunan nyeri

3) Stimulasi syaraf elektris transkutan (TENS)

TENS menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektrode yang

dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan atau menggetar

pada area nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori gate control dimana

mekanisme ini akan menutup transmisi sinyal nyeri ke otak pada jaras asenden

sistem syaraf pusat untuk menurunkan intensitas nyeri.

4) Distraksi

Dilakukan dengan memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada

nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi

sistem kontrol desenden yang mengakibatkan lebih sedikit stimulus nyeri yang

di transmisikan ke otak. Keefektifan transmisi tergantung pada kemampuan

pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

33

5) Teknik relaksasi

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress

yang mampu memberikan individu kontrol ketika terjadi rasa tidak nyaman

atau nyeri/stres fisik dan emosi pada nyeri.

6) Imajinasi terbimbing

Dilakukan dengan menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang

dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Individu di

instruksikan untuk membayangkan bahwa dengan setiap napas yang

diekhalasikan (dihembuskan) secara lambat akan menurunkan ketegangan otot

dan ketidak nyamanan dikeluarkan.

7) Hipnosis

Efektif untuk menurunkan nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin

membantu pereda nyeri terutama dalam periode sulit.

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmojo, 2007). Mubarak dkk

(2006), memberikan defenisi tentang pengetahuan yaitu kesan dalam pikiran

manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan

kepercayaan atau beliefes, takhayul atau superstition dan penerangan-penerangan

yang keliru atau misinformation.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat

mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

34

kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga

didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007). Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu

proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek

tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari

berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media

elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat

membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan

keyakinannya tersebut (Istiari, 2000)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek

sehingga dapat diketahui yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan

penerangan-penerangan yang keliru.

2.3.2 Tingkatan pengetahuan

Menurut Mubarak,dkk, (2006) menyebutkan bahwa pengetahuan dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu;

a. Tahu (know) artinya mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension) suatu kemampaun untuk menjelaskan secara

benar objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi (application) kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil/sebenarnya.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

35

d. Analisis (analysis) suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis) kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada atau menghubungkan bagian-bagian didalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluating) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang kita ketahui atau kita

ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat – tingkat pengetahuan seperti tingkat

tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada tahap evaluasi

kedalaman pengetahuan perawat tentang nyeri pada pasien tidak sadar akan

diukur dengan menggunakan kuesioner (tes) sampai pada tingkat tahu, memahami

dan aplikasi.

Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pengetahuan dapat digolongkan

menjadi :

a. Baik : 76-100%

b. Cukup : 56-75%

c. Kurang : ≤ 55%

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

36

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup

(Notoatmodjo, 2007). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut Mantra

(2008), makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa,

semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat tentang kesehatan. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Mubarak dkk, 2006).

b. Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan

cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich

dalam Mubarak dkk, 2006). Seseorang yang bekerja memiliki pengalaman,

informasi dan kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan orang

tidak bekerja. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama

bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang keperawatan (Purwanto, 2008).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

37

c. Umur

Umur adalah usia seseorang yang terhitung mulai dari lahir sampai

meninggal. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup.

Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan

semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Tidak

dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena

mengalami kemunduran baik fisik dan mental. Dapat diperkiran bahwa IQ akan

menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa

kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.

Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat

sejalan dengan bertambahnya usia (Purwanto, 2008).

d. Jenis kelamin

Menurut Ahmadi (2005), perempuan menunjukkan perkembangan lebih

cepat daripada laki-laki dari segi perkembangan intelegent dan bahasa. Ini

dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern dari masyarakat itu sendiri. Perempuan

memiliki motivasi yang lebih serta emosi yang berbeda dengan laki-laki untuk

memperoleh informasi tertentu seperti tentang diet. Perempuan memiliki

perkembangan bahasa yang lebih cepat dari laki-laki sehingga lebih mudah

berkomunikasi serta mengakses informasi-informasi untuk menambah

pengetahuan.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

38

e. Minat

Minat merupakan suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan

pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

f. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecendrungan pengalaman yang kurang

baik seseorang akan berusaha melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek

tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat

mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat

membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

g. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Apabila suatu wilayah mempunyai budaya

untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitar

mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena

lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap atau pribadi seseorang.

h. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh informasi yang baru.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

39

2.3.4 Cara memperoleh pengetahuan

Seseorang mendapat pengetahuan dimulai sejak lahir dan selama proses

kehidupannya. Selain melalui pendidikan formal dan informal, seseorang

memperoleh pengetahuan melalui informasi dari media masa, elektronik dan

penyuluhan dari tenaga kesehatan (Notoatmojo, 2007).

Menurut Notoatmojo (2007) menyebutkan ada 2 cara memperoleh

pengetahuan yaitu:

a. Cara tradisional atau non ilmiah

1) Cara coba-coba atau Trial and Error

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut

tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lainnya. Apabila kemungkinan kedua ini

gagal dicoba kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut metoda trial atau coba and error atau

gagal/salah.

2) Cara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh

orang yang bersangkutan

3) Cara kekuasaan atau otoritas

Pada cara ini prinsipnya adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan empiris atau penalaran sendiri. Hal

ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap

bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

40

4) Pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang terbaik demikianlah bunyi pepatah, ini

mengandung maksud bahwa pengalaman ini seperti cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengetahuan pribadinya dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

5) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dalam memperoleh pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya.

b. Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memproleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih estimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut penelitian ilmiah atau popular

disebut metode penelitian.

2.3.5 Pengetahuan perawat tentang nyeri

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya), pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran

(telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan

perawat tentang nyeri merupakan sekumpulan informasi yang dimiliki atau segala

sesuatu yang diketahui, dipahami oleh perawat tetang nyeri yang meliputi

pengertian, patofisiologi nyeri, nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik dan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

41

menilai skala nyeri pada pasien tidak sadar atau terpasang ventilasi mekanik serta

penatalaksanaan nyeri.

Menilai nyeri serta mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan yang

dirasakan oleh pasien merupakan intervensi keperawatan utama yang memerlukan

keterampilan seni dan pengetahuan keperawatan. Pengetahuan perawat tentang

nyeri merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

perawat (overt behavior) dalam penatalaksanaan nyeri. Terlebih lagi pada pasien

yang tidak sadar yang dirawat diruang intensif, perawat memerlukan konsep dan

pengetahuan yang berhubungan dengan nyeri, penilaian nyeri, pengumpulan data

terapi, terapi yang bermanfaat dan juga memerlukan kepekaan dan empati dari

seorang perawat.

2.4 Kemampuan

2.4.1 Pengertian

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,sanggup)

melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan,

kekuatan (Yudianto, 2009). Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang

individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Robbins &

Timonthy, 2009).

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan

adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu

keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Lebih lanjut Robbins & Timonthy (2009), menyatakan bahwa kemampuan

keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor,

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

42

yaitu kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan kemampuan yang

dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental (berfikir, menalar dan

memecahkan masalah) dan kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan

kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan,

kekuatan, dan karakteristik serupa.

Tingkatan-tingkatan kemampuan itu terdiri dari:

1) Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil.

2) Respon terpimpin (guided response) adalah bila seseorang dapat melakukan

sesuatu sesuai urutan yang benar.

3) Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4) Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Kemampuan dapat dinilai dengan lembar observasi atau kuesioner tentang

kesanggupan atau kecakapan seorang perawat dalam melakukan pengkajian atau

penilaian nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik berdasarkan pedoman dari skala

nyeri Critical-Care Pain Observation Tool (CPOT). Nursalam (2008), menyatakan

bahwa “Skor yang sering dipergunakan untuk mempermudah dalam

mengkategorikan jenjang atau peringkat dalam penelitian biasanya dituliskan

dalam persentase, misalnya: tidak mampu = 76%-100%; Kurang mampu = 56%-

75%; dan Mampu = ≤55%”.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

43

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi kemampuan

Terbentuknya kemampuan agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.

Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak

lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007). Dari penjelasan di atas

dapat disebutkan bahwa kemampuan itu terbentuk di dalam diri seseorang dan

dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :

1) Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri

seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik

lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi

maupun politik serta pengalaman dan informasi.

2) Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang.

Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat

berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan

sebagainya.

2.4.3 Kemampuan perawat menilai nyeri

Menilai nyeri serta mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan yang

dirasakan oleh pasien merupakan intervensi keperawatan utama yang memerlukan

kemampuan, keterampilan dan pengetahuan keperawatan. Kemampuan perawat

menilai nyeri merupakan kesanggupan atau kecakapan seorang perawat dalam

melakukan pengkajian atau penilaian nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik

berdasarkan pedoman dari skala nyeri Critical-Care Pain Observation Tool

(CPOT).

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ventilasi Mekanik 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/11090/3/4477735179a4c87e678c419854f6d447.pdf · Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah pada pasien yang

44

2.5 Hubungan pengetahuan perawat tentang nyeri dengan kemampuan

menilai nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik

Pengetahuan, sikap dan praktik perawat tentang nyeri pada pasien

khususnya pasien tidak sadar merupakan modal utama untuk terbentuknya

kebiasaan yang baik demi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pasien diruang

intensif. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007). Didasari

oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan berlangsung lama dan

bersifat permanen, perawat yang memiliki pengetahuan yang baik tentang nyeri

pada pasien tidak sadar diharapkan akan membawa dampak positif bagi kesehatan

dan pemulihan pasien yang lebih cepat. Adanya alat ukur yang valid tentang

penilaian skala nyeri pada pasien tidak sadar, akan sangat membantu dan

mendukung pengetahuan serta kemampuan perawat dalam melakukan penilaian

skala nyeri dan memberikan terapi yang tepat baik secara mandiri maupun secara

kolaboratif dengan tim lain.


Top Related