Download - BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umur Rencana
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umur Rencana
Didalam Metode Analisa Komponen (1987) , menjelaskan rencana umur
ialah total waktu berserta tahun dihitung dari jalan mulai digunakan sampai
membutuhkan perbaikan berat atau dianggap diperlukan lapis permukaan baru
yang bersifat struktural.
Selama pemeliharaan umur rencana pada perkerasan jalan tetap harus
dilakukan, bagai halnya lapisan yang bukan struktural berfungsi untuk lapisan aus
juga tahan air. Pada perkerasan lentur jalan baru umumnya umur rencana berkisar
20 tahun dan sebagai peningkatan jalan 10 tahun. Diatas 20 tahun umur rencana
tidak ekonomis lagi yang menyebababkan sukar mendapatkan ketelitian yang
memadai untuk perkebangan lalulintasnya.
2.2 Perkerasan Jalan
perkerasan jalan susunan meliputi : lapis pondasi bawah (sub base course),
lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).
5
2.3 Tanah Dasar
Sifat dan daya dukung tanah dasar berperan penting pada kekuatan dan
awetnya perkerasan jalan. persoalan yang ada pada tanah dasar ialah :
a. Dari suatu macam tanah yang diakibatkan beban lalu lintas yaitu
merubah bentuknya secara tetap (deformasi permanen).
b. Dari suatu macam tanah tertentu yang diakibatkan perubahan kadar air
yaitu sifat tanah yang mengembang dan menyusut.
c. Dari suatu macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya,
atau akibat pelaksanaan mengakibatkan DDT tidak rata dan tak
menentu.
d. Dari suatu macam tanah tertentu yang mengakibatkan lendutan selama
dan sesudah pembebanan lalulintas.
e. Pada tanah berbutir kasar (granular soil) yang tidak dipadatkan secara
baik pada saat pelaksanaan mengakibatkan penurunan akibat beban
lalulintas.
Tanah dasar harus dikerjakan sesuai "Peraturan Pelaksanaan Pembangunan
Jalan Raya SKBI-2.3.26.1987” untuk mencegah suatu persoalan pada pekerjaan
tanah.
2.4 Lapisan Pondasi Bawah
Lapis pondasi bawah berperan sebagai :
a. Mendukung dan menyebarkan beban roda sebagai kontrusi perkerasan.
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar
lapisanlapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya
konstruksi).
c. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
6
Karena lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap alat berat memasakan
penutupan tanah dasar dari pengaruh suhu atau iklim. Tanah dasar yang lebih baik
digunakan bahan pondasi bawah dari beberapa type tanah (CBR ≥ 20%, PI ≤
10%). Supaya kestabilan kontruksi efektif maka dianjurkan campuran - campuran
tanah setempat dengan kapur atau semen portland dalam pengerjaannya.
2.5 Lapis Pondasi
Lapis pondasi antara lain berfungsi sebagai :
a. Yang menahan beban roda ialah bagian dari perkerasan,
b. Sebagai lapis dasar yang menjadi tempat perletakan.
Agar dapat menaha beban bahan - bahan lapis pondasi harus cukup kuat
dan awet. diharuskan penyelidikan dan pertimbangan sebaik - baiknya
sehubungan dengan persyaratan teknik untuk menentukan suatu bahan - bahan
pondasi. batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur
yang digunakan menjadi lapis pondasi dalam (CBR ≥ 50%, PI ≤ 4%).
2.6 Lapis Permukaan
Lapis permukaan berfungsi sebagai :
a. Untuk menahan beban roda yaitu sebagai perkerasan
b. Untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat cuaca yaitu sebagai
lapisan rapat air.
c. Untuk daya rekat gesekan roda terhadap permukaan sebagai lapisan aus
(wearing course).
Harus dengan persyaratan yang lebih tinggi bahan yang digunakan lapis
pondasi dan lapis permukaan. bahan aspal digunakan untuk lapisan yang bersifat
kedap air, selain itu memberikan tegangan tarik dan mempertinggi daya dukung
7
lapisan terhadap roda kendaraan juga sebagai peranan fungsi dari bahan aspal.
Kegunaan bahan lapisan juga perlu dipertimbangkan cara memilihnya, umur
rencana serta pentahapan konstruksi, agar besarnya biaya bisa dimanfaatkan
dengan baik.
2.7 Metode Analisa Komponen SKBI-2.3.26.1987
2.7.1. Jumlah Jalur dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C)
Tampungan lalu lintas terbesar dari suatu ruas jalan raya ialah jalur
rencana. Jika pembatas jalur tidak dimiliki suatu jalan,maka jumlah dan lebar
perkerasan ditentukan dari tabel dibawah ini:
Koefisien distribusi kendaraan (C) ringan dan berat yang melintas dijalur
rencana ditentukan pada tabel dibawah ini :
8
2.7.2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Penggolongan beban sumbu (setiap kendaraan) Angka Ekivalen (E)
ditentukan pada tabel di bawah ini :
9
2.7.3. Lalu Lintas Harian Rata - rata dan Rumus-rumus Lintas Ekivalen
a. Semua jenis kendaraan dihitung dan ditentukan lalu lintas harian rata-
rata(LHR) diawal umur rencana pada masing-masing arah dengan
mediannya.
b. Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dengan rumus:
j = jenis kendaraan.
2.7.4 Menentukan Nilai CBR (California Bearing Ratio)
Untuk menentukan perencanaan jalan baru biasanya memakai CBR lab.
Pengukuran nilai CBR menjadi dasar daya dukung tanah untuk saat ini. Bila ada
data atau cara lain yang bisa dipertanggung jawabkan bisa juga, misalkan berupa :
Group Index, Plate Bearing Test atau R-value.
10
Menghitung dengan Grafik
Penentuan harga CBR yang bisa dilaporkan sebagai berikut :
a. menentukan harga terendah CBR.
b. dari masing-masing nilai CBR ditentukan banyaknya nilai yang sama
atau yang lebih besar.
c. Nilai terbanyak ditentukan sebagai 100%, dari jumlah lainnya ialah
persentase dari 100%.
d. jumlah presentase dengan harga CBR dihubungkan dengan grafik.
e. pada presentase 90% ialah mewakili Nilai CBR.
menghitung dengan Analitis Atau Teoritis
data CBR yang didapat menentukan nilai CBR segmen ,digunakan rumus
sebagai berikut :
Data yang ada dalam 1 segmen menentukan nilai R. Besarnya nilai R
dijelaskan pada Tabel 2.4.
11
2.7.5. DDT (Daya Dukung Tanah Dasar) dan CBR (California Bearing Ratio)
Pada (gambar 1) grafik korelasi untuk mentapkan daya kukung tanah.
harga CBR lapangan atau CBR laboratorium ialah harga CBR yang dibahas.
Mengukur tanah dasar pada saat musim hujan yang direndam menggunakan
tabung (undistrub) ialah contoh pengambilan dari nilai CBR lapangan
Pada perencanaan lapis tambahan (overlay) biasanya menggunakan nilai
CBR lapangan. Untuk perencanaan jalan baru dilakukan Pengujian (SKBI 3.3.
30.1987/UDC 624.131.43 (02) Kepadatan ringan atau (SKBI 3.3. 30.1987/UDC
624.131.53 (02) Kepadatan Berat sesuai dengan kebutuhan. Pada perencanaan
jalan baru umumnya menggunakan nilai CBR laboratorium.
12
2.7.6. (FR) Faktor Regional
Kendaraan yang berhenti, kendaraan bert 13 ton, permeabilitas tanah,
bentuk alynemen, perlengkapan drainase ialah merupakan keadaan lapangan.
Namun curah hujan tahunan ialah keadaan iklim. Pengaruh permeabilitas tanah
dan perlengkapan drainase pada persyaratan penggunaan yang disesuaikan dengan
"Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan Raya" (SKBI.2.3.26) dapat dianggap
sama. jadi dalam menentukan tebal perkerasan, bentuk alinyemen (kelandaian dan
tikungan), persentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim (curah hujan)
yang mempengaruhi Faktor Regional , sebagai berikut:
13
Catatan: Pada rawarawa FR ditambah 1,0. pada simpangan, tikungan tajam (jari -
jari 30 m) dan pemberhentian FR ditambah 0,5.
2.7.7. Indeks Permukaan (IP)
Kerataan / kehalusan , kekokohan permukaan yang berhubungan dengan
pelayanan lalulintas yang lewat dinyatakan dalam nilai (IP) Indeks Permukaan.
dibawah ini ialah nilai IP dan artinya :
- pada permukaan jalan yang rusak berat yang mengganggu keadaan
laluIintas dinyatakan pada IP : 1,0.
- pada tingkat pelayanan rendah dinyatakan pada IP = 1,5.
- pada tingkat pelayanan rendah pada jalan yang masih bagus dinyatakan
pada IP = 2,0.
- pada permukaan jalan cukup stabil dan baik dinyatakan pada IP = 2,5.
Pada akhir umur rencana perlu adanya pertimbangan faktor klasifikasi
fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen rencana (LER) untuk menentukan nilai
(IP)indeks permukaan, berdasarkan tabel di bawah ini:
14
*) beban bersumbu tunggal dalam LER satuan angka ekivalen 8,16 ton
Catatan : IP 1,0 ialah jalan darurat / jalan murah / jalan japat pada proyek
penunjang jalan.
Kerataan / kehalusan dan kekokohan jalan perlu diperhatikan untuk
menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo), berdasarkan daftar
VI ini:
15
Roughometer NAASRA ialah alat yang dignakan untuk mengukur
roughness , yang dipasang di mobil datsun 1500 station wagon dengan kecepatan
32 km/jam. Selanjutnya kendaraan dipindahkan pada counter melalui “flexible
drive” dengan gerakan sumbu belakang dalam arah vertikal dipindahkan pada alat
roughometer melalui kabel yang dipasang center sumbu belakang. 15,2mm
gerakan vertical antara sumbu dan body kendaraan sama dengan 1 putaran
counter. Roughometer NAASRA dapat dikalibrasikan dengan alat pengukur
roughness tipe lain.
2.7.8. Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan
yang distabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi
bawah) menentukan secara korelasi bahan dan fungsinya lapis pondasi bawah ,
pondasi , permukaan pada Koefisien kekuatan relatif (a) .masing - masing bahan
dan kegunaannya sebagai lapis permukaan, pondasi, pondasi bawah. Stabilitas
bahan aspal juga bisa diukur dengan Hveem Test, Hubbard Field, dan Smith
Triaxial Jika alat Marshall Test tidak tersedia.
16
2.7.9 Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Pada SNI 1732-1989-F sudah tersedia dalam grafik nomogram untuk
menentukan Indeks tebal perkerasan untuk perkerasan lentur, indeks permukaan
(IPod an IPt) dilihat pada masing - masing nilai yang diambil. Dimana nilai Faktor
17
Regional (FR) saling berpengaruh dengan Daya Dukung Tanah Dasar (DDT),
Lintas Ekivalen Rata-rata (LER).
Menggunakan nomogram melalui langkah-langkah dibawah ini :
a. Pada nilai (IPo) indeks permukaan awal dan (IPt) indeks permukaan
akhir (IPt) ada 9 nomogram yang tersedia.
b. Dari korelasi dengan nilai CBR dapat menentukan nilai titik (DDT)
Daya Dukung Tanahnya.
c. Dari hasil perhitungan dapat ditentukan titik nilai LERnya.
d. Menarik garis lurus pada ITP dari titik LER dan DDT.
e. Pada tabel 2.5 menentukan titik nilai FR.
f. Garis ITP̅̅ ̅̅̅ disambungkan dengan titik FR dari titik ITP.
18
2.7.10 Batas - Batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan.
Tebal minimum Lapisan Perkerasan
2.7.11. Analisa Komponen Perkerasan
Perhitungan perencenaan didasarkan pada kekuatan relatif masing -
masing lapisan perkerasan jangka panjang, dimana penentuan tebal perkerasan
dinyatakan oleh ITP dengan rumus :
19
*) 1 = Bagian Lapis Permukaan
2 = Bagian Lapis pondasi atas
3 = Bagian Lapis pondasi bawah
2.8 Rencana Anggaran Biaya
2.8.1 Pengertian Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya adalah:
a. Perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah,
serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan
atau proyek tertentu.
b. Merencanakan sesuatu bangunan dalam bentuk dan faedah
penggunaannya, beserta besar biaya yang diperlukan dan susunan-
susunan pelaksanaan dalam bidang administrasi maupun pelaksanaan
pekerjaan dalam bidang teknik.
Dua cara yang dapat dilakukan dalam penyusunan anggaran biaya
antara lain :
a. Anggaran Biaya Kasar (Taksiran), sebagai pedomannya digunakan
harga satuannya tiap meter persegi luas lantai. Namun anggaran biaya
kasar dapat juga sebagai pedoman dalam penyusunan RAB yang dihitung
secara teliti.
b. Anggaran Biaya Teliti, proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat
sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat penyusunan anggaran biaya
(Nurcholid Syawaldi, 2014).
20
2.8.2 Tujuan Rencana Anggaran Biaya
Untuk mengetahui harga bagian/item pekerjaan sebagai pedoman untuk
mengeluarkan biaya-biaya dalam masa pelaksanaan. Selain itu supaya
bangunan yang akan didirikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
(Nurcholid Syawaldi, 2014).
2.8.3 Fungsi Rencana Anggaran Biaya
Sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan dan sebagai alat pengontrol
pelaksanaan pekerjaan. (Nurcholid Syawaldi, 2014).
2.9 Analisa Harga Satuan Dasar (HSD)
Komponen untuk menyusun harga satuan pekerjaan (HSP) memerlukan
HSD tenaga kerja, HSD alat, dan HSD bahan. Berikut ini diberikan langkah-
langkah perhitungan HSD komponen HSP. (Kementrian Pekerjaan Umum 2013).
2.9.1 Langkah Perhitungan HSD Tenaga Kerja
Untuk menghitung harga satuan pekerjaan, maka perlu ditetapkan dahulu
bahan rujukan harga standar untuk upah sebagai HSD tenaga kerja. Langkah
perhitungan HSD tenaga kerja adalah sebagai berikut:
a. Tentukan jenis keterampilan tenaga kerja, misal pekerja (P), tukang (Tx),
mandor (M), atau kepala tukang (KaT).
b. Kumpulkan data upah yang sesuai dengan peraturan daerah (Gubernur,
Walikota, Bupati) setempat, data upah hasil survai di lokasi yang
berdekatan dan berlaku untuk daerah tempat lokasi pekerjaan akan
dilakukan.
c. Perhitungkan tenaga kerja yang didatangkan dari luar daerah
dengan memperhitungkan biaya makan, menginap dan transport.
d. Tentukan jumlah hari efektif bekerja selama satu bulan (24-26 hari),
dan jumlah jam efektif dalam satu hari (7 jam).
e. Hitung biaya upah masing-masing per jam per orang.
21
f. Rata-ratakan seluruh biaya upah per jam sebagai upah rata- rata per
jam. (Kementrian Pekerjaan Umum 2013).
2.9.2 Langkah Perhitungan HSD Alat
Analisis HSD alat memerlukan data upah operator atau sopir,
spesifikasi alat meliputi tenaga mesin, kapasitas kerja alat (m³), umur
ekonomis alat (dari pabrik pembuatnya), jam kerja dalam satu tahun, dan
harga alat. Faktor lainnya adalah komponen investasi alat meliputi suku bunga
bank, asuransi alat, faktor alat yang spesifik seperti faktor bucket untuk
Excavator, harga perolehan alat, dan Loader, dan lain-lain. (Kementrian
Pekerjaan Umum 2013).
2.9.3 Langkah Perhitungan HSD Bahan
Untuk menghitung harga satuan pekerjaan, maka perlu ditetapkan dahulu
rujukan harga standar bahan atau HSD bahan per satuan pengukuran standar.
Analisis HSD bahan memerlukan data harga bahan baku, serta biaya
transportasi dan biaya produksi bahan baku menjadi bahan olahan atau
bahan jadi. Produksi bahan memerlukan alat yang mungkin lebih dari satu
alat. Setiap alat dihitung kapasitas produksinya dalam satuan pengukuran per
jam, dengan cara memasukkan data kapasitas alat, faktor efisiensi alat,
faktor lain dan waktu siklus masing-masing. HSD bahan terdiri atas harga
bahan baku atau HSD bahan baku, HSD bahan olahan, dan HSD bahan jadi.
Perhitungan harga satuan dasar (HSD) bahan yang diambil dari quarry dapat
menjadi dua macam, yaitu berupa bahan baku (batu kali/gunung, pasir
sungai/gunung dll), dan berupa bahan olahan (misalnya agregat kasar dan
halus hasil produksi mesin pemecah batu dan lain sebagainya).
Harga bahan di quarry berbeda dengan harga bahan yang dikirim ke base
camp atau ke tempat pekerjaan, karena perlu biaya tambahan berupa biaya
pengangkutan material dari quarry ke base camp (Kementrian Pekerjaan
Umum). (Kementrian Pekerjaan Umum 2013).